INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) PADA PASIEN POST OPERASI LAPAROTOMI

Download tidak hubungan tersebut (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab hubungan antara faktor eksogen yang meliputi teknik...

0 downloads 600 Views 90KB Size
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 14-24

INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) PADA PASIEN POST OPERASI LAPAROTOMI Fery Putra Tias Sandy, Roni Yuliwar, Ngesti W. Utami Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang Email: [email protected]

Abstract: The aim of this research is to know the factors which contribute to the ILO. This research method using correlation design with cross sectional study conducted by observation using observation sheet. The sampling technique used was accidental sampling. The research sample is 20 respondents. The research was conducted at the “Kanjuruhan” Hospital Kepanjen, Malang district, in May to July 2013. The results of the study conducted by researchers showed that these three factors are age, complications of the disease and wound care techniques contribute to determine the occurrence of surgical site infection (ILO). Through Chi-Square statistical tests with significance (p) <0.05. It was found that most disease complicating factors contribute to the value X2count (8.571)> X2table (3,841) and significance (0.003) < (0.05) hence Ho is rejected and H1 is accepted, so that it can be concluded that all three factors and complications of the disease are most contribute Keywords: surgical site infection, age, disease complications, wound care techniques Abstrak: Tujuan penelitian yaitu mengetahui faktor yang berkontribusi terjadinya ILO. Metode penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross sectional study yang dilakukan dengan teknik observasi menggunakan lembar observasi. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Besar sampel penelitian 20 orang responden. Penelitian dilaksanakan di RSUD “Kanjuruhan” Kepanjen Kabupaten Malang pada bulan Mei hingga Juli 2013. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa ketiga faktor yaitu usia, komplikasi penyakit dan teknik perawatan luka berkontribusi menentukan terjadinya infeksi luka operasi (IlO). Melalui uji statistik Chi-Square dengan signifikansi (p) < 0.05. Didapatkan faktor komplikasi penyakit yang paling berkontribusi dengan nilai X2hitung (8,571) > X2tabel (3,841) dan signifikansi (0,003) <  (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor berkontribusi dan faktor komplikasi penyakit paling berkontribusi. Kata kunci: infeksi luka operasi, usia, komplikasi penyakit, teknik perawatan luka

PENDAHULUAN

kanker ovarium, kanker tuba falopii, kanker uterus, kanker hati, kanker lambung, kanker kolon, kanker kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis dan pankreas (Dealay, 2005 dalam Gruendemann, 2005). Laparotomi merupakan penyayatan operasi melalui dinding abdominal midline atau flank untuk melakukan visualisasi organ di dalam abdominal. Laparotomi dilakukan di situs lineas alba (medianus), paramedianus dan flank. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidrajat & Jong, 1997). Pada pembedahan laparotomi membutuhkan insisi pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

Berbagai macam penyakit yang memerlukan proses pembedahan karena berbagai indikasi sehingga pasien harus dilakukan tindakan operasi. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Salah satu dari berbagai macam tindakan pembedahan adalah Laparotomi yang merupakan suatu tindakan sayatan (insisi) melalui dinding perut atau abdomen (Samsi, C. 1999 dalam Gruendemann, 2005). Tindakan laparotomi biasa dipertimbangkan atas indikasi 14 apendiksitis, hernia, kista ovarium, kanker servis, 14

Sandy, Infeksi Luka Operasi pada pasien post operasi laparotomy

pada dinding abdominal yang cukup lebar sehingga beresiko untuk terjadinya infeksi, terutama infeksi luka operasi paska pembedahan. Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi ketika mikroorganisme dari kulit, bagian tubuh lain atau lingkungan masuk kedalam insisi yang terjadi dalam waktu 30 hari dan jika ada implant terjadi 1 (satu) tahun paska operasi yang ditandai dengan adanya pus, inflamasi, bengkak, nyeridan rasa panas (Awad et al, 2009 dalam PP Hipkabi, 2010). ILO menjadi penyulit yang serius pada pembedahan karena ILO menjadi sumber utama morbiditas pasca operasi dan menimbulkan infeksi nosokomial dalam jumlah bermakna serta merupakan masalah perawatan kesehatan di rumah sakit seluruh dunia. Infeksi luka pascabedah mengenai paling sedikit 920.000 orang dari 23 juta pasien yang menjalani pembedahan setiap tahun di Amerika Serikat (Haley et al, 1985 dalam Gruendeman, 2005). Perkiraan 27 juta pembedahan yang dilakukan setiap tahun di Amerika Serikat dan ternyata 290.000 pasien mengalami ILO dan 8000 pasien meninggal karena infeksi. Kasus infeksi nosokomial di Indonesia yaitu pada 10 RSU pendidikan, cukup tinggi yaitu 6–16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2010. Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2–18% dari keseluruhan prosedur pembedahan. Ini dibuktikan pada penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan bulan April s/d September 2010, dari jumlah sampel 534 pasien, diperoleh angka prevalensi ILO sebesar 5,6% dengan kelompok usia terbesar pada usia lebih dari 65 tahun yaitu 33,3% (Dharshini J., 2010). Di sisi lain, tindakan pembedahan laparotomi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hasil survey Departemen Kesehatan RI, didapatkan bahwa kasus laparotomi meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006, dan 1.281 kasus pada tahun 2007. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada tanggal 06 Februari pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

2013 didapatkan bahwa mulai bulan Januari sampai Desember 2012 terdapat 120 tindakan laparotomi, dan 5% diantaranya mengalami ILO. Walaupun penyebab pasti ILO sulit ditentukan, namun penyebabnya sering dikaitkan dengan flora mikroba dan pasien, petugas bedah, teknik pembedahan, lingkungan, dan faktor pasien sebagai pejamu (Gruendemann, 2005). Hasil dari penelitian sebelumnya menemukan dua faktor yang memegang peranan penting dalam memengaruhi kejadian infeksi luka operasi, yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen merupakan faktor yang ada di dalam penderita sendiri seperti umur, jenis kelamin, penyakit predisposisi ILO, dan operasi dahulu sedangkan faktor eksogen merupakan faktor di luar penderita, seperti lama penderita dirawat di rumah sakit, tingkat kebersihan luka, kepatuhan melaksanakan teknik aseptik, lama operasi, dan jumlah personil di kamar operasi, dan perawatan luka pasca operasi (Anton, 2006). Ditinjau dari segi usia, maka usia lanjut berkaitan dengan banyak perubahan struktural dan fungsional yang menyebabkan kulit dan jaringan subkutis lebih rentan terhadap infeksi. Faktor penyakit penyerta pada pasien, seperti Diabetes Melitus, TBC, HIV/AIDS, kanker dan lainnya sangat berperan menentukan terjadinya infeksi karena menurunnya imunitas dari tubuh seseorang sehingga menurunkan respon tubuh terhadap infeksi. Sedangkan aspek perawatan luka paska operasi sangat menentukan terjadinya infeksi luka operasi, sehingga diperlukan ketepatan serta kepatuhan melaksanakan prosedur perawatan luka operasi. Tim bedah menjalankan proses pekerjaan elaborasi rumit yang memerlukan perhatian pada rincian-rincian kecil, termasuk prinsip pencegahan infeksi. Upaya untuk mempertahankan tingkat aseptik yang disyaratkan memang merupakan tantangan ketika menghadapi masalah pertumbuhan mikroorganisme yang cepat dan tidak terlihat, reservoir mikroorganisme, dan rute penularan yang kompleks. Perawat perioperatif berperan penting dalam pencegahan ILO, terutama memperhatikan teknik aseptik yang sesuai dengan prosedur (Arif dan Kumala S., 2009). 15

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 14-24

Tujuan umum penelitian adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi untuk terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien Post Operasi Laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Tujuan Khusus penelitian adalah: 1) untuk mengetahui hubungan faktor endogen yaitu usia, dan komplikasi penyakit dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi Laparotomi, 2) untuk mengetahui hubungan faktor eksogen yaitu teknik perawatan luka dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien Post Operasi Laparotomi dan 3) untuk mengetahui faktor eksogen dan endogen yang paling berkontribusi terhadap kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi Laparotomi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross sectional study yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada seberapa erat hubungannya serta berarti atau tidak hubungan tersebut (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab hubungan antara faktor eksogen yang meliputi teknik perawatan luka dan endogen yang meliputi usia dan komplikasi penyakit, dengan kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi Laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani pembedahan Laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada tanggal 06 Februari 2013 didapatkan data pada periode 1–31 Januari 2013 perbulan jumlah ratarata 20 sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani pembedahan di RSUD Kanjuruhan Kepanjen sejumlah 20 responden pada tanggal 11 Mei sampai 13 Juli2013. Namun demikian dengan memperhatikan kriteria inklusi maupun eksklusi. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) pasien yang menjalani pembedahan

16

Laparotomi di IBS RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, 2) pasien dengan usia diatas 20 tahun dan 3) pasien yang bersedia menandatangani informed consent. Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah: 1) pasien dengan usia < 20 tahun, 2) Pasien yang mengalami obesitas maupun gizi kurang, 3) pasien yang merokok dan mempunyai riwayat alkoholik dan 4) pasien yang tidak bersedia menandatangani informed consent. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling. Dalam penelitian ini peneliti menentukan sampel pasien yang menjalani perawatan post operasi laparotomi ketika peneliti melakukan penelitian di ruang perawatan bedah RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang yang saat itu dijumpai dengan catatan memenuhi kriteria inklusi. Sedangkan rata-rata operasi laparotomi setiap harinya 2 operasi. Pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 11 Mei sampai 13 Juli 2013, di Ruang Diponegoro, Ruang Brawijaya, Poli Bedah, dan Poli Kandungan RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor yang berkontribusi terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi Laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang meliputi faktor eksogen yang meliputi teknik perawatan luka dan faktor endogen yang meliputi usia dan komplikasi penyakit. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi pembedahan Laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Definisi operasional faktor yang berkontribusi menentukan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien Laparotomi adalah semua hal yang berkontribusi menentukan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) meliputi: umur (merupakan umur seseorang yang menjalani post operasi Laparotomi yang akan diteliti), komplikasi penyakit (merupakan penyakit yang dialami pasien bersamaan ketika dilakukan operasi Laparotomi selain penyakit yang dilakukan operasi, yang akan dilakukan penelitian), dan teknik perawatan luka (merupakan hasil observasi tindakan perawatan pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

Sandy, Infeksi Luka Operasi pada pasien post operasi laparotomy

luka responden post operasi Laparotomi yang dilakukan pada perawatan luka pada hari ke-3). Sedangkan Definisi operasional Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah hasil observasi keadaan luka responden post operasi laparotomi yang mengalami infeksi yang dilakukan pada saat setelah pembukaan balutan pada hari ke-7 yang ditandai secara fisik dan sistemik Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Ruang Diponegoro, Ruang Brawijaya, Poli Bedah dan Poli Kandungan RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Sedangkan waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Mei–13 Juli 2013. Pada penelitian ini menggunakan 2 jenis instrumen, yaitu dengan menggunakan lembar observasi berupa check list dan wawancara berupa kuesioner. Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data variabel independen mengenai faktor perawatan luka yaitu dengan mengobservasi teknik perawatan luka, selain itu lembar observasi juga digunakan untuk memperoleh data pada variabel dependen yaitu Infeksi Luka Operasi (ILO). Sedangkan kuesioner digunakan untuk memperoleh data variabel independen mengenai faktor usia dan juga faktor komplikasi penyakit. Dikatakan infeksi apabila diketahui dari hasil observasi berupa tandatanda seperti berikut. Pada hari ke-7 tanda-tanda infeksi yang didapatkan pada observasi luka diantaranya, eritema, tepi luka akan terlihat bengkak dan meradang, tepi luka belum menutup, pada drainase atau juga pada luka terdapat purulen yang berbau, terdapat nyeri tekan, pada tanda sistemik pasien mengalami demam serta terjadinya Leukositosis yaitu peningkatan sel darah putih (Normal dewasa 5.000–10.000/mm3). Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan teknik perawatan luka dan keadaan infeksi luka pada pasien post operasi laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang. Dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif dan Analisis Inferensial (Uji Signifikan). Dengan membuat masing-masing tabel frekuensi berdasarkan faktor usia, faktor komplikasi penyakit pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

dan faktor teknik perawatan luka. Dari ketiganya masing-masing dicari frekuensi berdasarkan jumlah responden secara keseluruhan kemudian dipersentasekan. Setelah itu dari masing-masing faktor dihubungkan dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) dan ditentukan mana yang paling berkontribusi terjadinya infeksi luka post operasi. Untuk penilaian Infeksi Luka Operasi (ILO) sendiri yaitu dari masing-masing kriteria infeksi yang terjadi dan diobservasi pada hari ke-7 pada checklist penilaian Ya apabila terdapat tanda infeksi tersebut dan Tidak apabila tidak terdapat tanda infeksi tersebut. Kemudian diberi penilaian infeksi luka operasi sebagai berikut: Ya = 1, Tidak = 0, Total skor = 0–7, dan dibuat interpretasi Infeksi apabila skor 2–7 dan Non Infeksi bila skor < 2. Data dianalisis menggunakan uji analisis Chi Kuadrat dengan signifikansi 0,05. Pengambilan kesimpulan sebagai berikut : Ho ditolak jika nilai p < 0,05 dan Ho diterima jika nilai p 0,05. Masing-masing variabel dalam penelitian ini menggunakan skala nominal dan masing-masing faktor tersebut diujikan dengan analisis Chi Kuadrat dan dicari apakah ada hubungan dengan kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO) baik faktor usia, komplikasi penyakit maupun teknik perawatan luka serta ditentukan dari ketiga faktor tersebut, setelah itu data dikelompokkan berdasarkan faktor eksogen dan faktor endogen dan ditentukan faktor mana yang paling berkontribusi menentukan terjadinya infeksi luka operasi antara faktor eksogen dan endogen. HASIL PENELITIAN Berdasarkan kriteria sampel, didapatkan jumlah responden sebanyak 20 orang. Dari keseluruhan jumlah responden tersebut dipilah berdasarkan usia dan juga dicari beberapa responden yang memiliki komplikasi penyakit yang mempengaruhi terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO). Data umum penelitian ini meliputi karakteristik responden berdasar usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan jenis operasi. Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data sebagian besar adalah pasien berusia 20–30 tahun dan

17

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 14-24

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur Umur 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 51 – 60 tahun 61 – 70 tahun 71 – 80 tahun Total

n 6 2 1 6 4 1 20

% 30,0 10,0 5,0 30,0 20,0 5,0 100

Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Total

n 6 7 7 20

% 30 35 35 100

Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan IRT Pelajar Petani Pedagang Swasta Tidak bekerja Total

n 8 2 5 1 2 2 20

% 40 10 25 5 10 10 100

berusia 51–60 tahun yaitu masing–masing sebanyak 6 orang (30,0%) dan paling sedikit berusia 41–50 tahun dan 71–80 tahun yaitu masingmasing sebanyak 1 orang (5,0%). Selain itu, apabila dikategorikan diperoleh data frekuensi responden berdasarkan umur, diperoleh sebagian besar pasien berusia lebih dari 55 tahun sebanyak 11 orang (55,0%), dan 9 orang (45,0%) berusia 20–55 tahun. Berdasarkan Tabel 2 diperoleh data sebagian besar responden berpendidikan SMP dan SMA, masing-masing terdapat sebanyak 7 orang (35%) dan paling sedikit sebanyak 6 orang (30%) responden berpendidikan SD. Berdasarkan Tabel 3, diperoleh data sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 8 orang (40%) dan paling sedikit sebanyak 1 orang (5%) responden adalah seorang pedagang. 18

Tabel 4. Distribusi Frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis operasi Jenis O perasi Appendicto my Cholisistectom y Eks. Laparotom y Eks.A ppendictom y Eks.Laparotom y H erniotom y K istecto my O pen Prostat SC V esicolitothom y T otal

n 4 1 1 1 3 2 2 2 3 1 20

% 20 5 5 5 15 10 10 10 15 5 100

Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan teknik perawatan luka Teknik Perawatan Luka Kurang Cukup Baik Total

n 7 13 20

% 35 65 100

Pada Tabel 4 diperoleh data sebagian besar responden menjalani operasi appendictomy, sebanyak 4 orang (20%) dan paling sedikit masingmasing sebanyak 1 orang (5%) responden mengalami operasi cholisistectomy, eks.laparotomy, eks.appendictomy, vesicolitothomy. Sedangkan data khusus penelitian meliputi klasifikasi responden berdasar komplikasi penyakit, teknik perawatan luka, infeksi, lokasi penelitian. Berdasarkan penyakit komplikasi diperoleh sebagian besar responden tidak memiliki penyakit komplikasi, sebanyak 14 orang (70%), dan paling sedikit sebanyak 6 orang (30%) memiliki penyakit komplikasi. Pada tabel 5 diperoleh data frekuensi responden berdasarkan teknik perawatan luka. Sebagian besar responden memiliki teknik perawatan luka kategori baik sebanyak 13 orang (65%) dan sebanyak 7 orang (35%) responden memiliki teknik perawatan luka kategori cukup. Responden berdasarkan infeksi luka operasi (ILO) pada pasien Laparotomi. Responden dengan luka infeksi tertinggi sebanyak 7 orang (35%) pada Poli Bedah dan Poli Kandungan. Untuk mengetahui klasifikasi infeksi luka operasi (ILO) berdasarkan umur, penyakit komplikasi dan teknik perawatan luka, digunakan

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

Sandy, Infeksi Luka Operasi pada pasien post operasi laparotomy

Tabel 6. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan lokasi tempat penelitian infeksi Infeksi Luka Operasi Tidak Infeksi Infeksi Jumlah % Jumlah %

Kategori Lokasi Ruang Perawatan (Brawijaya dan Diponegoro) Poli Bedah dan Poli Kandungan Total

Total

%

7

35

3

15

10

50

3 10

15 50

7 10

35 50

10 20

50 100

Tabel 7. Tabulasi silang Infeksi Luka Operasi (ILO) berdasarkan faktor umur Infeksi Umur 20-55 tahun > 55 tahun Total

Tidak Infeksi Jumlah % 7 35 3 15 10 50

Infeksi Jumlah 2 8 10

Total % 10 40 50

Jumlah 9 11 20

% 45 55 100

Tabel 8. Tabulasi silang Infeksi Luka Operasi (ILO) berdasarkan penyakit komplikasi

Penyakit Komplikasi Tidak dengan penyakit Komplikasi Dengan penyakit kompliasi Total

Infeksi Luka Operasi Tidak Infeksi Infeksi Jumlah % Jumlah 10 50 4 6 10 50 10

Total

%

14 6 20

70 30 100

% 20 30 50

Tabel 9. Tabulasi silang Infeksi Luka Operasi (ILO) berdasarkan teknik perawatan luka

Teknik Perawatan Luka Kurang Cukup Baik Total

Infeksi Luka Operasi Tidak Infeksi Infeksi Jumlah % Jumlah 1 5 6 9 45 4 10 50 10

% 30 20 50

Total

%

7 13 20

35 65 100

Tabel 10. Tabulasi silang Infeksi Luka Operasi (ILO) berdasarkan teknik perawatan luka diruang perawatan (Ruang Diponegoro dan Ruang Brawijaya) Teknik Perawatan Luka Kurang Cukup Baik Total

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

Infeksi Luka Operasi Tidak Infeksi Infeksi Jumlah % Jumlah 1 10 2 6 60 1 7 70 3

% 20 10 30

Total

%

3 7 10

30 70 100

19

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 14-24

Tabel 11. Tabulasi silang Infeksi Luka Operasi (ILO) berdasarkan teknik perawatan luka di IRJ (Poli Bedah dan Poli Kandungan) Teknik Peraw atan Luka Kurang Cukup Baik Total

Infeksi Luka Operasi Tidak Infeksi Infeksi Jumlah % Jumlah 1 10 4 2 20 3 3 40 7

tabulasi silang. Tabel 7 menunjukkan pada responden dengan umur 20–40 tahun, sebagian besar tidak mengalami infeksi sebanyak 7 orang (35%), dan sebanyak 2 orang (10%) mengalami infeksi. Sedangkan Responden dengan umur lebih dari 55 tahun sebagian besar mengalami infeksi, sebanyak 8 orang (40%), dan sebanyak 3 orang (15%) tidak mengalami infeksi. Tabel 8 menunjukkan pada kelompok responden tidak dengan penyakit komplikasi, sebagian besar tidak mengalami luka infeksi, sebanyak 10 orang (50%), dan sebanyak 4 orang (20%) mengalami luka infeksi. Kelompok responden dengan penyakit komplikasi mengalami luka infeksi, sebanyak 6 orang (30%), dan tidak terdapat responden dengan penyakit komplikasi yang tidak mengalami luka infeksi. Pada Tabel 9 menunjukkan pada kelompok responden dengan teknik perawatan luka kategori baik, sebagian besar tidak mengalami infeksi, sebanyak 9 orang (45%), dan sebanyak 4 orang (20%) mengalami infeksi. Kelompok responden dengan teknik perawatan luka kategori cukup, sebagian besar mengalami infeksi, sebanyak 6 orang (30%), dan sebanyak 1 orang (5%) tidak mengalami infeksi. Namun dalam hal ini kejadian infeksi tersebut dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tempat observasi perawatan luka dan kejadian infeksi yaitu di ruang perawatan (Ruang Diponegoro dan Ruang Brawijaya) serta Rawat Jalan (Poli Bedah dan Poli Kandungan). Tabel 10 menunjukkan pada kelompok responden diruang perawatan (Ruang Diponegoro dan Ruang Brawijaya) dengan teknik perawatan luka kategori baik, sebagian besar tidak mengalami infeksi, sebanyak 6 orang (60%), dan sebanyak 1

20

% 40 30 60

Total

%

5 5 10

50 50 100

orang (10%) mengalami infeksi. Kelompok responden dengan teknik perawatan luka kategori cukup, sebagian besar mengalami infeksi, sebanyak 2 orang (20%), dan sebanyak 1 orang (10%) tidak mengalami infeksi. Sedangkan Tabel 11 menunjukkan pada kelompok responden di ruang jalan (Poli Bedah dan Poli Kandungan) dengan teknik perawatan luka kategori baik, sebagian besar tidak mengalami infeksi, sebanyak 3 orang (30%), dan sebanyak 2 orang (20%) mengalami infeksi. Kelompok responden dengan teknik perawatan luka kategori cukup, sebagian besar mengalami infeksi, sebanyak 4 orang (40%), dan sebanyak 1 orang (10%) tidak mengalami infeksi. Kejadian Infeksi terutama terjadi pada pasien di Poli ketika observasi (60%) dan di Rawat inap (30%). Hal ini bisa ditentukan karena berbagai faktor ketika pasien di rumah yang menjadi penyebab terjadinya infeksi luka operasi (ILO). Selanjutnya hasil dari uji Chi-square, antara umur dengan ILO diperoleh nilai X2hitung sebesar 7,773 dengan signifikansi (p) sebesar 0,021 (signifikansi (p) <0.05). Kemudian didapatkan X2tabel dengan  = 0,05 dan derajat bebas = 2, sebesar 5,991. Langkah berikutnya dilakukan perbandingan, dimana dapat diketahui bahwa X2hitung (7,773) lebih besar dari X2tabel (5,991) dan signifikansi (0,021) lebih kecil daripada  (0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara Umur dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) yang dialami responden. Kemudian antara penyakit komplikasi dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) diperoleh nilai X2hitung sebesar 8,571 dengan signifikansi (p) sebesar 0,003

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

Sandy, Infeksi Luka Operasi pada pasien post operasi laparotomy

(signifikansi (p) < 0.05). Kemudian didapatkan X2tabel dengan  = 0,05 dan derajat bebas = 1, sebesar 3,841. Langkah berikutnya dilakukan perbandingan, dimana dapat diketahui bahwa X2hitung (8,571) lebih besar dari X2tabel (3,841) dan signifikansi (0,003) lebih kecil daripada  (0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara Penyakit Komplikasi dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) yang dialami responden. Hasil uji Chi-square antara teknik perawatan luka dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) diperoleh nilai X2hitung sebesar 5,495 dengan signifikansi (p) sebesar 0,019 (signifikansi (p) < 0.05). Kemudian didapatkan X2tabel dengan  = 0,05 dan derajat bebas = 1, sebesar 3,841. Langkah berikutnya dilakukan perbandingan, dimana dapat diketahui bahwa X2 hitung (5,495) lebih besar dari X 2 tabel (3,841) dan signifikansi (0,019) lebih kecil daripada  (0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara teknik perawatan luka dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) yang dialami responden. PEMBAHASAN Hubungan antara faktor usia dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden, responden dengan umur 20 sampai dengan 55 tahun, sebagian besar tidak mengalami infeksi. Sedangkan responden dengan umur lebih dari 55 tahun sebagian besar mengalami infeksi. Hasil analisis hubungan atau korelasi antara faktor umur dengan Infeksi Luka Operasi(ILO) menggunakan uji Chisquare diperoleh signifikasi diantara keduanya. Hal ini sesuai dengan teori, Menurut Purwandari 2006 dalam Hipkabi 2009, bahwasanya usia dapat menentukan terjadinya infeksi luka seseorang. Pada usia dewasa awal sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia pertengahan menjelang tua imunitas meningkat dan pada keadaan tertentu mulai menurun. Sedangkan pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, sistem imun juga mengalami

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

perubahan. Peningkatan infeksi juga sesuai dengan umur dimana pada usia di atas 55 tahun kejadian infeksi tiga kali lebih sering daripada usia muda. Semakin tinggi usia seseorang maka potensi untuk terjadinya infeksi luka operasi semakin tinggi (Gruendemann, 2005). Menurut peneliti sendiri semakin tinggi usia seseorang maka resiko tejadinya infeksi semakin meningkat utamanya pada usia lanjut, Hal ini berkaitan dengan banyak perubahan struktural dan fungsional yang menyebabkan kulit dan jaringan subkutis lebih rentan terhadap infeksi. Peningkatan angka infeksi yang berkaitan dengan penuaan mungkin juga disebabkan oleh melemahnya pertahanan pejamu alami. Pada usia >55 tahun imunitas mulai menurun dan rentan untuk terjadi infeksi. Namun pada kenyataannya juga masih ditemukan 2 responden yang berusia 20–55 tahun yang mengalami infeksi, hal ini dimungkinkan karena adanya faktor lain yang berkontribusi menentukan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) seperti adanya komplikasi penyakit, factor perawatan luka, atau faktor-faktor yang lain. Sedangkan pada data diatas juga terdapat 3 responden yang berusia > 55 tahun tetapi tidak mengalami infeksi, hal ini dimungkinkan karena perbedaan tingkat imunitas seseorang terhadap infeksi luka operasi, dan mungkin juga didukung oleh perawatan luka yang baik serta tidak adanya komplikasi penyakit sehingga infeksi luka operasi tidak terjadi. Hubungan antara faktor komplikasi penyakit dengan Infeksi Luka Operarasi (ILO) di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden, pada kelompok responden tidak dengan penyakit komplikasi, sebagian besar tidak mengalami luka infeksi. Kelompok responden dengan penyakit komplikasi mengalami luka infeksi, dan tidak terdapat responden dengan penyakit komplikasi yang tidak mengalami luka infeksi. Hasil analisis hubungan atau korelasi antara Penyakit Komplikasi dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) diperoleh signifikasi diantara keduanya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Iwan 2008 dalam Hipkabi 2009, menyampaikan bahwa Faktor daya tahan tubuh yang menurun dapat menimbulkan

21

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 14-24

resiko terkena infeksi, semakin penderita mengalami komplikasi penyakit maka resiko infeksi semakin tinggi. Menurut Perry & Potter 2005, pada pasien dengan Diabetes Mellitus terjadi hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh yang berakibat rentan terhadap infeksi. Pasien dengan operasi usus, jika ia juga memiliki penyakit lain seperti TBC, DM, Anemia, malnutrisi dan lain-lain maka penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka operasi. Penyakit kronik, penyakit melemahkan mungkin menyebabkan peningkatan ILO dengan menurunkan resistensi pejamu. Dahulu Diabetes dianggap sebagai factor resiko penting bagi ILO, tetapi data yang ada saat ini tidak dapat menunjukkan adanya korelasi yang bermakna. Data dari The National Research Council Study (1964) memperlihatkan bahwa, apabila faktor resiko lain misalnya usia dikontrol, maka tidak ada perbedaan angka ILO pasca operatif yang bermakna antara pasien Diabetes dan pasien lain. Sedangkan pada pasien yang memiliki komplikasi lebih dari satu penyakit predisposisi kemungkinan terjadinya infeksi pun sangat tinggi (Gruendemann, 2005). Menurut peneliti, faktor komplikasi penyakit pada pasien sangat menentukan terjadinya infeksi luka operasi terutama pada pasien dengan Diabetes Mellitus yang akan sangat rentan sekali karena terjadinya penurunan proses penyembuhan luka akibat produksi insulin yang menurun. Selain itu penyakit dengan virus atau bakteri seperti TBC atau pneumonia juga menentukan terjadinya penyembuhan luka karena adanya pencemaran luka khususnya luka operasi akibat virus tersebut. sedangkan pada pasien dengan anemia terjadi kekurangan oksigen dan zat-zat nutrisi yang seharusnya diedarkan oleh sel darah merah, akibatnya berpengaruh pada proses penyembuhan luka tersebut. Kemudian semakin semakin beragam komplikasi yang dialami maka infeksi luka operasi kemungkinannya sangat tinggi. Namun dalam kenyataannya pasien yang tidak memiliki 22

komplikasi penyakit juga mengalami infeksi luka operasi (ILO) sebanyak 4 responden. Hal ini dimungkinkan disebabkan oleh faktor lain yang berkontribusi menentukan terjadinya infeksi luka operasi (ILO) seperti faktor usia, faktor perawatan luka dan faktor lainnya yang tidak diteliti oleh peneliti. Hubungan antara faktor teknik perawatan luka dengan Infeksi Luka Operarasi (ILO) di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden, pada kelompok responden dengan teknik perawatan luka kategori baik, sebagian besar tidak mengalami infeksi. Kelompok responden dengan teknik perawatan luka kategori cukup, sebagian besar mengalami infeksi. Sedangkan hasil uji Chi-Square untuk menganalisa hubungan atau korelasi antara faktor teknik perawatan luka dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) diperoleh hasil yang signifikan diantara keduanya. Hal tersebut sejalan dengan teori, menurut Wysocki (1989) dalam (Potter & Perry, 2005). Sesuai prosedur penggantian balut luka adalah prosedur perawatan luka dengan mengganti balutan yang telah kotor atau sudah waktunya untuk diganti yang baru. Tindakan di atas bertujuan mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan memberikan rasa nyaman pada pasien. Semakin baik perawatan luka dilakukan maka infeksi luka operasi (ILO) bisa dikendalikan. Penderita pasca operasi secara rutin dilakukan perawatan luka post operasi dan diganti balutannya di bangsal. Setelah kita cuci tangan dan memakai proteksi diri, kasa balut luka harus disemprot dulu dengan alkohol 70% untuk meminimalkan resiko penularan infeksi. Balut dibuka dengan peralatan yang steril secara perlahan, kemudian luka dibersihkan, termasuk bekas darah yang baik untuk pertumbuhan kuman. Penutupan tetap sesuai dengan persyaratan aseptic. Menurut peneliti teknik perawatan luka juga menentukan terjadinya infksi luka operasi. Semakin baik perawatan luka dilakukan maka kemungkinan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) semakin kecil, tetapi sebaliknya semakin buruk perawatan luka dilakukan semakin tinggi kemungkinan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO). Perawatan luka pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

Sandy, Infeksi Luka Operasi pada pasien post operasi laparotomy

yang baik pun harus sesuai dengan standar operasional yang ditetapkan masing-masing rumah sakit. Penderita yang telah dioperasi, seharusnya 2–3 hari kemudian diganti balutannya, kecuali apabila sebelumnya sudah kotor oleh darah, sekret luka atau kontaminasi dari luar seperti air kotor maupun debu, maka segera diganti. Namun dalam kenyataannya juga ditemukan 4 responden dengan perawatan luka baik tetapi mengalami Infeksi Luka Operasi (ILO), hal ini dimungkinkan disebabkan oleh faktor penyebab yang lain, diantaranya faktor usia, faktor komplikasi penyakit dan faktor-faktor yang tidak diteliti peneliti seperti nutrisi atau kebersihan luka sewaktu di rumah. Infeksi luka operasi (ILO) lebih banyak terjadi di Instalasi Rawat Jalan yaitu terutama pada Poli bedah dan Poli kandungan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor dari luar rumah sakit dan berbagai keadaan ketika pasien berada di rumah seperti halnya kebersihan luka sewaktu di rumah. Selain itu kejadian infeksi yang terjadi ketika pasien masih berada di Ruang Perawatan yaitu faktor eksogen yang meliputi teknik perawatan luka dan endogen yang meliputi umur dan penyakit komplikasi memiliki korelasi yang signifikan dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi Laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Faktor endogen meliputi penyakit komplikasi memberikan pengaruh paling besar daripada umur dan teknik perawatan luka terhadap terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) karena memiliki X2hitungpaling besar yaitu 8,571. PENUTUP Terdapat hubungan (korelasi) serta kontribusi yang signifikan antara faktor usia dengan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi Laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang yaitu nilai X2hitung sebesar 7,773 dengan signifikansi (p) sebesar 0,021. Terdapat hubungan (korelasi) serta kontribusi yang signifikan antara faktor komplikasi penyakit dengan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi Laparotomi di RSUD

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang yaitu nilai X 2hitung sebesar 8,571 dengan signifikansi (p) sebesar 0,003. Terdapat hubungan (korelasi) serta kontribusi yang signifikan antara faktor teknik perawatan luka dengan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) pada pasien post operasi Laparotomi di RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang yaitu nilai X2hitung sebesar 5,495 dengan signifikansi (p) sebesar 0,019. Faktor endogen meliputi penyakit komplikasi memberikan pengaruh paling besar daripada umur dan teknik perawatan luka terhadap terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO) karena memiliki X2hitungpaling besar yaitu 8,571dengan signifikansi (p) sebesar 0,003. Saran penelitian bagi rumah sakit perlu adanya perkembangan perencanaan keperawatan khususnya mengenai perawatan luka yang disesuaikan dengan teori atau standar yang telah ditentukan. Serta meningkatkan mutu dan standart operasional prosedur khususnya untuk perawatan luka sebagai upaya mengoptimalkan pencegahan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO). Bagi perawat ruang diponegoro Perlu adanya peningkatan pelayanan dalam hal perawatan luka dan mengikuti berdasarkan standart perawatan luka yang ada. Selain itu juga memandang dan meminimalkan faktor-faktor penyebab infeksi yang lain untuk lebih meminimalkan kejadian infeksi luka operasi. Dan diperlukan supervisi yang ketat dari kepala ruang untuk mengawasi pelaksanaan teknik perawatan luka. Bagi perawat Ruang Brawijaya, perlu adanya peningkatan mutu pelayanan dalam hal perawatan luka. Dalam perawatan luka sebaiknya sesuai standart yang ditetapkan di rumah sakit, serta memberi obat pada luka tersebut dan tidak hanya ditutup dengan kassa steril saja. Bagi Perawat di Poli Bedah dan Poli Kandungan perlu diberlakukannya peningkatan perawatan luka yang sesuai dengan standart di rumah sakit tersebut. Selain itu untuk pasien infeksi diperlukan kontrol ulang sampai luka benar-benar membaik. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang dapat digunakan 23

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 14-24

acuan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu keperawatan, dan juga sebagai pedoman untuk lebih mengoptimalkan pencegahan terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO). Dalam hal ini tidak hanya memandang dari satu faktor penyebab infeksi luka operasi, tetapi dari faktor-faktor yang lain supaya infeksi luka operasi (ILO) bisa diminimalkan angka kejadiannya. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan responden yang lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih lama. Selain itu diharapkan untuk meneliti faktor lain yang berkontribusi terjadinya infeksi luka operasi seperti (nutrisi dan teknik aseptik di kamar operasi) serta menggunakan mikrobiologi untuk memperkuat hasil. DAFTAR PUSTAKA Anton. 2006. Model Regresi Logistik untuk Kejadian Infeksi Luka Operasi Nosokomial. Bogor: Fakultas FMIPA IPB. Skripsi tidak dipublikasikan.

24

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gruandemann, Barbara J. 2005. Keperawatan Perioperatif Volume 1. Terjemahan Oleh Brahm Pendit. Jakarta : EGC. Jeyamohan, Dharshini. 2010. Angka Prevalensi Infeksi Nosokomial Pada Pasien Luka Operasi Pasca Bedah Di Bagian Bedah Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Dari Bulan April Sampai September 2010. Universitas Sumatera Utara Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Terjemahan oleh Diah Nur,dkk. Jakarta: EGC. PP Hipkabi. 2009. Buku Kumpulan Materi Pelatihan Manajemen Kamar Bedah. Jakarta : Hipkabi Press Jakarta PP Hipkabi. 2010. Buku Kumpulan Materi Pelatihan Manajemen Kamar Bedah. Jakarta : Hipkabi Press Jakarta Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873