INTRODUKSI FORMULA UNTUK PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DALAM USAHA

Download pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi dan konversi pakan. Konsumsi pakan dihitung berdasarkan jumlah bahan kering pakan yang di...

0 downloads 295 Views 359KB Size
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

INTRODUKSI FORMULA UNTUK PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DALAM USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DI DESA PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG (Introduction of Formula for Improving Diet Quality in The Sheep Fattening Farm at Pringsurat Village of Temanggung District) ISNANI HERIANTI dan S. PRAWIRODIGDO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, PO Box 101, Ungaran 50501

ABSTRACT An experiment was performed to demonstrate the effect of diet quality improvement on the growth performance of fattening sheep at Pringsurat Village of Temanggung District. The present study used 30 male Thin Tail Sheep which were penned individually in the elevated barn. The sheep were fed either one of three experimental diets containing native grass, Glirisidea sepium leaf, fresh cassava tuber, rice bran, and soybean curd by product (introduced formula; Diet 1), native grass + cassava tuber (traditional formula 1, Diet 2), or native grass alone (traditional formula 2; Diet 3). Results showed that the average feed intake of sheep fed Diet 1 (799 g/day) was smaller than that of sheep consuming Diet 2 (890 g/day) or Diet 3 (960 g/day). However, the average daily gain of sheep receiving Diet 1 (107.9 g) was larger (P < 0.01) than the growth rate of sheep fed Diet 2 (71.8 g/day) and Diet 3 (36.7 g/day). Consistently, feed conversion ratio of Diet 1 (7.22) was much better (P < 0.01) than that value of Diet 2 (12.40) or Diet 3 (26.18). Overall, the study confirmed that introduction of diet formula improved the growth performance of fattening sheep. Key Words: Diet Formula, Sheep, Fattening, Weight Gain ABSTRAK Suatu percobaan untuk mendemonstrasikan pengaruh perbaikan kualitas pakan terhadap pertumbuhan domba yang digemukkan telah dilakukan di Desa Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Studi ini menggunakan 30 ekor domba Jawa Ekor Tipis jantan yang dikandangkan individual dalam kandang panggung. Ternak domba diberi salah satu di antara tiga macam pakan percobaan yang terdiri dari: pakan formula introduksi (PFI) yang mengandung rumput lapang, daun Glirisidea sepium, ubi singkong, dedak padi, dan ampas tahu, pakan formula tradisional 1 (PFT1) yang mengandung rumput lapang dan ubi singkong, dan pakan formula tradisional 2 (PFT2) yang hanya mengandung rumput lapang. Percobaan dilakukan selama 90 hari dengan pengamatan variabel konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan. Hasilnya menunjukkan bahwa ternak domba yang memperoleh PFI rata-rata mengkonsumsi bahan kering pakan lebih sedikit (801 g/hari) dibandingkan dengan yang diberi PFT1 (890 g/hari) maunpun PFT2 (910 g/hari). Namun ternyata rata-rata pertambahan bobot badannya (107,9 g/hari) justru lebih baik (P < 0,01) dari pada yang menerima PFT1 (71,8 g/hari) maupun PFT2 (36,7 g/hari). Konversi pakan pada PFI (7,22) lebih baik (P < 0,01) ketimbang PFT1 (12,40) maupun PFT2 (26,18). Dapat disimpulkan bahwa formula pakan introduksi meningkatkan performan pertumbuhan pada penggemukan domba. Kata Kunci: Formula Pakan, Domba, Penggemukan, Pertambahan Bobot Badan

PENDAHULUAN Pengembangan peternakan merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Berbagai cara telah ditempuh antara lain mendatangkan bibit unggul,

menerapkan teknologi inseminasi buatan (IB, artificial inzemination), meningkatkan kualitas pakan, dan memperbaiki sistem pemeliharaan. Tahun 2005 Pemerintah mencanangkan Revitalisasi Pertanian dalam rangka mencapai ketahanan pangan termasuk di dalamnya swasembada daging tahun 2010. Artinya,

593

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

pengembangan usaha peternakan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas ternak. ÖRSCOV (komunikasi pribadi) menganjurkan agar peningkatan produksi ternak lebih mengoptimasikan penggunaan sumberdaya pakan lokal. Dengan demikian manfaat yang diperoleh akan lebih besar. Telah dimaklumi bahwa rendahnya produksi dan produktivitas usaha peternakan rakyat disebabkan oleh pola pemeliharaan yang bersifat tradisional dengan penyediaan pakan tidak sesuai kebutuhan (KNIPSCHEER et al., 1994; PRAWIRODIGDO et al., 2004). Umumnya para peternak berargumentasi bahwa keadaan ini berkaitan dengan kemampuan finansial rumah tangga petani/peternak. Disamping itu keterbatasan lain seperti kekurangan pengetahuan mengenai budidaya yang benar dan baik juga berkontribusi terhadap penampilan produksi dan produktivitas ternak domba yang selalu rendah. Kira-kira 70 – 80% dari biaya produksi dalam usaha peternakan terserap oleh biaya pakan. Besarnya biaya ini dapat ditekan pada saat musim penghujan karena rumput tumbuh dengan subur. Akan tetapi pada musim kering peternak kekurangan bahan pakan dan bahkan memberi pakan ternaknya dengan limbah pertanian yang kualitasnya buruk (contohnya jerami padi). Desa Pringsurat merupakan lokasi Primatani di Kabupaten Temanggung. Salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di lokasi tersebut adalah ternak domba. Seperti umumnya perternakan rakyat lainnya, di Pringsurat pemberian jerami pada ternak domba di musim kering juga sering dilakukan. Petani jarang atau bahkan tidak memberikan konsentrat sebagai tambahan pakan untuk ternak miliknya. Salah satu inovasi teknologi pertanian yang telah diintroduksikan di Desa Pringsurat dan diminati oleh petani adalah usaha penggemukan ternak domba dengan menerapkan formula pakan menggunakan bahan pakan lokal. Sesuai dengan kebiasaan, umumnya petani lebih mudah/cepat memahami teknologi baru apabila diintroduksikan melalui praktek langsung. Sejalan dengan itu, penelitian ini ditujukan untuk mendemonstrasikan penerapan inovasi formula pakan kepada petani guna memperbaiki kualitas pakan ternak domba yang digemukkan, sehingga pertambahan bobot badannya lebih tinggi dari biasanya.

594

MATERI DAN METODE Bahan dan susunan pakan percobaan Penelitian ini menggunakan bahan pakan lokal yang mudah diperoleh di sekitar lokasi percobaan. Bahan-bahan pakan tersebut kemudian disusun berdasarkan formula introduksi (PFI), pakan formula tradisional 1 (PFT 1), dan pakan formula tradisional 2 (PFT 2). Susunan dari masing-masing formula pakan tersebut dicantumkan pada Tabel 1. Tabel 1. Proporsi bahan (g/ransum harian/ekor) dalam susunan pakan percobaan*) Keterangan

Pakan perlakuan PFI

PFT 1 PFT 2

Bahan pakan Ampas tahu (soybean curt waste)

200

-

-

Dedak padi (rice bran, Oryza sativa)

100

-

-

Daun glerisidia (Glirisidea sepium)

100

-

-

Ubi singkong segar (Manihot utilisima Crantz)

300

300

-

Rumput lapang (Native grass)

1800

2500

3000

Jumlah (g):

2500

2800

3000

Estimasi profil/karakter nutrien** Bahan kering

799

890

960

Protein tercerna

69.8

25.3

30.0

Energi metabolis (MJ)

6.834

6.800

6.654

*) Kebutuhan nutrien: 560 g BK; 57 g Protein tercerna (RDP, Rumen digestible protein); 6,8 MJ Energi Metabolis (MCDONALD et al., 1992); ** Dihitung berdasarkan data Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia (HARTADI et al., 1990).

Ternak dan pengelolaannya Demonstrasi perbaikan kualitas pakan pada percobaan ini menggunakan 30 ekor Domba Jawa Ekor Tipis (DJET) jantan yang memiliki rata-rata bobot badan awal 19,69 ± 2,4719 kg. Ternak domba ini dipelihara dalam kandang panggung milik kelompok tani yang tergabung

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

dalam Gapoktan Sumber Makmur di Desa Pringsurat Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Ternak percobaan tersebut ditempatkan individual secara acak menggunakan penyekat pagar bambu (Gambar 1). Selanjutnya, masing-masing ternak diberi obat cacing dan secara acak diberi salah satu di antara 3 macam pakan percobaan dengan formula yang tercantum pada Tabel 1. Frekuensi pemberian pakan adalah 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore. Air disediakan ad libitum di dalam ember plastik yang isinya diganti setiap sore. Adaptasi pakan percobaan dilakukan selama 7 hari, kemudian pemberiannya dilanjutkan selama 90 hari. Analisis statistik Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (Completely randomized design) mengikuti petunjuk STEEL dan TORRIE (1995). Variabel yang diukur adalah rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi dan konversi pakan. Konsumsi pakan dihitung berdasarkan jumlah bahan kering pakan yang disediakan dikurangi bahan kering pakan tersisa. Selanjutnya, pertambahan bobot badan diukur dengan menghitung selisih antara bobot ternak domba di akhir percobaan dengan

bobot awal. Sedangkan konversi pakan dikalkulasi dengan membagi volume konsumsi bahan kering pakan selama percobaan dengan pertambahan bobot badannya. Data yang diperoleh kemudian dievaluasi menggunakan analisis kovarian dengan satu kovarian bobot awal untuk memperkecil pengaruh bervariasinya bobot awal domba. Selanjutnya, indikasi adanya perbedaan dianalisis menggunakan uji wilayah ganda dari Duncan STEEL dan TORRIE (1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi pakan harian Secara umum peternak di Desa Pringsurat hanya memberikan rumput lapang sebagai pakan domba peliharaannya bila persediaan mencukupi. Bila persediaan kurang mereka memberikan jerami yang relatif lebih mudah diperoleh. Kondisi ini diperkirakan sebagai penyebab rendahnya pertambahan bobot badan ternak (< 50 g/hari) dengan penampilan yang buruk. Introduksi teknologi pemberian pakan tambahan mulai banyak diterapkan peternak meski masih banyak pula mereka yang tetap melakukannya secara tradisional.

Gambar 1. Penempatan domba dalam kandang panggung

595

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Untuk mencapai produktivitas yang tinggi diperlukan pakan tambahan bagi ternak. MC DONALD et al. (1992) menyatakan bahwa pakan hendaknya disusun agar ternak domba pada fase pertumbuhan setiap harinya dapat mengkonsumsi protein tercerna (RDP), bahan kering (BK) dan energi tercerna (DE) atau energi metabolis (ME) sesuai kebutuhan ternak sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. PFI disusun dengan standar harapan pertambahan bobot ± 150 g/hari untuk memperbaiki pakan tradisional yakni pemberian 57 g RDP, 560 g BK dan 6.800 MJ/ekor ME. Estimasi profil/karakter nutrien bahan kering, protein dan energi metabolis pada masing-masing pakan perlakuan dianalisis berdasarkan data tabel pakan dari HARTADI et al. (1990). Pemberian pakan dengan formula yang berbeda menunjukkan respon penampilan pertumbuhan yang berbeda, diasumsikan terjadi perbedaan konsumsi nutrien bahan pakan. Mencermati Tabel 1, estimasi konsumsi BK pada ketiga perlakuan melebihi kebutuhan yang ditetapkan sedangkan konsumsi RDP dibawah jumlah yang diperlukan kecuali PFI. Konsumsi ME pada perlakuan PFI dan PFT1 tercukupi namun tidak demikian pada perlakuan PFT2. Penjelasan yang memungkinkan dari fakta ini adalah bahwa kekurangan protein dalam pakan untuk proses pertumbuhan domba disiasati dengan meningkatnya konsumsi BK dan ME. Sedangkan pada perlakuan PFT1, kekurangan protein dialihkan dengan peningkatan konsumsi BK. Berbeda halnya dengan respon domba pada perlakuan PFT2, kebutuhan protein maupun energi metabolis tidak tercukupi sehingga kekurangan itu dipenuhi dengan meningkatkan konsumsi BK yang terlihat paling tinggi ketimbang dua perlakuan lainnya, baik pada PFI maupun PFT1. MATHIUS et al. (1998) menyatakan bahwa secara alamiah domba akan mengkonsumsi pakan sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, respon yang ditunjukkan oleh masing-masing ternak (antara lain bobot badan) dapat mencerminkan kualitas pakan yang diberikan. Hewan yang sedang tumbuh memerlukan energi untuk pemeliharaan tubuhnya. Bila hewan diberi pakan protein dan energi yang dihasilkan melebihi kebutuhan hidup pokoknya maka hewan akan menggunakan kelebihannya itu untuk pertumbuhan dan produksinya. Dengan

596

istilah lain bahwa energi membuat hewan sanggup melakukan pekerjaan dan prosesproses produksi lainnya. Namun bila kekurangan pakan maka energi yang diperlukan untuk kepentingan tersebut diperoleh dari hasil katabolisme zat-zat cadangan dalam tubuhnya seperti glikogen, lemak dan protein (ANGGORODI, 1979; TILMAN et al. 1986). Ketidakseimbangan formulasi pakan berdampak pada penampilan domba yang buruk yakni peningkatan bobot badan sangat rendah (<50 g/hari). Kondisi ini mengindikasikan bahwa pola pemberian pakan tradisional yang dilakukan petani peternak di Pringsurat secara turun- temurun berlebihan dalam kuantitas namun rendah kualitasnya, hal ini terbukti dari peningkatan bobot badan domba peliharaan yang rendah. Pertambahan bobot badan harian Salah satu petunjuk untuk mengetahui pertumbuhan adalah adanya pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 2. Rata-rata PBBH domba dengan pakan introduksi, PFI sebesar 107,89 ± 7,9344 g, berturut-turut PBBH domba dengan pakan kombinasi, PFT1 dan dengan cara petani, PFT2 masing-masing 71,78 ± 33,7594 g dan 36,67 ± 7,8389 g. Analisis terhadap variasi PBBH yang terjadi menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (P < 0,01). Pengujian lebih lanjut memperkuat bukti beda bermakna antar ketiganya, yakni PFI berbeda (P < 0,01) dengan PFT1 dan PFT2, demikian juga PFT1 berbeda (P < 0,01) dengan PFT2. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa formula pakan PFI merupakan formula terbaik pada penelitian ini, terbukti mampu meningkatkan bobot domba secara signifikan. YUSRAN et al. (2001) melaporkan berdasarkan penelitiannya terhadap domba ekor gemuk (DEG) prasapih bahwa pemberian pakan basal berupa rumput lapang sebanyak 5 kg/ekor/hr ditambah 500 g konsentrat, PBBH mencapai 130 g/ekor/hari. SUPRIYATI et al. (1995) disitasi oleh MUNIER et al. (2004) bahwa pemberian rumput raja 75% dan daun gamal 25% dari jumlah pakan yang diberikan (2,5 – 3,0% BK), PBBH yang dicapai sebesar 73,8 g/ekor/hari. Menurut COLE (1982) disitasi oleh HANDIWIRAWAN et al. (1996) bahwa laju

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Tabel 2. Respon pertumbuhan domba terhadap perlakuan pakan Perlakuan pakan

Parameter Rata-rata bobot awal (kg) Rata-rata bobot akhir (kg)

PFI

PFT1

PFT2

20,74 ± 2,7617

17,84 ± 1,9363

20,20 ± 1,9465

30,45 ± 3,3935

24,30 ± 3,1464

23,50 ± 2,4171

107,89 ± 7,9344a

71,78 ± 33,7594b

36,67 ± 7,8389c

Konsumsi bahan kering pakan

779,00a

890,00b

960,00c

Efisiensi penggunaan pakan

0,1347a

0,0807b

0,0382c

PBBH (g/hari)

Konversi pakan

a

7,22

12,40

b

26,18c

Superscipt huruf yang berbeda menginformasikan adanya perbedaan bermakna (P < 0,01)

pertumbuhan sangat ditentukan oleh potensi masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia. Lebih lanjut dinyatakan bahwa macam pakan konsentrat dan hijauan yang diberikan pada ternak dalam upaya penggemukan haruslah diperhitungkan secara baik agar dicapai tingkat efisiensi pakan secara optimal. Hasil penghitungan efisiensi penggunaan pakanpada ketiga perlakuan berturut-turut PFI 0,1347, PFT1 0,0807 dan PFT2 0,0382 dengan konversi pakan untuk masing-masing perlakuan, PFI 7,22 dan PFT1 12,40 serta PFT2 26,18. Analisis terhadap variasi nilai efisiensi dan konversi pakan yang terjadi menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (P < 0,01). Pemberian konsentrat terbukti mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan pada penelitian ini, yakni PFI berbeda (P < 0,01) dengan PFT1 dan PFT2, demikian juga PFT1 berbeda (P < 0,01) dengan PFT2. Pakan yang kualitasnya lebih baik terbukti dapat meningkatkan kemampuan produksi domba peliharaan. Namun kebanyakan petani peternak hanya mengandalkan pakan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh meski telah disosialisikan dan dilakukan percontohan seringkali mereka tetap melakukan pemeliharaan dengan pola tradisional, artinya tidak mudah untuk mengubah pola dan kebiasaan lama. Kendalanya karena umumnya budidaya ternak merupakan usaha/kegiatan sampingan di luar kegiatan utamanya sebagai petani. Lebih-lebih pada saat musim tanam yang memerlukan curahan waktu lebih banyak bagi seluruh anggota keluarganya. Oleh karena itu, peran

penyuluh sangat penting untuk selalu mensosialisasikan teknologi-teknologi yang telah banyak dihasilkan sehingga tidak lagi terdengar issue miring seputar teknologi yang tidak sampai kepada pengguna. Teknologi pembuatan pakan kering/silase sebagai pakan cadangan membantu petani/peternak, selain mengatasi kekurangan pakan pada musim kemarau juga mengatasi keterbatasan tenaga untuk penyediaan pakan bagi ternaknya pada saat musim tanam. KESIMPULAN Hasil kajian introduksi formula pakan pada usaha penggemukan domba menunjukkan bahwa perbaikan kualitas pakan dengan penambahan konsentrat mampu meningkatkan secara bermakna pertambahan bobot badan harian domba. Pemberian pakan secara berlebihan kuantitasnya tetapi rendah kualitasnya tidak memberikan keuntungan bagi usaha penggemukan ternak domba. Inovasi teknologi yang telah teruji perlu didemonstrasikan kepada pengguna/peternak melalui percontohan usaha budidaya agar diseminasi dan adopsi teknologi inovatif dapat berkembang lebih cepat. DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.

597

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

HANDIWIRAWAN, E., M. RANGKUTI, SOEPENO, B. SETIADI dan A. GUNAWAN. 1996. Keragaan sapi peranakan Friesian Holstein yang sedang bertumbuh dengan perbaikan pakan. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Cisarua, Bogor, 7 – 8 Nopember 1995. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 611 – 616. HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO dan A.D. TILLMAN. 1997. Tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Gama Press, Jakarta. KNIPSCHEER, H.C., H.W. SHWU-ENG and A. MULYADI. 1994. Opportunities for commercialization of small ruminant production in Indonesia. Proc. of simposium held in conjunction with 7th Asian-Australian Association of Animal Production Societies Congress. Small Ruminant-Collaborative Research Support Program, University of California Davis, USA. MATHIUS, I.W., B. SUDARYANTO dan A. WILSON, 1998. Studi strategi kebutuhan energi protein untuk domba lokal: 2. Tingkat energi - protein ransum, atas dasar jumlah foetus. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1 – 2 Desember 1998. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 461 – 470. MCDONALD, P.R.A. EDWARDS and J.E.D. GREENHALGH. 1992. Animal nutrition (4th). Longman Scientific and Technical, Singapore. MUNIER, F.F., D. BULO, SAIDAH, SYAFRUDIN, R. BOY, N.F. FEMMY dan S. HUSAIN, 2004.

598

Pertambahan bobot badan domba ekor gemuk yang dipelihara secara intensif. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus, 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 341 – 347. PRAWIRODIGDO, S., T. HERAWATI dan B. UTOMO. 2004. Prespektif efisiensi penggunaan bahan pakan lokal dalam perbaikan usaha ternak domba oleh petani miskin di Desa Oagergunung, Kabupaten Temanggung. Pros. Seminar Nasional Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Mataram, Nusa Tengara Barat. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. hlm. 235 – 241. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometric. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. TILMAN, A.D., S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKOTJO. 1986. Ilmu makanan ternak dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. YUSRAN, M.A., L. AFFANDHY, ARYOGI, D. HARDINI dan E. YOGAWATI. 2001. Pengkajian paket teknologi pemeliharaan domba ekor gemuk induk pasca beranak pada kondisi ternak domba rakyat di Jatim. Pros. Seminar dan Ekspose Teknologi. BPTP, Jatim. Malang 11 – 12 September 2001. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakkan Pertanian, Bogor.