JURNAL BIOLOGI INDONESIA JURNAL BIOLOGI

Download BOGOR, INDONESIA. JURNAL. BIOLOGI. INDONESIA. ISSN 0854-4425. Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Pa...

0 downloads 654 Views 685KB Size
J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010) ISSN 0854-4425 ISSN 0854-4425

JURNAL JURNAL BIOLOGI BIOLOGI INDONESIA INDONESIA Akreditasi: No 816/D/08/2009 Vol. 6, No. 2, Juni 2010 Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua Rini Riffiani

153

Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977- 163 2006 Onrizal Keragaman Genetika Ramin [Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz] dari Provinsi Riau 173 Berdasarkan Profil Random Amplified Polymorphic DNA Yulita Kusumadewi, Yuyu S. Poerba, &Tukirin Partomihardjo Laju Kehilangan dan Kondisi Terkini Habitat Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) di 185 Semenanjung Santigi, Sulawesi Tengah, Indonesia Awal Riyanto, Suprayogo Soemarno dan Achmad Farajallah Plant- β Diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo 195 Raja Ampat Islands: with Special Reference to The Threatened Species Didik Widyatmoko Emisi Gas Dinitrogen Oksida dari Tanah Sawah Tadah Hujan yang diberi Jerami Padi 211 dan Bahan Penghambat Nitrifikasi A. Wihardjaka Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis 225 Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia Sri Soegiharto, Agus P. Kartono, & Ibnu Maryanto

BOGOR, INDONESIA

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010) Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember). Editor Pengelola Dr. Ibnu Maryanto Dr. I Made Sudiana Dr. Anggoro Hadi Prasetyo

Dr. Izu Andry Fijridiyanto Dewan Editor Ilmiah Dr. Abinawanto, F MIPA UI Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP Dr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPI Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD Prof. Dr. Mohd.Tajuddin Abdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia Dr. Srihadi Agung priyono, F. Kedokteran Hewan IPB Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI Alamat Redaksi

Sekretariat Oscar efendi SSi MSi d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 Email : [email protected] Website : http://biologi.or.id Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilai A berdasarkan SK Kepala LIPI 816/ D/2009 tanggal 28 Agustus 2009.

J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010) KATA PENGANTAR

Jurnal Biologi Indonesia edisi volume 6 nomer 2 tahun 2010 yaitu memuat 11 artikel lengkap dan sebuah artikel tulisan pendek. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Departemen Kementerian Kehutanan, Pertanian, Fakultas MIPA IPB, Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas. MIPA Universitas Indonesia, Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Bogor dan Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Topik yang dibahas pada edisi ini meliputi empat topik dalam bidang Botani, dua topik tentang mikrobiologi satu topik mengenaik hasil perombakan bakteri dan bahan organik lainnya dan lima topik dalam bidang zoologi Beragamnya penulis pada edisi ini yang membahas tiga topik utama yaitu Zoologi, Botani dan Mikrobiologi diharapkan semakin banyak keragaman pembaca dan akhir kata yang diharapkan dari editor jurnal ini akan semakin banyak penulis yang berkeinginan membagi hasil karya penelitiannya dengan menulis ke dalam Jurnal Biologi Indonesia. Editor

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010) UCAPAN TERIMA KASIH Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 6, No 2, Juni 2010: Dr. Niken TM. Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB Ir. Majariana Krisanti MSi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB Onrizal MSi, Universitas Sumatra Utara Dr.Tike Sartika, Balitnak, Departemen Pertania, Ciawi bogor Dr. Dwi Astuti, Puslit Biologi-LIPI Drs. Edi Mirmanto MSc, Puslit Biologi-LIPI Drs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPI Drs. M. Noerdjito, Puslit Biologi-LIPI Drh. Anang S. Achmadi MSc, Puslit Biologi-LIPI Sigit Wiantoro SSi ,MSc Puslit Biologi-LIPI Ir. Dwi Agustiyani MSc, Puslit Biologi-LIPI

Edisi ini dibiayai oleh DIPA Puslit Biologi-LIPI 2010

J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010) DAFTAR ISI Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua Rini Riffiani

153

Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977- 163 2006 Onrizal Keragaman Genetika Ramin [Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz] dari Provinsi Riau 173 Berdasarkan Profil Random Amplified Polymorphic DNA Yulita Kusumadewi, Yuyu S. Poerba, &Tukirin Partomihardjo Laju Kehilangan dan Kondisi Terkini Habitat Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) di 185 Semenanjung Santigi, Sulawesi Tengah, Indonesia Awal Riyanto, Suprayogo Soemarno dan Achmad Farajallah Plant- β Diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo 195 Raja Ampat Islands: with Special Reference to The Threatened Species Didik Widyatmoko Emisi Gas Dinitrogen Oksida dari Tanah Sawah Tadah Hujan yang diberi Jerami Padi 211 dan Bahan Penghambat Nitrifikasi A. Wihardjaka Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis 225 Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia Sri Soegiharto, Agus P. Kartono, & Ibnu Maryanto Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik 237 Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen Eko Sulistyadi Analysis of Nutrient Requirement and Feed Efficiency Ratio of Maroon Leaf Monkey 255 (Presbytis rubicunda Mueller, 1838) Wartika Rosa Farida Oksidasi Nitrit Oleh Bakteri Heterotrofik Pada Kondisi Aerobik Dwi Agustiyani, Ruly Marthina Kayadoe & Hartati Imamuddin

265

Pencirian Karbon Organik Air Sungai Citarum Hulu Dari Masukan Air Limbah 277 Penduduk dan Industri Eko Harsono dan Sulung Nomosatryo TULISAN PENDEK Arti Kebun Raya Bogor Bagi Kehidupan Kumbang Sungut Panjang Cerambicidae) Woro Anggaraitoningsih Noerdjito

(Coleoptera, 289

Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 153-161 (2010)

Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua Rini Riffiani Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Jakarta – Bogor km 46, Cibinong, Email: [email protected]

ABSTRACT Isolation of Bacteria Degrading Phenanthrene in Batanta- Salawati Districts Raja Ampat Papua. Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) are important environmental contaminants in soil and water. These compounds have a potential risk to human health, as many of them are carsinogenic and toxic to marine organisms such as diatome, gasthrophode, mussel, and fish. Phenanthrene is one of the hazardous hydrocarbon compounds. The purpose of this research was to characterize microbial strains from Batanta-Salawati Raja Ampat Papua Island and their ability to remove phenanthrene. Two isolates were identified at their physiological characteristics based on salinity tolerance, pH tolerance and the composition of nitrogen base. Molecular identification based on 16S rRNA gene sequences indicated that bacteria had the highest similarity with Rhodobacteraceae bacterium F9 and Roseobacter sp. RW 37. Rhodobacteraceae bacterium F9 could grow optimum on ONR7a media with 5% salinity and at pH of 5-7,5 while Roseobacter sp. RW 37 could grow optimum on ONR7a media with 2% salinity and at pH of 6,2-7,5. Key words: Phenanthrene, physiological characteristic, molecular identification, Raja Ampat

PENDAHULUAN Berbagai kegiatan eksplorasi, eksploitasi, transportasi melalui media laut, sering menghasilkan kejadian kebocoran tumpahan minyak ke lingkungan. Tumpahan minyak di laut telah berdampak terhadap pencemaran multidimensi bagi makhluk hayati laut itu sendiri, usaha perikanan, usaha pariwisata, sampai kepada tingkat kerusakan laut (Edwards & White 1999). Kecelakaan tanker pengangkut minyak, tumpahan minyak mentah dari kegiatan eksplorasi minyak bumi sering terjadi di perairan Indonesia, yang memerlukan

perhatian dan tindakan bioremediasi yang lebih optimum dengan memanfaatkan teknologi biostimulasi dan bioaugmentasi. Aplikasi teknologi bioremidiasi memerlukan data dasar diversitas jenis dan fungsi fisiologis mikroba laut. Bakteri mampu mendegradasi bahan kimia berbahaya dalam lingkungan menjadi air dan gas yang tidak berbahaya (CO 2) (Vidali 2001). Menurut Yamikov et al. (2004), bakteri pendegradasi senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi banyak ditemukan di laut. Beberapa bakteri yang diketahui dapat mendegradasi senyawa PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon) dalam minyak bumi antara lain 153

Rini Riffiani

Cycloclasticus, Marinobacter, Pseudomonas, dan Sphingomonas (Kasai et al.2002). Phenanthrene merupakan salah satu dari senyawa PAH yang berpotensi sebagai zat karsinogen dan bersifat racun terhadap biota laut seperti diatom, gastropoda, remis, serta ikan (Ouyang 2006; Sack et al. 1997). Kepulaun Raja Ampat merupakan kawasan tropis dengan produktivitas ekosistem yang tinggi, yang mempunyai peran sentral dalam menjaga ekosistem dunia. Batanta dan Salawati merupakan pula u yang masuk dalam wilayah Kepulaun Raja Ampat. Kepulaun ini terletak antara pulau Halmahera dan Papua. Kawasan ini merupakan pulaupulau yang berbatasan dengan kawasan Wallacea dan dikenal memiliki kekayaan hayati laut sangat tinggi. Ekosistem Raja Ampat telah mengalami perubahan dengan adanya kegiatan penambangan, penyelundupan kayu ilegal melalui kepulauan Raja Ampat oleh sejumlah kapal asing, dan ekploitasi sumber daya perairan. Hampir 99 % mata pencaharian warga kepulauan Raja Ampat di laut, dan umumnya warga setempat memiliki kendaraan laut yang menggunakan bahan bakar minyak yang dapat mencemari perairan laut (Kadarusman 2007). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bakteri yang dapat mendegradasi senyawa phenanthrene di pulau Batanta-Salawati kepulauan Papua Raja Ampat. Diharapkan dari penelitian ini dapat diperoleh bakteri unggulan yang dapat digunakan sebagai landasan untuk pengembangan teknologi bioremidiasi hidrokarbon di lepas pantai.

154

BAHAN DAN CARA KERJA Sampling Sampel penelitian diambil dari Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat pada tanggal 21 April-11 Mei 2008. Kordinat geografi astronomi dari lokasi pengambilan sampel adalah S: 00.18.865 E: 130.55.17 dan sampai S: 00.19.189 E: 130.066 (Gambar 1). Sampel yang dikumpulkan berupa air laut. Untuk menghindari terjadinya degradasi jumlah bakteri dan kematian bakteri pada sampel, dilakukan metode pengayaan (enrichment). Media pengayaan yang digunakan adalah medium artificial seawater mineral salt medium (ONR7a) yang mengandung phenanthrene (1000 ppm). Komposisi media ONR7a per liter: 22,79 g NaCl, 3,99 g Na2SO4, 0,72 g KCl, 83 mg NaBr, 31 mg NaHCO3, 27 mg H3BO3, 2.6 g NaF, 0,27 g NH4Cl, 83 mg Na2HPO4 , 1,3 g TAPSO, 11,18 g MgCl2, 1,46 g CaCl2, 24 mg SrCl2, 2 mg FeCl2 (Sheryl et al.1995). Pengayaan dilakukan dengan cara menambahkan 100 μL sampel air laut pada tabung (PCR tube) yang telah berisi 2 ml medium enrichment secara aseptik dan dilakukan langsung di lapangan setelah pengambilan sampel. Sampel kemudian disimpan pada suhu ruang 27280C. Isolasi bakteri pendegradasi phenanthrene Bakteri pendegradasi phenanthrene diisolasi pada medium minimum agar ONR7a dengan menggunakan metode sebar (spread). Medium yang telah

Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel

diinokulasikan kemudian disublimasi dengan cara memanaskan senyawa phenanthrene pada suhu optimum yaitu 100°C selama 10 menit. Kondisi demikian menyebabkan senyawa tersebut menguap, lalu tertangkap pada medium yang diberi pendingin berupa batu es (Gambar 2). Pemberian batu es di atas medium yang telah diinokulasi untuk mencegah mencairnya medium agar karena terkena uap panas senyawa phenanthrene. Medium yang telah disublimasi kemudian diinkubasi selama 7 hari pada temperatur 300C. Bakteri yang dapat mendegradasi senyawa phenanthrene ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni. Pemurnian Biakan Potensial Pendegradasi Phenanthrene Isolat yang tumbuh dalam zona bening kemudian diisolasi secara aseptik dan diinokulasikan kembali ke medium ONR7a. Kultur kemudian diinkubasi pada suhu 30 0 C selama 24-72 jam. Kemurnian biakan diuji dengan diinokulasikan kembali pada medium kaya, yaitu marine agar. Media marine agar mengandung 5 gr pepton, 1 gr yeast ex-

tract, 0,1 gr ferric citrate, 19,45 gr sodium chloride, 8,8 gr MgCl, 3,24 gr sodium sulfate, 1,88 gr calcium chloride, 0,55 pottasium chloride, 0,16 gr sodium bicarbonate, 15 gr agar, 34 mg stronsium chloride, 22 mg boric acid, 4 mg sodium sillicate, 2,4 mg sodium flouride, 1,6 gr ammonium nitrat, dan 8 mg disodium phosfate. Pengujian Konfirmasi Pengujian konfirmasi bertujuan untuk memastikan kemampuan biak terseleksi dalam mendegradasi phenanthrene. Isolat terseleksi diinokulasikan kembali pada medium ONR7a, dan disublimasi kembali dengan senyawa phenanthrene. Kultur kemudian diinkubasi pada suhu 300 C selama 24-72 jam. Pembentukan zona bening pada medium ONR7a kemudian diamati. Zona bening yang terbentuk di sekeliling koloni menandakan bahwa isolat tersebut mampu mendegradasi senyawa phenanthrene. Pengujian Pengaruh Salinitas dan pH Terhadap Isolat Terpilih Pengaruh salinitas dan pH terhadap pertumbuhan isolat SL49 dan B29 dilakukan dengan cara menumbuhkan kedua isolat dalam medium ONR7a 155

Rini Riffiani

Gambar 2. Teknik sublimasi untuk isolasi mikroba pendegradasi PAHs

dengan variasi salinitas (NaCl) 0%, 2%, 5%, dan 10% serta variasi pH 5, 6,2, 7, dan 10. Kultur diinkubasi pada shaker inkubator dengan suhu 30 0 C dan kecepatan 100 rpm selama 4 hari. Pengukuran pertumbuhan mikroba (OD) dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm. Pengukuran dilakukan setiap 4 jam dan 16 jam. Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap, dengan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Analysis of Varian (ANOVA) pada taraf nyata 5% dan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan program SPSS versi 12. Identifikasi dan Analisis Filogenetik. Identifikasi dilakukan secara molekular dengan 16S rDNA. Analisis molekuler yang dilakukan berupa ekstraksi DNA dan PCR amplifikasi, purifikasi PCR produk dan sekuensing. Ekstraksi DNA menggunakan intragene matrix kit (Biorad) dilanjutkan dengan amplifikasi. Hasil optimasi PCR diperoleh komposisi per reaksi sebesar 25 µL dengan menggunakan Primer 9F (5‘GAGTTTGATCCTGGCTCG) dan

156

1510R (5‘ GGCTACCTTGTTACGA CTT) . Analisis DNA menggunakan program BioEdit dan dilakukan blast pada Bank Gen NCBI dataLibrary. Analisis Filogenetik menggunakan program multiple aligment Clustal X versi 1.83. Konstruksi pohon filogenetik berdasarkan jarak kekerabatan genetik dengan metode Neighbor joining. Konstruksi jarak evolusi dalam derajat kepercayaan menggunakan bootstrap value pada program NJ plot. HASIL Penapisan mikroba pendegradasi senyawa penanthrene Hasil isolasi bakteri pendegradasi penanthrene menggunakan metode sublimasi terlihat dengan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni. Setelah dipurifikasi ditemukan 2 isolat, yaitu SL49 dan B29. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Isolat Terseleksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan optimum bakteri SL49 terjadi pada medium dengan salinitas (NaCl) 2% (Gambar 3A), sedangkan

Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta

pertumbuhan isolat B29 berada pada kisaran salinitas lebih luas dibandingkan SL49, yaitu pada kisaran salinitas 2-10%, dengan pertumbuhan optimum terjadi pada salinitas (NaCl) 5% dengan setelah diinkubasi selama 28 jam (Gambar 3B). Berdasarkan uji statistik terjadi perbedaan yang nyata pada pertumbuhan bakteri SL 49 dan B29 dengan perlakuan dengan variasi salinitas pada taraf uji 0,05.

uji statistik terjadi perbedaan yang nyata pada pertumbuhan bakteri SL49 dan B29 dengan perlakuan dengan variasi pH pada taraf uji 0,05. Identifikasi dan Analisis Filogenetik Isolat Terpilih Berdasarkan analisis penjajaran urutan nukleotida parsial gen pengkode 16S rDNA menggunakan program BLAST, bakteri dengan kode isolat B29 mempunyai tingkat kesamaan tertinggi dengan Rhodobacteraceae bacterium F9 dengan persentase tingkat kesamaan 100% dan urutan nukleotida yang dapat dideteksi mencapai hingga 1026 bp. Sedangkan bakteri dengan kode isolat SL 49 mempunyai tingkat kesamaan dengan Roseobacter sp. RW 37 dengan tingkat kesamaan 99% dan nukleotida yang dapat dideteksi mencapai 910 bp.

Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Isolat Terpilih Hasil pengujian pH terhadap pertumbuhan menunjukkan bahwa pertumbuhan optimum bakteri SL49 terjadi pada pH normal, yaitu pada kisaran 6,2-7,5 (Gambar 4A). Pada pH asam (pH 5) dan pH basa (pH 10) pertumbuhan bakteri terlihat kurang optimal. Pertumbuhan bakteri B29 memiliki kisaran pH yang lebih luas dibandingkan dengan SL49, yaitu pada kisaran 5-7,5. Hasil tersebut menunjukkan bakteri B29 memiliki toleransi terhadap pH dan salinitas yang lebih luas dibandingkan bakteri SL49 (Gambar 4B). Berdasarkan A)

PEMBAHASAN Terbentuknya zona bening di sekeliling koloni bakteri menunjukkan bahwa koloni bakteri tersebut dapat menggunakan senyawa phenanthrene B)

Gambar 3. (A) Kurva pertumbuhan bakteri SL 49; (B) B 29 dalam medium ONR7 dengan variasi salinitas

157

Rini Riffiani

sebagai sumber karbon dan energi bagi pertumbuhannya. Oleh karena media ONR7a merupakan media minimum mineral, setelah sumber karbon dari medium digunakan untuk pertumbuhan habis, maka bakteri akan menggunakan senyawa kar bon aromatik yaitu phenanthrene sebagai sumber karbon dan energi bagi bakteri (Sheryl et al. 1995). Menurut Iwabuchi & Harayama. (1997), biodegradasi senyawa PAH diawali dengan masuknya atom oksigen (reaksi oksidasi) ke dalam inti aromatik. Reaksi ini dikatalisis oleh multikomponen dioksigenase. Senyawa PAH yang teroksidasi akan membentuk prekursor intermediet dari siklus asam sitrat. Sebagai produk dari siklus tersebut pada akhirnya akan terbentuk air dan karbon dioksida. Senyawa phenanthrene dapat didegradasi secara sempurna oleh bakteri menjadi air dan karbon dioksida melalui salah satu dari dua jalur yang ada, yakni jalur o-phthalat dan salisilat (Iwabuchi & Harayama 1997). Kedua jalur tersebut melalui senyawa intermediet yang sama, yaitu 1-hydroxy-2-napthoic acid. A)

Bakteri Aeromonas dan Nocardioides sp. strain KP7 mendegradasi senyawa phenanthrene melalui jalur o-phthalat, sedangkan bakteri Burkholderia cepacia F297 melalui jalur salisilat (Iwabuchi & Harayama 1997; Mrozik et al.2002). Serangkaian reaksi yang terjadi dalam proses biodegradasi senyawa phenanthrene baik melalui jalur o-phthalat maupun salisilat dapat dilihat pada. Menurut Anthoni (2006), NaCl sangat mempengaruhi salinitas air laut, karena konsentrasinya paling dominan dibandingkan dengan senyawa lainnya. Air laut dengan salinitas 3,5% mengandung sekitar 85,62% NaCl, artinya konsentrasi senyawa NaCl di dalam air laut sebesar 3%. Oleh karena itu, bakteri SL49 dapat tumbuh optimum pada medium dengan salinitas (NaCl) 2%, karena konsentrasi NaCl yang terkandung di dalamnya hampir menyerupai habitat aslinya (air laut) yaitu sebesar 3%. Pertumbuhan isolat B29 berada pada kisaran salinitas lebih luas dibandingkan SL49, yaitu pada kisaran salinitas 2-10%, dengan pertumbuhan B)

Gambar 4 (A) Kurva pertumbuhan bakteri SL49; (B) B29 dalam medium ONR7a dengan variasi pH

158

Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta

optimum terjadi pada salinitas (NaCl) 5% dengan OD 1,396 setelah diinkubasi selama 28 jam (Gambar 3B). Hal ini diduga stabilitas membran, aktivitas enzim, maupun mekanisme transpor aktif bakteri ini tidak terganggu oleh kenaikan konsentrasi Na+. Menurut Kogure et al. (1991), sebagian bakteri laut memiliki ketergantungan terhadap ion Na+ untuk menjaga stabilitas membran, aktivitas enzim, dan mekanisme tranpor aktif. Pertumbuhan bakteri B29 memiliki kisaran pH yang lebih luas dibandingkan dengan SL49, yaitu pada kisaran 5-7,5. Hasil tersebut menunjukkan bakteri B29 memiliki toleransi terhadap pH dan salinitas yang lebih luas dibandingkan bakteri SL49 (Gambar 4A dan 4B). Hal

ini menunjukkan bahwa bakteri SL49 memiliki pH optimum untuk pertumbuhan sesuai dengan pH habitat asli dari bakteri laut, yaitu sekitar 7-8,5 (Peter 2003). Hasil analisis menampilkan pohon filogeni kedua isolat bakteri tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Pohon filogeni tersebut menunjukkan bahwa B29 adalah Rhodobacteraceae bacterium F9 dan bakteri SL49 adalah Roseobacter sp. RW 37 memiliki kekerabatan yang dekat. Kedua kelompok tersebut termasuk ke dalam kelompok α-Proteobacteria. Mikroba laut dari kelompok Sub klas Proteobacteria merupakan mikroba laut terkultur yang mempunyai peran dalam proses bioremediasi senyawa toksik seperti senyawa PAH (Polycyclic

Gambar 5. Pohon kekerabatan 2 bakteri potensial pendegradasi phenanthrene yaitu B29 (Rhodobacteraceae bacterium F9) dan bakteri SL49 (Roseobacter sp. RW 37) dengan kelompok luar sebagai pembanding Microbacteriaceae bacterium yang dianalisis dengan program BioEdit. Tingkat ketelitian dendogram ditentukan melalui nilai bootstrap dengan pengulangan 1000 kali.

159

Rini Riffiani

Aromatic Hydrocarbon) yang banyak terdapat pada bahan bakar fosil terutama minyak bumi (Kasai et al. 2002) KESIMPULAN Dua bakteri pendegradasi senyawa phenanathrene dari kepulauan Raja Ampat telah diisolasi, masing-masing adalah Roseobacter sp. RW 37 dan Rhodobacteraceae bacterium F9. Keduanya merupakan kelompok αProteobacteria. Pertumbuhan optimum Roseobacter sp. RW 37 berlangsung pada salinitas 2% dan pada kisaran pH 6,2-7,5 sedangkan Rhodobacteraceae bacterium F9 pada salinitas 5% dan pada kisaran pH 5-7,5. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Bambang Sunarko, Dr. I Made Sudiana, Dra. Nunik Sulistinah, Arif Nurkanto S. Si, yang telah memberikan kontribusi yang besar selama penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anthoni, FJ. 2006. The Chemical Composition of Seawater. http:/ /www.seafriends.orgnz/oceano/ seawater.htm Edward, R.& I.White. 1999. The Sea Empress Oil Spill.Environmental Impact and Recovery. Proceeding of International Oil Spill Conference. American Petroleum Institute Washington DC.

160

Iwabuchi, T.& S. Harayama. 1997. Biochemical and Genetic Characterization of 2-Carboxybenzaldehyde Dehydrogenase, an Enzyme Involved in Phenanthrene Degradation by Nocardioides sp. Strain KP7. J. Bacteriology. 179: 6488-6494. Kadarusman, 2007. Studi Awal Pengeboman Ikan di Raja Ampat, Suatu Ancaman Megadiversitas Jantung Segitiga Karang Dunia. Factsheet Apsor: www.apsordkp. com. Akademi Perikanan SorongDKP. Sorong, Papua Barat. Kasai, Y, H. Kishira, & S. Harayama. 2002. Bacteria Belonging to the Genus Cycloclasticus Play a Primary Role in the Degradation of Aromatic Hydrocar bons Released in a Marine Environment. Appl.& Envi. Microbiology. 5625–5633. Kogure, K, O. Suwan, K. Ohwada, & U. Simidu. 1991. Correlation between Possession of a Respiration-Dependent Na+ Pump and Na+ Requirement for Growth of Marine Bacteria”. Appl.& Envi.Microbiology. 57. 18441846. MacLeod, RA. 1965. The Question of the Existence Specific Marine Bacter ia. Bacteriological Review, 29 (1). Mrozik, A., Z. Piotrowska-Seget & S. Labuzek. 2002. Bacterial Degradation and Bioremediation of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons. Polish Journal of Envir. Studies 12: 15-25.

Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta

Ouyang, Jun. 2006. Phenanthrene Pathway Map. http://umbbd.msi. umn. edu/pha/phamap. html Peter L., JA.Musick & Jeanette Wyneken. 2003. The Biology of Sea Turtles. II: 420.CRC Press LLC. Sack, U, MH.Thomas, D. Joanna, EC. Carl, M. Rainer, Z. Frantisek & F. Wolfgang 1997. Comparison of Phenanthrene and Pyrene Degradation by Different Wood-Decaying Fungi”. Appl.& Envi. Microbiolog. 63: 3919-3925. Yamikov, MM., Laura G., Renata D., Ermanno C., Tatiana N. C., WolfRainer A., Heinrich L., Kenneth N. Timmis & Peter N. Golyshin. 2004. “Thalassolituus oleivorans

gen. nov., sp. nov., a Novel Marine Bacterium That Obligately Utilizes Hydrocar-bons”. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 141–148 Sheryl, E Dykstershouse, JP. Gray, RP. Herwig, Canolara & JT. Staley. 1995. Cycloclasticus pugetii gen. Nov, sp. Nov, on Aromatic Hydr oca rbon-Degra ding Bacterium from Marine Sadiments. International Journal of Systematic Bacteriology. 116123. Vidali, M. 2001. “Bioremediation and Overview”. Pure and Applied. Chemistry.IUPAC, Vol. 73, 7: 1163–1172.

Memasukkan: Mei 2009 Diterima: Desember 2009

161

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010) PANDUAN PENULIS Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/ Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masingmasing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α, β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis). Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali. Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisan pustaka acuan sebagai berikut : Jurnal : Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158. Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/ lorCp.1.html.

J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010)

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik 237 Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen Eko Sulistyadi Analysis of Nutrient Requirement and Feed Efficiency Ratio of Maroon Leaf Monkey 255 (Presbytis rubicunda Mueller, 1838) Wartika Rosa Farida Oksidasi Nitrit Oleh Bakteri Heterotrofik Pada Kondisi Aerobik Dwi Agustiyani, Ruly Marthina Kayadoe & Hartati Imamuddin

265

Pencirian Karbon Organik Air Sungai Citarum Hulu Dari Masukan Air Limbah 277 Penduduk dan Industri Eko Harsono & Sulung Nomosatryo TULISAN PENDEK Arti Kebun Raya Bogor Bagi Kehidupan Kumbang Sungut Panjang Cerambicidae) Woro Anggaraitoningsih Noerdjito

(Coleoptera, 289