HUBUNGAN TIPE POLA ASUH PENGGANTI IBU: KELUARGA

Download Pola asuh merupakan interaksi timbal balik antara orang tua dan anak, menimbulkan .... 2008-2013 : S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran ...

1 downloads 586 Views 12MB Size
HUBUNGAN TIPE POLA ASUH PENGGANTI IBU: KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI KECAMATAN SUKALARANG KABUPATEN SUKABUMI Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh: Sopiah 108104000022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama

: Sopiah

NIM

: 108104000022

Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan Tahun akademik

: 2008

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul: HUBUNGAN TERHADAP PRASEKOLAH

TIPE

POLA

ASUH

PERKEMBANGAN DI

PENGGANTI

IBU:

PSIKOSOSIAL

KECAMATAN

KELUARGA

ANAK

SUKALARANG

USIA

KABUPATEN

SUKABUMI Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta,

Januari 2013

Sopiah

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2013 Sopiah, NIM: 108104000022 Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi xi, 72 hal, 12 tabel, 2 gambar, 6 lamp ABSTRAK Pola asuh merupakan interaksi timbal balik antara orang tua dan anak, menimbulkan keakraban yang dapat meningkatkan perkembangan psikososial anak prasekolah. Perkembangan psikososial adalah tahap perkembangan saat anak memasuki fase inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini tugas yang harus diselesaikan anak adalah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak melakukan kesalahan. Banyaknya jumlah tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri demi memenuhi tuntutan hidup dan meninggalkan anaknya pada usia prasekolah yang diasuh oleh orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 212 orang pengasuh di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi pada bulan Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43,4% tipe pola asuh yang diterapkan adalah demokratis dan 52,4% anak berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan anatara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi (p value=0,000). Hasil penelitian ini memperkuat konsep tentang dampak pola asuh terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah, sehingga pengasuh perlu lebih banyak menggali informasi tentang pola asuh yang tepat untuk diterapkan kepada anak agar perkembangan anak menjadi optimal.

Kata kunci: tipe pola asuh, perkembangan psikososial Daftar Bacaan: 30 (1999-2012)

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, January 2013 Sopiah, NIM: 108104000022 Relationship of parenting style of Surrogate Mother : Family to Psychosocial Development of Preschool Children in Sukalarang Village, Sukabumi. xi, 72 pages, 12 table, 2 scheme, 6 attachment

ABSTRACT Parenting is a trun interaction between parents and children, so that there is an intimation that can increase psychosocial development of preschool children. Psychosocial development is the development stage the children starts to get in the initiative stage versus guilty feeling. In this stage that developmental task of children is how to learn of having an idea without making a lot of mistakes. The large of female workers who work abroad to meet demands of life and leave her son at preschool are cared for by someone else. This research has a purpose to know the relationship between parenting style of surrogate mother: family with psychosocial development of preschool children in Sukalarang village, Sukabumi city. Research metode was quantitative by using the cross sectional approach with 212 caretaker in Sukalarang village, Sukabumi in Desember 2012. This research result show that 43,4% of parenting style that used was democratic, and 52,4% of children in the stage of initiative psychosocial development .The statistic test result used chi square test, by a=0,05 had a result that there was a significant correlation between parenting style of surrogate mother: family to the psychosocial development of preschool in Sukalarang village, Sukabumi city (p value =0,000). The result of this research is confirm the concept about the influence of parenting style to psychosocial development of children preschool ages. So that the caretaker need to more looking for information about the right parenting style which is used to the children so the children development could be optimal.

Key Word: Parenting Style, Psychosocial Development Reading List: 30 (1999-2012)

vi

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi . Skripsi ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. dr. (hc). M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kp, M.KM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan selama proses perkuliahan. 3. Ibu Rita Yuliani, S.Kp. M.Si selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun. 4. Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hiyatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuannya. 6. Papa dan mama tercinta (H. Idris dan Rukmawati) yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada henti, doa disetiap langkah anaknya, dan pengorbanan yang luar biasa serta tulus.

vii

7. Kakak-adikku tercinta Risnasari S.pd, Dini Yuniarti dan Muhammad Razif Sidik yang selalu membantu dalam proses penelitian dan mendoakan. 8. Teman-teman PSIK 2008 yang telah memberikan masukan dan semangat kepada penyusun. 9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan penelitian ini. Penyusun menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya. Wasalamu’alaikum wr.wb

Ciputat, Januari 2013

Penyusun

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Sopiah

Tempat, Tgl. Lahir

: Bogor, 28 Juli 1990

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Janlapa C.i no:08 Desa Sukasari Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor 16350

No. Telp

: 085810240890

Email

: [email protected]

Riwayat Pendidikan

:

1995-1996

: TK Menara Rumpin Bogor

1996-2002

: SDN 02 Sukasari Rumpin Bogor

2002-2005

: Mts An-Najah Rumpin Bogor

2005-2008

: MA An-Najah Rumpin Bogor

2008-2013

: S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2013-sekarang : Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

:

2003 – 2005

: Anggota OSIS Mts An-najah Rumpin Bogor

2006 – 2007

: Anggota OSIS MA An-najah Rumpin Bogor

2007 – 2008

: Bendahara OSIS MA An-najah Rumpin Bogor

2007 – 2008

: IP3MA (Ikatan Pelajar Pondok Pesantren Modern An-najah)

2006 –2008

: Anggota ROHIS MA An-najah Rumpin Bogor

ix

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ....................................................................................... .i Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii Lembar pernyataan ........................................................................................ iv Abstrak .......................................................................................................... .v Abstract ......................................................................................................... .vi Kata Pengantar .............................................................................................. .vii Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. .ix Daftar Isi ....................................................................................................... .x Daftar Tabel ................................................................................................. xiv Daftar Gambar dan Bagan .............................................................................xv Daftar Lampiran ............................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6 C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 6 D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 1. Tujuan Umum ........................................................................... 7 2. Tujuan Khusus .......................................................................... 7 E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7 F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 8

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9 A. Pertumbuhan dan Perkembangan ...................................................... 9 1. Pertumbuhan ................................................................................ 9 2. Perkembangan ............................................................................. 12 B. Perkembangan Psikososial ............................................................... 16 1. Definisi ........................................................................................ 16 2. Karakteristik ................................................................................ 16 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi .............................................. 19 C. Pola Asuh ......................................................................................... 21 1. Definisi ........................................................................................ 21 2. Peran keluarga ............................................................................. 22 3. Tipe pola asuh ............................................................................... 25 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi .............................................. 29 D. Kerangka Teori ................................................................................. 32 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............... 33 A. Kerangka Konsep ............................................................................. 33 B. Hipotesis ........................................................................................... 34 C. Definisi Operasional ......................................................................... 35 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 37 A. Desain Penelitian .............................................................................. 37 B. Lokasi dan waktu penelitian ............................................................. 37 C. Populasi dan Sampel penelitian ........................................................ 37 1. Populasi ........................................................................................ 37 2. Sampel ......................................................................................... 38

xi

3. jumlah Sampel ............................................................................. 38 4. Teknik pengambilan sampel ......................................................... 40 D. Instrumen Penelitian ......................................................................... 40 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 44 F. Uji Validitas Dan Reliabilitas .......................................................... 45 1. Uji validitas................................................................................... 45 2. Uji reliabilitas ............................................................................... 47 G. Pengolahan Data................................................................................ 48 H. Analisis Data .................................................................................... 49 I. Etika Penelitian ................................................................................ 50 BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 52 A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................ 52 B. Karakteristik Responden ................................................................... 53 1. Usia ............................................................................................. 53 2. Jenis Kelamin .............................................................................. 54 3. Hubungan pengasuh dengan anak ............................................... 54 4. Pendidikan terakhir ..................................................................... 55 5. Agama ........................................................................................ 55 6. jumlah anak yang dimiliki ........................................................... 56 7. Usia anak ..................................................................................... 56 8. Jenis kelamin anak ...................................................................... 57 C. Analisa Univariat .............................................................................. 57 1. Tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga ...................................... 57 2. Perkembangan psikososial anak usia prasekolah ........................ 58

xii

D. Analisa Bivariat ................................................................................. 58 BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 61 A. Analisa Univariat .............................................................................. 61 1. Gambaran tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga ...................... 61 2. Gambaran perkembangan psikososial anak usia prasekolah ...... 65 B. Analisa Bivariat ................................................................................. 68 C. Keterbatasan Peneliti ......................................................................... 71 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 73 A. Kesimpulan ....................................................................................... 73 1. Tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga ..................................... 73 2. Perkembangan psikososial anak usia prasekolah ........................ 73 3. Hubungan tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah ........ 73 B. Saran .................................................................................................. 74 1. Bagi pengasuh ............................................................................. 74 2. Bagi institusi kesehatan ............................................................... 74 3. Bagi peneliti lain ......................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 35 2. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Usia ....................... 53 3. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 54 4. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Hubungan Pengasuh Dengan Anak .............................................................................. 54 5. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Pendidikan Terakhir ....................................................................................................... 55 6. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Agama ................... 55 7. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Anak Yang Dimiliki Pengasuh ....................................................................................... 56 8. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Usia Prasekolah ........... 56 9. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Anak yang diasuh

Berdasarkan Jenis

Kelamin ....................................................................................................... 57 10. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tipe pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 ................................... 57 11. Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 ............. 58 12. Tabel 5.11 Hubungan Antara Tipe Pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga Dengan Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 ..................................................... 59

xiv

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN 1. Bagan 2.1 Kerangka Teori ..................................................................... 32 2. Bagan 3.1 Kerangka Konsep .................................................................. 33

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Uji Validitas dan penelitian di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembar Kuesioner Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6 Hasil Normalitas, Analisis Univariat dan Analisis Bivariat

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A.

LatarBelakang Anak merupakan makhluk yang membutuhkan perhatian, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga. Pada lingkungan ini anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Keluarga juga mengajarkan anak bertingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama (Hastuti, 2012). Perkembangan anak

sangat dipengaruhi oleh

pola asuh yang

diberikan orang tua. Pola asuh merupakan suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan masyarakat pada umumnya. Segala model pola asuh yang diterapkan akan membentuk suatu kepribadian yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah diajarkan oleh orang tua, oleh karena itu diperlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga terbentuklah suatu kepribadian anak yang diharapkan (Soetjiningsih, 2004). Menurut Baumrind (1971 dalam Santrock, 2011) pola asuh orang tua terbagi menjadi beberapa macam, yaitu pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai

1

2

hubungan baik dengan teman dan koperatif terhadap orang lain. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif dan menarik diri. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak yang memiliki harga diri rendah, cenderung tidak kompeten secara sosial, kurang mandiri dan terasing dari keluarga. Adapun pola asuh tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status ekonomi, lingkungan sosial, pendidikan dan usia orang tua. Berbagai model pola asuh orang tua melibatkan peran ayah dan ibu. Tujuan pola asuh yang diterapkan orang tua merupakan suatu bentuk kasih sayang. Bentuk kasih sayang yang sering diberikan kepada anak antara lain sentuhan, ciuman, dan belaian. Sikap ibu dalam mengasuh anak merupakan pancaran kasih sayang, sehingga keluarga merupakan dasar pembentukan perilaku anak serta pengalaman anak dalam bersosialisasi di masyarakat dan lingkungan (Ahmadi, 1999). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind (1971 dalam Santrock, 2011) menunjukkan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter akan merugikan anak, karena anak menjadi tidak mandiri, kurang tanggung jawab serta agresif, sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh penelantar mengakibatkan anak kurang mampu dalam menyesuaikan diri di luar rumah (Utami, 2008).

3

Peran orang tua dalam tumbuh kembang anak sangat komplek. Peran ibu utamanya adalah mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan mungkin mencari penghasilan tambahan dalam keluarga (Efendy, 2001). Adanya kebutuhan perekonomian keluarga yang meningkat, sehingga seorang ibu dituntut untuk membantu mencari tambahan penghasilan keluarganya. Ibu bekerja di Indonesia masih diuntungkan dengan kehadiran pengasuh dari anggota keluarga, sehingga ibu bekerja sering menitipkan anaknya kepada bibi atau nenek atau saudara lain, yang belum diketahui sejauh mana kemampuan mereka dalam memfasilitasi tumbuh kembang anak balita. Tugas dari orang tua untuk mencarikan figur seseorang yang tepat agar anak dapat menjalani proses tumbuh kembang anak seoptimal mungkin (Singgih, 2000). Perkembangan social anak pada usia prasekolah sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan social pada tahap ini adalah anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial.Secara bertahap anak sudah mulai tunduk pada peraturan, menyadari hak atau kepentingan orang lain, dan dapat bermain bersama teman sebayanya (Yusuf, 2004). Menurut Erikson (1968 dalam Santrock, 2011) pada usia 3-6 tahun anak memasuki tahap perkembangan psikososial initiative (inisiatif) dan guilt (rasa bersalah). Pada masa ini, terjadi perkembangan fisik, intelektual serta rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi lebih mampu mengontrol tubuhnya. Anak mulai memahami bahwa orang

4

lain memiliki perbedaan dengan dirinya, baik menyangkut persepsi maupun motivasi (keinginan), dan mereka menyukai kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu. Pada tahap inisiatif, anak sudah siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuannya (Yusuf, 2004). Bermacam-macam penelitian tentang penerapan pola asuh terhadap perkembangan anak telah dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Utami (2008) tentang pengaruh tingkat pendidikan dan tipe pola asuh orang tua terhadap perkembangan psikososial anak prasekolah di Taman Kanak – kanak Aisyiyah II Nganjuk. Subjek penelitian ini adalah orang tuasiswa TK Aisyiyah II Nganjuk sebanyak 136 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh tipe pola asuh terhadap perkembangan psikososial anak prasekolah. Semakin baik tipe pola asuh yang diterapkan responden kepada anaknya maka semakin baik (inisiatif) perkembangan psikososial anak prasekolah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden yang menerapkan tipe pola asuh demokratis cenderung memiliki anak dengan perkembangan psikososial inisiatif dibandingkan dengan orang tua yang menerapkan tipe pola asuh otoriter, permisif dan penelantar. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Spitz (1945 dalam Tejalaksana, 2011) terhadap perkembangan anak-anak panti asuhan, ditemukan adanya regresi secara emosi dan psikologis pada diri anak-anak yang terpisah dari pertalian hubungan dengan orang tua (khususnya ibu) pada masa awal hidupnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kroll (1955 dalam Tejalaksana, 2011) yang membuktikan signifikansi kehadiran orang

5

tua (khususnya ibu) pada pertumbuhan di masa awal kanak-kanak dan peran orang tua pengganti (pengasuh) tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan anak-anak. Kekuatan ikatan batin dan emosi orang tua dan anak adalah ikatan hubungan natural yang paling kuat dibanding dengan ikatan hubungan lainnya. Penelitian diatas menunjukkan bahwa orang tua memegang peranan penting dalam pengasuhan anak. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi tercatat bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2010 mencapai 8.699 orang, yang terdiri dari 4.129 pencari kerja laki-laki dan 4.570 perempuan. Pencari kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 2.014 orang.Sisanya tenaga kerja yang lain tidak dapatdiserap pada lapangan kerja dalam negeri. Pada akhirnya banyak wanita yang bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri yang dianggap usaha paling mudah untuk mendapatkan uang meskipun kadang banyak resiko yang diterima. Menurut Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI, 2011), Sukabumi

merupakan Kabupaten dengan jumlah tenaga kerja wanita terbanyak kedua di Propinsi Jawa Barat. Terdapat sekitar 1988 jumlah TKW yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi (BPS, 2010). Berdasarkan fenomena yang terjadi di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, terdapat sekitar 372 Ibu yang meninggalkan anaknya untuk bekerja di luar negeri dalam jangka waktu yang lama. Selama bekerja di luar negeri anak dititipkan dan diasuh oleh keluarga seperti nenek dan bibi. Sebagian besar anak diasuh oleh nenek, mereka terlihat kurang

6

mendapatkan perhatian dari pengasuh karena pengasuh mempunyai kesibukan lain yang harus dikerjakan. Anak bermain kemanapun sesuka hati tanpa ada yang mengawasi atau melarang. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia 3-6 Tahun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data yang menunjukkan banyaknya jumlah tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri demi memenuhi tuntutan hidupdan meninggalkan anaknya pada usia prasekolah yang diasuh oleh orang lain, sehingga anak kurang mendapatkan perhatian (dalam bermain kemanapun sesuka hati dan tidak ada yang melarang), maka masalah yang dapat dirumuskan adalah Hubungan Pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di KelurahanSukalarang KotaSukabumi. C.

Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana

tipe

pola

asuh

pengganti

ibu:

keluarga

terhadap

perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi? 2. Bagaimana perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi? 3. Bagaimana hubungan tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi?

7

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungantipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan

psikososial

anak

usia

prasekolah

di

Kelurahan

Sukalarang Kota Sukabumi. 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan gambaran tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. b. Mendapatkan gambaran perkembangan psikososial anak prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. c. Mengetahui hubungan tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. E.Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat Sebagai informasi bagi perawat dalam mengkaji perkembangan psikososial anak usia prasekolah yang diasuh oleh pengganti ibu: keluarga. 2. Bagi Peneliti Menerapkan konsep dan teori tentang pola asuh juga perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah.

8

3. Bagi Masyarakat Pengasuh mengetahui tipe pola asuh yang tepat untuk diterapkan dalam mengasuh anak sehingga tugas perkembangan anak dapat dicapai dengan optimal. 4. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah keragaman ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. F.

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah untuk mengetahui Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi pada Bulan Desember 2012. Subjek yang diteliti adalah pengganti ibu: keluarga yang mengasuh anak usia prasekolah dengan menggunakan desain studi korelasional dan metode kuantitatif. Metode pengambilan data secara primer, yaitu pengambilan data secara langsung melalui wawancara dan pengisian angket.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pertumbuhan Ada beberapa definisi pertumbuhan menurut para ahli, diantaranya menurut Hurlock (1990), growth (pertumbuhan) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Wong (2002) mengemukakan bahwa, pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru yang menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel. Pertumbuhan adalah ukuran dan bentuk tumbuh atau anggota tubuh, misalnya bertambah berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkar kepala, bertambah lingkar lengan, tumbuh gigi susu, dan perubahan tubuh yang lainnya (Susanto, 2011). Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisik akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah interseluler. Pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau inch dan dalam kilogram atau pound. Selain itu dapat pula diukur dalam keseimbangan metabolik, yaitu retensi kalsium dan nitrogen oleh badan (Hassan, 2007).

9

10

Ada beberapa tahap pertumbuhan anak, antara lain: a. Tahap pertumbuhan anak 1) Pertumbuhan yang cepat sekali terjadi dalam tahun pertama, yang kemudian berkurang secara berangsur-angsur sampai usia 3-4 tahun. 2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik. 3) Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun). 4) Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu (kira-kira umur 18 tahun) berhenti. b. Masa pertumbuhan sebelum dewasa 1) Prenatal (0-280 hari) a) Masa embrio (trimester pertama kehidupan prenatal) Diferensiasi berlangsung cepat, terbentuk sistem dan alat-alat dalam tubuh. b) Masa fetus dini (trimester kedua kehidupan prenatal) Terjadi percepatan petumbuhan. Pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi. Pada akhir masa ini panjang janin 70% daripada panjang pada saat dilahirkan, sedangkan berat badan hanya 20% daripada berat, karena jaringan lemak subkutan belum terbentuk. c) Masa fetus akhir Bertambahnya masa tubuh dengan cepat. Berat badan fetus dari 700 gram pada akhir trimester kedua bertambah dengan

11

kecepatan kira-kira 200 gram/minggu sampai pertengahan trimester ketiga untuk mencapai berat kira-kira 3.000- 3.500 gram. 2) Masa neonatal (0-4 minggu sesudah lahir) Penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat tubuh lainnya. Berat badan dapat turun sampai 10% pada minggu pertama kehidupan yang dicapai lagi pada hari ke-14. 3) Masa bayi (tahun pertama dan tahun kedua kehidupan) a) Umur 1 bulan-1 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, fungsi alat tubuh bertambah, terutama sistem saraf. b) Umur 1-2 tahun. Pertumbuhan menurun, kemajuan dalam berjalan dan aktifitas motorik serta pengaturan fungsi eksresi. 4) Masa prasekolah (3-6 tahun) Pertumbuhan melambat, aktifitas jasmani bertambah, koordinasi fungsi dan mekanisme motorik bertambah serta cepat menangkap pelajaran. 5) Masa sekolah (wanita 6-10 tahun, pria 6-12 tahun) Pertumbuhan

tetap,

keterampilan

dan

proses

intelektual

berkembang. 6) Masa adolesensi (wanita 10-18 tahun, pria 12-20 tahun) Perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Percepatan pertumbuhan tinggi dan berat badan, timbulnya ciri kelamin

12

sekunder, memerlukan kepercayaan diri sendiri dan kebebasan serta perkembangan fungsi alat kelamin. 2. Perkembangan Ada beberapa definisi perkembangan menurut para ahli. Menurut Hurlock (1990), development (perkembangan) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Wong (2002) mengemukakan bahwa, perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleks dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran. Setiap organisme pasti mengalami peristiwa perkembangan setiap hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme ini, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi arti peristiwa perkembangan itu, khususnya perkembangan manusia, tidak hanya tertuju pada aspek psikologisnya saja, tetapi juga aspek biologis (Susanto, 2011). Menurut Yusuf (2004 dalam Susanto, 2011), perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat

kedewasaannya

atau

kematangannya

(maturation)

yang

berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Perkembangan

digunakan

untuk

menunjukkan

bertambahnya

keterampilan dan fungsi yang kompleks. Seseorang berkembang dalam

13

pengaturan neuromuskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan kanannya dan terbentuk pula kepribadiannya. Maturasi dan diferensiasi sering dipergunakan sebagai sinonim untuk perkembangan (Hassan, 2007) a. Perkembangan Kognitif Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Susanto, 2011). Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan, dan pengertian. Pikiran anak mulai aktif sejak lahir, terus berkembang dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya. Perkembangan pemikirannya, seperti: 1) Belajar tentang orang 2) Belajar tentang sesuatu 3) Belajar tentang kemampuan-kemampuan baru 4) Memperoleh banyak ingatan 5) Menambah banyak pengalaman Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan pikiran yang dapat berpengaruh pada perkembangan aktivitas anak dalam beradaptasi terhadap lingkungan.

14

b. Perkembangan Emosional Kesadaran diri anak dalam merasakan rentang emosi yang semakin luas terus bertambah.Anal-anak, seperti halnya orang dewasa, mengalami beragam emosi sepanjang hari. Perkembangan emosional mereka pada masa kanak-kanak awal memungkinkan mereka untuk mencoba memahami reaksi emosional orang lain dan mulai belajar mengendalikan emosi mereka sendiri (Santrock, 2011). Perkembangan emosional berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Perkembangan emosi dan sosial merupakan dasar perkembangan kepribadian di masa datang. Setiap orang akan mempunyai emosi rasa senang, marah, kesal dalam menghadapi lingkungan sehari-hari (Susanto, 2011). Setiap anak menunjukkan ekspresi yang berbeda sepanjang perkembangannya. Pada awal perkembangan anak, mereka telah menjalin

hubungan

timbal

balik

dengan

orang-orang

yang

mengasuhnya. Kepribadian orang yang terdekat akan mempengaruhi perkembangan baik sosial maupun emosional (Susanto, 2011). Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosional adalah keadaan manusia yang dipengaruhi oleh kejiwaan seperti senang, marah, kesal atau keadaan lingkungan disekitarnya sehingga mendorong untuk bertindak. c. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial juga diartikan sebagai proses

15

belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi, dan bekerja sama (Susanto, 2011). Anak dilahirkan belum bersifat sosial, artinya anak belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri dengan orang lain untuk mencapai kematangan sosial. Anak memperoleh kemampuan ini melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orangorang di lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya (Susanto, 2011). Jadi perkembangan sosial merupakan sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. d. Perkembangan Psikososial Perkembangan psikososial merupakan tahap perkembangan yang dipengaruhi faktor sosial dan kultural. Erikson(1950 dalam Susanto, 2011) menemukan bahwa dalam tahap-tahap kehidupan setiap individu, terdapat tugas-tugas perkembangan penting yang perlu diselesaikan dengan baik. Keberhasilan perkembangan selanjutnya,

individu

akan

dalam

menjadi

sehingga

menyelesaikan

dasar

kemungkinan

bagi

tugas

individu

suatu

tugas

perkembangan untuk

dapat

menyelesaikan tugas berikutnya akan lebih besar. Namun sebaliknya,

16

kegagalan individu dalam menyelesaikan tugas dalam suatu tahap perkembangan

akan

cenderung

menghambat

individu

dalam

menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap selanjutnya. Seorang anak harus melewati tahapan perkembangan psikososial ini secara urut dan masing-masing tahapan harus diselesaikan (Susanto, 2011). B. Perkembangan psikososial 1.

Definisi Menurut Erikson (1950 dalam Santrock, 2011) pada usia 3-6 tahun anak memasuki tahap perkembangan psikososial inisiatifdan rasa bersalah.Tahap ini merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka memasuki dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka.Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa.Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberikan kepercayaan dan merasa sangat cemas.

2.

Karakteristik perkembangan psikososial anak prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun yang merupakan masa persiapan untuk memasuki pendidikan formal yang sebenarnya di sekolah dasar. Menurut Montessori (1870 dalam Susanto, 2011) masa ini ditandai dengan masa peka terhadap segala stimulasi yang diterimanya melalui pancaindera. Masa peka memiliki arti penting bagi perkembangan setiap anak. Apabila orang tua mengetahui anaknya telah memasuki masa peka dan segera memberi stimulasi yang

17

tepat, maka akan mempercepat penguasaan terhadap tugas-tugas perkembangan pada usianya. Anak usia prasekolah merupakan tahapan terakhir pada masa balita. Masa balita merupakan periode penting dalam pertumbuhan danperkembangan, karena perkembangan masa ini merupakan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak masih dalam kandungan, sebaliknya lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangannya (Soetjiningsih, 2002). Tinjauan Erikson (1963 dalam Wong, 2002) menyatakan krisis yang dihadapi pada anak usia antara 3 sampai 6 tahun disebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji

lingkungan

melalui

kemampuan

inderanya.

Anak

mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak dicapai. Menurut Erikson (1963 dalam Wong, 2002) pada fase inisiatif versus rasa bersalah anak menunjukkan karakteristik:

18

a) Orang terdekat anak usia prasekolah adalah orang tua. b) Anak yang normal telah menguasai perasaan otonomi dengan dukungan orang tua dalam imajinasi dan aktivitas, dan anak berupaya menguasai perasaan inisiatif. c) Anak

mengembangkan

perasaan

bersalah

ketika

orang

tua

menyebabkan anak merasa bahwa imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat diterima. Ansietas terjadi ketika pemikiran dan aktivitas anak tidak sesuai dengan harapan orang tua. Beberapa karakteristik perkembangan psikososial anak prasekolah antara lain: a) Karakteristik sosial 1) Hubungan anak dengan orang lain, termasuk kakek-nenek, saudara kandung dan guru-guru di sekolah. 2) Anak memerlukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial. 3) Tujuan utama program usia prasekolah adalah membentuk dan mengembangkan keterampilan sosial anak. b) Karakteristik perilaku Sesuai dengan tugas perkembangannya, anak prasekolah akan memperlihatkan perilaku sebagai berikut (Keliat, 2008) : 1) Perilaku anak prasekolah berdasarkan tugas perkembangan yang normal : inisiatif a.

Mengkhayal dan kreatif

b.

Berinisiatif bermain dengan alat-alat yang ada di rumah

19

c.

Belajar keterampilan fisik baru

d.

Menikmati bermain bersama dengan anak seusianya

e.

Mudah berpisah dengan orang tua

f.

Mengetahui hal-hal yang salah dan benar serta mengikuti aturan

g.

Minimal mengenal 4 warna

h.

Merangkai kata-kata dalam bentuk kalimat

i.

Mampu mengerjakan pekerjaan yang sederhana

j.

Mengenal jenis kelamin

2) Perilaku anak prasekolah berdasarkan tugas perkembangan : rasa bersalah a.

Tidak percaya diri, malu untuk tampil

b.

Pesimis, tidak memiliki cita-cita

c.

Takut salah dalam melakukan sesuatu

d.

Sangat membatasi aktivitasnya, sehingga terkesan malas dan tidak mempunyai inisiatif

3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial Menurut Akbar (2009 dalam Susanto, 2011) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan psikososial yaitu penerimaan kelompok, keamanan status, tipe kelompok, perbedaan anggota kelompok, kepercayaan diri dan perkembangan intelektual. a)

Penerimaan kelompok Anak-anak yang populer akan mudah tumbuh dan diterima sebagai

anggota

kelompoknya.

Anak-anak

yang

kurang

20

motivasinya untuk bersosialisasi akan mengalami kesulitan untuk diterima dalam kelompok sosialnya. b)

Keamanan status Anak-anak yang merasa aman di lingkungan kelompoknya akan

merasa

bebas

mengutarakan

segenap

kreativitasnya,

sebaliknya anak-anak yang merasa tidak aman akan bersifat tertutup dan akan takut untuk berbuat sesuatu. Dalam keluarga harus

diciptakan

suasana

aman

untuk

anak-anak

agar

perkembangannya dapat optimal. c) Tipe kelompok Kelompok sosial dibagi menjadi beberapa tingkatan hubungan dan bergantung pada keefektifan hubungan tersebut meliputi, primer (keluarga), sekunder (kelompok bermain), tersier (hubungan antar anak-anak dalam bis dan kereta). Kelompok primerlah yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan psikososial anak. d) Perbedaan anggota kelompok Peran terbesar dalam kelompok dipegang oleh anak yang populer dan yang berperan terkecil adalah anak-anak yang tidak populer. e) Kepercayaan diri Rasa percaya diri perlu ditanamkan pada anak-anak sehingga dapat tumbuh dengan baik. Anak yang kurang percaya diri tidak akan dapat berperan dalam kelompok sosialnya, sehingga perlu distimulasi motivasinya untuk dapat memiliki rasa percaya diri.

21

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2011) tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia tiga sampai enam tahun, yang dilakukan di Dusun Jatisari Desa Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan pada Senin 4 Juli 2011 kepada anak usia prasekolah, menunjukkan hasil bahwa pola asuh orang tua memiliki hubungan terhadap perkembangan anak usia tiga sampai enam tahun. C. Pola asuh 1.

Definisi Parenting (pola asuh) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga (Supartini, 2004). Pola asuh merupakan proses dari tindakan yang mempunyai tujuan untuk dicapai sedang masa tersebut dimulai dari masa kehamilan (Wong, 2002). Pola asuh menurut Soetjiningsih (2004) adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan masyarakat pada umumnya. Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua adalah untuk mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya. Kemampuan orang tua atau keluarga menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari secara formal melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut secara trial dan error (Supartini, 2004).

22

2.

Peran keluarga dalam pola asuh a) Pola asuh oleh ibu Peranibu adalah sebagai pelindung dan pengasuh.Seorang ibu, tua maupun muda, kaya atau miskin secara naluri mengetahui tentang garis-garis besar dan fungsinya sehari-hari dalam keluarga. Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga, khususnya bagi anakanak usia dini. Oleh karena itu keterlibatan ibu dalam mengasuh dan membesarkan anak sejak masih bayi dapat membawa pengaruh positif maupun negatif bagi perkembangan anak di masa yang akan datang. Hubungan yang erat dengan ibu ditahun pertama kehidupan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang anak yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Peran ibu sedini mungkin akan membuat anak merasa aman dan nyaman karena adanya kontak fisik ketika ibu menyusui anak segera setelah lahir. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahunpertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi (Soetjiningsih, 2000). Peran seorang ibu sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Keyakinan, pemikiran dan perilaku ibumemiliki pengaruh yang sangat

dalam

terhadap

pemikiran

dan

perilaku

anak,karena

kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga (Lyen, 2003). Menurut Gunarsa (2003), perpisahan yang relatif lama antara ibu dan anak bisa menjadi dasar timbulnya kesulitan-kesulitan tingkah

23

laku dan kepribadian anak. Kemerosotan dalam hubungan keluarga juga semakin mengganggu perkembangan anak, hal ini menyebabkan perasaan tidak aman dan tidak bahagia sehingga anak akan mengalami kesulitan penyesuaian sosial

di luar rumah serta menurunkan

kemampuan berkonsentrasi dan belajar (Hurlock, 1990). Anak yang mendapatkan kasih sayang cukup dari ibu akan dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah baru di luar rumah. Jika ibu terlalu ikut campur dalam urusan anak atau memaksakan anak untuk mentaati ibu, maka hal ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan pembentukan kepribadian anak. b) Pola asuh oleh keluarga Kenyataan bahwa pola asuh dalam keluarga utuh dan dalam satu rumah, serta hanya satu yang berperan sebagai ibu adalah tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh semua orang tua baik di Indonesia maupun di negara lain. Masalah di negara timur termasuk Indonesia, keluarga besar masih lazim dianut dan peran ibu sering dilakukan oleh beberapa orang seperti ayah, kakek, nenek, bibi dan keluarga dekat lainnya.Kecenderungan

wanita

untuk

bekerja

di

luar

rumah

menyebabkan meningkatnya peran pengganti ibu, sehingga peran "Ibu pengganti" menjadi sangat penting. Pada keluarga yang disharmonis atau adanya perpisahan sementara dengan ibu karena tugas, maupun perpisahan permanen karena orang tua bercerai atau meninggal, atau anak dititipkan di panti asuhan dapat menyebabkan masalah psikis pada anak karena tidak ada atau kurang adanya kasih sayang yang

24

sangat

dibutuhkan

oleh

anak

untuk

mendukung

tercapainya

pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal (Hurlock, 1990 dan Soetjiningsih, 2000). Pengasuh penganti merupakan pemberi perhatian utama dan anak akan menganggap pengasuh tersebut sebagai figur ibu. Anak yang diasuh oleh orang lain dalam jangka panjang akan mengalami kesulitan lebih besar ketika harus berkumpul kembali dengan orang tua. Anak menjadi tidak patuh dan menolak batasan-batasan yang diterapkan oleh orang tua (Lyen, 2003). c) Pola asuh oleh nenek Hurlock (2004) berpendapat bahwa nenek berperan sebagai pengasuh atau pengganti ibu. Hubungan yang sering terjadi dari semua sanak keluarga adalah antara anak dan nenek dari pihak ibu karena ibu sering meminta bantuan nenek untuk merawat anak apabila tidak ada pembantu pada saat orang tua harus pergi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2005) tentang pengasuhan

anak

dikalangan

keluarga

TKI,

hasil

penelitian

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup menonjol antara anakanak yang diasuh oleh orang tua tunggal, dengan ank-anak yang diasuh oleh keluarga luas. Orang tua tunggal lebih tegas dan bertindak cepat dalam pengambilan keputusan terhadap anak dari pada pola asuh yang dilakukan oleh nenek-kakeknya. Anak dalam pengasuhan orang tua tunggal akan menghasilkan pola asuh yang lebih mandiri, tidak menghadapi kendala yang cukup berarti. Saat ibu atau ayah berpergian

25

ke luar negeri, segala beban tugas diambil alih oleh suami, isteri, atau keluarga luasnya. Anak-anak yang ditinggalkan tidak mangalami kendala yang berarti. Anak dapat berkomunikasi dengan ibu kapan saja, sehingga kondisi anak dan keluarga yang 'mencari nafkah' ke luar negeri dianggap sebagai hal biasa, karena dalam waktu dekat mereka dapat berkumpul kembali. 3. Tipe pola asuh Pola asuh orang tua mempengaruhi seberapa baik anak membangun nilai-nilai dan sikap-sikap anak yang bisa dikendalikan. Pakar perkembangan anak Baumrind 1971 (dalam Santrock, 2011) telah mengelompokkan pola asuh dalam empat tipe: a) Pola asuh bisa diandalkan (Demokratis) Orang tua yang bisa diandalkan menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anak-anak mereka. Orang tua tipe ini memperlihatkan cinta dan kehangatan kepada anak. Mereka harus mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, serta menyediakan waktu bertemu yang positif secara rutin dengan anak. Orang tua tipe bisa diandalkan membiarkan anak untuk menentukan keputusan sendiri dan mendorong anak untuk membangun kepribadian. Anak-anak dari orang tua yang bisa diandalkan cenderung memiliki kebanggaan diri yang sehat, hubungan positif dengan sebayanya, percaya diri, dan sukses.

26

b) Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter adalah pola asuh anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang tua yang telah membesarkannya. Anak yang dibesarkan dengan teknik pola asuh seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid/selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orang tua, dan lain-lain. Namun dibalik itu biasanya anak yang diasuh oleh orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter lebih bisa mandiri, tumbuh sesuai dengan harapan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter menekankan batasan dan larangan diatas respon positif. Orang tua sangat menghargai anak yang patuh terhadap perintah orang tua dan tidak melawan. Pola asuh otoriter menimbulkan dampak negatif pada anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suharsono 2009, tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah telah menunjukkan bahwa anak dari

27

orang tua otoriter bisa menjadi pemalu, penuh ketakutan, menarik diri, dan berisiko terkena depresi. c) Pola asuh permisif Pola asuh permisif adalah jenis pola asuh anak yang tidak mempedulikan pertumbuhan dan perkembangan terhadap anak. Jadi apapun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas, materialistis, dan sebagainya. Pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini biasanya diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain, sehingga orang tua tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak hanya diberikan materi atau harta saja dan tidak mempedulikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang diasuh oleh orangtua dengan pola semacam ini akan berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa dewasa. Orang tua tipe permisif tidak memberikan struktur dan batasan yang tepat bagi anak. Orang tua tipe ini cenderung mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah

28

penting bagi perkembangan psikologis. Orang tua menyembunyikan ketidaksabaran, kemarahan, atau kejengkelan pada anak. d) Pola asuh penelantar Pada pola asuh ini orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Pada tipe ini orang tua hanya memberikan waktu, perhatian dan biaya yang sangat sedikit pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi, seperti bekerja. Anak yang diasuh oleh orang tua dengan pola asuh semacam ini akan memiliki harga diri yang rendah, cenderung tidak kompeten secara sosial, kurang mandiri dan terasing dari keluarga. e) Pola asuh campuran Pola asuh campuran orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak. Orang tua terombang-ambing antara tipe bisa diandalkan, otoriter, atau permisif. Pada pola asuh ini orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh bisa diandalkan, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh campuran orang tua akan memberikan larangan jika tindakan anak menurut orang tua membahayakan, membiarkan saja jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan (Dewi, 2008).

29

4.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Setiap orang mempunyai sejarah sendiri-sendiri dan latar belakang yang

seringkali

sangat

jauh

berbeda.

Perbedaan

ini

sangat

memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Syamsu(2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh oran tua yaitu: a) Pendidikan Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Orang tua yang mempunyai pendidikan yang baik dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, cara menjaga anak,

pendidikan

dan

sebagainya

sehingga

perkembangan

psikososial anak dapat berkembang secara optimal. b) Status ekonomi Status ekonomi juga mempengaruhi pola asuh yang akan diterapkan oleh orang tua kepada anak. Perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan serta lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan pola asuh orang tua menuju perlakuan tertentu yang dianggap sesuai oleh orang tua. c) Lingkungan tempat tinggal Lingkungan tempat tinggal mempengaruhi cara orang tua dalam penerapan pola asuh terhadap anak. Hal tersebut dapat dilihat jika suatu keluarga tinggal di kota besar, kemungkinan besar orang tua akan banyak mengontrol anak karena rasa khawatir, sebaliknya

30

keluarga yang tinggal didaerah pedesaan, kemungkinan orang tua tidak begitu khawatir terhadap anak. d) Kesamaan pola asuh masa lalu orangtua Bila orangtua merasa bahwa orangtua mereka berhasil mendidik mereka dangan baik, mereka akan menggunakan teknik yang serupa dalam menddidik anaknya. Jika mereka merasa teknik yang digunakan orangtua mereka salah, maka biasanya mereka beralih ke teknik yang berlawanan. e) Usia orang tua Perkembangan dewasa dibagi menjadi tiga yaitu, dewasa muda dengan usia berkisar antara 17-40 tahun, dewasa tengah dengan usia berkisar antara 41-60 tahun dan dewasa akhir dengan usia >60 tahun (Desmita, 2006). Orangtua

yang

usianya

lebih

muda

cenderung

lebih

demokratisdibandingkan dengan orangtua yang lebih tua. Semakin kecil perbedaan usia antara orangtua dan anak, maka semakin kecil pula perbedaan dan perubahan budaya dalam kehidupan mereka sehingga akan membuat orangtua lebih memahami tentang anaknya. f) Pelatihan bagi orang tua Orangtua yang telah mengikuti pelatihan mengenai pengasuhan anak, lebih mengerti tentang anak–anak dan kebutuhannya. Kebanyakan orangtua menggunakan pola asuh yang demokratis dibandingkan orangtua yang tidak mendapat pelatihan.

31

Penelitian yang mendukung adanya pengaruh pola asuh terhadap perkembangan psikososial antara lain penelitian yang dilakukan oleh Suseno (2012) tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Responden sebanyak 20 orang tua yang mempunyai anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo, dan 20 anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan kemandirian pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo.

32

D. Kerangka teori - Pertumbuhan fisik anak - Perkembangananak 1. Kognitif 2. Emosional 3. Sosial 4. Psikososial (inisiatif versus rasa bersalah)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial: - Penerimaan kelompok - Keamanan status - Tipe kelompok Kelompok primer (keluarga) yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan psikososial anak, yaitu dalam memberikan pola asuh. Tipe pola asuh: 1. Demokratis 2. Otoriter 3. Permisif 4. Penelantar

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh : - Pendidikan - Status ekonomi - Lingkungan tempat tinggal - Kesamaan pola asuh masa lalu orangtua - Usia orang tua - Pelatihan bagi orang tua

- Perbedaan anggota kelompok - Kepercayaan diri

Keterangan :

= Diteliti = Tidak diteliti

Sumber: Baumrind 1971 dalam Santrock (2011), Wong (2002), Hurlock (2004), Soetjiningsih (2000) dan Nelson (1999)

33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN PENELITIAN

A. KerangkaKonsep Berdasarkan kerang kateori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Baumrind

(1971 dalam Santrock, 2011) menyebutkan

bahwa tipe pola asuh orang tua adalah pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar. Berdasarkan hal tersebut, maka variable yang ingin diteliti adalah tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga sebagai variabel independen dan perkembangan psikososial anak usia prasekolah sebagai variabel dependen. Pada variabel independen peneliti hanya mengambil satu faktor dari keseluruhan faktor yang ada karena adanya keterbatasan dari peneliti. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

VariabelIndependen

Variabel Dependen

Tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga

Perkembangan

psikososial

-

Demokratis

anak usia prasekolah:

-

Otoriter

Inisiatifversus rasa bersalah

-

Permisif

-

Penelantar

Bagan 2.KerangkaKonsep

33

34

B. Hipotesis Hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara, yang mungkin benar atau juga salah. Berdasarkan atas teori yang ada maka hipotesisnya adalah sebagai berikut : - Ada hubungan tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan

psikososial

anak

usia

prasekolah.

35

C. DefinisiOperasinalVariabelPenelitiandanSkala Variabel

Definisi operasional

Cara Ukur

AlatUkur

Tipe pola asuh Adalah perilaku dari Menghitungskordari

Kuesionerpola asuh

pengganti ibu : pengasuh

tuaberisi32

keluarga

ibu:

pengganti pertanyaantentangpo

keluarga

dalam la

asuh

SkalaUkur

Kategori orang Jumlahkan setiap nomor

pertanyaan. pernyataan

orang Masing-masing

tipe

pola jawaban

dengan

pengasuh,

usaha mengarahkan dan tuamenggunakanskal

asuh berisi 8 pertanyaan. dibagi

membimbing anak usia aLikert:

Pertanyaan nomor:

prasekolah. Jenis pola - Tidak pernah = 1

1. Demokratis: 4, 6, 7, 10, (8 pertanyaan). Tipe pola

asuh:

- Jarang = 2

1. Demokratis

- Kadang-kadang = 3

2. Otoriter

- Sering = 4

3. Permisif

- Selalu = 5

4. Penelantar

15, 19, 29, 32

dengan

lalu

jumlah

masing-masing pertanyaan

asuh

yang

diterapkan

2. Otoriter: 2, 13, 14, 20, 22, adalah yang memiliki skor 23, 24, 26

tertinggi.

Bila

jawaban

3. Permisif: 1, 3, 8, 11, 12, pengasuh sama di dua atau 16, 30, 31

tiga

pola

4. Penelantar: 5, 9, 17, 18, pengasuh 21, 25, 27, 28 5. Campuran:Bila

asuh,

maka

digolongkan

pada pola asuh campuran. jawaban Instrumen

pengasuh sama di dua peneliti

yang

dibuat

merupakan

modifikasi dari instrumen

Skala Ordinal

36

atau tiga pola asuh.

pola asuh anak yang dibuat oleh Yuniarti (1988 dalam Utami, 2002) dan Latouf (2008).

Perkembangan

Merupakan

psikososial anak perkembangan usia prasekolah

tahap Menghitungskordari

Kuesioner

anak pertanyaantentang

psikososial

berisi

40

yang dipengaruhi oleh perkembangan

pertanyaan,

faktor sosial dan kultur psikososial

10 pertanyaan sesuai dengan

yang

usia anak yang diteliti.

dalam

tahap menggunakanskalaG

Skala Ordinal

perkembangan - perkembangan

masing-masing

psikososial rasa bersalah jika

hasil

jawaban

responden < 10,00 - perkembangan

perkembangan inisiatif uttman.

psikososial inisiatif jika

vs rasa bersalah.

(0) Tidak

hasil jawaban responden

(1) Ya

= 10,00

Bagan 3. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala

37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian non experimental dengan deskriptif analitik yaitu pengamatan terhadap obyek yang diteliti (Sugiyono, 2009). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara variabel independen dan dependen. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada follow up (Hidayat, 2007; Nursalam, 2003). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. Di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi terdapat sekitar 372 ibu yang bekerja di luar negeri dengan anak sebagian besar diasuh oleh keluarga, seperti nenek dan saudara kandung orang tua. C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi. Populasi merupakan kumpulan semua elemen atau individu dari mana data atau informasi akan dikumpulkan (Nasir dkk, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengasuh anak usia prasekolah

37

38

(keluarga) dengan ibu bekerja di luar negeri yang tinggal di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah pengasuh anak usia prasekolah karena ibu bekerja di luar negeri, yang tinggal di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. Adapun kriteria populasi yang diambil oleh peneliti pada saat akan melakukan penelitian sebagai berikut: a) Kriteria inklusi Kriteria inklusi merupakan sejumlah kriteria yang dimiliki subjek penelitian yang mewakili dan memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Pengasuh (a) Mempunyai hubungan darah. (b) Bersedia menjadi responden. 2) Anak (a) Usia prsekolah yang ditinggal oleh ibu bekerja di luar negeri. 3. Jumlah sampel Rumus besar sampel: √

(

)

√ ( (

Keterangan:

)

)

(

)

39

n

= Jumlah sampel yang dibutuhkan = Nilai distribusi normal baku pada

( )

tertentu (1,96 =

kemaknaan 95% CI dengan

derajat

sebesar 5%)

= Nilai distribusi normal baku pada

tertentu (1,28 =

kekuatan uji sebesar 90%) = 75 % atau 0,75 ( Proporsi pola asuh demokratis terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah menurut penelitian Rahayu Budi Utami, 2008). P2

= Perkiraan proporsi (30 % atau 0,30).

P

= P1 + P2 = 0,75 + 0,30 = 0,525 2

2

)

√ (

Maka (



(

(



( )

) (

(



)

√ )

(



√ )

(

(

)

(

)

)

(



)

(

)

)

(

(

)

(

)

)

)

40

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 48 orang. Sampel ditambah 10% dari jumlah sampel yang ada sebagai cadangan untuk mencegah adanya missing data, maka menjadi: n = 10% x 48 = 4,8= 5 orang n total = 48+ 5 = 53 orang x 4= 212 orang (mencegah missing data) 4. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti mengenai subyek yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel (Nasir dkk, 2011). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan

pada pengasuh anak usia

prasekolah yang ditinggal ibunya bekerja ke luar negeri di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. Peneliti mendata semua pengasuh di 10 RT yang berada di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, kemudian pengasuh yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan maka akan dipilih menjadi responden. Setelah responden terpilih maka akan dikumpulkan di RW masing-masing untuk pengumpulan data pada waktu yang telah dijanjikan. D. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen dalam pengambilan data. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian yakni kuesioner data

41

demografi, kuesioner pola asuh ibu, dan kuesioner perkembangan psikososial anak. 1. Kuesioner data demografi Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden yang terdiri dari 2 pertanyaan yakni: a. Biodata pengasuh meliputi usia, jenis kelamin, hubungan pengasuh dengan anak usia prasekolah karena ibu pergi bekerja ke luar negeri, pendidikan terakhir pengasuh, agama dan jumlah anak yang diasuh. b. Biodata anak usia prasekolah meliputi nama (inisial), tanggal lahir anak, jenis kelamin, dan tanggal observasi. 2. Kuesioner pola asuh orang tua Kuesioner pola asuh orang tua ini berupa pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban tertutup tentang bagaimana sikap dan perilaku pengasuh selama berinteraksi dengan anak, yang diisi langsung oleh pengasuh dibantu oleh penterjemah. Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan 32 pertanyaan, tipe pola asuh demokratis 8 pertanyaan (4, 6, 7, 10, 15, 19, 29 dan 32), tipe pola asuh otoriter 8 pertanyaan (2, 13, 14, 20, 22, 23, 24, dan 26), tipe pola asuh permisif 8 pertanyaan (1, 3, 8, 11, 12, 16, 30 dan 31) dan tipe pola asuh penelantar 8 pertanyaan (5, 9, 17, 18, 21, 25, 27 dan 28) dengan jawaban Selalu= 5, Sering= 4, Kadang-kadang= 3, Jarang= 2, Tidak Pernah= 1.

42

Jumlahkan setiap nomor pernyataan dengan jawaban pengasuh, lalu dibagi dengan jumlah masing-masing pertanyaan (8 pertanyaan). Tipe pola asuh yang diterapkan adalah jawaban yang memiliki skor tertinggi. Bila jawaban pengasuh sama di dua atau tiga pola asuh, maka pengasuh digolongkan pada pola asuh campuran. Instrumen yang dibuat peneliti merupakan modifikasi dari instrumen pola asuh anak yang dibuat oleh Yuniarti (1988 dalam Utami, 2002). 3. Kuesioner perkembangan psikososial Kuesioner ini menggunakan skala Guttman, dimana skala ini menginginkan tipe jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, yatidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif, tinggi-rendah, baik-buruk, dan seterusnya (Djaali dan Muljono, 2007). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tipe jawaban ya-tidak untuk mengetahui perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Kuesioner dibuat dalam bentuk daftar checklist dan pertanyaan tentang perkembangan psikososial anak usia prasekolah dengan jawaban tertutup yang diisi oleh pengasuh, sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Total pertanyaan berjumlah 40 pernyataan (masing-masing 10 pertanyaan untuk setiap usia anak yang diteliti) yang terdiri dari 2 pernyataan yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Apabila jawaban responden benar diberikan skor 1 dan apabila jawaban responden salah diberikan skor 0 sehingga skor maksimum adalah 40 dan skor minimum adalah 0. Pernyataan positif (usia 3 tahun) terdiri dari 5 item pernyataan yaitu pernyataan nomor

43

1,2,3,6 dan 7, (usia 4 tahun) terdiri dari 5 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 1,3,6,7 dan 9, (usia 5 tahun) terdiri dari 4 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 1,2,3 dan 7, (usia 6 tahun) terdiri dari 3 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 3,5 dan 7 dengan penskorannya sebagai berikut : a. Jika responden menjawab benar diberikan skor 1 b. Jika responden menjawab salah diberikan skor 0 Pernyataan negatif (usia 3 tahun) terdiri dari 5 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 4,5,8,9 dan 10, (usia 4 tahun) terdiri dari 5 item pernyataanyaitu pernyataan nomor 2,4,5,8 dan 10, (usia 5 tahun) terdiri dari 6 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 4,5,6,8,9 dan 10, (usia 6 tahun) terdiri dari 7 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 1,2,4,6,8,9 dan 10), maka pemberian skor sebagai berikut: a. Jika responden menjawab benar diberikan skor 0 b. Jika responden menjawab salah diberikan skor 1 Kuesioner

ini

menggunakan

nilai

median

karena

data

berdistribusi tidak normal sehingga dapat disimpulkan bahwa: Jika hasilnya < 10,00 menunjukkan perkembangan psikososial rasa bersalah. Jika hasilnya = 10,00 menunjukkan perkembangan psikososial inisiatif.  Pertanyaan dapat ditanyakan langsung kepada anak jika anak mampu untuk menjawab.

44

 Jika pengasuh menjawab ragu-ragu maka akan dilakukan observasi langsung. Pernyataan yang dapat dilakukan observasi terdapat pada pernyataan nomor 1,2 dan 3 (usia 3 tahun), nomor 1,8 dan 9 (usia 4 tahun), selanjutnya nomor 1,2,3,4,5 dan 7 (usia 5 tahun), dan pernyataan nomor 3 (usia 6 tahun). E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilaksanakan di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, yang terdiri dari 10 RW dan 45 RT. Adapun tahapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1.

Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, RW dan RT setempat.

2.

Setelah mendapatkan izin dari pihak berwenang setempat, peneliti melakukan pendataan untuk pengambilan sampel.

3.

Meminta bantuan kepada bapak RW dan RT setempat dalam pengumpulan responden.

4.

Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan dalam kuesioner kepada calon responden dari sampel yang telah terpilih tersebut.

45

5.

Memberikan

lembar

persetujuan

(informed

consent)

untuk

ditandatangani oleh calon responden, apabila calon responden bersedia menjadi responden. 6.

Meminta bantuan kepada kader untuk memandu mengisi kuesioner karena ada responden yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan tidak bisa membaca.

7.

Peneliti dan kader memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.

8.

Peneliti dan kader membacakan kuesioner jika ada responden yang tidak mengerti bahasa Indonesia.

9.

Memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kuesioner sekitar 15-20 menit.

10. Setelah kuesioner terisi, responden menyerahkan kuesioner kepada peneliti. 11. Peneliti mengecek kembali jawaban apakah sudah lengkap atau belum. Jika belum lengkap, maka peneliti meminta responden untuk melengkapi jawabannya, namun apabila sudah lengkap maka kuesioner dikumpulkan kepada peneliti. 12. Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai dengan variabel penelitian. F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Demikian halnya bila menggunakan kuesioner

46

dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusun harus dapat mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas kuesioner dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item pertanyaan dengan skor total tiap kelompok soal dengan menggunakan uji Person Product Momen dengan rumus sebagai berikut: ( √

) (

( )

)(

) (

)

Keterangan : = koefisien korelasi = jumlah skor item = jumlah skor total (item) = jumlah responden Hasil penghitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai product moment. Jika R hitung lebih besar dari table R tabel pada taraf signifikansi 5% maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid. Cara pengujian validitas ini dengan melakukan uji korelasi antar nilai tiap item pertanyaan terhadap skor total nilai kelompok. Peneliti melakukan uji coba pada 30 responden di Rt 43, 44 dan 45 Rw 10 Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi karena dekat dengan tempat peneliti, kemudian hasilnya dianalisa dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS 20 for windows. Dari hasil analisa tersebut didapatkan r table (n-2 = 0,31) dan menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel pada semua kuesioner yang berarti semua kuesioner valid.

47

2. Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan satu kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama. Menguji reliabilitasnya dapat digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :

Keterangan: : koefisiensi reliabilitas internal seluruh item : korelasi product moment antara belahan Maka apabila

> r tabel berarti reliabel dan apabila

< r

tabel tidak reliabel (Hidayat, 2008). Dari hasil uji realibitas yang telah dilakukan oleh peneliti di Rt 43, 44 dan 45 Rw 10 Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi terhadap 30 responden didapat nilai Alpha Cronbach (α) dari variable tipe pola asuh orang tua sebesar 0,903 (koefisien reliabilitas tinggi) dan variabel perkembangan psikososial anak usia prasekolah sebesar 0,927 (koefisien reliabilitas tinggi). Dari kedua hasil uji reabilitas tersebut dapat dinyatakan bahwa kedua kuesioner tersebut realibel dan dapat digunakan.

48

G. Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan tahaptahap sebagai berikut: a) Editing Editing adalah kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan isian formulir atau kuesioner. Editing (penyuntingan) ini dilakukan terlebih dahulu setelah penyebaran kuesioner untuk melihat apakah jawaban sudah lengkap atau belum. b) Coding Coding atau pengkodean adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan, misalnya 0= laki-laki, 1= perempuan. Kegiatan ini dilakukan setelah semua kuesioner sudah diedit atau disunting. c) Data entry atau Processing Data entry adalah kegiatan memasukkan data (jawabanjawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)) ke dalam program SPSS. d) Cleaning Cleaning adalah kegiatan mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, yang kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Cara yang dilakukan dalam proses ini adalah membuat distrIbusi frekuensi masing-masing variabel

49

untuk mengetahui adanya data yang hilang (missing) dan mendeteksi apakah data yang dimasukkan benar atau salah. H. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisa data yang digunakan adalah Analisis Univariat bertujuan untuk menggambarkan sampel penelitian dari semua variabel penelitian dengan cara menyusun secara tersendiri untuk masing-masing variabel. Adapun variabel-variabel yang akan dianalisis, yaitu pola asuh pengganti ibu: keluarga dan perkembangan psikososial anak usia prasekolah, yang keduanya masing-masing berskala ordinal. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel, yaitu antara variabel independen dan dependen. Analisis bivariat baik variabel independen maupun dependen terdiri dari skala ordinal. Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen yaitu pola asuh pengganti Ibu: keluarga, dan variabel dependen yaitu perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Teknik analisis yang digunakan adalah Spearman dengan menggunakan

= 5% dengan derajat kepercayaan 95%, sehingga jika p

value ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, dan jika p value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

50

I. Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Subjek penelitian harus menandatangani lembar persetujuan ketika bersedia menjadi responden. Peneliti harus menghormatinya, jika responden menolak. 2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

51

lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Sukalarang Kelurahan Sukalarang terletak di Ibukota Kecamatan Sukalarang, dengan luas Kelurahan ini adalah 332,160 Ha. Di sebelah utara berbatasan dengan Taman Nasional Gede Pangrango, di sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kelurahan Cimangkok dan Titisan, di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Semplak dan Prianganjaya, dan di sebelah barat berbatsan dengan wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Terdapat 5 Desa pada Kelurahan ini, yaitu: Desa Sukalarang, Desa Bobojong, Desa Kadugede, Desa Semplak dan Desa Cipamingkis. Jumlah penduduk di Kelurahan ini ada 4027 jiwa. Pada Kelurahan ini terdapat 465 orang ibu bekerja, dan 372 ibu yang bekerja ke luar negeri. Berdasarkan data dari Kelurahan Sukalarang terdapat ibu-ibu yang bekerja di luar negeri sehingga ibu-ibu menitipkan anaknya yang berusia usia prasekolah kepada keluarga seperti ibu, saudara kandung atau saudara sepupu. Jumlah ibu yang bekerja di Luar Negeri antara lain: di Desa Sukalarang 120 orang (56,33%), Desa Bobojong 90 orang (50%), Kadugede 64 orang (33,33%), Semplak 60 orang (29,56%) dan Desa Cipamingkis 38 orang (20,65%).

52

53

B. Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 dengan responden penelitian ini adalah pengasuh anak usia prasekolah yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri dan anak usia prasekolah yang ibu bekerja di luar negeri di Kelurahan Sukalarang. Jumlah responden sebanyak 212 orang pengasuh dan 212 anak usia prasekolah yang memenuhi syarat sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan meminta responden mengisi kuesioner, mengobservasi perkembangan psikososial anak dan memvalidasi kuesioner dan hasil observasi. Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan pengasuh dengan anak, pendidikan terakhir, agama, jumlah anak yang diasuh, usia anak dan jenis kelamin anak. Berikut adalah kategori responden penelitian: 1. Usia Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Usia Usia

Frekuensi

Persentase (%)

17-40 tahun (dewasa awal)

58

27,4

41-60 tahun (dewasa tengah)

119

56,1

>60 tahun (dewasa tua)

35

16,5

212

100

Total

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi pengasuh berdasarkan usia. Sebagian besar pengasuh berusia antara 41-60 tahun sebanyak 119 pengasuh (56,1%).

54

2. Jenis kelamin Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki Perempuan Total

-

-

212

100

212

100

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi pengasuh berdasarkan jenis kelamin. Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden berjenis kelamin perempuan yaitu 212 pengasuh (100%). 3. Hubungan Pengasuh Dengan Anak Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Hubungan Pengasuh Dengan Anak Hubungan dengan Frekuensi Persentase (%) anak Ayah

-

-

Nenek

189

89,2

Kakek

-

-

11

5,2

Paman

-

-

Saudara Kandung

2

0,9

Saudara Sepupu

10

4,7

212

100

Bibi

Total

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar anak diasuh oleh nenek dengan jumlah persentase tertinggi yaitu sebesar189 pengasuh (89,2%).

55

4. Pendidikan Terakhir Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase (%) Tidak sekolah

152

71,7

Tamat SD atau sederajat

52

24,5

Tamat SLTP atau sederajat

8

3,8

Tamat SLTA atau sederajat

-

-

S1 atau sederajat

-

-

212

100

Total

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar pengasuh tidak sekolah dengan persentasi terbesar yaitu 152 pengasuh (71,7%). 5. Agama Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Agama Agama Frekuensi Persentase (%) Islam

212

100

Kristen

-

-

Budha

-

-

Hindu

-

-

Total

212

100

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa seluruh pengasuh yang berjumlah 212 pengasuh (100%) beragama Islam.

56

6. Jumlah Anak Yang Dimiliki Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Jumlah Anak Yang Dimiliki Pengasuh Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%) 1

40

18,9

2

25

11,8

>3

18

8,5

Tidak memiliki anak

129

60,8

Total

212

100

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa pengasuh yang tidak memiliki anak yang diasuh memiliki persentase tertinggi yaitu berjumlah 129 pengasuh (60,8%). 7. Usia Anak Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Usia Prasekolah Usia Frekuensi Persentase (%) 3 tahun

25

11,8

4 tahun

41

19,3

5 tahun

96

45,3

6 tahun

50

23,6

212

100

Total

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang diasuh berusia 5 tahun yaitu sebanyak 96 anak (45,3%).

57

7. Jenis Kelamin Anak Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Anak yang diasuh Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki

78

36,8

Perempuan

134

63,2

Total

212

100

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar anak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 134 anak (63,2%). C. Analisis Univariat Data univariat ini berkaitan dengan variabel indevenden berupa tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dan variabel dependen yakni perkembangan psikososial anak usia prasekolah: inisiatif versus rasa bersalah yang masing-masing akan disajikan pada tabel dibawah ini. 1. Tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 Tipe Pola Asuh Frekuensi Persentase (%) Demokratis

92

43,4

Permisif

52

24,5

Campuran

28

13,2

Otoriter

26

12,3

Penelantar

14

6,6

212

100

Total

58

Tabel 5.9 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar tipe pola asuh yang diterapkan oleh pengasuh adalah pola asuh demokratis sebanyak 92 pengasuh (43,4%). 2. Perkembangan psikososial anak usia prasekolah Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 Perkembangan Psikososial Frekuensi Persentase (%) Rasa bersalah

101

47,6

Inisiatif

111

52,4

212

100

Total

Tabel 5.10 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar anak memiliki perkembangan psikososial inisiatif sebanyak 111 anak (52,4%). D. Analisis Bivariat Berdasarkan kerangkan konsep, analisis bivariat akan menguji hubungan

antara

variabel

independen

dengan

dependen.

Variabel

independen adalah tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga, sedangkan variabel dependen adalah perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Uji bivariat ini menggunakan uji spearman dengan tingkat kemaknaan 0.05 (α = 5%). Analisis hubungan antara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi disajikan pada tabel 5.11 berikut ini.

59

Tabel 5.11 Hubungan Antara Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga Dengan Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 Perkembangan Psikososial Total P Pola Asuh

Rasa

Orang Tua

Bersalah

Inisiatif

N

%

N

%

N

%

Demokratis

16

17,4

76

82,6

92

100

Permisif

43

82,7

9

17,3

52

100

Campuran

13

46,4

15

53,6

28

100

Otoriter

17

65,4

9

34,6

26

100

Penelantar

12

85,7

2

14,3

14

100

101

47,6

111

52,4

212

100

Total

0,000

Tabel 5.11 menunjukan bahwa tipe pola asuh yang terbanyak diterapkan oleh pengasuh yaitu tipe pola asuh demokratis berjumlah 92 pengasuh dengan perkembangan psikososial anak mayoritas berada pada tahap inisiatif sebanyak 76 anak (82,6%) dan perkembangan psikososial anak berada pada tahap rasa bersalah sebanyak 16 anak (17,4%). Berbeda dengan pengasuh yang menerapkan tipe pola asuh otoriter dan permisif, perkembangan psikososial anak mayoritas berada pada tahap rasa bersalah. Uji analisis secara statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah adalah uji Spearman dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,05. Berdasarkan uji tersebut didapatkan hasil bahwa nilai p=0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

60

tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi.

BAB VI PEMBAHASAN

Penelitian ini seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah responden pengasuh sebanyak 212 pengasuh dan jumlah anak usia prasekolah sebanyak 212 anak. Berikut uraian pembahasan hasil penelitian berdasarkan analisis univariat, analisis bivariat dan keterbatasan penelitian. A. Analisis Univariat 1. Gambaran tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga di Kelurahan Sukalarang Pola asuh menurut Soetjiningsih (2004) adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan masyarakat pada umumnya. Menurut Baumrind (1971 dalam Santrock, 2011) pola asuh orang tua terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar. Berdasarkan hasil penelitian dari 212 anak usia prasekolah yang diasuh oleh orang tua pengganti ibu: keluarga, seperti nenek dan bibi karena ibu bekerja di luar negeri di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, 61

62

didapatkan pengasuh yang menerapkan tipe pola asuh otoriter berjumlah 26 pengasuh (12,3%), pola asuh permisif diterapkan oleh 52 pengasuh (24,5%), pola asuh penelantar diterapkan oleh 14 pengasuh (6,6%) dan pola asuh campuran diterapkan oleh 28 pengasuh (13,6%). Pola asuh yang paling banyak diterapkan oleh pengasuh adalah tipe pola asuh demokratis, sebanyak 92 responden (43,4%). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Utomo (2011) tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia tiga sampai enam tahun, yang dilakukan di Dusun Jatisari Desa Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan pada tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 78 responden, pola asuh demokratis diterapkan oleh 74 orang tua (94,9%). Hal ini semakin menegaskan bahwa tipe pola asuh yang banyak diterapkan oleh orang tua ataupun pengasuh anak yaitu tipe pola asuh demokratis. Keluarga dengan pola asuh demokratis dapat dijumpai pada keluarga seimbang yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Orang tua bertanggung jawab, dan menunjukkan sikap dapat dipercaya, serta berperan sebagai koordinator dan bersikap proaktif. Teladan dan dorongan orang tua

terhadap anak

mengupayakan setiap masalah dihadapi dan dipecahkan bersama (Shochib, 2000). Setiap tipe pola asuh mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga tidak semua orang tua nyaman menerapkan pola asuh yang dianggap baik

63

oleh orang lain, karena setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda-beda dalam mengasuh anaknya. Menurut Dewi (2008), anak yang diasuh secara demokratis cenderung aktif, berinisiatif, tidak takut gagal karena anak diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam pengambilan keputusan di keluarga. Orang tua memberikan pengawasan dan dorongan yang positif terhadap anak dan kontrol yang kuat serta dorongan yang posotif. Namun tidak menutup kemungkinan hal ini akan menyebabkan berkembangnya sifat menentang dan ketidak mampuan menyesuaikan diri. Menurut Lutvita (2008 dalam Tejalaksana, 2011), pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang tidak peduli terhadap anak. Orang tua memperbolehkan semua keinginan anak, seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, materialistis, dan

sebagainya.

kecenderungan

Anak kurang

yang

diasuh

berorientasi

secara

pada

permisif

prestasi,

mempunyai

egois,

senang

memaksakan keinginannya, kemandirian yang rendah, serta kurang bertanggung jawab. Anak juga akan berperilaku agresif dan anti sosial, karena sejak awal tidak diajarkan untuk mematuhi peraturan sosial, dan tidak pernah diberikan hukuman ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orang tua. Pada penelitian ini pola asuh permisif menjadi yang cukup besar diterapkan setelah pola asuh demokratis. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar pengasuh adalah nenek, nenek lebih banyak memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan apa dikehendaki dan mendapatkan yang diinginkan.

yang

64

Pada pola asuh campuran orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak. Orang tua terombang-ambing antara tipe bisa diandalkan, otoriter, atau permisif. Pada pola asuh ini orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh bisa diandalkan, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh campuran orang tua akan memberikan larangan jika tindakan anak menurut orang tua membahayakan, membiarkan saja jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan (Dewi, 2008). Pada penelitian ini, pola asuh campuran yang diterapkan oleh pengasuh yaitu sebanyak 28 orang (13,2%) yang terdiri dari pola asuh campuran antara demokratis, permisif dan penelantar 16 orang (57,14%). Pola asuh campuran antara demokratis dan otoriter sebanyak 8 orang (28,57%) dan pola asuh campuran antara otoriter dan penelantar sebanyak 4 orang (14,28%). Menurut Baumrind (1971 dalam Santrock, 2011),

anak yang

dibesarkan dengan pola asuh otoriter biasanya tidak bahagia, paranoid, selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orang tua, dan lain-lain. Namun dibalik itu anak yang diasuh oleh orang tua otoriter menjadikan anak lebih mandiri, bisa menjadi harapan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

65

Menurut Baumrind (1971 dalam Santrock, 2011), pola asuh penelantar merupakan gaya ketika orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Orang tua tipe ini hanya memberikan waktu dan biaya yang sangat sedikit pada anak-anaknya. Waktu orang tua banyak digunakan untuk keperluan pribadi, seperti bekerja. Anak yang diasuh oleh orang tua dengan pola asuh semacam ini akan memiliki harga diri yang rendah, cenderung tidak kompeten secara sosial, kurang mandiri dan terasing dari keluarga. Pendidikan, stataus ekonomi, lingkungan tempat tinggal, kesamaan pola asuh masa lalu orangtua , usia orang tua, dan pelatihan bagi orang tua mempengaruhi

penerapan

tipe

pola

asuh.

Jika

keluarga

sangat

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak maka pola asuh yang diterapkan akan baik. Pada penelitian ini tipe pola asuh yang buruk tidak terjadi pada responden karena pengasuh hidup sendiri, dan menganggap anak yang diasuh seperti anak sendiri. Pengasuh juga melibatkan keluarga dari anak yang diasuh, karena keluarga merupakan tempat terbentuknya kasih sayang, rasa percaya diri, dan lingkungan yang pertama kali menstimulasi anak. 2. Gambaran perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Menurut Erikson (1950 dalam Santrock, 2011) pada usia 3-6 tahun anak memasuki tahap perkembangan psikososial inisiatif dan rasa bersalah. Tahap ini merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika anak memasuki dunia sekolah anak lebih tertantang dibanding ketika anak masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk

66

menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa, namun perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberikan kepercayaan dan sangat cemas. Pada penelitian ini didapatkan bahwa perkembangan psikososial anak usia prasekolah yang di asuh oleh pengganti ibu: keluarga adalah perkembangan pada tahap inisiatif sebanyak 111 anak (52,4%) dan pada tahap rasa bersalah sebanyak 101 anak (47,6%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia prasekolah yang di asuh oleh pengganti ibu berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Utami (2008) tentang pengaruh tingkat pendidikan dan tipe pola asuh orang tua terhadap perkembangan psikososial anak prasekolah di Taman Kanak – kanak Nganjuk. Subjek penelitian ini adalah orang tua siswa TK Aisyiyah II Nganjuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 136 responden, 103 anak (75,7%) usia prasekolah berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif dan anak usia prasekolah yang berada pada tahap perkembangan rasa bersalah sebanyak 33 anak (24,3%). Kesesuaian hasil antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti bisa disebabkan karena karakteristik responden relatif sama. Pada penelitian ini didapatkan hasil anak yang berada pada tahap rasa bersalah cukup tinggi yaitu sebanyak 101 anak (47,6%). Hal ini terjadi karena pada penerapan pola asuh demokratis sebanyak 92 orang (43,4%) tidak semua anak berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif,

67

tetapi ada 16 anak (17,4%) berada pada tahap perkembangan psikososial rasa bersalah. Pada pola asuh otoriter sebanyak 17 anak (65,4%), pola asuh permisif 43 anak (82,7%) dan pola asuh penelantar sebanyak 12 anak (85,7%) yang berada pada tahap rasa bersalah. Pola asuh yang terbanyak menghasilkan anak dengan perkembangan psikososial pada tahap rasa bersalah yaitu tipe pola asuh permisif sebanyak 43 anak (82,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Petranto (2006 dalam Utami 2008), pola asuh permisif diberikan oleh orang tua yang mempunyai pengawasan yang sangat longgar. Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan, namun orang tua seperti ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Penerapan tipe pola asuh permisif akan menghasilkan anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. Tipe pola asuh permisif yang cenderung memberi kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif bagi perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Anak tetap memerlukan arahan dari orang tua untuk mengenal mana yang benar dan mana yang salah, dengan memberi kebebasan yang berlebihan akan membuat anak bingung dan berpotensi salah arah sehingga menimbulkan perasaan salah pada anak usia prasekolah.

68

Perkembangan psikososial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tipe kelompok (Akbar, 2011). Tipe kelompok dalam hal ini adalah kelompok sosial yang dibagi menjadi beberapa tingkatan hubungan dan bergantung pada keefektifan hubungan tersebut meliputi, primer (keluarga) yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan psikososial anak dalam memberikan pola asuh, sekunder (kelompok bermain), dan tersier (hubungan antar anak-anak dalam bis dan kereta). Kelompok primerlah yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan psikososial anak. Perkembangan inisiatif anak diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan

melalui

kemampuan

inderanya.

Anak

mengembangkan

keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak dicapai. B. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji spearman karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara tipe pola asuh orang tua pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kecamatan Sukalarang Sukabumi. Keputusan diambil dengan membandingkan p-value dengan signifikan alpha 0,05. Apabila p-value lebih kecil dari alpha (0,05) maka ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel

69

dependen dan apabila p-value lebih besar dari alpha (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p-value lebih kecil dari alpha 0,05 yaitu 0,000 yang berarti ada hubungan yang sangat bermakna antara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuh yang menerapkan tipe pola asuh demokratis berjumlah 92 responden dengan perkembangan psikososial anak tahap inisiatif ada 76 responden (82,6%) dan perkembangan psikososial tahap rasa bersalah sebanyak 16 responden (17,4%). Responden dengan pola asuh otoriter sebanyak 26 dari orang yang terdiri dari 9 anak (34,6%), 17 anak (65,4%) memiliki perkembangan psikososial pada tahap inisiatif dan tahap rasa bersalah. Pengasuh yang menerapkan tipe pola asuh permisif sebanyak 52 responden dengan perkembangan psikososial anak pada tahap inisiatif sebanyak 9 responden (17,3%), sedangkan anak dengan perkembangan pada tahap rasa bersalah sebesar 43 responden (82,7%). Tipe pola asuh penelantar diterapkan oleh 14 responden dengan perkembanagan psikososial anak tahap inisiatif sebanyak 2 responden (14,3%) dan perkembangan psikososial rasa bersalah sebanyak 12 responden (85,7%). Tipe pola asuh campuran diterapkan oleh 28 responden dengan perkembangan psikososial anak tahap inisiatif sebanyak 15 responden (53,6%) dan perkembangan psikososial anak tahap rasa bersalah sebanyak 13 responden (46,4%). Pada tipe pola asuh campuran, anak lebih banyak berada pada tahap inisiatif daripada tahap rasa bersalah karena pola asuh campuran yang

70

diterapkan lebih banyak pola asuh demokratis dibandingkan dengan pola asuh yang lainnya. Tipe pola asuh demokratis merupakan tipe pola asuh terbanyak yang diterapkan oleh pengasuh kepada anak karena tipe pola asuh demokratis mempunyai prinsip kebebasan yang dijalankan dalam segala aspek kegiatan pada keluarga, sehingga dengan tipe pola asuh demokratis membuat orang tua benar-benar memperhatikan anak sebagai individu yang utuh lahir batin, dan tidak sedikitpun mengarahkannya secara otoriter ( Rinestaelisa, 2008). Walgito (2004) menjelaskan bahwa, orang tua yang memiliki sikap otoriter menyebabkan anak tidak memiliki inisiatif karena takut berbuat kesalahan, menjadi anak penurut dan anak kurang atau tidak mempunyai tanggung jawab. Orang tua menuntut anak agar semakin bertanggung jawab sesuai dengan perkembangan umurnya, sedangkan anak takut disalahkan sehingga sering terjadi konflik antara orang tua dengan anak. Anak sangat membutuhkan hubungan sosial yang baik antara anggota keluarga atau dengan lingkungannya. Pada keluarga seperti ini yang menerapkan pola asuh otoriter, anak merasa kepentingan dan hobinya tidak diperdulikan atau dianggap tidak penting. Saat anak berusaha menarik perhatian kedua orang tuanya atau berusaha mengukuhkan dirinya, ternyata sosok otoriterlah yang dihadapinya, bahkan terkadang hukumanlah yang didapatkannya, sehingga anak menjadi kecewa dan akhirnya frustasi oleh karena itu sikap dan perlakuan orang tua banyak menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Tuntutan orang tua yang terlalu tinggi akan menjadi beban

71

bagi anak dan dapat menimbulkan beban putus asa dan rendah diri (Mighwar, 2006). Orang tua yang memberikan kebebasan kepada anak dapat menjadikan anak menjadi mudah melakukan suatu hal yang berguna untuk dirinya kelak, namun hal ini harus disertai pengawasan orang tua karena malah akan membuat anak menjadi sulit diatur. Menurut Baumrind 1971 (dalam Santrock, 2011), orang tua yang menerapkan tipe permisif tidak memberikan struktur dan batasan yang tepat bagi anak. Orang tua tipe ini cenderung mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah penting bagi perkembangan psikologis. Orang tua menyembunyikan ketidaksabaran, kemarahan, atau kejengkelan pada anak. Tipe pola asuh yang diterapkan pengasuh kepada anak prasekolah menentukan keberhasilan perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Kesalahan dalam penerapan tipe pola asuh dalam mengasuh anak usia prasekolah akan berakibat pada kegagalan anak usia prasekolah dalam pembentukan

perkembangan

psikososial

pada

fase

inisiatif,

yang

menyebabkan anak merasa bersalah dan menghambat pencapaian tugas perkembangan. C. Keterbatasan Peneliti Pada penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti, diantaranya yaitu: 1. Adanya responden yang tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik, sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam pengumpulan data.

72

2. Ada beberapa responden menjawab pertanyaan kuesioner tidak sesuai dengan pola asuh yang diterapkan tetapi menjawab yang menurut mereka baik. 3. Masih sedikitnya penelitian yang terkait dengan penelitian ini selain itu referensi tentang tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga pun masih sedikit sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam mencari literatur untuk ini. 4. Pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat sehingga tidak dapat melihat hasil yang mendalam pada penerapan tipe pola asuh campuran.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan bahwa: 1.

Tipe pola auh pengganti ibu: keluarga Pada penelitian ini tipe pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh demokratis (43,4%), pola asuh otoriter (12,3%), pola asuh permisif (24,5%), pola asuh penelantar (6,6%) dan pola asuh campuran (13,6%).

2.

Perkembangan psikososial anak usia prasekolah Perkembangan psikososial anak usia prasekolah pada penelitian ini berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif (52,4%) dan perkembangan psikososial rasa bersalah (47,6%).

3.

Hubungan

tipe

pola

asuh

pengganti

ibu:

keluarga

dengan

perkembangan psikososial anak usia prasekolah Pada penelitian ini ada hubungan yang bermakna antara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi.

71

72

B. Saran 1. Bagi pengasuh a. Agar pengasuh lebih memahami tingkat perkembangan anak yang sedang berlangsung dengan memberikan kasih sayang dan perhatian sehingga anak akan merasa aman dan percaya diri dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. b. Pengasuh memegang peranan penting dalam perkembangan anak dan pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin perkembangan anak yang optimal, sehingga pengasuh perlu lebih banyak menggali informasi tentang pola asuh yang tepat untuk diterapkan kepada anak. 2. Bagi institusi kesehatan a. Melatih kader kesehatan/pusat pelayanan kesehatan masyarakat tentang pola asuh yang tepat untuk perkembangan anak yang optimal. b. Meningkatkan kerja sama kader kesehatan dengan pengasuh untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan balita agar dapat diketahui perkembangan balita yang mengalami perkembangan psikososial yang kurang dengan cara: 1) Memberikan penyuluhan kepada pengasuh tentang pola asuh yang tepat agar mengoptimalkan perkembangan anak. 2) Memberikan motivasi kepada pengasuh untuk melakukan pengawasan terhadap perkembangan anak yang diasuh.

73

3) Identifikasi

perkembangan

psikososial

sehingga

jika

ditemukan keterlambatan perkembangan psikososial, segera mendatangi

Puskesmas

atau

kader

kesehatan

untuk

penanganan lebih lanjut. 3. Bagi peneliti lain a. Sebagai acuan pada penelitian selanjutnya b. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain yang lebih akurat seperti metode kualitatif ataupun observasi dan menggunakan analisis multivariat untuk melihat lebih jauh dan lebih mendalam tipe pola asuh yang tepat untuk diterapkan yang mempengaruhi perkembangan psikososial anak sehingga hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. A. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1999 BKKBN. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/05/lnua4pprediksi-bkkbn-2011-penduduk-indonesia-241-juta-jiwa. 2011 BNP2TKI. Penempatan Berdasar Daerah Asal (Kota/ Kabupaten) 2011-2012. http://www.bnp2tki.go.id/statistik-mainmenu-86/penempatan/6779penempatan-berdasar-daerah-asal-kotakabupaten-html. 2011-2012 BPS. Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. http://sukabumikab.bps.go.id/. 2010 Desmita. Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006. Dewi. I. Mengenal Bentuk Pola Asuh Orang Tua. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&dn. 2008 Effendy, Nasrul. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Edisi 3. Jakarta: EGC. 2001 Hassan, Rusepno. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007 Hastuti. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Tugu Publisher. 2012 Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (alih bahasa Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. 2004

Lyen, Kenneth dkk. Merawat balita 1-5 tahun. Jakarta: Gramedia Pustaka. 2003 Mighwar, A. Psikolosi Remaja Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Bandung : Pustaka Setia. 2006 Nasir, ABD & Muhith, Abdul. Buku Ajar Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2011 Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Jakarta: EGC.1999 Rinestaelisa, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta, Fakultas Kedokteran UGM, Skripsi. 2008 Santrock, JW. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. 2011 Singgih, D. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : PT. BPK. Gunung Mulia. 2000 Shochib, M. Pengantar Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 2000 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Editor : IGN.Gde Ranuh. Jakarta: EGC. 2000 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009

Supartini, Yupi. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: buku kedokteran, EGC. 2004

Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. 2011

Suseno. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia Prasekolah

Di

TK

Asyiyah

Mendungan

Sukoharjo.

http://repository.ums.ac.id/handle/2011/16805. Skripsi. ums. 2012 Tejalaksana, Rudy. Emosional deprivation dari orang tua. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27312/BAB%20II %20Tinjauan%20Pustaka_%20I10sss.pdf. 2011 Utami, Budi Rahayu. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Tipe Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Taman Kanak-kanak Aisyiyah II Nganjuk. Tesis. Universitas Sebelas Maret. 2008 Utomo, Budi. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia Tiga Sampai Enam Tahun Menurut KPSP Di Dusun Jatisari Desa

Purwodadi

Kecamatan

Purwodadi

Kabupaten

Pasuruan.

http://penelitian.unair.ac.id/_66aaf985e9ee1ae0c90ad168b9bb1608_Unai r.pdf. 2011 Wong, L Donna. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik ed 6. Jakarta: EGC. 2002 Walgito, B. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta : Andi Offset. 2004 Yusuf, Syamsu. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Rosdakarya. 2004

KOESIONER DAN LEMBAR OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA PENGGANTI IBU: KELUARGA TERHADAP PEKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI KECAMATAN SUKALARANG KABUPATEN SUKABUMI

1.

Karakteristik pengasuh. Identitas pengasuh: 1. Nama (inisial) : ……………………………………………........... 2. Usia

: ……………………………………………...........

3. Jenis kelamin : ……………………………………………........... 4.

Alamat

: …………………………………………………...

Petunjuk pengisian : - Baca setiap pertanyaan dengan teliti dan benar - Beri tanda silang jawaban yang benar menurut pengasuh 1. Hubungan pengasuh dengan anak usia prasekolah karena ibu bekerja ke luar negeri : a. Ayah b. Nenek c. Kakek d. Bibi e. Paman f. Saudara kandung g. Saudara sepupu 2. Pendidikan terakhir pengasuh adalah : a. Tidak sekolah b. Tamat SD atau sederajat c. Tamat SLTP atau sederajat

d. Tamat SLTA atau sederajat e. S 1 atau sederajat 3. Agama pengasuh : a. Islam b. Kristen c. Budha d. Hindu 4. Jumlah anak/cucu : a. 1 b. 2 c. > 3 d. Tidak memiliki anak 2. Kuesioner Pola Asuh Pilihlah salah satu alternatif tindakan yang anda anggap paling tepat dan sesuai dengan apa yang anda lakukan kesehariannya. No 1.

Pernyataan Saya menetapkan beberapa peraturan & harapan kepada anak yang saya asuh.

2.

Saya memegang kendali & menetapkan peraturan, bagaimanapun keadaannya.

3.

Aturan dalam mendisiplinkan anak seringkali berubah.

4.

Saya mempertimbangkan harapan & pendapat anak ketika membuat keputusan.

5.

Bila ada pesta perkawinan teman sekantor atau tetangga, saya tidak akan mengikut sertakan anak.

6.

Seringkali anak bersikap kurang baik secara langsung.

7.

Jika anak bersikap yang baik, saya memberinya

TP

J

KK

S

SL

penghargaan. 8.

Wajar bila anak bersikap yang kurang baik, hal itu biasa & tidak perlu dirisaukan.

9.

Ketika di sekolah anak tidak mau maju ke depan kelas, biarkan saja itu hal biasa.

10. Saya menghargai prestasi anak di sekolah & mendukung usahanya. 11. Saya merasa kewalahan bila anak menunjukan perilaku nakalnya. 12. Saya terpaksa mengalah pada rengekan & tuntutan dari anak. 13. Saya seringkali membuat keputusan untuk anak demi kebaikannya. 14. Saya akan menunjukkan rasa marah pada anak bila anak tidak menurut apa yang saya perintah. 15. Saya mengharapkan anak bersikap mandiri dalam segala hal. 16. Saya sangat menghargai kebebasan anak mengekspresikan harapan & keinginan hatinya. 17. Anak bangun kesiangan, sehingga enggan berangkat ke sekolah, dengan alasan malu kalau terlambat, saya membolehkan anak untuk sekolah atau tidak. 18. Anak suka mengamuk karena luapan perasaan marah, saya akan membiarkan anak mengamuk, toh nanti

kalau lelah berhenti sendiri. 19. Saya hanya mendukung sikap anak bila sikap yang ditampilkan itu konstruktif. 20. Kebanyakan peraturan saya bersifat umum, tidak khusus, toh anak mengerti apa yang saya maksud. 21. Saya menghabiskan waktu sedikit dengan anak, karena banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. 22. Saya akan meminta anak menunda permainannya, bila saya membutuhkan anak untuk mengerjakan sesuatu. 23. Bila ada teman anak main ke rumah & menunjukkan sikap tidak sopan, saya akan melarang anak untuk bergaul dengannya. 24. Disiplin yang diterapkan kepada anakberhubungan erat dengan hukuman. 25. Bila anak bermain di sekolah & terjatuh, itu hal biasa dan tidak perlu dirisaukan. 26. Sikap anak yang nakal membuat saya terpaksa memberikan hukuman fisik padanya. 27. Anak tiba-tiba merengek dan menangis ketika saya tergesa-gesa hendak keluar rumah untuk urusan yang sangat penting, saya tetap pergi. 28. Anak gampang sekali takut, itu hal biasa, toh rasa takut akan hilang denga sendirinya nanti. 29. Saya mengkomunikasikan peraturan secara jelas dan

langsung. 30. Dalam hati saya menyimpan rasa jengkel & kemarahan bila anak saya nakal. 31. Bila anak ingin main ke rumah temannya, saya memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak. 32. Saya menuntut anak untuk mempunyai pengendalian diri yang.tinggi.

3. Psikososial anak Identitas Anak 1. Nama (inisial)

:……………………………...................

2. Jenis kelamin

: laki-laki/perempuan

3. Tanggal lahir

:………………………………………….

4. Tanggal observasi

:………………………………………….

Anak usia 3 tahun No

Pernyataan

1.

Anak sudah mengetahui jenis kelaminnya sendiri.

2.

Anak sudah mengetahui jenis kelamin orang lain.

3.

Anak sudah dapat menyebutkan namanya sendiri.

4.

Anak memiliki suatu benda yang sangat disayanginya, hingga kemanapun ia pergi harus dibawa.

5.

Anak memukul anak lain bila berebut mainan.

6.

Anak selalu bertanya hal-hal baru yang asing baginya.

Ya

Tidak

7.

Anak selalu mengikuti kegiatan keagamaan yang anda lakukan.

8.

Saat bermain dengan anak lain lebih sering bermain dengan pengasuh daripada bergabung dengan anak-anak lain.

9.

Anak selalu menunjukkan semua keinginannya dituruti.

10.

Anak canggung menyesuaikan diri saat awal masuk sekolah.

Anak usia 4 tahun No

Pernyataan

1.

Anak sudah dapat menggunakan kaos kaki dan sepatunya sendiri.

2.

Anak mulai merasa takut pada kegelapan.

3.

Anak dapat mengontrol diri untuk tidak menangis saat anda tinggalkan.

4.

Anak menunjukkan rasa sayang/gemes dengan berperilaku agresif seperti menggigit-gigit.

5.

Anak selalu menangis bila apa yang diminta tidak dituruti.

6.

Anak dapat merasakan lelucon (ikut tertawa ketika anda tertawa/ada hal-hal yang lucu).

7

Anak sering bermain peran (meniru perilaku orang-orang yang disenanginya).

8.

Anak kurang berani bicara dengan orang dewasa.

9.

Anak selalu menunjukkan minat yang tinggi terhadap sesuatu yang baru (benda atau kejadian).

10.

Anak menunjukkan perilaku marah saat anda menegur karena perbuatannya yang salah.

Ya

Tidak

Anak usia 5 tahun No

Pernyataan

1.

Anak mampu mengenal minimal empat warna.

2.

Anak dapat mengancing bajunya dengan baik.

3.

Anak dapat makan sendiri dengan tenang.

4.

Anak lebih menyenangi mainan yang dimiliki temannya daripada

Ya

Tidak

Ya

Tidak

mainan yang dimiliknya. 5.

Anak akan marah/ngamuk apabila mainan yang dimiliki dipinjam teman mainnya.

6.

Anak mulai berdusta (anak berbohong untuk menutupi kesalahannya).

7.

Anak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah (makan dengan tangan kanan).

8.

Anak tidak berani tampil dalam permainan.

9.

Anak selalu menang sendiri bila bermain bersama temannya.

10.

Bila anak Perempuan : selalu menunjukkan perilaku tergantung pada pengasuhnya Laki-laki

: lebih menunjukkan perilaku agresif

Anak usia 6 tahun No 1.

Pernyataan Anak sering berperilaku seperti bos (atasan).

2.

Anak sudah dapat menunjukkan sikap marah, bila keinginannya tidak terpenuhi.

3.

Anak sangat mandiri dalam keperluan sehari-harinya (mandi, berpakaian & makan sendiri).

4.

Anak senang mengejek/mengolok teman mainnya.

5.

Saat bermain dengan teman sebayanya, anak memilih untuk mengalah.

6.

Anak sering bertengkar dengan teman sepermainannya tetapi cepat berdamai kembali.

7.

Anak sudah dapat menerima peraturan (disiplin)

8.

Anak lebih banyak diam (tidak banyak bicara) saat bermain bersama teman-teman seusianya.

9.

Sering menunjukkan sikap untuk mencari perhatian.

10.

Anak akan menunjukkan sikap marah bila mainannya diambil oleh teman mainnya.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Pola Asuh

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N

%

Valid Cases

30

100.0

0

.0

30

100.0

a

Excluded Total

Reliability Statistics Cronbach's

Cronbach's

N of Items

Alpha

Alpha Based on Standardized Items .903

.907

32

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

p1

4.00

.695

30

p2

3.53

.860

30

p3

3.13

1.106

30

p4

3.53

.819

30

p5

4.53

.819

30

p6

3.77

1.040

30

p7

4.00

.983

30

p8

4.00

1.287

30

p9

3.67

.922

30

p10

4.20

.664

30

p11

3.67

.994

30

p12

3.00

.695

30

p13

3.73

.828

30

p14

3.70

.750

30

p15

4.13

1.008

30

p16

3.30

.988

30

p17

2.20

1.031

30

p18

2.63

.928

30

p19

3.50

.731

30

p20

2.73

.521

30

p21

3.70

.651

30

p22

3.23

1.040

30

p23

2.23

1.455

30

p24

3.27

.944

30

p25

2.90

.960

30

p26

3.00

.910

30

p27

2.67

1.028

30

p28

3.47

1.008

30

p29

3.13

.776

30

p30

3.43

.774

30

p31

2.67

1.155

30

p32

3.17

.913

30

Item-Total Statistics Scale Mean if

Scale Variance

Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Item Deleted

if Item Deleted

Total Correlation

Multiple

Alpha if Item

Correlation

Deleted

p1

103.83

213.454

.482

.

.900

p2

104.30

212.355

.424

.

.901

p3

104.70

202.769

.627

.

.897

p4

104.30

210.010

.549

.

.899

p5

103.30

214.907

.339

.

.902

p6

104.07

210.409

.406

.

.902

p7

103.83

208.006

.521

.

.899

p8

103.83

209.937

.326

.

.904

p9

104.17

212.557

.384

.

.902

p10

103.63

214.723

.440

.

.901

p11

104.17

212.489

.354

.

.902

p12

104.83

212.695

.521

.

.900

p13

104.10

214.783

.341

.

.902

p14

104.13

214.326

.403

.

.901

p15

103.70

212.769

.338

.

.903

p16

104.53

210.878

.414

.

.901

p17

105.63

208.516

.475

.

.900

p18

105.20

211.959

.404

.

.901

p19

104.33

212.989

.478

.

.900

p20

105.10

217.541

.385

.

.902

p21

104.13

215.844

.390

.

.902

p22

104.60

209.697

.430

.

.901

p23

105.60

201.766

.480

.

.901

p24

104.57

208.599

.522

.

.899

p25

104.93

207.444

.556

.

.899

p26

104.83

210.833

.457

.

.901

p27

105.17

203.592

.650

.

.897

p28

104.37

211.206

.393

.

.902

p29

104.70

209.390

.612

.

.898

p30

104.40

214.731

.370

.

.902

p31

105.17

200.902

.657

.

.897

p32

104.67

207.747

.576

.

.899

Scale Statistics Mean

Variance

107.83

Std. Deviation

223.730

N of Items

14.958

32

2. Perkembangan Psikososial Usia 3 Tahun

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid Cases

% 14

100.0

0

.0

14

100.0

a

Excluded Total

Reliability Statistics Cronbach's

Cronbach's

N of Items

Alpha

Alpha Based on Standardized Items .854

.865

10

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

a1

.86

.363

14

a2

.71

.469

14

a3

.71

.469

14

a4

.57

.514

14

a5

.43

.514

14

a6

.79

.426

14

a7

.79

.426

14

a8

.86

.363

14

a9

.93

.267

14

a10

.93

.267

14

Item-Total Statistics Scale Mean if

Scale Variance

Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Item Deleted

if Item Deleted

Total Correlation

Multiple

Alpha if Item

Correlation

Deleted

a1

6.71

6.681

.363

.

.855

a2

6.86

5.516

.798

.

.816

a3

6.86

5.978

.566

.

.840

a4

7.00

6.308

.358

.

.862

a5

7.14

5.670

.638

.

.833

a6

6.79

6.181

.535

.

.842

a7

6.79

5.720

.782

.

.819

a8

6.71

6.527

.450

.

.848

a9

6.64

6.555

.634

.

.839

a10

6.64

6.555

.634

.

.839

Scale Statistics Mean

Variance

7.57

Std. Deviation

7.495

N of Items

2.738

10

3. Perkembangan Psikososial Usia 4 Tahun

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid Case

Excluded

s

a

Total

% 7

100.0

0

.0

7

100.0

Reliability Statistics Cronbach's

Cronbach's

N of Items

Alpha

Alpha Based on Standardized Items .946

.958

10

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

s1

.86

.378

7

s2

.71

.488

7

s3

.57

.535

7

s4

.71

.488

7

s5

.86

.378

7

s6

.86

.378

7

s7

.86

.378

7

s8

.86

.378

7

s9

.86

.378

7

s10

.71

.488

7

Item-Total Statistics Scale Mean if

Scale Variance

Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Item Deleted

if Item Deleted

Total Correlation

Multiple

Alpha if Item

Correlation

Deleted

s1

7.00

10.000

.976

.

.932

s2

7.14

10.476

.558

.

.951

s3

7.29

10.905

.364

.

.963

s4

7.14

10.143

.674

.

.945

s5

7.00

10.000

.976

.

.932

s6

7.00

10.000

.976

.

.932

s7

7.00

10.000

.976

.

.932

s8

7.00

10.000

.976

.

.932

s9

7.00

10.000

.976

.

.932

s10

7.14

10.143

.674

.

.945

Scale Statistics Mean 7.86

Variance 12.476

Std. Deviation 3.532

N of Items 10

4. Perkembangan Psikososial Usia 5 Tahun

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid Cases

% 4

100.0

Excluded

0

.0

Total

4

100.0

a

Reliability Statistics Cronbach's

Cronbach's

N of Items

Alpha

Alpha Based on Standardized Items .950

.953

10

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

i1

.75

.500

4

i2

.75

.500

4

i3

.75

.500

4

i4

.50

.577

4

i5

.75

.500

4

i6

.50

.577

4

i7

.75

.500

4

i8

.25

.500

4

i9

.50

.577

4

i10

.75

.500

4

Item-Total Statistics Scale Mean if

Scale Variance

Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Item Deleted

if Item Deleted

Total Correlation

Multiple

Alpha if Item

Correlation

Deleted

i1

5.50

15.000

.947

.

.938

i2

5.50

15.000

.947

.

.938

i3

5.50

15.000

.947

.

.938

i4

5.75

15.583

.658

.

.951

i5

5.50

15.000

.947

.

.938

i6

5.75

15.583

.658

.

.951

i7

5.50

15.000

.947

.

.938

i8

6.00

16.667

.490

.

.956

i9

5.75

16.250

.501

.

.958

i10

5.50

15.000

.947

.

.938

Scale Statistics Mean

Variance

6.25

Std. Deviation

18.917

N of Items

4.349

10

5. Perkembangan Psikososial Usia 6 Tahun

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid Cases

% 5

100.0

Excluded

0

.0

Total

5

100.0

a

Reliability Statistics Cronbach's

Cronbach's

N of Items

Alpha

Alpha Based on Standardized Items .963

.970

10

Item Statistics Mean

Std. Deviation

N

a1

.60

.548

5

a2

.80

.447

5

a3

.80

.447

5

a4

.60

.548

5

a5

.80

.447

5

a6

.80

.447

5

a7

.80

.447

5

a8

.60

.548

5

a9

.80

.447

5

a10

.80

.447

5

Item-Total Statistics Scale Mean if

Scale Variance

Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Item Deleted

if Item Deleted

Total Correlation

Multiple

Alpha if Item

Correlation

Deleted

a1

6.80

14.700

.548

.

.972

a2

6.60

13.800

.993

.

.954

a3

6.60

13.800

.993

.

.954

a4

6.80

14.700

.548

.

.972

a5

6.60

13.800

.993

.

.954

a6

6.60

13.800

.993

.

.954

a7

6.60

13.800

.993

.

.954

a8

6.80

14.700

.548

.

.972

a9

6.60

13.800

.993

.

.954

a10

6.60

13.800

.993

.

.954

Scale Statistics Mean 7.40

Variance 17.300

Std. Deviation 4.159

N of Items 10

Uji Normalitas Explore Case Processing Summary Cases Valid N

Missing

Percent

perkembangan

212

N

Total

Percent

100.0%

0

N

0.0%

Percent 212

100.0%

Descriptives Statistic Mean

7.17

95% Confidence Interval for

Lower Bound

6.70

Mean

Upper Bound

7.64

5% Trimmed Mean

.238

7.35

Median

10.00

Variance perkembangan

Std. Error

12.053

Std. Deviation

3.472

Minimum

1

Maximum

10

Range

9

Interquartile Range

7

Skewness Kurtosis

-.648

.167

-1.347

.333

Tests of Normality a

Kolmogorov-Smirnov Statistic perkembangan

.316

a. Lilliefors Significance Correction

df

Shapiro-Wilk

Sig. 212

.000

Statistic .741

df

Sig. 212

.000

perkembangan

Analisis Univariat Frequencies Statistics polaasuh

Perkembanganp si

Valid

212

212

0

0

Mean

2.34

.52

Median

2.00

1.00

1

1

1.423

.501

N Missing

Mode Std. Deviation

Frequency Table Polaasuh Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Demokratis

92

43.4

43.4

43.4

Otoriter

26

12.3

12.3

55.7

Permisif

52

24.5

24.5

80.2

Penelantar

14

6.6

6.6

86.8

Campuran

28

13.2

13.2

100.0

212

100.0

100.0

Valid

Total

Perkembanganpsi Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

guilt

101

47.6

47.6

47.6

inisiative

111

52.4

52.4

100.0

Total

212

100.0

100.0

Analisis Bivariat Case Processing Summary Cases Valid N polaasuh *

Percent 212

perkembanganpsi

Missing N

100.0%

Total

Percent 0

N

0.0%

Percent 212

100.0%

polaasuh * perkembanganpsi Crosstabulation perkembanganpsi guilt Count

Total

inisiative 16

76

92

17.4%

82.6%

100.0%

17

9

26

65.4%

34.6%

100.0%

43

9

52

82.7%

17.3%

100.0%

12

2

14

85.7%

14.3%

100.0%

13

15

28

46.4%

53.6%

100.0%

101

111

212

47.6%

52.4%

100.0%

demokratis % within polaasuh Count Otoriter % within polaasuh Count polaasuh

permisif % within polaasuh Count penelantar % within polaasuh Count campuran % within polaasuh Count

Total % within polaasuh

Correlations polaasuh

perkembangank ategorik

Correlation Coefficient polaasuh

1.000

Sig. (2-tailed)

**

.

.000

212

212

**

1.000

Sig. (2-tailed)

.000

.

N

212

212

N Spearman's rho Correlation Coefficient perkembangankategorik

-.447

-.447

Hasil Spearman

Correlations polaasuh

perkembangank ategorik

Correlation Coefficient polaasuh

1.000

Sig. (2-tailed)

.000

212

212

**

1.000

Sig. (2-tailed)

.000

.

N

212

212

N Correlation Coefficient

-.447

Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N polaasuh *

Missing

Percent 212

perkembanganpsi

N

100.0%

Total

Percent 0

N

0.0%

perkembanganpsi guilt

Total

inisiative 16

76

92

17.4%

82.6%

100.0%

17

9

26

65.4%

34.6%

100.0%

43

9

52

82.7%

17.3%

100.0%

12

2

14

85.7%

14.3%

100.0%

13

15

28

46.4%

53.6%

100.0%

101

111

212

47.6%

52.4%

100.0%

demokratis % within polaasuh Count otoriter % within polaasuh Count polaasuh

permisif % within polaasuh Count penelantar % within polaasuh Count campuran % within polaasuh Count

Total % within polaasuh

Percent 212

polaasuh * perkembanganpsi Crosstabulation

Count

**

.

Spearman's rho perkembangankategorik

-.447

100.0%

Lembar Persetujuan Responden

Judul Penelitian : Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi Peneliti

: Sopiah

Pembimbing

:

No.Hp: 085810240890

1. Rita Yuliani, S.Kp. M.Si 2. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep. M.Sc

Saya

telah

memahami

tujuan,

manfaat,

prosedur,

gambaran

risiko

dan

ketidaknyamanan yang mungkin terjadi, serta penjaminan kerahasiaan identitas pada penelitian ini. Tanpa adanya unsur paksaan dan secara sukarela saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Jakarta, 08 Desember 2012 Tanda Tangan Responden

(

)

Tanda Tangan Peneliti

Sopiah