INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA

Download Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. ... ABSTRAK. Penelitian berjudul inventarisasi jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan (Chry...

0 downloads 426 Views 278KB Size
Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN KRISAN (Chrysanthenum morifolium) DI KECAMATAN BERASTAGI, KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA Inventarization fungus which is caused diseases on Chrysanthemum morifolium in Sub-district Berastagi, Regency Karo, North Sumatera Daniel Erikson Hutabarat1*, Lisnawita2, Lahmuddin Lubis2 1

Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 *Corresponding author: Email : [email protected] ABSTRACT

Researech on tittle the inventarization fungus which is caused diseases on Chrysanthemum morifolium in Sub-district Berastagi, Regency Karo, North Sumatera. This research was intents to know and to inventary fungus that caused Chrysanthemum morifolium disesases in field and in green house in Sub-district Berastagi, Regency Karo, North Sumatera. This research carried out in Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North Sumatera . The Results of this research showed that fungus caused Chrysanthemum morifolium diseases were cultivated in field are Puccinia horiana, Septoria sp., Fusarium sp. on flower, and Fusarium sp. on the stem, whereas Chrysanthemum morifolium were cultivated in green house are Puccinia horiana and Septoria sp.. Keywords : inventarization, fungus, Chrysanthemum morifolium ABSTRAK Penelitian berjudul inventarisasi jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menginventarisasi jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) di lapangan dan di rumah plastik di Kecamatan Berastagi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian didapat jamur yang menyebabkan penyakit pada tanaman krisan di lapangan adalah Puccinia horiana, Septoria sp., Fusarium sp. pada bunga, dan Fusarium sp. pada batang, sedangkan untuk tanaman yang dibudidayakan di rumah plastik adalah Puccinia horiana dan Septoria sp.. Kata kunci : inventarisasi, jamur, Chrysanthemum morifolium PENDAHULUAN Bunga krisan atau sering disebut

memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi di Indonesia

serta

mempunyai cerah.

prospek

dengan bunga seruni sudah lama dikenal di

pemasaran

Bunga

Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu

krisan sering digunakan sebagai

jenis tanaman hias yang sangat populer dan

potong dan bunga pot yang dimanfaatkan

bunga

781

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

untuk

memperindah

menyegarkan

suasana

Mulyana,

ruangan

dan

daerah ini belum ada. Padahal informasi ini

(Rukmana

dan

sangat penting agar didapat cara metode

dalam

pengendalian yang tepat. Oleh karena itu

1997

Widiastuti et al. 2004).

dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk

Banyak faktor yang menjadi masalah dalam

budidaya

tanaman

krisan.

Salah

mengetahui

jenis-jenis

disebabkan

oleh

satunya adalah tingkat ketahanan tanaman

Berastagi

terhadap

diketahuinya

serangan

penyakit.

Beberapa

penyakit

jamur

sehingga

di

Kecamatan

diharapkan

jenis-jenis

yang

jamur

dengan penyebab

penyakit yang ditularkan melalui tanah atau

penyakit yang menyerang tanaman krisan

udara diketahui mempunyai tingkat serangan

baik petani maupun penyuluh pertanian dapat

yang sangat merugikan. Beberapa penyakit

mengetahui tindakan pengendalian yang lebih

tular tanah yang menyerang pembibitan,

efektif dan tepat sasaran.

antara lain Phomopsis sclerotiodes, Fusarium spp. dan Phytium sp. Semua penyakit tersebut

BAHAN DAN METODE Penelitian

ini

dilaksanakan

di

perlu ditangani secara serius karena tingkat

Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program

penyebaran

dapat

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian,

tanam

yang

Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

(Wasito

dan

dilaksanakan mulai bulan Juli 2012 sampai

dan

mengakibatkan merugikan

kerusakannya

kegagalan

petani

krisan

Marwoto, 2003).

dengan Januari 2013.

Sebagai salah satu sentra penghasil

Bahan

yang

digunakan

dalam

bunga krisan di Sumatera Utara, petani di

penelitian ini adalah tanaman krisan yang

Kecamatan Berastagi banyak mengeluhkan

terserang penyakit yang berasal dari lapangan

kendala dalam proses budidaya. Salah satu

dan rumah plastik, potato dextrose agar

kendalanya

serangan

(PDA), aquades steril, cling wrap, aluminium

penyakit. Namun informasi tentang jenis-jenis

foil, alkohol, natrium hipoklorit (NaClO)

jamur apa saja yang menginfeksi krisan di

0,1%, methylene blue. Alat yang digunakan

adalah

tingginya

782

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

dalam penelitian ini adalah cawan petri, gelas

Selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium

ukur, Erlenmeyer, Bunsen, jarum inokulasi,

untuk

beaker

mikroskop

Selanjutnya isolasi jamur, diambil bagian

compound Olympus CX21, laminar air flow

tanaman krisan yang terserang penyakit

(LAF), autoclave, pinset, oven, inkubator,

kemudian dibersihkan dengan menggunakan

tissu, aluminium foil, timbangan, gunting atau

air mengalir. Dipotong dengan ukuran 1cm x

pisau, label nama, selotip, kapas, alat tulis.

1cm,

glass,

deck

glass,

di

isolasi

lalu

dan

disterilkan

di

identifikasi.

dengan

natrium

Penelitian ini menggunakan metode

hipoklorit 0,1 % selama ± 15-30 detik lalu

survei dengan cara mengamati langsung di

bilas 1-2 kali dengan air steril. Setelah itu

lapangan dan rumah plastik tanaman krisan

potongan tersebut diambil dengan pinset steril

yang terserang penyakit baik pada daun,

lalu

batang, bunga maupun akar. Tanaman yang

Selanjutnya

menunjukkan

dalam media biakkan PDA dan diinkubasi

gejala

terserang

penyakit

dikering

anginkan

potongan

di

atas

tersebut

tissu.

dibiakkan

diambil dimasukkan ke plastik transparan dan

sampai miselium jamur tumbuh.

dibawa ke laboratorium untuk diisolasi dan

diisolai kembali ke dalam media biakan baru

diidentifikasi penyebab penyakit.

sampai diperoleh biakan murni. Kemudian

Pelaksanaan

dengan

dilaukan identifikasi jamur, biakan murni

pengambilan sampel. Sampel tanaman yang

jamur diamati di bawah mikroskop compound

diambil berasal dari dua lokasi berbeda yaitu,

dengan perbesaran 10×10, 10×20, 10×40 dan

lokasi 1 : Tanaman di Lapangan di Desa Raya

10×100.

(N : 03009.368’ ; E : 098030.419’), lokasi 2 :

mengambil miselium jamur pada biakan

Tanaman di rumah plastik (green house) di

murni dengan menggunakan selotip kemudian

Desa Raya

penelitian

di,ulai

Biakan

(N : 03009.427’ ; E :

diletakkan

Identifikasi

di

atas

dilakukan

objek

glass

dengan

yang

098030.611’). Kemudian sampel dimasukkan

sebelumnya telah ditetesi methylen blue dan

ke dalam plastik transparan dan diberi label

kemudian dilihat di mikroskop sesuai dengan

tanggal dan lokasi pengambilan sampel.

perbesaran yang didapat. 783

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

Adapun peubah amatan yang terdapat

diambil dengan menggunakan selotip lalu

pada penelitian ini adalah pengamatan jamur

diletakkan di atas preparat yang telah ditetesi

secara mikroskopis, gejala serangan yang

methylen

terjadi pada tanaman krisan di lapangan dan

mikroskop.

pengamatan jamur penyebab penyakit secara makroskopis.

blue

lalu

diamati

di

bawah

Dari hasil pengamatan mikroskopis diketahui bahwa spora P. horiana mempunyai teliospora berbentuk gada bersel 2 dan agak melekuk pada sekat. Ukuran spora adalah ±

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan jamur secara mikroskopis Banyak

yang

dengan literatur Semangun (2007) yang

Diantaranya

menyatakan bahwa P. horiana mempunyai

penyakit yang disebabkan oleh jamur atau

telium yang kompak mengumpul dengan pola

cendawan. Dari hasil pengamatan gejala

melingkar. Teliospora jorong memanjang atau

penyakit oleh jamur yang menyerang tanaman

berbentuk gada berukuran 30-52 x 11-18 µm

krisan di kedua lokasi sampel dapat dilihat

bersel 2 atau terkadang bersel 3 atau 4, agak

pada Tabel 1 dan Tabel 2.

melekuk pada sekat.

menyerang

jenis

tanaman

penyakit

40-43 µm x 16-17,5 µm. Hal ini sesuai

krisan.

Dari Tabel 1 dan 2 terlihat di kedua

Dari hasil pengamatan gejala P.

lokasi pengambilan sampel terdapat jamur

horiana terdapat gejala bercak berwana

Puccinia horiana. Jamur ini merupakan jamur

kuning keputihan pada bagian atas daun. Pada

yang bersifat obligat, yang berarti patogen ini

serangan lanjut pada bagian atas daun akan

hanya dapat hidup pada jaringan hidup. Untuk

tampak seluruh permukaan daun didominasi

mendapatkan spora dilakukan dengan cara

dengan bercak berwarna kuning keputihan

sporulasi

yang

yang menyerang hampir seluruh daun pada

menunjukkan gejala penyakit pada media

tanaman Pada bagian bawah daun terdapat

lembab dan diinkubasi pada suhu rendah

bintil-bintil

selama 2x24 jam. Setelah 2x24 jam spora

keputihan. Searle dan Machin (1968) dalam

yakni

meletakkan

daun

(pustul)

berwana

kuning

784

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

Rahardjo dan Suhardi (2008) menyatakan

bercak berwarna kuning keputihan yang

gejala pada tanaman krisan yang terserang

segera menjadi coklat.

karat daun pada bagian bawah daun terdapat Tabel 1. Jenis jamur yang dijumpai pada tanaman krisan di lapangan Mikroskopis No. Ukuran Bentuk Konidia Nama Gejala di lapangan konidia Patogen 1

Puccinia horiana

Biakan murni pada PDA

± 40-43 µm x 1617,5 µm

2

Septoria sp. ±15-20 µm x 46 µm

3

Fusarium sp. ± 20-25 pada bunga µm x 1,5-2,0 µm

4

Fusarium sp. ± 9-12 pada batang µm x 2-4 µm

785

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

Tabel 2. Jenis jamur yang dijumpai pada tanaman krisan di rumah plastic

No . 1

2

Mikroskopis Nama Ukuran Bentuk Konidia Patogen konidia Puccinia ± 40-43 µm x horiana 16-17,5 µm

Gejala di lapangan

Biakan murni pada PDA

Septoria sp. ±15-20 µm x 4-6 µm

Puccina horiana menyerang tanaman

Hasil

pengamatan

mikroskopis

krisan mulai dari fase vegetatif dengan

didapat jamur ini memiliki konidia yang

penyebaran yang sangat tinggi. Jamur ini juga

berbentuk

menyerang tanaman di lapangan maupun

memanjang dan pada bagian ujung membulat

tanaman yang berada di rumah plastik.

dan agak menyempit ber sel 3-4. Konidia

Sampai saat ini penyakit karat daun yang

berukuran ±15-20 µm x 4-6 µm. Hal ini

disebabkan oleh jamur P. horiana merupakan

sesuai dengan literatur Semangun (2004)

penyakit yang sering ditemukan dan menjadi

yang menyatakan bahwa konidia berbentuk

kendala

tabung bersel 3-4.

utama

petani

dalam

budidaya

tanaman krisan di Kecamatan Berastagi.

seperti

tabung

Dari pengamatan

sempit

dan

gejala serangan

jamur Septoria sp. pada daun terdapat bercak Dari Tabel 1 dan 2 juga didapat gejala serangan jamur Septori sp. di kedua lokasi.

bulat

berwarna

cokelat

gelap.

Jika

diperhatikan dengan teliti pada bercak ini terdapat garis-garis lingkaran di dalam bercak 786

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

dengan warna sedikit lebih terang dari warna

Jamur Fusarium sp. yang menyerang

bercak. Pada tingkat serangan berat bercak

bunga krisan menyebabkan bunga menjadi

dapat bersatu dan membentuk bercak yang

layu dan busuk pada tingkat serangan lanjut.

besar.

Pada awal serangan jamur ini menyebabkan Penyakit yang disebabkan oleh jamur

helaian bunga terluar menjadi layu berwarna

Septoria sp. ini menyerang tanaman yang

coklat dan kemudian menyebar sampai

berada di lapangan maupun di rumah plastik.

keseluruh helaian bunga.

Pada pengamatan di

kejadian

Sedangkan jamur Fusarium sp. yang

penyakit oleh jamur Septoria sp. sangat tinggi

menyerang batang mempunyai mikrokonidia

setelah karat daun oleh jamur P. horiana.

yang berukuran ± 8-12 µm x 2-4 µm.

Selain

kedua

lapangan

jamur

yang

telah

Mikrokonidia

tidak

berbentuk

juga terdapat jamur Fusarium sp. Jamur ini

melengkung. Pada pengamatan di bawah

terdapat pada bunga dan batang krisan.

mikroskop

terdapat

Fusarium yang terdapat pada bunga pada

menopang

mikrokonidia

pengamatan secara mikroskopis terdapat 2

phialides.

jenis

jumlah yang sangat banyak. Mikrokonidia

mikrokonidia.

yaitu,

makrokonidia

Makrokonidia

dan

berbentuk

lurus

atau

septa,

disebutkan, pada lokasi budidaya di lapangan

konidia

elips

mempunyai

sedikit

konidiospor

Mikrokonidia

yang

yang

disebut

terdapat

dalam

juga dapat dilihat terkumpul

di ujung

memanjang dan membengkok dengan ujung

phialides dan ada juga yang tersebar. Selain

yang meruncing bersel 2-6 dengan ukuran ±

mikrokonidia,

20-25

mikroskopis juga terdapat klamidospora yang

µm

x

1,5-2,0

µm.

Sedangkan

dari

hasil

pengamatan

mikrokonidia berbentuk bulat telur bersel 1

berukuran

dengan ukuran ± 5-8 µm x 2-4 µm. Jamur ini

dengan literatur Gandjar et al. (1999) yang

juga

menyatakan bahwa mikrokonidia terdapat

membentuk

istirahat).

klamidospora

(fase

± 4-10 µm. Hal ini sesuai

dalam jumlah yang banyak sekali, berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit 787

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

membengkok dan berukuran (5,0-12,0)×(2,2-

batang Hal ini sejalan dengan literatur

3,5) µm.

Djaenuddin (2011) yang menyatakan bahwa,

Fusarium sp adalah pada tanaman

semua Fusarium yang menyebabkan layu dan

yang masih berumur 1-2 bulan tanaman

berada dalam pembuluh (vascular disease)

tampak layu, pertumbuhannya terhambat dan

dikelompokkan dalam satu jenis (spesies),

daun-daun pada bagian bawah tanaman

yaitu F. oxysporum Sclecht. Pada medium

menguning hingga kecoklatan dan layu. Pada

Potato Dextrose Agar (PDA) miselium mula-

batang bagian bawah akan menjadi berwarna

mula berwarna putih, dalam keadaan tertentu

coklat kemerahan. Pada tingkat serangan

berwarna merah muda agak ungu. Untuk

lanjut daun pada bagian atas juga akan

jamur Fusarium sp. yang menyebabkan busuk

menguning dan tanaman akan menjadi mati.

bunga kering menurut Semangun (2004) di

Pusat

Pengembangan

Indonesia jamur yang menyebabkan busuk

Hortikultura (2006) yang menyatakan bahwa

bunga kering belum diidentifikasi lebih lanjut.

gejala serangan dari Fusarium oxysporum

Dari pernyataan di atas yang membedakan F.

adalah tanaman layu, daun menguning mulai

oxysporum dengan Fusarium sp adalah dari

dari daun bagian bawah merambat ke daun

gejala

bagian atas, dan akhirnya mengakibatkan

masing-masing jamur. Fusarium oxysporum

kematian tanaman.

adalah jamur yang menyebabkan layu pada

Penelitian

dan

Fusarium sp. merupakan jamur yang

serangan

yang

tanaman sedangkan

ditimbulkan

Fusarium

busuk

sp.

menyebabkan gejala penyakit layu Fusarium

menyebabkan

bunga

dimana tanaman menjadi layu dan daun

diidentifikasi lebih lanjut di Indonesia.

oleh

yang belum

bagian bawah menguning. Pada Tabel 2. juga

Tabel 1 dan 2 menujukkan terdapat

dapat dilihat bahwa warna miselium jamur ini

perbedaan jumlah jenis jamur yang didapat

adalah berwarna putih dan tampak warna

pada kedua arel budidaya yang menjadi lokasi

ungu muda pada saat tertentu. Hal tersebut di

pengambilan sampel pada penelitian ini. Pada

atas merupakan ciri dari Fusarium sp. pada

areal budidaya di lapangan terdapat tiga jenis 788

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

jamur, yaitu Septoria sp., Puccinia horiana,

Sebaliknya untuk tanaman di Rumah plastik

dan Fusarium sp. sedangkan pada areal

pemberian pestisida hanya sekali seminggu.

budidaya di rumah plastik

perbedaan ini disebabkan karena petani tidak

menyerang

adalah

jamur yang

Septoria

dan

mengetahui ambang ekonomi untuk tanaman.

P. horiana. Perbedaan jumlah jamur yang

Tingkat serangan hama dan penyakit yang

menginfeksi krisan dari ke-2 lokasi ini dapat

lebih tinggi di lapangan membuat pemberian

disebabkan oleh beberapa faktor seperti,

pestisida

budidaya

fisik

menghindari kerugian materi yang disebabkan

areal

oleh organisme pengganggu tanaman.

tanaman

lingkungan

pada

dan

sp.

pengaruh

masing-masing

pertanaman.

juga

Keadaan

Budidaya yang dilakukan petani pada

mempengaruhi

lebih

fisik

intensif

untuk

lingkungan

keberadaan

sangat

jamur

pada

rumah plasik berbeda dengan budidaya pada

masing-masing areal. Hujan yang terjadi pada

areal lapangan. Salah satunya adalah bibit

areal di lapangan mempengaruhi kelembaban

yang digunakan. Di lapangan bibit yang

tanah. Jika terjadi hujan maka kelembaban

digunakan adalah varietas lokal sementara

tanah

bibit

plastik

dibandingkan dengan kelembaban tanah di

merupakan bibit yang mulanya diberikan oleh

rumah plastik hal ini yang membuat jamur

pemerintah yakni varietas Puma, Suni, dan

Fusarium sp. pada batang dapat berkembang

sebagainya dimana bibit ini merupakan salah

di lapangan.

yang

ditanam

di

rumah

satu kultivar yang telah diuji sebelum

di

lapangan

akan

lebih

tinggi

Kelembaban udara dapat berpotensi

diberikan kepada petani dan diharapkan bibit

tinggi

terhadap

perkembangan

ini lebih rentan terhapadap serangan hama

penyebaran

dan penyakit. Selanjutnya adalah prilaku

kelembaban

petani dalam pemberian pestisida. Pada

dengan kelembaban udara di rumah plastik

budidaya di lapangan pemberian pestisida

yang mempunyai naungan. Hal ini yang

intensif dilakukan yaitu 2 kali seminggu.

mempengaruhi keberadaan jenis jamur di

penyakit. udara

tinggi

Di

dan

lapangan dibandingkan

789

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

lapangan lebih banyak dibandingkan dengan

Pengamatan Jamur Penyebab Penyakit Secara

di rumah plastik.

Makroskopis

Tabel 3. Pengamatan jamur secara makroskopis No Jenis Jamur Warna Koloni

1

Septoria sp.

2

Fusarium sp. pada bunga

3

Fusarium sp. pada batang

Bentuk Tepi Koloni

Bagian atas koloni berwarna Bulat putih dan bagian dasar koloni berwarna coklat terang Bagian atas koloni berwarna Bulat putih dan bagian dasar koloni berwarna coklat kemerahan Bagian atas koloni berwarna Bulat putih dan menjadi berwarna ungu pada bagian pusat

Permukaan Koloni Kasar, elevasi convex Kasar dengan elevasi raised Halus dengan permukaan rata.

Tabel 4. Pertumbuhan jamur pada media PDA Jenis Jamur Luas pertumbuhan (cm2) Septoria sp. Fusarium sp. pada bunga Fusarium sp. pada batang

1hsi 0,78 0,78

2hsi 4,33 1,53

3hsi 9,34 5,58

4hsi 13,51 9,07

5hsi 21,22 16,61

6hsi 28,73 25,20

7hsi 35,23 32,82

8hsi 44,15 42,21

0,89

4,77

12,14

16,61

27,01

33,50

40,69

46,14

hari ke delapan dengan luas pertumbuhan Dari Tabel 3 dapat dilihat warna, 44,15 cm2

(Tabel 4).

bentuk tepi dan permukaan koloni dari Jamur Fusarium sp. yang menyerang masing-masing jamur pada media PDA. bunga memiliki warna koloni putih pada Untuk jamur Septoria sp. dapat dilihat biakan bagia atas dan berwarna coklat kemerahan murni berwarna putih pada bagian atas dan pada bagian bawah koloni pada media PDA. coklat terang pada bagian bawah. Bentuk tepi Permukaan koloni kasar dengan elevasi raised koloni bulat dan rata. Pada bagian tengah atau pada bagian pusat lebih ke atas dan sidikit lebih ke atas tampak seperti kapas bergelombang. Pertumbuhan jamur ini sangat Pertumbuhan jamur Septoria sp. pada media lambat dibandingkan dengan jamur lain yang PDA terlihat menutupi seluruh petridish pada didapat pada penelitian ini. Pertumbuhan 790

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

jamur Fusarium sp pada hari ke dua adalah

rendah adalah jamur Fusarium sp. penyebab

sebesar 1, 53 cm2 dan pada hari ke delapan

busuk bunga dengan luas pertmubuhan 42,21

adalah sebesar 42,21 cm2 (Tabel 4).

pda hari kedelapan.

Jamur Fusarium sp. yang menyerang batang memiliki bentuk tepi koloni yang bulat

SIMPULAN

rata dan permukaan koloni yang cukup halus.

Jamur yang dijumpai pada tanaman krisan

Koloni jamur berwarna putih pada awalnya

(Chrysanthemum sp.) yang dibudidayakan di

kemudian setelah beberapa hari inkubasi

lapangan adalah Puccinia horiana, Septoria

koloni menjadi berwarna ungu mulai dari

sp., Fusarium sp. dan Fusarium oxysporum,

bagian tengah. Pada bagian bawah tampak

sedangkan yang di rumah plastik adalah

berwarna putih dan kemudian menjadi keruh

Puccina horiana dan Septoria sp. Budidaya

setelelah beberapa hari. Dari Tabel 3 dapat

dan keadaan fisik lingkungan yang berbeda,

dilihat bahwa pertumbuhan jamur sangat

mempengaruhi

keberadaan

cepat. Pada hari ke dua luas pertumbuhan

masing-masing

areal

jamur sebesar 4,77 cm2 lebih cepat dari pada

masing jamur pada media PDA memiliki

ke dua jamur lainnya. Pada hari ke delapan

bentuk tepi koloni dan permukaan koloni

jamur ini telah memenuhi permukaan PDA

yang

hampir

sama.

pada petridish dengan luas pertumbuhan

pertumbuhannya

paling

terbesar yaitu sebesar 46,14 cm2.

terendah pada media PDA berturut-turut

Dari Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa luas pertumbuhan jamur tertinggi adalah

jamur

budidaya.

Jamur tinggi

pada

Masing-

yang hingga

adalah Fusarium sp. pada batang, Septoria sp. dan Fusarium sp. pada bunga.

jamur Fusarium sp. pada batang dengan luas pertumbuhan 46,14 cm2 pada hari ke delapan

DAFTAR PUSTAKA

kemudian jamur Septoria sp dengan luas

Djaenuddin N. 2011. Bioekologi Penyakit Layu Fusarium Fusarium oxysporum. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PFI Komda Sulawesi Selatan dan

pertumbuhan pada hari ke delapan adalah 44,15 cm2 dan pertumbuhan yang paling

791

Jurnal Onaline Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 781 - 792, Maret 2014

Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hlm. 67.

Gadjah Mada Yogyakarta.

University

Press,

Gandjar I, Robert AS, Karin V, Ariyanti O, Iman S. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Universitas Indonesia, Depok.

Semangun H. 2007.Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia (Edisi kedua). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006. Budidaya Krisan Bunga Potong. J. Penelitian dan Pengembangan Hortikultura : 1-60.

Wasito A dan Marwoto B. 2003. Pengujian Keefektifan Gliokompos terhadap Pertumbuhan dan Perkembangang Tanaman Krisan. J. hort 13(4) : 229235.

Raharjo IB dan Suhardi. 2008. Insidensi dan Intensitas Serangan Penyakit Karat Putih pada Beberapa Klon Krissan. J. Hort. 18(3) : 312-318.

Widiastuti L, Tohari, Endang S. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terahadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. J. Ilmu Pertanian 11 (2) : 35-42.

Semangun H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.

792