HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA DI WILAYAH

Download 12 Jun 2014 ... mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan dengan kejadian pre eklampsia. Jenis penelitian analitik ... Risiko terjadinya pr...

0 downloads 475 Views 227KB Size
HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAPONGAN KABUPATEN SITUBONDO KUNI LAFIFAH NIM. 11002255 Subject : Usia, Kejadian preeklampsia, Ibu Hamil Description : Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur derajat kesehatan. Di Indonesia 3 kematian ibu terbesar salah satunya disebabkan oleh preeklamsia / eklampsia. Salah satu faktor resiko adalah umur yang ekstrim, dalam hal ini yaitu usia < 20 tahun dan > 35 tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan dengan kejadian pre eklampsia. Jenis penelitian analitik dengan rancang bangun korelasional dengan variabel independent yaitu usia ibu hamil dan variabel dependen kejadian preeklampsi. Populasi sebanyak 37 responden dengan sampel sebanyak 37 ibu. Teknik sampling total sampling. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19-28 Mei 2014 dengan menggunakan observasi rekam medik dan kohort ibu. Teknik analisa data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden usia 20-35tahun (ideal) mengalami preeklampsi yaitu sebanyak 23 responden (62.2%) dan sebagian kecil responden usia < 20 tahun (terlalu muda) mengalami pre eklampsia yaitu sebanyak 5 responden (13,5%). Hasil hitungan uji chi square dengan tingkat signifikan α = 0,05 dimana didapatkan ρvalue = 0,119 maka ρvalue = 0,119 > α = 0,05 yang artinya H0 diterima sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsi di wilayah kerja puskesmas Kapongan Kabupaten Situbondo Simpulan dalam penelitian tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia, oleh sebab itu mendiagnosa secara dini preeklampsia sangatlah penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kelanjutan dari preeklampsia. Dalam hal ini tidak memandang usia dari ibu hamil, akan tetapi semua ibu hamil yang ada. ABSTRACT The maternal mortality rate is one of the indicators used to measure health status. One of three largest maternal mortality rate in Indonesia is caused with preeclampsia/eclampsia. One of risk factors is age extreme, in this case, it is age <20 years and> 35 years. The purpose of this study is to determine the relationship of maternal age with the incidence of pre-eclampsia. Design of this study is the analytical with a correlational the independent variable is the maternal age and the dependent variable is the incidence of preeclampsia. The population is 37 respondents and taken with 37 mothers as sample. The technique uses total sampling. The study had been conducted on 19 to 28 May, 2014,

with using observational medical records and cohorts of women. The data analysis use chi square test. The results show that the majority of respondents aged 20-35 years (ideal) experience pre-eclampsia consist of 23 respondents (62.2%) and a small portion respondents aged <20 years (too young) have pre-eclampsia amount 5 respondents (13.5%). The results of count chi square test with significant level α = 0.05 which is obtained valueρ = 0.119 then valueρ is = 0.119> α = 0.05, that means H0 is accepted so it can be concluded that the maternal aged doesn’t have relationship with the incidence of pre-eclampsia in the area of public health centers Kapongan Situbondo The conclusions of this study, the maternal aged doesn’t have relationship with the incidence of pre-eclampsia. Therefore, early diagnostic of pre-eclampsia is very important to prevent complications and the continuation of pre-eclampsia. In this case, it doesn’t look at the maternal aged, but all of pregnant women do. Keywords: Age, Pregnant, Pre-eclampsia Contributor

: 1. Siti Rachmach, SKM 2. Erfiani Mail, S.ST

Date

: 12 Juni 2014

Type Material

: Laporan Penelitian

Permanen link

:-

Right

: Open Document

Summary

:

LATAR BELAKANG Preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi di Indonesia (Sudhaberata, 2001 dalam Fitriani, 2009). Diperhitungkan preeklampsia menyebabkan kematian janin dalam kandungan dan kematian neonatal (Ramin K. D., 1999 dalam Roeshadi, 2006). Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menilai tingkat kesejahteraan pada suatu negara dan status kesehatan masyarakat. Bila Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi berarti menunjukkan sistem pelayanan obstetric di negara tersebut masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun lebih besar dari ibu hamil dengan usia diatas 20 tahun dan diatas 40 tahun. (Mayo Clinic, 2011). Menurut Benson and Pernoll umur < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan faktor predisposisi preeklampsia disamping penyakit vaskuler dan ginjal, diabetes mellitus, hipertensi kronis dan penyakit lainnya. Tiga pengelompokan usia merupakan salah satu faktor penting dalam program Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia (Raharja,2012). Faktor resiko lain yang berkaitan dengan preeklampsia mencakup obesitas, kehamilan ganda, usia ibu lebih dari > 35 tahun, dan etnis Afrika-Amerika ( obstetric William, 2012). Di Situbondo, dilaporkan kasus preeklampsia/eklamsia terjadi sebanyak 321 kasus dari 11.200 kasus kehamilan dan 7 meninggal dari 17 angka kematian ibu selama

tahun 2013 (Dinkes situbondo, 2013). Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan diperoleh data dari PKM Kapongan yaitu angka kejadian preeklamsia 37 dari tahun 2013 sampai bulan ini dan 5 dari penderita prekclampsia yaitu 4 orang berusia > 35 tahun dan 1 orang berusia < 20 tahun Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyakit hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria setelah minggu ke-20, dan jika disertai kejang disebut eklampsia. Umur ibu hamil < 20 tahun atau > 35 tahun berisiko 3,144 kali dan primigravida berisiko 2,147 kali mengalami preeklampsia. (Nuryani dkk,. 2012). Dikalangan kesehatan baik di tingkat pelayanan dasar sampai rujukan, maupun dari hasil-hasil penelitian terdahulu, umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun dikenal sebagai kelompok ibu risiko tinggi sebagai salah satu batasan kelompok berisiko. Ibu berumur < 20 tahun dianggap berisiko karena organ reproduksi dianggap belum begitu sempurna/siap untuk menerima kehamilan, disamping secara kejiwaan ibu muda relatif belum siap untuk hamil. Sedang ibu berumur di atas 35 tahun, dianggap terlalu tua, sehingga secara fisik sudah lemah untuk menanggung beban kehamilan, ditambah apabila ibu sudah paritas banyak, secara mental perhargaan terhadap kehadiran anak agak berkurang (sulistyowati dkk., 2001). Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang wanita berkisar antara 20-30 tahun, artinya ; melahirkan setelah umur 20 tahun jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30 tahun (Rhoeshadi, 2004). Roeshadi (2006) memberikan saran yaitu penjaringan kasus dengan resiko tinggi dan pengawasan antenatal yang teratur dan baik yang sangat menentukan morbiditas dan mortalitas penderita preeklampsia dan eklampsia, untuk ini diharapkan dapat dilakukan penyuluhan pada wanita hamil dengan resiko tinggi akan bahaya preeklampsia dan eklampsia, meningkatkan mutu pelayanan antenatal di Puskesmas dan Poli klinik ibu hamil, untuk itu perlu dilakukan pelatihan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam mengenal kasus preeklampsia dan eklampsia. Segera merujuk penderita preeklampsia dan eklampsia kepusat rujukan yang lebih tinggi. Dalam penanganan kasus preeklampsia dan eklampsia dengan tanda-tanda multi organ disfungsi, harus dilakukan secara terpadu dan komprehensif. Menurut Raharja (2012) Pengelompokan umur juga mempengaruhi strategi intervensi yang akan diterapkan. Untuk itu perlu diketahui besarnya risiko pada masing – masing kelompok umur terkait dengan preeklampsia. Dengan diketahuinya besar risiko pada masing– masing kelompok umur akan memudahkan merancang strategi intervensi yang tepat. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat masalah “Hubungan usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di wilayah kerja puskesmas Kapongan Kabupaten Situbondo. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan identifikasi hubungan usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di wilayah kerja Puskesmas Kapongan Kabupaten Situbondo pada tanggal 19-28 Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang menderita preeklampsia dari tahun 2013 sampai Mei 2014 berjumlah 37 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis non Probability sampling dengan tekhnik Total Sampling. Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja puskesmas Kapongan, kabupaten Situbondo pada tanggal 19-28 Mei 2014. Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, diperoleh melalui pengumpulan dokumentasi yaitu data

yang diambil dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli yaitu buku register rawat jalan dan kohort ibu. Untuk melihat hubungan antara dua variabel yang berskala nominal peneliti menggunakan uji statistic Chi Suare dengan menggunakan SPSS. Dimana dikatakan H1 diterima jika Sig. (2-sided)< α = 0,05 artinya ada hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-35 tahun (ideal) sebanyak 23 orang (62,2%). Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko pada ibu hamil. Umur ibu kurang dari 15 tahun atau lebih dari 34 tahun termasuk dalam kategori risiko tinggi dalam kehamilan. Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun berkaitan erat dengan berbagai komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan, nifas dan juga kesehatan bayi ketika masih dalam kandungan maupun setelah lahir. Usia dibawah 20 tahun merujuk pada kelompok ibu hamil terlalu muda. Sedangkan usia diatas 35 tahun merujuk pada kelompok ibu hamil terlalu tua sedangkan usia ideal adalah 20 – 35 tahun (Raharja, 2012). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu yang mengalami preeklampsia yaitu ibu yang berusia usia 20-35 tahun. Hal ini bertentangan dengan teori Raharja yang mengatakan bahwa primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko pada ibu hamil. Namun faktor resiko dari preeklampsia sendiri banyak diantaranya adanya paritas, riwayat preeklampsia, penyakit ginjal, dan obesitas. Dan pada sampai saat ini pula penyebab pasti preeklampsia belum diketahui. Jadi, hendaknya ibu hamil rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan untuk mendignosa secara dini preeklampsia, tidak memandang dari usia ibu hamil itu sendiri karena semua ibu hamil adalah berisiko untuk terjadi komplikasi dalam kehamilannya, salah satunya adalah preeklampsia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami preeklampsia ringan sebanyak 32 orang (86,5%). Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. (prawirohardjo, 2010). Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. ( obstetri william edisi 1, 2006). Dari gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Preeklampsia Ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktifasi endotel. Sedangkan Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah diastolik > 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mengalami preeklampsia ringan. Dengan diagnosa dini pada preeklampsia ini diharapkan bidan memberikan intervensi yang sesuai untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kelanjutan preeklampsia, preeklampsia ringan tidak berlanjut pada preeklampsia berat dan preeklampsia berat tidak berlanjut pada eklampsia. Salah satunya adalah menjaga asupan pola makan dan istirahat cukup. Dari hasil uji statistic Chi Square dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil sig. (2-sided) 0.119. dengan α 0,05 berarti sig. (2-sided) > α. Sehingga H1 ditolak dan Ho diterima. Jadi tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Situbondo.

Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyakit hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria setelah minggu ke-20, dan jika disertai kejang disebut eklampsia (Nuryani dkk,. 2012). Terdapat banyak Faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, salah satunya adalah umur yang ekstrim (Prawirohardjo, 2010). Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko pada ibu hamil. Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun berkaitan erat dengan berbagai komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan, nifas dan juga kesehatan bayi ketika masih dalam kandungan maupun setelah lahir. Usia ibu 20 – 35 tahun ternyata mampu mengurangi risiko kematian ibu karena preeklampsia. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kelompok usia terlalu muda dan kelompok usia terlalu tua. Usia terlalu muda atau kurang dari 20 tahun dan usia terlalu tua atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor predisposisi terjadinya preeklampsia. Resiko terjadinya kematian karena preeklampsia pada kelompok usia dibawah 20 tahun sebesar 1,16 kali dibandingkan kelompok usia 20 tahun keatas. Sedangkan kelompok usia 35 tahun keatas mempunyai risiko meninggal karena preeklampsia 1,12 kali dari kelompok 35 tahun kebawah (Raharja, 2012). Sedangkan Nuryani dkk. (2012) menjelaskan bahwa umur ibu hamil < 20 tahun atau > 35 tahun berisiko 3,144 kali dan primigravida berisiko 2,147 kali mengalami preeklampsia. Usia ibu hamil dan kejadian preeklampsia adalah dua hal yang secara teori berhubungan satu sama lain. Tetapi fakta yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang hubungan usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di wilayah kerja Puskesmas Kapongan Kabupaten Situbondo didapatkan hasil yang bertolak belakang dengan teori tersebut bahwa usia ibu hamil tidak berhubungan dengan kejadian preeklampsia. Usia ibu hamil < 20 tahun dan > 35 tahun dianggap usia yang dikelompokkan dalam kelompok yang beresiko tinggi. Hal ini dikarenakan pada usia < 20 tahun organ reproduksi belum begitu sempurna dan belum siap untuk menerima kehamilan. Selain itu, jika ditinjau dari segi psikologis, pada usia < 20 tahun relative belum siap untuk hamil dan memiliki anak. Sedangkan ibu hamil pada usia > 35 tahun beresiko karena dianggap sudah terlalu tua untuk hamil, sehingga secara fisik sudah lemah untuk menanggung beban kehamilan. Usia ibu hamil yang baik berkisar pada usia 20-35 tahun sehingga pada usia tersebut, ibu hamil dapat meminimalisir resiko terjadinya preeklampsia. Tetapi pada penelitian ini justru didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu hamil berusia 20-35 tahun sebagian besar responden mengalami preeklampsia ringan. Akan tetapi selain dari usia, faktor resiko dari preeklampsia itu sendiri yaitu paritas, riwayat preeklampsia, penyakit ginjal, dan obesitas. Dari faktor resiko tersebut tidak hanya berpaku pada satu faktor resiko, apalagi penyebab pasti dari preeklampsia itu sendiri masih belum diketahui secara pasti sampai saat ini. Maka dari itu untuk mendiagnosa secara dini adanya preeklampsia, hendaknya bidan memberikan konseling kepada semua ibu hamil untuk rutin memeriksakan kehamilannya untuk mencegah terjadinya komplikasi, khususnya preeklampsia. Bidan juga harus teliti dalam mendiagnosa, dan juga segera memberikan intervensi untuk mencegah keparahan dari preeklampsia. SIMPULAN Simpulan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Kapongan pada tanggal 19-28 Juni 2014 maka yaitu : 1. Sebagian besar responden berusia 20-35 tahun

2. 3.

Sebagian besar responden mengalami preeklampsia ringan Hasil hitungan uji chi square dengan tingkat signifikan α = 0,05 dimana didapatkan ρvalue = 0,119 maka ρvalue = 0,119 > α = 0,05 yang artinya H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di wilayah kerja Puskesmas kapongan Kabupaten Situbondo.

REKOMENDASI 1. Bagi Pelayanan kesehatan Tenaga keshatan khususnya bidan dapat memberikan penyuluhan atau konseling kepada ibu hamil mengenai faktor resiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil sehingga hal tersebut dapat digunakan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi. 2. Bagi Institusi atau pendidikan Institusi pendidikan hendaknya memberikan pemahaman yang lebih baik lagi bagi mahasiswa khususnya tentang preeklampsia dan faktor resiko preeklampsia pada ibu hamil dengan memberikan ilmu dan memberikan arahan dalam mencari informasi melalui internet ataupun buku. 3. Bagi Tempat Penelitian Semua bidan di wilayah kerja puskesmas Kapongan lebih waspada serta mendiagnosa secara dini preeklampsia pada ibu hamil, tidak hanya ibu hamil yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun untuk semua golongan usia dan faktor resiko lainnya. Alamat Korespondensi : - Alamat rumah : Kampung Krajan RT. 002/RW.002 desa Mojosari, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo - Email : [email protected] - No. HP : 087757611655