JIM FKEP VOLUME IV NO. 1 2018 STATUS FUNGSIONAL PASKA

Download mengidentifikasi status fungsional pada pasien paska ORIF fraktur ... Populasi pada penelitian ini pasien paska ORIF di Rumah Sakit Umum Da...

0 downloads 309 Views 358KB Size
JIM FKep Volume IV No. 1 2018

STATUS FUNGSIONAL PASKA ORIF FRAKTUR EKSTERMITAS FUNCTIONAL STATUS PASCA ORIF OF FRACTURES ESTERMITAS

Nazarina1; Teuku Samsul Bahri2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail: [email protected]; [email protected] 1

ABSTRAK Open Reduction Internal Fixasion (ORIF) merupakan sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi status fungsional pada pasien paska ORIF fraktur ekstermitas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif koleratif. Populasi pada penelitian ini pasien paska ORIF di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel adalah nonprobability sampling sebanyak 72 responden. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner indeks Barthel. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa status fungsional paska ORIF berada pada ketergantungan total (48,6%), tingkat status fungsional makan (45,8%) mengalami ketergantungan total, ketergantungan total pada status fungsional mandi, (56,9%), ketergantergantungan total pada status fungsional toileting (55,6%), ketergantungan total pada status fungsional berpakaian (52,8%), ketergantungan total pada status fungsional berpindah (66,7%), ketergantungan total pada status fungsional mengontrol BAB (48,6%), ketergantungan total pada status fungsional mengontrol BAK, (48,6%), ketergantungan total pada status fungsional membersihkan diri, (48,6%). Kata Kunci : Status fungsional, Post ORIF, Fraktur ABSTRACT Open Reduction Internal Fixasion (ORIF) is a medical surgical procedure, the actions that refer to open surgery of regulating bone. The purpose of this study is to identify the functional status of patients who is pasca ORIF fractures estermitas at the Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. The type of research used is descriptive koleratif and based on the population of pasca ORIF patients at the Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Sampling technique is nonprobability sampling, as much as 72 respondents. The data retrieval technique used was guided interview using the Barthel index questionnaire. The univariate analysis showed that functional status after ORIF was in total dependence (48,6%), functional feeding status (45,8%) had total dependence, total dependence on functional status of bath (56,9%), total dependence on functional status of toileting (55.6%), total dependence on functional status of dressing (52.8%), total dependence on functional switching status (66.7%), total dependence on functional status controlling feces (48.6% , total dependence on functional status controlling BAK, (48.6%), total dependence on functional status of self-cleaning, (48.6%). Keywords: Functional status, Post ORIF, Fracture

19

JIM FKep Volume IV No. 1 2018

PENDAHULUAN Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta, merupakan terbesar di Asia Tenggara (Wrongdignosis, 2011). Manajemen fraktur memiliki tujuan reduksi, imobilisasi, dan pemulihan fungsi, normal (Halstead, 2004). Reposisi, reduksi, dan retaining merupakan suatu rangkaian tindakan yang tidak dapat dipisahkan. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur femur atau patah tulang adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tetentu. ORIF merupakan metode penatalaksanaan bedah patah tulang yang paling banyak keunggulannya (Price & Wilson, 2003). Permasalahan paska pembedahan ortopedi berkaitan dengan nyeri, perfusi jaringan, promosi kesehatan, mobilitas fisik, dan konsep diri (Bare &Smeltzer, 2006). Masalah yang terjadi pada pasien paska ORIF (open reduction internal fixation) yaitu keterbatasan gerak sendi yang dialami pasien. Fraktur dapat menyebabkan kecacatan pada anggota gerak yang mengalami fraktur. Peneliti telah melaksanakan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yaitu dengan data awal jumlah pasien ORIF fraktur ekstermitas Maret 2016-Maret 2017 sebanyak 253 pasien. Hasil wawancara tanggal 10-11 Maret 2017, didapatkan 3 dari 5 pasien (60%) mengatakan takut untuk melakukan aktifitas, dan 2 dari 5 pasien (40%) mengatakan dapat melakukan aktifitas sebagian. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaima status fungsional paska open reduction internal fixation (ORIF) fraktur ekstermitas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Kota Banda Aceh.

METODE Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif correlative dengan pendekatan cross sectional study yang dilaksanakan pada 12 juli sampai dengan 20 juli 2017 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Sampel sebanyak 72 pasien paska ORIF. Pengumpulan data dilakukan berupa angket dalam bentuk kuesioner pernyataan berdasarkan Indeks Barthel. Data diolah dengan langkah-langkah: editing, coding, transferring, dan tabulating (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat lulus uji etik dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang bertujuan untuk melindungi dan menjamin kerahasiaan responden. Analisa data terdiri dari analisa univariat. Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel (Notoatmojo, 2010). HASIL Berdasarkan tabel 1 dibawah ini menunjukan bahwa pada umur, distribusi umur responden yang paling banyak yaitu remaja akhir (17-25) dengan frakuensi tertinggi sebanyak 16 orang (22,2), dilihat dari jenis kelamin, distribusi frekuensi tertinggi adalah laki-laki sebanyak 39 (54,2). Pada tingkat status perkawinan, distribusi frekuensi tertinggi adalah kawin 47 orang (67,5). Pada tingkat pendidikan terakhir, distribusi frekuensi tertinggi sebanyak 32 orang (44,4). Pada tingkat pekerjaan, distribusi frekuensi paling banyak adalah tidak bekerja 20 (27,8). Dan pada tingkat lama hari rawatan adalah 45 orang (62,5). Tabel 1. Data Umum No Data Demografi 1. Umur (Depkes RI,2009) a. Remaja Akhir b. Dewasa awal (26-35) c. Dewasa akhir (36-45) d. Lansia awal (46-55) e. Lansia akhir (56-65) f. Manula (<65)

f 16 15 14 14 2 4

% 22,2 20,8 19,4 19,4 2,8 5,6

20

JIM FKep Volume IV No. 1 2018

No 2.

3.

4.

5.

6.

Data Demografi Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

39 33

54,2 45,8

Status Perkawinan a. Belum kawin b. Kawin

25 47

37,7 65,3

6 13 32 21

8,3 18,1 44,4 29,2

Pendidikan Terakhir a. SD b. SMP c. SMA d. PT Pekerjaan a. IRT b. Petani c. PNS d. Wiraswasta e. Tidak Bekerja Lama Hari Rawatan a. 1-2 b. 3-4 c. 5-7

f

%

No 6.

8,3

14 10 14 14 20

2 25 45

19,4 13.9 19,4 19,4 27,8

2,8 34,7 62,5

Tabel 2. Status Fungsional Paska ORIF Fraktur Eksermitas No Status f % Fungsional 1. Makan Total 35 45,8 Sebagian 21 29,2 Mandiri 18 25,0 2. Mandi Total 41 56,9 Mandiri 31 43,1 3. Toileting Total 40 55,6 Sebagian 27 37,5 Mandiri 5 6,9 4. Berpakaian Total 38 52,8 Sebagian 28 38,9 Mandiri 6 8,3 5. Berpindah Total 48 66,7 Dibatu Alat 18 25,0 Dibantu 6 8,3 Orang Lain

Status Fungsional Mengontrol BAB

f

%

Total 35 48,6 Sedang 28 38,9 Mandiri 9 12,5 7. Mengontrol Total 35 48,6 BAK Sedang 28 45,8 Mandiri 9 12,5 8. Membersihk Total 35 48,6 an Diri Sedang 33 45,8 Mandiri 4 5,6 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan status fungsional makan, mandi, toileting, berpakain, berpindah, mengontrol BAB, mengontrol BAK, membersihkan diri pasien paska ORIF di Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada ketergantungan total. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 3 menunjukkan bahwa 45,8% tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas makan pada pasien paska ORIF mengalami ketergantungan total. Menurut Nugroho (2000) tingkat kemandirian seseorang juga bisa dilihat dari aktivitas makan, contohnya pada saat makan bisa dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain, hanya memerlukan bantuan jika makanan menggunakan selang atau cairan intravena. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ropyanto (2013), dirumah sakit ortopedi prof Soeharso Surakarta (n=50) yang menyatakan bahwa pasien paska ORIF sebagian besar ketergantungan total dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Muttaqin (2008), yang menyatakan bahwa dari jumlah responden mengalami ketergantungan sedang yaitu 15 orang (36,6%) dan paling sedikit mengalami ketergantunga penuh yaitu sebanyak 2 orang (4,9%). Masalah dalam kemampuan motorik yaitu penurunan kekuatan dan tenaga, kelemahan ekstermitas bawah dan kerusakan sendi adalah perubahan morfologi dari otot. Perubahan morfologi dari otot 21

JIM FKep Volume IV No. 1 2018

menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot, selanjutnya penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan atau kemunduran kemampuan mempertahankan keseimbanhan tubuh. Berdasarkan pengolahan data pada tabel 4 menunjukan bahwa (56,9%) tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas mandi pada pasien paska ORIF berada pada ketergantungan total. Menurut Nugroho (2000), mandi merupakan komponen yang sangat penting dalam perawatan yang bertujuan untuk kebersihan kulit. Kulit menerima berbagai rangsangan atau stimulus dari luar. Usaha membersihkan diri dapat dengan cara mandi tiap hari secara teratur, paling sedikit dua kali sehari. Manfaat mandi adalah untuk menghilangkan bau badan, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah dan memberikan kesegaran pada tubuh. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ropyanto (2011) yang menyatakan bahwa pasien paska ORIF (55,1%) dengan ketergantungan berat dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan pengolahan data pada tabel 5 menunjukan bahwa 55,6% tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas toileting pada pasien paska ORIF berada pada ketergantungan total. Menurut Nurjannah (2004) toileting kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. Perawatan yang harus diberikan terutama dengan kebersihan perorangan (personal hygiene), agar perawatan diri menjadi hal yang sifatnya trapetik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ropyanto (2013), dirumah sakit ortopedi prof Soeharso Surakarta (n=50) didapatkan hasil bahwa distribusi status fungsional responden berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebanyak 50 responden berdasarkan aktivitas toileting yang terbanyak

yaitu ketergantungan total sebanyak (43,3%) membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetya (2011) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden (25,5%) pemenuhan status fungsional sedang, dan 37 responden (67,3%) menyatakan pemenuhan status fungsional berat. Berdasarkan pengolahan data pada tabel.6 menunjukan bahwa 52,8% tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas berpakaian pada pasien paska ORIF berada pada ketergantungan total. Muttaqin (2008) Pakaian merupakan salah satu keperluan asas manusia selain dari mkanan dan tempat kediaman. Hieraki Maslow mengatakan pakaian merupakan salah satu elemen penting didalam keperluan fisiologi manusia, dan melindungi tubuh dari pada hujan, panas, dan dari pada gangguan fisikal. Pakaian merupakan sesuatu yang dapat melindungi tubuh dan kulit dari rangsangan luar, dengan kata lain berpakaian dapat memberikan citra pada kita yang menggunakannya. Aktivitas berpakaian merupakan aktivitas sehari-hari dalam memakai baju, mengancing baju, memakai celana/rok. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Marjoko (2013) 43,3% dengan ketergantungan dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan seharihari. Penelitian ini didukung oleh Muttaqin (2008) dengan judul “tingkat ketergantungan dengan aktivitas sehari-hari pada pasien fraktur femur di bangsal rawat inap RSO Prof Dr.Soeharso Surakarta”. Menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang (4,5%) dengan pemenuhan status fungsional mandiri, dan sebanyak 42 (62,7%) pemenuhan status fungsional total. Berdasarkan pengolahan data pada tabel 7 menunjukan bahwa (66,7% ) tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas berjalan pada pasien paska ORIF berada pada ketergantungan total. 22

JIM FKep Volume IV No. 1 2018

Menurut Ropyanto(2011) menyatakan bahwa seseorang yang sehat yang menetap ditempat tidur selama 4 sampai 6 minggu akan kehilangan massa tulang senayak 1% setiap minggu. Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah dari kursi tanpa bantuan (mungkin menggunakan alat atau objek untuk mendukung seperti tempat atau alat bantu jalan (Leukenotte, 2000) Menurut Smeltzer & Bare (2005) lama hari rawat paska ORIF berkaitan dengan tahap perkembangan status fungsional. Nyeri paska pembedahan ekstermitas bawah memiliki intensitas nyeri hebat dengan kejadian 70% dengan durasi 3 hari (Smeltzer & Bare, 2005) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ropyanto (2013), dirumah sakit ortopedi prof Soeharso Surakarta (n=50) responden yang menyatakan bahwa pasien paska ORIF sebagian besar ketergantungan total dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan pengolahan data pada tabel 8 menunjukkan bahwa 48,6% tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas mengontrol BAB pada pasien paska ORIF berada pada ketergantungan total. Menurut Herawati, (2012) BAB atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem pencernaan. BAB yang tidak normal pada setiap individu, misalnya cenderung memiliki konstipasi, tidak dapat mengontrol eliminasi konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit, di masyarakat dikenal dengan istilah sembelit, suatu keadaan sukar atau tidak dapat buang air besar, feses (tinja) yang keras, rasa buang air besar yang tidak tuntas, atau jaran buang air besar. Sering kali orang berpikir bahwa mereka mengalami konstipasi apabila mereka tidak buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat bervariasi dari tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu. (Herawati, 2012). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ropyanto (2013), dirumah sakit

ortopedi prof Soeharso Surakarta (n=50) menyatakan bahwa pasien paska ORIF sebagian besar ketergantungan total sebanyak (38,7) dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muttaqin (2008) menunjukkan bahwa pada lansia dengan kemapuan mandiri sebanyak 76,6%, sedangkan dengan kemampuan sedang sebanyak 23,4%. Berdasarkan pengolahan data pada tabel 5 menunjukan bahwa 48,6% tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas mengontrol BAK pada pasien paska ORIF berada pada ketergantungan total. Menurut Mubarok (2008) BAK adalah secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urine akan menurun. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ropyanto (2013), dirumah sakit ortopedi prof Soeharso Surakarta (n=50) menyatakan bahwa pasien paska ORIF sebagian besar ketergantungan total sebanyak (38,7) dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ropyanto (2011), yang menyatakan bahwa dari jumlah responden mengalami ketergantungan sedang yaitu 15 orang (36,6%) dan paling sedikit mengalami ketergantunga penuh yaitu sebanyak 2 orang (4,9%). Masalah dalam kemampuan motorik yaitu penurunan kekuatan dan tenaga, kelemahan ekstermitas bawah dan kerusakan sendi adalah perubahan morfologi dari otot. Perubahan morfologi dari otot menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot, selanjutnya penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan atau kemunduran kemampuan mempertahankan keseimbanhan tubuh. Berdasarkan pengolahan data pada tabel 5 menunjukan bahwa 48,6% tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas membersihkan diri

23

JIM FKep Volume IV No. 1 2018

pada pasien paska ORIF berada pada ketergantungan total. Menurut Saputra (2013), Kebersihan diri merupakan langkah awal dalam mewujudkan kesehatan diri, karena tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang terjangkit suatu penyakit. Maupun status kesehatan serta kondisi dan mental mempengaruhi dalam proses perawatan diri. Orang yang sedang sakit atau mengalami cacat fisik dan gangguan mental akan terhambat kemampuannya untuk merawat diri sendiri secara mandiri aktivitas yang menggunakan ekstermitas atas seperti makan, perawatan diri dan mandi maupun selama perawatan dirumah sakit. Aktivitas dilakukan ditempat tidur sehingga kemapuan ekstermitas atas berperan penting (Ropyanto, 2011). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ropyanto (2011) 56,2% dengan ketergantungan dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan seharihari. Melakukan aktivitas kebersihan diri memerlukan keseimbangan antara kemampuan motorik dan kemampuan fisik. Disfungsi motor yang paling umum adalah keterbatasan gerak. KESIMPULAN Status fungsionl paska ORIF fraktur ekstermitas di Rumah Sakit Umm dr.Zainoel Abidin Banda Aceh berdasarkan skala ukur Indeks Barthel makan, mandi, toileting, berpakaian, berpindah, mengontrol BAB, mengontrol BAK, membersihkan diri beraa pada kelompok ketergantungan total. Diharapkan kepada Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin Banda Aceh kedepannya untuk terus meningkatkan serta memberikan asuhan keperawatan lebih baik dan optimal, dan kepada instusi pendidikan khususnya Fakultas Keperawatan Unversitas Syiah Kuala agar memberikan konstribusi bagi ilmu keperawatan khususnya dalam ilmu keperawatan medikal bedah, dan untuk masyarakat paska ORIF agar melakukan mobilisasi dan rehalibisasi sedini mungkin untuk mencegah kecacatan dan untuk meningkatkan fungsi sehingga tingkat ketergantungan pasien dapat lebih mandiri.

REFERENSI

Herawati, F, (2012) Panduahn Terapi Aman Selama Kehamilan. PT.ISFI Penerbitan Surabaya Halstead.J.A. (2004). Orthopedic Nursing : Caring for Patiens with musculoskeletal disorder. Brocton : Western Schools. Leukenotte, (2000). Gerontologic Nursing. St. Lois:Mosby Year Book Marjoko, (2013). Analisis Status Fungsional Stroke Saat Keluar Ruang Merak ll RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Retrived September 20, 2015 Mubarok, Chayatin, (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC Nurjannah Intansari. (2010). Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC.Yogyakarta : Moca Media Nugroho. (2000). Keperawatan gerontology Edisi 3. Jakarta : EGC Notoatmojo. S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Prasetya, W. B. (2011). Penatalaksaan Fisioterapi Pada Paska Pelepasan Plate dan Screw Pada Fraktur Sepertiga Proximal Ulna Dexra Di RST Dr. Soedjono Magelang.. Prince,

SA., & Wilson, M.L. (2003). Pathophysiologi: Cliical Concepts of Disease Processes. New York: Mosby

Ropyanto, Chandra. (2011). Analisa faktorfaktor yang berhubungan dengan status fungsional pasien paska open reduction 24

JIM FKep Volume IV No. 1 2018

internal fixation (ORIF) Fraktur Ekstermitas Bawah, Di RS.Ortopedi PROF Soeharso Surakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan Smeltzer, S., & Bare, B. (2005). Bunner and Suddarth’s : Text book medical surgical nursing. St. Louis Missouri : Elsevier Saunders. Saputra, Lyndon, (2013). (a)Catatan Ringkasan Kebutuhan Manusia. Jakarta: Binarupa Aksarz Wrong Diagnosis (2011). Prevelence and Incidence Statistic for Fractures.

25