Jurnal Kebidanan 07 (02) 115 - 222 Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id EFFECTIVENESS EXERCISE ON THE RANGE OF MOTION OF UPPER EXTREMITY JOINTS MOVEMENT ON PATIENTS POST OPERATIVE HUMERUS FRACTURE Anggita Kesuma Putri 1), Siti Sarifah 2) 1), 2) Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta E-mail:
[email protected] ABSTRAK LatarBelakang: Fraktur adalah kondisi diskontinuitas susunan tulang trauma langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan benturan langsung jika mengenai tulang juga dapat diakibatkan oleh adanya kompresi berulang dan fraktur. Problematik yang muncul pada post operasi fraktur ditunjukan dengan adanya nyeri diam, nyeri gerak dan nyeri tekan, timbulnya odema (pembengkakan), keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), serta deformitas adalah dugaan adanya fraktur setelah timbul. Tujuan: Mengetahui pengaruh latihan ROM terhadap gerak sendi ekstremitas atas pada pasien post operasi fraktur humerus. Metode Penelitian: Metode penelitian menggunakan quasi eksperimental, dengan pendekatan One Group Pretest Postest, menggunakan teknik accidental sampling. Hasil uji prasyarat berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil: Perhitungan uji Wilcoxon menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan yang bermakna derajat gerak sendi sebelum dan sesudah latihan ROM dengan ρ value = 0,026 (< 0,05). Kesimpulan: Ada pengaruh yang signifikan antara derajat gerak sendi sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM. Kata Kunci :Range of Motion, Gerak Sendi, Fraktur
PENGARUH LATIHAN ROM TERHADAP GERAK SENDI EKSTREMITAS ATAS PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS ABSTRACT Background: Fracture are bone structure discontinuity condition direct or indirect trauma caused direct collision if the bone can also repeated compression and fracture. The problematic appear on the post operative fracture shown with the silent pain, pain, and tenderness motion pain, swelling arise limitation of range of motion and deformity is the alleged presence of a fracture after arise. Objective: Knowing the influence of exercise on the range of motion of upper extremity joints movement on patients post operative humerus fracture. Methods: Using research methods quasieksperimental, used accidental sampling technique, approaches using one group pretest posttest design, caused the test results are not normal distribution so analyse use Wilcoxon Signed Rank Test. Results: Wilcoxon test calculations, shows that there were significant differences degrees of motion before and after exercise ROM with ρ value = 0,026 (< 0,05). Conclusion: There is a significant relationship between the degree of motion before and after range of motion exercise. Keyword : Range of Motion, Joint Movement, Fracture
Jurnal Kebidanan, Vol. VII, No. 02, Desember 2015
131
posisi
PENDAHULUAN
mendekati
normal.
Sedangkan
Kementrian kesehatan RI melalui
tindakan operatif meliputi operasi ORIF
survey nasional tahun 2012 mencatat
(Open Reduction Internal Fixation) dan
bahwa angka prevalensi kasus fraktur
OREF (Open Reduction External Fixation.
secara nasional sekitar 37,7%. Adapun
Problematik
jenis kasus terbanyak adalah fraktur femur
operasi fraktur ditunjukan dengan adanya
dengan presentase 35%, fraktur tibia dan
nyeri diam, nyeri gerak dan nyeri tekan,
fibula sebesar 25%, fraktur humerus dan
timbulnya
radialis sebesar 20%, dan sisanya fraktur
keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS),
patologis. Dari jumlah tersebut penyebab
serta deformitas adalah dugaan adanya
fraktur paling banyak adalah kecelakaan
fraktur setelah timbul. Penanganan fraktur
lalu
dapat
dibagi melalui 2 metode, yang pertama
menimbulkan cidera, baik cidera ringan,
menggunakan metode konservatif, yaitu
berat,
bahkan
menggunakan immobilitas dan metode
kecelakaan
operasi menggunakan internal fiksasi dan
lintas.Kecelakaan
tersebut
kecacatan,
kematian.Tingginya
angka
menyebabkan insiden fraktur tinggi, dan
Fraktur
(pembengkakan),
Range of Motion adalah latihan gerak
sendi
yang
memungkinkan
kondisi
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot,
yang
dimana klien menggerakan masing-masing
disebabkan oleh trauma langsung maupun
persendiannya sesuai gerakan normal baik
tidak langsung yang diakibatkan benturan
secara aktif ataupun pasif (Potter dan
langsung terjadi bila trauma langsung
Perry, 2006). Manfaat dilakukan nya ROM
mengenai tulang juga dapat diakibatkan
yaitu: (1) gerakan tubuh yang teratur dapat
oleh adanya kompresi berulang dan fraktur
meningkatkan
karena benturan tidak langsug biasanya
memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh;
terjadi akibat rotasional (Potter & Perry,
(3)
2005).
kekuatan otot; (4) merangsang sirkulasi
diskontinuitas
adalah
odema
pada post
eksternal fiksasi (Davis & Kneale, 2011).
salah satu fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur humerus.
yang muncul
susunan
Penatalaksanaan
tulang
fraktur
kesegaran
mempertahankan
tubuh;
dan
(2)
memelihara
meliputi
darah; (5) mencegah kelainan bentuk.
tindakan konservatif maupun tindakan
Penelitian ini untuk mengkaji pengaruh
pembedahan.Tindakan
latihan ROM terhadap rentang gerak sendi
konservatif
di
antaranya : pemasangan gips, bidai, traksi
ekstremitas
atas
pada
pasien
kulit, traksi tulang, juga perbaikan dengan
humerus setelah dilakukan operasi.
fraktur
melakukan manipulasi dan reposisi ke
132
Jurnal Kebidanan, Vol. VII, No. 02, Desember 2015
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
rancangan
Derajat Gerak sendi 105º 100º
mengunakan
penelitian
quasy-
110º Total
experimen.Penelitian dilaksanakan bulan Mei - Juni 2015 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Populasi penelitian ini adalah pasien dengan fraktur humerus yang telah dilakukan tindakan ORIF di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Teknik pengambilan sampel
dengan
sampling.Uji
teknik
analisis
accidental menggunakan
Wilcoxon Signed Rank testkarena hasil uji
(%)
3 2 1 6
50 33,33 16,67 100
Tabel 2. Menunjukkan ROM derajat gerak sendi responden terbesar 110º dengan prosentase 16,67% sebanyak 1 responden, sedangkan derajat gerak sendi terkecil 105º dengan prosentase 50% sebanyak 3 responden. c.
prasarat data tidak terdistribusi normal.
Pengaruh
latihan
ROM
Tabel 3. Pengujian hipotesis Nilai
Derajat Gerak Sendi sebelum Latihan ROM
Derajat Gerak sendi awal - akhir
Tabel 1.Derajat Gerak Sendi Sebelum Latihan ROM Derajat Gerak sendi 110º 120º 125º Total
terhadap
derajat gerak sendi
HASIL PENELITIAN a.
Freki
Frek
(%)
1 2 3 6
16,67 33,33 50 100
z
p
-2,232
0,026
Nilai p value = 0,026 (<0,05) bermakna T abel1.
ada pengaruh latihan ROM terhadap derajat gerak sendi.
menunj ukkan
PEMBAHASAN
derajat gerak sendi paling besar sebelum
Semua pasien yang menjadi sampel
dilakukan latihan ROM yaitu sebesar 125º
dalam penelitian ini adalah pasien post
sebanyak 3 responden dengan frekuensi
operasi fraktur humerus. Fraktur humerus
50%).Sedangkan
terjadi
derajat
paling
kecil
akibat
trauma
yang
tiba-tiba
sebelum dilakukan latihan ROM yaitu
mengenai tulang dengan kekuatan yang
sebesar 110º dengan frekuensi 16,67%
besar pada tulang humerus dan tulang tidak
sebanyak 1 responden
mampu menahan trauma tersebut sehingga
b.
Derajat Gerak Sendi sesudah Latihan
menjadi patah, dan membuat aktivitas
ROM
seseorang
Tabel 2. Derajat Gerak Sendi sesudah Latihan ROM
humerus adalah tempat menempel otot
menjadi
terbatas.Tulang
utama yang menggerakkan bahu dan siku.Ada beberapa otot yang menempel Jurnal Kebidanan, Vol. VII, No. 02, Desember 2015
133
pada tulang humerus yang membuat
serta deformitas. Kekuatan sendi, nyeri dan
menjadi tulang penting untuk lengan dan
penurunan
gerakan bahu. Humerus yang sehatsangat
terhadap lingkup gerak sendi, akibat
penting untuk mengangkat dan bentuk lain
beberapa hal ini maka pasien akan
dari aktivitas fisik. Pada pemeriksaan fisik
membatasi
pasien fraktur terdapat deformitas, nyeri
otomatis lingkup gerak sendi akan terbatas,
tekan daerah sendi, kadang-kadang disertai
dengan gerakan aktif maupun pasif akan
gangguan neurovaskuler.Sistem persendian
merangsang
dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan,
perubahan panjang otot pada saat terjadi
deformitas,
adanya
kontraksi otot, darah akan mengalir ke
benjolan.Luas gerakan dievaluasi baik
jaringan tubuh sehingga pada sendi terjadi
secara aktif (sendi digerakkan oleh otot
penambahan nutrisi makanan dan zat atau
sekitar
enzim yang berakibat mencegah timbulnya
stabilitas,
sendi)
dan
maupun
pasif
(sendi
digerakkan oleh pemeriksa). Hasil
penelitian
kekuatan otot berpengaruh
gerakan-gerakan
propioseptif
sehingga
dengan
perlengketan jaringan pada daerah sekitar terdapat
1
responden (16,67%) dengan derajat gerak
sendi, maka lingkup gerak sendi akan bertambah (Setiawati, 2008).
sendi minimal sebelum dilakukan tindakan
Rehabilitasi yang dapat diberikan
ROM sebesar 110º. Responden dalam
pada pasien yang mengalami kontraktur
penelitian ini maksimal sampai pada
dapat berupa rehabilitasi fisik, salah satu
derajat
sendi,
kegiatan rehabilitasi fisik yaitu mobilisasi.
mengetahui luas atau jarak yang bisa
Tujuan rehabilitasi untuk pasien post
dicapai oleh suatu persendian saat sendi
operasi
bergerak,
maupun
fleksibilitas dari masing-masing sendi
pasif.Sesudah dilakukan latihan ROM, ada
maupun otot, mencegah kelainan bentuk,
peningkatan derajat gerak sendi pada
serta memelihara mobilitas persendian.
pasien. Luas atau jarak maksimal yang bisa
Bentuk mobilisasi yang dapat diberikan
dicapai persendian saat bergerak adalah
salah satunya adalah latihan range of
180º hingga lengan membuka total atau
motion (ROM).Range of Motion adalah
gerakan maksimal saat ekstensi.
latihan gerak sendi yang memungkinkan
mampu
baik
menggerakkan
secara
aktif
Problematik yang muncul pada post
fraktur
adalah
mencegah
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot,
operasi fraktur ditunjukan dengan adanya
dimana
klien
nyeri diam, nyeri gerak dan nyeri tekan,
masing
persendiannya
timbulnya
normal baik secara aktif ataupun pasif
odema
(pembengkakan),
keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS),
134
menggerakkan sesuai
masinggerakan
(Potter dan Perry, 2005).
Jurnal Kebidanan, Vol. VII, No. 02, Desember 2015
Latihan range of motion merupakan
Surakarta
yang
menunjukkan
bahwa
bentuk latihan pergerakan yang dilakukan
adanya peningkatan Lingkup Gerak Sendi
dengan
bagian
setelah dilakukan latihan ROM, yaitu
persendian dengan rentang penuh tanpa
terdapat peningkatan 30º-50º. Temuan
menimbulkan
pada
dalam penelitian ini mendukung konsep
persendian.Latihan beberapa kali dalam
teori Brunner & Suddarth (2002) bahwa
sehari
terjadinya
latihan rentang gerak sendi dilakukan
penurunan fleksibilitas sendi dan kekakuan
untuk mengurangi efek imobilisasi pada
sendi.Sesudah dilakukan latihan ROM, 6
pasien dan terapi ROM sebagai alat efektif
responden mengalami peningkatan derajat
untuk meningkatkan derajat gerak sendi
gerak
pada pasien post operasi fraktur humerus.
menggerakkan rasa
dapat
sendi
semua nyeri
mencegah
10º-25º.
Uji
statistik
menunjukkan bahwa perbedaan derajat gerak sendi sebelum dan sesudah latihan
PENUTUP
ROM termasuk signifikan ρ value = 0,026
Kesimpulan
(< 0,05) yaitu ada perbedaan yang
1.
Sebelum dilakukan latihan ROM,
bermakna. Bila Zhitung< Ztabel (-2,232 <
derajat gerak sendi responden terbesar
1,645) dengan ρ value 0,026 < 0,05 maka
125º
Ha diterima yang berarti kesimpulan dari
sebanyak 3 responden.
hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan derajat
gerak
sendi
yang
2.
signifikan
mempertahankan
ROM
sendi
Sesudah dilakukan latihan ROM,
dengan prosentase 16,67% sebanyak 1
&
jaringan lunak yg akan meminimalisir terjadinya kontraktur.
50%
25º. Derajat gerak sendi terbesar 110º dapat
mobilitas
prosentase
derajat gerak sendi meningkat 10º-
sebelum dan sesudah latihan ROM. Latihan
dengan
responden. 3.
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test
Efek lain dari
menghasilkan Zhitung < Ztabel (-2,232 <
latihan ROM di antaranya meningkatkan
1,645) dengan ρ value 0,026 < 0,05
elastisitas mekanik otot,
maka
sirkulasi,
membantu
vaskularisasi
mempertahankan
Ha
kesimpulan
diterima dari
yang
hasil
berarti
penelitian
kesadaran gerak pasien dan membantu
bahwa terdapat perbedaan derajat
menurunkan nyeri.
gerak sendi yang signifikan sebelum
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Maryani
penatalaksanaan
Terapi
(2008) Latihan
tentang
dan sesudah latihan ROM. Latihan ROM
dinyatakan
efektif
dalam
pada
meningkatkan lingkup gerak sendi
Kondisi Post Operasi Fraktur Femur 1/3
ekstremitas atas pada pasien post
Medial Dekstra dengan Pemasangan Plate
operasi fraktur humerus
And Screw di RSO Prof. Dr. Soeharso Jurnal Kebidanan, Vol. VII, No. 02, Desember 2015
135
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Asmadi.
2008.
Konsep
Keperawatan
Dasar. Jakarta: EGC
Yogyakarta:
Mitra
Cendikia
Brunner, L.S ,Suddarth, D.S. 2002. Buku Ajar
Kesehatan.
Keperawatan
Medikal
Bedah.Jakarta : EGC
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta
:
Mitra
Cendikia
Helmi, Z. N. 2012. Buku Ajar Gangguan
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Keperawtan. Yogyakarta : Graha
Medika
Ilmu
Davis, P , Kneale, J. 2011. Keperawatan Ortopedik dan Trauma Edisi 2: Editor : Hadiningsih, dkk. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta : EGC Sugiyono.
2007.
Statistika
untuk
Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta
Maryani. 2008. Penatalaksanaan Terapi pada Kondisi Post Operasi Fraktur Femur 1/3 Medial Dekstra dengan Pemasangan Plate dan Screw di
S.
Penelitian
2010.
Metodologi
Kesehatan.
Jakarta
:
Rineka Cipta
Klien
Gangguan
Secara
Dini
Sistem
Ulliya, Sarah. 2007. Pengaruh Latihan Range
of
Fleksibilitas
Rahmasari, I. 2008. Pengaruh Range of Motion
2008. Seri Asuhan Keperawatan
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
RSO Dr. R. Soeharso Surakarta, Notoatmodjo,
Suratun, Heryati, Manurung S., Herniah E.
Terhadap
Kemampuan Activities Daily Living
Lansia,
Motion Sendi
terhadap
Lutut
diakses
pada dari
www.undip.ac.id/wp content/upload/kalins.pdf
(ADL) Pasien Post Operasi Fraktur Femur di RSUI Kustati Surakarta, Surahmah. 2012. Pengaruh Latihan Range of Motion terhadap Rentang Gerak Sendi Siku pada Pasien Stroke, Saputra,
L.
2013.
Kebutuhan
Catatan Dasar
Ringkas Manusia.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara
136
Jurnal Kebidanan, Vol. VII, No. 02, Desember 2015