ISLAM DI INDONESIA : AGAMA DAN BUDAYA LUFTI YANUAR SARTONO

Download Sejak masuknya Islam ke Indonesia melalui pendekatan budaya, Agama tersebut berjalan beriringan dengan budaya setempat masyarakat Indonesia...

0 downloads 429 Views 937KB Size
Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa

ISLAM DI INDONESIA : AGAMA DAN BUDAYA Lufti Yanuar Sartono

Willy Himawan M.Sn.

Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: lyanuar94@gmail.

Kata Kunci : Islam, Budaya, Paradoks, Absurd, Janggal.

ABSTRAK Sejak masuknya Islam ke Indonesia melalui pendekatan budaya, Agama tersebut berjalan beriringan dengan budaya setempat masyarakat Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadilah pembauran antara Agama Islam dengan budaya masyarakat yang menghasilkan berbagai fenomena yang paradoks, absurd, dan janggal. Hal tersebut dapat disadari karena keduanya memiliki tendensi masing-masing, Agama Islam bersumber dari Wahyu Tuhan yang bersifat mutlak, sedangkan budaya merupakan buatan manusia yang bersifat dinamis. Fenomena pembauran antara Agama Islam dengan budaya masyarakat Indonesia terjadi dalam beberapa aspek kehidupan, dan sering terjadi di wilayah yang masih memiliki akar kultural yang kuat. Fenomena tersebut sering disikapi terlalu dini, entah itu penolakkan tanpa pemaknaan atau persetujuan tanpa kesadaran. Berangkat dari pengalaman Penulis dalam mempelajari Agama Islam dan melihat langsung fenomena tersebut, Penulis ingin mengangkat fenomena tesebut sebagai bentuk pemikiran, kegelisahan dan pemaknaan terhadap hal tersebut dalam bentuk karya seni.

ABSTRACT Since the introduction of Islam to Indonesia through a cultural approach, the religion go hand in hand with the local culture of Indonesian people. However, over time, there was an assimilation between Islam and local culture that produced various phenomena that are paradoxical, absurd and odd. This can be realized because they have their own tendency, Islam comes from the Revelation of God which is absolute, whereas culture is a man-made which is dynamic. The phenomenon of assimilation between Islam and Indonesian local culture occurred in several aspects of life, and often occur in areas that still have strong cultural roots. The phenomenon is often addressed too early, whether it is a rejection without meaning or approval without consciousness. Based on author‟s experience in the study of Islam and a direct view of the phenomenon, the author wants to lift that phenomenon as a form of thought, anxiety and meaning to them in the form of artwork.

1. Pendahuluan Pasca perceraian kedua orang tua, Penulis merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah keluarga. Keadaan yang demikian terus berlarut dan berujung pada Penulis yang akhirnya harus menjalani pembelajaran Agama Islam dalam iklim Pesantren di Jawa Tengah. Dalam situasi ini Penulis menemukan bahwa agama adalah jalan hidup yang tertulis dalam Al-Quran dan Hadits. Namun hal ganjil begitu terasa ketika Penulis mulai mendalami Islam itu sendiri, hal tersebut muncul karena kesadaran bahwa Islam di Indonesia dalam praktiknya cukup unik. Dimana Islam dan budaya setempat dipadukan yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan seperti ritual syukuran, kekuatan mistis, perdukunan, pertunjukkan, pengkultusan, tolak bala dan masih banyak hal lainnya. Keadaan tersebut dapat dipahami jika kita sadar bahwa Agama (Islam) dan budaya mempunyai independesi masing-masing, tetapi keduanya juga mempunyai wilayah tumpang tindih. Bisa dibandingkan dengan independesi antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Orang tidak dapat berfilsafat tanpa ilmu pengetahuan, tetapi tidak bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah filsafat. Diantara keduanya terjadi tumpang tindih dan sekaligus perbedaan-perbedaan. Agama Islam bersumber pada wahyu dan memiliki norma-normanya sendiri. Karena bersifat normatif, maka ia cenderung menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia, karenya ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung untuk selalu berubah. Perbedaan ini tidak menghalangi kemungkinan manifestasi kehidupan beragama dalam bentuk budaya. 2. Proses Studi Kreatif Dalam konteks Islam di Indonesia, Penulis memfokuskan pada permasalahan pertemuan antara Agama Islam dan budaya masyarakat Indonesia. Pada beberapa kasusnya, pertemuan antara Agama Islam sebagai Wahyu Tuhan dan budaya sebagai buatan manusia menghasilkan pembauran yang janggal, absurd ataupun paradoks. Kesadaran akan hal itu timbul setelah Penulis mempelajari agama Islam melalui Kitab Suci Al-Quran, dan Hadits. Kejanggalan yang terjadi di tengah-tengah pertemuan agama dan budaya muncul dalam beberapa fenomena. Fenomenafenomena tersebut coba dimaknai oleh Penulis dalam bentuk karya seni, Dalam pembuatan karya ini, segala permasalahan yang dibahas bersumber dari pengalaman atau observasi yang Penulis temui. Hal paradoks, kejanggalan dan absurd dari pembauran agama Islam dan budaya ada di beberapa aspek, yaitu : tauhid, syariah dalam berbudaya, sosial, identitas masyarakat dalam beragama. ritual, dan keseharian. Seperti yang pernah disinggung di bab sebelumnya, bahwa persoalan yang diangkat melalui pengalaman dan observasi. Adapun penelitian para Antropolog perlu digunakan untuk meyakinkan bahwa fenomena tersebut memang benar adanya dan memiliki pola yang sama hampir di seluruh Indonesia. Namun karena pengalaman Penulis hanya sebatas di tengahtengah masyarakat Sunda dan Jawa. Maka konteks pembicaraan tema di wakili oleh kedua kehidupan masyarakat tersebut. Karena keterlibatan diri seniman dengan persoalan adalah hal yang cukup penting, agar bukan hanya sekedar menilai, namun juga harus bisa merasakan dan memaknai persoalan tersebut. Dalam proses pembuatan karya ini, visual lukisan berasal dari foto yang telah di kondisikan atau direkonstruksi. Hal demikian dilakukan karena keadaan di lapangan ketika diambil begitu saja belum tentu bisa merepresentasikan apa yang Penulis intensikan. Selain itu juga, rekonstruksi berpotensi untuk menguatkan nilai yang ada dalam kenyataan itu sendiri untuk disampaikan. Dari gagasan yang Penulis angkat diatas, maka bentukkan visual yang Penulis ciptakan bersifat seperti visual „gambar‟ yang sering di jumpai di Indonesia. Karena sifat „gambar‟ di Indonesia sendiri bersifat keseharian, ada intensi ke dalam diri pelakunya sendiri, umum bagi semua masyarakat, dan memiliki kemapuan narasi yang kuat. Maka ketika „gambar‟ di usung ke wilayah Seni Rupa dengan membawakan nilai, narasi, simbol, reprentatif, metafora, enigma, dan unsur rupa yang membawa manusia ke pemahaman di luar rupa tersebut jadilah karya lukis. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

1

3. Hasil Studi dan Pembahasan Karya yang dibuat dalam Tugas Akhir ini berjumlah 6 karya. Lukisan yang mengintensikan visual yang keseharian, seperti „gambar‟ yang mudah ditemui, umum bagi siapa saja, dan akrab dengan saya sendiri sebagai masyarakat Indoensia. Hal absurd dan paradoks yang ditemui oleh Penulis sebagai bentuk pembauran agama Islam dan budaya meliputi beberapa aspek yaitu : tauhid, syariah, Identitas keislaman sosial, akhlak dalam ritual masyarakat, dan fenomena keseharian yang menjadi rutinitas. Persoalan-persoalan ini coba dimaknai dengan proses melukis oleh Penulis. Persoalan tersebut yang diangkat dianggap absurd, oleh Penulis, sehingga terlalu dini untuk menilai benar atau salah. Mungkin membuat pernyataan benar atau salah dari kejadian dengan membuat jarak antara kita dan permasalahan akan lebih mudah. Dengan membandingkan teks kitab suci dan masalah, ketika fenomena menyimpang dari teks maka itu salah. Namun, apa yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W tidak seinstan itu, begitupun para Sahabat, Empat Imam Besar Mazhab, bahkan termasuk para Wali yang menyebarkannya di Indonesia. Ada suatu proses untuk berpikir mengenai permasalahan untuk menghindari konflik yang lebih besar di masyarakat dengan tujuan memberikan dampak yang baik bagi semua manusia. 3.1. Spritual Paradoks

Gambar 3.1. “Spiritual Paradoks”, 200 x 150 cm, Softpastel and Acrylic on Canvas, 2017. Ajaran utama Islam adalah ketauhidan atau monoteisme tiada tuhan selain Allah, namun dalam praktinya beberapa masyarakat Indonesia mencampurkannya dengan kebudayaan dari masa pra-Islam dan menjadikannya sebuah ritual spiritalitas yang paradoks. Hal tersebut sering membuat keresahan tersendiri bagi beberapa umat Islam termasuk Penulis sebagai fenomena yang sangat absurd karena pembauran agama dan budaya terjadi dalam hal yang fundamental.

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

2

Maka fenomena ini direpresentasikan dengan seorang pria tua yang memegang sesaji sebagai simbol dari dari ritual tersebut. Sorotan cahaya dan warna yang mencolok untuk mengintensikan suasana yang tragis, tidak nyaman, dan persoalan fundamental. Sedangkan atribut berupa peci dan celana yang hanya menutupi aurat sesuai aturan Islam merupakan metafora bahwa kepercayaan seseorang merupakan pertahanan diri yang terakhir. 3.2. Rekonstruksi Substansi Hijab Persoalan hijab sebagai penutup aurat perempuan adalah salah satu muara pertemuan antara aturan Agama Islam dengan kebudayaan dalam bentuk pakaian. Seringkali muncul pertanyaan masihkah berbudaya Indonesia jika berhijab atau sebaliknya masihkah mengikuti agama Islam jika mengikuti pakaian kebudayaan?. Jika melihat fenomena tersebut, masing-masing membawa nilai dari dua sudut pandang berbeda. Maka dalam karya ini, Penulis mencoba menstimulus apresiator tentang substansi hijab itu sendiri. Polemik persoalan hijab tersebut digambarkan secara dramatis, dengan menampilkan seorang perempuan yang sedang bersolek dan menggunakan kebaya, sebagai representasi dari masyarakat yang menjunjung tinggi budayanya. Sedangkan plastik transparan yang menutup perempuan tersebut adalah metafora dari hijab sebagai penutup aurat perempuan yang belum terselesaikan pemaknaannya.

Gambar 3.2. “Rekontruksi Substansi Hijab”, 200 x 150 cm, Softpastel and Acrylic on Canvas, 2017.

3.3. Enigmatik Identitas Islam Persoalan dari pertemuan antara Agama Islam dan budaya salah satunya pada identitas keislaman. Di Indonesia, hingga saat ini sering melabelkan identitas keislaman dengan pakaian budaya Timur Tengah. Padahal budaya Timur Tengah itu sendiri Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

3

sudah ada sebelum masa kenabian Muhammad S.A.W. Hal tersebut dapat diidentifikasi bahwa budaya tertentu dapat masuk dan seolah menjadi bagian dari agama itu sendiri. Dalam karya ini, Penulis mencoba menampilkan persoalan teka-teki identitas keislaman yang sering menjadikan kebudayaan tertentu sebagai parameternya, bukan lagi pada ajaran atau aturannya. Seorang pria Jawa sebagai simbol dari budaya Indonesia dan pria Timur Tengah sebagai simbol kebudayaannya yang saling berhadapan. Keadaan yang dramatis ini memperlihatkan Pria Timur Tengah yang terlihat di cermin, sebagai metafora keberadaanya lebih dekat sebagai identitas Islam ketimbang pria Jawa yang ada di depannya.

Gambar 3.3. “Enigmatik Identitas Islam”, 200 x 150 cm, Softpastel and Acrylic on Canvas, 2017.

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

4

4.4. Sosial Paradoks

Gambar 4.4. “Sosial Paradoks”, 150 x 200 cm, Softpastel and Acrylic on Canvas, 2017. Dalam kehidupan sosial yang pernah Penulis temui, terdapat beberapa orang Islam yang berprofesi sebagai pembuat artefak untuk keperluan ibadah kepercayaan lain. Hal seperti itu dilarang dalam Islam. Namun, membuat artefak-artefak seperti itu juga merupakan warisan budaya yang sudah dibentuk dalam kurun waktu sangat lama dan merupakan mata pencaharian para pembuatnya. Seorang pria dengan peci dengan celana lusuh layaknya pekerja sedang memahat patung Ganesha yang merupakan salah satu dewa dalam Agama Hindu. Hal ini untuk mengintensikan persoalan yang paradoks, sebagai muslim sudah menjadi kewajiban menjauhi larangan Allah, sebagai individu sudah menjadi nalurinya untuk bekerja sesuai minat dan bakatnya, dan sebagai makhluk sosial dalam komunal ada kewajiban dalam bertoleransi beragama. Karya ini, mencoba menampilkan persoalan-persoalan tersebut dalam satu adegan yang dramatis untuk membawa apresiator kedalamnya.

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

5

4.5. Paradoks Ritual ‘Turun Tanah’

Gambar 4.5. “Paradoks Ritual „Turun Tanah‟”, 180 x180 cm, Softpastel and Acrylic on Canvas, 2017. Sikap masyarakat Indonesia dalam menyikapi kehidupan sering diiringi dengan ritual-ritual atau upacara. Banyak ritual atau upacara yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur, menjalin tali silaturahmi, ritual atau adat sebagai penjaga ketertiban sosial kehidupan mereka dan bentuk spiritualitas mereka. Namun, persoalannya adalah ritual tersebut tidak berakar pada ajaran agama dan sering ada pihak yang pro dan kontra. Ritual yang Penulis ambil disini adalah upacara „turun tanah‟ pada masyarakat Jawa. Hal janggal yang terjadi ketika takdir bayi kelak dapat dijustifikasi dengan benda yang dipilihnya tersebut. Memang ritual tersebut wujud dari rasa syukur, dan kerukunan bermasyarakat, namun keberadaan ritual tersebut bersinggungan dengan ajaran Islam dimana takdir dipilih seperti layaknya judi. Sehingga budaya semacam ini, perlu dikritisi nilai yang diturunkan dan tidak semata menghanguskan budaya dari sudut pandang agama. Karena kebudayaan adalah salah satu bentuk identitas masyarakat tertentu.

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

6

4.6. Idealisme Spiritual Paradoks

Gambar 4.6. “Idealisme Spiritual Paradoks” 60 x45 cm x 15 pcs, Softpastel and Acrylic on Canvas, 2017. Pembauran antara Agama Islam dan budaya setempat telah menjelma menjadi kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat dilihat dalam keseharian. Dalam karya ini, Penulis menampilkan fenomena hasil dari pembauran antara Agama Islam dan budaya setempat di Indonesia yang paradoks. Penggambaran yang naratif atau literal, berusaha untuk menangkap momentum, dengan tujuan bernarasi tentang kejadian sebelum dan sesudah peristiwa. Setiap kanvas memiliki sifat, aspek, dan nuansa yang berbeda dengan yang lainnya, namun sebenarnya semuanya memiliki pola-pola yang sama jika dilihat secara holistik. Selain itu, masing-masing kejadian dalam setiap kanvas merupakan persoalan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, namun pada akhirnya semuanya merupakan gejala idealisme spiritual masyarakat Indonesia yang selalu ingin menyatukan segala perbedaan dalam satu kesatuan yang seimbang. Sehingga kesatuan yang dibuatpun bersifat paradoks. Ucapan Terima Kasih Puji Syukur ke hadirat Allah yang Maha Kuasa, salam serta shalwat untuk junjungan Nabi Muhammad SAW. Terimaksih Ibu dan Bapak, serta keluarga yang sangat berarti bagi Penulis. Terimakasih kepada Bapak Willy Himawan M.Sn. selaku pembimbing dalam pengerjaan Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB, sangat menarik sekali ketika mendiskusikan persoalan agama Islam dan budaya secara keilmuan. Selain itu juga terimakasih kepada para Model dan beberapa pihak yang telah membantu pengerjaan tugas akhir ini. Semoga bermanfaat.

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

7

Daftar Pustaka  

     

Bell, Julian. 19999. What is painting. Thames and Hudson. KH Abdurrahman Wahid, Abdul Muqtish Ghazali, KH Afifudin Muhadjir, Amin Abdullah, Azis Anwar Fachrudin, Azyumardi Azra,Din Syamsudin, Haidar Bagir, KH Husein Muhammad, M. Sulton Fatoni, KH Masdar Farid Mas‟udi, Mahsun Fuad, Munawir Aziz, Nurcholish Madjid, KH Sahal Mahfudh, KH Said Aqil Siroj, Yahya C. Staquf, Zainul Milal Bizawie. 2015. Islam Nusantara. Bandung : PT Mizan Pustaka. Langley Sommer, Robin. 2008. Norman Rockell. East Bridgewater : World Publications Group, Inc. Leslie B. DeMille. 1988. Pastel.Walter Foster Publishing, Inc. Liqutiex Artist Material 2007 Team Writter. 2007. The Acrylic Book. M & A. Prof. Dr. Koentjaraningrat. 1976. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan. Sumardjo, Jakob.2006. Estetika Paradoks. Bandung : Sunan Ambu Press. Sugiharto, Bambang. 2013. Untuk Apa Seni. Bandung : Matahari.

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

8

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat wisuda mahasiswa yang bersangkutan. Diisi oleh Mahasiswa

Nama Mahasiswa

Lufti Yanuar Sartono

Nim

17012021

Judul Artikel

Islam di Indonesia : Agama dan Budaya

Diisi oleh Pembimbing

Nama Pembimbing

Willy Himawan M.Sn. 1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD 2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi 3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi

Rekomendasi Lingkari salah satu

4. Dikirim ke Seminar Nasional 5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus 6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus 7. Dikirim ke Seminar Internasional 8. Disimpan dalam bentuk Repositori

Bandung, ......./......./ 2017 Tanda Tangan Pembimbing : _______________________ Nama Jelas Pembimbing

: Willy Himawan M.Sn.

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa |

9