Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 68-75
PENGGUNAAN CLAY THERAPY DALAM PROGRAM BIMBINGAN UNTUK PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR Aniek Wirastania Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya email:
[email protected]
Abstract Clay therapy has a special role in the field of guidance and counseling. Clay Therapy has been widely use by counselor to overcome problems faced by children. Clay media adores children. Therefore, this media can assist counselor to overcome the problem of children who cannot express their problems. The guidance and counseling program conducted using the concept of clay therapy has a special counselee target. Clay therapy is aimed at children of 9-12 years of age. At these ages children are in the development process, so they need facilitation for their development, especially in the cognitive and affective aspects.. Keywords: Clay Therapy, Guidance and Counseling Program.
Pelayanan di laksanakan dapat
1. PENDAHULUAN Layanan bimbingan dan konseling memiliki
untuk
melalui
berbagai
macam
membina
metode. Salah satu metode yang dapat
perkembangan peserta didik agar dapat
digunakan dalam membantu peserta
mengambil
secara
didik supaya dapat mengaktualisasikan
bertanggung jawab sehingga menjadi
dirinya adalah dengan menggunakan
manusia yang berkembang optimal,
clay therapy. Clay therapy merupakan
produktif
Prinsip
metode yang diturunkan dari psikologi
konseling
humanistik yang memusatkan perhatian
“Guidance For All”, bermakna individu
pada pengalaman dan keunikan tingkah
memiliki
laku
program
tujuan
diberikan
keputusan
dan
berbudaya.
bimbingan
hak
dan
yang
sama
dalam
dan
pengaktualisasian
mendapatkan layanan bimbingan dan
manusia.
konseling, siapapun individu tersebut,
mengarah pada manusia yang sehat,
dari manapun individu itu berasal, serta
kreatif, dan mampu mengaktualisasikan
bagaimanapun
dirinya. (Alwisol, 2004: 255).
kondisi
individu
tersebut, memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pelayanan.
Psikologi
diri
humanistik
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli telah membuktikan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
68
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 68-75
Clay Therapy efektif dalam membantu
anak-anak sedang dalam mengalami
individu dalam mengatasi permasalahan
masa
konseli. Penggunaan media clay dalam
membutuh-kan fasilitasi perkembangan
sebuah sesi konseling sangat membantu
dirinya terutama pada aspek kognitif
konselor untuk mengungkap kondisi
dan afektifnya.
konseli yang sesungguhnya, bahkan
perkembangan,
sehingga
Untuk dapat melaksanakan clay
media clay ini dapat memberikan
therapy
pengalaman tersendiri bagi konseli.
kompetensi. Kompetensi umum yang
Buchalter (2009) menyatakan bahwa
harus
penggunaan media clay akan dapat
pelaksana
memberikan pengalaman khusus seperti
adalah sebagai berikut.
mengenal tekstur clay, mencetak clay
a. Berpenampilan menarik dan me-
dengan menggunakan sentuhan tangan secara langsung, serta membentuk dan memanipulasi clay. Sholt
&
akan
pengalaman
membutuhkan
dimiliki
konselor
program
sebuah
sebagai
bimbingan
ini
nyenangkan. b. Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif dan produktif.
Gavron
(2006)
menyatakan bahwa penggunaan media clay
ini
dapat terutama
memberikan pada
proses
pembentukan sebuah produk. Metode
c. Bersemangat, disiplin, dan mandiri. d. Peka,
bersikap
menghormati
empati,
serta
keragaman
dan
perubahan. e. Dapat berkomunikasi secara efektif.
clay therapy ini sangat memperhatikan bagaimana proses dan produk yang dihasilkan, karena melalui kedua hal ini konselor dapat melakukan pengamatan pada konselinya.
Selain kompetensi umum di atas, konselor pelaksana program bimbingan clay therapy juga harus memiliki kompetensi
khusus
yaitu
dapat
berkomunikasi secara efektif dengan 2. PEMBAHASAN Program bimbingan yang dilakukan dengan menggunakan konsep clay therapy memiliki sasaran konseli yang khusus, yaitu anak-anak yang berusia sekitar 9 sampai 12 tahun. Pada usia ini
anak-anak, serta memiliki keterampilan khusus dalam melaksanakan permainan yang menggunakan media clay. Clay adalah salah satu media yang digunakan dalam art therapy dan psikoterapi. Art Therapy menurut Vick (Malchioldi: 2003) adalah perpaduan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
69
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 68-75
dua disiplin keilmuan yaitu kesenian
dilakukan dengan menggunakan potensi
dan psikologi yang menghasilkan suatu
manusia agar dapat menjadi lebih
teknik yang menarik. Integrasi yang
kreatif melalui proses menghasilkan
dihasilkan dua teori ini lebih berfokus
suatu karya seni. Pengertian dan ruang
pada bagaimana dan mengapa art
lingkup art therapy dipengaruhi oleh
therapy berguna sebagai
intervensi
berbagai aturan yang ada dalam ke-
primer dan sebagai modalitas. Art
sehatan mental dimana art therapy
therapy
digunakan sebagai bentuk intervensi.
dapat dinilai sebagai suatu
bentuk bahasa visual individu untuk
Art therapy bila dilihat berdasar
mengekspresikan pikiran dan perasaan
pada historisnya digunakan sebagai
yang tidak bisa mereka ungkapkan.
fasilitas perawatan kejiwaan. Namun,
Selain itu art therapy dapat menjadi
seiring
cara
kebutuhan manusia art therapy me-
dalam
pengalaman
mengkomunikasikan yang
sulit
untuk
miliki
dengan
fungsi
perkembangan
preventif
yaitu
diverbalisasi, seperti kekerasan fisik
mengembangkan suatu sikap yang dapat
atau seksual, trauma, kesedihan, serta
meningkatkan suatu kualitas hidup. Me-
pengalaman emosional yang komplek.
nurut Councill (Machioldi, 2003) fungsi
Menurut
Art
preventif art therapy dilakukan dengan
Therapy Association (Malchioldi: 2003)
pengaturan yang disesuaikan dengan
art
proses
intervensi
kesehatan
penyembuhan yang dilakukan dengan
dilakukan
baik
membuat sebuah karya seni
maupun
therapy
kreatif.
The
American
adalah
Proses
sebuah
yang
secara
komplementer.
yang
tradisional Para
ahli
ini
biasanya melakukan art therapy dengan
berguna dalam meningkatkan kualitas
menggunakan teknik bermain, kondisi
kehidupan.
sangat
ini membuat art therapy sangat sesuai
membantu dalam mengatasi gangguan
digunakan dalam dunia anak-anak, na-
emosi,
konflik,
mun walaupun demikian tidak menu-
mengurangi
tup kemungkinan art therapy juga da-
serta
pat digunakan individu orang dewasa,
menambah perilaku
Art
penyembuhan
manusia
therapy
menyelesaikan wawasan, bermasalah,
meningkatkan kebahagiaan hidup.
pasangan, dan keluarga.
Machioldi (2003) berpendapat art
Art Therapy menurut Machioldi
therapy adalah bentuk terapi yang
(2003) merupakan salah satu teknik
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
70
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 68-75
yang digunakan dalam pengobatan,
fisiologis,
terutama
sebagai bagian dari intervensi efek-
dalam
membantu
konseli
untuk dapat mengeksternalisasi peng-
emosi,
dan
gambar
tivitas yang telah di-laksanakan.
alaman dan perasaannya melalui suatu Clay therapy merupakan salah
bentuk karya visual. Kegiatan membuat suatu karya visual dapat dilakukan dengan menggambar, melukis, serta membuat patung. Hasil dari proses pembuatan suatu karya visual dapat berguna sebagai tambahan informasi
pada
dikarenakan clay merupakan salah satu bahan seni yang digunakan dalam art therapy.
konteks
art
therapy yang memanfaatkan aktivitas tubuh secara langsung maka Machioldi (2003) mengambil suatu kesimpulan bahwa art therapy memiliki manfaat yang antara lain adalah sebagai berikut.
menyediakan karya seni konseli yang dapat
digunakan
sebagai
dasar
b. Sebagai sarana dalam pelepasan emosi (katarsis) dimana hal ini sebagai pelepasan pengalaman yang
menginduksi fisiologis
stres
respon melalui
dan
relaksasi pengubahan
kompleksitas
wawasan hubungan
kesempatan
pengaktualisasian
dilakukan
melalui
diri
yang
ekspresi
dan
transendensi diri, hal yang harus digaris bawahi dalam hal ini adalah kreativitas merupakan bagian dari kecenderungan manusia untuk mencapai kesehatan. Clay therapy digunakan sebagai salah
satu
teknik
dalam
proses
teraupetik pada terapi pribadi dan kelompok. (Sholt & Gavron, 2006). Media
therapy adalah clay, play dough, serta plastisin. Menurut Bichalter (2009) Clay
manfaatkan
tentang antara
media
clay
yang
mendorong konseli untuk dapat mengekspresikan perasaannya.
suasana hati. d. Menambah
suatu
therapy adalah sebuah terapi yang me-
meyakitkan dan menganggu. tingkat
2003)
yang dapat digunakan dalam clay
penilaian perkembangan konseli.
c. Mengurangi
(Malchioldi:
merupakan
dalam
a. Memberikan informasi yang lebih bernilai pada proses terapi karena
Garai
berpendapat bahwa pembuatan karya seni
bagi konseli dan konselor. Berdasar
satu bagian dari art therapy. Hal ini
suasana
hati
Eksperimen
dan dengan
menggunakan media clay akan dapat memberikan pengalaman khusus seperti mengenal tekstur clay, mencetak clay
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
71
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 68-75
dengan menggunakan sentuhan tangan
sebuah produk. Produk dan proses akan
secara langsung, serta membentuk dan
menjadi suatu hal penting yang harus
memanipulasi clay.
diperhatikan
Clay dapat menyediakan
cara
selama
didik
suatu benda yang spesifik. Pelaksanaan
mengekspresikan
clay
bagaimana
dilakukan
dengan
karena
melalui kedua hal inilah para peserta
untuk mengubah bentuk dasar menjadi
therapy
terapi,
dapat
dengan diri
dan
perkembangan
melihat potensi
merancang beberapa tema, contoh buah
dirinya
sayuran, binatang, dan desain abstrak.
kreatifnya. Hal penting yang harus
Perancangan tema ini dilakukan untuk
dicatat dalam hal ini adalah proses
dapat lebih mengarahkan konseli dalam
pembuatan
membuat suatu karya berubahan dasar
memfasilitasi
clay.
perkembangan kognitif dan afektifnya. Clay therapy adalah sebuah terapi
yang
sering
digunakan
dalam
dalam
bebas
menuangkan
produk
inilah
ide
yang
siswa
dalam
Selanjutnya agar clay therapy dapat lebih meningkatkan aktualisasi
bimbingan dan konseling anak. White
peserta
(Schaefer&
yang
dikombinasikan dengan suatu teknik
menyatakan bahwa media ini dapat
pengkreasian. Teknik kreasi ini meru-
digunakan
pakan bagian dimana clay akan diben-
Kaduson,
dalam
perkembangan
2006)
memfasilitasi
aspek
maka
teknik
ini
dan
tuk dan diberikan warna agar menjadi
afektif dalam diri anak-anak. Hal senada
suatu wahana yang dapat memfasilitasi
juga diungkapkan oleh Menurut Kahn
para peserta didik dalam menyalurkan
(1996)
ide imajinatif dan kreatifnya dalam
Clay
pembentukannya
kognitif
didik
yang
proses
dilakukan
dengan
menggunakan beberapa tema secara
menciptakan suatu karya. Program
bimbingan
yang
langsung akan memfasilitasi dalam
dilakukan dengan menggunakan clay
perkembangan kognitif dan
sebagai media ini dilakukan berdasar
afektif
anak.
asumsi dasar sebagai berikut. Bekerja
dengan
menggunakan
a. Program
bimbingan
melalui
clay, menurut Sholt & Gavron (2006)
permainan adalah suatu upaya yang
akan dapat memberikan pengalaman
dilakukan
untuk
dapat
mening-
terutama pada proses pembentukan Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
72
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 68-75
katkan
aktivitas
berfantasi
dan
berimajinasi pada anak-anak.
bimbingan.
Kegiatan
terakhir
yang
dilakukan adalah mempersiapkan bahan
b. Clay therapy adalah sebuah metode terapi yang memanfaatkan media
dan alat-alat yang digunakan dalam permainan dalam clay therapy.
clay yang mendorong konseli untuk dapat mengekspresikan suasana hati
Langkah inti ini dilakukan dengan
dan perasaannya. c. Penggunaan
Tahap 2 (Tahap Inti)
media
clay
dapat
memfasilitasi perkembangan aspek kognitif dan afektif dalam diri anak-
waktu
selama
35
menit,
konselor
memberikan penjelasan mengenai caracara dalam pengolahan plastisin hingga menjadi suatu produk yang kreatif.
anak. d. Clay therapy dilaksanakan dengan merancang beberapa tema, adapun contoh tema yang dapat digunakan antara lain buah, bunga, binatang, serta berbagai desain abstrak.
Konselor dalam kegiatan ini berperan sebagai
fasilitator.
Para
peserta
bimbingan melakukan permainan ini dengan dimulai dari langkah awal yaitu pengolahan bahan dasar
clay yaitu
tepung terigu, tepung beras, tepung Tahap-tahap Pelaksanaan Program Bimbingan Clay Therapy
tapioka, dan lem fox yang dicampur
Tahap l (Pembukaan)
siap dibentuk.
hingga menjadi adonan plastisin yang
Tahap pertama dengan waktu 10
Selanjutnya adonan ini diberi
menit ini konselor membuka pertemuan,
warna dengan menggunakan cat air
kemudian menjelaskan secara singkat
sesuai dengan kreasi peserta, terakhir
mengenai tujuan, manfaat, dan peranan
clay siap dibentuk sesuai dengan tema
peserta dan konselor dalam kegiatan
yang telah ditentukan oleh konselor.
bimbingan. Konselor mengemukakan
Diharapkan
kegiatan apa yang akan dilakukan dan
melakukan langkah-langkah pengolahan
mengemukakan tema dari permainan
plastisin dengan baik, menyesuaikan
dengan menggunakan media clay yang
antara konteks dengan tema yang telah
akan dilakukan. Selanjutnya konselor
ditentukan,
membuka sesi tanya jawab untuk
permasalahan yang dihadapi selama
memperjelas hal-hal apa saja yang harus
proses
dilakukan
peserta
dalam
para
peserta
dapat
pembuatan
dapat
mengatasi
produk
kreasi
kegiatan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
73
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 68-75
plastisin, menuangkan imajinasi dan ide
sangatlah tepat bila seorang konselor
kreatifnya melalui media clay.
yang bekerja di lingkungan sekolah dasar untuk menyediakan media clay
Tahap 3 (Penutup)
dalam ruang konseling mereka agar
Tahap penutupan ini dilakukan selama 15 menit, konseli mendiskusikan hasil permainan yang telah dilakukan.
dapat layanan
kegiatan. Diskusi ini merupakan suatu proses kelompok untuk merefleksikan makna dari permainan yang telah dilaksanakan. Clay
Program
therapy
pelaksanaannya
dengan teknik permainan. Permainan yang dilakukan dengan menggunakan media clay ini menurut Weitsman dapat
mengekspresikan
berguna kondisi
dalam anak-anak
anak-anak sedang berada dalam jenjang pendidikan sekolah dasar. Clay
therapy
dapat
dan afektif, serta dapat memberikan pengalaman baru bagi anak untuk sebuah
bimbingan
yang
di-
individual ataupun secara kelompok, penentuan
pelaksanaan dengan
konseling permasalahan
konseli. Indikator keberhasilan dari program
bimbingan
ini
dilakukan
dengan melihat perubahan yang terjadi pada konseli, dimana konseli mulai menunjukkan perubahan yang lebih baik dan dapat mengaktualisasikan dirinya. 3. KESIMPULAN Clay therapy merupakan metode yang diturunkan dari psikologi humanistik yang memusatkan perhatian pada pengalaman dan keunikan tingkah
ini
memfasilitasi perkembangan kognitif
menghilangkan
dan
therapy ini dapat dilakukan secara
terutama ketika mereka berusia 9 sampai 12 tahun, dimana pada usia ini
bimbingan
lakukan dengan konsep dasar clay
disesuaikan
dilakukan dengan mengkombinasikan
(2008)
program
pelaksanaan
konseling.
Peserta mengungkapkan kesan-kesan tentang proses dan pencapaian hasil
mengefektifkan
kondisi
traumatis yang mereka hadapi dalam pertumbuhan diri mereka. Berdasar pada kegunaan dari clay therapy, maka
laku
dan
pengaktualisasian
diri
manusia. Clay therapy ini ditujukan pada anak-anak yang berusia sekitar 9 sampai 12 tahun. Pada usia ini anakanak sedang dalam mengalami masa perkembangan, sehingga membutuhkan fasilitasi
perkembangan
dirinya
terutama pada aspek kognitif dan afek-
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
74
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 68-75
tifnya. Pengembangan aspek kognitif dan afektif yang dilakukan dengan menggunakan media clay dilakukan selama
proses
pengolahan
dan
pembentukan suatu produk. 4. DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Buchalter, I Susan. (2009). Art Therapy Techniques and Aplication. London: Jessica Kingsley Publisher. Kahn, Joel S. (1996). Culture, Multiculture, Postculture. London: Sage Publication. Machioldi, Cathy. (2003). Handbook of Art Therapy. London: Guilford Press. Schaefer & Kaduson. (2006). Contemporary Play Therapy. New York: Guilford Press. Sholt & Gavron. (2006) Theraupetic Qualities of Clay-work in Art therapy and Psychotherapy : A Review. Amerika: American Art Therapy Association. Weitsman, Sharlene. (2008). Assesment & Treatment Activities For Children, Adolescents and Families. Canada: Champion Press.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
75