IV. TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF BEBERAPA JENIS TANAMAN

Download nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mem- percepat pertumbuhan akar karena hormon pertum- buhan banyak terdapat pada nodum. Untuk stek puc...

0 downloads 605 Views 10MB Size
IV. TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN

15

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar Nama Daerah

: Benuang bini, benuwang, banuang, bunuang, benua, wenuang

Nama Ilmiah

: Octomeles Sumatrana Miq

Family

: Datiscaceae

Penyebaran

: Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.

a. Stek Bahan Stek

: Bahan stek berasal dari kebun pangkas. Dipilih tunas ortotrop muda yang relatif seragam diameternya yaitu berkisar 5,6 - 8,0 mm, yang berasal dari kebun pangkas yang berketinggian 3 maksimal 60 cm dari tanah ). Tunas tersebut dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak. Selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Perbedaan waktu pengambilan bahan stek memberikan pengaruh terhadap perakaran stek, waktu pengambilan bahan stek sebaiknya antara pukul 10.00-13.00.2) Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Tunas tersebut dipotong-potong menjadi stek Bagian bawah stek dipotong miring 450 (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar Foto Doc. A.A. Pramono karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada Gambar 8. Kebun pangkas Benuang bini nodum. Untuk stek pucuk, pangkal bahan stek adalah ruas ke 6-7 dari ujung tunas. Sedangkan ruas ke 8 dan selanjutnya dapat dipakai untuk stek 4 batang. Bahan stek batang sepanjang 3 ruas atau 3 mata tunas ). Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini

16

bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun. Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas, potongan bawah stek diberi Rootone F dengan dengan dosis + 200 gr/stek. 2,5

Media

: Media yang dapat digunakan adalah pasir atau arang sekam ). Media ini dimasukkan ke dalam polibag dan disusun dalam bedengan. Wadah media dapat menggunakan polybag.

Penanaman

: Bahan stek pada media tumbuh yang sebelumnya telah dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran sedikit lebih besar dari diameter stek, guna menghindari luka yang diakibatkan gesekan antar media dengan bahan stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Tempat perakaran stek sebaiknya memiliki kondisi lingkungan (pada jam 08.00-16.00) sebagai berikut: suhu 25o C - 30 o FC, kelembaban nisbi 85% - 90%, dengan intesitas cahaya cukup terang. Kondisi ini dapat 4 diperoleh misalnya pada rumah perakaran BTP-ADH 1 ).

Persen Berakar

: Dengan perlakuan di atas persen berakar bisa mencapai 80% 4 untuk stek pucuk, dan 40% untuk stek batang ).

Foto Doc. A.A. Pramono

Gambar 9. Bibit Benuang bini hasil stek

17

Daftar Pustaka 1) Ermayati., D. Leppe dan N. Juliaty. Pembiakan Vegetatif Melalui Stek Pucuk Pada Jenis Octomeles Sumatrana Miq. Buletin Penelitian Kehutanan Samarinda. Vol. 14(2). 2) Khotimah, K. 2004. Perakaran stek pucuk benuang (Octomeles Sumatrana Miq) pada berbagai jenis media dengan waktu pengambilan bahan stek yang berbeda. Skripsi Departemen Biologi FMIPA IPB. Bogor. 3) Pramono, A.A., Abidin, A.Z; Marom, O; Royani, H; Rahmat, A; Romulo, S. 2001. Pengembangan Kebun Pangkas di Nagrak. Laporan Uji Coba No 357. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. 4) Pramono, A. A. 2003. Produksi Bibit Benuang (Octomeles Sumatrana ) dari Stek. Leaflet. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor. 5) Pramono, A. A. 2003. Pengaruh Rootone F dan Jenis Media terhadap Perakaran Stek Benuang (Octomeles Sumatrana ). Buletin Teknologi Perbenihan. Vol. 10(1). Balitbang Teknologi Perbenihan. Bogor. 25-34.

18

2. Eukaliptus (Eucaliptus pellita F.Muel) Oleh: Nurmawati Siregar dan Sri Darmayani Toding Nama Daerah

: Eukaliptus

Nama Ilmiah

: Eucaliptus Pellita F.Muel

Famili

: Mirtaceae

a. Stek Bahan Stek

: Bahan stek berasal dari trubusan tanaman yang berumur sekitar 2 tahun, dipilih tunas yang relatif seragam. Tunas tersebut dipotong dengan gunting stek yang tajam agar tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari. Akar tersebut dipotong-potong menjadi stek dengan panjang sekitar 15 cm (satu ruas) masing-masing daun dipotong dua per tiga bagian. Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau 0 pangkal stek dipotong miring 45 (untuk memperluas bidang penyerapan air). Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi Rootone F 50% dengan metode perendaman selama 5 menit dan direndam dalam larutan pupuk organik cair SNN 50% selama 10 menit.

Media

: Campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 3:1, dimasukkan ke dalam polibag, kemudian disusun dalam bedengan yang diberi naungan dengan intensitas 65%. Wadah media dapat menggunakan polibag ukuran 12 x 10 cm.

Penanaman

; Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sepertiga atau setengah dari panjang stek dan disiram dengan air. Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Dengan cara ini memberikan persen tumbuh sebesar 69,2% 6 minngu setelah tanam1), selanjutnya secara bertahap naungan mulai dikurangi .

19

Foto Doc. Danu

Gambar 10. Persemaian eucalyptus hasil stek PTW KSi, Jambi

b. Sambung Root stock

: Rootstock berasal dari bibit yang sudah berumur 5 - 6 bulan, diameter batang 0,8 - 1 cm. Batang rootstock dipangkas setinggi sekitar 25 cm dari permukaan media, kemudian dilakukan penyayatan pada salah satu sisi batang rootstock dengan panjang sayatan 1,5-2 cm.

Scion

: Scion berasal dari pohon plus, tunas scion dipotong sepanjang 8-10 cm, pada salah satu dari sisi pada bagian pangkal disayat sehingga bagian cambium kelihatan. Pilih diameter scion yang sesuai dengan diameter rootstock.

Penyambungan

: Penyambungan dapat dilakukan: (1) secara rind graft dengan menempelkan kedua bidang sayatan, kemudian diikat dengan parafilm, lalu sambungan ditutup dengan plastik bening transparan untuk menjaga kelembaban dan mencegar air masuknya air ke dalam sambungan. Penyambungan dengan cara rind graft memberikan persen tumbuh sebesar 45 %. 3) . (2) Scion ditempelkan pada satu sisi rootstock lalu diikat dengan paraffin, diikat dan ditutup dengan plastic untuk menjaga kelembaban dan mencegar air tidak masuk ke dalam sambungan. Cara ini memberikan persen tumbuh sebesar 4) 71.92 % .

Pemeliharaan

: Penyiraman media, pembuangan tunas yang tumbuh pada bagian bawah dan pembuatan lubang pada plastik apabila tunas sudah tumbuh.

20

Daftar Pustaka 1) Prastyono, Adinugraha, H.A dan Suwandi. 2003. Keberhasilan Pertumbuhan Stek ucuk Eucalyptus pellita Pada Beberapa Media dan Hormon Perangsang Pertumbuhan. Jurnal pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1(2) Agustus 2003. 2) Adinugraha, HA dan D, Setiadi. 2003. Pengaruh pupuk Organik Cair SNN (Super Natural Nutrition) dan lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Eucalyptus Pellita di Persemaian . Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1(2) Agustus 2003, 3) Hamdan, A.A., B. Leksono dan F. Halang. 2005. Keberhasilan Tumbuh Beberapa Klon Jenis Eukaliptus Dengan Penerapan Dua Teknik Sambungan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol: 2 (2). Yoyakarta . 4) Adinugraha, AH dan S. Sunarti. 2004. Pengaruh Naungan dan Asal Scion Terhadap Keberhasilan Sambungan Jenis Eukaliptus. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol 1(1).

21

3. Damar Mata Kucing (Shorea javanica K&V) Oleh: Nurmawati Siregar dan Made Suartana Nama Daerah

: Damar Mata kucing

Nama Ilmiah

: Shorea javanica K&V

Famili

: Dipterocarpaceae

Penyebaran

: Sumatera dan Jawa Barat

a. Stek Bahan Stek

: Bahan stek berasal dari bibit umur 2 tahun, dipangkas dan tunas 2,3) umur 9 bulan dijadikan bahan stek . Dipilih tunas ortotrop muda yang relatif seragam diameternya dan sudah agak berkayu, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari. Tunas dipotong-potong menjadi stek dengan panjang 5 cm, diameter 0,5-0,8 cm. Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian 0 bawah atau pangkal stek dipotong miring 45 (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun. Jaringan dalam stek tidak dimasuki udara sehingga tidak menghambat penyerapan air. Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi IBA 100 ppm dengan metode perendaman selama 1 jam, atau cukup membelah dua bagian bawah stek atau tangkai stek.

Media

22

: Pasir sungai disolarisasi selama 3 jam, dimasukkan dalam polibag ukuran 12 cm x 15 cm dan disusun dalam bedengan yang diberi naungan paranet intensitas 75% menghasilkan 2) persen tumbuh 90 % , bila bagian bawah stek dibelah dua dengan naungan intensitas 65% dan 75% menghasilkan persen 3) tumbuh 93% .

Penanaman

: Media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah panjang stek, kemudian ditutup dengan media dan disiram air. Daftar Pustaka

1. Hendromono. 1996. Pembiakan Vegetatif S. Javanica dengan stek batang. Buletin Penelitian Hutan Bogor No: 599. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 33-38 2. Lukman A.H. dan A. Sofyan. 2000. Percobaan stek Damar Mata Kucing (Shorea javanica) dari beberapa tingkat umur bibit. Buletin Teknologi Reboisasi No. 10. Balai Teknologi Reboisasi. Palembang 3. Siregar, N dan A. Sofyan. 2001. Pengaruh Kerapatan Naungan Terhadap Pertumbuhan Stek Damar Mata Kucing (Shorea javanica). Buletin Penelitian Hutan Tanaman Vol:1 (1). Palembang. 4.

, 2003. Pengaruh Tingkat Kerapatan Naungan dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Damar mata Kucing (Shorea javanica K&V). Buletin Hutan Tanaman Palembang Vol: 1(1) Desember 2003.

5.

, 2003. Respon pertumbuhan stek Damar Mata Kucing (S. javanica) dengan perlakuan pembelahan basal stek dan konsentrasi IBA. Buletin Penelitian Hutan Tanaman Vol:1 (1). Palembang.

23

4. Gmelina (Gmelina arborea L.) Oleh: Rina Kurniaty dan Aam Aminah Nama Daerah

: Gmelina, jati putih

Nama Ilmiah

: Gmelina arborea L.

Famili

: Verbenaceae

Penyebaran

: Sebaran alami terdapat di Birma, Thailand dan Vietnam

a. Stek Bahan Stek

:

Bahan stek berasal dari bibit atau pohon induk yang sudah 8) mencapai umur 10 tahun . Bahan stek dari bibit menghasilkan 4) persen hidup yang lebih tinggi . Bahan stek dapat menggunakan cabang atau batang yang memiliki diameter yang relatif seragam, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang tidak pecah atau rusak. , Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari di tempat yang teduh sehingga tidak cepat layu atau kering. Cabang atau batang dipotong-potong menjadi stek dengan panjang 10 - 20 cm (2 3 mata tunas), diameter 1,6 cm - 2,0 cm. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 450 (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah berisi air, untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun. Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi IBA 100 mg/liter air dengan metode perendaman selama 2 jam (2), 5) 3,7) direndam air kelapa muda selama 18 jam , dan rootone-F .

Media

24

:

Media tumbuh stek dapat menggunakan tanah sub-soil, campuran tanah dan pasir (1:1 atau 1:3, v/v), campuran tanah dan arang sekam padi (1:1, v/v), campuran tanah dan serbuk gergaji (1:1, v/v), campuran tanah dan arang sekam (1:1, v/v), campuran tanah dan serbuk sabut kelapa (1:1, v/v) 3,10,9), yang dimasukkan dalam kantong plastik dan disusun dalam bedengan. Wadah media dapat menggunakan polybag ukuran 20 x 15 cm atau 25 x 17 cm.

Penanaman

: Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Setelah stek ditanam disiram dengan air. kemudian ditutup dengan sungkup plastik putih transparan. Pada waktu siang hari untuk mengurangi suhu yang terlalu tinggi dan menjaga kelembaban maka sungkup plastik ditutup dengan karung goni yang basah atau paranet. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari.

b. Okulasi Root stock

: Root stock berasal dari bibit diameter batang 1 - 2 cm atau berumur 4-6 bulan. Penyayatan dilakukan pada ketinggian 1020 cm di atas permukaan tanah salah satu sisi batang root-stock 1) dengan panjang sayatan 2 cm dan lebar 0,5 cm .

Scion

: Scion berasal dari ruas cabang kebun pangkas atau ranting pohon induk yang baik dan jelas asalnya. Tunas scion dipotong sepanjang 2050 cm, kemudian sayat mata tunas yang baik sepanjang 2 cm dan lebar 0,5 cm berikut kayunya menggunakan pisau yang tajam dari arah bawah ke pucuk, selanjutnya bagian yang berkayu dilepas dan siap ditempelkan pada rootstock 1).

Foto Doc. Danu

Gambar 11. Okulasi pada gmelina

Penyambungan

Pemeliharaan

: Pembuatan okulasi menggunakan model forket, dengan cara menempelkan kedua bidang sayatan, kemudian diikat dengan plastik bening transparan untuk menjaga kelembaban dan mencegar air masuknya air ke dalam sambungan, cara ini 1) memberikan persen tumbuh sebesar 83% . Tanaman yang telah diokulasi ditempatkan di ruangan yang memiliki intensitas naungan 50-70%. : Penyiraman media, pembuangan tunas yang tumbuh pada bagian bawah dan pembuatan lubang pada plastik apabila tunas sudah tumbuh. Dengan cara ini memberikan persen tumbuh 1) sebesar 72,3% .

25

Daftar Pustaka 1) Danu, Dharmawati F.D dan A. Suprayogi. 2002. Teknik Okulasi Tanaman jati Putih (Gmelina arborea Linn). Tekno Benih Vol.VII (1). Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor. 2) Danu dan J.Tampubolon. 1992. Pengaruh Jumlah Ruas Stek dan Konsentrasi IBA terhadap Pertumbuhan Stek Batang Gmelina arborea Linn. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor. 3) Iriantono, J. 1992. Pemilihan Berbagai Media dan Bagian Stek pada Pembiakan Vegetatif Gmelina arborea Linn. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor. 4) Iriantono, J dan Windayani. 1992. Pembiakan Vegetatif Stek Gmelina arborea Linn. Dengan Menggunakan Rootone-F. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor. 5) Rostati H, 1998. Pengaruh pemberian Air kelapa Muda sebagai Hormon Tumbuh Alami dan Lama Perendaman terhadap Pertumbuhan Stek Batang Gmelina (Gmelina arborea Linn). Skripsi Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. 6) Siagian, YT. 1992. Pengaruh Hormon Indole3-Butyric Acid Terhadap Persentase Jadi Stek Batang Gmelina (Gmelina Arborea Linn). Buletin Penelitian Hutan No. 546. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 55-60. 7) Sumardi. 2002. Pengaruh Konsentrasi Rootone-F dan Lama Waktu Perendaman terhadap Pertumbuhan Stek Gmelina (Gmelina arborea). Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama. Palembang. 8) Waluyo, R. 2000. Studi Penggunaan Bahan Pelembab pada Penyimpanan dan Lama Penyimpanan Terhadap Persentase Tumbuh Stek Gmelina arborea Roxb. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 9) Widodo L. 1990. Pengaruh Pemberian Hormon Rootone F dan Letak Stek Pada Bagian Cabang Gmelina arborea L. Terhadap Pertumbuhan Tunas dan Akar. 10) Wijiyati K. 1995. Pengaruh Media Terhadap Pertumbuhan Stek Batang dan Stek Pucuk Gmelina arborea Linn. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

26

5. Jati (Tectona grandis L.f.) Oleh: Dharmawati F. Djam'an dan Aris Ristiana Nama Daerah

:

Jati

Nama Ilmiah

: Tectona grandis L.f.

Famili

: Verbenaceae

Penyebaran

: Jawa, Sulawesi Tenggara (Muna)

a. Stek Bahan Stek

: Bahan stek berasal dari kebun pangkas yang berasal dari bibit hasil okulasi ,biji atau bibit hasil kultur jaringan. Dipilih tunas ortotrop muda dan dorman yang relatif seragam diameternya. Bahan stek dari kebun pangkas hasil okulasi biasanya berukuran relatif besar dan dipilih yang sudah berkayu (stek makro), sedangakan yang berasal dari kebun pangkas asal benih dan kultur jaringan, bahan steknya diambil dari bibit yang masih muda dan berukuran kecil (stek mikro). Tunas tersebut dipotong dengan gunting stek yang tajam supaya bahan stek tidak pecah atau rusak. Panjang potongan stek sekitar 5-7 cm dan masing-masing daun dipotong dua per tiga bagian. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari. Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 450 (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun, stek ditempatkan dalam wadah berisi air.

Media

: Media yang digunakan campuran pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan 3:3:3. Media tersebut kemudian dimasukkan dalam polibag dan disusun bak perakaran dengan sungkup plastik atau sistem KOFFCO. Wadah media dapat menggunakan polybag ukuran 10 x 15 cm atau 15 x 25 cm, bisa juga menggunakan polytube atau potray.

Penanaman

: Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media.

27

Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi Rootone F 100 ppm dengan metode pencelupan selama 1-2 menit. Dengan cara ini memberikan persen tumbuh sebesar 79 % - 100 1,2) % . Penyiraman dilakukan 3-7 hari sekali, dan setiap 3 hari sekali sungkup dibuka selama 1-3 jam agar terjadi pergantian udara. b. Okulasi Root stock

: Rootstock berasal dari bibit diameter batang 1 - 2 cm atau berumur 4-6 bulan. Batang root-stock dipangkas setinggi sekitar 25 cm dari permukaan media, kemudian dilakukan penyayatan pada salah satu sisi batang root-stock dengan panjang sayatan 5-7 cm.

Scion

: Scion berasal dari ruas cabang kebun pangkas atau ranting pohon induk pada kelas umur II dan posisi cabang pada tajuk bawah. Tunas scion dipotong sepanjang 5-10 cm, pada salah satu dari sisi pada bagian pangkal disayat sepanjang 2-3 cm sehingga bagian cambium kelihatan.

Penyambungan

:

Pemeliharaan

28

Penyambungan dilakukan: (1) secara chip budding dengan menempelkan kedua bidang sayatan, kemudian diikat dengan parafilm, lalu sambungan ditutup dengan plastik bening transparan untuk menjaga kelembaban dan mencegar air masuknya air ke dalam sambungan, cara rind graft 3) memberikan persen tumbuh sebesar 90% ; (2) secara bud grafting dengan menempelkan kedua bidang sayatan, kemudian diikat dengan parafilm, lalu sambungan ditutup dengan plastik bening transparan untuk menjaga kelembaban dan mencegah masuknya air ke dalam sambungan, selajutnya ditempatkan dalam sungkup plastik dengan ukuran 20 x 20 cm, 4). cara bud grafting memberikan persen tumbuh sebesar 75% : Penyiraman dilakukan setiap hari, bila musim kering dilakukan 2 kali zaherí media. Tunas yang tumbuh pada bagian batang bawah harus dibuang. Setelah scion nempel dengan baik, plastic pembungkus dibuka dan batang bawah di atas mata temple dipotong. Untuk metode penyambungan dapat dilakukan pembuatan lubang pada plastik apabila tunas sudah tumbuh.

C. Kultur Jaringan Sumber Eksplan : Diambil dari mata tunas 5) pohon plus atau hipokotil dari biji yang dikecambahakan secara aseptik 6) Media dasar

: MS (Murashige & Skoog) yang dicampur dengan BAP 05-3 ppm, NAA 0,1 ppm dan GA3 0,01-0,5 ppm, sukrosa 30 g/liter dan agar 5 g/liter dengan pH 5,5-5,7 5). MS (Murashige & Skoog) dan WM (Modifikasi White) Foto Doc. Yulianti B. dicampur dengan BAP 0,15 mg/l, IAA , IBA dan Gambar 12. Pertanaman Jati hasil kultur 6) jaringan Kinetin 1,5 mg/l .

Inokulasi

: Inisiasi tunas terjadi sekitar 21 - 8 minggu setelah inokulsi

Multiplikasi

: Waktu yang dipergunakan untuk satu kali multiplikasi sekitar 8 minggu, disimpan pada ruangn dengan intensitas cahaya 2000 lux selama 8 jam dengan suhu 250C 5,6).

r

Induksi aka

5,6)

: Induksi akar dilakukan pada media pasir dengan penambahan IBA 1-10 ppm selama 4-8 minggu 5) atau media White cair dan Sukrosa 20 g/l dan wadah tabung dan dinduksi selama 2 hari dan selanjutnya dipindah ke dalam media padat White selama 20 hari 6).

Aktimalisasi

:

Media dapat menggunakan kompos, verkulit dalam cup yang ditempatkan bak plastik bening dan ditutup dengan kaca. Planlet dipelihara dalam cup selama 2 minggu selanjutnya kaca dibuka secara bertahap dan sekitar 21 hari sampai dengan 8 minggu anakan sudah dapat dipindah 5,6).

Pendewasaan

:

Media yang digunakan adalah campuran tanah, pupuk kandang dan kompos dengan perbandingan 1:1:1 (v/v) 5) atau campuran tanah, pasir, kompos vermikulit 6).

29

Daftar Pustaka 1) Mahfudz dan M. Na'iem. 2005. Pengaruh Kedewasaan Jaringan dan Posisi cabang Pada Tajuk Pohon Induk Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Jati. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 2(1). 2) ________, MA. Fauzi. C. Hidayat dan H. Supryanto. 2002. Pengaruh Hormon dan Media Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Jati (Tectona grandis L.f). Prosiding Ekspose Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. 3) _________dan M. Na'iem. 2004. Pengaruh Kedewasaan jaringan dan Posisi Cabang Pada tajuk Pohon Induk Terhadap Keberhasilan Okulasi Jati. Jurnal Penelitian Hutan tanaman Vol1 (2) 4) _________dan M. Na'iem, H. Moko dan HA. Adinugraha. 2001. Pengaruh Klon Untuk Scion Posisi Okulasi dan Ukuran Sungkup Terhadap Keberhasilan Okulasi Jati (Tectona grandis L.f).. Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon. Vol.5 (2). 5) Bahoenta, L., L. Sutjiati dan W. Sumamburat. 1995. Perbanyakan Vegetatif Jati (Tectona Grandis) Melalui Kultur Jaringan. Duta Rimba 181-182/XX. 6) Herawan, T dan Y. Husnaeni. 2001. Perbanyakan Jati (Tectona grandis) menggunakan Teknik Kultur jaringan. Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon. Vol 5(2).

30