I PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING PADA

Download A company have to do inventory control for available guarantying of material, component or item at the time to fulfill production schedule,...

0 downloads 417 Views 284KB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Model Problem Based Learning (Belajar Berbasis Masalah) Menurut Gagne (1985) dalam Wena (2012: 52) pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Dilihat dari aspek psikologi, belajar berbasis masalah bersandar pada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses-proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan hanya proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. (Sanjaya, 2012: 213) Menurut Warsono (2013: 149) problem based learning merupakan tipe pengelolaan kelas yang diperlukan untuk mendukung pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran. Dalam pendekatan konstruktivisme pembelajaran ditujukan guna membentuk pemahaman peserta didik, peran aktif, makna pembelajaran beserta pengalaman belajar yang didapatkan bagi peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya sebuah desain yang sesuai dengan pengalaman belajar peserta didik. Hal ini seperti dijelaskan oleh Savioe dan Huges (1994) dalam Warsono (2013: 149) yang menjelaskan bahwa perlunya proses yang dapat digunakan untuk mendesain pengalaman pembelajaran berbasis masalah bagi peserta didik. Desain pengalaman belajar berdasarkan masalah dengan menyajikan kepada peserta didik situasi masalah yang auntentik dan bermakna yang nantinya memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan memberikan minat terhadap pembelajaran. commit to user

10 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dalam setiap model pembelajaran yang ada pasti

memiliki berbagai

karakteristik yang berbeda-beda. Hal yang sama juga terdapat pada model pembelajaran problem based learning yang berbasis pada faham konstruktivisme. Adapun karakteristik yang terdapat pada model pembelajaran problem based learning yang di kemukaan oleh Eggen (2012: 307) yaitu (a) Pelajaran berfokus pada masalah, (b) tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada peserta didik, (c) guru mendukung proses saat peserta didik mengerjakan masalah, (d) menggunakan kelompok kecil, (e) dan menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja. Berdasarkan karakteristik diatas secara terperinci dapat diperhatikan melalui tahapan pembelajaran problem based learning ketika diterapkan di dalam kelas. Menurut Arends (2008: 57) pembelajaran berbasis masalah memiliki lima tahapan. Tahapan-tahapan itu dimulai dari guru memberikan orientasi permasalahan hingga diakhiri dengan menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran. Tabel 2.1. Sintaks Problem based learning FASE FASE 1 FASE 2

FASE 3 FASE 4

FASE 5

PERILAKU GURU

Memberikan orientasi Guru mendiskripsikan dan memotivasi tentang permasalahan peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan berbasis masalah. Mengorganisasikan Guru membantu peserta didik untuk peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan meneliti. tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya. Membantu investigasi Guru mendorong peserta didik untuk mandiri dan kelompok. mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan pencarian dan solusi. Mengembangkan dan Guru membantu peserta didik dalam mempresentasikan. merencanakan dan menyiapkan laporan, rekaman video, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain. Menganalisis dan Guru membantu peserta didik melakukan mengevaluasi proses refleksi terhadap investigasinya dan prosesmengatasi masalah. proses yang mereka gunakan.

Sumber : Arends (2008: 57)

commit to user

11 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Setiap model pembelajaran yang memiliki karakteristik dan tahapan yang begitu kompleks pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Setiap model pembelajaran tidaklah sempurna begitupun dengan model pembelajaran problem based learning yang memiliki kelebihan seperti yang diungkapkan oleh Hamruni (2011: 114) diantaranya : a) merupakan teknik yang cukup bagus dalam memahami isi pelajaran, b) menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik, c) membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, d) memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, e) dan mampu untuk mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar meskipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Dibalik kelebihan yang dimiliki dalam problem based learning kekurangan juga terdapat pada model ini seperti diungkapkan oleh Sanjaya (2006: 221) diantaranya : (a) peserta didik berasumsi bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba, (b) penerapan model problem based learning membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan (c) dan tanpa pemahaman peserta didik mengenai masalah yang dianalisis maka peserta didik tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.

2. Model Pembelajaran Inkuiri Inkuiri memiliki pengertian dalam bahas inggris yang berarti pertanyaan, atau pemeriksaan dan penyelidikan. Inkuiri merupakan suatu proses yang biasa dilakukan oleh manusia sehari-hari dalam mencari dan memahami informasi yang ada di lingkungan. Menurut Gulo (2002) dalam Trianto (2011: 166) berpendapat bahwasanya pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri dengan penuh percaya diri. Hal ini selaras oleh pendapat Anderson dalam Oguz Unver (2011) yang mengatakan :“As a learning activity, commit to IBL refers to the activities of students in user which they develop knowledge and

perpustakaan.uns.ac.id

12 digilib.uns.ac.id

understanding of scientific ideas as well as an understanding of how scientists study the natural world” Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya dalam pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas peserta didik dalam pebelajaran dan guru sebagai fasilitator atas ketercapaian pembelajaran di kelas. peserta didik diharapkan mampu untuk mengembangkan berbagai pengetahuan yang dimiliki dan memahami berbagai macam ilmu yang didapat. Dalam model pembelajaran inkuiri terdapat ciri-ciri yang harus di perhatikan diantaranya adalah : (1) pembelajaran inkuiri menekankan aktivitas peserta didik secara maksimal, (2) peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan, (3) dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis logis dan kritis. Dengan demikian dalam prosesnya peranan guru tidak dapat dipisahkan. Guru bertindak sebagai fasilitator dan bimbingan dalam pembelajaran. Tugas guru berusaha untuk memberikan masalah yang sulit dipecahkan peserta didik dan memberikan sumber belajar. Selain itu guru juga membimbing pada saat proses pembelajaran di kelas agar peserta didik mencapai apa yang mereka inginkan. Peserta didik dalam model pembelajaran inkuiri tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran akan tetapi dituntut pula untuk mengembangkan kreativitas berfikir secara optimal. Hal ini selaras dengan pendapat Munandar (1990) dalam Trianto (2011: 168) bahwasanya kreativitas pada anak perlu dikembangkan karena dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suautu masalah memberikan kepuasan pada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini sama dengan kurikulum dalam pendidikan nasional yang telah di tetapkan bahwasanya dalam pendidikan kualitas lulusan atau hasil belajar tidak hanya dilihat dari segi pengetahuannya akan tetapi dilihat juga sikap dan kreativitas yang dimiliki oleh lulusan maupun peserta didik di sekolah. Untuk mencapai pembelajaran dengan model inkuiri yang baik dan hasil commit to user belajar yang menekankan pada tiga aspek sikap, pengetahun dan keterampilan

perpustakaan.uns.ac.id

13 digilib.uns.ac.id

maka dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri disesuaikan dengan sintak pembelajaran inkuiri. Adapun sintak pembelajaran inkuiri yang dikutip berdasarkan Eggen dan Kuchak (1996) dalam Trianto (2011: 172) adalah sebagai berikut : Tabel 2.2. Sintaks Model Inkuiri FASE 1

FASE 2

FASE 3

FASE 4

FASE 5

FASE 6

FASE PERILAKU GURU Menyajikan pertanyaan Guru membimbing peserta didik untuk atau masalah mengindentifikasi masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi peserta didik dalam kelompok Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing peserta didik dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membeimbing peserta didik mengurutkan langkah-langkah percobaan. Melakukan percobaan Guru membimbing peserta didik untuk memperoleh mendapatkan informasi melalalui informasi percobaan. Mengumpulkan menganalisis data

dan Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Membuat Kesimpulan Guru membimbing peserta didik dalam membuat kesimpulan.

Dalam model pembelajaran inkuiri terdapat keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan dan kelemahan yang terdapat pada model pembelajaran inkuiri berdasarkan pendapat Sanjaya (2012: 208) : keunggulan pembelajaran dengan model inkuiri bahwasanya inkuiri merupakan (1) model pembelajaran yang menekankan pengembangan aspektokognitif, afektif dan psikomotor, (2) commit user

14 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

memberikan ruang bagi peserta didik sesuai dengan gaya belajar, (3) sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern. Sedangkan kelemahan yang dimiliki model pembelajaran inkuiri adalah (1) model pembelajaran inkuiri membutuhkan waktu yang panjang, (2) guru akan mengalami kesulitan dalam mengontrol kegiatan peserta didik.

3.

Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari kata efektif yang menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti keberhasilan, manjur, atau mujarab. Keefektivan pembelajaran mengandung

pengertian

keberhasilan

pembelajaran

untuk

meningkatkan

pencapaian hasil belajar. Hasil belajar berkaitan erat dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Pembelajaran menurut pandangan Sudjana (2004) dalam Hosnan (2013:

18) bahwasanya pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap

upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakkan agar terjadi interaksi edukatif antara kedua belah pihak yaitu peserta didik dan guru dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi tersebut dibutuhkan untuk tercapainya efektivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Interakasi antara peserta didik dengan guru terjadi apabila guru dapat melaksanankan kegiatan pembelajaran yang inovatif, kreatif, interaktif menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Hosnan, 2013: 191) Penentuan pembelajaran yang efektif menurut Uno (2011: 174) terletak pada hasil belajar. Jika dalam hasil belajar peserta didik belum memenuhi kriteria KKM dapat disimpulkan dalam pembelajaran yang dilakukan guru kurang baik. Menurut Trianto (2011: 20) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektivan pengajaran yaitu: a. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM b. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara peserta didik c. Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan peserta commit to user didik (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.

15 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung buktir tanpa mengabaikan butir. Berdasarkan pengertian di atas berhubungan dengan penilaian hasil belajar yang terdiri dari tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan kriteria penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013. Penilaian dalam ranah pengetahuan melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi hingga mencipta, dalam ranah sikap meliputi menerima,

menjalankan,

menghargai,

menghayati

hingga

mengamalkan,

sedangkan dalam ranah keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta.

Hal ini selaras dengan

pandangan konstruktivisme yang mana peserta didik mengkonstruksi bukan hanya menerima pengetahuan. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik deengan proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik, strategi pembelajaran lebih dipentingkan pada hasil dan diasumsikan dengan strategi dan model pembelajaran yang baik maka akan memperoleh hasil yang baik. Berdasarkan asumsi yang ada di atas dapat disimpulkan bahwasanya dalam pembelajaran pada kurikulum 2013 dalam pencapaian hasil belajar harus meliputi tiga ranah hasil belajar yaitu ranah pengetahuan, ranah sikap dan ranah keterampilan. Ketiga ranah hasil belajar ini menjadi penting karena menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan di kelas.

4. Hasil Belajar Geografi Gagne (1970) dalam Sagala (2009: 17) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh peserta didik sendiri. Peserta commit user didik adalah penentu terjadinya atau tidaktoterjadinya proses belajar. Proses belajar

perpustakaan.uns.ac.id

16 digilib.uns.ac.id

terjadi berkat peserta didik memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh peserta didik berupa keadaan, benda-benda, hewan,tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan ajar. (Dimyati, 2009: 7) Pemikiran dalam belajar mengacu pada proses (Sagala, 2009: 38) : (1) belajar tidak hanya sekedar menghafal, peserta didik harus mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri, (2) anak belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja oleh guru, (3) para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan (subject matter), (4) pengetahuan tidak bisa dipisahpisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan, (5) manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru, (6) peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide, (7) proses belajar dapat mengubah struktur otak, perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Pada tahap pelaksanaan belajar yang harus dilakukan adalah membaca, menghafal, membuat catatan kritis, menjawab pertanyaan, mengerjakan latihan, berdiskusi atau bertanya jawab dengan teman sebaya. Sedangkan dalam tahap pengendalian belajar yang dilakukan adalah mengevaluasi efektivitas hasil belajar dan menguji apakah hasil belajar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah dia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Kingsley dalam Sudjana (2013: 22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu a). Keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne dalam Sudjana (2013: 22) membagi lima kategori hasil belajar yaitu (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif (d) sikap dan commit to user (e) keterampilan motoris.

17 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dalam kurikulum 2013 penilaian hasil belajar di dasarkan atas 3 kriteria yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ketiga ranah hasil belajar ini tidak dapat

dipisahkan.

Dalam

proses

penilaian

tersebut

dilakukan

secara

berkesinambungan dengan tujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan penilaian secara authentik dan tidak terpisah-pisah tersebut penialaian hasil belajar tidak hanya terpusat pada aspek pengetahuan peserta didik semata akan tetapi kompetensi sikap dan keterampilan dapat diketahui. Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Rizky Septiana Nurdi. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Geografi (Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Peserta didik Kelas Xi Ips 1 Sma Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan ,Universitas Sebelas Maret ,Agustus 2014. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui peningkatan motivasi belajar geografi pada peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro dengan penerapan model problem based learning , (2) mengetahui peningkatan hasil belajar geografi pada peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro dengan penerapan model problem based learning. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdapat 4 tahap commit to user yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini

18 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

adalah peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro semester genap tahun ajaran 2013/2014 untuk mata pelajaran geografi,dengan jumlah peserta didik 30 peserta didik yang terdiri dari 11 peserta didik perempuan dan 19 peserta didik laki-laki. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, wawancara dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro pada kompetensi dasar 3.2 menganalisis

pelestarian

lingkungan

hidup

dalam

kaitannya

dengan

pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan hasil pengamatan pra siklus ke siklus 1 dari 13,33% menjadi 66,67% meningkat 53,34%. Siklus 1 ke siklus II dari 66.67% menjadi 86,67% meningkat 20%. (2) penerapan model problem based learning pbl dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI IPS 1 SMA N 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro pada kompetensi dasar 3.2 menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dapat di tunjukkan berdasarkan hasil tes pada pra siklus I dari 16 peserta didik yang sudah tuntas (53,3%) menjadi 20 peserta didik yang sudah tuntas (66,67%),meningkat 13.4%. Siklus I ke siklus II dari 20 peserta didik yang sudah tuntas (66,67%) menjadi 25 peserta didik yang sudah tuntas (83,3%), meningkat 16,6%. 2. Candra Yuliawan. 2012 .Peningkatan

Hasil

Belajar

Ilmu Pengetahuan

Alam Tentang Sifat-Sifat Cahaya Dengan Model Inkuiri Pada Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Beji Tahun Ajaran 2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model inkuiri pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Beji tahun ajaran 2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Variabel bebas dari commit to user variabel terikatnya adalah hasil penelitian ini adalah model inkuiri, sedangkan

perpustakaan.uns.ac.id

19 digilib.uns.ac.id

belajar. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas empat tahap, dimulai dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Beji tahun ajaran 2012 yang berjumlah 31 peserta didik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan kajian dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang sifat-sifat cahaya dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada saat prasiklus nilai rata-rata sebesar 53, 97. Siklus I meningkat menjadi 64,7, dan pada siklus II meningkat menjadi 79,83. Sedangkan untuk persentase ketuntasan peserta didik menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60, pada saat prasiklus peserta didik yang tuntas sebanyak 10 peserta didik atau 32,26% dari jumlah keseluruhan 31 peserta didik. Pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 19 peserta didik atau 63,33% dari jumlah keseluruhan 30 peserta didik. Pada siklus II persentase ketuntasan juga meningkat menjadi 28 peserta didik atau 93,33% dari jumlah keseluruhan 30 peserta didik. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Beji tahun ajaran 2012. 3. Ony Syaiful Rizal. 2014. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Dan Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta didik Kelas Viii Smp Negeri Di Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014 Tesis, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2014 Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, peserta didik yang diberi pengajaran dengan model pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, atau pembelajaran langsung. (2) Manakah yang memberikan prestasi commit to tipe user gaya belajar auditori, visual atau belajar lebih baik, peserta didik dengan

20 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kinestetik. (3) Pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik antara peserta didik dengan gaya belajar auditori, visual atau kinestetik, (4) Pada masing-masing kategori gaya belajar, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, atau pembelajaran langsung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3x3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2013/2014 semester ganjil. Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara Stratified Cluster Random Sampling. Terpilih peserta didik dari tiga sekolah yaitu peserta didik SMPN 1 Ngawi, SMPN 4 Ngawi dan SMPN 2 Geneng, Ngawi. Metode pengumpulan data yang yang digunakan antara lain metode dokumentasi, angket dan tes. Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalan sel tak sama dengan desain faktorial 3x3. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Prestasi belajar matematika peserta didik dengan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada pembelajaran inkuiri dan pembelajaran langsung. Prestasi belajar matematika peserta didik dengan pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada pembelajaran langsung; (2) Prestasi belajar matematika peserta didik dengan gaya belajar auditori lebih baik daripada prestasi belajar matematika peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik. Prestasi belajar matematika peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik; (3a) pada model pembelajaran berbasis masalah, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada masing-masing tipe gaya belajar; (3b) pada model pembelajaran inkuiri, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada masingmasing tipe gaya belajar; (3c) pada pembelajaran langsung, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada masing-masing tipe gaya belajar; (4a) pada peserta didik yang memiliki tipe gaya belajar visual, penggunaan model

pembelajaran

berbasis

masalah

menghasilkan

prestasi

belajar

matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran inkuiri dan commitmodel to user pembelajaran langsung. Penggunaan pembelajaran inkuiri menghasilkan

21 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

prestasi belajar matematika yang sama dengan pembelajaran langsung; (4b) pada peserta didik yang memiliki tipe gaya belajar auditori, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada masing-masing model pembelajaran; (4c) pada peserta didik yang memiliki tipe gaya belajar kinestetik, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada masing-masing model pembelajaran.

commit to user

22 Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan No 1

Judul penelitian

Tujuan penelitian

Metode penelitian

Hasil penelitian

Rizky Septiana Nurdi. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Geografi (Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Peserta didik Kelas Xi Ips 1 Sma Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan ,Universitas Sebelas Maret ,Agustus

(1) mengetahui peningkatan motivasi belajar geografi pada peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro dengan penerapan model problem based learning (2) mengetahui peningkatan hasil belajar geografi pada peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro dengan penerapan model problem based learning.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, wawancara dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro pada kompetensi dasar 3.2 menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan hasil pengamatan pra siklus ke siklus 1 dari 13,33% menjadi 66,67% meningkat 53,34%. Siklus 1 ke siklus II dari 66.67% menjadi 86,67% meningkat 20%. (2) penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI IPS 1 SMA N 1 Ngraho Kabupaten Bojonegoro pada kompetensi dasar 3.2 menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan

23 Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan 2014.

2

Candra Yuliawan (2012) Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Tentang Sifat-Sifat Cahaya Dengan Model Inkuiri Pada Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Beji Tahun Ajaran 2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model inkuiri pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Beji tahun ajaran 2012

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas empat tahap, dimulai dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan kajian dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif

berkelanjutan. Hal tersebut dapat di tunjukkan berdasarkan hasil tes pada pra siklus I dari 16 peserta didik yang sudah tuntas (53,3%) menjadi 20 peserta didik yang sudah tuntas (66,67%),meningkat 13.4%. Siklus I ke siklus II dari 20 peserta didik yang sudah tuntas (66,67%) menjadi 25 peserta didik yang sudah tuntas (83,3%), meningkat 16,6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang sifat-sifat cahaya dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada saat prasiklus nilai rata-rata sebesar 53, 97. Siklus I meningkat menjadi 64,7, dan pada siklus II meningkat menjadi 79,83. Sedangkan untuk persentase ketuntasan peserta didik menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60, pada saat prasiklus peserta didik yang tuntas sebanyak 10 peserta

24 Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.

3

Ony Syaiful Rizal (2014) Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Dan Pembelajaran

didik atau 32,26% dari jumlah keseluruhan 31 peserta didik. Pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 19 peserta didik atau 63,33% dari jumlah keseluruhan 30 peserta didik. Pada siklus II persentase ketuntasan juga meningkat menjadi 28 peserta didik atau 93,33% dari jumlah keseluruhan 30 peserta didik. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Beji tahun ajaran 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, peserta didik yang diberi pengajaran dengan model pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3x3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2013/2014 semester ganjil. Pengambilan sampel dilakukan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) prestasi belajar matematika peserta didik dengan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada pembelajaran inkuiri dan pembelajaran langsung. Prestasi belajar matematika peserta didik dengan pembelajaran inkuiri lebih

25 Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan Berbasis Masalah Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta didik Kelas VIII Smp Negeri Di Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014 Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2014

masalah, atau pembelajaran langsung. (2) manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, peserta didik dengan tipe gaya belajar auditori, visual atau kinestetik. (3) pada masingmasing model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik antara peserta didik dengan gaya belajar auditori, visual atau kinestetik, (4) pada masing-masing kategori gaya belajar, manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, atau pembelajaran langsung

dengan cara stratified cluster random sampling. Terpilih peserta didik dari tiga sekolah yaitu peserta didik SMPN 1 Ngawi, SMPN 4 Ngawi dan SMPN 2 Geneng, Ngawi. Metode pengumpulan data yang yang digunakan antara lain metode dokumentasi, angket dan tes. Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalan sel tak sama dengan desain faktorial 3x3.

baik dari pada pembelajaran langsung; (2) prestasi belajar matematika peserta didik dengan gaya belajar auditori lebih baik daripada prestasi belajar matematika peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik. Prestasi belajar matematika peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik; (3a) pada model pembelajaran berbasis masalah, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada masing-masing tipe gaya belajar; (3b) pada model pembelajaran inkuiri, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada masing-masing tipe gaya belajar; (3c) pada pembelajaran langsung, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada masing-masing tipe gaya belajar; (4a) pada peserta didik yang memiliki tipe gaya belajar visual, penggunaan model pembelajaran berbasis masalah

26 Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran langsung. Penggunaan model pembelajaran inkuiri menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan pembelajaran langsung; (4b) pada peserta didik yang memiliki tipe gaya belajar auditori, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada masing-masing model pembelajaran; (4c) pada xv peserta didik yang memiliki tipe gaya belajar kinestetik, tidak ada perbedaan prestasi belajar pada masing-masing model pembelajaran. 4

Alfian tamara putra (2015) Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Model Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Pesrta

1. Untuk mengetahui perbedaan antara model pembelajaran problem based learning, model inkuiri dan ekspositori terhadap hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan sebaran

Jenis Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-experimental design atau penelitian eksperimen semu. Model quasi-experimental design yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design.

1. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning, inkuiri, dan ekspositori pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia di SMAN 1

27 Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan Didik Pada Pokok Bahasan Sebaran Barang Tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016 Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

barang tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui perbedaan antara model pembelajaran problem based learning dan ekspositori terhadap hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui perbedaan antara model pembelajaran inkuiri dan ekspositori terhadap hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015. 4. Untuk mengetahui perbedaan antara model

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, angket dan tes hasil belajar kognitif. Pengujian hipotesis dengan menggunakan Analisis data analisis variansi satu jalan (one-way anova)

Banyudono. Hal ini dapat dilihat dari uji anava satu arah dengan taraf signifikansi 5% yang menghasilkan nilai Fobs (5,0347) > nilai Ftabel (3.1). 2. Model pembelajaran problem based learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil perhitungan uji scheffe yang menghasilkan keputusan H0 ditolak karena nilai Fobs (8,35921) > nilai Ftabel (6,2). 3.Model pembelajaran inkuiri lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji scheffe yang menghasilkan keputusan H0 ditolak karena Fobs (6,602977) > nilai Ftabel (6,2).

28 Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan pembelajaran problem based learning dan inkuiri terhadap hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016.

4. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara model inkuiri dengan problem based learning. Model pembelajaran inkuiri sama efektifnya dengan model pembelajaran problem based learning pada pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji scheffe yang menghasilkan keputusan H0 diterima karena nilai Fobs (0,117018408) < nilai Ftabel (6,2) .

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

C. Kerangka Berfikir Di era globalisasi peran ilmu pengetahuan sangatlah penting termasuk dengan geografi yang mana zaman semakin rusak akibat tingkah laku manusia itu sendiri. Adanya perilaku yang menyimpang tersebut didapatkan dari pendidikan yang hanya menekankan pada aspek pengetahuan sehingga ketika dihadapkan pada dunia nyata mereka kurang menghormati terhadap lingkungannya. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pembelajaran di kelas yang tidak hanya terpusat pada guru. Inovasi pembelajaran yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu mengkonstruksi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dari sekian banyak model-model yang mampu mengkonstruksi hasil belajar diantaranya adalah model problem based learning dan model pembelajaran inkuiri. Model problem based learning memiliki kelebihan dengan menekankan pada pendekatan konstruktivisme bahwa dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk mengikuti proses-proses di dalamnya sehingga peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran dan membentuk pemahaman pada diri peserta didik. Pemahaman dalam konteks problem based learning tidak hanya paham akan materi pengetahuan saja akan tetapi mengerti segala permasalahanpermasalahn yang di hadapkan pada peserta didik untuk dipecahkan sehingga pengalaman belajar peserta didik akan didapatkan. Sedangkan dalam pembelajaran Inkuiri kemampuan peserta didik diarahkan dan diusahakan secara maksimal untuk mencari, menyelidiki, berfikir kritis dan logis dalam pembelajaran di dalam kelas. Sehingga dalam pembelajaran peserta didik tidak hanya di tuntut untuk menguasai materi yang diajarkan oleh guru akan tetapi bagaimana peserta didik dapat mengembangkan dirinya untuk menjadi pribadi yang unggul dan mampu bersaing. Dari kedua model di atas selaras dengan kurikulum 2013 yang menekankan pada penilaian hasil belajar yang tidak hanya terpusat pada aspek pengetahuan semata. Dalam kurikulum 2013 penilaian hasil belajar meliputi pengetahuan, user sikap dan keterampilan. Sehinggacommit dalam to penerapan model – model pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

di atas berbagai aspek penilaian hasil belajar dapat di nilai melalui proses-proses pembelajaran di kelas yang nantinya memberikan output yang baik bagi peserta didik agar mampu bersaing dengan dunia globalisasi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Materi Pembelajaran

Sebaran Barang Tambang Di Indonesia

Kelompok Eksperimen 1

Kelompok Eksperimen 2

Kelompok Kontrol

Problem Based Learning

Inkuiri

Ekspositori

Perbandingan Hasil Belajar

1. Mengetahui perbedaan model pembelajaran Problem Based Learning, Inkuiri, dan Ekspositori terhadap hasil belajar. 2. Mengetahui keefektivan model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran Ekspositori terhadap hasil belajar. 3. Mengetahui keefektivan penggunaan model pembelajaran Inkuiri dengan model pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar. 4. Mengetahui keefektivan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning, dengan model pembelajaran Inkuiri terhadap hasil belajar.

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1) Ada perbedaan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model problem based learning, model inkuiri, dan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016. 2) Hasil belajar peserta didik dengan model problem based learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016. 3) Hasil belajar peserta didik dengan model inkuiri lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016. 4) Hasil belajar peserta didik dengan model inkuiri lebih efektif dibandingkan model pembelajaran problem based learning pada pokok bahasan sebaran barang tambang di Indonesia di SMA N 1 Banyudono tahun ajaran 2015/2016.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user