Document not found! Please try again

JURNAL AGRIMART. VOL 3. NO.1, SEBTEMBER 2016 1 PENINGKATAN

Download dengan cara tumpangsari. Tanaman yang ditumpang sari yaitu horenso dengan selada. P4S Agrofarm Cianjur memproduksi sayuran horenso dan sela...

2 downloads 831 Views 374KB Size
Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 PENINGKATAN KEUNTUNGAN DENGAN PENERAPAN SISTEM TUMPANG SARI PADA TANAMAN HORENSO (Spinaceaoleracie L) DAN SELADA (Lactuca sativa L.) DI P4S AGROFARM CIANJUR – JAWA BARAT

Rumondang Lubis1 Ibu Siska Fitrianti2 ABSTRAK

Sejak tahun 1980-an permintaan Horenso dan selada didalam negeri terus meningkat, terutama di pasar-pasar, swalayan, restauran-restauran dan hotel berbintang yang sering dikunjungi oleh orang-orang luar negeri. Adapun kendala yang dihadapi oleh petani sayuran saat ini adalah dengan terbatasnya lahan pertanian. Luas lahan pertanian dari waktu ke waktu makin sempit dengan adanya peralihan fungsi dan tata guna lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, perdagangan, perindustrian dan perkantoran. Oleh karena itu untuk memenuhi permintaanan sayuran P4S Agrofarm Cianjur melakukan metode tumpangsari untuk memenuhi permintaan dari masyarakat. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur. P4S Agrofarm Cinajur melakukan budidaya tumpangsari pada tanaman horenso dan selada dengan pola mixed cropping yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas lahan. Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah : 1). Mengetahui bentuk penerapan tumpangsari pada penanaman horenso dan selada di P4S Agrofarm Cianjur, 2). Mengetahui jumlah keuntungan dari tumpangsari tanaman horenso dan selada di P4S Agrofarm Cianjur. Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) di mulai pada tanggal 14 Maret 2016 sampai 21 Mei 2016, dilakukan di P4S Agrofarm Cianjur, Jawa Barat. Lokasi perusahaan ini tepatnya di Kampung Jl. Raya Cipanas – Cianjur KM 5 Cigombong, Desa Ciherang, Kecamaten Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan PKPM ini adalah dengan melakukan wawancara dengan pembimbing lapangan petani dan pihak – pihak yang berhubungan dengan judul Tugas Akhir yang diangkat. Hasil yang didapatkan untuk budidaya dengan cara tumpangsari lebih menguntungkan dari pada budidaya secara monokultur, dimana keuntungan untuk penanaman dengan pola tumpangsari adalah Rp. 7.188.305 sedangkan dengan pola monokultur adalah Rp. 4.343.305.

Key word : horenso dan selada ,penerapan sistem tumpangsari, keuntungan

1. Mahasiswa Program Studi Agribisnis BP. 1201361011, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 2. Staf pengajar Program Studi Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

1

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap pertanian sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. Sayuran merupakan salah satu bagian holtikultura yang umumnya digunakan sebagai bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Hal ini karena sayuran banyak mengandung vitamin, protein, mineral, air, dan serat pangan yang sangat dibutuhkan tubuh. Konsumsi sayuran dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Berikut data tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia 2005 sampai 2007 : Tabel 1 Tingkat Konsumsi Sayuran Di Indonesia No

Tahun

Tingkat Konsumsi Sayuran (kg/kapita/tahun)

1

2005

35.30

2

2006

34.06

3

2007

40.90

Sumber : Departemen Pertanian 2008 Tingkat konsumsi sayuran penduduk Indonesia mulai dari tahun 2005 sampai 2007 mengalami fluktuasi (Tabel 1) yaitu dari tahun 2005 ke tahun 2006 tingkat konsumsi turun sebanyak 1.2 persen dan tahun dari tahun 2006 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan sebanyak 6.29 persen. Tingkat konsumsi sayur masyarakat Indonesia masih dibawah yang direkomendasikan FAO sebesar 73 kg/kapita/tahun. (Deptan 2008) Peningkatan permintaan terhadap sayuran harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas sayuran. Beberapa jenis sayuran mempunyai potensi produksi yang tinggi sehingga

layak untuk dikembangkan. Salah satunya adalah jenis sayuran selada daun dengan potensi produksi 12 ton/ha. Sejak tahun 1980-an permintaan horenso dan selada didalam negeri terus meningkat, terutama di pasar-pasar, swalayan, restauran-restauran dan hotel berbintang yang sering dikunjungi oleh orang-orang luar negeri. (Deptan 2008) Disisi lain, petani sayuran menghadapi kendala yaitu terbatasnya lahan pertanian. Luas lahan pertanian dari waktu ke waktu makin sempit dengan adanya peralihan fungsi dan tata guna lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, perdagangan, perindustrian dan perkantoran, sedangkan kebutuhan masyarakat akan sayuran semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk. (Poerwanto, 2003). P4S Agrofarm Cianjur sebagai salah satu usaha yang bergerak di bidang sayuran melakukan metode tumpang sari untuk memenuhi permintaan dari masyarakat. Hampir semua sayuran di P4S Agrofarm Cianjur yang diproduksi dengan cara tumpangsari. Tanaman yang ditumpang sari yaitu horenso dengan selada. P4S Agrofarm Cianjur memproduksi sayuran horenso dan selada serta melakukan proses budidaya mulai dari pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai pada pemanenan. Sistem tumpanngsari yang digunakan untuk proses budidayanya adalah dengan pola mixed cropping, dimana metode ini digunakan untuk memenuhi permintaan dari sayuran dengan menggunakan lahan yang terbatas. Penerapan metode tumpang sari horenso dengan selada dilakukan di P4S Agrofarm Cianjur brtujuan untuk mengefisiensikan penggunaan lahan sehingga diharapkan dapat diperoleh keuntungan bagi P4S Agrofarm Cianjur. Oleh karena itu dalam laporan ini perlu dilihat penerapan sistem tumpangsari pada tanaman horenso dan selada serta keuntungannya dari penerapan sistem tumpangsari tsb. 1

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 B. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan laporan tugas akhir ini adalah : 1. Mengetahui bentuk penerapan sistem tumpangsari pada penanaman horenso dan selada di P4S Agrofarm Cianjur. 2. Mengetahui perbandingan keuntungan dari tumpangsari tanaman horenso dan selada dengan monokultur tanaman horenso dan selada di P4S Agrofarm Cianjur. METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini dilakukan selama 10 minggu dimulai pada tanggal 14 Maret 2016 sampai 21 Mei 2016. Kegiatan di lapangan dilakukan selama 9 minggu berturut-turut, sedangkan 1 minggu terakhir perusahaan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan laporan akhir serta LIK (Lembaran Isian Kegiatan). Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilakukan di P4S Agrofarm Cianjur, Jawa Barat. Lokasi perusahaan ini tepatnya di Kampung Jl. Raya Cipanas – Cianjur KM 5 Cigombong, Desa Ciherang, Kecamaten Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. P4S Agrofarm Cianjur bergerak dibidang agribisnis pertanian yaitu budidaya tanaman hortikultura dan sekaligus pemasaran. B. Ruang lingkup Penulisan laporan ini mencakup seluruh kegiatan budidaya horenso dan selada dengan pola tumpangsari mulai dari kegiatan pembibitan, pengolahan lahan, penanaman,pemeliharaan, dan pemanenan. C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan PKPM ini adalah dengan melakukan wawancara dengan pembimbing lapangan petani dan pihak – pihak yang

berhubungan dengan judul Tugas Akhir yang diangkat. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum perusahan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) merupakan lembaga swadaya masyarakat yang ideal untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam mengelola usahatani yang berorientasi agribisnis.Subsistem agribisnis merupakan mega sektor dalam pengembangan petani dan pertanian, diantaranya sub sitem input, on farm, off farm dan lembaga penunjang. P4S Agrofarm Cianjur berdiri dan dikukuhkan pada bulan Juli tahun 2009 oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. P4S Agrofarm mendapatkan Sertifikasi Prima tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, dengan Nomor Registrasi GAP. 01- 32.03.41-II.52 dan Nomor Sertifikasi : 32/03-3-01-II-052-021-12/2011. B. Visi dan Misi P4S Agrofarm Cianjur Visi : Peduli dan berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kemampuan usaha petani agar tercapai perubahan kehidupan petani yang lebih baik, terampil, cerdas, sehat dan lebih sejahtera serta berakhlakul karimah. Misi : 1. Memfasilitasi petani di bidang informasi, komunikasi dan konsultasi bidang agribisnis 2. Menyelenggarakan pelatihan dan medi asi bidang agribisnis 3. Membangun sistem kerja sama dan pola usaha tani dengan orientasi pasar yang jelas dan terarah. C. Sumber daya manusia perusahaan 2

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 Sumber daya manusia merupakan salah satu asset yang paling utama dalam suatu usaha agribisnis, karena SDM adalah penggerak dalam operasional perusahaan. Sumber daya manusia yang ada di P4S Agrofarm Cianjur berjumlah sebanyak 6 orang tenaga kerja, dengan pembagian 3 orang untuk pekerja lapangan atau bagian kebun, 2 orang pada bagian penanganan pasca panen, 1 orang pada bagian distribusi. Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaan

memiliki pelanggan sampingan yaitu dari pemasaran sayuran yang diusahakan, pelanggan tersebut adalah restoran, supermarket Korea dan Jepang yang ada di kota Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cibubur, dan sebagainya. Pelanggan supermarket meliputi Golden Century, Yani Mart, Gangsan, Hanyang Garden,Cikareng Bekasi sedangkan pelanggan rumah makan meliputi Amaro,K-Mart, Hanil Mart dan sebagainya.

D. Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaan

a. Deskripsi pemasok bahan baku Pemasok bahan baku dikelompokan ke dalam 2 jenis, yaitu pemasok bahan baku untuk kegiatan pelatihan, dan pemasok bahan baku untuk usaha pemasaran sayuran. Pemasok bahan baku untuk kegiatan pelatihan adalah pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal berasal dari P4S Agrofram Cianjur, sedangkan pihak eksternal berasal dari Dinas Pertanian Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Dosen Universitas Surya Kencana, dan yang berasal dari Balai-Balai Pelatihan Pertanian seperti Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Pemasok bahan baku untuk kegiatan pemasaran sayuran adalah petani mitra, dan kebun P4S Agrofarm Cianjur. 1) Petani Mitra Untuk produk sayuran pihak di P4S Agrofarm Cianjur melakukan kerjasama dengan petani mitra. Produk yang diperoleh dari petani mitra merupakan produk siap panen, dimana produk tersebut diantar langsung oleh petani ke P4S Agrofarm Cianjur, untuk pengolahan lebih lanjut dilakukan oleh pihak perusahaan itu sendiri seperti grading, sortasi, dan packing. Komoditi yang dipasok oleh petanimitra adalah jamur, bawang daun, lobak, tespong, caysim ukuran besar, dan timun jepang. Sedangkan produk sayuran yang berasal dari kebun yang diusahakan oleh P4S Agrofarm Cianjur, seperti sayuran horinso, cucini, pakcoy, selada, lobak panjang, dll. 2) Sub supplier



Deskripsi Produksi Kegiatan bisnis yang dijalankan oleh P4S Agrofarm Cianjur terdiri dari 3 bagian bisnis yakni, kegiatan produksi sayuran, kegiatan jasa yaitu pelatihan dan kegiatan pemasaran sayuran. 

Deskripsi Produk Produk dihasilkan oleh P4S Agrofarm adalah produk barang berupa sayuran yang terdiri dari pakcoy, selada, caysim, zucchini, horinso, lobak, timun jepang, dan gobo, altari, namun P4S ini juga menawarkan berbagai jenis sayuran hampir mencapai 60 jenis sayuran yang ditawarkan oleh P4S Agrofarm, tetapi P4S Agrofarm tidak menghasilkan seluruh sayuran ini melalui perusahaannya sendiri tetapi P4S membeli sayuran tersebut di pasar-pasar tradisional. 

Deskripsi pelanggan Pelanggan P4S agrofarm adalah peserta pelatihan dari petani, pemerintah, swasta, institusi pendidikan, maupun akademisi peserta tersebut diantaranya peserta pelatihan dari BBPPSDMP Kementerian Pertanian RI, PPMKP Ciawi, BBPP Lembang, BPAPK Cinagara, SMK Pertanian, Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor, University of Tokyo, University Tohoku, dan lain sebagainya. Disamping pelanggan utama yaitu peserta pelatihan, P4S Agrofarm Cianjur

3

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 Produk sayuran dari sub supplier yaitu yang berasal dari pemasok sayuran yang usaha sama P4S agrofarm Cianjur tetapi usaha tersebut sudah dalam skala besar, dan pemasok sayuran yang ada di pasar-pasar tradisional. - Pasar induk Jakarta Pasar induk adalah pasar sayuran yang berada dalam skala besar, yang sudah menampung berbagai jenis sayuran yang berasal dari pasar-pasar kecematan atau kabupaten seperti pasar induk Keramat Jati Jakarta. - Pasar induk Bandung Pasar induk adalah pasar sayuran yang berada dalam skala besar, yang sudah menampung berbagai jenis sayuran yang bersal dari pasar-pasar kecematan atau kabupaten seperti pasar induk Caringin Bandung. 

Deskripsi pemasaran Kegiatan spemasaran yang dilakukan oleh P4S Agrofarm Cianjur dilakukan setiap hari yang dimulai dari jam 00.00 WIB hingga jam 12.00 WIB. Tujuan pemasaran oleh P4S Agrofarm Cianjur yaitu supermarket dan restoran Korea dan Jepangyang sudah melakukan kerjasama dengan P4S Agrofarm Cianjur, terletak di daerah Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Cibubur, dan lainnya. Selain itu P4S Agrofarm Cianjur juga mengikuti kegiatan pameran dan bazar untuk memperkenalkan produkproduk pertanian kepada masyarakat luas bahwa P4S Agrofarm Cianjur menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan bermutu, karena produk sayuran yang dihasilkan oleh P4S Agrofarm Cianjur menggunakan kemasan sehingga produk yang dijual terjaga mutu dan kualitasnya. Penyaluran barang yang dilakukan oleh perusahaan sudah menggunakan fasilitas yang cukup memadai seperti kendaraan dan kontrainer. Kegiatan distribusi langsung dilakukan oleh perusahaan tanpa menggunakan lembaga jasa distribusi.

E. Analisis Sistem Tumpangsari Horenso dan Selada  Teknik Budidaya Teknik budidaya yang diterapkan pada perusahanan P4S Agrofarm Cianjur adalah metode tumpangsari dimana tanaman yang dikelola adalah tanaman horenso dan selada. Dimana proses budidayanya sebagai berikut : a. Persiapan lahan pembibitan Untuk lahan pembibitan dibutuhkan sebidang tanah yang telah digemburkan dan dibuat bedengan dengan ukuran 3 m x 0,25 m x 1,2 m. Lahan pembibitan yang telah disediakan ini untuk kedua jenis tanaman dimana bedengan pembibitan ini di bagi dua bagian, untuk bedengan pembibit horenso dengan ukuran 1,5 m dan bedengan pembibit selada dengan ukuran 1,5 m. Lahan persemaian ini dibuat di dekat lahan penanaman, agar waktu pemindahan bibit tidak terlalu jauh. b. Persiapan benih Perbanyakan horenso mengunakan benih, benih yang akan ditanam menggunakan benih yang didapatkan dari toko. Jumlah benih yang diperlukan untuk budidaya horenso untuk luasan lahan 400 m2 adalah 250 gram, sedangkan untuk tanaman selada sebanyak 150 gram. c. Pembibitan Untuk mendapatkan bibit horenso yang baik harus disemai terlebih dahulu, lahan persemaian dicangkul terlebih dahulu sampai gembur, kemudian dibuat dengan ukuran 10 x 1 m, kemudian tanah yang telah dicangkul diberikan pupuk kandang 1 kg/m dan ditutup kembali menggunakan tanah setelah itu baru benih horenso di sebarkan. Begitu juga sebaliknya pada tanaman selada. Lahan persemaian ditutup menggunakan plastik bening agar terhindar dari hujan dan terik matahari yang dapat merusak benih, pada pembibitan ini dilakukan penyiraman setiap hari agar tanaman terawat. Waktu 4

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 yang dibutuhkan untuk persemaian benih horenso dengan selada adalah 7- 8 hari. d. Pengolahan lahan Langkah awal yang dilakukan dalam melakukan budidaya tanaman adalah dengan melakukan pengolahan lahan, pengolahan lahan yang dilakukan dengan cara melakukan pembuangan gulma atau sisa-sisa tanaman yang terdahulu. Setelah itu melakukan pengolahan lahan dengan cara mencangkul dan membalik-balikan tanah sampai gembur. Selanjutnya penbuatan bedengan dengan ukuran 10 m x 1 m x 0,15 m, setelah pembuatan bedengan selesai, selanjutnya pemberian pupuk kandang dan kapur pertanian dengan cara disebar dan setelah itu ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk kandang dan kapur pertanian dilakukan sehari sebelum penanaman benih. Menurut Wahyudi (2010), langkah awal yang dilakukan dalam penyiapan lahan adalah dengan cara membersihkan gulma dan sisa tanaman dari periode tanam sebelumnya hingga lahan bersih, selanjutnya melakukan pengapuran minimal 1 ton per hektar, jika pH tanah kurang dari 5,0. Untuk menaikan 1 point pH tanah di perlukan 2 ton kapur pertanian (dolomit atau kalsit) per hektar. Kegiatan selanjutnya bajak atau cangkul tanah untuk membalik dan memecah agregat tanah, buat bedengan sederhana terlebih dahulu dengan ukuran 110 cm x 500 cm x 20 cm, lalu aplikasikan teknologi EMP 1 dengan dosis 2 liter Agrobost per 400 liter air per hektare. Semprotkan larutan EMP secara merata di seluruh permukaan bedengan. Sebaiknya, saat aplikasi EMP, tanah dalam kondisi lembab Setelah tiga hari setelah aplikasi EMP, lakukan pemupukan dasar dengan standar dosis per hektare pupuk kandang 3 ton, urea 100 kg, sp-36 150 kg, kcl 75 kg. Pengaplikasiannya dengan cara tebar pupuk kandang di sisi kiri dan kanan bedengan diaduk–aduk kedalam tanah sambil menggemburkan bedengan, lalu campur ketiga pupuk kimia menjadi

satu, tebarkan sesegera mungkin di sisi kiri dan kanan bedengan, aduk kedalam tanah agar tercampur semuanya. Sempurnakan bedengan dengan mencangkul selokan dan menimbun tanahnya ke atas permukaan bedengan menjadi 20-25 cm (Wahyudi,2010). Adapun perbedaan yang dilakukan di perusahaan P4S Agrofarm Cianjur dengan yang terdapat di litelatur adalah tentang pengaplikasian pupuk kandang dengan ditambahkan pupuk kimia, namun pada perusahaan hanya menggunakan kapur pertanian dengan pupuk kandang. Menurut Wahyudi (2010), pemberian kapur pertanian dilakukan tiga hari sebelum pengaplikasian pupuk kandang dan pupuk buatan. e. Penanaman Penanaman yang dilakukan pada budidaya tanaman horenso dan selada dengan cara pindah tanam bibit. Jarak tanam yang digunakan adalah untu tanaman horenso 20 cm x 20 cm dan untuk tanaman selada 15 cm x 15 cm, penanaman selada ditanam diantara atau ditengah-tengah tanaman horenso. Sebelum penanaman hal yang harus dilakukan adalah menggambil bibit tanaman dari tempat pembibitan, dengan cara bibit dicabut mengunakan kayu pencongkel agar perakaran bibit tidak rusak ataupun putus setelah itu di letakkan didalam sterofom, lalu di bawa ke lahan produksi. Penanaman yang diterapkan untuk tanaman ini adalah sistem tumpang sari. Penanaman horenso yang dilakukan di P4S Agrofam Cianjur sangat berbeda dengan penanaman yang biasanya dilakukan oleh beberapa orang. Menurut Susila Anas, D. 2006 bahwa penanaman horenso ditanam tanpa menggunakan jarak tanam. Horenso ditanam dengan cara benih ditabur dengan mencampurkan abu dengan perbandingan 1 bagian benih : 10 bagian abu. Pencampuran abu dan benih ini bertujuan agar benih tidak bertumpuk, setelah benih ditabur merata, maka benih tersebut disiram dengan 5

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 menggunakan gembor penyiraman. Penyiraman dilakukan pada setiap pagi dan sore hari. Penyiraman tidak perlu dilakukan apabila turun hujan. Terdapat empat jenis sistem tumpang sari yang sering diterapkan pada budidaya tanaman antara lain campuran tanaman (mixed cropping), pengganti tanaman (relay cropping), jalur tanam (strip cropping), beberapa tanaman (multiple cropping). Di P4S Agrofarm Cianjur menerapkan sistem tumpang sari jenis Mixed Cropping atau campuran tanaman, dimana mixed croping ini merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam dilahan yang sama, pada waktu yang sama atau dengan jarak/interval waktu tanam yang singkat, dengan pengaturan jarak tanam yang sudah ditetapkan dan populasi didalamnya sudah tersusun rapi. Tumpangsari yang dilakukan pada P4S Agrofarm Cianjur bertujuan mengoptimalkan lahan, karena lahan yang dimiliki oleh P4S Agrofarm Cianjur terbatas, sedangkan jenis komoditi yang dibudidayakan oleh perusahaan sekitar 15 komoditi sehingga perusahaan memilih melakukan tumpang sari untuk memenuhi pasokan produknya. Tumpang sari yang dilakukan tidak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, karena jarak tanam antar tanaman telah diatur sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Perusahaan yaitu 20 cm x 20 cm. Pihak perusahaan menjelaskan bahwa jika dilakukan penanaman secara normal, hasil dari komoditi tidak jauh berbeda dengan komoditi yang dilakukan penanaman secara tumpang sari. Oleh karena itu, perusahaan memilih melakukan tumpang sari untuk setiap komoditi yang dibudidayakan karena hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan budidaya yang dilakukan secara normal. f. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya tanaman ini adalah pembersihan/ penyiangan tanaman dimana penyiangan ini dilakukan pada

saat tanaman berumur 2 minggu, dengan cara mencabut rumput-rumput yang mengganggu tanaman induk. Penyiangan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan, dimana pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman ini adalah pupuk Urea. Dimana pengaplikasian pupuk ini diberikan antara tanaman, dosis yang digunakan untuk pupuk adalah 10g. Setelah melakukan penyiangan dan pemupukan bedengan atau lahan produksi disiram dengan menggunakan gembor dan pemberian air secukupnya pada tanaman. Khususnya untuk tanaman selada yang harus diperhatikan pada saat melakukan pembibitan dimana pembibitan ini membutuhkan perawatan intensif. Namun yang dilakukan di perusahaan hanya penyiraman dan penyiangan seadanya. Dan juga perusahaan tidak melakukan penyemprotan atau pengendalian hamapenyakit untuk budidaya tanaman horenso dan selada. Menurut Rukmana (2001), pemeliharaan tanaman horenso yang dilakukan adalah : - Penyiraman (pengairan) Fase awal pertumbuhan, perlu penyiraman (pengairan) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan tanah cepat kering dan dimusim kemarau. Pengairan selanjutnya berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman (pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore hari, dan cara pengairannya dapat menggunakan alat bantu gembor (emrat), selang ataupun cara dileb. - Penyiangan (pendangiran) Penyiang dapat dilakukan 1-2 kali bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Cara penyiangannya, adalah dengan mencabut gulma (rumput liar) dengan alat bantu tangan ataupun koret, parang, cangkul sambil mengemburkan tanah disekeliling tajuk tanaman sekaligus membersihkan rumput liardalam parit. Waktu penyiangan bisanya pada umur dua dan empat minggu setelah tanamm. 6

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 -

Pemupukan susulan Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman horenso dan selada tidak cukup hanya pupuk kandang saja. Pupuk ini dicampurkan di permukaan areal tanam. Selain pupuk kandang, tambahkan juga pupuk kimia terutama Urea. Pupuk diberikan dalam aluran di kiri-kanan tanaman Pemberiannya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari setelah penanaman. Untuk tanaman selada perawatan tanaman sama dengan yang diterapkan pada tanaman horenso dimana perbedaannya hanya terdapat pada perawatan benih dilakukan secara intensif. Adapun perbedaan yang terdapat pada litelatur dengan yang dilakukan pada perusahaan, dimana perbedaan tersebut terdapat pada pupuk yang digunakan dan juga pengendalian hama penyakit, pupuk yang digunakan berdasarkan litelatur adalah pemberian EMP, urea, kcl, dan sp-36 sedangkan perusahaan hanya menggunakan pupuk urea untuk tanaman yang diproduksinya. Untuk pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan. g. Panen  Horenso Panen tanaman horenso dilakukan pada saat tanaman berumur 35 - 50 hari setelah tanam, hal ini sesuai dengan yang tertera pada kemasan benih. Secara fisik dapat dilihat tanaman horenso sudah berwarna hijau dan besar, tinggai tanaman lebih kjurang 30 cm. Panen dilakukan pada sore hari dengan cara mencabit tanaman. Setelah itu horenso yang siap dipanen dimasukkan ke dalam kontainer dan seterusnya di bawa kegudang umtuk dilakukan proses yang slanjutnya yaitu pasca panen. Tanaman horenso dimaksukkan kedalam kantong plastik berukuran 20 x 40 cm.  Selada Tanaman selada ini ditanam di selasela tanaman horenso dengan lahan 400 m2 dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Tanaman selada ini merupakan tanaman

sampingan yang ditanam pada lahan yang sama dengan tanaman horenso. Pemanenan tanaman selada hampir sama dengan yang dilakukan pada tanaman horenso. h. Pasca panen  Pengumpulan Hasil panen ditampung (dikumpulkan) di suatu tempat yang teduh dan nyaman. Tujuan pengumpulan produksi di suatu tempat ini untuk memudahkan kegiatan penanganan berikutnya dan menekan kerusakan atau susut (losses). Untuk hasil panen tanaman selada langsung dimasukan kedalam kontainer.  Pembersihan (sortasi) Daun-daun luar (daun tua) dibuang dan hanya disertakan beberapa helai saja, sedangkan untuk selada daun dan selada batang membuang beberapa helai daun tua atau rusak. Selada yang sudah dibersihkan dan daun-daun luarnya dan sisa-sisa getah pada batang dilab menggunakan koran. Sedangkan Pada hasil panen horenso dibersihkan pada bagian pangkalnya dimana daun yang kuning juga dibuang.  Pengemasan Pengemasan horenso dan selada mengunakan kantong plastik dimana saturan ini di kemas dengan berat 250 g, dan dimasukan kedalam plastik, setelah itu baru di masukkan kedalam kontainer / plastik besar dan sayuran siap untuk di pasarkan. F. Analisa biaya dan pendapatan horenso dan selada dengan pola tanam tumpang sari Biaya yang dikeluarkan oleh P4S Agrofarm cianjur adalah Rp 5.011.695. Panen Horenso dan Selada dengan menggunakan pola tanam tumpang sari diperoleh hasil 600 kg horenso, 400 kg selada dengan luas lahan 400 m2 dan dijual dengan harga untuk horenso Rp 15.000 per kg dan selada Rp 8.000 per kg. Maka keuntungan yang diperoleh untuk tanaman horenso dan selada dengan pola tanam tumpang sari adalah 7

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 Rp 12.200.000 – Rp 5.011.695 = Rp 7.188.305. G. Analisa biaya dan pendapatan horenso dan selada dengan Tanpa pola tanam tumpang sari. Biaya yang dikeluarkan oleh P4S Agrofarm cianjur adalah Rp 4.856.695. Panen Horenso dan Selada dengan tanpa menggunakan pola tanam tumpang sari diperoleh hasil 400 kg horenso, 400 kg selada dengan luas lahan 200 m2 per masing – masing tanaman dan dijual dengan harga untuk horenso Rp 15.000 per kg dan selada Rp 8.000 per kg. Maka keuntungan yang diperoleh untuk tanaman horenso dan selada dengan tanpa pola tanam tumpang sari adalah Rp 9.200.000 – Rp 4.856..695 = Rp 4.343.305. Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dengan pola tanam tumpangsari lebih mnguntungkan dari pada pola tanam tanpa tumpangsri dimana keuntungan untuk pola tanam tumpaang sari adalah RP. 7.188.305, sedangkan keuntungan tanpa pola tanam tumpangsari adalah Rp. 4.343.305. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah : Setelah penulis melakukan kegiatan pengalaman kerja praktek mahasiawa (PKPM) maka penulis dapat menyimpulkan kegiatan yang dilakukan PKPM, yaitu : 1. P4S Agrofarm Cianjur hampir semua tanaman yang diproduksi dengan cara tumpangsari. Adapun tanaman yang ditumpang sari yaitu horinso dengan selada. Penerapan pola tanam tumpanngsari tanaman horenso dan selada pada P4S Agrofarm Cianjur menggunakan pola mixed cropping, yang tujuan utamannya adalah meningkatkan efektifitas lahan, karena lahan di P4S Agrofarm Cianjur terbatas.

2. Penerapan sistem tumpang sari akan memperoleh pendapatan yang lebih untuk perusahaan dibandingkan dengan melakukan budidaya dengan cara monokultur. Dimana perbandingan keuntungan yang di peroleh dari metode sistem tumpang sari Rp.7.188.305. sedangkan keuntungan yang di dapat dari metode sistem monokultur Rp. 4.343.305. DAFTAR PUSTAKA Anditio,1992. Sawi dan Bayam jepang. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim.2013. Pengertian Pola Tanam dan Macam Macam pola tanam. http://buatsahabatqu. blogspot.com/2013/01 (02 April 2015). Aini, R, Yaya, S, dan Hana, M. N. 2010. Penerapan Bionutrien KPD Pada Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa Var. crispa). Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 1 (1): 73-79. Alsin. 2013. Cara Menanam Selada Yang Baik dan Benar.http://obatpertani an.com/2013 (02 April 2015). Barmin. 2010. Budidaya Sayur Daun. CV . Rikardo. Jakarta. 36hlm. Bayam (spinach). 19 Januari2007Http:// id.Wikipedia.org/wiki/Bayam.(S pinacia) Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Penebar Kanisius. Yogyakarta. Santoso,et al. 2006. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura.Indonesia Australia Eastern Universities Project : Bogor. Setyawati W, dan A.A Asandhi.2003.pen garuh sistem pertanaman monok utr dan tumpang sari sayuran 8

Jurnal Agrimart. Vol 3. No.1, Sebtember 2016 crucifera dan solanaceae terhadap hasil dan struktur dan fungsi komunitas artropoda. Jurnal Hortikultura 13: 41-57.

Produksi Tanaman bayam jepang, (lactuca sativa L.) yang Diberi Berbagai Dosis Kompos dan Pupuk Urea. Skripsi. Universitas Riau.

Pangestu dan Subagyo.2000.Pertumbuhan dan

9