INDUSTRI TEBU MENUJU ZERO WASTE INDUSTRY

Download Jurnal. Teknologi Proses. Media Publikasi Karya Ilmiah. Teknik Kimia. 4(2) Juli 2005 : 6 – 10. ISSN 1412-7814. Industri Tebu Menuju Zero Wa...

0 downloads 433 Views 132KB Size
Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia

4(2) Juli 2005 : 6 – 10 ISSN 1412-7814

Industri Tebu Menuju Zero Waste Industry Erni Misran Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan 20155

Abstrak Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal + 321 ribu hektar dengan total produksi tebu Indonesia mencapai + 2 juta ton pada tahun 2002. Selama ini, produk utama yang dihasilkan dari tebu adalah gula; sementara buangan atau hasil samping yang lain tidak begitu diperhatikan. Buangan atau hasil samping tersebut adalah ampas tebu, tetes tebu, blotong, dan abu. Di luar limbah pabrik itu, tanaman tebu menghasilkan limbah pula sejak masa tanam hingga penebangan/pemanenan berupa daun tebu kering yang disebut klethekan atau daduk, pucuk tebu, hingga sogolan (pangkal tebu). Padahal semua itu bisa dimanfaatkan dan punya nilai ekonomis pula. Perubahan paradigma industri gula menjadi industri perlu diterapkan menuju terciptanya zero waste industry dengan mengoptimalkan pemanfaatan setiap buangan atau hasil samping dari tebu maupun proses pengolahannya. Usaha ini diharapkan dapat menekan Harga Pokok Produksi (HPP) pada pembuatan gula yang pada gilirannya dapat menekan harga gula yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Penurunan HPP akan memungkinkan produk gula bisa bersaing dengan pasar internasional. Selain itu, usaha ini diharapkan juga dapat membuka lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Kata kunci: industri tebu, zero waste industry.

Pendahuluan Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal + 321 ribu hektar yang 64,74% diantaranya terdapat di Pulau Jawa (Departemen Pertanian, 2004b). Perkebunan tersebut tersebar di Medan, Lampung, Semarang, Solo, dan Makassar. Dari seluruh perkebunan tebu yang ada di Indonesia, 50% di antaranya adalah perkebunan rakyat, 30% perkebunan swasta, dan hanya 20% perkebunan negara. Pada tahun 2002 produksi tebu Indonesia mencapai + 2 juta ton (J.A. Witono, 2003). Tabel berikut

menyajikan komponen-komponen yang terdapat dalam batang tebu. TABEL 1: Komponen-komponen yang terdapat dalam batang tebu Komponen : Jumlah (%) Monosakarida : 0,5 ~ 1,5 Sukrosa : 11 ~ 19 Zat-zat organik : 0,5 ~ 1,5 Zat-zat anorganik : 0,15 Sabut : 11 ~ 19 Air : 65 ~ 75 Bahan lain : 12

Tebu-tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik-pabrik gula (PG). Dalam proses produksi di pabrik gula, ampas tebu (bagasse) dihasilkan sebesar 35~40% dari setiap tebu yang diproses, gula yang

Erni Misran / Jurnal Teknologi Proses 4(2) Juli 2005 : 6 – 10

7

termanfaatkan hanya 5%, sisanya berupa tetes tebu (molase), blotong, dan air.

tersebut disajikan pada Gambar 1 yang bersumber dari Departemen Perindustrian.

Selama ini, produk utama yang dihasilkan dari tebu adalah gula; sementara buangan atau hasil samping yang lain tidak begitu diperhatikan. Kecuali tetes tebu yang sudah lama dimanfaatkan untuk pembuatan etanol dan bahan pembuatan monosodium glutamate (MSG, salah satu bahan untuk membuat bumbu masak), atau ampas tebu yang dimanfaatkan untuk makanan ternak; bahan baku pembuatan pupuk, pulp, particle board; dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula. Namun penggunaannya terbatas dan nilai ekonomi yang diperoleh juga belum tinggi. Sedangkan beraneka limbah dalam proses produksi gula seperti blotong dan abu terbuang percuma. Bahkan untuk buangan limbahnya pun menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga menambah pengeluaran PG.

Industri Tebu Terpadu

Di luar limbah pabrik itu, tanaman tebu menghasilkan limbah pula sejak masa tanam hingga penebangan/pemanenan. Daun tebu kering yang disebut klethekan atau daduk, pucuk tebu, hingga sogolan (pangkal tebu); menimbulkan kesulitan tersendiri untuk membuangnya. Padahal semua itu bisa dimanfaatkan dan punya nilai ekonomis pula (Anonim, 2000). Hingga tahun 2000, di Indonesia terdapat sekitar 69 PG yang aktif dari 70 PG yang berdiri, dimana 57 diantaranya terdapat di Pulau Jawa (Departemen Pertanian, 2004a). Dari 11 PG yang tidak beroperasi, 9 diantaranya ditutup menyusul terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia. Untuk daerah Sumatera Utara, terdapat 2 PG yaitu PG Sei Semayang dan PG Kwala Madu yang dikelola oleh PTPN II dengan kapasitas masing-masing 4.000 ton tebu per hari. Pohon Industri Tebu Dari tanaman tebu dapat dihasilkan berbagai macam produk yang bermanfaat bagi manusia. Secara keseluruhan, pemanfaatan tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram pohon industri tebu. Diagram

Mengingat luasnya areal penanaman tebu yang dimiliki Indonesia, serta besarnya potensi pemanfaatan dari tanaman tebu dan buangan atau hasil samping pengolahannya, maka perlu dikembangkan suatu industri tebu terpadu (terintegrasi) yang dapat mengoptimalkan pemanfaatannya. Dengan demikian akan tercipta suatu zero waste industry dari pemanfaatan tebu. Selama ini, pemanfaatan tebu selalu diidentikkan dengan industri gula. Sekarang, sudah saatnya paradigma tersebut bergeser menjadi industri tebu. Dengan paradigma baru ini, diharapkan dapat menggairahkan petani untuk kembali mengusahakan perkebunan tebu; disamping tentu saja menambah pendapatan bagi PG itu sendiri. Kesempatan kerja akan terbuka dan pengangguran dapat dikurangi. Langkah ini telah mulai dirintis, terutama oleh sebuah BUMN. Berikut ini akan dibahas berbagai pemanfaatan tebu dan buangan atau hasil samping pengolahannya yang dapat dikembangkan. a. Pemanenan Tebu Dari proses pemanenan tebu dihasilkan limbah berupa daun tebu kering yang disebut klethekan atau daduk, pucuk tebu, dan sogolan (pangkal tebu). Sebagai gambaran, selama ini PG Rajawali I dan II setiap bulannya harus merogoh antara Rp 1,8 miliar hingga Rp 2 miliar untuk membuang daduk atau daun tebu kering. Sekarang daduk tersebut dapat diolah menjadi substitusi bahan bakar minyak. Jadi, bila di awalnya pabrik beroperasi dengan menggunakan residu, selanjutnya dapat memanfaatkan daduk yang telah diolah tadi (Sinaga, 2005). Pucuk tebu bisa diolah jadi pakan ternak (sapi) dengan harga jual antara Rp 300~400 per kg dan harga ekspor 0,5 dollar AS.

8

Erni Misran / Jurnal Teknologi Proses 4(2) Juli 2005 : 6 – 10

Jumlah limbah pucuk tebu ini mencapai 15 persen dari total tanaman, ditambah sogolan dua persen (Anonim, 2000). b. Ampas Tebu Ampas tebu merupakan limbah selulosik yang banyak sekali potensi pemanfaatanya. Selain yang telah disebutkan di atas, yaitu untuk makanan ternak; bahan baku pembuatan pupuk, pulp, particle board; dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula, masih banyak lagi pemanfaatannya yang lain. Ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kanvas rem, furfural, sirup glukosa, etanol, CMC (carboxymethil cellulose), dan bahan penyerap (adsorben) zat warna. Bahkan di Kuba, ampas tebu telah pula dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik yang dapat memenuhi 30 persen kebutuhan listrik di Kuba (Anonim, 2004). Pabrik yang memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan baku pembuatan particle board dan kanvas rem, telah beroperasi di Indonesia. Tetapi untuk pembuatan furfural belum ada; selama ini Indonesia masih mengimpor furfural dari Cina (J.A. Witono, 2003). Sedangkan untuk pembuatan etanol, CMC, dan adsorben masih dalam taraf penelitian. c. Tetes Tebu (Molase) Selain untuk pembuatan etanol dan bahan monosodium glutamate (MSG, salah satu bahan untuk membuat bumbu masak), molase dapat dimanfaatkan untuk berbagai bahan seperti yang terlihat pada Gambar 1.

d. Blotong Selama ini blotong dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sejak tahun 1998, PG Tasikmadu di Karanganyar (PTPN IX) telah mengolah hasil limbah produksinya yaitu blotong, abu, tetes, dan ampas yang dicampur dengan kotoran hewan, menjadi pupuk kompos unggul (fine compost) yang punya nilai tinggi. Tasikmadu sudah mengantungi untung Rp 8 milyar dari bahan yang semula limbah ini. e. Abu Limbah abu boiler (ketel) yang seringkali menjadi bahan protes masyarakat karena mencemari lingkungan, dapat dicampur dengan beberapa zat lain (seperti pada butir d) untuk dimanfaatkan menjadi pupuk mixed (fine compost). Penutup Usaha pengembangan industri tebu yang terpadu dapat memberi arti tersendiri dalam upaya terciptanya zero waste industry pada industri tebu. Usaha ini diharapkan dapat menekan Harga Pokok Produksi (HPP) pada pembuatan gula yang pada gilirannya dapat menekan harga gula yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Penurunan HPP akan memungkinkan produk gula bisa bersaing dengan pasar internasional. Selain itu, usaha ini diharapkan juga dapat membuka lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.

Erni Misran / Jurnal Teknologi Proses 4(2) Juli 2005 : 6 – 10

9

10

Erni Misran / Jurnal Teknologi Proses 4(2) Juli 2005 : 6 – 10

Daftar Pustaka Agustina dan Erni Misran. 1997. Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II. Laporan Kerja Praktek. Program Studi Teknik Kimia USU. (Tidak dipublikasikan) Ahmad Soeprijadi, Ir. 1992. Rendemen Tebu dan Liku-Liku Permasalahannya. Yogyakarta: Kanisius. Anonim. 2000. Paradigma Baru Bagi Limbah. Harian Kompas Edisi 12 Juli 2000. http://www.kompas.com/kompas-cetak/ (17 Juni 0007/12/daerah/para22.htm 2005). Anonim. 2004. Di Kuba, Ampas Tebu Bisa untuk Listrik. Harian Lampung Post Edisi 29 Juni 2004. http://lampungpost.com/ berita.php?id=2004062902153727 (17 Juni 2005).

Departemen Perindustrian. 2004. Pohon Industri Tebu. http://www.dprin.go.id (22 Juni 2005). Departemen Pertanian. 2004a. Daftar Alamat, Nomor Telephone, dan Faximile Pabrik Gula. http://www.deptan.go.id/ditjenbun/ pabrik_gula.htm (22 Juni 2005). Departemen Pertanian. 2004b. Luas Areal Tebu MTT 2003/2004, Per perusahaan s/d Januari 2004. http://www.deptan.go.id/ ditjenbun (22 Juni 2005). J.A. Witono. 2003. Produksi Furfural Dan Turunannya : Alternatif Peningkatan Nilai Tambah Ampas Tebu Indonesia (Sebuah Wacana Bagi Pengembangan Industri Berbasis Limbah Pertanian). http://www.chemistry.org/?sect=fokus &ext=15 (21 Maret 2005). Sinaga, Rudy Victor. 2005. Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia Group Rama Prihandana: Fokus pada Tiga Bidang Usaha. Harian Sinar Harapan Edisi 14 Pebruari 2005. http://www.sinar harapan.co.id/ceo/2005/0214/ceo1.html (17 Juni 2005).