Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PROSES PEMBELAJARAN (TELAAH KURIKULUM 2013) Oleh: Lelya Hilda1
Abstract In this year (2013), the Ministry of Education and Culture has just launched a new curriculum. Curriculum 2013 highly recommends scientific approach in which learning is centered to student. Scientific approach is empirical knowledge. In the realm of knowledge, this approach emphasizes direct observation and experimentation as a way to answer the question. This curriculum is expected to create students who will be able to compete against globalization in the 21st century welcomed. Keywords: scientific approach, curriculum 2013, globalization
1
Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
69
Pendahuluan Pendidikan pada saat ini seharusnya membentuk siswa yang dapat menghadapi era globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, serta pengaruh dan imbas teknologi berbasis sains. Kerusakan lingkungan merupakan permasalahan yang berpengaruh dalam kehidupan dan harus dihadapi oleh siswa sehingga mereka perlu dibekali dengan kemampuan untuk menjaga lingkungan dan mengatasi permasalahan lingkungan. Siswa harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang memadai serta menguasai teknologi informasi dalam kancah globalisasi dan persaingan dalam bekerja. Keterampilan berfikir kreatif dan inovatif dibutuhkan dalam mengembangkan ilmu, teknologi dan seni. 2 Kemampuan inovasi dan kreativitas sangat dibutuhkan untuk berkompetisi di abad 21. Keterampilan di abad ini menurut UNESCO berupa kreativitas dan inovasi, kemempuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, komunikasi dan kolaborasi, keterampilan sosial dan lintas budaya dan penguasaan informasi.3 Untuk itu strategi, pendekatan, perubahan kurikulum harus selalu ditelaah untuk menjawab perkembangan ini. Untuk menjawab permasalah ini maka dilakukan perubahan kurikulum menjadi kurikul 2013, yang dilakukan dengan pendekatan saintifik. Kurikulum 2013 merupakan suatu kebijakan baru pemerintah dalam bidang pendidikan yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan dan persoalan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia ke depan. Perubahan yang mendasar pada kurikulum 2013 dibanding dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah perubahan pada tingkat satuan pendidikannya dimana implementasi kurikulum ini dilakukan pada tingkat satuan pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan. Perubahan yang lain dapat dilihat dari konsep kurikulum 2013 itu sendiri. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap ( attitude), psikomotor (skill), dan pengetahuan (knowledge). Dalam proses pembelajaran
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurrikulum 2013, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 3. 3 Ibid., hlm. 8. 2
70
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap mengandung makna transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „.mengapa... Ranah keterampilan mengandung makna transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „.bagaimana... Ranah pengetahuan mengandung makna transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „apa.. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang memiliki kompetensi meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.4 Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan. Dengan menggunakan metode ilmiah, maka untuk mendapatkan pengetahuan para ilmuwan berusaha untuk membiarkan realitas berbicara sendiri, membahas mendukung teori ketika prediksi teori ini sudah dikonfirmasi dan menentang teori ketika prediksinya terbukti tidak teruji. Gagne, menyebutkan bahwa dengan mengembangkan keterampilan Sains anak akan dibuat kreatif, dan mampu mempelajari sains di tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan keterampilanketerampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. Tujuan pembelajaran sains akan tercapai jika terdapat keberhasilan penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual, aspek afektif erat kaitannya dengan sikap dan emosi, dan aspek psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Ketiga aspek tersebut searah dengan hakikat sains yang harus ditinjau dari segi produk, proses, dan sikap ilmiah. Penguasaan aspek-aspek tersebut pada siswa dapat dilihat dari hasil belajar.5 Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk Made Kurnia Widiastuti Giri, Kemampuan Komunikasi Efektif Dunia Pendidikan Kedokteran Deefleksi Implementasi Kurikulum 2013, Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013. 5 Agus Sujarwanta, “Mengkondisikan Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Saintifik”, jurnal Nuansa Kependidikan Vol 1 6 Nomor .1, Nopember 2012, hlm. 75. 4
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
71
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses- proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Pendekatan saintifik dilakukan dengan lima langkah pembelajaran yaitu tahap mengamati, bertanya, mencoba, melakukan asosiasi, dan mengkomunikasikan. Kelima tahapan ini dipandang mampu menyampaikan peserta didik mencapai keterampilan berpikir, merasa, dan melakukan. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa standar proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini dipandang mampu mencapai tujuan pendidikan yaitu keseimbangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam diri peserta didik. Masalah yang muncul adalah masih banyak pendidik yang belum memahami bagaimana mengaplikasikan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Kurikulum 2013 Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan penegmbangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secar sistematis dan terrah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi, dan arah 72
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
yang jelas, mau dibawa kemana system pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Perlunya perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 didorong oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah Internasional. Hasil survey “Trens in Internasional Math and Science” tahun 2007 yang dilakukan oleh Global institute, menunjukkan bahwa hanya 5% peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi. Dan yang diungkapkan PISA (Programme for Internasional Student Assesment ), tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar dari 65 negara. Merujuk hasil tersebut bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang.6 Pembelajaran yang terjadi akibat implementasi dari kurikulum 2013 ini adalah adalah Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi pembelajaran lebih banyak berpusat pada aktivitas siswa. Karena pembelajaran lebih banyak berpusat pada siswa akibatnya pembelajaran tidak lagi menjadi satu arah tetapi lebih bersifat interaktif. Kurikulum 2013 juga menuntut agar dalam pembelajaran terjadi aktivitas aktif dan menyelidiki dan diharapkan juga guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dapat merancang pembelajaran agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual dan nyata. Pembelajaran yang selama ini terjadi yaitu pembelajaran yang terlalu luas yang mengakibatkan terlalu banyak materi diajarkan. Penyampaian materi pengetahuan hanya merupakan sebuah kegiatan transfer ilmu belaka yang artinya guru hanya memindahkan pengetahuan saja kepada siswa tanpa memperhatikan apakah siswa memahami atau tidak pengetahuan yang diberikan tersebut. Berbeda halnya dengan kurikulm 2013, kurikulum ini memaksa guru agar mengerti betul karakteristik dari siswanya. Materi pengetahuan yang disampaikan guru harus mampu menunjukkan perilaku yang khas yang mampu memberdayakan kaidah keterkaitan antar materi.7 Kurikulum 2013 mengajak kita semua untuk semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator utamanya atau perangkat atau apa pun itu namanya. Pendekatan ilmiah (scientific approach) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dalam 6
H.E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 59-60. 7 P. Sinambela, “Kurikulum 2013 dan Implementasinya Dalam Pembelajaran ”, Majalah/Jurnal Generasi Kampus, Volume 6, Nomor 22, September 2013.
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
73
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah. Dalam konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan scientific. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut :8 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya Peserta didik tidak mudah menanya apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk mau dan mampu menanya. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, guru harus membimbing dan memandu peserta didik menanya dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan, guru mendorong peserta didik menjadi penyimak yang baik. Pertanyaan guru dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperolehsimpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendekatan-Pendekatan Ilmiah dalam Pem,belajaran “dalam Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Saintifik”, hlm. 2-3. 8
74
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Menalar merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar (associating) merujuk pada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori dalam otak dan pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya (asosiasi).9 Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan kurikulum 2013 dalam menghasilkan insane yang produktif, kreatif, dan inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses). Kunci sukses tersebut antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisifasi warga sekolah. 10 Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran mempunyai pengertian kegiatan yang nyata yang mempengaruhi anak didik dalam situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan belajarnya.11 Pembelajaran merupakan lingkungan ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah atau saintifik diyakini sebagai tititan emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Jadi dengan pendekatan saintifik untuk mengembangkan sikap, prestasi belajar peserta didik ranah afeksi peserta didik akan terbentuk. Pendekatan saintifik disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. 9
Ibid., Ibid, hlm. 49.
10
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Bina Sari, 1991), hlm.41. 11
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
75
Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif inductive reasoning ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejati nya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail kemudian merumuskan simpulan. Menurut Aragon metode ilmiah didefinisikan sebagai: “systematic process
for acquiring new knowledge that uses the basic principle of deductive (and to alesser extent inductive) reasoning. It’s considered the most rigorous way to elucidatecause and effect, as well as discovers and analyzes less direct relationships between agents and their associated phenomena.” Metode ilmiah adalah "proses yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan baru yang menggunakan prinsip dasar penalaran deduktif (dan pada tingkat lebih rendah induktif). Ini dianggap sebagai cara yang paling ketat untuk menjelaskan sebab dan akibat, serta menemukan dan menganalisis hubungan yang kurang langsung antara agen dan fenomena yang terkait. "12 Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa. 2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. 3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4. Dapat mengembangkan karakter siswa. A. Aragon, Girth Control: The Science of Fat Loss and Muscle Gain. (Alan Aragon Publishing: 2007), p.7. 12
76
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
Pendekatan saintific dalam proses ilmiah merupakan suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik dan melalui metode-metode saintific yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada pada hal-hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan pengecapan). Sedangkan yang disebut metode saintific adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan ilmiah. Metode saintific juga sering disebut metode induktif karena dalam prosesnya, metode saintific dimulai dari hal-hal yang bersifat spesifik ke kesimpulan yang bersifat general.13 Pembelajaran dengan pendekatan saintific menuntut siswa harus dapat menggunakan metode-metode ilmiah yaitu menggali pengetahuan melalui mengamati, mengklasifikasi memprediksi, merancang, melaksanakan eksperimen mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain dengan menggunakan keterampilan berfikir, dan menggunakan sikap ilmiah seperti ingin tahu, hati-hati, objektif, dan jujur. Kedua penalaran tersebut dapat digambarkan dalam siklus metode ilmiah oleh Shuttleworth yang dikutif Agus Sujawarta sebagai berikut14:
Gambar 1. Siklus Metode Ilmiah
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
13 14
Agus Sujawarsa, Op.Cit., hlm. 77. Ibid., 76.
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
77
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran yang melibatkan ketiga ranah tersebut digambar sebagai berikut:15
Gambar 2. Pendekatan Scientific Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan saintifik akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut. Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” 2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. 3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
15
Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Analisis Materi Ajar Jenjang SD, SMP dan SMA, Konsep Pendekatan Sciencetifik (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), hlm.4.
78
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 5. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. 6. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran scientific meliputi:16
Gambar 3.Langkah-langkah pendekatan Saintifik Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.17 1. Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara soal mengamati antara lain Surat Ali Imran: 137. “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah
Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.
Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013, Pendekatan Saintifik, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, hlm.9. 17 Ibid, hlm. 5-18. 16
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
79
Allah memerintahkan untuk memperhatikan. Memperhatikan sutu peristiwa. Dalam hal ini dapat berupa peristiwa langsung atau memperhatikan peristiwa melalui membaca literatur. 2. Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. 3. Menalar Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. Kedua dan ketiga adalah menanya dan menalar. Allah berfirman dalam surat An-Nahl: 43. “Dan Kami tidak mengutus
sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” 80
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
Pertanyaan merupakan indikasi sikap kritis dan muncul dari proses mendengarkan atau berfkir. Artinya setelah seseorang mendengarkan, maka kemungkinan akan muncul pertanyaan. Atau, walau sebelumnya tidak mendengarkan, seseorang tergerak untuk bertanya setelah berfikir. Allah memberi petunjuk untuk bertanya kepada orang yang mempunyai pengetahuan. Bertanya kepada ahlinya atau pakarnya. Pertanyaan akan melahirkan ilmu-ilmu baru. Pertanyaan yang belum dapat dijawab, akan mendorong seseorang (yang ditanya) untuk mencari tahu. Antara lain dengan bertanya kepada orang yang lebih ahli. Karenanya pertanyaan memicu dan memacu lahirnya ilmu-ilmu baru dan mendorong seseorang untuk terus belajar. 4. Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. 18 Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Berikut ini adalah sebagian ayat-ayat yang berbicara masalah mencoba, melakukan, atau berbuat. Di Surat An-Nisa’: 40, 95 dan 100.
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”(40). Maksudnya: Allah tidak akan mengurangi pahala orang-orang yang mengerjakan kebajikan walaupun sebesar zarrah, bahkan kalau dia berbuat baik
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 108. 18
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
81
pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah. sekecil apapun yang dikerjakan, akan mendapat balasan. Siapa yang tidak berbuat, tidak akan mendapat apapun. 5. Membentuk Jejaring Membentuk jejaring yang dimaksud sama dengan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknaikerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama. Membuat jejaring. Maksudnya menyampaikan ilmu yang dimiliki kepada orang lain. Dalam kontek ini, maksudnya adalah berda’wah, menyebarluaskan ilmu. Allah berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq”. (QS Ali Imron 110) Metode saintific pada dasarnya merujuk pada model penelitian yang dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Model tersebut memiliki langkahlangkah 19: a) Mengidentifikasi masalah (dari fakta yang ditemukan di lingkungan). b) Mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan. c) Memilah data yang sesuai dengan permasalahan. d) Merumuskan hipotesis (dugaan ilmiah yang menjelaskan data dan permasalahan yang ada sehingga dapat menentukan langkah penyelesaian masalah lebih lanjut).
19
82
Ibid., hlm. 77.
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
e) Menguji hipotesis dengan mencari data yang lebih faktual (mengadakan eksperimen) f) Menguji keakuratan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya agar dapat menentukan tindakan terhadap hipotesis tersebut (mengkonfirmasi, memodifikasi, ataupun menolak hipotesis). Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.20 Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Referensi Abdullah, Sani Ridwan, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurrikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Aragon, A., Girth Control: The Science of Fat Loss and Muscle Gain, Alan Aragon Publishing: 2007. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Analisis Materi Ajar Jenjang SD, SMP dan SMA, Konsep Pendekatan Sciencetifik, Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendekatan-Pendekatan Ilmiah dalam Pem, belajaran “dalam Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Saintifik”.
20
Made Kurnia Widiastuti Giri, Loc.Cit.
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda
83
Kurnia, Widiastuti Giri Made, Kemampuan Komunikasi Efektif Dunia Pendidikan Kedokteran Deefleksi Implementasi Kurikulum 2013, Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013. Mulyasa, H.E., Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Pelatihan
Pendampingan Kurikulum 2013, Pendekatan Saintifik, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013.
Sinambela, P., “Kurikulum 2013 dan Implementasinya Dalam Pembelajaran”, Majalah/Jurnal Generasi Kampus, Volume 6, Nomor 22, September 2013. Siregar, Eveline dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Bina Sari, 1991. Sujarwanta, Agus, “Mengkondisikan Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Saintifik”, jurnal Nuansa Kependidikan Vol 1 6 Nomor .1, Nopember 2012.
84
Pendekatan Saintifik ....................................Lelya Hilda