I SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI

Download inklusi dan mendeskripsikan penerapan prinsip penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota ... dasar inklusi di Kota Yogyakarta de...

0 downloads 612 Views 10MB Size
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Yovita Ratri Sulistianingsih NIM: 131134023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Dengan hati yang penuh syukur dan pujian skripsi ini peneliti persembahkan untuk : 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat dan kasihNya yang selalu melimpah serta

Santa Pelindung Yovita yang selalu melindungi dalam

keadaan apapun. 2. Kedua orangtuaku yang terkasih, Bapak Agustinus Musiyadi dan Ibu Bernadeta Sulimah yang selalu memberikan doa, semangat, dan kasih sayang. 3. Kakakku terkasih, Isidorus Apri Sulistiadi serta keponakanku Anastasia Ita Wati yang selalu memberi penghiburan, doa, dan, semangat. 4. Sahabat-sahabatku satu penelitian Rinda, Rosita, dan Lela yang selalu membantu dan memberi semangat. 5. Yosephin Intan dan Maria Ratih yang sudah membantu selama pembuatan skripsi serta semua sahabat MB21 yang selalu memberikan semangat dan keceriaan. 6. Natalia Runi Astuti yang selalu memotivasi dan menemani selama kegiatan observasi penelitian. 7. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tempat mengenyam ilmu pendidikan dan mengukir kenangan yang indah.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Don’t cry because it’s over. Smile because it happened.” (Dr. Seuss)

“Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.” (Ulangan 31 : 8)

”Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.” (Mazmur 116 : 13)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK SURVEI PENYELENGGARAAN SEKOLAH DASAR INKLUSI DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA Yovita Ratri Sulistianingsih Universitas Sanata Dharma 2017 Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta telah menunjuk 29 sekolah dasar yang dianggap mampu untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi. Sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan enam tahun yang mengakomodasi semua anak dalam satu kelas yang sama tanpa adanya sikap diskriminatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesesuaian penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dengan prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi dan mendeskripsikan penerapan prinsip penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan menggunakan metode survey cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam adalah kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka yang telah dilakukan validasi kepada dua orang validator sebelum dibagikan kepada responden. Data diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada 73 responden di 11 sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta dan kuesioner yang kembali berjumlah 43 kuesioner. Dari data yang diperoleh dan berdasarkan olah data yang sudah dilakukan, peneliti mendapatkan hasil penelitian bahwa kesesuaian penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta dengan prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi sebesar 14.2%. Hal ini belum sesuai dengan dugaan sementara peneliti, yaitu sebesar 50% penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta sesuai dengan prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Penerapan penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta telah mencakup 8 prinsip, yaitu penerimaan peserta didik baru (PPDB); identifikasi; adaptasi kurikulum; merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak; penataan kelas yang ramah anak; asesmen; pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif; penilaian dan evaluasi pembelajaran. Kata kunci: sekolah dasar inklusi, prinsip-prinsip sekolah inklusi, dan anak berkebutuhan khusus.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT SURVEY THE OPERATION OF INCLUSION ELEMNTARY SCHOOL IN YOGYAKARTA Yovita Ratri Sulistianingsih Sanata Dharma University 2017 Yogyakarta Education Board has designated 29 elementary schools considered as capable to organize inclusion education. Elementary inclusion schools are six-year educational units which accommodate students in one class without being discriminative. This research aimed to describe the suitability between inclusion schools’ management in Yogyakarta and inclusion schools’ management principle. In addition, this research also describes the application of inclusion schools’ management principle in Yogyakarta. This research was a quantitative non-experimental research with survey cross sectional method. The instruments being used were questionnaires with open-ended questions which were already being validated by two valuators. The data was gained by distributing the questionnaires to 73 respondents from 11 inclusion elementary schools in Yogyakarta and 43 questionnaires have been returned. From the data obtained and processed, the researcher concluded that the suitability between inclusion schools’ management in Yogyakarta City and inclusion schools’ management principle was 14.2%. The result was not equal with the researcher’s estimation which was 50% suitability. The application of inclusion schools’ management in Yogyakarta City had covered 8 principles which were the acceptance of new students; identification; flexible curriculum; devised materials education and activity for children; class arrangement, assessment; provided and utilized adaptive learning media; and learning assessment and evaluation. Key words: inclusion elementary school, inclusion education principles, special Neededchidren.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat, berkat, dan kasihNya yang melimpah, sehingga skripsi yang berjudul “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Yogyakarta” dapat peneliti selesaikan dengan baik.

Kota

Skripsi disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai karena itu, dengan segenap hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dengan penuh kesabaran dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dengan penuh kesabaran dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai. 6. Kepala Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. 7. Guru Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta yang sudah membantu dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 8. Kedua orang tuaku, Agustinus Musiyadi dan Bernadeta Sulimah yang selalu memberiku semangat, perhatian dan kasih sayang dalam setiap doanya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 9. Kakakku terkasih, Isidorus Apri Sulistiadi dan keponakanku Anatasia Ita Wati yang selalu memberikan doa, semangat, dan penghiburan. 10. Ristya Ferinda, Rosita Cahayani, Lela Mustikasari yang bersama-sama berjuang serta saling memberikan semangat dan masukan. 11. Yosephine Intan, Maria Ratih, Aurelia Laksmi, Elvira Margianti, Natalia Runi, sahabat yang selalu membantu dan memberikan semangat. Peneliti berharap semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi

sumber

belajar

bagi

peneliti

lain

yang

memiliki

tujuan

memperkembangkan pendidikan inklusi.

Peneliti

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT ............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A.

LATAR BELAKANG .................................................................................1

B.

RUMUSAN MASALAH .............................................................................4

C.

TUJUAN PENELITIAN ..............................................................................4

D.

MANFAAT PENELITIAN ..........................................................................5

E.

DEFINISI OPERASIONAL ........................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................7 A.

KAJIAN PUSTAKA ....................................................................................7

1. Sekolah Dasar Inklusi ..................................................................................7 2. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi .............................8 xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang Mengakomodasi Semua Anak .............................................................................................................8 b. Identifikasi....................................................................................................9 c. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel) ..............................................10 d. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah Anak ......................................................................................11 e. Penataan Kelas yang Ramah Anak ............................................................12 f. Asesmen .....................................................................................................13 g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif .......................15 h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran ........................................................15 3. Pendidikan Inklusi ......................................................................................15 a. Pengertian Pendidikan Inklusi....................................................................15 b. Tujuan Pendidikan Inklusi .........................................................................16 c. Karakteristik Pendidikan Inklusi ................................................................18 d. Prinsip dasar Pendidikan Inklusi ................................................................18 4. Anak Berkebutuhan Khusus.......................................................................19 a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.....................................................19 b. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus .....................................................21 B.

HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN .............................................28

C.

KERANGKA BERPIKIR ..........................................................................31

D.

HIPOTESIS PENELITIAN .......................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................35 A.

JENIS PENELITIAN .................................................................................35

B.

SETTING PENELITIAN ...........................................................................36 1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................36 2. Subjek Penelitian........................................................................................37 3. Objek Penelitian .........................................................................................38

C.

POPULSI DAN SAMPEL .........................................................................38

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Populasi ......................................................................................................38 2. Sampel ........................................................................................................38 D.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA..........................................................39

E.

INSTRUMEN PENELITIAN ....................................................................40

F.

TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN......................................................44 1. Uji Validitas Instrumen ..............................................................................44 2. Uji Reliabilitas Instrumen ..........................................................................53

G.

TEKNIK ANALISIS DATA......................................................................55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................59 A.

DESKRIPSI PENELITIAN .......................................................................59

B.

TINGKAT PENGEMBALIAN KUESIONER ..........................................60

C.

HASIL PENELITIAN ................................................................................61

D.

PEMBAHASAN ........................................................................................74

1. Kesesuaian Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dengan Prinsip Sekolah Inklusi .....................................74 2. Penerapan Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta ..........................................................................76 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ...............................84 A.

KESIMPULAN ..........................................................................................84

B.

KETERBATASAN PENELITIAN ............................................................85

C.

SARAN ......................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................88 LAMPIRAN ...........................................................................................................91 BIOGRAFI ...........................................................................................................173

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Penelitian yang relevan. ........................................................................31

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar 11 Sekolah Dasar Inklusi Di Kota Yogyakarta ...........................36 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tentang Survei Penyelenggaraan Sekolah Inklusi Di Wilayah Kota Yogyakarta ......................................41 Tabel 3.3 Skala Likert ............................................................................................47 Tabel 3.4 Contoh Coding Data ..............................................................................56 Tabel 4.1 Hasil Jawaban Prinsip Pertama Dengan Jawaban Terbanyak ................62 Tabel 4.2 Hasil Jawaban Prinsip Kedua Dengan Jawaban Terbanyak ..................63 Tabel 4.3 Hasil Jawaban Prinsip Ketiga Dengan Jawaban Terbanyak ..................63 Tabel 4.4 Hasil Jawaban Prinsip Keempat Dengan Jawaban Terbanyak ..............64 Tabel 4.5 Hasil Jawaban Prinsip Kelima Dengan Jawaban Terbanyak .................65 Tabel 4.6 Hasil Jawaban Prinsip Keenam Dengan Jawaban Terbanyak ...............66 Tabel 4.7 Hasil Jawaban Prinsip Ketujuh Dengan Jawaban Terbanyak ................69 Tabel 4.8 Hasil Jawaban Prinsip Kedelapan Dengan Jawaban Terbanyak ............70 Tabel 4.9 Prinsip Yang Diselenggarakan Di Setiap Sekolah Dasat Inklusi Di Wilayah Kota Yogyakarta .....................................................................71

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan Data Daftar Sekolah Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta ........................................................................... 92 Lampiran 2 Daftar Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta ............................................................................ 93 Lampiran 3 Permohonan Surat Ijin Penelitian .................................................. 94 Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ……………. ............................................................... 95 Lampiran 5 Validasi Dosen A .......................................................................... 97 Lampiran 6 Validasi Dosen B .......................................................................... 108 Lampiran 7 Kuesioner yang akan dibagikan .................................................... 119 Lampiran 8 Kuesioner yang diisi Responden ................................................... 138 Lampiran 9 Hasil Pengumpulan Data Sekolah Inklusi Wilayah Kota Yogyakarta ..................................................................................... 143

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan definisi operasional. A.

Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Namun pada kenyataannya masih banyak masalah yang ditemui berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Keadaan seperti ini disebabkan karena adanya perbedaan yang mencolok dari kebanyakan orang, seperti orang-orang miskin atau tidak mampu secara ekonomi, minoritas secara budaya/bahasa, dan berbeda keadaan karena menyandang kelainan atau kecacatan (disability). Demi merespon tantangan pendidikan dasar yang dihadapi saat ini, Pemerintah mencanangkan kebijakan pendidikan inklusi, dimana pendidikan inklusi didefinisikan sebagai konsep yang menampung semua anak yang berkebutuhan khusus maupun anak yang memiliki kesulitan membaca dan menulis (Ilahi, 2013: 23). Sekolah

yang

menerapkan

pendidikan

inklusi

dalam

konsep

penerapannya merepresentasikan keseluruhan prinsip yang berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2

hak dasar mereka sebagai warga negara (Ilahi, 2013: 24). Demi memenuhi kebutuhan dari anak-anak berkebutuhan khusus, pendampingan dan pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak dan fasilitas yang mendukung proses pendampingan, seperti pencahayaan yang baik, posisi tempat duduk, pemilihan lantai, sirkulasi udara yang baik, serta vasilitas bagi anak-anak disabilitas. Penataan tersebut dimaksudkan supaya materi yang disampaikan dapat tersampaikan dengan maksimal

karena,

penataan

unsur-unsur

fisik

ruang

kelas

dapat

mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang tidak berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus (Friend, 2015: 270). Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, saat ini sudah ada 29 Sekolah Dasar Negeri yang dianggap mampu untuk menerapkan pendidikan inklusi bagi anak-anak berkebutuhan khusus di wilayah kota Yogyakarta. Di sekolah inklusi guru harus memiliki kemampuan dan kreativitas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas karena guru yang baik akan melakukan pembelajaran yang interaktif agar perhatian anak didiknya terpusat penuh kepada guru. Guru juga harus menggunakan metode pembelajaran yang cocok bagi anak didiknya agar anak didiknya mampu berpartisipasi di dalam pelajaran. Jenis materi pelajaran yang digunakan oleh para guru dapat memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan akademis siswa-siswa penyandang disabilitas (Kustawan, 2013: 111) sehingga anak-anak yang berkebutuhan khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3

dengan anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus mampu bersama-sama menerima dan memahami maksud dari pembelajaran dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara bersama-sama. Bukan hanya kemampuan dan keterampilan mengajar saja yang harus dimiliki, namun para guru juga harus mampu memberikan pendampingan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan oleh masing-masing anak-anak berkebutuhan khusus maupun anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus. Dengan demikian, pendidikan dapat berjalan secara optimal dan materi dapat dipahami semaksimal mungkin oleh para siswa. Selain itu, peran kepala sekolah juga memberi poin penting dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan inklusi yang baik. Menurut Kustawan (2013:60), sosok kepala SD/MI sangat berperan dalam mengembangkan sekolah ramah anak dan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan. Dengan dipimpin oleh kepala sekolah SD/MI yang profesional, semua warga sekolah merancang SD/MI agar menjadi sekolah yang ramah anak, terbuka (welcome) dan tidak mendeskriminasi. Penelitian ini memusatkan perhatian pada kesesuaian prinsip sekolah inklusi dengan penyelenggaraan sekolah inklusi yang dilaksanakan oleh sekolah dasar serta penerapan prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Berdasarkan jumlah data sekolah inklusi yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, sekolah-sekolah dasar inklusi tersebut sudah cukup memadai dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, namun belum dapat dipastikan apakah penerapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4

prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi yang sudah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip sekolah inklusi. Peneliti bermaksud untuk mengetahui kesesuaian penyelenggaraan sekolah dasar inklusi dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang ada di Kota Yogyakarta. Peneliti mengangkat judul “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta.”

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1.

Berapa jumlah persentase sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta yang sesuai dengan prinsip sekolah inklusi ?

2.

Bagaimana

penerapan

setiap

prinsip

sekolah

dasar

inklusi

yang

diselenggarakan oleh sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta ?

C.

Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.

Mengetahui jumlah persentase sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta yang sesuai dengan prinsip sekolah inklusi.

2.

Mendeskripsikan

penerapan

setiap

prinsip

sekolah

inklusi

yang

diselenggarakan oleh sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5

D.

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1.

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru di sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta tentang penyelenggaraan sekolah inklusi berdasarkan prinsip sekolah inklusi dan penerapan prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi yang digunakan di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.

2.

Manfaat Praktis

a.

Bagi Sekolah Dasar Inklusi Sekolah mendapatkan data tentang penyelenggaraan sekolah inklusi berdasarkan prinsip sekolah inklusi dan penerapan prisip sekolah dasar inklusi yang digunakan di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.

b.

Bagi Guru Guru mendapatkan informasi tentang penyelenggaraan dan penerapan prinsip sekolah dasar inklusi berdasarkan prinsip sekolah inklusi.

c.

Bagi Peneliti Peneliti dapat mendeskripsikan penyelenggaraan dan penerapan prinsip sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta sesuai dengan prinsip sekolah inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6

E.

Definisi Operasional

1.

Sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan enam tahun yang mengakomodasi semua anak dalam satu kelas yang sama tanpa adanya sikap diskriminatif.

2.

Prinsip penyelenggaraan sekolah dasar inklusi adalah penyelenggaraan yang dilakukan oleh sekolah inklusi dengan memberikan keterbukaan bagi setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang layak dengan perangkat dan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak. Ada 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi yang digunakan peneliti, sebagai berikut: penerimaan peserta didik baru (PPDB), identifikasi, kurikulum fleksibel, merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas yang ramah anak, asesmen, pengadaan dan pemanfaatan

media

pembelajaran

adaptif,

penilaian

dan

evaluasi

pembelajaran. 3.

Pendidikan Inklusi adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan sistem layanan pendidikan yang tepat kepada semua anak yang mengalami kebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan secara bersama-sama di sekolah regular.

4.

Anak

berkebutuhan

khusus

adalah

anak-anak

yang

mengalami

keterbelakangan mental, emosional, hambatan belajar, potensial dan berbakat atau bakat istimewa yang dapat bersifat sementara namun juga dapat bersifat permanen, sehingga mereka tumbuh dan berkembang dengan sifat-sifat yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya atau seusianya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini membahas kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis. A. Kajian Pustaka 1.

Sekolah Dasar Inklusi Ilahi (2013:87) menjelaskan sekolah inklusi adalah sekolah regular yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa regular dan siswa penyandang cacat dalam program yang sama. Stainback dan Stainback (dalam Ilahi, 2013:83) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Pernyataan tersebut didukung oleh perjanjian Salamanca Statement dan Framework for Action (dalam Kustawan, 2013: 17) yang menjelaskan bahwa sekolah regular dengan orientasi inklusi merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu masyarakat inklusi dan mencapai pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dalam meningkatkan efisiensi sehingga menekankan biaya untuk keseluruhan sistem pendidikan. Rosilawati (2013:18) menjelaskan sekolah inklusi merupakan tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodasikan dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

Bafadal (2006: 3) menjelaskan bahwa sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Dari beberapa pendapat di atas, sekolah dasar inklusi adalah satuan pendidikan enam tahun yang mengakomodasi semua anak dalam satu kelas yang sama tanpa adanya sikap diskriminatif.

2.

Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi

a.

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang Mengakomodasi Semua Anak Kustawan (2013 : 90 – 91) menyatakan bahwa penerimaan peserta didik baru di SD/MI pada setiap tahun pelajaran perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah. Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang dilengkapi dengan pendidik (guru pendidik khusus dan/ atau konselor) yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Bagi sekolah yang memiliki psikolog atau bekerjasama dengan psikolog, maka psikolog tersebut dapat ikut serta dalam kepanitiaan PPDB. SD/MI Penyelenggaraan pendidikan inklusi menerima peserta didik berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah dan mengalokasikan kursi/quota untuk peserta didik berkebutuhan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9

b.

Identifikasi Kustawan (2013:93) mengatakan bahwa identifikasi adalah upaya guru (pendidik) dan tenaga kependidikan lainnya untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami hambatan/kelainan/ganguuan baik fisik, intelektual, mental, emosional dan sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi (dalam Kustawan, 2013;93) dituliskan bahwa istilah identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan, sedangkan asesmen dimaknai sebagai suatu upaya seseorang (orang tua, guru maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional/ tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Hasil dari identifikasi adalah

ditemukannya

anak-anak

berkebutuhan

khusus

yang

perlu

mendapatkan layanan anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui program inklusi. Dalam buku Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi (dalam Kustawan, 2013;93) identifikasi dapat diartikan menemukenali. Identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan gejala-gejala yang menyertainya. Lerner (dalam Kustawan, 2013:93) menjelaskan bahwa identifikasi dilakukan

untuk

lima

keperluan

yaitu

penjaringan

(sreening),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10

pengalihtanganan

(referral),

klasifikasi

(classification),

perencanaan

pembelajaran (instructional planning), dan pemantauan kemajuan belajar (monitoring

pupil

progress).

Selanjutnya

Kustawan

(2013:95)

mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi atau data apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya, dimana hasil identifikasi dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran yang disesuiakan dengan kebutuhan khususnya

dan/atau

untuk

menyususun

program

dan

pelaksanaan

intervensi/penanganan/terapi berkaitan dengan hambatannya. Dari beberapa pendapat di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa

identifikasi adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk menggali dan mengenali apakah seorang anak mengalami kelainan atau gangguan fisik, emosional, mental, dan potensi atau sangat berbakat. c.

Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel) Kustawan (2013: 107) mendeskripsikan kurikulum fleksibel yakni mengakomodasi anak dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum tingkat satuan pendidikan akan lebih peka mempertimbangkan keragaman anak agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Penjelasan Kustawan didukung oleh Nasution (dalam Ilahi, 2013 : 168) yang menjelaskan kurikulum merupakan salah satu komponen penting pada lembaga pendidikan formal yang digunakan sebagai acuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

untuk

menentukan

isi

pengajaran,

mengarahkan

proses

mekanisme

pendidikan, tolok-ukur keberhasilan, dan kualitas hasil pendidikan. Pengembangan dan pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan dan menyesuaikan diri dengan tantangan zaman. Arifin (dalam Ilahi, 2013 : 169) menguraikan bahwa kurikulum tidak sekedar dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan anak didik oleh pendidiknya, tetapi juga segala kegiatan yang menyangkut kependidikan dan memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak didik dalam rangka mencapai hakikat tujuan pendidikan yang sebenarnya, terutama perubahan tingkah laku yang menjadi cerminan dari kualitas anak didik yang berkepribadian luhur. Dari beberapa pengertian di atas adaptasi kurukulum (kurikulum fleksibel) adalah kurikulum yang disusun sebagai acuan untuk menentukan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak namun juga dapat disesuaikan dengan anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus. d.

Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah Anak Guru yang baik akan melakukan pembelajaran yang interaktif agar perhatian anak didiknya terpusat penuh kepada guru. Guru juga harus menggunakan metode pembelajaran yang cocok bagi anak didiknya agar anak didiknya mampu berpartisipasi di dalam pelajaran. Jenis materi pelajaran yang digunakan oleh para guru dapat memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan akademis siswa-siswa penyandang disabilitas (Kustawan, 2013 :111). Ilahi (2013 : 172 – 173) menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12

mengajar yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik–topik dan sub–sub topik tertentu yang mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan. Dari beberapa pengertian di atas kesimpulan dari merancang bahan ajar dan

kegiatan

pembelajaran

yang

ramah

anak

adalah

guru

harus

mengupayakan pembelajaran yang menarik dengan merancang bahan ajar yang menarik dan kreatif sehingga mampu menarik perhatian para anak dan pembelajaran dapat tersalurkan dengan baik. e.

Penataan Kelas yang Ramah Anak Everton dan Weintein (dalam Friend, 2015: 285) menjelaskan pengelolaan ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan oleh para guru demi mengoptimalkan proses belajar-mengajar yang efektif, mulai dari mengatur siswa-siswa, ruang, waktu, hingga materi. Kerr dan Nelson (dalam Friend, 2015: 274) menyatakan bahwa cara penataan unsur-unsur fisik dalam suatu ruang kelas dapat berdampak pada proses belajar dan perilaku siswa di sejumlah area. Penjelasan tersebut didukung oleh Friend (2015:270) yang menyatakan

bahwa

penataan

unsur-unsur

fisik

ruang

kelas

dapat

mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang tidak berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus. Penataan unsur fisik mencakup penampilan ruang kelas dan pemanfaatan ruang kelas, yaitu meliputi area dinding, pencahayaan, area lantai serta ruang penyimpanan. Dari beberapa pengertian di atas, penataan kelas yang ramah anak itu dilakukan oleh para guru dalam mengoptimalkan proses belajar mengajar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

dimana suasana dan penataan kelas sangat mempengaruhi proses, situasi dan kondisi belajar bagi setiap anak. f.

Asesmen Asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk memantau kemajuan dan mengambil keputusan pendidikan ketika diperlukan (Overton dalam Friend, 2015 : 209). Triani (2013 : 25) menjelaskan asesmen merupakan kegiatan secara utuh dan menyeluruh untuk tujuan tertentu, kegiatan yang dilakukan dalam asesmen adalah mengumpulkan data dan informasi yang akan digunakan untuk bahan pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran. 1. Screening Friend (2015: 210) mengemukakan bahwa screening meliputi keputusan untuk menentukan jika proses kemajuan seorang siswa dianggap cukup berbeda dengan teman-teman sekelasnya sehingga patut untuk menerima perubahan pengajaran, atau pada akhirnya, asesmen yang lebih mendalam untuk menetapkan adanya kondisi disabilitas. Tiarni (2013: 22) menambahkan, bahwa screening dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat identifikasi anak berkebutuhan khusus. 2. Diagnosis Friend (2015: 211)menjelaskan bahwa keputusan besar yang terkait dengan diagnosis menyangkut kelayakan atas layanan pendidikan khusus, pertimbangan berdasarkan ketentuan hukum bahwa siswa dianggap layak untuk dianggap menyandang disabilitas atau tidak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14

3. Penempatan program Friend (2015: 215) menjelaskan bahwa bagian utama dari keputusan penempatan program berkenaan dengan ranah yang menjadi tempat berlangsungnya layanan pendidikan khusus yang diterima siswa, misalnya saja di ruang kelas pendidikan umum, ruang sumber, atau ruang kelas pendidikan khusus yang terpisah. 4. Penempatan kurikulum Friend (2015: 216) mengemukakan bahwa penempatan kurikulum meliputi keputusan mengenai level mana yang akan dipilih untuk memulai pengajaran siswa. Informasi mengenai penempatan kurikulum tentu juga dapat dijadikan sebagai patokan pengukuran bagi para guru untuk mengetahui sejauh apa siswa-siswa penyandang disabilitas mengakses kurikulum pendidikan umum yang juga menjadi tujuan tegas dari IDEA. 5. Evaluasi pengajaran Friend (2015: 217) menyatakan bahwa keputusan dalam evaluasi pengajaran meliputi keputusan untuk melanjutkan atau mengubah prosedur pengajaran yang telah diterapkan pada siswa. Keputusan ini dibuat dengan memantau kemajuan siswa secara cermat. 6. Evaluasi program Friend (2015: 217) menjelaskan bahwa keputusan evaluasi program meliputi keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, atau memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15

g.

Pengadaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Adaptif Kustawan (2013 : 117) berpendapat bahwa media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, kebutuhan, materi, kemampuan, dan karakteristik anak akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

h.

Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran Kustawan (2013 : 124) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses yang penting dalam bidang pengambilan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi tersebut agar diperoleh data yang tepat yang akan digunakan pengambilan keputusan dalam memilih diantara beberapa alternatif. Adapun karakteristik evaluasi adalah: (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi, (2) memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan, (3) menyediakan informasi yang berguna, (4) melaporkan penyimpangan/kelemahan untuk memperoleh remediasi dari yang dapat diukur saat itu juga.

3.

Pendidikan Inklusi

a.

Pengertian Pendidikan Inklusi Menurut Ilahi (2013: 24), konsep pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan prinsip yang berkaitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16

dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Pernyataan tersebut didukung oleh Staub dan Peck (dalam Ilahi, 2013: 27) yang menjelaskan pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Sedangkan O’Neil (dalam Ilahi, 2013: 27) menambahkan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman seusianya. Rosilawati (2013 : 9) memaparkan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang memberikan layanan kepada setiap anak tanpa terkecuali. Tiarni (2013:4) berpendapat pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak sebayanya di sekolah regular yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, kesimpulan pengertian pendidikan inklusi adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan sistem layanan pendidikan yang tepat kepada semua anak yang mengalami kebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan secara bersama-sama di sekolah regular. b.

Tujuan Pendidikan Inklusi Menurut Ilahi (2013:39) tujuan pendidikan inklusi, yaitu: 1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17

potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. 2) Mewujudkan

penyelenggaraan

pendidikan

yang

menghargai

keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Santoso (dalam Ardika, 2016: 11) menambahkan tujuan dari pendidikan inklusi adalah : 1) Menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas, menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan, menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak secara penuh dengan menekankan suasana kelas yang menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku, agama, dan sekaligus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, sosial, intelektual, bahasa dan kondisi lainnya. 2) Memberikan kesempatan agar memperoleh pendidikan yang sama dan terbaik bagi semua anak dan orang dewasa yang memerlukan pendidikan bagi yang memiliki kecerdasan tinggi, bagi yang secara fisik dan psikologi memperoleh hambatan dan kesulitan baik yang permanen maupun yang sementara, dan bagi mereka yang terpisahkan dan termajinalkan. Rosilawati (2013 : 10) menambahkan manfaat dan sisi positif yang diperoleh dari adanya pendidikan inklusi : 1) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap wilayah dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

2) Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran. 3) Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, kesimpulan tujuan pendidikan inklusi adalah untuk mewujudkan penyeleggaraan pendidikan tanpa adanya diskriminasi bagi semua peserta didik serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk semua anak memperoleh pendidikan tanpa membedabedakan keberagaman. c.

Karakteristik Pendidikan Inklusi Direktorat Pendidikan Luar Biasa (dalam Ilahi, 2013: 44) menjelaskan pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna, antara lain: 1. Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara merespon keragaman individu. 2. Memperdulikan cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan anak dalam belajar. 3. Anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya. 4. Diperuntukan dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar

d.

Prinsip dasar Pendidikan inklusi Prinsip dasar pendidikan inklusi sebagai sebuah paradigma pendidikan yang menekankan pada keterbukaan dan penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus. Prinsip dasar pertama adalah semua anak mendapatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19

kesempatan yang sama untuk bersekolah tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya (Ilahi, 2013:48-49) Prinsip pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan potensinya melalui layanan pendidikan yang tepat. Tinjauan tersebut mengungkapkan beberapa bukti sikap positif implementasi pendidikan inklusi yang oleh Norwich (dalam Ilahi, 2013:43) disebut sebagai pendekatan “zero reject” terhadap penyediaan pendidikan khusus. Dijelaskan bahwa dalam layanan inklusi tentang sikap dan perspektif para guru yang terlibat dalam pembuatan penyediaan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pendidikan inklusi adalah untuk memberikan pendidikan yang layak dan tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing setiap anak tanpa memandang perbedaan latar belakang dari setiap anak.

4.

Anak Berkebutuhan Khusus

a.

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Mulyono

(dalam

Ilahi,

2013:

137)

menjelaskan

bahwa

anak

berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak potensial dan berbakat. sementara Sunanto (dalam Ilahi, 2013: 137) memiliki pendapat yang sedikit berbeda

bahwa

anak

berkebutuhan

khusus

bukan

berarti

hendak

menggantikan anak penyandang cacat atau anak luar biasa, melainkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20

memiliki pandangan yang lebih luas dan positif bagi anak dengan keberagaman yang berbeda. Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan yang lebih intens. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak yang membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan segala hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing individu (Ilahi, 2013: 138). Sunan dan Rizzo (dalam Subini, 2014: 13) menjelaskan anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki perbedaan dalam beberapa dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Dari beberapa pendapat di atas, anak berkebutuhan khusus adalah anakanak yang mengalami keterbelakangan mental, emosional, hambatan belajar, potensial dan berbakat atau bakat istimewa yang dapat bersifat sementara namun juga dapat bersifat permanen, sehingga mereka tumbuh dan berkembang dengan sifat-sifat yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya atau seusianya. b.

Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus Pemerintah

melalui

Kementerian

Pemberdayaan

Perempuan

dan

Perlindungan Anak (dalam Triani dan Rakhmawati, 2013: 24) membagi jenis anak berkebutuhan khusus menjadi 12 macam, antara lain : 1. Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan daya pengliatan atau berupa kebutuhan menyeluruh (total) atau sebagian (lowvision).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21

2. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran, baik sebagian ataupun menyeluruh, dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara. 3. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki intelegensia yang signifikan berada di bawah rata-rata anak seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa perkembangan. 4. Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk dan fungsi tubuh atau anggota gerak. 5. Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta berperilaku menyimpang. 6. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) atau

attention and hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak yang

mengalami gangguan perkembangan yang ditandai dengan sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah rentan atensi atau perhatian, hiperaktivitas dan impulsifitas, yang menyebabkan kesulitan berperilaku, berfikir, dan mengendalikan emosi. 7. Anak dengan gangguan spectrum autism atau autism spectrum disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tindakan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repitif dan stereotipi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22

8. Anak dengan gangguan ganda adalah anak yang memiliki dua atau lebih gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan khusus, dan alat bantu belajar yang khusus. 9. Anak lamban belajar atau slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik. 10. Anak dengan kesulitan belajar khusus atau specific learning disabilities adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung. 11. Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara, suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspretif. 12. Anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah anak yang memiliki skor intelegensi yang tinggi (gifted), atau mereka yang unggul dalam bidang-bidang khusus (talend=ted) seperti musik, seni, olahraga, dan kepemimpinan. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 ( dalam Sartika, 2013: 7) tentang Pendidikan Inklusi Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23

peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosinal, mental atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah : 1. Tunanetra (hambatan indra penglihatan) tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision. 2. Tunarungu (hambatan pendengaran) adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: a.

Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)

b.

Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)

c.

Gangguan pendengaran sedang (56-70dB)

d.

Gangguan pendengaran berat (71-90dB)

e.

Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB)

3. Tunawicara (hambatan bicara) adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. 4. Tunagrahita (hambatan intelektual) adalah individu yang memiliki itelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. 5. Tunadaksa (kelainan motorik dan mobilitas) adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24

dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. 6. Tunalaras

adalah

individu

yang

mengalami

mengendalikan emosi dan kontrol sosial.

hambatan

dalam

Public Law (dalam Hidayat

2013:13) mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan emosi, yaitu gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar: a.

Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan.

b.

Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman. dan guru.

c.

Berperilaku yang tidak pantas dalam keadaan normal.

d.

Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus menerus.

e.

Cenderung menunjukan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalahmasalah sekolah. Hallahan dan Kauffman (dalam Hidayat 2013: 32-33) menambahkan

karakteristik berdasarkan dimensi tingkah laku, antara lain: a. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku memperlihatkan ciriciri: suka berkelahi, memukul, menyerang, tidak mau bekerja sama, cemburu dan mudah terpengaruh. b. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan ciri-ciri khawatir, cemas, ketakutan, sedih, dan kurang percaya diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25

c. Anak yang kurang dewasa, dengan ciri-ciri yaitu pelamun, kaku, pasif, dan pembosan. d. Anak yang agresif bersosialisasi, dengan ciri-ciri, yaitu mempunyai kelompotan jahat, mencuri bersama kelompoknya, dan bolos sekolah. 7. Kesulitan belajar (learning disability) Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman atau atau penggunaan bahasa, lisan maupun tertulis, yang termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengarkan, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, maupun melakukan perhitungan matematika. Jenis-jenis kesulitan belajar diantaranya dyscalculia, dysgraphia, dyslexia, dan dyspraxia. 8. Lambat belajar (slow learner) adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah, di bawah rata-rata anak pada umumnya pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak keterbelakang mental. Anak lambat belajar atau slow learner adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah ratarata dari anak pada umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Jika dilakukan pengetesan pada IQ mereka menunjukkan skor antara 7090. Wiley (dalam Tiarni, 2013:3) menjelaskan karakteristik anak yang mengalami slow learner:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26

a.

Inteligensi Dari segi inteligensi anak-anak lambat belajar atau slow learner berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90 berdasarkan skala WISC

b.

Bahasa Anak-anak lambat belajar atau slow learner mengalami masalah dalam berkomunikasi.

c.

Emosi Dalam hal emosi, anak-anak lambat belajar atau slow learner memiliki emosi yang kurang stabil. Mereka cepat marah dan sensitif.

d.

Sosial Anak-anak lambat belajar atau slow learner dalam bersosialisasi biasanya kurang baik. Mereka sering memilih jadi pemain pasif atau penonton saat bermain atau bahkan menarik diri.

e.

Moral Anak-anak lambat belajar atau slow learner tahu aturan yang berlaku tetapi mereka tidak paham untuk apa peraturan tersebut dibuat (Tiarni, 2013:10-12).

9. Autis (autism spectrum disorder) adalah keadaan anak yang mengalami gangguan autisme. Tiarni (2013: 26-28) mengemukakan adapun anak berkebutuhan khusus yang biasa masuk di sekolah inklusi antara lain anak yang:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27

a.

Berkesulitan belajar Berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, disleksia, dan afasia perkembangan.

b.

Lamban belajar Jika anak yang berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, maka sebaliknya dengan anak-anak lamban belajar. Mereka memiliki IQ di bawah lancer dan ingatannya sangat pendek sekali.

c.

ADHD Attention Deficits and hiperactivity disorder, adalah gangguan yang berupa kekurangannya perhatian dan hiperaktivitas (aktivitas yang berlebihan).

d.

Spectrum Autisma Spectrum Autisma atau autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita.

B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang pertama dilakukan oleh Tarmansyah pada tahun 2015. Judul penelitiannya adalah “Pelaksanaan Pendidikan Inklusi Di SD Negeri 03 Alai Padang Utara Kota Padang.” Peneliti menyampaikan bahwa tujuan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan pendidikan inklusi di SD Negri 03 Alai Padang, kendala dan usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan inklusi di SD Negeri 03 Alai Padang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan inklusif di SD Negeri 03 Alai Padang, masih belum terlaksana dengan baik, yaitu; masih dalam bentuk sistem pendidikan terpadu. Kendala yang dihadapi oleh warga sekolah maupun pihak birokrasi, yaitu; belum adanya acuan formal tentang pelaksanaan pendidikan inklusif. Usaha warga sekolah dan pihak birokrasi sudah ada yaitu; mengadakan guru pembimbing khusus di sekolah, mengikuti kegiatan sosialisasi pendidikan inklusi. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Ery Wati pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Manajemen Pendidikan Inklusi Di Sekolah Dasar Negeri 32 Kota Banda Aceh.” Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui program pendidikan inklusi, implementasi manajemen pendidikan inklusi dan kendala yang dihadapi dalam implementasi manajemen pendidikan inklusi di SD Negeri 32 Kota Banda Aceh. Hasil penelitian tersebut adalah terkait dengan implementasi program pendidikan inklusi di SD Negeri 32 Kota Banda Aceh, kepala sekolah telah mengupayakan pelaksanaan program yang telah disusun. Hal ini dapat diketahui melalui kegiatan perencanaan pembuatan program, pelaksanaan program, serta pengawasan program yang dilakukan oleh kepala sekolah dan wakil dari Dinas DPO Kota Banda Aceh. Pengawasan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program pendidikan inklusi ini berjalan di dalam kelas (kurikulum, sarana dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

prasarana pembelajaran dan guru pendamping khusus), dan juga untuk memberikan penilaian baik yang telah tercapai maupun yang belum tercapai. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Herry Widyastono pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkelainan” dimana penelitian ini dilakukan karena adanya ketertarikan dari penulis untuk mendirikan atau menyelenggarakan pendidikan inklusi yang dirasa merupakan terobosan bentuk pelayanan pendidikan yang tidak terlalu memakan banyak biaya mahal dan waktu yang cukup lama. Penyelenggaraan pendidikan inklusi ini diharapkan mampu mewujudkan harapan para anakanak berkelaian atau berkebutuhan khusus yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan khusus maupun yang belum mengenyam pendidikan sama sekali mengingat perintisan pendidikan inklusi yang dikembangkan oleh pemerintah menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Selain itu dari pendidikan inklusi ini, anak berkelaian atau berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya dengan menggunakan kurikulum, guru, sarana pengajaran dan kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan kondisinya. Ketiga penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian pertama memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti tentang sejauh mana penyelenggaraan sekolah inklusi yang sudah dilakukan. Permasalahan yang ada pada penelitian yang pertama juga memiliki relevansi dengan permasalahan yang ditemui oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30

peneliti, yaitu bagaimana proses pelaksanaan pendidikan inklusi yang diterapkan di sekolah dasar. Sedangkan penelitian kedua memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti tentang manajemen penyelenggaraan sekolah inklusi yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan apa yang telah disusun dan dalam pelaksaanaan program, apakah sudah melalui tahap pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan wakil dari Dinas. Selanjutnya penelitian yang ketiga memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tentang permasalahan yang ditemui oleh peneliti yaitu ingin membantu anak-anak berkebutuhan yang tidak mendapatkan pendidikan dikarenakan faktor ekomoni, tidak adanya sekolah dasar yang mau menerima, dan kurangnya guru khusus yang dapat membimbing dalam belajar. Ketiga penelitian tersebut memberi relevansi kepada peneliti yang melakukan penelitian mengenai kesesuaian prinsip sekolah inklusi. Penelitian ini juga mengembangkan dari penelitian-penelitian terdahulu terkait prinsipprinsip yang diteliti. Pada penelitian terdahulu ada 3 prinsip yang diteliti, penelitian ini menambahkan jumlah prinsip yang diteliti menjadi 8 prinsip, dengan tujuan dapat melanjutkan ruang lingkup penelitian dan mengetahui perbedaan penyelenggaraan sekolah inklusi di wilayah yang diteliti. Penelitian terdahulu menjadi pendukung pada penelitian ini terkait prinsipprinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Literature map penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31

Tarmansyah (2015)

Ery Wati (2014)

“Pelaksanaan Pendidikan Inklusi Di SD Negeri 03 Alai Padang Utara Kota Padang.”

“Manajemen Pendidikan Inklusi Di Sekolah Dasar Negeri 32 Kota Banda Aceh.”

Pentingnya mengimplementasikanp endidikan inklusi dengan baik.

Kepala sekolah perlu melaksanakan program pendidikan inklusi dengan baik.

Herry Widyastono (2014) “Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkelainan”

Pentingnya penyelenggaraan pendidikan inklusi yang baik bagi ABK

Yovita Ratri Sulistianingsih “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta.”

Bagan 2.1 Penelitian yang relevan.

C. Kerangka Berpikir Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Kustawan (2013: 60) berpendapat kepala SD/MI harus memahami atau menguasai filosofi dan konsep pendidikan inklusi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32

diyakininya dan harus berani menjamin dan bertanggungjawab tugas mulianya

atas

penyelenggaraan

kegiatan

pendidikan

yang

dapat

mengakomodasi semua anak ketika dalam pelaksanaannya ada tantangan atau permasalahan. Sudah ada 29 sekolah dasar di wilayah kota Yogyakarta yang mendapatkan SK dari Dinas Pendidikan Yogyakarta, yang dianggap sudah mampu untuk menerapkan pendidikan inklusi. Namun berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan peneliti pada awal bulan Januari 2017, masih ada beberapa kepala sekolah inklusi tersebut yang mengaku belum mendapatkan SK dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Selain itu, ada juga beberapa sekolah yang memang sudah mendapatkan SK namun belum sepenuhnya menerapkan sistem pendidikan inklusi karena belum ada peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, kurangnya guru pendamping yang ahli dalam memberikan kebutuhan bagi anak berkebutuhan khusus, dan masih ada beberapa sekolah yang belum sepenuhnya memahami prinsip dari pendidikan inklusi itu sendiri. Kondisi di lapangan menunjukkan, bahwa masih ada pihak sekolah yang belum memahami tentang prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi.

Peneliti

terdorong

untuk

melakukan

penelitian

“Survei

Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta” dengan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode survei crosssectional yang menggunakan instrumen berupa kuesioner terbuka untuk mengumpulkan data. Tes ini berbentuk uraian (esai) yang memberi kebebasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33

kepada subjek yang diteliti dalam memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Data yang diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisis. Peran kepala sekolah dalam penyelenggaraan atau manajemen penyelenggaraan juga mempengaruhi dalam keberhasilan dan kecakapan dalam mendirikan sekolah dasar. Prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan sekolah inklusi yang baik dan sesuai harus dapat diterapkan pada sekolah-sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusi agar tercipta proses pendidikan inklusi yang baik dan mengoptimalkan prestasi para perserta didik. Peneliti terdorong untuk melakukan survei kepada guru-guru yang ada di sekolah dasar inklusi yang sudah mendapatkan SK dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan terbuka kepada guru kelas 1 hingga guru kelas 6 untuk mengetahui penyelenggaraan sekolah inklusi dan penerapan prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Data yang diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisis. Data yang diperoleh peneliti digunakan untuk mendeskripsikan kesesuaian prinsip sekolah inklusi dengan penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kepada semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan sekolah dasar inklusi agar memahami prinsip-prinsip sekolah dasar inklusi dan penerapan prinsip penyelenggaran sekolah inklusi. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34

D. Hipotesis Penelitian 1. Sebesar 50% penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta sudah sesuai prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. 2. Penerapan penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta mencakup penerimaan peserta didik baru (PPDB), identifikasi, adaptasi kurikulum (kurikulum fleksibel), merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas yang ramah anak, asesmen, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan penilaian dan evaluasi pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN

Bagian metode penelitian ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validasi dan reliabilitas, dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode survey cross sectional. Pengelompokan data dengan cross sectional design merupakan pengumpulan data yang dikumpulkan dalam satu periode tertentu pada beberapa objek dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan (Siregar, 2013: 16). Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan metode-metode analisis yang jelas dan sistematis guna menarik kesimpulan (Werang, 2015: 16). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dimana peneliti berusaha untuk menggali data mengenai penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di wilayah Kota Yogyakarta. Jogiyanto (2008:3) menjelaskan bahwa survei atau (survey) atau jajak-pendapat atau lengkapnya selfadministered survey adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden-responden secara tertulis. Survey dilakukan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada responden-respoden tanpa komunikasi secara langsung. Survey dibatasi pada

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36

penelitian dengan data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi (Effendi, 2012 :3).

B. Setting Penelitian 1.

Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, sekolah dasar inklusi yang digunakan adalah 11 sekolah dasar inklusi yang ada di Kota Yogyakarta yaitu: Tabel 3.1 daftar 11 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta No.

Sekolah Dasar Inklusi

Kecamatan

1

Sekolah Negeri Karanganyar

Mergangsan

2

Sekolah Negeri Wirosaban

Umbulharjo

3

Sekolah Negeri Mendungan 2

Umbulharjo

4

Sekolah Bopkri Bintaran

Mergangsan

5

Sekolah Bopkri Karang Waru

Tegalrejo

6

Sekolah Negeri Tegalpanggung

7

Sekolah Negeri Baciro

Gondokusuman

8

Sekolah Negeri Balirejo

Umbulharjo

9

Sekolah Negeri Tamansari 1

Wirobrajan

10

Sekolah Negeri Panembahan

Kraton

11

Sekolah Negeri Juara

Gondokusuman

Danurejan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37

b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan Februari 2017. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti menentukan judul skripsi yang dilakukan di awal bulan Agustus 2016, kemudian penyusunan instrumen kuisoner penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan awal bulan November 2016. Pada akhir bulan November 2016, penulis konsultasi pembuatan surat pengantar validasi dengan dosen pembimbing dan dilanjutkan pembuatan surat pengantar validasi intrumen kuisoner. Pada bulan Desember 2016, peneliti melakukan validasi instrumen kuisoner, penyusunan bab I dan II, kemudian melakukan perizinan kepada pemerintah melalui pengajuan surat izin penelitian ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Pada awal bulan Januari hingga awal bulan Februari 2017, peneliti membagikan kuesioner dan pengambilan data di sekolah dasar inklusi yang telah memberikan izin dilanjutkan mengerjakan bab III. Pengolahan data, revisi, dan penyusunan bab IV dan V dilakukan pada bulan Februari 2017. Bulan Maret 2017 mengikuti ujian skripsi. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38

3. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengelenggaraan sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta.

C. Populsi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti (Sedarmayanti & Hidayat, 2011: 121). Populasi dari penelitian ini adalah semua guru kelas di sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dengan jumlah 21 sekolah dasar inklusi. Populasi dibatasi hanya berjumlah 21 dari 29 sekolah dasar inklusi yang sudah mendapatkan surat keputusan mampu menerapkan pendidikan inklusi dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan surat keputusan yang peneliti dapatkan dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ada 21 sekolah dasar yang diperbolehkan untuk diteliti. 2. Sampel Ferguson (dalam Sedarmayanti & Hidayat, 2011: 124) menjelaskan sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi. Sugiyono (2012: 81) mengatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah pengambilan sebagian dari keseluruhan obyek yang akan diteliti. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2015: 118). Pada penelitian ini teknik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39

sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan teknik simple random sampling. Teknik pengambilan sampel ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel dan dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 11 sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dengan 73 guru yang mengisi instrumen penyelenggaraan sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta. Pemilihan ini didasarkan pada data yang sudah diperoleh oleh peneliti dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (dalam Prastowo, 2014: 208) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Sugiyono (2011: 192) mengatakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner meliputi berbagai instrumen di mana subjek menanggapi untuk menulis pertanyaan untuk mendapatkan reaksi, kepercayaan, dan sikap (Suharsaputra, 2014: 97). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40

disimpulkan bahwa kuesioner adalah salah satu teknik pengambilan data dengan cara memberikan pertanyaan untuk mendapatkan data dari responden. Kuesioner termasuk dalam teknik pengumpulan data non tes. Kuisoner ini digunakan untuk mengumpulkan data, data yang diperoleh diharapkan dapat mengungkapkan penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta, dimana kuesioner ini akan disebarkan di beberapa sekolah inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta yang menjadi sampel dalam penelitian, kuesioner diberikan kepada guru kelas 1 hingga guru kelas 6. Kuesioner berisikan pertanyaan terbuka terkait dengan model penyelenggaraan sekolah inklusi. Jangka waktu pengisian kuesioner berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan pihak sekolah namun dengan batas waktu tertentu.

E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang merupakan alat bagi peneliti yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian, yang disusun berdasarkan operasional variabel yang dibuat dengan disusun berdasarkan skala yang sesuai (Indrawan dan Yaniwati, 2014: 112). Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa lembar kuesioner terbuka. Lembar kuesioner terbuka ini digunakan untuk mengetahui penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta. Kuesioner ini dibagikan kepada guru kelas 1 hingga guru kelas 6 di sekolah dasar inklusi yang menjadi sampel penelitian. Lembar kuesioner terbuka ini berisi indikator-indikator tentang model penyelenggaraan sekolah inklusi. Effendi (2012: 185)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41

menjelaskan bahwa ciri pertanyaan terbuka adalah variasi kemungkinan jawaban tidak ditentukan terlebih dulu oleh peneliti, karena baik alasan utama atau alasan apa saja tidak disediakan variasi jawaban jadi responden diberikan kebebasan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Instrumen kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan terbuka (terlampir pada lampiran 7). Pengembangan instrumen didasarkan pada prinsip-prinsip inklusi yang dikemukakan oleh Kustawan dalam bukunya yang berjudul Model Implementasi Pendidikan Inklusi Ramah Anak”. Peneliti menyusun beberapa soal dengan indikator-indikator yang akan diteliti. Berikut kisi-kisi kuesioner yang digunakan peneliti: Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian tentang survei penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta No. 1

Prinsip Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasikan semua anak

Indikator

No. Item

Menerima semua tipe 1, 2, 3, 4, anak berkebutuhan khusus 5 Mengukur sumber daya 6, 7, 8 pendidikan dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah Mempersiapkan dan prasarana

sarana 9, 10, 11

Merencanakan daya biaya

sumber 12, 13, 14, 15

Mengidentifikasi tipe 16, 17, 18, anak berkebutuhan khusus 19

2

Identifikasi

3

Adaptasi Kurikulum Menyusun Kurikulum (Kurikulum fleksibel)

20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42

4

5

Merancang bahan Menyusun perencanaan ajar dan kegiatan pembelajaran bagi siswa pembelajaran yang Menentukan bahan ajar ramah anak yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

30, 31, 32, 33 34, 35, 36, 37, 38, 39

Penataan kelas yang Mengelola kelas untuk 40, 41, 42, mengoptimalkan proses 43, 44, 45 ramah anak belajar mengajar Mengarahkan 46, 47, 48, pengelompokan siswa 49, 50 untuk pengajaran di ruang kelas

6

Asesmen

Upaya pengumpulan 51, 52, 53 informasi untuk memantau kemajuan pendidikan Melakukan penyaringan 54, 55, 56, 57, 58, 59, atau screening 60 Melakukan diagnosis 61, 62, 63, menyangkut kelayakan 64 atas layanan pendidikan khusus Melakukan penempatan 65, 66, 67 program pada anak berkebutuhan khusus Melakukan penempatan 68, 69, 70 kurikulum untuk memulai pengajaran siswa Melakukan evaluasi 70, 71, 72, pengajaran untuk anak 73 berkebutuhan khusus Melakukan evaluasi 74, 75, 76, program pada anak 77, berkebutuhan khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43

7

Pengadaan dan Memahami pentingnya 78, 79, 80, pemanfaatan media Media Pembelajaran 81, 82, 83 pembelajaran adaptif Adaptif sebagai sarana dalam pembelajaran

8

Penilaian evaluasi pembelajaran

dan Menentukan KKM

84, 85, 86, 87

Menjelaskan karakteristik 88, 89, 90, 91, 92, 93, evaluasi 94, 95, 96, 97 Menunjukkan kegunaan 98, kegiatan evaluasi 100

99,

Pada tabel 3.2 terdapat kisi-kisi dari 8 prinsip model penyelenggaraan sekolah inklusi yang diturunkan menjadi beberapa indikator. Setelah peneliti menyelesaikan instrumen kuesioner, peneliti melakukan validasi terhadap validator berdasarkan lembar penilaian yang telah ada sebelum kuesiner disebarkan. Validasi dilakukan peneliti untuk mengetahui kelayakan instrumen kuesioner tersebut menurut para ahli. Penilaian validasi instrumen kuesioner ini terdiri dari dua aspek, yaitu aspek penggunaan bahasa dan isi. Aspek penggunaan bahasa yaitu yang berkaitan dengan EYD, bahasa mudah dipahami, dan susunan SPOK. Sedangkan aspek isi tentang kualitas dari pertanyaan dan kesesuaian dengan tujuan yang akan diteliti. Validator dalam instrumen kuesioner ini terdiri dari dua dosen program studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan validasi instrumen kuesioner yang dilakukan oleh kedua validator, dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner yang peneliti buat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44

layak digunakan, namun peneliti mendapatkan beberapa revisi yang menjadi saran dari validator, revisi tersebut diantaranya: a. Kalimat pertanyaan disusun kembali berdasarkan susunan SPOK. b. Diperjelas kalimat pertanyaan. c. Ada beberapa pertanyaan yang dapat dipecahkan kembali sehingga tidak hanya terdiri dari satu pertanyaan. d. Berikan tambahan pertanyaan untuk memperdalam tujuan penelitian. e. Konsistenkan antara pemilihan kata untuk kata inklusif atau inklusi. Validator menyarankan untuk konten ini kalimat pertanyaan lebih diperjelas sehingga diharapkan tidak terjadi penafsiran ganda bagi subjek penelitian yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Semua saran yang diberikan oleh validator dijadikan pedoman untuk memperbaiki kualitas instrumen kuesioner oleh peneliti agar kuesioner layak dan dapat menghasilkan data yang terpercaya.

F. Teknik Pengujian Instrumen Instrumen penelitian yang digunakan melalui pengujian validasi dan reliabilitas. Uji validasi meliputi dua hal yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Kedua validitas dan reliabilitas akan dikenakan pada instrumen non tes. 1. Uji Validitas Instrumen Arikunto (dalam Werang, 2015: 125) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45

kesahihan suatu alat ukur. Sedangkan Sugiyono (2011: 361) memiliki pendapat yang sedikit berbeda, bahwa validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Gay (dalam Sukardi, 2012: 121) menambahkan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan ketepatan antara obyek penelitian dan data penelitian yang dapat dinyatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengukur obyek/subyek yang akan diukur. a.

Validitas Isi Darmadi (2014: 161) mengatakan validasi isi (content validity) adalah suatu alat ukur yang meliputi: bahan yang akan diukur seperti, topik yang akan disajikan, substansi yang akan diteliti, bersifat representative dan memenuhi syarat suatu sampling penelitian. Validitas isi diberikan kepada dua Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang bidang keahliannya berhubungan dengan penelitian ini. Peneliti dalam hal ini memberikan rentan skor atas komentar yang diberikan oleh para ahli menjadi dalam bentuk data interval. Skala penilaian terhadap lembar kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka mengenai penyelenggaraan sekolah dasar inklusi meliputi : sangat baik (4),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46

baik (3), cukup (2), tidak baik (1). Untuk menyusun tabel klasifikasi, dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval. Skor Tertinggi (ideal) = 4 (sangat baik) Skor Terendah

= 1 (sangat baik)

Jumlah kelas

= 4 (sangat tidak baik sampai sangat baik)

Jarak interval

= (4-1)/3 = 1

Kemudian

skor

yang

sudah

didapat

dikonversikan

menggunakan tabel konservasi nilai skala empat berdasarkan skala Likert. Skala Likert berisi pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap seorang responden terhadap pernyataan itu (Prasetyo dan Jannah, 2005: 110). Lembar penilaian dalam penelitian ini dibuat berdasarkan indikator-indikator dan hasil akhirnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan revisi terhadap instrumen diatur dalam tabel yang sudah dimodifikasi oleh peneliti, dimana tidak ada skor jawaban bernilai 3. Hal ini dikarenakan skor 3 adalah nilai tengah, sehingga peneliti berasumsi bahwa skor 3 kurang efektif bila dicantumkan karena peneliti mengharapkan ketentuan yang pasti dari skor baik atau tidak baik dari validasi yang diajukan kepada validator, bukan nilai tengah. Berikut tabel skala Likert yang sudah dimodifikasi oleh peneliti;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47

Tabel 3.3 Skala Likert Skor Jawaban

Klasifikasi Kelayakan

5

Sangat Baik

4

Baik

2

Tidak Baik

1

Sangat Tidak Baik

Dari tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa jika soal mendapat nilai 4 atau kurang dari 4 serta mendapat saran untuk diperbaiki, maka soal tersebut perlu direvisi dari sisi bahasanya (ejaan EYD). Jika soal yang divalidasi mendapat nilai lebih dari 4 tetapi mendapat saran untuk diperbaiki, maka soal perlu direvisi. Validator pertama adalah validator ahli A. Validator A adalah seorang dosen Universitas Sanata Dharma yang mengampu di program studi Bimbingan dan Konseling. Hasil validasi dari validator A menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi pada beberapa kesalahan pengetikan kata dan kekonsistenan penggunaan kata inklusif atau inklusi. Validator A memberi nilai 5 pada setiap prinsip yang tertulis pada blue print. Validator kedua adalah validator ahli B. Validator B adalah seorang dosen Universitas Sanata Dharma yang mengampu di program studi Bimbingan dan Konseling. Hasil validasi dari validator B menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi pada susunan kalimat yang sesuai dengan kaidah EYD. Revisi lain dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48

validator B adalah beberapa soal harus lebih dipertajam agar jawaban yang diharapkan dari responden dapat tercapai. Validator B memberi nilai 4 pada setiap prinsip yang tertulis pada blue print. Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh validator A dan validator B, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian layak untuk digunakan dengan revisi sesuai saran yang diberikan oleh validator A dan validator B. Setelah divalidasi oleh dua orang validator ahli, peneliti menggunakan 100 pertanyaan pada kuesioner terbuka yang sudah dianggap valid untuk diujikan di 11 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Selanjutnya, hasil pengujian tersebut dikoreksi oleh peneliti untuk dilihat soal yang valid. b. Validitas Konstruk Frankel (dalam Siregar 2013: 47) menjelaskan bahwa validasi konstruk (penentuan validasi konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria. Sugiyono (dalam Darmadi, 2014: 159) menambahkan untuk menguji validitas konstruk dapat menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Bentuk pertanyaan dari kuesioner ini adalah pertanyaan terbuka sehingga peneliti akan mendapatkan jawaban yang bervariasi dari seluruh responden. Jawaban yang bervariasi dari masing-masing responden kemudian dikelompokkan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49

memiliki jawaban atau kata kunci yang sama dan dihitung jumlah yang menjawabnya. Hasil jawaban yang diperoleh akan direkap menggunakan microsoft excel yang kemudian disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang telah peneliti pilih untuk dipetakan menjadi beberapa pertanyaan berdasarkan indikator-indikator yang peneliti kembangkan. Pripsip pertama adalah penerimaan peserta didik baru yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa indikator seperti, menerima semua tipe anak berkebutuhan khusus, mengukur sumber daya pendidikan dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah, mempersiapkan sarana dan prasarana, dan merencanakan sumber daya biaya. Tujuannya agar peneliti mendapatkan informasi tentang kesiapan dari sekolah dasar inklusi dalam penerimaan peserta didik baru. Prinsip

kedua

mengembangkan mengidentifikasi

adalah prinsip

tipe

anak

identifikasi, identifikasi

peneliti

kemudian

menjadi

indikator

berkebutuhan

khusus.

Peneliti

menggunakan indikator ini untuk mengetahui bagaimana cara guru mengidentifikasi anak yang mengalami hambatan dan bagaimana cara pelaksanaan identifikasinya, penanganannya, dan juga cara guru menyikapi pelaksanaan identifikasinya. Peneliti ingin mencari informasi bagaimana identifikasi yang dilakasanakan oleh guruguru di sekolah dasar inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50

Prinsip ketiga adalah adaptasi kurikulum (kurikulum fleksibel) yang kemudian dikembangkan menjadi indikator menyusun kurikulum. Dari indikator ini peneliti ingin mengetahui kurikulum yang digunakan, adakah tim yang khusus menyusun kurikulum, dan apakah ada perbedaan antara kurikulum yang diterapkan untuk anak berkebutuhan khusus maupun anak yang tidak berkebutuhan khusus. Informasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimana kurikulum yang dilaksanakan di sekolah dasar inklusi. Prinsip keempat adalah merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak yang kemudian dibagi menjadi dua indikator yaitu, menyusun perencanaan pembelajaran bagi siswa dan menentukan bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Indikator ini digunakan peneliti untuk mengetahui apakah ada perbedaan perencanaan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui tentang bahan ajar yang digunakan apakah memenuhi prinsip pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Prinsip kelima adalah penataan kelas yang ramah anak. Kemudian peneliti membagi menjadi dua indikator yaitu, mengelola kelas untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar dan mengarahkan pengelompokan siswa untuk pengajaran di ruang kelas. Tujuannya agar peneliti dapat mengetahui penataan ruang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51

kelas, pencahayaan di dalam kelas, desain dinding kelas, lantai untuk

mobilitas

siswa

di

sekolah,

penyimpanan

media

pembelajaran, dan juga pembagian kelompok yang dilakukan oleh guru. Prinsip keenam adalah asesmen. Prinsip ini kemudian dibagi menjadi beberapa indikator yaitu, upaya pengumpulan informasi untuk memantau kemajuan pendidikan, melakukan penyaringan atau screening, melakukan diagnosis menyangkut kelayakan atas layanan pendidikan khusus, melakukan penempatan kurikulum untuk memulai pengajaran siswa, melakukan evaluasi pengajaran untuk anak berkebutuhan khusus, dan melakukan evaluasi program pada anak berkebutuhan khusus. Indikator ini digunakan agar peneliti dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan pengumpulan informasi untuk memantau kemajuan pendidikan yang digunakan oleh guru terkait memantau kemajuan pada siswa berkebutuhan khusus dan alat ukur apa yang digunakan oleh guru. Prinsip ketujuh adalah pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Kemudian dikembangkan menjadi indikator memahami pentingnya media pembelajaran adaptif sebagai sarana dalam pembelajaran. Tujuan dari indikator ini adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52

materi juga efisiensi dan efektifitas serta dalam pembelajaran pembuatan media yang digunakan. Prinsip kedelapan adalah penilaian dan evaluasi pembelajaran yang dibagi menjadi beberapa indikator yaitu, menentukan KKM, menjelaskan karakteristik evaluasi dan menunjukkan kegunaan kegiatan evaluasi dengan tujuan agar peneliti mendapatkan informasi tentang kesiapan dari sekolah dasar inklusi dalam penerimaan peserta didik baru. Melalui indikator ini, peneliti ingin mencari tahu KKM yang digunakan oleh guru, adakah perbedaan KKM antara siswa berkebutuhan khusus dengan siswa yang tidak berkebutuhan khusus. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui kegiatan evaluasi terkait manfaat evaluasi yang dilakukan, tindakan apa yang akan dilakukan setelah melakukan evaluasi, serta peran orang tua dalam kegiatan evaluasi. Kedelapan prinsip tersebut dijadikan peneliti sebagai acuan dalam membuat daftar pertanyaan yang digunakan untuk mencari informasi bagaimana penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dan apakah telah sesuai dengan prinsipprinsip dan indikator yang dijadikan acuan oleh peneliti. Pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada kedelapan prinsip tersebut telah dilakukan expert judgment (validasi dengan tim ahli) yang mendapatkan hasil bahwa daftar pertanyaan tersebut sudah baik. Dari hasil validasi dengan tim ahli tersebut maka daftar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53

pertanyaan-pertanyaan yang telah mengacu pada prinsip dan indikator dinyatakan sudah baik (valid) untuk memenuhi validitas konstruk. 2. Uji Reliabilitas Instrumen Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain, seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2008: 4). Reliabilitas adalah tingkatan pada suatu tes secara konsisten mengukur berapapun tes itu mengukur, yang dinyatakan dengan angka-angka, biasanya sebagai suatu koefisien, di mana koefisian yang tinggi menunjukkan reliabilitas yang tinggi (Darmadi, 2014: 125).

Berdasarkan

beberapa

pendapat

tersebut,

reliabilitas

(reliability) adalah kegiatan mengukur atau tes mengukur dalam bentuk angka yang dapat menghasilkan sebuah hasil yang dapat dipercaya. Seperti yang dikutip dalam buku Earl Babbie tahun 1990 dalam bukunya Survey research methods, “reliability, however, does not ensure accuracy and more than precicision does, a number of techniques are available for measuring the reliability of questionnaire items, but the methods for maximizing reliability are pretty straightforward”. Berdasakan kutipan di atas dikatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54

bahwa reliabilitas tidak dapat digunakan untuk memastikan sebuah ketepatan, ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kereliabilitasan dari hal-hal yang ada di kuesioner, namun metode untuk meningkatkan reliabilitas itu dengan seperti menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang jelas (straight). Jadi dapat dikatakan bahwa ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kereliabilitasan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang sudah dibuat. Namun hanya sedikit metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kereliabilitasan suatu pertanyaan. Metode yang tepat dan maksimal dalam mengukur kereliabilitasan pertanyaan-pertanyaan kuesioner adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kuesioner kepada responden yang memahami bidang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan, seperti yang dikutip dari Babbie (1990: 133) “ask people only questions they are likely to know the answers to, ask about things relevant to them, and be clear in what you’re

asking”.

Dengan

demikian

pertanyaan-pertanyaan

kuesioner yang dibuat mengenai penyelenggaraan sekolah dasar inklusi diberikan kepada responden yang menguasai prinsip-prinsip penyelenggaraan inklusi yaitu guru kelas sekolah dasar inklusi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan kuesioner yang dibagikan kepada responden sudah reliabel, terlihat dari jawaban para guru kelas sekolah dasar inklusi atas pertanyaan-pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55

yang diberikan terkait penyelenggaraan dan penerapan prinsipprinsip sekolah dasar inklusi.

G. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode survey cross-sectional dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif persentase. Statistik deskriptif adalah statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011: 199). Sukardi (2012: 86) menjelaskan bahwa tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan statistika adalah untuk meringkas data agar lebih mudah dilihat dan dimengerti. Widi (2010: 254) menambahkan bahwa statistika deskriptif digunakan untuk menggambarkan ciri-ciri dasar dari data hasil penelitian, dengan memberikan rangkuman sederhana tentang sampel dan ukuran yang disertai dengan grafik analisis sederhana. Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka yang berjumlah 100 aitem pertanyaan untuk mendapatkan data berupa penyelenggaran sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta. Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis oleh peneliti. Wisandi (2010: 253) mengatakan analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan, pemodelan dan transformasi data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56

dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan dan mendukung pembuatan keputusan. Faisal (dalam Martono, 2014: 160) menjelaskan ada beberapa tahap yang harus dilakukan seorang peneliti untuk melakukan analisis data, yaitu data coding, data entering, data cleaning, data output, dan data analyzing. Data coding merupakan suatu penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data seperti komputer, ketika membuat kode jawaban, kode jawaban yang dibuat harus baku dan konsisten (tidak berubah-ubah) agar ketika dilakukan indeks atau skala memiliki validitas yang tinggi (Jannah, 2005:171-172). Data coding dalam penelitian ini berupa pemberian kode pada kuesioner. Tujuannya untuk membedakan data guru satu dengan guru yang lain. Berikut contoh coding data dalam penelitian ini; Tabel 3.4 Contoh Coding Data No. Soal

Kode jawaban “ya”

Kode jawaban “tidak”

Kode jawaban “kadang”

1

1.a

1.b

1.c

Pada tabel 3.4 kode 1.a menunjukkan bahwa angka 1 merupakan nomor soal 1, huruf a merupakan pengelompokan jawaban “ya” yang memiliki kata kunci sama pada masing-masing nomor. Kode 1.b menunjukkan bahwa angka 1 merupakan nomor soal 1, huruf b merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57

pengelompokan jawaban “tidak” yang memiliki kata kunci sama pada masing-masing nomor. Data entering merupakan proses pemindahan data yang telah diubah dalam kode angka ke dalam komputer. Proses ini memakan waktu yang cukup lama serta memerlukan ketelitian yang cukup tinggi, terutama bila data yang dimasukkan sangat banyak. Data yang diperoleh peneliti dari jawaban responden dimasukkan ke dalam Microsoft excel 2010 dan kemudian dicek kelengkapannya. Data cleaning atau membersihkan data merupakan proses pengecekan untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke komputer sudah sesuai dengan informasi yang sebenarnya. Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan sudah sesuai dengan informasi yang sebenarnya. Proses membersihkan data ini juga menghilangkan item-item kuesioner yang tidak valid. Data analyzing atau menganalisis data merupakan tahap akhir dalam penelitian. Tahap ini mengharuskan peneliti menginterpretasikan data yang sudah diperoleh selama pengumpulan data di lapangan. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan setiap jawaban yang memiliki kata kunci yang sama menjadi satu dalam masing-masing nomor soal. Setelah peneliti melakukan pengelompokkan peneliti menghitung dengan turus untuk menghitung seluruh responden yang memiliki jawaban sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58

Data output atau mengeluarkan data merupakan tahap menyajikan hasil pengolahan data dengan bentuk yang mudah dibaca dan lebih menarik. Penyajian data ini dapat disajikan dalam bentuk tabel (distribusi frekuensi dan rosstabulation atau tabel silang), grafik, atau dalam bentuk gambar. Peneliti menyajikan data hasil pengolahan dengan bentuk tabel yang berisikan angka persentase dari nomor soal dan pengelompokkan jawaban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini peneliti akan membahas mengenai deskripsi penelitian, tingkat pengembalian kuesioner, hasil penelitian, dan pembahasan. A. Deskripsi Penelitian Peneliti melakukan penelitian non-eksperimental dengan metode survei yang berjudul “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta” yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan bersama dengan anggota kelompok studi penelitian. Peneliti melaksanakan penelitian diawali dengan meminta surat pengantar dari Sekretariat Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang digunakan untuk meminta daftar sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota

Yogyakarta

di

Dinas

Pendidikan

Kota

mendapatkan data daftar sekolah dasar inklusi,

Yogyakarta.

Setelah

peneliti bersama dengan

anggota kelompok studi menyusun instrumen yang berupa kuesioner penelitian yang akan disebarkan di sekolah-sekolah dasar inklusi yang berada di Wilayah Kota Yogyakarta. Selanjutnya peneliti mulai menyebarkan blue print

kepada dua dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang memiliki bidang keahlian berhubungan dengan penelitian ini untuk bersedia memvalidasi (validasi konstruk) instrumen yang akan dibagikan ke sekolah dasar inklusi. Kemudian peneliti meminta surat ijin penelitian ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta untuk melakukan penelitian di

59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

Wilayah Kota Yogyakarta, yang sebelumnya peneliti meminta surat pengatar dari Sekretariat Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang ditujukan kepada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Setelah

mendapatkan surat ijin penelitian pada bulan Desember peneliti kemudian melakukan studi lapangan guna mencari lokasi sekolah dasar inklusi berdasarkan data yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Kuesioner dibagikan pada bulan Januari 2016 – 6 Februari 2017 kepada 73 responden yang mewakili 11 sekolah dasar inklusi di wilayah Kota Yogyakarta. Teknis pembagian kuesioner dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada guru kelas 1 hingga guru kelas 6 di sekolah dasar inklusi seKota Yogyakarta yang berupa kuesioner terbuka dengan 100 pertanyaan dan peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. Pengumpulan hasil kuesioner beberapa diterima oleh peneliti sesuai dengan deadline dan kesepakatan yang telah disetujui, namun ada beberapa sekolah yang karena suatu alasan tertentu harus mundur dari deadline dan kesepakatan yang sudah dilakukan di awal pembagian kuesioner. Jumlah guru kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta adalah 73 guru dari 11 sekolah dasar inklusi. Sampel yang kembali sebanyak 43 kuesioner dan 7 sekolah dasar inklusi.

B. Tingkat Pengembalian Kuesioner Peneliti mengambil sampel sebanyak 73 guru dari 11 sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta. Peneliti menyediakan kuesioner yang berjumlah 73 buah. Namun setelah deadline yang ditentukan sudah tiba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61

kuesioner yang kembali hanya sebanyak 43 buah atau sebanyak 43 guru dari 7 sekolah dasar inklusi yang bersedia mengembalikan kuesioner. Hal ini menjelaskan bahwa kuesioner yang kembali sebanyak 58, 90 %.

C. Hasil Penelitian Peneliti membagikan kuesioner kepada 73 guru di 11 sekolah dasar inklusi yang ada di Kota Yogyakarta. Kuesioner tersebut berisi 100 item pertanyaan yang bersifat terbuka, saat pengambilan hasil kuesioner yang kembali kepada peneliti berjumlah 43 kuesioner. Data yang diperoleh mengenai penyelenggaraan sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta dihitung dengan empat tahap. Tahap pertama yaitu menghitung total kuesioner yang diperoleh peneliti. Tahap kedua yaitu mengelompokkan jawaban responden dengan mencari kata kunci jawaban yang sama dari setiap aitem soal pertanyaan. Setiap nomor pertanyaan akan menjadi beberapa kategori dengan jumlah yang berbeda pada setiap nomornya sesuai jawaban dari setiap responden. Tahap ketiga yaitu menjumlahkan ada berapa responden yang menjawab dengan jawaban yang sama dengan kata kunci yang sudah dicari. Tahap keempat yaitu jumlah jawaban yang telah dihitung diubah ke dalam bentuk persen dengan cara jumlah jawaban setiap kategori dibagi jumlah seluruh responden yang mengumpulkan kuesioner, kemudian dikalikan

100%.

Berdasarkan

data

yang

sudah

diperoleh

terkait

penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62

dibuatlah tabel persentase jawaban dari para responden yang terlampir pada lampiran 9. Tabel 4.1 Hasil jawaban prinsip pertama dengan jawaban terbanyak Indikator

1

No. Soal

Persentase (%)

Usia siswa minimal 7 tahun.

22

51.16

2

Seleksi umur.

21

48.84

3

Tidak ada seleksi.

13

30.23

4

Tidak ada kriteria

15

34.88

5

Tidak ada kriteria

15

34.88

Belum siap

14

32.56

Mengusulkan dan meminta guru inklusi ke Dinas Pendidikan.

6

13.95

Tidak ada seleksi.

25

58.14

Melalui basic Pendidikan Luar Biasa (PLB).

6

13.95

Tidak ada kualifikasi khusus.

23

53.49

Semua siswa memperoleh perlakuan yang sama.

12

27.91

Sesuai kebutuhan siswa.

8

18.60

Sarana prasarana sekolah standar untuk anak-anak, guru, dan lingkungan.

16

37.21

2 7

8

9

4

Jumlah responden

1

6

3

Jawaban

10

11

Semua anak mendapatkan fasilitas yang sama

22

51.16

12

BOS dan BOSDA

24

55.81

13

Sesuai dengan RAPBS

15

34.88

14

Tidak ada keterlibatan wali siswa.

33

76.74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63

15

Tidak ada keterlibatan pihak lain.

28

65.12

Tabel 4.2 Hasil jawaban prinsip kedua dengan jawaban terbanyak Indikator

No. Soal

Jumlah responden

Persentase (%)

Tidak menjawab.

17

39.53

Melalui pengamatan sehari-hari.

12

27.91

17

Melalui pengamatan.

23

53.49

18

Penanganan tidak sama, harus dilihat dari hasil asesmen

13

30.23

19

Pelaksanaan identifikasi belum sepenuhnya dilaksanakan dan sekolah mengidentifikasi keadaan siswa

13

30.23

Jawaban

16

1

Tabel 4.3 Hasil jawaban prinsip ketiga dengan jawaban terbanyak Indikator

1

No. Soal

Jawaban

Jumlah responden

Persentase (%)

20

Sudah ada tim pengembang kurikulum.

15

34.88

21

Kurikulum KTSP dan K13

29

67.44

22

Sudah memahami prinsip pendidikan yang inklusif.

21

48.84

23

Belum ada kurikulum untuk anak ABK

20

46.51

24

Sudah memenuhi empat komponen dalam kurikulum.

34

79.07

25

Belum ada pemberian program khusus bagi anak.

32

74.42

26

Pembelajaran disesuaikan

13

30.23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64

dengan kebutuhan 27

Sudah merancang pembelajaran yang aktif dan kreatif.

17

39.53

28

Belum ada modifikasi kurikulum.

10

23.26

29

Sudah mengakomodasi keberagaman anak dari keberagaman kemampuan anak.

15

34.88

Tabel 4.4 Hasil jawaban prinsip keempat dengan jawaban terbanyak Indikator

No. Soal

Jumlah responden

Persentase (%)

Belum disesuaikan dengan kebutuhan ABK.

27

62.79

Tidak dijawab

12

27.91

Sesuai dengan standar proses.

10

23.26

32

Pembelajaran berpusat pada siswa.

31

72.09

33

Penyusunan RPP dibedakan dan dipisah.

15

34.88

34

Bahan ajar yang digunakan sudah memenuhi aspek pengetahuan.

17

39.53

35

Bahan ajar yang digunakan sudah memenuhi aspek keterampilan.

19

44.19

36

Bahan ajar yang digunakan sudah memenuhi aspek sikap.

14

32.56

37

Memberi perhatian yang lebih pada anak ABK

9

20.93

tidak dijawab

12

27.91

Strategi disesuaikan dengan

6

13.95

30

Jawaban

31 1

2

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65

materi. 39

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

22

40

Tidak dijawab

12

27.91

Menggunakan pendekatan individual learning supaya lebih memahami materi.

7

16.28

51.16

Tabel 4.5 Hasil jawaban prinsip kelima dengan jawaban terbanyak Indikator

No. Soal

Jumlah responden

Persentase (%)

Tidak dijawab.

16

37.21

Disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.

14

32.56

Penataan pencahayaan ruang kelas dan ventilasi sudah cukup membantu siswa mengikuti proses pembelajaran.

24

55.81

Tidak dijawab.

12

27.91

Desain dinding kelas sesuai layaknya kelas.

11

25.58

Hasil karya siswa dipajang di dinding kelas.

11

25.58

44

Sekolah belum menyediakan desain lantai untuk siswa disabilitas.

20

46.51

45

Media disimpan di ruang media.

13

30.23

46

Kelompok disusun fleksibel sesuai kebutuhan pembelajaran.

12

27.91

Kelompok dibagi secara acak supaya ada tutor sebaya.

9

20.93

41

42

Jawaban

1 43

2 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66

48

49

Pembagian kelompok disesuaikan dengan materi atau metode pembelajaran yang digunakan.

9

20.93

Tidak ada.

23

53.49

Keuntungannya siswa menjadi lebih dekat dengan temannya dan kerugiannya saat ditanya siswa belum tentu paham atau mengetahui.

9

20.93

Tidak dijawab.

12

27.91

Wawasan siswa kurang maksimal.

6

13.95

Siswa menjadi lebih fokus.

6

13.95

Tidak menjawab

11

25.58

Kelompok kecil

11

25.58

Tergantung materi dan tujuan pembelajaran

11

50

25.58

Tabel 4.6 Hasil jawaban prinsip keenam dengan jawaban terbanyak Indikator

No. Soal

51 1

52

Jumlah responden

Persentase (%)

Tidak menjawab.

10

23.26

Informasi diperoleh melalui diskusi dengan orang tua dan pemantauan prestasi oleh kepala sekolah.

7

16.28

Informasi diperoleh melalui jadwal harian guru.

7

16.28

Tidak menjawab.

13

30.23

Guru bekerjasama dengan lembaga yang menangani ABK.

6

13.95

Jawaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67

53

54

55

56

Guru menggunakan laporan hasil observasi.

6

13.95

Tidak dijawab.

20

46.51

Screening, diagnosis, evaluasi karena lebih mudah untuk memahami dan lebih bisa dipertanggungjawabkan karena adanya kerjasama dengan ahli.

7

16.28

Guru mengidentifikasi adanya kondisi disabilitas berdasarkan hasil evaluasi.

12

27.91

Tidak dijawab.

13

30.23

Guru umum berperan sebagai pemantau.

8

18.60

Tidak ada tes yang dilakukan untuk mengetahui anak berkebutuhan khusus.

18

41.86

Dilakukan tes asesmen dan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan.

7

16.28

Tidak dijawab.

22

58.16

Untuk mengetahui kondisi anak.

11

25.58

Tidak dijawab.

19

44.19

Sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan untu melakukan tes screening.

8

18.60

Tidak dijawab.

16

37.21

Tes dilakukan kurang lebih dilakukan 2x

13

30.23

Saat melakukan tes screening peserta didik didampingi oleh tenaga profesional.

18

41.86

Tidak dijawab.

11

25.58

57

2 58

59

60

3

61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68

Proses diagnosis dilakukan sekolah yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan.

8

18.60

Tidak dijawab.

17

39.53

Untuk penanganan lebih lanjut, tepat, dan pendampingan.

15

34.88

Tidak dijawab.

12

27.91

Tindakan yang dilakukan setelah dilaksanakan tes adalah memberikan pendampingan.

7

16.28

Tidak dijawab.

16

37.21

64

Orangtua dipanggil untuk datang ke sekolah dan diberi penjelasan mengenai hasil diagnosis.

13

30.23

65

Dilakukan penempatan program yaitu menggabungkan anak berkebutuhan khusus dengan anak tidak berkebutuhan khusus dalam 1 kelas.

31

72.09

66

ABK ditempatkan bersama-sama dengan anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus dan tidak ada perbedaan.

27

62.79

Tidak dijawab.

17

39.53

67

Tidak ada bantuan dari tenaga ahli.

16

37.21

68

Tidak ada perbedaan penempatan kurikulum.

20

46.51

69

Tidak ada penempatan kurikulum untuk ABK, karena kurikulum yang digunakan sama.

16

37.21

Tidak dijawab.

11

25.58

Evaluasi yang dilakukan untuk ABK sama dengan yang

11

25.58

62

63

4

5

6

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69

dilakukan untuk siswa reguler 71

Tindak lanjut yang dilakukan adalah menganalisis, perbaikan dan pengayaan.

11

25.58

72

Guru pernah mengubah prosedur pengajaran yang telah dilakukan.

24

55.81

73

Melihat situasi kondisi anak saat pembelajaran berlangsung.

15

34.88

74

Sekolah melakukan evaluasi program.

27

62.79

Tidak ada evaluasi program untuk ABK.

16

37.21

75

Evaluasi dilakukan dengan melihat hasil yang dicapai oleh ABK.

10

23.26

76

Ada target untuk evaluasi program.

21

48.84

77

Target (KKM) yang ditetapkan disesuaikan dengan kemampuan siswa.

20

46.51

7

Tabel 4.7 Hasil jawaban prinsip ketujuh dengan jawaban terbanyak Indikator

No. Soal

78

1 79

80

Jumlah responden

Persentase (%)

Belum maksimal.

15

34.88

Sudah.

10

23.26

Sesuai materi.

10

23.26

Sebagian membantu siswa memahami materi

13

30.23

Hasil belajar meningkat

12

27.91

Media dibuat dengan kreativitas

16

37.21

Jawaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70

guru. 81

Hasil pembelajaran meningkat.

25

58.14

82

Sesuai kebutuhan dan kondisi siswa.

15

34.88

83

Media sudah dibuat secara maksimal.

19

44.19

Tabel 4.8 Hasil jawaban prinsip kedelapan dengan jawaban terbanyak Indikator

No. Soal

Jumlah responden

Persentase (%)

84

Patokan yang digunakan untuk menentukan adalah intake, fasilitas dan kompleksitas.

11

25.58

85

KKM ditetapkan berdasarkan kompleksitas, daya dukung, dan intake.

12

27.91

86

Tidak ada perbedaan KKM antara ABK dan anak tidak berkebutuhan khusus.

17

39.53

87

Tidak ada perbedaan KKM

20

46.51

88

Agar sesuai dengan indicator yang ingin dicapai.

13

30.23

Sesuai dengan tujuan evaluasi.

10

23.26

89

Sesuai KD dan indikator

11

25.58

90

Ada pertimbangan tertentu dalam mengevaluasi pembelajaran.

31

72.09

91

Lisan, tertulis, dan praktik.

22

51.16

92

Berlaku untuk semua siswa

28

65.12

93

Untuk mengukur kemampuan siswa dan kesesuaian metode

17

1

2

3

Jawaban

39.53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71

94

Evaluasi dilakukan di akhir pelajaran.

17

39.53

95

Menganalisis, perbaikan, dan pengayaan.

22

51.16

96

Guru dan siswa.

15

34.88

97

Mengingatkan dan mendampingi anak untuk belajar.

12

27.91

98

Mengukur ketercapaian KD.

16

37.21

99

Mengetahui kemampuan anak.

17

39.53

100

Sama dengan siswa lainnya.

11

25.58

Tabel 4.9 Prinsip yang diselenggarakan di setiap sekolah dasat inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta No

1

2

Sekolah

SD N A

SD N B

Prinsip-prinsip yang Muncul Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak Identifikasi Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak. Penataan kelas yang ramah anak. Penilaian dan evaluasi pembelajaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak. Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak.

Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh sekolah A telah menerapkan 5 prinsip sekolah inklusi.

Dari 8 prinsip sekolah inklusi yang ada, sekolah B telah menerapkan 6 prinsip sekolah inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72

3

4

SD N C

SD N D

Penataan kelas yang ramah anak. Asesmen Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Penilaian dan evaluasi pembelajaran. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak. Merancang pembelajaran yang ramah anak. Penataan kelas yang ramah anak. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak. Identifikasi. Adaptasi Kurikulum (kurikulum fleksibel). Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak Penataan kelas yang ramah anak. Asesmen.

Berdasarkan data yang diperoleh, sekolah C sudah menerapkan 3 prinsip sekolah inklusi.

Berdasarkan data yang sudah diperoleh sekloah dasar inklusi D sudah menerapkan 8 prinsip sekolah inklusi.

Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Penilaian dan evaluasi pembelajaran.

5

SD N E

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak. Identifikasi. Adaptasi Kurikulum (kurikulum fleksibel).

Berdasarka data yang sudah diperoleh sekolah dasar inklusi E sudah menerapkan 7 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73

6

SD N F

7

SD N G

Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak. Penataan kelas yang ramah anak. Pengadakan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Penilaian dan evaluasi pembelajaran. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak. Identifikasi. Merancang bahan ajar Berdasarkan data yang dan kegiatan sudah diperoleh pembelajaran yang sekolah dasar inklusi F ramah anak. sudah menerapkan 5 prinsip penyelenggaran Penataan kelas yang sekolah inklusi. ramah anak. Pengadakan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Penilaian dan evaluasi pembelajaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengakomodasi semua anak. Identifikasi. Adaptasi Kurikulum (kurikulum fleksibel). Dari data yang sudah Merancang bahan ajar diperoleh sekolah dasar dan kegiatan inklusi G telah pembelajaran yang menerapkan 7 prinsip ramah anak. penyelenggaraan Penataan kelas yang sekolah inklusi. ramah anak. Pengadakan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif. Penilaian dan evaluasi pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74

D. Pembahasan 1. Kesesuaian Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dengan Prinsip Sekolah Inklusi Peneliti menganalisis kesesuaian antara prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi dengan penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta berdasarkan hasil penelitian atau hasil kuesioner yang diperoleh dari keseluruhan responden. Ada 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi yang dijadikan acuan oleh peneliti, yaitu penerimaan peserta didik baru (PPDB); identifikasi; kurikulum fleksibel; merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak; penataan kelas yang ramah anak; asesmen; pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif; penilaian dan evaluasi pembelajaran. Kedelapan prinsip penyelengaraan sekolah inklusi yang dijadikan acuan oleh peneliti dikembangkan menjadi 100 aitem pertanyaan terbuka yang digunakan untuk mencari informasi mengenai penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta. Dari 73 kuesioner yang dibagikan ada 43 kuesioner yang kembali dari 7 sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta. Peneliti menganalisis dari 7 sekolah dasar inklusi sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden untuk mengetahui kesesuaian penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta dengan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75

Dari 7 sekolah dasar yang menjadi sampel penelitian, sekolah inklusi yang menerapkan 8 penyelenggaraan sekolah inklusi ada 1 sekolah dasar inklusi. Sebanyak 2 sekolah dasar inklusi telah menerapkan 7 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi.

Sebanyak

2

sekolah dasar

telah

menyelenggarakan 6 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Ada 1 sekolah dasar inklusi baru menyelenggarakan 5 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi, serta 1 sekolah dasar inklusi baru menyelenggarakan 3 prinsip sekolah inklusi. Sekolah dasar inklusi yang belum maksimal atau belum menyelenggarakan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi tidak berati sekolah tersebut tidak meyelenggarakan sekolah inklusi sesuai dengan prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Hanya dalam satu sekolah, belum semua guru

menerapkan

semua

prinsip

penyelenggaraan

sekolah

inklusi,

dikarenakan tidak ada siswa yang berkebutuhan khusus dalam kelasnya. Dengan demikian, hanya sebagian guru yang menyelenggarakan. Berdasarkan data yang ada, penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta belum memenuhi prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi secara keseluruhan atau tidak sesuai dengan dugaan sementara peneliti yaitu sebesar 50% penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang memenuhi prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Dari data yang diperoleh peneliti, penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang sesuai dengan prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi hanya sebesar 14,2%. Perhitungan ini diperoleh dari jumlah sekolah dasar inklusi yang menerapkan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi dibagi seluruh sekolah yang menjadi sampel,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76

kemudian dikalikan 100%. Data tersebut menunjukkan baru satu sekolah yang sudah menerapkan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. Hal ini dikarenakan beberapa dari responden tidak menjawab pertanyaan kuesioner dengan detail atau tidak memberikan jawaban sama sekali. Dapat disimpulkan bahwa sekolah dasar inklusi di wilayah Kota Yogyakarta sudah menerapkan prinsip-prinsip sekolah dasar inklusi namun belum dilaksanakan secara optimal, seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Ilahi (2013:48-49) bahwa prinsip dasar pendidikan inklusi adalah semua anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersekolah tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya. Maka penyelenggaraan sekolah dasar inklusi harus diselenggarakan sesuai dengan prinsip sekolah inklusi secara optimal. 2. Penerapan Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, sekolah dasar inklusi telah banyak diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh oleh peneliti, bahwa ada 29 sekolah dasar yang dianggap mampu menerapkan pendidikan inklusi. Peneliti menggunakan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi untuk mengetahui penerapan penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman guru kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77

Penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta terkait dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB), syarat utama yang digunakan pihak sekolah sebagai siswa baru adalah usia minimal 7 tahun. Sekolah mengutamakan usia siswa yang minimal adalah 7 tahun. Sekolah tidak melakukan proses seleksi yang khusus, proses seleksi hanya dilakukan dengan menggunakan peringkat usia siswa dan apabila kuota yang disediakan masih ada. Semua tipe anak berkebutuhan khusus yang masih mampu untuk berinteraksi dan dapat dibimbing, diterima di sekolah dasar inklusi yang diselenggarakan di Wilayah Kota Yogyakarta. Kustawan (2013: 90-91) menyatakan bahwa pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah membentuk Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru yang dilengkapi dengan pendidik (guru pendidik khusus dan/ atau konselor) yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus. Berdasarkan informasi yang ada di lapangan, tenaga kependidikan sebagai sumber daya pendidik disediakan oleh pemerintah atau Dimas Pendidikan Kota Yogyakarta yaitu berupa pendamping khusus. Guru khusus ini hanya menangani dan membimbing siswa berkebutuhan khusus, apabila guru kelas tidak bisa atau belum mampu melakukan dan menjadi konsultan bagi siswa. Kualifikasi khusus untuk sumber daya pendidik yang diterima sekolah adalah minimal memiliki S1 pendidikan, lulus tes pegawai, dan melihat ijazah yang dimiliki. Sumber biaya yang didapatkan sekolah hanya berasal dari BOS dan BOSDA yang dikelola oleh tim keuangan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78

bendahara sesuai dengan RAPBS. Seluruh sampel yang diteliti telah melaksanakan prinsip penerimaan peserta didik baru (PPDB). Identifikasi dilakukan sekolah untuk mengetahui dan menemukenali hambatan serta gejala-gejala yang muncul dari siswa berkebutuhan khusus maupun siswa yang tidak berkebutuhan khusus, yang dilakukan dengan kegiatan observasi berdasarkan kegiatan sehari-hari. Selama melakukan kegiatan observasi pihak sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hasil dari identifikasi yang dilakukan guru dijadikan sebagai dasar penyusunan program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing siswa terkait hambatan yang dialami. Didukung dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Kustawan (2013: 93) yang menyatakan bahwa identifikasi adalah upaya guru (pendidik) dan tenaga kependidikan lainnya

untuk

menemukan

dan

mengenali

anak

yang

mengalami

hambatan/kelainan/gangguan baik fisik, intelektual, mental, emosional, dan social dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Semua sampel penelitian telah melaksanakan prinsip identifikasi. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang mengakomodasi semua anak baik yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus untuk belajar secara bersama-sama, maka sudah seharusnya kurikulum fleksibel diberlakukan untuk semua siswa, dimana didukung dengan pernyataan Kustawan (2013: 107) prinsip pengembangan kurikulum fleksibel harus dijadikan acuan oleh para guru untuk siswa berkebutuhan khusus yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79

kurikulum umum yang diberlakukan untuk siswa pada umumnya perlu diubah atau dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Dari semua sampel yang dipilih, semua responden sudah menyadari akan adanya kurikulum yang harus dimodofikasi guna memenuhi

dan menyesuaikan dengan kebutuhan para siswa

yang

berkebutuhan khusus, namun hanya ada 3 sampel yang melaksanakan prinsip kurikulum fleksibel. Menjadi seorang guru, sudah seharusnya dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran yang menarik dan kreatif agar tercipta situasi pembelajaran yang kondusif dan ramah anak. Penyampaian materi dan pendampingan diberikan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing siswa, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan tujan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Penjelasan tersebut didukung dengan pernyataan Ilahi (2013: 172-173) bahwa untuk mencapai tujuan mengajar yang telah ditentukan, diperlukan bahan ajar. Kustawan (2013: 111) menambahkan, bahwa jenis materi pelajaran yang digunakan oleh para guru dapat memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan akademis siswasiswa penyandang disabilitas. Enam Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta sudah melaksanakan prinsip merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak. Penataan kelas yang ramah anak yaitu penataan kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa seperti, pencahayaan di dalam kelas, sirkulasi udara, posisi tempat duduk, warna dinding, serta hasil karya siswa atau gambar-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80

gambar yang dapat mendukung proses pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung dengan penyataan yang dikemukan oleh Friend (2015: 270) menerangkan bahwa penataan unsur-unsur fisik ruang kelas dapat mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang tidak berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus. Selain penataan kelas, peran guru dalam mengatur proses pembelajaran juga penting, seperti pembentukan kelompok yang dapat menunjang proses pembelajaran dan adanya tutor sebaya yang dapat membantu peran guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, akan tetapi disisi lain akan ada kerugian yang dialami, seperti tidak semua anak dapat bekerja dan suasana kelas menjadi sedikit gaduh dan sulit dikondisikan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Everton & Weintein (2015: 285) yang mengemukakan bahwa pengelolaan ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan oleh para guru demi mengoptimalkan proses belajar-mengajar yang efektif, mulai dari mengatur siswa-siswa, ruang, waktu, hingga materi. Dari semua sampel yang dipilih, semua sudah menyelenggarakan prinsip penataan kelas yang ramah anak dan guru-guru yang ada di sekolah dasar inklusi juga menyediakan tempat penyimpanan khusus untuk hasil karya siswa dan media pembelajaran yang sudah dibuat. Overton mengemukakan bahwa asesmen merupakan proses pengumpulan informasi untuk memantau kemajuan dan mengambil keputusan pendidik ketika diperlukan (dalam Friend, 2015: 209) dan diperkuat dengan pendapat Triani 2013: 25) yang menjelaskan bahwa asesmen merupakan kegiatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81

secara utuh dan menyeluruh untuk tujuan tertentu, kegiatan yang dilakukan dalam asesmen adalah mengumpulkan data dan informasi yang akan digunakan untuk bahan pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dari 7 sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta, baru 1 sekolah dasar inklusi yang sudah menyelenggarakan prinsip asesmen. Kustawan menjelaskan bahwa media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih, dan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam kegiatan pembelajaran (2013: 117) Dari 7 sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta 5 diantaranya sudah menerapkan prinsip pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif yang disusun dan dirancang sesuai dengan kebutuhan dari semua siswa, sehingga media yang digunakan dapat membantu proses pembelajaran siswa dan menunjang nilai akademik para siswa. Guru-guru dari 5 sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta merancang media pembelajaran sesuai dengan kreativitas masing-masing dan memanfaatkan barang-barang disekitar secara maksimal yang disesuaikan dengan indikator dan KD yang ingin dicapai. Pada prinsip yang ke-8 yaitu penilaian dan evaluasi pembelajaran. Dalam prinsip ini, dapat diketahui bagaimana cara guru dalam menenutukan KKM bagi siswa yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus dan disesuaikan dengan kemampuan dari masing-masing siswa. Dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82

7 sekolah dasar inklusi yang sudah dipilih 6 diantaranya sudah menyelenggarakan prinsip penilaian dan evaluasi pembelajaran. Penentuan KKM yang dilakukan oleh para guru di 6 sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta yaitu dengan menggunakan kompleksitas, intake, dan daya dukung. Selain itu tidak ada perbedaan KKM antara siswa berkebutuhan khusus dengan siswa yang tidak berkebutuhan khusus, yang membedakan hanya bobot soal yang diberikan. Para guru dari 6 sekolah dasar inklusi, melaksanakan kegiatan evaluasi untuk mengetahui kemampuan dari setiap siswa baik siswa yang berkebutuhan khusus maupun siswa yang tidak berkebutuhan khusus. Selanjutnya hasil yang sudah diperoleh, ditindaklanjuti oleh guru untuk meningkatkan hasil prestasi siswa. Dalam kegiatan evaluasi peran orang tua juga dibutuhkan seperti, mendampingi siswa saat belajar dan mengerjakan tugas di rumah. Pernyataan tersebut, didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Kustawan (2013: 124) bahwa evaluasi merupakan proses yang penting dalam bidang pengambilan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi tersebut agar diperoleh data yang tepat dan akan digunakan pengambilan keputusan dalam memilih di antara beberapa alternatif. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penyelenggaraan sekolah inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta sudah mencakup prinsip penerimaan peserta didik baru (PPDB); identifikasi; kurikulum fleksibel; merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak; penataan kelas yang ramah anak; pengadaan dan pemanfaatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83

media pembelajaran adaptif; penilaian dan evaluasi pembelajaran. Namun untuk prinsip asesmen masih belum diselenggarakan secara maksimal. Dari 8 prinsip terkait penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang diteliti oleh peneliti menambahkan informasi baru terkait dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tarmansyah (2015) tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Tarmansyah adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan pendidikan inklusi yang diselenggarakan di SD Negeri 03 Alai Padang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Bab V akan membahas tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sekolah dasar inklusi seKota Yogyakarta dapat diperoleh kesimpulan bahwa penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di tujuh sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta adalah : 1. Penyelenggaraan sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kota Yogyakarta yang sesuai dengan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi sebesar 14,2% sekolah. Hal tersebut tidak sesuai dengan dugaan sementara yaitu sebesar 50% penyelenggaraan sekolah dasar inklusi sesuai dengan 8 prinsip penyelenggaraan sekolah inklusi. 2. Penerapan prinsip sekolah inklusi yang diselenggarakan di 7 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta yang dijadikan sampel. Tujuh sekolah dasar inklusi sudah menerapkan prinsip penerimaan peserta didik baru (PPDB), merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, serta penataan kelas yang ramah anak secara optimal. Enam sekolah dasar inklusi diantaranya baru menerapkan prinsip penilaian dan evaluasi pembelajaran secara optimal. Kemudian, ada 5 sekolah dasar inklusi yang baru menerapkan prinsip identifikasi dan pemanfaatan media pembelajaran

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85

adaptif. Selanjutnya untuk prinsip kurikulum fleksibel, baru ada 3 sekolah dasar inklusi yang menerapkannya. Kemudian baru satu sekolah dasar inklusi yang menerapkan prinsip asesmen, 6 sekolah dasar inklusi diantaranya belum maksimal dalam penerapannya.

B. Keterbatasan Penelitian Peneliti dalam melakukan penelitian ini menyadari sungguh bahwa masih banyak kelemahan dan keterbatasan yang dialami. Berikut beberapa keterbatasan peneliti : 1. Instrumen yang disusun berupa kuesioner dengan jenis pertanyaan terbuka dengan jumlah pertanyaan sebanyak 100 aitem. Hal ini menyebabkan responden kesulitan dan keberatan dalam mengisi kuesioner. Selain itu, kurangnya tempat atau kolom yang disediakan sebagai tempat responden memberikan jawaban. 2. Adanya sekolah dasar inklusi yang sudah menerima SK dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk menerapkan pendidikan inklusi namun belum ada murid yang memiliki kebutuhan khusus atau di tahun ajaran yang sekarang tidak ada anak berkebutuhan khusus yang mendaftar, sehingga pihak sekolah menolak untuk dijadikan tempat penelitian. 3. Dari 29 sekolah dasar negeri inklusi yang menerima SK dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan Kota Yogyakarta membatasi tempat penelitian menjadi 21 sekolah dasar negeri inklusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86

karena alasan tertentu 7 sekolah dasar inklusi tidak diperbolehkan untuk diteliti. 4. Dari 21 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta, ada 11 sekolah dasar inklusi yang menerima untuk mengisi kuesioner penelitian, namun pada saat pengembalian kuesioner hanya ada 7 sekolah dasar inklusi yang mengembalikan kuesioner. Hal ini membuat peneliti belum maksimal dalam mengeneralisasikan sampel dari keseluruhan populasi.

C. Saran Saran yang diberikan peneliti digunakan sebagai masukan dan perbaikan untuk penelitian selanjutnya agar jangan sampai ada keterbatasan

penelitian

yang

menghambat

proses

pembelajaran,

diantaranya yaitu ; 1. Penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan instrumen dengan jenis pertanyaan tertutup agar lebih memudahkan responden. Jika memang akan menggunakan kuesioner dengan jenis pertanyaan terbuka, maka sebaiknya menyediakan kolom jawaban yang lebih besar atau bila perlu peneliti dapat menggunakan recoder untuk merekam jawaban responden. 2. Peneliti selanjutnya perlu memastikan daftar sekolah inklusi yang diberikan oleh Dinas Pendidikan apakah sudah sesuai dengan yang sebenarnya, agar tidak terjadi hambatan dikarenakan sekolah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87

mendapatkan SK belum benar-benar menerapkan pendidikan inklusi atau belum ada murid dengan berkebutuhan khusus. 3. Peneliti selanjutnya perlu melakukan kerjasama dengan pihak sekolah seperti MOU dengan sekolah dasar inklusi, agar tidak terjadi hambatan selama penelitian. 4. Peneliti selanjutnya perlu melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam meminta kesediaan sekolah untuk diteliti, sehingga peneliti dapat mengeneralisasikan sampel dari keseluruhan populasi secara maksimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Babbie, Earl R. 1990. Survey Research Methods. Belmond: Wadsworth Publishing Company. Bafadal, Ibrahim. 2006. Seri Manajemenn Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif &Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta. Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung : PT Refika Aditama. Effendi, Sofian & Tukiran. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Friend, Marilyn & William D. Bursuck. 2015. Menuju Pendidikan Inklusi Panduan Praktis untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hidayat Saepul & Wawan. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunalaras. Jakarta : PT Luxima Metro Media. Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusi: Konsep & Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Kustawan, Dedy & Budi Hermawan. 2013. Model Implementasi Pendidikan Inklusi Ramah Anak. Jakarta: TP Luxima Metro Media. Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Martono, Nanang. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Purwanto. 2015. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Pesikologi Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89

Rosilawati, Ina. 2013. Trik Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan Inklusif. Yogyakarta: Familia. Sartika, Yopi. 2013. Ragam Media Pembelajaran Adaptif Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Familia. Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: CV. Mandar Maju. Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Stubbs, Sue. 2002. Pendidikan Inklusif: Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber. Judul Asli: Inclusif Education: Where There Are Few Resources. Dialihbahsakan Oleh: Susi Septaviana. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI. Sugiyono. 2011. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta. Suharsaputra, Uhar. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama. Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rusda Karya. Suryosubroto. 2010. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Tarmansyah. 2007. Pendidikan Inklusi. Jakarta: Erlangga. Tarmansyah. 2009. Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Di SD Negeri 03 Alai Padang Utara Kota Padang(Studi Pelaksanaan Pendidikan di Sekolah Ujicoba Sistem Pendidikan Inklusif. Pedagogi Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, IX (1). Tiarni, Nani & Amir. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar Slow Learner. Jakarta : PT Luxima Metro Media. Triani, Wahyu Dan Dwi Rakhmawati. 2013. Konsep Sekolah Inklusi Yang Humanis.Yogyakarta.: Familia. Wati, Ery. 2014. Manajemen Pendidikan Inklusi Di Sekolah Dasar Negeri 32 Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, XIV (2): 368-378.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Widyastono, Herry. 2007. Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkelainan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 065 Werang, Basilius Redan. 2015. Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Sosial.Yogyakarta: Calpulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92

Lampiran 1 Permohonan Data Daftar Sekolah Inklusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93

Lampiran 2 Daftar SD Inklusi Kota Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94

Lampiran 3 Permohonan Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perizinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97

Lampiran 5 Validasi Dosen A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108

Lampiran 6 Validasi Dosen B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119

Lampiran 7 Kuesioner yang akan dibagikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131

Lampiran 8 Kuesioner yang dijawab Responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143

Lampiran 9 Hasil Pengumpulan Data Sekolah Dasar Inklusi

No

1

2

3

Kategori

Kode

Jumlah

Persentase

KK, Akta, Usia

1.a

6

13.95

Usia 7 tahun

1.b

22

51.16

Usia Akta

1.c

1

2.33

Usia Akta dan C1

1.d

8

18.60

Formulir Pendaftaran

1.e

1

2.33

Akta C1 dan Asesmen untuk ABK

1.f

5

11.63

Tidak Ada

2.a

15

34.88

Seleksi Umur

2.b

21

48.84

Seleksi dari Dinas Pendidikan

2.c

1

2.33

Seleksi Sistem Rangking

2.d

3

6.98

Data Online

2.d

3

6.98

Tidak Ada

3.a

13

30.23

Menurutkan usia dari yang terbesar ke kecil

3.b

3

6.98

Untuk usia 7 tahundan dilihat anaknya

3.c

8

18.60

Entry Data

3.d

4

9.30

Secara otomatis dan data domisili serta ttl

3.e

3

6.98

Berdasarkan Ranking

3.e

1

2.33

Sesuai Prosedur Pemerintah

3.f

3

6.98

Akte, C1, Blangko Pendaftaran

3.g

1

2.33

Peringkat Usia Anak

3.h

1

2.33

Seleksi Usia

3.i

4

9.30

Rangkin Usia, Akta Asli, Fotokopi KK

3.j

1

2.33

RTO

3.k

1

2.33

Slow leaner hanya mengalami kelambatan

4.a

10

23.26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144

belajar

4

Harus ada asesmen, lambat belajar

4.b

1

2.33

Tidak ada kriteria

4.c

15

34.88

Semua diterima kecuali tunanetra

4.d

6

13.95

Retardasi ringan, tuna laras

4.e

3

6.98

Apapun selama intelegensi mendekati normal-normal atas dan mampu bersosialisasi

4.f

1

2.33

Slow leaner ADHD sesuai kemampuan guru

4.g

6

13.95

Lov vision, lambat belajar, kurangnya GPK

4.h

1

2.33

Slow leaner

5.a

6

13.95

Tidak tunanetra, tidak tunadaksa, tidak tunarungu, tidak tunawicara

5.b

3

6.98

Kondusif dan atau tanpa pendamping khusus

5.c

6

13.95

Tidak ada kriteria

5.d

15

34.88

Berdasarkan usia

5.e

2

4.65

Mampu bersosialisasi kecerdasan normal

5.f

4

9.30

Masih dapat berkomunikasi

5.g

6

13.95

Masih ada kuota

5.h

1

2.33

Belum siap

6.a

14

32.56

Mengusulkan dan meminta guru inklusi ke Dinas

6.b

6

13.95

Guru diberi diklat

6.c

4

9.30

Guru diberi workshop dan pendidikan diklat

6.d

4

9.30

Guru profesional

6.e

1

2.33

Sumber daya reguler

6.f

4

9.30

Memaksimalkan yang sudah adA

6.g

1

2.33

5

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145

7

8

9

Guru kelas masing-masing

6.h

3

6.98

Kerjasama dengan dinas

6.i

3

6.98

Memberi pendampingan dan pelatihan untuk siswa ABK

6.j

2

4.65

Memiliki GPK

6. k

1

2.33

Ada penerimaan PNS

7.a

2

4.65

Melalui tes pegawai

7.b

4

9.30

Tidak ada seleksi

7.c

25

58.14

Tidak ada da nada guru pendamping

7.d

1

2.33

Seleksi oleh BKD dan untuk guru honorer minimal S1

7.e

2

4.65

Melihat ijazah yang telah dicapai

7.f

1

2.33

Panggilan hati, kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota

7.g

1

2.33

Melalui basic PLB

7.h

6

13.95

Berdasarkan keputusan Dinas

7.i

1

2.33

Sesuai kompetensi

8.a

1

2.33

Sehat jasmani dan rohani

8.b

2

4.65

Asesmen menentukan kritera anak

8.c

2

4.65

TidaK ada

8.d

23

53.49

Minimal S1 PGSD

8.e

3

6.98

Sesuai UU guru dan S1

8.f

4

9.30

Supaya berkompetensi

8.g

3

6.98

PLB memenuhi kebutuhan siswa

8.h

5

11.63

Semua siswa memperoleh perlakuan yang sama

9.a

12

27.91

Sesuai kebutuhan siswa

9.b

8

18.60

Reguler dengan perlakuan khusus

9.c

6

13.95

Individual

9.d

1

2.33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146

10

11

12

Bantuan BOS dan BOSDA

9.e

3

6.98

Memaksimalkan fasilitas yang ada

9.f

2

4.65

Dari BOS yang sudah difasilitasi pemerintah

9.h

4

9.30

Membuat RPP

9.i

5

11.63

Memberi kesempatan kepada siswa

9.j

1

2.33

Mengikuti pelatihan

9.k

1

2.33

Tidak dijawab

10.a

5

11.63

Gedung halamn luas kamar mandi media pembelajaran alat OR

10.b

12

27.91

Standar minimal

10.c

5

11.63

Sesuai SMP

10.d

1

2.33

Sarana prasarana sekolah untuk standar anak-anak, guru, lingkungan

10.e

16

37.21

Masih sangat minim kecuali perhatian

10.f

1

2.33

Sarana fisik dan GPK

10.g

2

4.65

Lap komputer dan perpustakann

10.h

1

2.33

Sama

11.a

22

51.16

Tidak

11.b

20

46.51

Tidak membeli sendiri

11.c

1

2.33

BOS dan BOSDA

12.a

24

55.81

BOSNAS, BOSDA Kota dan Propinsi

12.b

8

18.60

BOS, KMS, PKH

12.c

4

9.30

BOS dan POKJA Inklusi

12.d

6

13.95

Tidak dijawab

12.e

1

2.33

Sesuai dengan RAPBS

13.a

15

34.88

Dikelola oleh tim yang ditunjuk

13.b

2

4.65

Sekolah dan orangtua

13.c

2

4.65

Dikelola bendahara kepsek dan tim

13.d

4

9.30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147

keuangan 13

14

Sesuai juknis BOS

13.e

6

13.95

Tidak ada

13.f

2

4.65

Dikelola dengan baik

13.g

1

2.33

Dikelola sesuai manajemen sekolah

13.h

1

2.33

Dikelola oleh salah 1 guru, kepala sekolah dan dibantu oleh bendahara pembantu

13.i

3

6.98

Sama dengan sekolah lain

13.j

1

2.33

Berdasarkan BOS dan BOSDA

13.k

1

2.33

Sesuai aturan

13.l

5

11.63

Tidak ada

14.a

33

76.74

Bantuan dari pemerintah yg belanja orantua lalu ditukar

14.b

2

4.65

Orangtua(wali) tdk dilibatkan selama kegiatan terencana di RAPBS

14.c

1

2.33

Bantuan dari BOS

14.d

1

2.33

Sesuai penyusunan dan program anggaran kegiatan sekolah

14.e

1

2.33

Membuat RAPBS

14.f

5

11.63

Tidak ada

15.a

28

65.12

Komite dan wali siswa

15.b

7

16.28

Pantauan dari Dinas Kota

15.c

8

18.60

Asesmen

16.a

4

9.30

Sharing sesama teman sejawat

16.b

2

4.65

Berdasarkan EDS

16.d

3

6.98

Tidak menjawab

16.e

17

39.53

Pengamatan sehari-hari

16.f

12

27.91

Asesmen dan psokologi, puskesmas

16.g

2

4.65

Melakukan pendekatan persuasif

16.h

1

2.33

15

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148

17

18

Kesulitan dalam mengikuti pelajaran secara umum

16.i

2

4.65

Asesmen

17.a

7

16.28

Melalui pengamatan

17.b

23

53.49

Latar belakang keluarga, perilaku, nilai prestasi belajar

17.c

2

4.65

Instrumen BP buku BP kerjasama dengan orang tua

17.d

6

13.95

Bekerjasama dengan puskesmas dan orangtua murid

17.e

3

6.98

Sharing dg guru dan observasi dalam tim

17.f

1

2.33

Melakukan tes lisan / tulis dan perilaku

17.g

1

2.33

Diperlakukan sama dengan yg regular

18.a

4

9.30

Dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin

18.b

3

6.98

Penanganan tidak sama, harus dilihat dari hasil asesmen

18.c

13

30.23

Menyesuaikan ABK

18.d

4

9.30

Tidak ada

18.e

7

16.28

Tindak lanjut

18.f

1

2.33

Diperhatikan

18.g

1

2.33

Menyesuaikan kebutuhan anak

18.h

4

9.30

Sharing dengan orangtua untuk menentukan perlakuan sesuai kebutuhan

18.i

1

2.33

Konsultasi ke psikolog

18.j

5

11.63

Diberi waktu khusus

19.a

2

4.65

Sudah

19.b

6

13.95

Belum sepenuhnya, mengidentifikasi keadaan siswa

19.c

13

30.23

Dengan kesabaran dan ketulusan dalam melaksanakan

19.d

1

2.33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149

19

20

21

Dilakukan bersama saling memberi masukan

19.e

6

13.95

Kerjasama dengan orantua

19.f

1

2.33

Bekerjasama dengan yang kompeten

19.g

1

2.33

Belum paham

19.h

4

9.30

Tidak dijawab

19.i

2

4.65

Memperlakukan anak sesuai kebutuhan

19.j

1

2.33

Memfasilitasi dan mendukung adanya hambatan siswa yang muncul

19.k

1

2.33

Menyesuaikan pembelajaran

19.l

5

11.63

Bekerja sesuai tugasnya

20.a

4

9.30

Tidak dijawab

20.b

1

2.33

Kurikulum bekerja sama dengan kelompok SP1

20.c

2

4.65

Sudah

20.d

15

34.88

Sesuai tupoksi

20.e

5

11.63

Peninjauan ulang, mengkaji, menyusun draf

20.f

7

16.28

Merangkum dan menuliskan arah pelajaran sesuai visi dan misi sekolah

20.g

1

2.33

Membuat dan membagikan kepada guruguru yang lain mengenai kurikulum yang dibuat

20.h

1

2.33

Menyusun kurikulum

20.i

7

16.28

Kurikulum KTSP dan K13

21.a

29

67.44

Kurikulum modifikasi

21.b

1

2.33

KTSP

21.c

6

13.95

Hasil sensus dan pengembangan sekolah

21.d

1

2.33

Perpaduan antara kurikulum sendiri dengan pemerintah

21.e

2

4.65

Tidak dijawab

21.f

3

6.98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150

K13

21.g

1

2.33

Sudah

22.a

21

48.84

Hanya sebagian

22.b

7

16.28

Belum

22.c

13

30.23

Tidak dijawab

22.d

2

4.65

Belum ada kurikulum untuk anak ABK

23.a

20

46.51

Kurikulum disesuaikan dg anak ABK

23.b

5

11.63

Sudah namun belum optimal

23.c

6

13.95

Kurikulum reguler

23.d

6

13.95

Akomodasi belum semua

23.e

3

6.98

Tidak dijawab

23.f

2

4.65

Masih belajar memodifikasi

23.g

1

2.33

Sudah

24.a

34

79.07

Tidak menjawab

24.b

7

16.28

Memuat tujuan, isi, proses dan pendahuluan

24.c

2

4.65

Belum

25. a

32

74.42

Disesuaikan masing-masing kebutuhan anak

25.b

7

16.28

Tidak dijawab

25.c

2

4.65

UDL

25.d

2

4.65

Kurikulum berbasis lingkungan

26.a

4

9.30

Pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan

26.b

13

30.23

Sudah

26.c

12

27.91

Diserahkan kpd guru kelas

26.d

1

2.33

Sesuai situasi sekolah

26.e

6

13.95

Belum

26.f

5

11.63

Tidak dijawab

26.g

2

4.65

22

23

24

25

26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151

27

Sudah

27.a

17

39.53

Berbasis lingkungan dan budaya

27.b

7

16.28

Disesuaikan denganbakat dan karakter anak

27.c

1

2.33

Pengalaman, diskusi kelompok, mempresentasikan hasil diskusi dan pembelajaran diluar kelas

27.d

1

2.33

Pengembangan metode dan teknik pembelajaran yg menyenangkan

27.e

6

13.95

Berbasis internet (powerpoint) danpermainan

27.f

4

9.30

Tidak dijawab

27.g

5

11.63

Belum sepenuhnya

27.h

2

4.65

Sesuai kompetensi yg ingin dicapai

28.a

7

16.28

Belum

28.b

10

23.26

Sudah

28.c

9

20.93

Pemilihan ekskul dan program pengembangan diri

28.d

9

20.93

Belajar kelompok

28.e

1

2.33

Modifikasi kurikulum (duplikasi : isi tujuan proses)

28.f

1

2.33

UDL

28.g

2

4.65

RPP secara umum

28.h

1

2.33

Tidak dijawab

28.i

3

6.98

Berdasar latar belakang dan budaya

29.a

2

4.65

Belum

29.b

12

27.91

Sudah

29.c

15

34.88

Modifikasi pada pengembangan dan pelayanan

29.d

8

18.60

UDL

29.e

2

4.65

RPP secara umum

29.f

1

2.33

28

29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152

Tidak dijawab

29.g

3

6.98

Belum

30.1

27

62.79

Sudah

30.b

6

13.95

Rpp reguler dan pelayanan fleksibel

30.c

6

13.95

Mengikuti aturan yang berlaku

30.d

1

2.33

Tidak dijawab

30.e

3

6.98

Belum

31.a

4

9.30

Rencana pembelajaran juga disesuaikan dengan anak ABK

31.b

2

4.65

Melihat kondisi ABK

31.c

1

2.33

Dikerjakan oleh guru masing-masing

31.d

5

11.63

Tidak dijawab

31.e

12

27.91

Biasa dan reguler

31.f

5

11.63

Sesuai standar proses

31.g

10

23.26

Melekat dan mempelajari dari sekolah lain

31.h

1

2.33

Berpatok pada jadwal dan kalender pendidikan

31.i

1

2.33

Tidak ada

31.j

1

2.33

Sama dengan RPP umum hanya berbeda materi dan waktu

31.k

1

2.33

Ya

32.a

31

72.09

Tidak

32.b

8

18.60

Tidak dijawab

32.c

3

6.98

Ya dan tidak untuk ABK butuh bimbingan

32.d

1

2.33

Materi disesuaikan dg kemampuan anak

33.a

13

30.23

Materi sama hanya bobot soal yang berbeda

33.b

4

9.30

Modofikasi pembelajaran

33.c

1

2.33

Menentukan KKM untuk anak reguler dan ABK

33.d

2

4.65

30

31

32

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153

34

35

Digabung

33.e

1

2.33

Dibedakan dan dipisah

33.f

15

34.88

Sama tetapi didampingi

33.g

1

2.33

UDL

33.h

2

4.65

RPP secara umum

33.i

1

2.33

Tidak dijawab

33.j

3

6.98

Sudah

34.a

17

39.53

Kurikulum berbasis lingkungan

34.b

2

4.65

Pengetahuan anak ABK disesuaikan kemampuan

34.c

2

4.65

Sesuai dengan materi KD dan lingkungan sekitar

34.d

12

27.91

Sesuai indikator yang ingin dicapai

34.d

1

2.33

Buku paket dan buku pendamping

34.e

5

11.63

Sesuai SPM (buku sekolah elektronik)

34.f

1

2.33

Tidak dijawab

34.g

3

6.98

Kunjungan ke tempat industri, menari, membatik

35.a

2

4.65

Sudah

35.b

19

44.19

Abk diberi keterampilan menurut bakat dan minatnya

35.c

2

4.65

Belum

35.d

3

6.98

Sesuai KD/tema

35.e

6

13.95

Sesuai alat peraga

35.f

1

2.33

Tidak dijawab

35.g

4

9.30

Buku pendamping, buku paket dan internet

35.h

5

11.63

Dimodifikasi dan K13

35.i

1

2.33

Sosial, mengunjungi teman yang sakit

36.a

1

2.33

Sholat berjamaah peringatan hari besar

36.b

2

4.65

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154

agama jenguk teman yang sakit

37

Aspek kemampuan anak dan diberi keleluasaan

36.c

2

4.65

Sudah / ya

36.d

14

32.56

Belum

36.e

4

9.30

Sesuai KD atau tema

36.f

6

13.95

Melatih kebiasaan yang baik

36.g

7

16.28

Tidak dijawab

36.h

2

4.65

Memberi peraturan dan kedisiplinan pada siswa

36.i

4

9.30

Modifikasi dan K13

36.j

1

2.33

Memberi perhatian yanglebih pada anak ABK

37.a

9

20.93

Belum

37. b

8

18.60

Materi dan jumlah soal berbeda dan ada tutor sebaya

37 c

3

6.98

Dilakukan berulang-ulang dan pendampingan

37.d

4

9.30

Penanaman konsep

37.e

1

2.33

Penjelasan secara global pendampingan ABK dilanjutkan penjelasan

37.f

2

4.65

Klasikal untuk anak reguler pendampingan untuk ABK

37.g

2

4.65

Reguler dulu baru pendampingan individual

37.h

1

2.33

Tidak dijawab

37.i

4

9.30

Berbagai metode

37.j

2

4.65

Diskusi pengamatan

37.k

1

2.33

Cara dan metode yang berbeda

37.l

6

13.95

Diskusi kelompok dan praktek

38.a

2

4.65

Tutor sebaya

38.b

2

4.65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155

38

39

40

Menarik, menyenangkan aktif kreatif

38.c

5

11.63

Diskusi kelompok tutor sebaya dan kerjamasa dg ortu

38.d

1

2.33

Tidak dijawab

38.e

12

27.91

Problem solving

38.f

2

4.65

Berpusat pada siswa

38.g

1

2.33

Penyampaian materi secara bertingkat

38.h

2

4.65

Strategi sesuai materi

38.i

6

13.95

Fleksibel

38.j

4

9.30

Pendekatan dengan siswa

38.k

5

11.63

Dapatkan atensi siswa dengan alat/ media pembelajaran

38.l

1

2.33

Tidak dijawab

39.a

7

16.28

Refleksi menguasai kelas

39.b

1

2.33

Saling menghargai anak reluger dan abk

39.c

2

4.65

Refleksi perhatian secara personal

39.d

1

2.33

Nyanyian gerak penyesuaian

39.e

1

2.33

PAKEM

39.e

22

51.16

Penuh kekeluargaan

39.f

1

2.33

Familiar

39.g

1

2.33

Menyiapkan siswa untuk berkosentrasi

39.h

1

2.33

Menciptakan susana tenang agar siswa dapat berkonsentrasi

39.i

3

6.98

Pengelolaan kelas dan penggunaan alat peraga

39.j

3

6.98

Tutor sebaya

40.a

2

4.65

Tidak dijawab

40.b

12

27.91

Individual learning supaya lebih memahami materi

40.c

7

16.28

Saintific dan tutor sebaya

40.d

1

2.33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156

41

Cooperative learning

40.e

6

13.95

Kontekstual

40.f

3

6.98

Menggunakan alat peraga yang menarik

40.g

4

9.30

Pendekatan dengan siswa

40.h

4

9.30

Sesuai kebutuhan siswa

40.i

3

6.98

Buku paket dan buku pendampingan

40.j

1

2.33

ABK duduk dg anak regular agar menjadi tutor sebaya

41.a

6

13.95

ABK di depan

41.b

1

2.33

ABK duduk depan dan dengan anak regular

41.c

3

6.98

Disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran

41.d

14

32.56

Disabilitas sudah ada, inklusi sudah dibedakan dengan yang lain

41.e

2

4.65

Tidak dijawab

41.f

16

37.21

Sudah penilaian sikap

41.g

1

2.33

Baik

42.a

14

32.56

Pencahayaan dan ventilasi yang cukup

42.b

24

55.81

Tidak dijawab

42.c

5

11.63

Hasil karya dipajang di dinding kelas

43.a

11

25.58

Dibuatkan tempat karya anak

43.b

1

2.33

Tidak dijawab

43.c

12

27.91

Sesuai layaknya kelas

43.d

11

25.58

Umum dan khusus

43.e

1

2.33

Sementara belum

43.f

2

4.65

Sama dan tidak ada perbedaan

43.g

1

2.33

Baik

43.h

1

2.33

Cat terang penempelan peraga di dinding

43.i

3

6.98

42

43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157

Belum menyediakan

44.a

20

46.51

Sudah disesuaikan

44.b

7

16.28

Tidak dijawab

44.c

5

11.63

Tidak ABK di kelas

44.d

2

4.65

Disediakan tempat khusus

44.e

4

9.30

Baru akan dibuat

44.f

2

4.65

Tidak licin

44.g

3

6.98

Tidak ada

45.a

3

6.98

Perpustakaan dan ruang guru

45.b

4

9.30

Ada namun sederhana karena kurang ruang dan belum tertata

45.c

7

16.28

Di ruang Lab

45.d

7

16.28

Ruang media

45.e

13

30.23

Perpustakaan dan lab

45.f

4

9.30

Di lemari

45.g

1

2.33

Tidak dijawab

45.h

4

9.30

Kelompok tidak dibeda-bedakan

46.a

3

6.98

Kelompok kecil

46.b

1

2.33

Kelompok ABK yang lambat belajar

46.c

2

4.65

Kelompok besar

46.d

3

6.98

Tidak ada anak ABK

46.e

6

13.95

Fleksibel sesuai kebutuhan

46.f

12

27.91

Belum terlaksana

46.g

10

23.26

Tidak dijawab

46.h

6

13.95

Pembagian kelompok heterogen, terdiri dari anak pandai, ABK (pa/pi)

47.a

4

9.30

Pembagian acak supaya ada tutor sebaya

47.b

9

20.93

Dicampur agar saling membantu dan menghargai

47.c

2

4.65

44

45

46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158

47

Agar semua anak melakukan aktifitas maka dibuat kelompok, semua anak harus menulis hasil diskusi

47.d

1

2.33

Tidak ada pembagian

47.e

4

9.30

Sesuai materi atau metode

47.f

9

20.93

Belum

47.g

2

4.65

Tidak ada anak ABK di kelas

47.h

1

2.33

Berdasarkan tempat dudul atau nomor urut absen

47.i

1

2.33

Tidak menjawab

47.j

7

16.28

Sesuai GPK

47.k

3

6.98

Tidak dijawab

48.a

11

25.58

Kerjasama yg baik dan saling menghargai

48.b

3

6.98

Anak jadi lebih dekat dengan teman, namun ada anak yg ditanya belum tentu tahu

48.c

9

20.93

Anak mampu berkembang dengan baik, namun komunikasi kurang maksimal

48.d

2

4.65

Saling berbagi dan melengkapi

48.e

6

13.95

Kurang diperhatikan teman

48.f

1

2.33

Lebih semangat hasil lebih baik, namun butuh waktu lama dan sulit dalam mengatur

48.g

7

16.28

Lebih termotivasi

48.h

1

2.33

Dapat menyesuaikan diri dan menambah wawasan

48.i

1

2.33

Cepat selesai namun kurang berperan aktif

48.j

1

2.33

Perlu konsentrasi lebih

48.k

1

2.33

Tidak dijawab

49.a

11

25.58

Semua dapat tugas, namun jadi lama selesainya

49.b

5

11.63

Yang inklusi merasa terbantu

49.c

1

2.33

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159

Semua aktivitas anak bisa terlihat dan dibantu oleh tutor sebaya

49.d

5

11.63

Wawasan siswa kurang maksimal

49.e

6

13.95

Lebih mudah dikontrol namun kemampuan anggota lebih terbatas

49.f

1

2.33

Lebih fokus

49.g

6

13.95

Siswa lebih termotivasi

49.h

3

6.98

Lebih efektif namun kurang semangat

49.i

2

4.65

Siswa lebih terfasilitasi

49.j

3

6.98

Tidak dijawab

50.a

11

25.58

Kelompok kecil

50.b

11

25.58

Kelompok besar

50.c

1

2.33

Tergantung materi dan tujuan pembelajaran

50.d

11

25.58

Sama ada kekurangan dan kelebihan

50.e

9

20.93

Tidak dijawab

51.a

10

23.26

Diskusi dengan orangtua dan pemantauan prestasi oleh kepala sekolah

51.b

7

16.28

Berkomunikasi dengan orang tua

51.c

2

4.65

Mengikuti tes tingkat kecamatan dan kota

51.d

4

9.30

Sesuai jadwal harian

51.e

7

16.28

Sesuai standar penilaian

51.f

3

6.98

Melalui tes PH PTS PAS Ujian

51.g

1

2.33

Hasil belajar tes asesmen observasi

51.g

7

16.28

Membuat portofolio anak

51.h

2

4.65

Memberi motivasi

52.a

4

9.30

Asesmen dilakukan dr psikologi, guru menentukan materi pelajaran

52.b

2

4.65

Pengidentifikasian dan penanganan lebih lanjut dalam proses dan penilaian

52.c

3

6.98

49

50

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160

pembelajaran

52

Guru membri pendapat dan menunjukkan bukti

52.d

5

11.63

Bekerjasama dengan lembaga yg menangani ABK

52.e

6

13.95

Tidak dijawab

52.f

13

30.23

Laporan hasil observasi

52.g

6

13.95

Memberi saran untuk ke psikolog / puskesmas

52.h

1

2.33

Guru memberi saran dan membuat rencana

52.i

3

6.98

Tidak dijawab

53.a

20

46.51

Kemampuan berbeda-beda

53.b

3

6.98

Sreening, diagnosis evaluasi, karena lebih mudah untuk memahami dan lebih bisa dipertangungjawabkan kerena adanya kerjasama dengan ahli

53.c

7

16.28

Lembar observasi

53.d

6

13.95

sesuai keadaan ABK

53.e

1

2.33

Tes dari psikolog

53.f

1

2.33

Pertanyaan terbuuka tentang keputusan orangtua

53.g

2

4.65

Difasilitasi dari BKD dan Dinas Pendidikan, memudahkan evaluasi

53.h

3

6.98

Tidak dijawab

54.a

10

23.26

Tidak ada

54.b

3

6.98

Menentukan kemampuan anak

54.c

3

6.98

Menentukan materi

54.d

2

4.65

Hasil observasi

54.e

6

13.95

Berdasarkan pengalaman

54.f

5

11.63

Berdasarkan hasil evaluasi

54.g

12

27.91

53

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161

55

56

Mengarah kebutuhan anak

54.h

1

2.33

Menemukan kognitif anak kurang

54.i

1

2.33

Tidak dijawab

55.a

13

30.23

Tidak ada

55.b

6

13.95

Guru agar lebih bisa menentukan dan mengetahui kemampuannya

55.c

2

4.65

Mendampingi dan menambah waktu menyelesaikan tugas dari sekolah

55.d

1

2.33

Mengetahui kemampuan siswa

55.e

1

2.33

Pemantauan

55.f

8

18.60

Merekomendasikan asessmen

55.g

3

6.98

Mengoptimalkan kondisi anak untuk belajar sesuai kondisinya

55.h

3

6.98

Mengarahkan, mengambil tindakan yang sesuai

55.i

5

11.63

Berdasarkan kondisi fisik dan psikis yg muncul

55.j

1

2.33

Tidak dijawab

56.a

13

30.23

Tidak ada

56.b

18

41.86

Ada

56.c

2

4.65

Asesmen bekerjasama dengan dinas pendidikan

56.d

7

16.28

Tes screening

56.e

2

4.65

Tes intelegensi

56.f

1

2.33

Tidak dijawab

57.a

22

51.16

Tidak ada

57.b

4

9.30

Untuk mengetahui kemampuan

57.c

6

13.95

Untuk mengetahui kondisi anak

57.d

11

25.58

Tidak dijawab

58.a

19

44.19

Tidak ada

58.b

4

9.30

57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162

58

Tes kemampuan dan hasil dari asesmen

58.c

2

4.65

Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan

58.d

8

18.60

Mengundang tenaga khusus

58.e

4

9.30

Mengisi formulir

58.f

1

2.33

Mengisis angket

58.g

1

2.33

Mengisi angket dan tanggungjawab

58.h

4

9.30

Tidak dijawab

59.a

16

37.21

Tidak ada

59.b

4

9.30

Kurang lebih 2x

59.c

13

30.23

1x diawal tahun pelajaran

59.d

8

18.60

1x di tahun ini belum ditahun sebelumnya

59.e

1

2.33

Belum

59.f

1

2.33

Tidak dijawab

60.a

17

39.53

Tidak ada

60.b

4

9.30

Ya

60.c

18

41.86

Belum

60.d

1

2.33

Jika perlu

60.e

3

6.98

Kemampuan anak dilihat kalau tidak ada kemajuan dilakukan asesmen lagi

61.a

5

11.63

Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan

61.b

8

18.60

Tidak dijawab

61.c

11

25.58

Tidak ada

61.d

1

2.33

Dilakukan tes

61.e

7

16.28

Diserahkan ke guru kelas dan tenaga profesional

61.f

2

4.65

Observasi hasil dikaji

61.g

7

16.28

Belum ada

61.h

1

2.33

Berdasarkan format pengamatan

61.i

1

2.33

59

60

61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163

62

63

64

Tidak dijawab

62.a

17

39.53

Tidak ada

62.b

1

2.33

Untuk menentukan kemampuan belajar anak

62.c

2

4.65

Untuk penanganan lebih lanjut/yg tepat dan pendampingan

62.d

15

34.88

Untuk mencapai tujuan pendidikan kota JOGJA

62.e

3

6.98

Untuk mempertanggungjawabkan secara administrasi

62.f

1

2.33

Ada beberapa anak yang menunjukkan gejala ABK

62.g

1

2.33

Dasar hukum

62.h

3

6.98

Tidak dijawab

63.a

12

27.91

Tidak ada

63.b

2

4.65

Untuk menentukan tindak kelanjutannya

63.c

6

13.95

Menyampaikan kepada orangtua dan menanyai serta kerjasama dengan orangtua

63.d

6

13.95

Apabila terlalu berat maka dirujuk ke SLB

63.e

Memberikan pendampingan

63.f

7

16.28

Asesmen dari lembaga resmi

63.g

6

13.95

Menyesuaikan bahan ajar

63.h

4

9.30

Tidak dijawab

64.a

16

37.21

Tidak ada

64,b

1

2.33

Orangtua dipanggil dan diberi penjelasan

64.c

13

30.23

Orantua dipanggil ke sekolah dan diberikan hasil diagnosis dari psikolog

64.d

10

23.26

Konsultasi

64.e

1

2.33

Wawancara

64.f

1

2.33

Persuasif dan langsung

64.g

1

2.33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164

65

66

Tidak dijawab

65.a

9

20.93

ABK bergabung dengan anak-anak yang non ABK dalam 1 kelas

65.b

31

72.09

Ya

65.c

3

6.98

Penempatan bersama-sama dengan yg reguler dan tidak ada perbedaan

66.a

27

62.79

Tidak dijawab

66.b

13

30.23

Materi pindah kelas khusus

66.c

3

6.98

Tidak dijawab

67.a

17

39.53

Tidak ada

67.b

16

37.21

Sangat membantu

67.c

3

6.98

Sebagai konsultan

67.d

7

16.28

Tidak dijawab

68.a

11

25.58

Tidak ada

68.b

20

46.51

Ada

68.c

12

27.91

Tidak dijawab

69.a

12

27.91

Tidak ada

69.b

16

37.21

Kurikulum modifikasi

69.c

3

6.98

Sama

69.d

2

4.65

Fleksibel

69.e

7

16.28

Sebagai suplement

69.f

3

6.98

Evaluasi berbeda, bobot soal dan jumlah soal

70.a

6

13.95

Bobotnya diturunkan, soal dibacakan, anak didampingi

70.b

1

2.33

Tidak dijawab

70.c

11

25.58

Tidak ada

70.d

3

6.98

Sama dengan yang reguler

70.d

11

25.58

Sesuai kemampuan

70.e

6

13.95

67

68

69

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165

Menentukan tindak lanjut

70.f

1

2.33

Sesuai prosedur

70.g

3

6.98

Target belajar lebih rendah

70.h

1

2.33

Tidak dijawab

71.a

12

27.91

Dilakukan remidial

71.b

3

6.98

Analisis, perbaikan pengayaan

71.c

11

25.58

Memberikan pendampingan

71.d

10

23.26

Memberi penilaian

71.e

1

2.33

Memberi pelayanan

71.f

2

4.65

Memberi tambahan jam pelajaran

71.g

1

2.33

Memberikan kebijakan

71.h

3

6.98

Tidak

72.a

12

27.91

Pernah

72.b

24

55.81

Tidak dijawab

72.c

6

13.95

Berusaha

72.d

1

2.33

Tidak

73.a

10

23.26

Menurut kemampuan masing-masing anak

73.b

2

4.65

Melihat situasi kondisi anak saat pembelajaran berlangsung

73.c

15

34.88

Mengubah strategi pembelajaran

73.d

5

11.63

Tidak dijawab

73.d

6

13.95

Jenis evaluasi yang berbeda

73.e

2

4.65

Prosedur dari post tes menjadi akhir

73.f

1

2.33

Menyesuaikan tujuan

73.g

1

2.33

Menggunakan metode yang mudah

73.h

1

2.33

Tidak

74.a

8

18.60

Ya

74.b

27

62.79

Memodifikasi pengajaran

74.c

1

2.33

71

72

73

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166

Kadang

74.d

1

2.33

Tidak dijawab

74.e

6

13.95

Tidak ada

75.a

16

37.21

Dilihat dari bobot soal dan jumlah soal

75.b

2

4.65

Dengan PAS

75.c

1

2.33

Melihat hasil yang telah dicapi

75.d

10

23.26

Tiap semester

75.e

1

2.33

Disesuaikan ABK

75.f

1

2.33

Bersama wali

75.g

1

2.33

Tidak dijawab

75.h

5

11.63

Sesuai kemampuan siswa

75.i

3

6.98

Sama

75.j

3

6.98

Tidak dijawab

76.a

10

23.26

Tidak

76.b

5

11.63

YA

76.c

21

48.84

Evaluasi menurut ABK

76.d

7

16.28

Tidak dijawab

77.a

11

25.58

Tidak ada

77.b

2

4.65

Patokan agar anak dapat mengerjakan soal

77.c

2

4.65

KKM disesuaikan dg kemampuan siswa

77.d

20

46.51

Melampaui KKM

77.e

2

4.65

Kesepakatan dengan wali

77.f

6

13.95

Tidak dijawab

78.a

8

18.60

Sudah

78.b

10

23.26

Sesuai materi

78.c

10

23.26

Belum maksimal

78.d

15

34.88

Meningkat

79.a

12

27.91

75

76

77

78

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167

80

81

82

83

Reguler meningkat, abk masih bingung

79.b

1

2.33

Efektif jika ada pengkondisian

79.c

2

4.65

Tidak dijawab

79.d

7

16.28

Ya sebagian

79.e

13

30.23

Dilakukan dengan siswa

79.f

1

2.33

Sesuai prosedur

79.g

4

9.30

Tidak sama digunakan saat pembelajaran dan hasilnya meningkat

79.h

3

6.98

Kreativitas guru

80.a

16

37.21

Dibuat sesuai kemampuan guru, KD, dalam pembelajaran

80.b

3

6.98

Tidak dijawab

80.c

7

16.28

Dibuat bersama para siswa dan guru

80.d

6

13.95

Sesuai kebutuhan

80.e

10

23.26

Sesuai materi

80.f

1

2.33

Meningkat

81.a

25

58.14

Lumayan

81.b

6

13.95

Memperjelas materi

81.c

3

6.98

Belum

81.d

5

11.63

Tidak dijawab

81.e

4

9.30

Sesuai kebutuhan dan kondisi

82.a

15

34.88

Prosesnya menyesuaikan keadaan

82.b

2

4.65

Disesuaikan dengan kebutuhan dan KD

82.c

14

32.56

Ramah lingkungan, mudah didapat, dapat memperjelas materi

82.d

3

6.98

Tidak dijawab

82.e

7

16.28

Tanggung jawab guru masing-masing

82.f

1

2.33

Tidak ada

82.g

1

2.33

Tidak dijawab

83.a

5

11.63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168

84

85

86

Ya

83.b

19

44.19

Belum

83.c

12

27.91

Berusaha untuk maksimal

83.d

6

13.95

Sesuai SPM

83.e

1

2.33

Rata-rata dari rapor kelas 4 5 6 semester 1 2

84.a

8

18.60

Tidak dijawab

84.b

7

16.28

Rata-rata nilai rapot kelas 4 5 6 dan rapat dengan ortu

84.c

1

2.33

Dengan tryout dan rapat sekolah

84.d

5

11.63

Intake, fasilitas, kompleksitas

84.e

11

25.58

Sarana prasarana, daya dukung, kemampuan siswa

84.e

2

4.65

Hasil yang dicapai siswa

84.f

5

11.63

Kompleksitas materi sumber daya dan kemampuan siswa

84.g

1

2.33

Kemampuan siswa dan Dinas

84.h

3

6.98

Kompleksitas, daya dukung, intake

85.a

12

27.91

Tidak dijawab

85.b

8

18.60

Menghitung sesuai patokan

85.c

3

6.98

Rapat sekolah

85.d

8

18.60

SDA

85.e

5

11.63

Telaah per KD

85.d

1

2.33

Sekolah bekerjasama dengan orangtua

85.e

1

2.33

Mengidentifikasi kemampuan sekolah

85.f

1

2.33

Sesuai aturan pembuatan KKM

85.g

4

9.30

Tidak sama

86.a

21

48.84

Tidak ada tapi bobot / jumalah soal berbeda

86.b

9

20.93

Tidak dijawab

86.c

5

11.63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169

87

88

Dilihat pada akhir nilai

86.d

5

11.63

Ada

86.e

3

6.98

Tidak ada

87.a

20

46.51

Tidak dijawab

87.b

12

27.91

Menyesuaikan kebutuhan siswa ABK

87.c

11

25.58

Agar sesuai dengan indikator yang ingin dicapai

88.a

13

30.23

Tidak dijawab

88.b

10

23.26

Agar tidak melenceng dari KD

88.c

1

2.33

Karena kemampuan anak berbeda-beda

88.d

6

13.95

Meningkatkan mutu

88.e

3

6.98

Sesuai dengan tujuan evaluasi

88.f

10

23.26

Faktor materi, lingkungan, KD

89.a

2

4.65

Fakort materi, lingkungan dan kemampuan siswa

89.b

2

4.65

Sesuai dengan kd dan kemampuannya

89.c

1

2.33

Sesuai KD dan indikator

89.d

11

25.58

Tidak dijawab

89.e

10

23.26

Membaca laporan

89.f

2

4.65

Mengadakan remidi dan pengayaan

89.g

1

2.33

Menidentifikasi melalui pengamatan

89.h

4

9.30

Mengetahui kemampuan siswa memahami pelajaran

89.i

1

2.33

Memberi tes

89.j

5

11.63

Melihat hasil belajar sebelumnya

89.k

1

2.33

Membuat tujuan melihat visi / misi

89.l

3

6.98

Tidak ada

90.a

2

4.65

Tidak dijawab

90.b

8

18.60

Ada

90.c

31

72.09

89

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170

91

92

93

Belum

90.d

1

2.33

Kemampuan anak

90.e

1

2.33

Lisan tertulis praktek

91.a

22

51.16

Tertulis tugas

91.b

2

4.65

Tidak dijawab

91.c

7

16.28

Lisan perbuatan tertulis praktek diskusi

91.d

1

2.33

Lisan tertulis performance

91.e

1

2.33

Pengamatan, tes tertulis lisan sikap

91.f

6

13.95

Tergantung materi

91.g

4

9.30

Ada perbedaan dengan anak ABK

92.a

10

23.26

Sama

92.b

28

65.12

Tidak dijawab

92..c

5

11.63

Untuk mengukur kemampuan siswa dan kesesuaian metode

93.a

17

39.53

Untuk mengukur kemampuan siswa

93.b

11

25.58

Mengukur daya serap siswa pada tiap pembelajaran

93.d

5

11.63

Mengukur kemampuan di akhir pembelajaran

93.e

1

2.33

Mengukur kesesuain metode

93.f

1

2.33

Tidak dijawab

93.g

5

11.63

Untuk evaluasi diri

93.h

3

6.98

Akhir KD

94.a

15

34.88

Akhir pelajaran

94.b

17

39.53

Akhir pelajaran pertama

94.c

1

2.33

Sesuai jadwal

94.d

4

9.30

Setelah KBM

94.e

1

2.33

Tidak dijawab

94.f

5

11.63

Analisis perbaikan pengayaan

95.a

22

51.16

94

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171

Perbaikan dan pengayaan

95.b

11

25.58

Dapat mengevaluasi dari guru dan melihat kemampuan anak

95.c

1

2.33

Memberikan penilaian

95.d

1

2.33

Tidak dijawab

95.e

5

11.63

Sebagai pijakan kebijakan

95.f

3

6.98

Guru dan siswa

96.a

15

34.88

Semua guru bidang studi ortu

96.b

7

16.28

Pemerintah, guru, siswa orangtua

96.c

1

2.33

Sekolah guru siswa dan orangtua

96.d

7

16.28

Guru

96.e

8

18.60

Tidak dijawab

96.f

5

11.63

Pasif

97.a

5

11.63

Mengingatkan / mendampingi anak untuk belajar

97.b

12

27.91

Laporan dari guru

97.c

6

13.95

Pendampingan dirumah

97.d

10

23.26

Membantu kelancaran pelaksanaan

97.e

1

2.33

Tidak dijawab

97.f

5

11.63

Belum optimal

97.g

1

2.33

Memberikan umpan balik

97.h

3

6.98

Mengukur ketercapaian KD

98.a

16

37.21

Mengetahui hasil belajar apakah bisa mengikuti atau tidak

98.b

7

16.28

Mengukur kemampuan dalam bidang pengetahuan dan memperbaiki perilaku

98.c

8

18.60

Mengetahui perkembangan kemampuan

98.d

8

18.60

Tidak dijawab

98.e

4

9.30

Mengetahui kemampuan anak

99.a

17

39.53

96

97

98

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172

100

Mengukur kemampuan pengetahuan dan perbaikan perilaku

99.b

7

16.28

Seebagai acuan tindak lanjut program

99.c

8

18.60

Tidak dijawab

99.d

4

9.30

Menempatkan siswa sesuai kebutuhannya

99.e

3

6.98

Untuk melihat progres dan tercapainya tujuan

99.f

4

9.30

Disesuaikan dengan materi pembelajaran ABK

100.a

2

4.65

Dengan pendamping

100.b

6

13.95

Sama dengan siswa lainnya

100.c

11

25.58

Teknik lisan tertulis tugas

100.d

6

13.95

Sesuai dengan tingkat kebutuhan ABK

100.e

8

18.60

Sama dengan yang lain tapi tindak lanjut berbeda

100.f

2

4.65

Tidak dijawab

100.g

8

18.60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENELITI

Yovita Ratri Sulistianingsih lahir di Kabupaten Semarang pada tanggal 15 Februari 1995 sebagai anak kedua dari pasangan Agustinus Musiyadi dan Bernadeta Sulimah. Menempuh pendidikan formal di SD Kanisius Girisonta pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Mardi Rahayu Ungaran yang lulus pada tahun 2010, dan melanjutkan di SMA Virgo Fidelis Bawen yang lulus pada tahun 2013. Peneliti melanjutkan studi S1 di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti kegiatan kepanitiaan yang diselanggarakan oleh kampus seperti Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa serta Parade Gamelan Anak Ke-8 Se-Yogyakarta dan Jawa Tengah.. Selain itu peneliti juga mengikuti seminar umum yang diadakan oleh kampus. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Survei Penyelenggaraan Sekolah Dasar Inklusi Di Wilayah Kota Yogyakarta.”

173