JASSI – anakku Volume 2 Nomor 1, Juni 2003 INTERVENSI UNTUK ANAK YANG GANGGUAN ARTIKULASI Tati Hernawati Program Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Tulisan ini merupakan pengalaman penulis sebagai seorang pedagog dalam mengintervensi HM (berusia 5 tahun) duduk di bangku TK, yang mengalami gangguan artikulasi. HM memiliki ketajaman pendengaran yang normal, namun mengalami gangguan dalam mempersepsi bunyi bahasa, sehingga terjadi gangguan artikulasi atau kesalahan dalam pengucapan kata-kata. Intervensi dilakukan secara bertahap melalui latihan pendengaran, latihan pengucapan, latihan untuk mengotomatisasi pola gerakan, serta latihan percakapan. Dalam kurun waktu kurang lebih 26 kali pertemuan (masing-masing pertemuan selama +1 jam), HM dapat mengucapkan kata-kata dengan benar.
Kata kunci: Intervensi, gangguan artikulasi
PENDAHULUAN
Gangguan artikulasi (articulation disorder) merupakan salah satu bentuk gangguan komunikasi. Komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami.
1
Dalam proses komunikasi tersebut, terdapat tiga komponen, yaitu penyampai pesan (sender), pesan (message), dan penerima pesan (receiver). Komunikasi dapat dilakukan melalui lisan, tulisan, dan isyarat. Namun komunikasi yang lazim dilakukan oleh orang pada umumnya adalah komunikasi melalui lisan dan tulisan. Komunikasi melalui
isyarat umunya
dipergunakan oleh kaum tunarungu. Suatu pesan dapat diterima dengan baik oleh receiver jika pesan tersebut disampaikan sender dengan bahasa yang dapat dimengerti. Dalam komuniksi melalui lisan, pesan harus diekspresikan/disampaikan
dengan bahasa yang dapat dimengerti
serta artikulasi
(pengucapan) yang jelas dan tepat. Artikulasi yang tidak jelas dari sender dapat menyebabkan komunikasi tidak lancar atau salah interpretasi. Misalnya anak mengatakan “Mah minta topi” kemudian ibunya memberikan seuah topi, padahal yang dimaksud anak tersebut adalah minta
minum kopi seperti yang diminum ibunya, bukan topi. Rupanya anak tersebut
mengucapkan fonem (huruf) t untuk fonem k. Gangguan komunikasi seperti itu disebut gangguan artikulasi. Gangguan artikulasi terdiri dari beberpa tipe, yaitu : 1. Subtitusi yaitu terjadinya penggantian fonem seperti kata gigi diucapkan didi. 2. Omisi yaitu terjadinya penghilangan fonem, seperti kata cincin diucapkan cicin. 3. Distorsi, yaitu terjadinya kekacauan pengucapan, seperti kata tinta diucapkan nita. 4. Adisi, yaitu trjadinya penambahan fonem, seperti kata foto diucapkan forto.
2
Gangguan artikulasi ini (terutama subtitusi) tidak hanya terjadi pada anak tunarungu, melainkan juga terjadi pada anak mendengar sebagaimana terjadi pada klien yang sudah penulis tangani.
GAMBARAN KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN ARTIKULASI Klien
berinisial
HM,
berusi
5
tahun.
Kecerdasannya
normal,
ketajaman
pendengarannya normal, dan bersekolah di Taman Kanak-Kanak. Setelah dilakukan asesmen melalui tes organ artikulasi, tes pengucapan fonem, dan tes kemampuan bahasa, maka diperoleh gambaran bahwa : 1. Secara umum, struktur dan fungsi organ artikulasinya baik. 2. Dalam pengucapan sebagian fonem, terjadi gangguan artikulasi dalam semua tipe, yaitu: subtitusi, omisi, distorsi, dan adisi. 3. Dari hasil tes kemampuan berbahasa (aktif dan pasif), diketahuai bahwa secara pasif anak tersebut tidak mengalami gangguan, namun secara aktif mengalami gangguan. Artinya ia bias menunjukkan gambar yang disebutkan terster, namun dalam mengucapkan nama benda mengalami gangguan artikulasi. Gambaran yang lebih jelas mengenai klien yang mengalami gangguan artikulasi ini adalah :
3
1. Gangguan Artikulasi Tipe Subtitusi: a. Fonem k (diawal dan tengah) diucapkan t, 1) toko diucapkan toto 2) kuda diucapkan tuda 3) kakak diucapkan tata b. Fonem g diucapkan d 1) gigi diucapkan didi 2) gelas diucapkan delas 3) gajah diucapkan dajah c. Fonem ng diucapkan n 1) tangan diucapkan tanan 2) ngengat diucapkan nenat 3) sangat diucapkan sanat d. Fonem c diucapkan t 1) cicak diucapkan titak 2) becak diucapkan beta
4
e. Fonem ny diucapkan n 1) nyamuk diucapkan namuk 2) nyanyi diucapkan nani f. Fonem s diucapkan t 1) soto diucapkan toto 2) sate diucapkan tate 3) nasi diucapkan nati g. Fonem r diucapkan l 1) roda diucapkan loda 2) rumah diucapkan lumah 3) Koran diucapkan kolan 2. Gangguan Artikulasi Tipe Omisi: a. cincin diucapkan cicin b. tanti diucapkan tati c. mesjid diucapkan mejid
5
3. Gangguan Artikulasi Tipe Distorsi : a. tinta diucapkan nita b. kodok diucapkan tordok c. dagu diucapkan dardu d. roko diucapkan rorto 4.Gangguan Artikulasi Tipe Adisi foto diucapkan forto
PEMBAHASAN INTERVENSI Dalam pembahasan ini, dikemukakan bagaimana intervensi gangguan artikulasi seperti yang dialami oleh klien penulis. Pembahasan ini disajikan dalam masing-masing tipe gangguan. 1. Tipe Subtitusi Intervensi gangguan artikulasi tipe subtitusi, dilakukan melalui empat tahapan, yaitu latihan pedengaran, pengucapan, mengotomatisasi pola ucapan, serta percakapan
6
a. Latihan pendengaran, yaitu latihan membedakan bunyi huruf yang tertukar, seperti membedakan bunyi huruf k dengan t, bunyi huruf g dengan d,bunyi huruf ng dengan n, dan seterusnya. Latihan membedakan bunyi huruf diterapkan dalam suku kata atau kata. Latihan dilkukan dengan cara sebagai berikut: Pertama, klien diminta menaruh balok kecil (dapat diganti dengan benda kecil lainnya) ke dalam suatu tempat/kotak bila ia mendengar bunyi huruf k. Ortopedagog mengucapkan suku kata yang mengandung huruf k dan suku kata yang mengandung huruf lain selain huruf t. misalnya : ka – mu – ku – ki – go – ba – ko, dsb. Kedua, klien diminta menaruh balok di kotak jika ia mendengar bunyi huruf t. Ortopedagog mengucapkan suku kata yang mengandung huruf t dan suku kata yang mengandung huruf lain selain k. Misalnya ta – do – to – tu – di - bu – ti. Ketiga, klien diminta menaruh balok di kotak k jika ia mendengar bunyi huruf k dan menaruh balok di kotak t bila ia mendengar bunyi huruf t. Ortopedagog mengucapkan suku kata yang mengandung huruf k dan t , serta masih dicampur dengan suku kata lain., misalnya: ka – do – ku – tu – ti - bo - ki.,dsb Keempat, Ortopedagog hanya mengucapkan suku kata yang dimulai dengan huruf t dan k, misalnya ka – ti – ku – ta – ko – ki. Kemudian klien diminta untuk menaruh balok ke dalam kotak yang sesuai. b. Latihan Pengucapan, yaitu latihan untuk mengucapkan huruf-huruf yang sering ditukar sesuai dengan pola standar.
7
1) Latihan Pengucapan Huruf k Klien diminta mengucapkan suku kata ka sambil meletakan telunjuk atau spatel di atas lidah. Penggunaan telunjuk/spatel tersebut dimaksudkan agar lidah tidak menyentuh lengkung kaki gigi atas, sehingga tidak terbentuk bunyi ta
dan keluar bunyi ka.
Penggunaan
telunjuk/spatel ini lama kelamaan harus dikurangi, sampai klien dapat mengeluarkan bunyi ka tanpa menggunakan telunjuk/spatel. Latihan selanjutnya klien diminta mengucapkan ko – ko – ko kemudian aka – aka – aka, dsb. 2) Latihan pengucapan huruf g Klien diminta mengucapkan kata gigi sambil meletakan telunjuk /spatel di atas lidah. Latihan selanjutnya klien menngucapkan kata gaga, gogo,gugu,gege dengan cara yang sama. 3) Latihan pengucapan huruf ng Klien diminta menirukan ucapan ng sambil melihat posisi lidah pada cermin serta menjelaskan posisi lidah yang berbeda pada waktu mengucapkan ng dan n. Selanjutnya klien meraban ma-ma-ma; na-na-na,; dan nga-nga-nga. 4) Latihan pengucapan huruf c Klien
diminta untuk menempelkan
ujung lidah pada lengkung kaki bawah, kemudian
mengucapkan kata cici sambil telunjuknya menekan ujung lidah tersebut. Di samping itu juga klien mengucapkan ceh-ceh dan teh-teh sambil merasakan perbedaan letupan udara pada
8
punggung tangan di depan mulut. Latihan selanjutnya klien mengucapkan kata caca, cucu, coco, cica, dsb. 5) Latihan Pengucapan Huruf ny Klien diminta mengucapkan kata nyanyi sambil menekan ujung lidah dengan telunjuknya. Dengan cara yang sama klien mengucapkan kata nyenyak. 6) Latihan Pengucapan Huruf s Klien diminta untuk mendesis ( essssss….; ussssss….) kemudian menirukan ucapan bussss, bisss, dan bosss.Setelah itu klien diminta mengucapkan kata dengan huruf a dibelakang (busss-a; bisss – a; bosss – an). Makin lama makin cepat pengucapannya sehingg akhirnya ia dapat mengucapkan kata busa,bias, dan bosan. Setelah klien dapat mengucapkan huruf s pada posisi tengah, baru kemudian dilatih untuk mengucapkan huruf s pada posisi awal kata. 7) Latihan Pengucapan Huruf r Klien dilatih dulu mengucapkan suku kata dengan huruf r pada posisi akhir ( seperti barrr; birrr, korrr). Setelah bisa, klien dilatih untuk mengucapkan kata huruf r pada posisi tengah (barrr-u, birrrr-u. Korrrr-an).
Makin lama makin
cepat ucapannya hingga ia dapat
mengucapkan kata baru, biru, dan Koran. Setelah itu anak dilatih untuk mengucapkan huruf r pada posisi awal kata.
9
c. Latihan Untuk Mengotomatisir Pola Ucapan Untuk latihan ini diperlukan alat-alat peraga yang berupa benda asli atau gambargambar yang mengandung huruf-huruf yang ditukar. Caranya yaitu anak diminta menyebutkan nama gambar yang diperlihatkan ortopedagog. Untuk mengotomatisasi pola ucapan huruf k, ortopedagog memperlihatkan gambar kata, kaki, bebek, dsb. Bergantian dengan gambar tupai, pita, dsb Untuk mengotomatisasi pola ucapan huruf g, ortopedagog memperlihatkan gambar gigi. Gelas, gajah bergantian dengan gambar daun,dagu, dsb. Untuk
mengotomatisasi pola ucapan huruf ng, pelatih memperlihatkan gambar
tangan, mangga, tangga, dsb. Bergantian dengan gambar nanas, panah, jendela, dsb. Untuk mengotomatisasi huruf c, pelatih memperlihatkan gambar cecak, capung, becak, dsb. Bergantian dengan gambar angka tujuh, pita, dsb. Untuk mengotomatisasi pengucapan huruf ny, pelatih memperlihatkan gambar nyamuk, nyanyi, dsb. Bergantian dengan gambar nanas, nenek, dsb. Untuk mengotomatisasi pengucapan huruf s, pelatih memperlihatkan gambar sendok, sikat, bis, dsb. Bergantian dengan gambar angka tujuh dan tiga, tupai, dsb. Untuk mengotomatisasi prengucapan huruf r, pelatih memperlihatkan gambar roti, Koran, ember, dsb. Bergantian dengan gambar lidah, balon, pel, dsb.
10
d. Latihan Konversasi atau Percakapan Tujuannya untuk memperlancar pengucapannya, yaitu dengan cara pelatih mengajukan pertanyaan kepada klien yang jawabannya harus mengandung kata-kata dengan huruf-huruf yang ditukar. Sistematika intervensi gangguan artikulasi tipe subtitusi ini dilakukan per huruf melalui empat tahapan. Misalnya intervensi dimulai dengan memperbaiki pengucapan huruf k. Intervensi tersebut dilakukan melalui latihn pendengaran, pengucapan, mengotomatisasi pola ucapan serta konversasi khusus untuk pengucpn huruf k. Setelah berhasil, baru dilanjutkan dengan huruf lain, dengan tahapan yang sama. 2. Tipe Omisi Pada gangguan artikulasi tipe omisi ini, klien menghilangkan huruf n (posisi tengah) pada kata cincin dan tanti sehingga diucapkan cicin dan tati, serta menghilangkan huruf s pada kata mesjid menjadi mejid. Oleh karena klien tersebut dapat mengucapkan huruf n pada mengucapkan huruf n pad posisi akhir, maka hal itu dijadikan dasar latihan. Klien dilatih mengucapkan : Cin…;cin…;cin… Cin-cin; cin-cin; cin-cin. Cincin; cincin; cincin
11
Sedangkan untuk melatih pengucapan kata tanti, klien diminta mengucapkan: Tan – tan - ta; ti – ti – ti Tan – tan Tan
ti – ti ti
Tanti Untuk melatih pengucapan kata mejid. Terlebih dahulu klien dilatih pengucapan s pada posisi akhir misanlnya suku kata bis dan bos. Kemudian mengucapkan: Mes…;mes…;mes… Mes…jid; mes…jid; mes…jid. Makin lama ucapannya makin cepat hingga klien dapat mengucapkan kata mesjid dengan benar. 3. Tipe Distorsi Pada gangguan tipe distorsi ini, klien mengganti dan menghilangkan atau mengganti dan menambah huruf sekaligus pada satu kata sehingga bunyinya jadi lebih kacau, seperti kata tinta diucapkan nita; dagu diucapkan dardu; kodok diucapkan tordok; dan rokok diucapkan rorto.
12
Oleh karena kesalahannya ada kesamaan dengan substitusi, maka perbaikan ucpan kata-kata yang distorsi ini dilakukan setelah melakukan intervensi substitusi. Selnjutnya dilakukan intervensi berikut ini: a. Untuk kata tinta, klien dilatih mengucapkan: Tin – tin – tin
ta – ta – ta
Tin- tin
ta – ta
Tin ; ta Tinta b. Untuk kata dagu, klien dilatih mengucapkan: Da – da – da
gu – gu – gu
Da – da
gu – gu
Da
gu Dagu
Demikian juga untuk melatih ucapan rokok dan kodok.
13
4. Tipe Adisi Gangguan pada tipe ini yaitu klien menambah fonem atau huruf pada kata seperti foto diucapkan forto. Oleh karena klien tersebut dapat mengucapkan huruf t pada posisi terakhir, maka dalam latihan ini klien diminta untuk mengucapkan: fot – fot – fot
to – to – to
fo – fot
to – to
fot
to foto
Dalam intervensi ini, ortopedagog selalu berkoordinasi dengan orang tua klien. Materi yang dilatihkan, diinformasikan pada orang tua klien agar orang tua tersebut dapat melatih klien di rumah. Di samping itu orang tua selalu diminta informasi tentang kemajuan anaknya dalam berbicara, serta kata-kata yang masih salah diucapkan anaknya untuk diperbaiki di tempat latihan. Setelah kurang lebih 26 kali pertemuan dengan waktu ± 1 jam setiap pertemuan, klien tersebut dapat mengucapkan semua fonem dengan benar.
14
PENUTUP Demikian artikel ini, yang merupakan pengalaman penulis dalam mengintervensi klien yang mengalami salah satu jenis gangguan komunikasi yaitu gangguan artikulasi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para pemerhati anak-anak yang berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA Hallahana, Daniel P. & Kauffman, Jamnes M. (1991). Exceptional Children. Fifth edition New Jersey: Prentice Hall International Inc. Kirk, Samuel A. & Gallagher, J. James (1988). Educating Exceptional Children. Boston : Houghton Mifflin Company. Varekamp, L.C. de Vreede.(1973). Perbaikan Bicara ( Speech Therapy). Jakarta : DNIKS.
15