JOURNAL | UNAIR

Download A ntrounairdotnet merupakan jurnal ilmiah Antropologi yang terbit secara berkala ... menjadi sebuah mata pencaharian praktik perdukunan dem...

0 downloads 761 Views 681KB Size
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 4

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD AntroUnairDotNet A ntrounairdotnet merupakan jurnal ilmiah Antropologi yang terbit secara berkala tiga kali dalam satu tahun. Dalam setiap penerbitannya, Antrounairdotnet memuat hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang bersifat original hasil karya skripsi. Keberadaan Antrounairdotnet diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kalangan akademis, praktisi dan masyarakat umum yang menaruh perhatian pada keanekaragaman manusia dan kebudayaan Indonesia. Isi kandungan artikel menjadi tanggung jawab penulis, sehingga redaksi selalu membuka diri untuk menerima sanggahan berupa penulisan artikel banding terhadap artikel yang pernah dimuat sebelumnya. Susunan Pengelola Jurnal Antrounairdotnet Pemimpin Redaksi : Pudjio Santoso Redaktur Pelaksana : Sri Endah Kinasih Tri Joko Sri Haryono Nurcahyo Tri Arianto Djoko Adi Prasetyo Petugas Upload : Tito Dwiki Putra Santoso Reza Pahlevi

page 2 / 4

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents No 1 2 3 4

5 6

Title

Page

Antropologi Dunia Maya Studi Deskriptif Mengenai Fungsi Forum Jual Beli (FJB) 102 Kaskus Bagi Pengguna 120 Konstruksi Sosial Tentang Lesbian (Studi Deskriptif Eksistensi Lesbian di Royal Plaza) 121 136 Aktivitas Game Online Siswa SD (Kelas 3-6) (Studi Deskriptif Di Warnet Kelurahan 137 Gunung Anyar Kota Surabaya) 146 Sengketa Warga Plumpang Pasca Keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) 147 Surabaya Di Dusun Plumpang Desa Penambangan Kecamatan Balongbendo 153 Kabupaten Sidoarjo Game Online Sebagai Pola Perilaku (Studi Deskriptif Tentang Interaksi Sosial Gamers 154 Clash Of Clans Pada Clan Indo Spirit) 163 JENGGES (Studi Deskriptif Praktik Dukun Santet di Desa Pojok Kecamatan 164 Campurdarat Kabupaten Tulungagung) 174

page 3 / 4

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya Vol. 4 - No. 2 / 2015-02 TOC : 6, and page : 164 - 174 JENGGES (Studi Deskriptif Praktik Dukun Santet di Desa Pojok Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung) JENGGES (Studi Deskriptif Praktik Dukun Santet di Desa Pojok Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung) Author : Ais Musfiro Kusseka Damayanti | [email protected] Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstract Abstrak Jengges adalah salah satu istilah lokal yang digunakan oleh masyarakat Desa Pojok, Jawa Timur untuk menyebut istilah santet. Serupa dengan santet, jengges juga digunakan untuk melukai, menyakiti dan membunuh si calon korban yang dikehendaki. Jengges dilakukan dengan sebuah ritual terhadap danyang, memberikan sesajen dan membaca mantra yang diselipi sebuah maksud keinginan untuk melukai, menyakiti dan membunuh si calon korbannya. Penelitian jengges ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa wawancara dan observasi sehingga didapatkan hasil data yang menjelaskan mengenai macam-macam jengges yaitu Pering Sedapur, Bendung Segoro dan Turangga Pecuk serta bagaimana jengges menjadi sebuah identitas untuk mendapatkan sebuah kekuasaan hingga melindungi diri sampai akhirnya jengges berubah menjadi sebuah mata pencaharian praktik perdukunan demi terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin kompleks. Kata Kunci: Jengges, Danyang, Dukun, Identitas, Praktik, Mata Pencaharian, Desa, Jawa Timur. Abstract Jengges was one of the local terms used by the people in Pojok Village, East Java, in mentioning witchcraft. Similar to witchcraft, Jengges was used to hurt, harm, and eliminate the desired person. Jengges was carried out with a rite towards danyang, and it was carried out by giving an offerings and casting a spell while the shaman put in the intention in order to hurt, harm, and eliminate the intended victim. The research about Jengges used a qualitative research that was done by gathering the data, which were supported by doing an interview and observation, thus the result explained that there were kinds of Jengges, namely Pering Sedapur, Bendung Segoro and Turangga Pecuk and how Jengges was used as the people’s identity in order to gain an authority and protect themselves. The shaman practice was done in order to fulfill the people’s daily needs, which were getting more and more complex. Keywords: Jengges, Danyang, Shaman, Identity, Practice, Livelihood, Village, East Java. Keyword : Jengges, Danyang, Dukun, Identitas, , Praktik, , Mata, Pencaharian, Desa, Jawa, Daftar Pustaka : 1. Durkheim, Emile, (2003). Sejarah Agama. Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 174 : IRCiSoD 2. Endraswara, Suwardi, (2004). Dunia Hantu Orang Jawa. Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 174 : Penerbit Narasi 3. Geertz, Clifford, (1983). Abangan, Santri, Priyayi Dalam masyarakat Jawa. Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 174 : PT. Dunia Pustaka Jaya

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper : journal.unair.ac.id/filerPDF/aun644cfa7c17full.pdf

page 4 / 4 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

JENGGES (Studi Deskriptif Praktik Dukun Santet di Desa Pojok Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung) Ais Musfiro Kusseka Damayanti [email protected] Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga

Abstrak Jengges adalah salah satu istilah lokal yang digunakan oleh masyarakat Desa Pojok, Jawa Timur untuk menyebut istilah santet. Serupa dengan santet, jengges juga digunakan untuk melukai, menyakiti dan membunuh si calon korban yang dikehendaki. Jengges dilakukan dengan sebuah ritual terhadap danyang, memberikan sesajen dan membaca mantra yang diselipi sebuah maksud keinginan untuk melukai, menyakiti dan membunuh si calon korbannya. Penelitian jengges ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa wawancara dan observasi sehingga didapatkan hasil data yang menjelaskan mengenai macam-macam jengges yaitu Pering Sedapur, Bendung Segoro dan Turangga Pecuk serta bagaimana jengges menjadi sebuah identitas untuk mendapatkan sebuah kekuasaan hingga melindungi diri sampai akhirnya jengges berubah menjadi sebuah mata pencaharian praktik perdukunan demi terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin kompleks. Kata Kunci: Jengges, Danyang, Dukun, Identitas, Praktik, Mata Pencaharian, Desa, Jawa Timur.

Abstract Jengges was one of the local terms used by the people in Pojok Village, East Java, in mentioning witchcraft. Similar to witchcraft, Jengges was used to hurt, harm, and eliminate the desired person. Jengges was carried out with a rite towards danyang, and it was carried out by giving an offerings and casting a spell while the shaman put in the intention in order to hurt, harm, and eliminate the intended victim. The research about Jengges used a qualitative research that was done by gathering the data, which were supported by doing an interview and observation, thus the result explained that there were kinds of Jengges, namely Pering Sedapur, Bendung Segoro and Turangga Pecuk and how Jengges was used as the people’s identity in order to gain an authority and protect themselves. The shaman practice was done in order to fulfill the people’s daily needs, which were getting more and more complex. Keywords: Jengges, Danyang, Shaman, Identity, Practice, Livelihood, Village, East Java.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 164

Masyarakat

Jawa

berkembang

jawa dengan melakukan ritual sehingga

bersama alam dan mempercayai bahwa

menghasilkan

alam semesta ini merupakan sebuah

dipercayai bisa membantu manusia. Salah

wadah yang berisi dengan benda-benda

satunya adalah kekuatan sihir. Sihir

yang terlihat dan benda-benda yang tidak

dijelaskan

terlihat yang dijiwai oleh berbagai macam

membuat orang lain menderita dengan

kekuatan

menggunakan

dan

mahluk-mahluk

mendiaminya

sebagai

kekuatan

tindakan

kekuatan

yang

yang

yang

tidak

1985).

berwujud dan diketahui sebagai keajaiban.

sejak

Jenis-jenis sihir ini antara lain membuat

jaman nenek moyang mereka bahwa apa

orang sial, membuat orang sakit secara

yang ada disekeliling mereka mempunyai

fisik dan mental, dibenci, diasingkan dan

kekuatan dan dihuni oleh berbagai macam

membuat orang meninggal.

Masyarakat

(Herusatoto,

yang

sebuah

Jawa

mempercayai

mahluk baik dan buruk yang digerakkan oleh banyak daya.

Santet, tenung dan jengges adalah

Masyarakat Jawa

jenis-jenis ilmu sihir yang berbahaya,

memanfaatkan berbagai macam kekuatan

mempunyai kemiripan dan masih dalam

dan mahluk-mahluk yang mendiami alam

satu rumpun yang mempunyai tujuan

semesta dengan menggunakan berbagai

untuk melukai, menyakiti dan membunuh

macam ritual. Ritual dilakukan sesuai

calon korbannya. Santet adalah salah satu

dengan kepercayaan dan keyakinan yang

jenis ilmu sihir yang mirip dengan tenung

mereka

kehidupan

dan jengges. Santet mengharuskan sang

kelompok masyarakat itu sendiri. Selain

pelaku santet mendekati calon korbannya

itu, ritual memiliki fungsi pemeliharaan

dan merabanya dengan biji-biji lada atau

atas apa yang telah mereka dapat serta

sejenisnya sambil membacakan sebuah

sebuah

mantra

jalankan

bentuk

keselamatan,

dalam

pengharapan

kelancaran,

untuk

kemudahan,

dalam

hati

tanpa

bersuara.

Sedangkan tenung mengharuskan dukun

sampai ungkapan rasa syukur atas hasil

duduk

di

tengah-tengah

keberhasilan atau hasil baik yang dicapai

membentuk setengah lingkaran sambil

dan dipercayai. Ritual pada umumnya

mengucapkan

dijalankan oleh kelompok keagamaan.

kehancuran

Kekuatan dan mahluk-mahluk yang ada di

hampir serupa dengan tenung, jengges

alam ini dimanfaatkan oleh masyarakat

adalah salah satu jenis ilmu sihir yang

mantra korbannya

sajen

dan dan

yang

memohon jengges

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 165

mengharuskan dukun duduk di tengah-

Campurdarat, Kabupaten Tulungagung.

tengah sajen yang di dalamnya terdapat

Hal

benda-benda tajam seperti paku, pecahan

memperoleh data secara mendalam.

tersebut

dilakukan

untuk

bisa

kaca dan rambut, membentuk setengah lingkaran sambil mengucapkan sebuah mantra dan memohon para mahluk halus

Praktik Dukun Santet di Desa Pojok Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung

memasukkan benda-benda tajam tersebut ke dalam perut si calon korbannya (Geertz, 1983). Kekuatan gaib atau ilmu gaib diklasifikasikan menurut fungsinya menjadi lebih khusus yakni: (1) ilmu gaib produktif, (2) ilmu gaib penolak, (3) ilmu gaib agresif, dan (4) ilmu gaib meramal

Santet, tenung dan jengges adalah jenis ilmu sihir yang mempunyai tujuan untuk melukai, menyakiti dan membunuh si calon korban yang dikendakinya. Ritual dalam melakukan santet, tenung dan jengges adalah sama, yakni meminta bantuan

(Koenjtaraningrat: 1980).

para

membantu

Metode penelitian yang digunakan disini yaitu metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, menjelaskan

bahwa

metode

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

nantinya

menghasilkan

data

deskriptif berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari perilaku orang-orang yang diamati. Melalui metode kualitatif, kita dapat mengenal orang (subjek)

secara

pribadi

dan

melihat

mereka sendiri tentang dunia ini, yaitu dunia mengenai jengges yang hingga saat ini

halus

menghancurkan

si

untuk calon

korbannya. Santet, tenung dan jengges

Metode

1998)

mahluk

tetap

masyarakat

bertahan Desa

di

kehidupan

Pojok,

Kecamatan

adalah sebuah perbedaan istilah di tiaptiap masyarakat. Hal ini jelas berbeda dengan yang dijelaskan oleh Geertz (1983) yang menjelaskan bahwa santet, tenung dan jengges adalah jenis ilmu sihir yang masih dalam satu rumpun dan mempunyai

kemiripan

tujuan

untuk

melukai, menyakiti dan membunuh si calon korban yang dikehendakinya dan mempunyai ritual yang berbeda. Masyarakat Desa Pojok memilih menggunakan menyebut

istilah

istilah

Jengges santet.

dalam Jengges

digunakan untuk membunuh si calon korbannya dengan meminta bantuan dari

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 166

mahluk halus, memberikan sesajen dan

membesarnya perut korban, kaki menjadi

mengucap mantra yang terselip maksud

bengkak membesar dan pada akhirnya

untuk meminta kehancuran korbannya

akan meninggal dunia. Turangga Pecuk,

tanpa

ialah jenis jengges yang bertujuan untuk

meletakkan

benda-benda

tajam

dalam sajen. Sedangkan Geertz (1983)

membunuh

menjelaskan

harus

keluarganya, dalam membunuh korbannya

dilakukan dengan meletakan benda-benda

akan dimulai dari anggota keluarga yang

tajam berupa paku, pecahan kaca dan

mempunyai umur paling tua dalam satu

rambut di dalam sajen dan meminta

keluarga, kemudian dilanjutkan ke orang

bantuan mahluk halus untuk memasukkan

berikutnya yang mempunyai umur paling

benda-benda tersebut ke dalam perut si

muda. Dari ketiga jenis jengges yang ada

korban.

Pojok

pada masyarakat, bendung segoro adalah

menjadi

salah satu jenis yang dipercayai sebagai

Pering

salah satu jenis jengges yang paling

Sedapur, Bendung Segoro dan Turangga

berbahaya Ketiga jenis jengges yang telah

Pecuk. Pering Sedapur adalah salah satu

disebutkan yakni pering sedapur, bendung

jenis jengges yang di gunakan untuk

segoro dan turangga pecuk semuanya

membunuh seluruh anggota keluarga dan

bersifat menyakiti dan berfungsi untuk

para keturunannya. Di Desa Pojok ada

membunuh orang lain.

bahwa

Masyarakat

jengges

Desa

mengelompokkan

jengges

beberapa macam,

diantaranya

salah

satu

masyarakat

rumah setempat

yang

dipercayai

terkena

Pering

korban

dan

anggota

Jengges dapat dikategorikan ke dalam salah satu ilmu gaib berdasarkan

Sedapur, seluruh anggota keluarga yang

jenis-jenis

tinggal di rumah tersebut meninggal satu

dikategorikan kedalam salah satu jenis

persatu dengan jangka waktu yang tidak

ilmu gaib berdasarkan fungsinya yaitu:

lama. Hingga saat ini, rumah tersebut

ilmu gaib produktif, ialah ilmu gaib yang

dibiarkan kosong dan tidak ada yang

dalam masyarakat dipercayai sebagai ilmu

berani untuk menempati. Bendung Segoro,

yang

ialah

banyak hasil panen, ternak berburu dan

jenis

jengges

yang

dipercayai

dapat

jengges.

Jengges

membantu

yang

dapat

menghasilkan

masyarakat Desa Pojok sebagai salah satu

berdagang

dilakukan

dengan

jenis jengges yang paling berbahaya. Ciri-

mengucapkan mantra-mantra saat masa

ciri dari jenis jengges ini adalah dengan

tanam dan panen; yang kedua ilmu gaib AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 167

penolak, ialah ilmu gaib yang digunakan

beberapa tempat tertentu yang dipercayai

dalam penyembuhan penyakit pada tubuh

sebagai tempat mahluk halus tinggal. Ada

manusia; yang ketiga ilmu gaib agresif,

beberapa

ialah ilmu gaib ini yang digunakan untuk

dipercayai

menyerang, merugikan, menyakiti atau

mahluk halus penguasa wilayah, mahluk

membunuh orang, disebut juga ilmu sihir;

halus memedi, mahluk halus prewangan

dan yang terakhir ilmu gaib meramal,

dan banyak lagi lainnya. Dari beberapa

ialah ilmu gaib yang didasarkan pada

jenis mahluk halus tersebut, mahluk halus

perhitugan (petungan) yang dipercayai.

penguasa wilayah adalah jenis mahluk

Dari keempat ilmu gaib yang digolongkan

halus yang seringkali dimanfaatkan untuk

berdasar pada fungsinya tersebut, maka

melakukan ritual jengges. Mahluk halus

jengges dan jenis-jenisnya yang ada di

penguasa wilayah dibagi lagi berdasarkan

Desa

jenisnya,

Pojok

adalah

termasuk

dalam

jenis

mahluk

dalam

yaitu

halus

masyarakat

danyang,

yang jawa,

kajiman,

kategori ilmu gaib produktif karena sifat

siluman, bekasakan dan kebleg. Dari

dan

jenis-jenis

fungsinya

untuk

mencelakai,

mahluk

halus

penguasa

menyakiti dan membunuh orang lain yang

wilayah, danyang adalah salah satu jenis

dianggap mengganggu (Koentjaraningrat,

mahluk halus yang dipercayai oleh para

1980).

pelaku jengges dan masyarakat desa

Dalam

melakukan

jengges

Pojok.

dibutuhkan sebuah ritual untuk melakukan

Para pelaku jengges atau dukun

persekutuan dengan mahluk-mahluk halus

jengges mempercayai bahwa danyang

agar membantu si pelaku jengges melukai,

akan membantu setiap keinginan mereka

menyakiti

calon

dan melancarkannya. Selain para pelaku

korbannya. Oleh karena itu, si pelaku

jengges, masyarakat desa Pojok juga

jengges melakukan sebuah ritual yang

melakukan

ditujukan kepada mahluk-mahluk halus

Danyang dimanfaatkan oleh masyarakat

tersebut. Ritual ini dilakukan dengan

desa

memberikan

terimakasih

dan

membunuh

sebuah

sajen,

membaca

Pojok

ritual

terhadap

sebagai atas

danyang.

media

terkabulnya

ucapan suatu

mantra-mantra dan melakukan perjanjian

permintaan dan tempat sebagai meminta

dan persekutuan dengan para mahluk

restu akan apa yang dimaksudkan dengan

halus. Ritual ini biasanya dilakukan di

memberikan sajen kepada danyang. Hal AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 168

ini dibenarkan oleh Agus bahwa banyak

dan

dari

memanfaatkan

pengikut, keluarga, teman-temannya dan

danyang dalam kehidupan mereka sehari-

ia sendiri. Setelah ia meninggal dunia

hari.

maka ia akan dimakamkan di pusat desa

masyarakat

yang

membagi-baginya

kepada

para

Suwardi (2004) menjelaskan bahwa

dan makamnya menjadi sebuah punden.

danyang ialah roh hantu yang menjadi

Punden adalah sebuah reruntuhan bekas

cikal-bakal suatu wilayah atau cikal-bakal

candi pada saat kerajaan Hindu berkuasa

desa.

sebagai

di tanah jawa. Selain itu, punden juga bisa

dedengkot (pimpinan) mahluk halus di

berupa pohon beringin berukuran besar,

suatu wilayah. Dalam masyarakat Jawa

kuburan tua, sumber air yang tersembunyi

danyang sangat dihormati, bahkan ketika

dan

melakukan hajatan masyarakat Jawa akan

semacam itu dan ditinggali oleh danyang.

Danyang

memberikan

tergolong

lainnya

yang

Danyangan ialah sebuah media

Sedangkan Geertz (1983) menjelaskan

pertama dalam melakukan persekutuan

danyang adalah nama lain dari demit.

dengan

Danyang serupa halnya dengan demit

menyampaikan maksud dan keinginannya,

yang menempati suatu tempat

yang

seperti dalam melakukan jengges. Jadi,

menerima

ketika ingin melakukan jengges maka

permohonan untuk dimintai pertolongan

sang pelaku jengges harus meminta izin

dan sebagai imbalannya mereka meminta

terlebih dahulu kepada danyang. Danyang

sebuah slametan. Demit adalah sebuah

juga bagian yang paling penting dalam

sebutan

punden

untuk

meninggali membantu

untuk

tempat

danyang.

disebut

sajen

beberapa

dan

mahluk

suatu

tempat

mewujudkan

para

mahluk

halus

untuk

halus

yang

melakukan jengges, berhasil atau tidaknya

dan

mau

sebuah jengges yang dipercayai oleh

keinginan

masyarakat

desa

Pojok

merupakan

manusia yang memintanya. Serupa dengan

persetujuan yang di dapat dari danyang,

demit, tetapi danyang dianggap sebagai

semacam sebuah izin untuk melakukan

mahluk halus atau roh dari tokoh-tokoh

jengges.

sejarah yang telah meninggal biasanya

sembarangan untuk dipilih, danyang yang

mereka adalah pendiri desa yang mereka

dipilih adalah danyang yang paling mudah

tinggali, mereka datang ketika desa masih

untuk memberikan izin.

berupa hutan belantara, membersihkannya

Sehingga

danyang

tidak

Dalam melakukan ritual terhadap AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 169

danyang, ada beberapa hal yang harus

berupa berbagai macam kembang dan

disajikan

minyak wangi. Selain pemberian sajen,

kepada

danyang.

Danyang

diberikan sesajen untuk membuat danyang

pengucapan

bersedia

mengungkapkan

mengabulkan

Disekitar

danyang,

permintaan.

maksut

dan

permintaan

berbagai

kepada danyang juga menjadi salah satu

macam jenis sesajen dari masyarakat

hal penting yang dilakukan para pelaku

sekitar yang dipercayai sebagai syarat dan

jengges. Pengucapan mantra-mantra ini

bentuk ucapan terimakasih. Selain itu,

sebenarnya adalah sebuah pengucapan

sajen adalah salah satu syarat bagi pelaku

doa-doa. Menurut Koentjaraningrat (1980)

jengges untuk menjalin hubungan dengan

doa-doa ini awalnya adalah pengucapan

danyang dan membuat danyang senang.

suatu keinginan kepada para leluhur dan

Pemberian sajen dan pengucapan mantra-

ucapan hormat dan pujian kepada leluhur

mantra

yang nantinya akan berakibat gaib dan

kepada

terdapat

mantra-mantra

para

danyangan

ini

dipercayai akan memudahkan menjalin

seringkali

hubungan

mengandung kekuatan sakti. Doa juga

dengan

danyang

untuk

melakukan jengges.

kata

yang

diucapkan

acapkali diucapkan dalam suatu bahasa

Sajen atau sesajen mengandung arti

tertentu

yang

tidak

dipahami

oleh

pemberian sesajian atau bersaji sebagai

sebagaian besar masyarakat

tanda penghormatan atau rasa syukur

memberikan suasana gaib dan keramat.

terhadap

pada

Geertz (dalam Parsudi Suparlan, 1991)

(1980)

juga menjelaskan bahwa mantra atau

menjelaskan sesajen atau bersaji ialah

donga adalah salah satu komponen paling

menyajikan

penting

sesuatu

masyarakat.

yang

terjadi

Koentjaraningrat

makanan,

benda-benda

dari

praktik

dukun

sehingga

dalam

kepada mahluk halus, dewa-dewa, ruh

melakukan sihir. Mantra tidak hanya

nenek moyang. Sajian ditempatkan di

sebuah petunjuk dan saluran komunikasi

tempat-tempat keramat dan demikian sari

dengan jenis kekuatan tertentu, tetapi

dari sajian tersebut akan sampai pada yang

mereka sebenarnya berisi kekuatan itu

dituju yakni para mahluk halus, dewa-

sendiri dan kekuatan itu dapat digunakan

dewa atau leluhur.

sebagai maksud dari pencapaian akhir.

Sajen

yang

diberikan

kepada

danyang di tempat danyang biasanya

Pengucapan mantra-mantra dilakukan para pelaku

jengges

desa

Pojok

dengan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 170

menyelipkan maksut dan tujuannya di

tindakan-tindakan

sela-sela mantranya kepada danyang. Smh

dilakukannya. Berdasarkan spesalisasinya

menceritakan

Geertz

(1983)

maksud kepada danyang dalam ritual

menjadi

beberapa

melakukan jengges.

spesialisasinya yaitu dukun bayi, dukun

bagaimana

pengucapan

Dalam melakukan berbagai macam ritual

untuk

yang

mengelompokannya dukun

berdasar

pijet, dukun perewangan, dukun calak,

jengges,

dukun wiwit, dukun penganten, dukun

melakukan

petungan dukun tenung (dukkun sihir),

persekutuan dengan danyang dibutuhkan

dukun susuk, dukun jampi, dukun japa

bantuan peranan dari seseorang yang

dan dukun siwer. Selain itu, Geertz juga

dianggap mempunyai kemampuan lebih

mengelompokannya

dari

dalam

dukun berdasar pada kelas sosialnya yaitu

masyarakat Jawa dikenal dengan istilah

dukun priyayi, dukun santri dan dukun

dukun. Dukun mengacu pada seseorang

abangan

yang dianggap telah teridentifikasi dengan

berdasarka pada latar belakang sosial,

berbagai

latihan dan tujuannya.

pemberian

melakukan

sihir

sajen

orang

pada

macam

dan

umumnya,

kemampuan

yang

dimiliki dan profesinya. Dukun adalah

Dari

menjadi

yang

beberapa

dikelompokannya

beberapa

pengelompokan

sebuah profesi dimana ia dipercaya dalam

berdasar spesialisasinya yang dilakukan

membantu

kacau

oleh Geertz, dukun tenung atau dukun

menjadi keadaan stabil. Tetapi, tidak

sihir adalah salah satu dukun yang sering

hanya berhenti disitu pelaku kekuatan atau

dimintai untuk melakukan sihir dengan

yang akrab disebut dengan sebutan dukun

tujuan melukai, menyakiti dan membunuh

dalam masyarakat Jawa dikenal perannya

orang lain yang dikehendaki.

mengubah

keadaan

sebqgai penghubung antara tubuh dengan

Pada masyarakat desa Pojok, dukun

berbagai macam kekuatan yang ada di

jengges

alam semesta. Seperti yang dijelaskan

dikelompokan ke dalam salah satu dukun

oleh Spiro (dalam Parsudi Suparlan, 1991)

yaitu dukun tenung/sihir yang dibagai

yang mejelaskan mengenai peran dukun

spesialisasinya

yang tidak hanya membantu menghindari

dikarenakan sifat dari dukun tenung dan

penderitaan tetapi dia juga bisa membuat

dukun jengges yang sama-sama untuk

keadaan

menyakiti dan membunuh orang lain.

menjadi

penderitaan

dengan

adalah

dukun

oleh

yang

Geertz.

dapat

Hal

ini

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 171

Klien adalah orang yang meminta

calon korban atau musuh si korban. Geertz

bantuan dukun untuk menyembuhkan dan

(dalam

membantunya mendapatkan apa yang ia

menjelaskan bahwa pola hubungan ini

inginkan dari dukun. Sedangkan klien dari

ditunjukkan dalam interaksi sosial mereka,

dukun jengges adalah klien yang dianggap

contohnya klien selalu menunjukkan rasa

sebagai orang yang meminta bantuan

hormat

dukun untuk menyakiti atau membunuh

melayaninya

orang lain yang dianggap menggangu dan

melayaninya. Rasa hormat ditunjukkan

membalaskan dendam.

Klien dari Smh

dalam bentuk panggilan, seperti Bapak,

salah satunya adalah anggota DPRD

Embah, atau Eyang kepada dukun. Rasa

Tulungagung

bantuan

hormat juga ditunjukkan dalam bentuk

untuk mencelakai anggota DPRD lainnya

kunjungan acara dan hadiah. Hal ini

yang

dilakukan

yang

dianggap

meminta

mengganggu.

Smh

Parsudi

kepada

Suparlan,

dukun atau

karena

1991)

yang

sedang

yang

pernah

dukun

dianggap

menerima imbalan lebih dari 15 juta untuk

membantu si klien dalam menyakiti dan

melakukan

membunuh si calon korban mereka.

jengges

kali

ini.

Smh

melakukan ritual terhadap danyang dan

Jengges yang ada di Desa Pojok

melakukan tapa di laut Selatan, hingga si

adalah sebuah bentuk kekuatan gaib yang

calon korban mengalami kecelakaan.

dimiliki

Hubungan Smh dan kliennya ini

oleh

seseorang

untuk

mendapatkan kekuasaan di desa. Namun,

terlihat bahwa hubungan dukun dan klien

seiring

adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan,

menuntut manusia untuk mendapatkan

keduanya saling membutuhkan satu sama

penghasilan

demi

lain sehingga terjadi pola interaksi. Dukun

kebutuhannya

sehari-hari,

akan membantu klien dalam melukai,

dimanfaatkan

menyakiti

untuk membuka praktik perdukunan.

dan

membunuh

calon

perkembangan

masyarakat

jaman

yang

memenuhi jengges

desa

Pojok

korbannya yang dianggap mengganggu si klien dengan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati termasuk dalam hal kecocokan

penghormatan-penghormatan

Simpulan Jengges adalah salah satu istilah lokal dalam masyarakat desa Pojok,

terhadap dukun karena dukun dianggap

Kecamatan

Camputdarat

telah membantu klien dalam menyerang si

Tulungagung dalam

Kabupaten

menyebut

istilah

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 172

santet hingga saat ini. Jengges digunakan

mempunyai umur paling tua dalam satu

degan tujuan untuk melukai, menyakiti

keluarga, kemudian dilanjutkan ke orang

dan

berikutnya dimulai dengan urutan umur

membunuh

orang

lain

yang

dikehendaki.

paling tua sampai yang paling akhir

Jengges meminta

dilakukan

bantuan

dengan

terhadap

cara

danyang,

kepada anggota keluarga yang mempunyai umur paling muda.

masyarakat Desa Pojok mempercayai

Jengges menjadi salah satu bentuk

bahwa danyang adalah salah satu media

identitas masyarakat Desa Pojok agar

yang akan memberikan bantuan terhadap

keberadaan mereka diakui. Masyarakat

setiap keinginana masyarakat. Danyang

Desa Pojok percaya bahwa orang-orang

diberikan sesajen dengan mengucapkan

yang mampu melakukan ritual jengges

mantra-mantara

adalah orang-orang hebat dan ditakuti

dan

maksud

yang

diinginkan, salah satunya adalah dalam

pada masyarakat.

melakukan jengges.

Akan tetapi, masyarakat Desa Pojok

Masyarakat

desa

Pojok

juga

memanfaatkan

sebagai

pencaharian

dalam

membedakan jengges berdasarkan jenis-

bentuk

jenisnya, yaitu:

memenuhi

Pering Sedapur, salah satu jenis jengges

sehari-hari. Mereka membuka praktik

yang ada di Desa Pojok yang dipercayai

perdukunan agar terpenuhinya kebutuhan,

sebagai jenis jengges yang bertujuan

hal ini dilakukan masyarakat Desa Pojok

untuk

anggota

karena banyak faktor, diantaranya adalah

keluarga dan para keturunannya. Bendung

rendahnya pendidikan, sedikitnya hasil

Segoro, jenis jengges yang dipercayai

alam yang dapat dikelola dan letak

masyarakat desa Pojok sebagai salah satu

geografis

jenis jengges yang ditandai dengan ciri

terbatas.

membesarnya perut korban, kaki menjadi

sekarang ini memang tidak sebanyak

bengkak membesar dan pada akhirnya

beberapa tahun yang lalu, namun hampir

akan meninggal dunia. Turangga Pecuk,

sebagian

jenis

untuk

mempunyai kemampuan tersebut sebagai

anggota

sebuah bentuk menjaga dan melindungi

membunuh

jengges

membunuh keluarganya,

seluruh

yang korban dimulai

bertujuan dan dari

yang

mata

jengges

kebutuhan

Desa

Pojok

Keberadaan

masyarakat

hidup

yang dukun

desa

mereka

sangat jengges

tetap

diri mereka. AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 173

Selain itu, jengges hingga saat ini juga masih bertahan, diantaranya banyak dari masyarakat desa Pojok yang hingga saat ini masih melakukan berbagai macam ritual

terhadap

danyang,

besar

masyarakat

secara

terselubung dan banyak para pemuda di Desa

Pojok

sekarang

_____________. (1980) Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian Rakyat.

banyaknya

praktik perdukunan yang dilakukan oleh sebagian

_____________. (1985) Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

ini

yang

memanfaatkan cerita dari para sesepuh mereka untuk mengambil keuntungan dan menakut-nakuti orang di luar desa dengan

Moleong, Lexy J. (1998) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosida Karya Bandung. Suparlan, Parsudi. (1991) The Javanse Dukun. Jakarta: PEKA (Peminat Kajian Anthropology). Suyono, Capt. R.P. (2007) Dunia Mistik Orang Jawa Roh, Ritual, Benda Magis. Yogyakarta: PT. LKIS.

kemampuan jengges yang mereka miliki.

Daftar Pustaka Durkheim, Emile. (2003) Sejarah Agama. Yogyakarta: IRCiSoD. Endraswara, Suwardi. (2004) Dunia Hantu Orang Jawa. Yogyakarta: Penerbit Narasi. Geertz, Clifford. (1983) Abangan, Santri, Priyayi Dalam masyarakat Jawa. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Herusatoto, Budiono. (1985) Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita. Ihromi, T.O.,ed. (2006) Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Koentjaraningrat. (2002) Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 174