Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN : 2338 - 4336 POTENSI BAKTERI BERMANFAAT DARI LUMPUR SIDOARJO UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK LUNAK Erwinia sp. PADA UMBI KENTANG Dara Muslimah Daulay, Muhammad Akhid Syib’li, dan Luqman Qurata Aini Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT In previous study, the exploration of bacteria originated from Sidoarjo Mud (LUSI) which has condition with high salinity and high temperature obtained 15 bacterial isolates which have abiliity in association with plant. The purpose of this study is to determine the potency of those bacteria originated from LUSI in ccontrolling soft rot disease on potato tuber caused by Erwinia sp. The selection resulted 7 bacterial isolates that have antagonistic traits against Erwinia sp, the causal agent of soft rot disease on potato tubers. Bacterial isolates originated from LUSI also could inhibit the development of soft rot disease on potato tubers, and their ability were higher compared with that of bactericide with active ingredient of streptomycin sulfate. Thus, antagonistic bacteria originated from LUSI have high potency to be developed as biological control agents to control soft rot disease on potato tubers. Keywords: Sidoarjo mud, Bacteria, Erwinia sp. ABSTRAK Pada penelitian sebelumnya dari hasil eksplorasi bakteri dari lumpur Sidoarjo (LUSI) dengan kondisi salinitas dan suhu tinggi, telah diperoleh 15 isolat bakteri yang mampu berasosiasi dengan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi bakteri LUSI dalam mengendalikan penyakit busuk lunak pada umbi kentang yang disebabkan oleh Erwinia sp. Hasil seleksi didapatkan 7 isolat bakteri yang memiliki sifat antagonis terhadap Erwinia sp., bakteri patogen penyebab penyakit busuk lunak pada umbi kentang. Isolat bakteri dari LUSI juga diketahui dapat menghambat perkembangan penyakit busuk lunak pada umbi kentang dan kemampuan penghambatannya lebih tinggi dibanding aplikasi bakterisida berbahan aktif streptomisin. Dengan demikian bakteri antagonis dari LUSI berpotensi tinggi untuk dikembangkan sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit busuk lunak pada umbi kentang Kata kuci: Lumpur Sidoarjo, Bakteri, Erwinia sp.
108
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
April 2015
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Lumpur Sidoarjo (LUSI) merupakan lumpur tersusun atas 70% air dan 30% padatan (Usman et al., 2006) serta memiliki kadar garam (salinitas) tinggi seperti air laut (Arisandi, 2006). Di sisi lain, bakteri adalah jenis mikroorganisme yang dapat hidup di dalam tanah dengan memiliki peran yang berbeda-beda, ada yang berasosiasi dengan tanaman baik sebagai patogen tumbuhan, sebagai pupuk hayati, atau bisa bersifat antagonis terhadap mikroorganisme lain. Keberadaan bahan organik maupun non organik dalam lumpur Sidoarjo ditengarai dapat mendukung kehidupan bakteri (Maemunah, 2008). Eksplorasi bakteri dari lumpur Sidoarjo telah dilakukan oleh tim peneliti di Jurusan HPT Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (Aini et al, 2014). Hasil eksplorasi diperoleh 15 bakteri yang mampu berasosiasi dengan tanaman dan membantu pertumbuhan tanaman yang ditanam pada tanah dengan kandungan salinitas tinggi. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran yang memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat, mineral dan vitamin (Sahat dan Ashandhi , 1995). Salah satu penyakit penting pada tanaman kentang adalah penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh patogen tanaman dari golongan bakteri Erwinia carotovora. Bakteri ini memiliki kisaran inang yang luas dan dapat menginfeksi tanaman baik di lapangan maupun penyimpanan (Gunawan, 2006). Kondisi tersebut memberikan gagasan untuk mengetahui potensi bakteri bermanfaat lumpur Sidoarjo untuk mengendalikan penyakit busuk lunak pada umbi kentang.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu perbanyakan patogen Erwinia sp dan bakteri LUSI, seleksi bakteri LUSI dengan uji antagonisme terhadap Erwinia sp., karakterisasi bakteri LUSI, uji in vitro penghambatan pertumbuhan Erwinia sp oleh bakteri LUSI pada cawan Petri, uji penghambatan perkembangan penyakit busuk lunak oleh bakteri LUSI pada umbi kentang, uji penghambatan filtrat biakan bakteri LUSI terhadap Erwinia sp. Pengujian bakteri LUSI pada cawan Petri dan umbi kentang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 4 ulangan. Perbanyakan Bakteri Patogen Erwinia sp. dan bakteri lumpur Sidoarjo Isoat bakteri berasal dari koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Isolat bakteri tersebut ditumbuhkan pada media NA dan diinkubasi pada suhu ruang selama 2 x 24 jam. Seleksi 15 Isolat Bakteri Lumpur Sidoarjo yang Bersifat Antagonis Terhadap Erwinia sp Secara In Vitro Seleksi bakteri antagonis dilakukan dengan metode Desriani et al., (2014). Erwinia sp dibiakkan dalam media NB cair dan digojok selama 24 jam. Kemudian, media NA diinokulasi dengan 100 µl biakan dan diratakan dengan glass L.. Isolat bakteri LUSI diletakkan dengan ose sebanyak 2 ose lalu diinkubasi selama 24-48 jam. Zona bening yang terbentuk diamati dan isolat yang mampu membentuk zona bening merupakan isolat yang
109
Daulay et al., Potensi bakteri bermanfaat dari lumpur...
berpotensi sebagai antagonis dengan mekanisme antibiosis. Karakterisasi morfologi dan fisiologis bakteri LUSI antagonis terhadap Erwinia sp. Karakterisasi bakteri dilakukan berdasarkan Bergey’s Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994) dan Schaad et al., (2001) meliputi uji reaksi hipersensitif pada tembakau, uji Gram. Uji fisiologi meliputi oksidatif-uji anaerob, uji fermentasi glukosa dan uji katalase. Uji In Vitro Penghambatan Pertumbuhan Erwinia sp oleh bakteri LUSI dalam Cawan Petri Uji penghambatan pertumbuhan Erwinia sp oleh bakteri LUSI dilaksanakan dengan metode double layer menurut Wakimoto et al. (1986). Bakteri LUSI yang dibiakkan pada media pada media NA diambil sebanyak tiga ose, kemudian dimasukkan ke dalam 1 ml aquades steril dalam tabung eppendorf. Kertas saring steril dengan diameter 5 mm dimasukkan ke dalam suspensi bakteri tersebut selama ± 1 menit dan ditiriskan selama 2 jam. Kemudian kertas saring yang sudah kering ditanam ditengah-tengah media NA pada cawan Petri dan diinkubasi selama 2 hari. Biakan Erwinia sp berumur 24 jam dicampur dalam media NA yang masih cair (suhu 50 °C), kemudian dituangkan di atas biakan bakteri LUSI. Setelah itu diikubasi selama 2 hari dan diukur zona bening atau zona hambat yang dihasilkan oleh bakteri antagonis. Uji Penghambatan Pertumbuhan Erwinia sp Oleh Filtrat Biakan Bakteri LUSI Uji penghambatan fitrat bakteri LUSI dilaksanakan
berdasarkan Wakimoto et al. (1986). Bakteri LUSI yang bersifat antagonis dibiakkan pada media NB dalam tabung reaksi, dan digojok selama 24 jam dalam suhu kamar. Sebanyak 1 ml biakan dipindahkan kedalam tabung eppendorf dan disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm. Supernatan difiltrasi menggunakan filter syringe dengan lubang pori berukuran 0.2 µm sebanyak dua kali. Kertas saring (diameter 5 mm) direndam dalam filtrat, dikeringanginkan dan ditanam pada media NA padat dalam cawan Petri. Bakteri antagonis pada cawan Petri kemudian dilapisi (dioverlay) dengan suspensi bakteri Erwinia sp yang dicampur dengan 14 ml media NA. Hasil overlay tersebut diinkubasi selama 24 jam dan diamati zona hambat yang terbentuk. Uji Penghambatan Perkembangan Penyakit Busuk Lunak oleh Bakteri LUSI pada Umbi Kentang Uji antagonis bakteri LUSI terhadap patogen Erwinia sp pada umbi kentang dibuat dengan metode menurut Haque et al (2009). Permukaan umbi kentang varietas Granola disterilisasi dengan perendaman dalam sodium hipoklorit 1% selama 10 menit, kemudian dicuci dengan aquades steril tiga kali dan dikering anginkan. Kentang dilubangi menggunakan ujung mikropipet tip steril, lalu diinokulasi dengan bakteri LUSI sebanyak 50 µl kemudian dibiarkan selama 1-2 jam sampai kering. Setelah itu pada lubang yang sama diinokulasi suspensi bakteri pathogen Erwinia sp pada konsentrasi 109 cfu/ml sebanyak 50 µl. Umbi kentang diinkubasi dalam wadah lembab pada suhu kamar selama 7 hari. Masing-masing perlakuan diulang empat kali.
110
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
Analisis Statistik Data pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam ANOVA pada taraf 5%. Bila hasil pengujian terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi 15 Isolat Bakteri Lumpur Sidoarjo Berdasarkan Sifat Antagonis Terhadap Erwinia sp Secara In Vitro Dari hasil eksplorasi bakteri Lumpur Sidoarjo pada penelitian sebelumnya diperoleh 15 isolat yang mampu berasosiasi dengan tanaman jagung. Pada penelitian ini 15 isolat tersebut diuji sifat antagonisnya terhadap bakteri patogen Erwinia sp. Sifat antagonis ditandai dengan adanya zona hambat yang terbentuk diantara koloni bakteri patogen dan bakteri antagonis LUSI.
April 2015
Hasil seleksi bakteri LUSI menunjukkan bahwa setiap isolat memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Erwinia sp. yang berbeda-beda. Pada isolat 7_40_A2 memiliki nilai zona hambat tertinggi yaitu 1,11 cm . Isolat berikutnya yang memiliki kemampuan menghambat perkembangan Erwinia sp. ialah isolat 16_40 A1, isolat 5_25 E2, isolat 12_25 E1, isolat 8_25 D2, isolat 10_40 A1 dan isolat 14_25 C2 yang secara berturut-turut memiliki nilai penghambatan 1,01; 0,83; 0,81; 0,7; 0.71 dan 0.67 cm. Karakterisasi Morfologi Bakteri dibiakkan dengan metode streak plate untuk menghasilkan koloni tunggal yang diamati morfologi koloninya. Hasil pengamatan morfologi dari isolat bakteri yang terseleksi didapatkan ciriciri seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri-ciri morfologi isolat bakteri LUSI yang bersifat antagonis terhadap Erwinia sp. Morfologi Koloni Isolat Bentuk Permukaan Warna Tepi 8_25 D2 Bulat Cembung Putih keruh Rata 7_40 A2 Bulat Cembung Putih kekuningan Rata 14_25 C2 Bulat Cembung Putih kekuningan Rata 10_40 A1 Bulat Cembung Putih kekuningan Rata 5_25 E2 Bulat Cembung Putih keruh Rata 16_40 A1 Bulat Cembung Putih kekuningan Rata 12_25 E1 Bulat Cembung Putih kekuningan Rata Keterangan: Morfologi bakteri yang digoreskan di media NA Karakterisasi Fisiologi dan Biokimia Pengujian fisiologi dan biokimia terhadap bakteri LUSI yang bersifat antagonis terhadap Erwinia sp yang meliputi: uji hipersensitif, pengujian Gram, pengecatan spora, pengujian KOH 3 %, pertumbuhan
anaerob, uji katalase, fermentasi glukosa dan pertumbuhan pada media NA+. Hasil karakterisasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
111
Daulay et al., Potensi bakteri bermanfaat dari lumpur...
Tabel 2. Karakterisasi fisiologi dan biokimia bakteri LUSI yang bersifat antagonis terhadap Erwinia sp. Karakter
Uji Reaksi Gram KOH 3% Pengecatan gram Pengecatan spora Uji OF Anaerob Fermentasi Glukosa Uji Katalase Hipersensitif Pertumbuhan NA+
8_25 D2
7_40 A2
14_25C2
10_40A1
+ + +
TU
TU
+ + +
+ -
TU +
TU +
+ TU
+ +
+ +
5_25E2
16_40A1
12_25E1
+ + +
TU
TU
+ -
+ -
TU +
TU +
+ TU
+ TU
+
+ +
Keterangan: (+): reaksi positif, (-): reaksi negatif, (TU): tidak dilakukan uji. Uji Antagonisme Bakteri LUSI Terseleksi Terhadap Erwinia sp pada Cawan Petri Hasil uji antagonis menunjukkan bahwa semua isolat bakteri LUSI yang terseleksi mampu menekan pertumbuhan Erwinia sp. secara in vitro (Tabel 3). Menurut Zhang (2004) kemampuan suatu agen hayati dalam menekan patogen biasanya melibatkan satu atau beberapa
mekanisme penghambatan, diantaranya dengan menghasilkan antibiotik, toksin, kompetisi ruang dan nutrisi dan menghasilkan siderofor. Hasil penelitian menyatakan bahwa senyawa metabolit penghambat seperti siderofor dan metabolit sekunder yang bersifat antimikrobia mempunyai peranan penting dalam menekan keberadaan penyebab penyakit atau patogen (Dowling dan O’Gara, 1994).
Tabel 3. Hasil uji antagonis bakteri LUSI terhadap pertumbuhan Erwinia sp. Rerata zona hambat (cm) Perlakuan pada pengamatan hari ke 1 2 3 P1 (Kontrol Aquades) 0.00a 0.00a 0.00a P2 (Kontrol Bakterisida) 2.16e 1.91f 1.92e P3 ( Isolat 8_25 D2 ) 1.23d 1.35e 1.25d P4 ( Isolat 7_40 A2 ) 0.73b 0.85bcd 0.82c P5 ( Isolat 14_25 C2 ) 1.05cd 0.73bc 0.72b P6 ( Isolat 10_40 A1 ) 0.92bc 0.97cd 1.11d P7 ( Isolat 5_25 E2 ) 0.83b 1.08d 1.14d P8 ( Isolat 16_40 A1 ) 1.19d 1.03d 0.84c P9 ( Isolat 12_25 E1 ) 0.86bc 0.59b 0.53b Keterangan: Angka yang dikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan Taraf 5%. Masing-masing isolat bakteri LUSI memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam penghambatan terhadap pertumbuhan Erwinia sp. Perbedaan kemampuan tersebut disebabkan perbedaan aktivitas
kandungan senyawa antibakteri. Biosintesis senyawa antibiotik berperan penting dalam proses pelekatan, kolonisasi target hingga kompetisi dalam mendapatkan ruang dan nutrisi dengan mikroba lainnya (Abubakar et
112
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
al., 2001). Penghambatan yang dihasilkan oleh isolat bakteri LUSI masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol dengan bakterisida berbahan aktif streptomisin. Weisblum dan Davies (1968) menyatakan bahwa streptomisin adalah antibakteri kuat yang termasuk kelompok aminglycoside. Streptomisin bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif dengan menghentikan produksi protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup. Pracahyo et al., (2014) melaporkan bahwa diperoleh lima isolat bakteri dari LUSI yang mampu memacu pertumbuhan tanaman padi dan mampu meningkatkan berat kering tanaman. Mekanisme bakteri dalam memacu pertumbuhan tanaman adalah meningkatkan penyerapan air dan unsur hara tanaman, fiksasi nitrogen, manghasilkan hormon tumbuh, menghasilkan antibiotik yang dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan patogen tanaman dan menginduksi ketahanan tanaman secara
April 2015
sistemik (Wei et al., 1994; Thakuria et al., 2004). Uji Penghambatan Perkembangan Penyakit Busuk Lunak oleh Bakteri LUSI pada Umbi Kentang Bakteri Erwinia sp yang diinokulasi pada umbi kentang mampu menghasilkan gejala busuk lunak yang ditandai dengan tekstur umbi menjadi lunak, berair dan busuk (Gambar 1). Telah diketahui bahwa Erwinia sp menghasilkan enzim pektinase yang mengurai pektinyang berfungsi merekatkan dinding-dinding sel tumbuhan yang berdampingan. Dengan terurainya pektin, sel-sel akan lepas satu sama lain dan teksturnya menjadi lunak (Agrios, 1997). Hasil uji menunjukan bahwa perlakuan semua isolat bakteri LUSI dapat menghambat perkembangan penyakit busuk lunak pada umbi kentang. Hal ini dapat dilihat dari gejala busuk lunak pada perlakuan isolat bakteri LUSI lebih rendah dibandingkan kontrol aquades (Tabel 4).
Tabel 4. Data uji bakteri antagonis terhadap patogen Erwinia sp. pada umbi kentang. Perlakuan Berat Busuk lunak (gram) P1(Kontrol Aquades) 1.11c P2 (Kontrol Bakterisida) 0.68b P3 Isolat 8_25 D2 0.22a P4 Isolat 7_40 A2 0.30a P5 Isolat 14_25 C2 0.20a P6 Isolat 10_40 A1 0.32a P7 Isolat 5_25 E2 0.24a P8 Isolat 16_40 A1 0.27a P9 Isolat 12_25 E1 0.25a Keterangan: Angka yang dikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan Taraf 5%.
113
Daulay et al., Potensi bakteri bermanfaat dari lumpur...
dalam media cair NB sehingga dapat menghasilkan zona hambat terhadap pertumbuhan Erwinia sp.
Gambar 1. Hasil uji antagonis pada umbi ketang. (A) aplikasi kontrol; (B) aplikasi bakteri lumpur Sidoarjo. Tanda panah menunjukkan massa busuk lunak pada umbi kentang pada hari ke-7 setelah inokulasi. Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa kemampuan bakteri LUSI dalam menghambat perkembangan penyakit busuk lunak pada umbi kentang lebih tinggi dibandingkan aplikasi bakterisida. Dengan demikian bakteri LUSI memiliki potensi yang tinggi sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit busuk lunak. Hasil yang mirip dilaporkan Kartini (2014) yaitu aplikasi bakteri endofit antagonis dari tanaman kentang lebih tinggi kemampuannya dibanding bakterisida dalam menghambat perkembangan penyakit busuk lunak pada umbi kentang yang disebabkan oleh Erwinia sp. Pada penelitian yang lain oleh Cokorda (2012) juga dilaporkan bahwa bakteri antagonis Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens mampu mengendalikan penyakit busuk lunak pada umbi kentang. Uji Penghambatan Pertumbuhan Erwinia sp Oleh Filtrat Biakan Bakteri LUSI Hasil pengujian penghambatan Erwinia sp oleh filtrat biakan bakteri menunjukkan hanya satu isolat bakteri LUSI yatu isolat 8_25 E2 yang mampu menghasilkan zona hambat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam waktu 24 jam, isolat 8_25 E2 mampu menghasilkan senyawa antibakteri yang jumlahnya banyak dan dilepaskan
Gambar 2. Zona hambat yang terbentuk oleh filtrat dari bakteri LUSI dengan kode Isolat 8_25 E2. Senyawa antibakteri umumnya dihasilkan dari metabolit sekunder. Menurut Gudjarnason (1999) metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroba berfungsi dalam mempertahankan hidup dari organisme merugikan. Metabolit sekunder juga berperan dalam memperbaiki kehidupan mikroba ketika berkompetisi dengan spesies lain. Berdasarkan cara hidupnya, bakteri penghasil metabolit sekunder dapat berasal dari bakteri yang hidup bebas, bakteri yang terdapat pada sedimen dan bakteri yang berasosiasi dengan permukaan alga (Burgess et al, 1999). KESIMPULAN Dari hasil seleksi 15 isolat bakteri lumpur Sidoarjo (LUSI), terdapat 7 isolat yang mampu menghambat pertumbuhan Erwinia sp, bakteri patogen penyebab penyakit busuk lunak pada umbi kentang. Isolat bakteri lumpur Sidoarjo juga diketahui dapat menghambat perkembangan penyakit busuk lunak pada umbi kentang dan kemampuan penghambatannya lebih tinggi dibanding aplikasi bakterisida. Dengan demikian bakteri antagonis dari LUSI berpotensi tinggi untuk dikembangkan sebagai agens hayati untuk
114
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
mengendalikan penyakit busuk lunak pada umbi kentang. DAFTAR PUSTAKA Abubakar, H., A. T. Wahyudi., M. Yuhana. 2001. Skrining Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp. Sebagai Penghasil Senyawa Antimikroba. Ilmu kelautan. Maret 2011. 16 (1): 35-40. Agrios GN. 1997. Plant Pathology. Ed ke-4. New York: Academic Press. Aini, L.Q., M.A.Syib’li., T.Wijayanti., W. K. Sigit., dan M. S. Hadi. 2014. Eksplorasi Bakteri Bermanfaat Dari Lumpur Sidoarjo. Laporan Penelitian Kerjasama BPLS dan Tim FP UB. Malang. Arisandi, P. 2006. Menebar Bencana Lumpur di Kali Porong. Ecological Observation And wetlands Conservation. Burgess, J.G., K. M. Nielsen,. M. Bregu., A. Mearns-Spragg,., dan K.G. Body. 1999. Microbial Antagonism; a neglected avenue of natural product research. J Biotechnicol 70: 27-32. Cokorda, J., L.Q. Aini., dan A.L.Abadi. 2012. Pengendalian Penyakit Busuk Lunak Umbi Kentang (Erwinia carotovora) Dengan Memanfaatkan Agens Hayati Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens. Jurnal Jurusan HPT. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Desriani., U. M. Maharaniq., M. Bintang., A. Rival dan P. Usdiyanti. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Endofit dari Tanaman Binahong dan
April 2015
Ketepeng China. Jurnal Kesehatan. Universitas Andalas. 3 (2). Dowling, D. N. F dan O’ Gara. 1994. Metabolites of Pseudomonas Involved Industri The Biocontrol of Plant Disease. J. Tibtech El Sever Science Ltd., 12:133. Gudjarnason, S. 1999. Bioactive Marine Natural Product. Rit Fiskideilar. 16: 107-110 Gunawan, O.S. Pengaruh Cahaya damn Tempat Penyimpanan Bibit Kentang di Gudang Terhadap Serangan Hama Penyakit Gudang. Bandung. Haque, M. M, M. S. Kabir, L. Q. Aini, H. Hirata dan S. Tsuyumu. 2009. SlyA, a MarR Family Transcriptional Regulator, Is Essential for Virulence in Dickeya dadantii 3937. Journal of Bacteriology. 191 (17). Holt, J.G., N. R. Krieg., P. H. Sneath., J. T. Staley dan S. T. Williams. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology 9th Edition. USA: Williams and Wilkins Baltimore. Kartini, E. 2014. Pengembangan BioBakterisida Yang Memanfaatkan Bahan Aktif Bakteri Endofit Potensial Antagonis Untuk Mengendalikan Erwinia carotovora Di Umbi Kentang. Jurnal Jurusan HPT. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Maemunah., S. 2008. Masker Lumpur Lapindo. Diakses 26 Januari 2015 Pracahyo. R., K. Khamdan., W. Gede., 2014. Kajian Potensi Bakteri Lumpur Lapindo Sebagai
115
Daulay et al., Potensi bakteri bermanfaat dari lumpur...
Agen Hayati Terhadap Pyricularia oryzae dan Agen Biostimulan pada Tanaman Padi. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Universitas Udayana Sahat, S. dan A.A. Ashandhi, 1995. Evaluasi Hasil PenelitianKentang dalam Pelita V. Puslitbang Hortikultura Jakarta. 5 (2): 108 – 117 Thakuria, D., N. C. Taluksar., C. Goswami., S. Hazarika., R. C. Boro dan M.R. Khan. (2004). Characterization and screening of bacteria from rhizosphere of rice grown in acidic soil of Assam. Current Science, 86(7): 978-985. Usman E, M. Salahudin., D.A.S Ranawijaya., dan J. P Hutagaol., 2006. Dalam Simposium Nasional; Pembangunan Lumpur Porong-Sidoarjo ke Laut. Surabaya. Wakimoto, S. et al. 1986. Production of antibiotics by Plant Pathogenic Pseudomonas. Ann. Phytopathology Society. Japan. 52: (835-842) Weisblum, B. dan J, Davies. 1968. Antibiotic Inhibitors of the Bacterial Ribosome. American Society for Microbiology. 32 (4). Zhang, Y. 2004. Biocontrol of Sclerotia Stem Rot of Canola by Bacterial Antagonist and Study of Biocontrol Mechanismme Involved. Thesis. Departement of Plant Scince, University of Manitoba Canada
116