ISSN : 1979-9101
MELATI JURNAL MEDIA KOMUNIKASI ILMU EKONOMI Diterbitkan Oleh : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) KH. Ahmad Dahlan Lamongan JL. Ahmad Dahlan Lamongan Telp/Fax (0322) 315 987
Terbit tiga kali setahun (April, Agustus dan Desember): 1979-9101 berisi tentang hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori, resensi buku dan tulisan praktis dalam bidang Ilmu Ekonomi. Pelindung/Penasehat Drs. H. Munadji (Ketua BPH PT Muhammadiyah Lamongan) Drs. H. Mustofa Nur, MM (Ketua STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan) Ketua Pengarah: Dr. H. Masram, MM., M.Pd., MMKes Drs. Arfian Mudayan, SE., M.Pd Ketua Penyunting: Dr. Hj. Mu’ah, MM., M.Pd Penyunting Pelaksana: Drs. Sugeng Utomo., M.Pd Drs. Matali, MM Annita Mahmudah, SE., S.Pd., M.Ak Drs. Salamun, M.Pd Drs. Maghfur, M.Pd Drs. Sukahar, MM Dra. Yulis Saidah, M.Pd Heti Nur Aini, SE., M.Si Drs. H. Muhammad Mahbub, MM Penyunting Ahli/Mitra Bestari: Dr. Supriyanto, MM (Dosen FE-Universitas Negeri Malang) Dr. Anang Kistyanto, MM (Dosen FE-Universitas Negeri Surabaya Alamat Penyunting Pelaksana dan Tata Usaha: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) KH. Ahmad Dahlan Lamongan, JL. KH. Ahmad Dahlan Lamongan, Telp/Fax (0322) 315987.
Jurnal ini diterbitkan di bawah pembinaan Ketua BPH PT Muhammadiyah Lamongan (Drs. H. Munadji) dan Ketua STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan (Drs. H. Mustofa Nur, MM).
ISSN: 1979-9101
DAFTAR ISI Efektifitas Dan Efisiensi Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu Terhadap Peningkatan Laba Pt. Graha Agung Propertindo Gresik
1
Masram STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Akuntansi Analisis Pelayanan Pegawai Dan Kualitas Hasil Percetakan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Percetakan Kurnia Multimedia Celluler Tunjungmekar – Kalitengah – Lamongan
12
Annita Mahmudah STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan The Influence Of Service Quality To Patient’s Perceived Value In Private Hospital Surabaya
18
Mu'ah STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Manajemen Pengaruh Penjualan Kredit Dan Perputaran Piutang Terhadap Laba Pada Pt. Continental Cargo Carrier Indotrans
38
Ninik Masadah STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Akuntansi Analisis Biaya Bahan Baku Dan Gaji Karyawan Terhadap Pendapatan Perusahaan Pada Pt. Es Batu Dumpi Agung Lamongan
50
Mustofa Nur STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Manajemen Analisis Pengaruh Jumlah Wisatawan Dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015 Mukhtar STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Perpajakan
59
EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI METODE PENYUSUTAN AKTIVA BERDASARKAN FAKTOR WAKTU TERHADAP PENINGKATAN LABA PT. GRAHA AGUNG PROPERTINDO GRESIK MASRAM ABSTRAK Perusahaan didirikan adalah untuk memperoleh laba yang optimal. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam penggunaan metode penyusutan aktiva. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana efektivitas metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan faktor waktu yang diterapkan terhadap peningkatan laba PT. Graha Agung Propertindo Gresik? (2) Bagaimana efisiensi metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan faktor waktu yang diterapkan terhadap peningkatan laba PT. Graha Agung Propertindo Gresik?. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui efektivitas metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu terhadap peningkatan laba PT. Graha Agung Propertindo Gresik. (2) Untuk mengetahui efisiensi metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu terhadap peningkatan laba PT. Graha Agung Propertindo Gresik. Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah Laporan keuangan (neraca dan laba rugi) PT. Graha Agung Propertindo selama 3 periode dari tahun 2012-2014. Dengan mengambil sampel menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini ada dua variabel independent yaitu efektivitas metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu dan efisiensi metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu. Sedangkan variabel dependent yaitu laba. Penelitian ini indikator efektivitas metode penyusutan aktiva tetap diukur dengan masa manfaat aktiva menggunakan metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan faktor waktu. Indikator efisiensi metode penyusutan aktiva tetap diukur dengan biaya penyusutan menggunakan metode penyusutan berdsarkan faktor waktu. Sedangkan indikator laba diukur dengan laporan laba rugi dengan menggunakan metode penyusutan yang berbeda yaitu dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus, metode penyusutan saldo menurun berganda, dan metode penyusutan jumlah angka tahun. Instrument penelitian ini menggunakan dokumentasi. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah menggunakan rumus perhitungan penyusutan aktiva tetap sesuai dengan standart akuntansi keuangan yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penyusutan aktiva tetap dan efisiensi penyusutan aktiva tetap memiliki pengaruh terhadap peningkatan laba perusahaan. Secara perhitungan penggunaan metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan berdampak terhadap besarnya laba bersih perusahaan. Hal ini ditunjukkan bahwa penggunaan metode penyusutan garis lurus lebih tinggi sebesar 17,38% dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda dan dengan kenaikan sebesar 17,48% dibandingkan dengan metode jumlah angka tahun. Sehingga dapat diketahui bahwa laba yang dilaporkan oleh PT. Graha Agung Propertindo Gresik dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda yang seharusnya diterapkan adalah lebih tinggi. Kata Kunci : Efektivitas, Efisiensi, Aktiva Tetap, Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu, Laba. PENDAHULUAN
telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi.
Perusahaan didirikan dengan beberapa tujuan yang ingin dicapai seperti, memperoleh laba yang optimal, pertumbuhan terus menerus, dan kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan memerlukan elemen pendukung usaha seperti modal, tenaga kerja yang berkualitas, dan faktor-faktor produksi lainnya.
Pada umumnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan adalah aktiva lancar atau aktiva tetap, dimana kedua aktiva ini masing-masing mempunyai peranan sangat penting bagi perusahaan, aktiva lancar merupakan harta yang dapat dikomsumsi atau mudah dicairkan sedangkan aktiva tetap adalah sarana penunjang yang dimiliki perusahaan untuk mempelancar kegiatan operasional perusahaan, tidak untuk diperjual belikan dan merupakan pengeluaran perusahaan yang relatif besar. Aktiva tetap berwujud
Setiap tahun perkembangan dunia bisnis yang semakin maju menuntut para pengelola perusahaaan untuk lebih baik dalam sistem pengelolaan perusahaan, terutama dalam pengelolaan faktor-faktor produksi. Untuk mencapai tujuannya dalam memperoleh laba yang optimal atas investasi yang
1
(Tangible fixed asset) adalah aktiva berwujud yang sifatnya relatif permanen dan dapat diamati secara fisik yang dapat memberikan manfaat ekonomi pada masa mendatang bagi perusahaan seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan pabrik maupun kantor atau kendaraan. Aktiva tetap berfungsi untuk menjalankan kegiatan perusahaan, untuk itu diperlukan pengolaan yang efektif dan efisien dalam penggunaan, pemeliharaan, maupun pencatatan. Nilai ekonomis suatu aktiva tetap dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan.
neraca. Pada umumnya nilai ekonomis suatu aktiva tetap akan mengalami penurunan yang disebabkan pemakaian dan kerusakan, keusangan karena faktor ekonomis dan teknis. Nilai perolehan pada suatu aktiva tetap berwujud akan mengalami penurunan karena adanya pemakaian atas aktiva tetap berwujud tersebut. Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan masalah pada biaya reparasi atau pemeliharaan apakah relatif konstan sepanjang umur aktiva tetap atau semakin meningkat. Karena itu pihak manajemen harus berhati-hati dalam menerapkan kebijakan khususnya jumlah pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), sebaliknya pengeluaran untuk aktiva diatas jumlah minimal yang harus dikapitalisasi sebagai pengeluaran modal (capital expenditure). Pengaturan aktiva tetap dalam ketentuan PSAK nomor 16 (2007) yang sudah direvisi IFRS dapat menjadi dasar perusahaan untuk meningkatkan kualiatas standar akuntansi keuangan yang digunakan dan hendaknya pihak manajemen mampu mendorong kreatifitas pekerja dan sering melakukan evaluasi hasil kerja. Kondisi seperti ini yang selanjutnya menciptakan efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva tetap, serta pemilihan yang tepat metode penyusutan aktiva tetap pada PT Graha Agung Propertindo. Dari evaluasi yang dilakukan, diharapkan kegiatan operasional perusahaan yang berhubungan dengan aktiva tetap berjalan dengan tepat sesuai tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh laba yang optimal. METODE PENELITIANN
Pada umumnya aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang nilainya materil dibandingkan harta lainnya. Investasi yang tertanam dalam aktiva tetap cukup besar nilainya, sehingga mutlak diperlukan pengelolaan yang baik. Untuk mencapai hasil maksimal yang diinginkan penggunaan aktiva tetap harus secara efektif dan efisien. Penggunaan yang efektif dengan memanfaatkan aktiva tetap yang ada dalam jumlah tertentu untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa tepat pada waktunya. Jadi efektivitas adalah perbandingan antara pemanfaatan sumber daya dengan waktu yang dicapai untuk mendapatkan hasil yang telah ditetapkan. Penggunaan yang efisien dengan sedikit kegiatan operasional aktiva tetap namun memberi manfaat yang besar bagi perusahaan. Sehinggga efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva tetap sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk pengelolaan dan pemeliharaan secara optimal guna memaksimalkan besar kecilnya laba yang didapat perusahaan. Sedangkan dari segi pencatatan, metode penyusutan yang diterapkan perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva yang menurun disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang telah diberikan aktiva tetap tersebut.
Pengertian Penelitian Narbuko dan Achmadi (2010) mendefinisikan, penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. Menurut Suryabrata (2010) penelitian adalah suatu proses yaitu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Jenis Penelitian Berdasarkan jenis data dan analisisnya metode penelitian diklasifikasikan menjadi dua yaitu: a) Metode penelitian yang bersifat kuantitatif Metode kuantitatif menurut Sugiyono (2011), disebut sebagai positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivistic. Metode ini juga dikenal sebagai metode ilmiah atau metode scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola). b). Metode penelitian yang bersifat kualitatif
Menurut Warren, Reeve dan Fess (2005 : 395) “Penurunan harga perolehan karena menurunnya kegunaan sejalan dengan berlalunya waktu dalam penggunaan disebut penyusutan (Depreciation)”. Perusahaan harus mampu menerapkan metode penyusutan aktiva yang tetap pada aktiva tertentu. Metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan alokasi biaya penyusutan yang berbeda sehingga akan mempengaruhi harga pokok penjualan dan beban usahan yang akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang akan diperoleh perusahaan dan mempengaruhi besarnya biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, metode penyusutan aktiva tetap harus ditentukan secara tepat agar biaya penyusutan yang dibebankan dapat mencerminkan kewajaran nilai aktiva tetap pada
2
Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011), sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang ilmiah, metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif Susunan Kerangka Kerja
Tabel 2.4.1. Variabel Operasional
Gambar 2.1. Kerangka Kerja Variabel Operasional Definisi operasional merupakan penyebaran dari variabel penelitian, menggambarkan hubungan antara variabel tertentu serta menguji kebenaran suatu hipotesis. Disamping itu definisi operasional variabel dimaksudkan untuk memudahkan pengukuran masingmasing variabel dalam penelitian melalui indikatorindikatornya. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah : Tabel 2.1 Variabel Operasional
2.1. Tabel Variabel Operasional
3
HASIL PENELITIAN Analisis Data
untuk perusahaan sektor Real Estate and Property menggunakan metode penyusutan berdasarkan waktu, karena metode ini metode paling tepat dan konseptual. Metode penyusutan berdasarkan waktu terdiri dari metode penyusutan garis lurus, metode saldo menurun berganda dan metode jumlah angka tahun. a. Menghitung Masa Manfaat Aktiva Menggunakan Metode Penyusutan Garis Lurus.
1.
Efektivitas Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu Berdasarkan pengambilan data yang diperoleh dari perusahaan, analisis terhadap penerapan metode penyusutan aktiva tetap dapat dilakukan berdasarkan laporan keuangan perusahaan (neraca dan laporan nilai aktiva tetap) selama 3 tahun mulai tahun 20122014 sebagai berikut:
Tabel 3.4 Laporan Nilai Aktiva Pada Akhir Masa Manfaat menggunakan Metode Garis Lurus Berdasarkan tabel 3.4 nilai aktiva pada akhir masa manfaat menggunakan metode penyusutan garis lurus. Nilai bangunan Rp 895.114.453 habis disusutkan selama 20 tahun dengan tarif penyusutan 5%. Nilai perabot kantor Rp 285.875.400 habis disusutkan selama 10 tahun dengan tarif penyusutan 10%. Nilai kendaraan kantor Rp 793.245.000 habis disusutkan selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Nilai kendaraan proyek Rp 585.254.100 habis disusutkan selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Nilai peralatan kantor Rp 395.982.540 habis disusutkan selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%. Nilai peralatan proyek Rp 342.158.961 habis disusutkan selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%.
Tabel 3.2 Neraca PT. Graha Agung Propertindo Gresik periode 2012-2014 Perhitungan penyusutan perusahaan menggunakan metode garis lurus. Biaya penyusutan selama tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: pada tahun 2012 besar biaya penyusutan Rp 430.191.025, tahun 2013 besar biaya penyusutan Rp 430.191.025, tahun 2014 besar biaya penyusutan Rp 430.191.025.
Tabel 3.3 Laporan Nilai Aktiva Tetap PT. Graha Agung Propertindo Gresik Periode 2012-2014 Dari data laporan keuangan neraca dan laporan nilai aktiva PT. Graha Agung Propertindo Gresik periode 2012-2014 dapat digunakan untuk menghitung biaya penyusutan tiap aktiva tetap. Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan 2004 ada beberapa metode penyusutan yang dapat digunakan oleh perusahaan, namun berkaitan dengan UU No.10/1994 serta Keputusan Mentri Keuangan (KMK) No 82/1995
Tabel 3.6 Rincian biaya penyusutan bangunan selama masa manfaat (20 tahun) menggunakan metode garis lurus Berdasarkan tabel 3.6 rincian biaya penyusutan bangunan selama masa manfaat yaitu selama 20 tahun.
4
Tahun ke-1 disusutkan Rp 44.755.723, tahun ke-2 disusutkan Rp 44.755.723, tahun ke-3 disusutkan Rp 44.755.723 dan seterusnya sampai tahun ke-20 dengan biaya penyusutan yang sama. Total biaya penyusutan selama 20 tahun sebesar Rp 895.114.453. Nilai aktiva bangunan habis dengan masa 20 tahun menggunakan metode penyusutan garis lurus karena nilai aktiva awal bangunan Rp 895.114.453 dikurangi biaya penyusutan Rp 895.114.453. b. Menghitung Masa Manfaat Aktiva Menggunakan Metode Penyusutan Saldo Menurun Beganda.
masa manfaat menggunakan metode saldo menurun berganda Berdasarkan tabel 3.7 rincian biaya penyusutan bangunan selama masa manfaat yaitu selama 20 tahun. Setiap tahun biaya penyusutannya mengalami penurunan. Tahun ke-1 biaya penyusutan sebesar Rp 89.511.445, tahun ke-2 sebesar Rp 80.560.301, tahun ke-3 sebesar Rp 72.504.271, dan seterusnya sampai tahun ke-20. Nilai aktiva bangunan dengan masa 20 tahun menggunakan metode penyusutan saldo menurun berganda masih terdapat nilai perolehan karena nilai aktiva awal bangunan Rp 895.114.453 dikurangi biaya penyusutan Rp 786.289.433.
Tabel 3.6 Laporan Nilai Aktiva Pada Akhir Masa Manfaat menggunakan Metode Saldo Menurun Berganda Berdasarkan tabel 3.6 Nilai aktiva pada akhir masa manfaat menggunakan metode penyusutan saldo menurun berganda. Nilai bangunan Rp 895.114.453 disusutkan selama 20 tahun, tarif penyusutan 5% dengan sisa Rp 108.825.020. Nilai perabot kantor Rp 285.875.400 disusutkan selama 10 tahun, tarif penyusutan 10% dengan sisa Rp 30.695.638. Nilai kendaraan kantor Rp 793.245.000 disusutkan selama 8 tahun, tarif penyusutan 12,5% dengan sisa Rp 79.414.069. Nilai kendaraan proyek Rp 585.254.100 disusutkan selama 8 tahun, tarif penyusutan 12,5% dengan sisa Rp 58.591.494. Nilai peralatan kantor Rp 395.982.540 disusutkan selama 4 tahun, tarif penyusutan 25% dengan sisa Rp 24.748.908. Nilai peralatan proyek Rp 342.158.961 disusutkan selama 4 tahun, tarif penyusutan 25% dengan sisa Rp 21.384.935.
Tabel 3.7 Laporan Nilai Aktiva Pada Akhir Masa Manfaat menggunakan Metode Jumlah Angka tahun Berdasarkan tabel 3.7 Nilai aktiva pada akhir masa manfaat menggunakan metode penyusutan jumlah angka tahun. Nilai bangunan Rp 895.114.453 habis disusutkan selama 20 tahun dengan tarif penyusutan 5%. Nilai perabot kantor Rp 285.875.400 habis disusutkan selama 10 tahun dengan tarif penyusutan 10%. Nilai kendaraan kantor Rp 793.245.000 habis disusutkan selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Nilai kendaraan proyek Rp 585.254.100 habis disusutkan selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Nilai peralatan kantor Rp 395.982.540 habis disusutkan selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%. Nilai peralatan proyek Rp 342.158.961 habis disusutkan selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%.
Tabel 3.9 Rincian biaya penyusutan bangunan selama masa manfaat menggunakan metode saldo menurun berganda Berdasarkan tabel 3.9 rincian biaya penyusutan bangunan selama masa manfaat yaitu selama 20 tahun.
Tabel 3.7 Rincian biaya penyusutan bangunan selama
5
Setiap tahun biaya penyusutannya mengalami penurunan. Tahun ke-1 biaya penyusutan sebesar Rp 89.511.445, tahun ke-2 sebesar Rp 80.560.301, tahun ke-3 sebesar Rp 72.504.271, dan seterusnya sampai tahun ke-20. Nilai aktiva bangunan dengan masa 20 tahun menggunakan metode penyusutan saldo menurun berganda masih terdapat nilai perolehan karena nilai aktiva awal bangunan Rp 895.114.453 dikurangi biaya penyusutan Rp 786.289.433. c. Menghitung Masa Manfaat Aktiva Menggunakan Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun.
ke-3 sebesar Rp 76.724.096, dan seterusnya sampai tahun ke-20. Nilai aktiva bangunan dengan masa 20 tahun menggunakan metode penyusutan jumlah angka tahun habis disusutkan. Nilai aktiva awal bangunan Rp 895.114.453 dikurangi biaya penyusutan Rp 895.114.453. Efisiensi Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, untuk menilai tingkat efisiensi aktiva tetap dapat dilihat dari biaya penyusutan aktiva dengan menggunakan 3 metode berdasarkan faktor waktu, yaitu terdiri dari metode penyusutan garis lurus, matode penyusutan saldo menurun berganda, dan metode penyusutan jumlah angka tahun. a. Menghitung Penyusutan Aktiva Tetap Menggunakan Metode Garis Lurus. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil atau outputyang diproduksi. Berikut perhitungan alokasi biaya penyusutan garis lurus, tiap aktiva dapat dilakukan dengan cara perhitungan yang sama. Aktiva yang dimiliki PT. Graha Agung Propertindo dan disusutkan terdiri dari bangunan, perabot kantor, kendaraan kantor, kendaraan proyek, peralatan kantor dan peralatan proyek. Berikut salah satu contoh perhitungan aktiva bangunan, untuk perhitungan aktiva lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Bangunan = tarif penyusutan x nilai aktiva bangunan = 5 % x Rp 895.114.453 = Rp 44.755.723 Tarif penyusutan bangunan sebesar 5% dan nilai bangunan sebesar Rp 895.114.453 dapat dilihat pada tabel 4.3, kemudian dihitung berdasarkan rumus metode penyusutan metode garis lurus. Untuk tarif penyusutan dan nilai aktiva lain juga dapat dilihat pada tabel 4.3 dan dihitung berdasarkan rumus yang sama. Jadi biaya penyusutan menggunakan metode penyusutan garis lurus sebagai berikut:
Tabel 3.10 Laporan Nilai Aktiva Pada Akhir Masa Manfaat menggunakan Metode Jumlah Angka tahun Berdasarkan tabel 3.10 Nilai aktiva pada akhir masa manfaat menggunakan metode penyusutan jumlah angka tahun. Nilai bangunan Rp 895.114.453 habis disusutkan selama 20 tahun dengan tarif penyusutan 5%. Nilai perabot kantor Rp 285.875.400 habis disusutkan selama 10 tahun dengan tarif penyusutan 10%. Nilai kendaraan kantor Rp 793.245.000 habis disusutkan selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Nilai kendaraan proyek Rp 585.254.100 habis disusutkan selama 8 tahun dengan tarif penyusutan 12,5%. Nilai peralatan kantor Rp 395.982.540 habis disusutkan selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%. Nilai peralatan proyek Rp 342.158.961 habis disusutkan selama 4 tahun dengan tarif penyusutan 25%.
Tabel 3.11 Rincian biaya penyusutan bangunan selama masa manfaat (20 tahun) menggunakan jumlah angka tahun Berdasarkan tabel 3.11 rincian biaya penyusutan bangunan selama masa manfaat yaitu selama 20 tahun. Setiap tahun biaya penyusutannya mengalami penurunan. Tahun ke-1 biaya penyusutan sebesar Rp 85.248.996, tahun ke-2 sebesar Rp 80.986.546, tahun
Tabel 3.12 Alokasi Biaya Penyusutan Metode Garis Lurus b. Menghitung Penyusutan Aktiva Tetap Menggunakan Metode Saldo Menurun Berganda. Perhitungan penyusutan aktiva tetap menggunakan metode saldo menurun berganda, beban penyusutan
6
diperoleh dengan mengalikan tarif penyusutan dengan nilai perolehan tahun pertama dan nilai buku tahuntahun selanjutnya sehingga menghasilkan beban penyusutan yang makin menurun tiap tahunnya selama umur ekonomis aktiva tersebut. Rumus :
d.
Aktiva yang dimiliki PT. Graha Agung Propertindo dan disusutkan terdiri dari bangunan, perabot kantor, kendaraan kantor, kendaraan proyek, peralatan kantor dan peralatan proyek. Berikut salah satu contoh perhitungan aktiva bangunan, untuk perhitungan aktiva lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama.
Penyusutan Aktiva Tetap Menggunakan Metode Garis Lurus, Metode Saldo Menurun Berganda dan Metode Jumlah Angka Tahun.
Tabel 3.15 Total Biaya Penyusutan Tahun 2012-2014 Berdasarkan tabel 3.15 total biaya penyusutan aktiva tetap menggunakan metode garis lurus pada tahun 2012 sebesar Rp 430.191.025, tahun 2013 sebesar Rp 430.191.025, tahun 2014 sebesar Rp 430.191.025. Menggunakan metode saldo menurun berganda pada tahun 2012 sebesar Rp 860.382.051, tahun 2013 sebesar Rp 569.304.321, tahun 2014 sebesar Rp 395.215.445. Menggunakan metode jumlah angka tahun pada tahun 2012 sebesar Rp 738.816.075, tahun 2013 sebesar Rp 617.250.099, tahun 2014 sebesar Rp 495.684.123. Berikut grafik yang menggambarkan tingkat kenaikan biaya penyusutan selama tahun 20122014.
Tabel 3.13 Alokasi Biaya Penyusutan Metode Saldo Menurun Berganda c. Menghitung Penyusutan Aktiva Tetap Menggunakan Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun. Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa).Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan. Rumus :
Gambar 3.1 Grafik biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus tahun 2012-2014. Berdasarkan gambar 3.1 biaya penyusutan menggunakan metode penyusutan garis lurus pada tahun 2012 sebesar Rp 430.191.025, tahun 2013 sebesar Rp 430.191.025, dan tahun 2014 sebesar Rp 430.191.025. Besarnya biaya penyusutan tiap tahunnya sama. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika Fhitung > Ftabel maka Ha diterima. Untuk itu dalam penelitian ini disertakan uji F seperti yang terlihat dalam tabel berikut:
Aktiva yang dimiliki PT. Graha Agung Propertindo dan disusutkan terdiri dari bangunan, perabot kantor, kendaraan kantor, kendaraan proyek, peralatan kantor dan peralatan proyek. Berikut salah satu contoh perhitungan aktiva bangunan, untuk perhitungan aktiva lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. 3.14. Hasil Uji Heterokedastisitas
Tabel 3.14 Alokasi Biaya Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahun c. Menghitung Selisih Perbandingan Biaya
7
Gambar 3.2 Grafik biaya penyusutan menggunakan metode saldo menurun berganda tahun 2012-2014 Berdasarkan gambar 3.2 biaya penyusutan menggunakan metode saldo menurun berganda pada tahun 2012 sebesar Rp 860.382.051 mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar Rp 569.304.321. Pada tahun 2014 mengalami penurunan lagi sebesar Rp 395.215.445. Menggunakan metode penyusutan saldo menurun berganda biaya penyusutan mengalami penurunan tiap tahunnya.
Tabel 3.17 PT. Graha Agung Propertindo Laporan Laba / Rugi Periode 2012 s/d 2014 Hubungan Efektivitas Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu dan Efisiensi Metode Penyusutan Aktiva Berdasarkan Faktor Waktu Terhadap Peningkatan Laba. Hubungan efektivitas metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu dan efisiensi metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu terhadap peningkatan laba dapat dilihat dari total laba yang dihasilkan tiap tahun dengan menggunakan metode penyusutan yang berbeda. Besar biaya penyusutan aktiva tetap akan mempengaruhi masa manfaat aktiva tetap dan mempengaruhi besar laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar biaya penyusutan semakin kecil masa manfaat aktiva dan semakin kecil laba yang diperoleh, namun dengan adanya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap dapat menambah masa manfaat aktiva tetap dan dapat meningkatkan laba perusahaan. Untuk reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap perusahaan mengeluarkan biaya reparasi dan pemeliharaan yang relatif konstan untuk semua aktiva tetap secara rutin. Hal itu dilakukan untuk efisiensi operasi aktiva, apabila terjadi penurunan efisiensi operasi aktiva dapat menyebabkan menurunnya konstribusi pendapatan yang akan diterima. Hasil penilaian laba yang diperoleh PT. Graha Agung Propertindo dengan menggunakan metode penyusutan yang berbeda selama tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel 4.46. Metode garis lurus lebih tinggi 27,07% sebesar Rp 860.382.051 dari metode saldo menurun berganda pada tahun 2012. Metode garis lurus lebih tinggi 13,13% sebesar Rp 569.304.321 dari metode saldo menurun berganda pada tahun 2013. Metode garis lurus lebih tinggi 11,94% sebesar Rp 395.215.445 dari metode saldo menurun berganda pada tahun 2014. Metode garis lurus lebih tinggi 23,24% sebesar Rp 738.816.075 dari metode jumlah angka tahun pada
Gambar 3.3 Grafik biaya penyusutan menggunakan metode jumlah angka tahun pada tahun 2012-2014 Berdasarkan gambar 4.4 biaya enyusutan menggunakan metode jumlah angka tahun, pada tahun 2012 biaya penyusutan sebesar Rp 738.816.075, mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar Rp 617.250.099. Pada tahun 2014 mengalami penurunan lagi sebesar Rp 495.684.123. Biaya penyusutan tiap tahunnya mengalami penurunan. Untuk menghitung selisih biaya penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut :
Tahun 2012 = -99,9 %
=
Tabel 3.17 Selisih Biaya Penyusutan Tahun 20122014 Laba Berdasarkan pengambilan data yang diperoleh dari perusahaan, Laporan Laba Rugi tahun 2012 s/d 2014 sebagai berikut:
8
tahun 2012. Metode garis lurus lebih tinggi 14,23% sebesar Rp 617.250.099 dari metode jumlah angka tahun pada tahun 2013. Metode garis lurus lebih tinggi 14,97% sebesar Rp 495.684.123 dari metode jumlah angka tahun pada tahun 2014. Rata-rata laba pada tahun 2012-2014 metode garis lurus lebih tinggi 17,38% sebesar Rp 608.300.606 dari metode saldo menurun berganda dan dengan kenaikan sebesar Rp 17,48% sebesar Rp 617.250.099 dari metode jumlah angka tahun. Berdasarkan hasil perhitungan metode penyusutan aktiva tetap yang efektif adalah metode garis lurus karena selama 3 periode jumlah biaya penyusutan lebih kecil dari penggunaan metode saldo menurun berganda dan metode jumlah angka tahun. Untuk masa manfaat aktiva juga bertambah karena adanya reparasi dan pemeliharaan secara rutin. Biaya yang dikeluarkan juga efisien karena relatif konstan tiap bulannya. Biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus selama tahun 2012-2014 sebesar Rp 1.290.573.075, mengalami kenaikan bila menggunakan metode saldo menurun berganda sebesar Rp 1.824.901.817, dan mengalami kanaikan kembali jika menggunakan metode jumlah angka tahun sebesar Rp 1.851.750.297. Semakin besar biaya penyusutan semakin kecil laba yang diperoleh dan sebaliknya semakin kecil biaya penyusutan maka semakin besar laba yang diperoleh. Dengan demikian penggunaan metode penyusutan sangat berpengaruh terhadap peningkatan laba perusahaan. Laba paling besar yang diperoleh dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus karena biaya yang dikeluarkan relatif konstan.
sangat efektif. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan menggunakan metode ini lebih cepat dan mudah karena cara perhitungan lebih sederhana dan beban penyusutan yang dihasilkan relatif konstan. 3. Tingkat efektivitas metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu yaitu metode penyusutan garis lurus, saldo menurun berganda, jumlah angka tahun dilihat dari masa manfaat aktiva tetap. Masa manfaat dari penggunaan metode tersebut efektif semua namun ada salah satu metode penyusutan yang lebih efektif yaitu metode saldo menurun berganda. 4. Tingkat efisiensi metode penyusutan aktiva berdasarkan faktor waktu dilihat dari biaya penyusutan tiap penggunaan metode penyusutan. Biaya penyusutan menggunakan metode penyusutan garis lurus lebih kecil dari penggunaan metode penyusutan saldo menurun berganda dan jumlah angka tahun. 5. Analisis data menunjukkan besarnya biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus pada tahun 2012 sebesar Rp 430.191.025, tahun 2013 sebesar Rp 430.191.025 dan tahun 2014 sebesar Rp 430.191.025. Biaya penyusutan menggunakan metode saldo menurun berganda pada tahun 2012 sebesar RP 860.382.051, tahun 2013 sebesar Rp 569.304.321, dan tahun 2014 Rp 395.215.445. Sedangkan menggunakan metode jumlah angka tahun biaya penyusutan tahun 2012 sebesar Rp 738.816.075, tahun 2013 sebesar Rp 617.250.099 dan tahun 2014 sebesar Rp 495.684.123. 6. Beban penyusutan tahun 2012 metode garis lurus lebih kecil 99,9 % dari metode saldo menurun berganda dan lebih kecil 72 % dari metode jumlah angka tahun. Untuk metode saldo menurun berganda lebih besar 14% dari metode jumlah angka tahun. 7. Beban penyusutan tahun 2013 metode garis lurus lebih kecil 32 % dari metode saldo menurun berganda dan lebih kecil 42 % dari metode jumlah angka tahun. Untuk metode saldo menurun berganda lebih kecil 8% dari metode jumlah angka tahun. 8. Beban penyusutan tahun 2014 metode garis lurus lebih besar 8 % dari metode saldo menurun berganda dan lebih kecil 15 % dari metode jumlah angka tahun. Untuk metode saldo menurun berganda lebih kecil 25% dari metode jumlah angka tahun. 9. Analisis data menunjukkan besarnya laba pada dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus tahun 2012 sebesar Rp 3.178.800.000, tahun 2013 Rp 4.337.359.478, dan tahun 2014 sebesar Rp 3.311.359.102. Laba dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun berganda tahun 2012 sebesar Rp 2.318.417.949, tahun 2013 Rp 3.768.055.157, dan tahun 2014 Rp 2.916.143.657. Sedangkan menggunakan metode penyusuatan jumlah angka tahun, laba tahun 2012 sebesar Rp
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui seberapa besar laba yang diperoleh dengan menggunakan metode penyusutan aktiva tetap yang berbeda pada PT. Graha Agung Propertindo Gresik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. Graha Agung Propertindo Gresik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Akuntansi perusahaan mengenai aktiva tetap tidak menyimpang dari Standart Akuntansi Keuangan. Untuk perusahaan yang bergerak dibidang Real Estate and Property sesuai dengan UU No 10/1994 serta KMK No 82/1995 dapat menggunakan metode penyusutan berdasarkan waktu antara lain metode penyusutan garis lurus, metode penyusutan saldo menurun berganda dan metode penyusutan jumlah angka tahun. 2. Metode penyusutan garis lurus yang diterapkan perusahaan pada aktiva tetap yang dimiliki
9
2.439.983.925, tahun 2013 sebesar Rp 3.720.109.379 dan tahun 2014 Rp 2.815.674.979. 10. Penggunaan metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan berdampak terhadap besarnya laba bersih perusahaan. Hal ini ditunjukkan bahwa penggunaan metode penyusutan garis lurus lebih tinggi sebesar 17,38% dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda dan dengan kenaikan sebesar 17,48% dibandingkan dengan metode jumlah angka tahun. Sehingga dapat diketahui bahwa laba yang dilaporkan oleh PT. Graha Agung Propertindo Gresik dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda yang seharusnya diterapkan adalah lebih tinggi. SARAN Saran yang bisa disampaikan dari hasil penelitian yang didapat sebagai berikut: 1. Metode penyusutan garis lurus yang diterapkan pada PT. Graha Agung Propertindo Gresik untuk jenis aktiva bangunan, mesin, inventaris kantor, dan inventaris proyek sudah tepat. Sehingga perusahaan dapat terus menggunakan metode penyusutan garis lurus atas jenis aktiva tersebut untuk secara berkelanjutan, selama tidak terdapat perubahan tingkat efisiensi operasi dan pemeliharaan yang relatif konstan. Tetapi pada penyusutan jenis aktiva alat berat, kendaraan proyek dan kendaraan kantor PT. Graha Agung Propertindo Gresik sebaiknya mengubah metode penyusutannya menjadi metode penyusutan saldo menurun berganda agar sesuai penerapannya dengan PSAK. 2. Sebaiknya PT. Graha Agung Propertindo lebih memperhatikan penerapan atas metode penyusutan aktiva tetap, karena penerapan penyusutan aktiva tetap berdampak terhadap laba bersih perusahaan dan harus diterapkan sesuai PSAK
Cholid, Narbuko, Achmadi, Abu. 2010. Metode Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta. Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Dunia, A. Firdaus. 2010. Pengantar Akuntansi. Edisi Kedua. FEUI. Yogyakarta. Gani, Kartiah. 2012. Analisis Efisiensi Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Para Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Hasanuddin. Gie, The Liang. 2002. Analisis Administrasi Dan Manajemen. Gramedia. Jakarta. Handayaningrat, S. 2002. Pengantar Suatu Ilmu Administrasi Dan Manajemen. Gunung Agung. Jakarta. Harbani, Pasolong. 2007. Teori Adminitrasi Publik. Alfabeta. Bandung. Hendriksen, Eldon. S, dialih bahasakan oleh Nugroho W. 1991. Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jilid Dua. Erlangga. Jakarta. Hery, Widyawati, Lekok. 2011. Akuntansi Keuangan Menengah 2. Bumi Aksara. Jakarta. Horngren, Ct, dkk. 1997. Akuntansi di Indonesia. Edisi 3. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kusnadi, 2000. Akuntansi Keuangan Menengah. Universitas Brawijaya. Malang. Machfoeds, Mas’ud. 1990. Akuntansi Manajemen. Buku Satu. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Martani, Lubis. 1987. Teori Organisasi. Ghalia Indonesia. Bandung. Martoyo, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta. Marzuki. 2003. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Masruri. 2014. Analisis Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pertokoan (PNPM-MP). (Studi Kasus Pada Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan Tahun 2010). Governance and publick policy. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta. Nugroho, Harom, Andy. 2006. Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan.Universitas Widyatama.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, H.R. 2010. Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan Mandiri. Graha Ilmu. Yogyakarta. Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Pembaruan. Yogyakarta Agus, Maulana. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Professional Book. Jakarta. Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Edisi Kedua. Rineka Cipta. Jakarta. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta. Belkaoui, Ahmed Riahi, dialih bahasakan oleh Martawa Dkk. 2001. Teori Akuntansi. Buku Dua. Salemba Empat. Jakarta.
10
P, Tika. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Bumi Aksara. Jakarta. Rudianto. 2008. Pengantar Akuntansi. Erlangga. Jakarta. Rukman, Mullins. 2006. Efektivitas Kerja Karyawan. Budi Mulia. Bandung. Rusdi, Akbar. 2004. Akuntansi Pengantar. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Robbins, Stephen P, Jusuf, Udaya. 1994. Teori Organisasi, Stuktur, desain dan Aplikasi. Edisi 3. Arcan. Jakarta. Saifuddin, Azwar. 2009. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Siagian, Sondang P. 2001. Efektivitas Kinerja Yang baik Bagi Perusahaan Sinar Offset. Bandung. Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Kuputusan. Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta Steers, M. Richard. 2005. Efektivitas Organisasi Perusahaan. Erlangga. Jakarta. Subramanyam, KR. john, J. Wild. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Salemba Empat. Jakarta. Sugiri, Slamet. 2009. Pengantar Akuntansi. Edisi Revisi. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Sugiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan Keenam. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan RND. CV. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Kuantitatif. dan R&D. Cetakan Ketigabelas. Alfabeta. Bandung. Suharsimi, Arikunto. 2001. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Kelima. Penerbit renika Cipta. Jakarta. Suharsimi, Arikunto. 2006. Buku Pelengkap Metode Peniliti Akuntansi. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Supriyono, R.A. 1997. Akuntansi Manajemen I (Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Proses Perencanaan). Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Susanto, Bambang. 1995. Manajemen Akuntansi. Penerbit PT. Sansu Moto. Jakarta. Sutrisno, Edy. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana. Jakarta
Sutrisno, Hadi. 2004. Analisis Regresi. Andi Offset. Yogyakarta. Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. S.R, Soemarso. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta. S.R, Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar Buku 2. Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta. Syamsi, Ibnu. 2004. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. PT Bumi Aksara. Jakarta. Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Grasindo. Jakarta. Warren, Reeve, Fess. 2005. Pengantar Akuntansi. Edisi Keduapuluhsatu. Salemba Empat. Jakarta.
11
ANALISIS PELAYANAN PEGAWAI DAN KUALITAS HASIL PERCETAKAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PERCETAKAN KURNIA MULTIMEDIA CELLULER TUNJUNGMEKAR – KALITENGAH – LAMONGAN ANNITA MAHMUDAH ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pelayanan pegawai dan kualitas hasil percetakan terhadap kepuasan pelanggan. Tingkat kualitas pelayanan dan kualitas hasil percetakan dijadikan latar belakang masalah dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan metode kuesioner dengan jumlah sampel 50 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik, uji validitas dan reliabilitas, analisis regresi linier berganda, pengujian hipotesis melalui uji t dan uji F, serta analisis koefisien determinasi (R 2). Dimana variabel Kepuasan Pelanggan (Y), variabel Pelayanan (X1) dan variabel kualitas hasil cetak (X2). Pengujian hipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa kedua variabel independen yang diteliti terbukti secara signifikan berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen Kepuasan Pengguna. Kemudian melalui uji F dapat diketahui bahwa kedua variabel independen yang diteliti secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen Kepuasan Pengguna. Kata kunci : Pelayanan, kualitas hasil cetak, dan Kepuasan Pengguna.
terpenuhi kebutuhan mereka akan sebuah produk ataupun jasa, sehingga para konsumen memperoleh rasa nyaman dan senang karena harapannya terpenuhi. Selain itu kepuasan pelanggan juga sering dijadikan salah satu tujuan utama dari strategi pemasaran bisnis, baik bisnis yang dijalankan memproduksi barang maupun jasa. Untuk mencapai keberasilan strategi pemasaran suatu usaha dapat dicapai jika kepuasan pelangan telah terpenuhi. Namun untuk memperoleh kepuasan pelanggan tidak begitu mudah, karena tiap pelanggan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda walaupun membutuhkan produk yang sama. Proses pemenuhan kepuasan pelanggan tidak hanya membutuhkan produk atau jasa yang berkualitas saja, namun juga membutuhkan adanya sistem pelayanan yang mendukung. Sehingga para pelanggan akan merasa senang dan
PENDAHULUAN Pembangunan usaha di jaman modern ini yang di tandai dengan kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan keinginan dan kebutuhan manusia mengalami perubahan. Setiap orang bebas memilih yang mereka inginkan guna memenuhi keinginan dan kebutuhanya. Masalahnya sekarang adalah tergantung bagaimana kemampuan produsen dalam memasarkan produk agar dapat meraih konsumen sebanyakbanyaknya. Kondisi persaingan antara perusahaan saat ini semakin kompetitif, mengharuskan setiap pengusaha mengkaji ulang strategi yang digunakan agar tidak kehilangan pelanggan dan demi mencapai daya saing yang berkelanjutan. Kepuasan pelanggan yaitu respon atau tanggapan yang diberikan para konsumen setelah 12
puas atas pelayanan yang diberikan, karena terpenuhi kebutuhan atau jasa dan pelayanan yang memuaskan. Usaha dalam memasarkan hasil produksi tak bisa lepas dari kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sudah menjadi suatu keharusan bagi perusahaan agar tetap bertahan dalam berbisnis. Apabila dulu kualitas masih menjadi senjata agar perusahaan perusahaan memenangkan persaingan, namun kini hampir semua perusahaan dapat memberikan kualitas yang sama, tentu saja persoalan kualitas bukan menjadi salah satu senjata andalan bersaing. Karena demi mendapat pelanggan perusahaan harus memberkan servis lebih agar kepuasan pelanggan dapat terpenuhi dan perusahaan bisa tetap bertahan dan bersaing. Percetakan Kurnia Multimedia Celluler dipilih sebagai obyek penelitian ini, dikarenakan lebih banyak dikunjungi oleh pelanggannya dari pada percetakan di sekitarnya. Karena pelayanan dan hasil percetakan cukup memuaskan padahal ditinjau dari segi persaingan sebenarnya sudah banyak percetakan yang sebelumnya sudah bermunculan. Awal mula berdirinya hinga saat ini Percetakan Kurnia Multimedia menampakkan perkembangan begitu pesat dengan terbukti banyaknya konsumen yang datang. METODE PENLITIAN
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:147). Penelitian deskriptif disini menggunakan metode survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari ketrangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1988:65). Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan peretakan sebayak 50 orang. Tehnik penganbilan sampel menggunakan aksidental sampling. HASIL PENELITIAN DISKRIPSI VARIABEL PENELITIAN 1. Tanggapan Responden terhadap Variabel Pelayanan (X1) Tabel Tanggapan Responden terhadap Variabel Pelayanan (X1 PERSENTASE (%) 5 4 3 2
5
4
SKOR 3
2
1
Q1
15
25
6
4
0
201 30,00 50,00 12,00 8,00 0,00 100,00
Q2
12
22
11
5
0
191 24,00 44,00 22,00 10,00 0,00 100,00
Q3
16
30
3
1
0
211 32,00 60,00 6,00 2,00 0,00 100,00
Q4
15
11
19
5
0
186 30,00 22,00 38,00 10,00 0,00 100,00
NO
TOTAL
TOTAL
789
1
TOTAL
total
100,00
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa yang memilih jawaban baik sebanyak 25 orang atau 50,00%, kemudian pada tingkat kesopanan pegawai dinilai baik sebanyak 22 orang atau 44%. Pada tingkat keramahan pegawai dinilai baik dengan jumlah 30 orang atau 60%. Kemudian pada tingkat keseriussan pegawai dalam menangani keluhan pelanggan dinilai cukup baik dengan jumlah 19 orang atau 38%. 2. Tanggapan responden terhadap variabel kualitas x2
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif atau kualitatif research yaitu jenis penelitian yang berusaha menentukan teori, yaitu teori subtantif atau formal, yang semuanya jelas berasal dari data (Sadjana, 1996:160). Data penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Metode statistik deskriptif ialah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat 13
PERSENTASE (%) 5 4 3 2
5
4
SKOR 3
2
1
Q1
9
28
7
6
0
190 18,00 56,00 14,00 12,00 0,00 100,00
Q2
16
15
18
1
0
196 32,00 30,00 36,00 2,00 0,00 100,00
Q3
9
27
8
3
3
186 18,00 54,00 16,00 6,00 6,00 100,00
Q4
12
26
9
3
0
197 24,00 52,00 18,00 6,00 0,00 100,00
NO
TOTAL
TOTAL
769
TOTAL
1
total
100,00
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil bahwa pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam menjelaskan jasa yang ditawarkan responden menilai baim dengan jumlah 28 orang atau 56%. Kemudian dalam menyampaikan kualitas jasa responden menilai cukup baik dengan jumlah 36% atau 18 orang. Pada kualitas hsil jasa percetakan responden menilai baik dengan jumlah 54% atau 27 orang. Dan pada tanggapan responden terhadap jasa yang sudah dilakukan responden menilai baik dengan jumlah 26 orang atau 52%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kualitas hasil percetakan mempengaruhi kepuasan pelanggan. 3. Tanggapan Responden terhadap Variabel Kepuasan (Y) Tabel tanggapan responden terhadap variabel kepuasan Y PERSENTASE (%) 5 4 3 2
percetakan kurnia multi media. Dengan menggunakan uji t atau parsial. Apabila nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima Ha ditolak maka pengujian hiposesis secara parsial dapat dilihat pada tabel dibawah ini: VARIABEL
SKOR 3
2
1
Q1
8
19
18
4
1
179 16,00 38,00 36,00 8,00 2,00 100,00
Q2
12
14
20
3
1
183 24,00 28,00 40,00 6,00 2,00 100,00
Q3
11
16
17
4
2
180 22,00 32,00 34,00 8,00 4,00 100,00
Q4
14
19
9
6
2
187 28,00 38,00 18,00 12,00 4,00 100,00
TOTAL
729
TOTAL
t tabel
KETERANGAN
Adapun langkah – langkah dalam uji t adalah : a) Pengaruh Pelayanan (X1) terhadap Kepuasan (Y) 1. Nilai thitung = 0.583 Tingkat signifikan = 5% dengan derajat bebas (degree of freedom/df) = (n-2) = 50-2 = 48 ttabel = / 2 = (0,025 : 48) ≈ 2.011
4
TOTAL
hitung
X1 2.011 0.583 Tidak Signifikan Pelayanan X2 Kualitas 2.011 2.924 Signifikan Hasil
5
NO
t
total
1
100,00
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kualitas pelayanan percetakan dinilai baik dengan jumlah 19 orang atau 38%. Tanggapan pegawai terhadap keluhan pelanggan dinilai cukup baik dengan jumlah 20 orang atau 40%. Responden menilai kebersihan dan kenyamanan pada percetakan cukup baik dengan jumlah 17 orang atau 34%. Kemudian suasana kerja pada percetakan dinilai baik dengan jumlah 19 orang atau 38%. HIPOTESIS UJI HIPOTESIS I Untuk menguji pengaruh variabel pelayaan dan fasilitas kualitas hasil cetak pada
2. Kesimpulan : Karena thitung lebih kecil dari ttabel pada tingkat = 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pelayanan (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan (Y). 2. Pengaruh kualitas hasil (X2) terhadap kepuasan (Y) 1. Nilai thitung = 2.924 Tingkat signifikan = 5% dengan derajat bebas (degree of freedom/df) = (n-2) = 50-2 = 48 ttabel = / 2 = (0,025 : 48) ≈ 2.011 2. Kesimpulan : Karena thitung lebih besar dari ttabel pada tingkat = 5% maka H0 ditolak dan H1
14
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kualitas Hasil Percetakan (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan (Y).
2.
Kesimpulan : Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel pada tingkat = 5% (5.835 > 3.195) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel X1 Pelayanan, X2 Kualitas, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan (Y), sehingga hipotesis pertama teruji kebenarannya. PEMBAHASAN
UJI HIPOTESIS II Untuk menguji pengaruh variabel pelayaan dan kualitas hasil terhadap kepuasan pada percetakan kurnia multi media . Dengan menggunakan uji F Atau simultan. Apabila nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima Ha ditolak maka pengujian hiposesis secara simultan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
1.
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Mean Square
Df
Regress ion
58.974
2
Residua l
237.526
47
F
Sig.
29.487 5.835 .005a 5.054
Total 296.500 49 a. Predictors: (Constant), Kualitas (X2), Pelayanan (X1) b. Dependent Variable: Kepuasan (Y) dapat diperoleh gambaran bahwa nilai F hitung sebesar 5.835 sedangkan nilai F tabel sebesar 3.195, angka ini didapat dari tabel F dengan nilai v1 sebesar 2 sebagai residual dan v2 sebesar 47 sebagai df (derajat kebebasan) dengan taraf kesalahan 0,05 (5%), Adapun langkah-langkah dalam uji F adalah : 1. Nilai Fhitung = 5.835 ` Ftabel (df pembilang/k ; df penyebut/ n-(k+1) Ftabel (2 ; 47; 0.05) = 3.195 15
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Konsumen pada pembelian barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji t (parsial) yaitu 0,000 > 0,05, maka maka H0 ada pada daerah penerimaan yang berarti Ha diterima atau Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Perilaku konsumen pada pembelian barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler Menurut hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan yaitu thitung (0.583) > ttabel (2,011), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil Kualitas pelayanan berpenaruh signifikan terhadap Kepuasan konsumn pada percetakan Kurnia Multimedia Cellulrer. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori bahwa hubungan Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Konsumen, dapat dilihat dari salah satu faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen yaitu sikap cepat dan ramah dalam melayani konsumen. Kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.
2.
Pengaruh kepuasan dan kuwalitas hasil percetakan terhadap Perilaku konsumen pada pembelian barang di Kurnia Multimedia Celluler Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji t (parsial) yaitu 0,03 > 0,05, maka H0 ada pada daerah penolakan yang berarti Ha ditolak atau kuwalitas hasil percetakan tidak berpengaruh terhadap Perilaku konsumen pada pembelian barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler Menurut hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan yaitu thitung (2,924) < ttabel (2,011), maka H0 ada pada daerah penolakan yang berarti Ha ditolak atau kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap Perilaku konsumen pada pembelian barang di Kurnia Multimedia Celluler. 3. Pengaruh Kualitas kepuasan dan kuwalitas hasil percetakan terhadap Perilaku konsumen pada pembeliaan barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji f (simultan) yaitu 0,000 < 0,05, maka H0 ada pada daerah penolakan yang berarti Ha diterima atau Kualitas pelayanan dan kuwalitas hasil percetakan berpengaruh terhadap Perilaku konsumen pada pembelian barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler Menurut hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan yaitu fhitung (67,524) > ftabel (2,87), maka H0 ada pada daerah penolakan yang berarti Ha diterima atau Perputaran Kualitas kepuasan dan kuwalitas
hasil percetakan berpengaruh terhadap Perilaku konsumen pada pembelian barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler. Kualitas kepuasan dan kuwalitas hasil percetakan secara simultan berpengaruh terhadap Perilaku konsumen pada pembelian barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler. KESIMPULAN DAN ASARAN KESIMPULAN Dari pembahasan diatas maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pelayanan tidak berpenaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. 2. Kualitas hasil percetakan mempengaruhi perilaku konsumen pada pembelian barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler , Semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan maka semakin banyak konsumen yang membeli barang. 3. Kualitas kepuasan dan kuwalitas hasil percetakan secara simultan berpengaruh terhadap Perilaku konsumen pada pembelian barang di percetakan Kurnia Multimedia Celluler. Maka daerah penerimaan dan daerah penolakan yaitu fhitung (5.835 > ftabel 3.195), maka H0 ada pada daerah penolakan yang berarti Ha diterima atau Perputaran Kualitas kepuasan dan kuwalitas hasil percetakan berpengaruh terhadap Perilaku konsumen pada pembelian 16
barang di Kurnia Multimedia Celluler.
Umar, Husein. 1997. Study Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Manajemen. Edisi Revisi. Andy: Yogyakarta Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Manajemen. Edisi Revisi. Andy: Yogyakarta Tjiptono, Fandy. (2008), “Strategi Pemasaran Edisi : 3”, Yogyakarta, ANDI. Suharsaputra, Uhar., (2012), “Metode Penelitian”, Bandung, Refika Aditama. Soewadji, Jusuf., (2012), “Pengantar Metodologi Penelitian”, Jakarta, Mitra Wacana Media. Masyhuri dan M. Zainudin, (2011), “ Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif”, Bandung, Refika Aditama. Sunyoto, Danang., (2013), “Metodologi Penelitian Akuntansi”, Bandung, Refika Aditama. https://sites.google.com/site/kelolakualitas/ model-kualitas-jasa/diambil-padatanggal17/2/2015 https://sugithewae.wordpress.com/2012/11 /13/pengertian-populasi-dansampel-dalam-penelitian/diambil pada tanggal 09/03/2015 http://pustakabakul.blogspot.com/2013/05/ pengertian-dan-definisikepuasan_8.html/diambil pada tanggal 20/2/2015
SARAN Dari hasil pembahasan dan kesimpulan maka dapat diambil saran sebagai berikut: 1. Dari kesimpulan yang didapat penelitian ini, yakni meningkaktkan kepuasan terhadap pelanggan dapat dilakukan dengan, dengan pelayanan yang ramah dan selalu siap menolong yang dapat memenuhi kebutuhan dan produk ataupun jasa yang diberikan oleh percetakan Kurnia Multimedia Celluler sehinnga akan menjadi pelanggan tetap dengan hasil yang memuaskan. 2. Dalam penelitian ini terdapat kendala yang menjadikan penelitian ini sedikit terhambat dalam pengisian angket, untuk penelitian mendatang diharapkan lebih teliti lagi, dan dalam mengembangkan pembahasan, tidak hanya pada sistim pelayanan dan kepuasan saja, yang mempengaruhi kepuasan pelanggan tetapi fakto-faktor lain yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan, misalnya; dari faktor percetakan Kurnia Multimedia Celuller ataupun profitabilitasnya. DAFTAR PUSTAKA Kotler, Philip Dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua Belas. Indeks : Jakarta
17
THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY TO PATIENT’S PERCEIVED VALUE IN PRIVATE HOSPITAL SURABAYA MU’AH
[email protected] STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan ABSTRACT One of service quality assessment is patient satisfaction. Perceived value will affect patient satisfaction (customer satisfaction). This research aimed to examine and analyze the effect of service quality to perceived value of impatiens at private hospitals in Surabaya. It was explanatory research. The population was 162 patients with 140 samples at 4 private hospitals type B in Surabaya taken using proportional random sampling in each hospital. The data was analysed using analysis techniques of regression weight, standardized regression weight, and Confirmatory Factor Analysis (CFA) through multi-group or multisample analysis approach to test the effect of exogenous and endogenous. Results of the variable parameter estimation Service Quality to the perceived value based on the indicators showed significant results in value CR 2.264. This value is greater than 1.96. Besides, it was acquired a significance level 0.024 (P <0.05). So it was substantiated that the hypothetical of service quality had significant effect to the perceived value. The perceived value was the patient's perception to the value of quality offered being higher than competitors will affect the levels of consumer loyalty. The higher the value perceived, the higher the relation happened in the hospital (transaction). Keywords: Service, Quality, Perceived Value, Hospital, Private ABSTRAK Salah satu penilaian kualitas suatu pelayanan yakni kepuasan pasien. Nilai yang dirasakan (perceived value) mempengaruhi kepuasan pasien (customer satisfaction). Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh service quality terhadap perceived value pasien rawat inap rumah sakit swasta di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian explanatory. Populasi penelitian sejumlah 162 pasien dengan sampel 140 pasien di 4 Rumah Sakit swasta tipe B di Surabaya. Teknik pengambilan sampel dengan cara proposional random sampling setiap rumah sakit. Dengan menggunakan teknik analisis data regression weight, standardized regression weight, dan Confirmatory Factor Analisis (CFA) melalui pendekatan multigroup atau multisample analysis untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel eksogen dan endogen. Hasil estimasi parameter variabel Service Quality terhadap perceived value berdasarkan indikator – indikatornya menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai CR 2,264. Nilai ini lebih besar dari 1,96. Disamping itu diperoleh taraf signifikansi 0,024 (P < 0,05). Sehingga hipotesis service quality berpengaruh signfikan terhadap perceived value terbukti kebenarannya. Nilai yang dirasakan adalah persepsi pasien terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari pesaing akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh konsumen, maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi). Kata Kunci : Layanan , Kualitas, Perceived Value, Rumah Sakit, Swasta 18
memberikan evaluasi yang baik sementara pasien yang tidak puas cenderung akan memberikan evaluasi yang jelek. Nilai yang dirasakan merupakan bentuk evaluasi pasien. Nilai yang di rasakan pasien adalah penilaian keseluruhan dari kegunaan (utility) dari produk yang didasarkan pada persepsi dari apa yang diterima dan apa yang diberikan (Sawyer dan Dickson`s.,1984) Nilai yang Dirasakan (perceived value) mempengaruhi kepuasan pasien (customer satisfaction). Kotler (Tjiptono, 2002) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Apabila biaya yang dikeluarkan oleh pasien sesuai dengan harapan atau melebihi harapan maka pasien merasa puas dan demikian pula sebaliknya. Menurut Parasuraman et al. (1998) kualitas jasa dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan atas jasa yang secara nyata mereka terima (perceived service) dengan jasa yang sesungguhnya diharapkan atau diinginkan (expected service), apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa yang dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pasien, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas jasa yang dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pasiennya dengan konsisten. Semakin tinggi persepsi pasien atas layanan yang di terima dari Rumah Sakit, maka semakin tinggi penilaian emosi positif. Dengan demikian, pasien yang memiliki
PENDAHULUAN Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan berkembang. Persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini menuntut lembaga penyedia jasa layanan untuk pasien dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepadanya (Assauri, 2003). Untuk mempertahankan pasien pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan pasien dengan memperhatikan secara cermat kebutuhan pasien sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Pasien rumah sakit dalam hal ini pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan pelayanan medik tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik, dan hubungan yang harmonis antara staf rumah sakit dengan pasien. Dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas layanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Data Rumah Sakit swasta di Surabaya keluhan para pasien dari tahun ke tahun ada peningkatan dan keluhan yang di sampaikan itu bermacam-macam dari mulai masuk tempat parkir sampai pada pelayanan yang lain yang langsung digunakan pasien atau yang di sebut dengan pelayanan inti dan pelayanan penunjang semua ada komplain sampai pasien keluar. Sebagian besar keluhan terkait kualitas layanan. Perusahaan perlu untuk mengelola emosi pasien agar dapat menciptakan emosi yang positif dan mengurangi emosi negatif. Penilaian emosi pasien ini dapat meliputi perasaan marah, senang, takut, cemas, bahagia, puas atau bosan. pasien yang memiliki emosi positif cenderung akan 19
emosi positif cenderung memberikan evaluasi yang baik terhadap rumah sakit. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah service quality berpengaruh signifikan terhadap perceived value pasien rawat inap rumah sakit swasta di Surabaya ? Tujuan penelitian ini untuk menguji dan menganalisis pengaruh service quality terhadap perceived value pasien rawat inap rumah sakit swasta di Surabaya.
ini telah berkembang menjadi suatu pusat kesehatan, pendidikan dan penelitian. SK Menkes Nomor 436/93 mengemukakan tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis. Dalam SK tersebut, pada awalnya Rumah Sakit dinilai dalam 5 bidang pelayanan (tingkat dasar), kemudian berkembang menjadi 12 pelayanan hingga yang terbaru terdiri atas 16 pelayanan. Lima jenis pelayanan dasar yang dinilai melalui system akreditasi tersebut adalah: 1.Administrasi dan Manajemen, 2. Pelayanan medis, 3. Pelayanan gawat darurat, 4. Pelayanan keperawatan, 5. Rekam medis. Pada tahap berikutnya menjadi 12 pelayanan dengan menambahkan 7 pelayanan yaitu: 1. Pelayanan Farmasi, 2. Keselamatan kerja, Kebakaran Kewaspadaan Bencana (K3). 3. Pelayanan Radiologi, 4.Pelayanan Laboratorium, 5. Pelayanan Kamar Operasi, 6.Pengendalian Infeksi, dan 7 Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi. Terakhir menjadi 16 Pelayanan dengan 4 tambahan pelayanan lagi yaitu 1. Pelayanan Rehabilitasi medis, 2. Pelayanan Gizi, 3. Pelayanan Intensif dan yang terakhir adalah 4. Pelayanan darah. Sebagaimana ketentuan yang berlaku, rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Dilihat dari kepemilikannya, maka rumah sakit dapat dibedakan menjadi dua macam yakni rumah sakit pemerintah dan swasta. Peran pemerintah dalam hal ini adalah merumuskan kebijakan pokok bidang kesehatan yang harus dipakai sebagai landasan dalam melaksanakan setiap upaya kesehatan terhadap masyarakat. Apabila ditinjau dari klasifikasi Rumah Sakit menurut Undang – Undang No.44 tahun 2009 ayat 2, rumah sakit di Indonesia dibedakan atas 4 (empat) macam yakni :
RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar, 2004). Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Fungsi rumah sakit mengalami beberapa perkembangan dimana pada awalnya rumah sakit hanya berfungsi untuk menyembuhkan orang sakit, maka pada saat 20
a. Rumah sakit kelas A atau rumah sakit umum adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (duabelas) spesialis lain dan 13 (tigabelas) subspesialis. b. Rumah sakit kelas B atau rumah sakit umum adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain, dan 2 (dua) subspesialis dasar. c. Rumah sakit kelas C atau rumah sakit umum adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, dan 4 (empat) spesialis penunjang medik. d. Rumah sakit kelas D atau rumah sakit umum adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum di klasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit : a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis yang luas. Pemerintah menetapkan bahwa rumah sakit kelas A sebagai tempat pelayanan rumah sakit rujukan tertinggi (Top Refferal Hospital) atau disebut sebagai rumah sakit pusat. b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit propinsi menampung rujukan dari rumah sakit kabupaten. c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis penunjang medik. d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dan spesialis dasar (Depkes RI, 2009 ; Siregar, 2004). PERILAKU PASIEN DAN PERSEPSI PELANGGAN Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Engel, Blackwell, & Miniard, 2001). Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005). Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001). Perilaku pasien (Consumer behavior) merupakan perilaku yang ditampilkan oleh pasienuntuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaulasi dan menentukan produk dan jasa yang mereka 21
harapkan dapat memenuhi kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk, 2004). Oleh karena itu marketer harus lebih focus kepada cara-cara bagaimana pasienmelakukan keputusan pembelian dengan menggunakan yang ada pada mereka (seperti waktu, uang, dan usaha) untuk mengkonsumsi produk yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Solomon (2007), menyampaikan perilaku pasien sebagai suatu pembelajaran terhadap proses seseorang atau kelompok memilih, membeli, menggunakan atau menentukan produk, jasa, ide, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keiginan. Schiffman dan Kanuk (2004), mengatakan bahwa perilaku pasien terbagi atas dua tipe konsumsi, yaitu the personal consumer dan the organizational consumer. Pasien individu membeli produk dan jasa untuk keperluan mereka sendiri (sebagai end users), baik untuk keperluan rumah tangga ataupun untuk hadiah kepada teman. Berbeda halnya dengan the organizational consumer, yaitu produk dan jasa dibeli untuk menjalankan suatu organisasi, baik itu organisasi pemerintahan, institusi, organisasi yang menghasilkan profit ataupun organisasi yang tidak menghasilkan profit (seperti lembaga sosial). Menurut Zithaml dan Bitner (2000) ada faktor utama yang mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap layanan yang diterima, yaitu : a. Service Encounters (moments of truth) Dari sudut pandang pelanggan, kesan yang paling penting dari layanan terbentuk pada saat terjadinya kontak (service encounter atau moment of truth). Dengan kata lain pada saat pelanggan berinteraksi dengan pelayanan perusahaan. Ada 3 jenis kontak pelayanan, yaitu (1) remote encounters, kontak yang terjadi tanpa adanya hubungan langsung dengan manusia, misalnya pada
saat pelanggan suatu rumah sakit tersebut melalui ATM atau automatic teller machine, (2) phone encounters, kontak yang terjadi antara pelanggan dengan perusahaan melalui telepon, dan (3) face to face encounters, kontak yang terjadi antara pelanggan dengan personil perusahaan. b. The Evidence of Service Karena layanan jasa bersifat tidak nyata, maka pelanggan bersifat tidak nyata, maka pelanggan berusaha untuk mencari kehadiran layanan dalam setiap interaksi dengan organisasi. Ada 3 variabel yang termasuk kategori ini, yaitu : (a) people, termasuk : kontak personil dari perusahaan yang bersangkutan, pelanggan itu sendiri, dan pelayanan lainnya. (b) process, termasuk : aliran operasi dari kegiatan, langkah dalam proses layanan, teknologi vs manusia, fleksibilitas vs standar dan (c) physical evidence, termasuk : komunikasi nyata, garansi, teknologi dan peralatan. c. Image Yang di maksud image dalam hal ini adalah persepsi terhadap organisasi yang direfleksikan dalam asosiasi yang ada dalam ingatan pelanggan. Citra pelanggan dapat bersifat sangat nyata, misalnya : jam kerja, berapa kali rit perjalanan bus per hari, dan lain-lain. Citra itu dapat juga kurang konkrit dan bahkan emosional, misalnya : kepercayaan terhadap perusahaan, tradisional, keramahan, keandalan, dan sebagainya. Citra dapat berhubungan dengan pengalaman seseorang pada waktu menerima layanan, image terhadap perusahaan, atau image terhadap pengguna jasa sendiri. Image di bentuk dalam benak pasienmelalui komunikasi (iklan, public relations, citra fisik, word of mouth communication) yang dikombinasikan dengan pengalaman sendiri.
22
d. Price Harga dari layanan dapat berpengaruh sangat besar terhadap persepsi pelanggan terhadap kualitas, kepuasan dan nilai. Karena jasa bersifat tidak nyata dan kadang – kadang sangat sulit untuk dinilai sebelum terjadi transaksi layanan, harga itu kadangkadang tergantung dari wakil (surrogate) indikator yang mempengaruhi persepsi dan harapan kualitas.
4. Manufacturing-based approach, atau memperlihatkan kesesuaian atau sama dengan persyaratan melalui standarstandar tertentu. 5. Value-based approach, yaitu melihat dari segi nilai dan harga. Mempertimbangkan trade off antara kinerja dan harga. Barang berkualitas belum tentu bernilai, namun definisi bernilai adalah yang paling tepat dibeli. Pelayanan menurut Kotler (2006) adalah aktifitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produknya mungkin terikat atau tidak terikat pada produk fisik. Kualitas pelayanan atau jasa menurut Gummeson (2006 dalam Ratminto, 2008) memiliki empat sumber, yaitu : 1. Design quality; atau bergantung waktu pertama jasa didesain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 2. Production quality; atau bergantung pada kerjasama antara departemen produksi dan departemen pemasaran. 3. Delivery quality; atau berkaitan dengan janji perusahaan kepada pelanggan. 4. Relationship quality; atau hubungan dengan profesional dan sosial antara perusahaan dengan stakeholder (pelanggan, pemasok, agen, pemerintah dan karyawan perusahaan. Untuk mengukur kualitas layanan seperti yang diharapkan oleh pelanggan, perlu diketahui kriteria (dimensi) yang dipakai oleh pelanggan dalam menilai pelayanan tersebut. Parasuraman et al. (1990) menyimpulkan kelima dimensi kualitas layanan tersebut adalah : Tangible, Reliable, Responsiveness, Empathy dan Assurance.
KUALITAS LAYANAN Kualitas menurut Feigenbaum (dalam Wiyono, 2004) adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari pemasaran, engineering, manufaktur, dan pemeliharaan dimana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan bertemu dengan harapan pelanggan. Parasuraman et, al. (1998) berpendapat bahwa kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai Perbedaan antara prediksi, atau suatu yang diharapkan, pelayanan (harapan pelanggan) dan yang dirasakan oleh penerima pelayanan (persepsi pelanggan). Harapan adalah keinginan dari konsumen bahwa mereka merasa penyedia layanan harus menawarkan. Persepsi mengacu pada evaluasi konsumen dari penyedia layanan (Lim dan Tang, 2000). Perspektif kualitas menurut Gavin dalam Tjiptono (2004) terbagi dalam lima pendekatan, yaitu : 1. Transcendental approach, yang berarti dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan atau dioperasionalkan. 2. Product-based approach, atau berarti karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. 3. Used based-approach, adalah bergantung pada cara orang memandang dan bernilai subyektifitas yang tinggi.
23
1. Tangibility, yaitu penampilan fisik, peralatan, personil dan materi komunikasi. 2. Reliable, yaitu kemampuan untuk memberikan layanan yang menjajikan secara akurat, tepat waktu dan dapat dipercaya. 3. Responsiveness, yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dengan memberikan layanan yang baik dan cepat. 4. Empathy, yaitu berusaha untuk mengetahui dan mengerti kebutuhan pelanggan secara invidual. 5. Assurance, yaitu pengetahuan dan keramah tamahan personil dan kemampuan personil untuk dapat di percaya dan diyakini. Dalam konteks kualitas pelayanan rumah sakit, tangibility mengacu pada lingkungan fisik rumah sakit dan kualitas diagnostik fungsional dan komunikasi yang baik. Keandalan menunjukkan kepercayaan layanan; yaitu menepati janji, simpati, kepastian dan memelihara catatan yang akurat. Tanggap rumah sakit didefinisikan sebagai pemberian layanan yang tepat, kemauan untuk membantu dan mengalokasikan waktu secara efisien. Jaminan pelayanan rumah sakit meliputi akurasi diagnostik, kesopanan staf dan pengetahuan khusus mereka Polsa, et. al. (2013). Kualitas layanan dikatakan baik apabila dapat memenuhi atau melampaui apa yang diharapakan pelanggan dari layanan tersebut. Oleh karena itu, kualitas layanan dapat didefinisikan seberapa jauh perbedaan (selisih) antara harapan dan persepsi pelanggan. Jika harapan tidak realistis, maka mungkin saja terjadi kualitas layanan yang dirasakan menjadi tidak baik. Kualitas layanan yang diharapkan pelanggan (expected service) dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal antara lain : market communications (iklan, direct mail, public relation), citra perusahaan, sedangkan kebutuhan pelanggan (customer needs) termasuk faktor internal (Zeithaml and Bitner, 2000). Kualitas pelayanan rumah sakit dan pelayanan kesehatan secara umum dibagi menjadi struktur, proses dan hasil (Bowers & Kiefe, 2002; Donabedian, 1988, 1992). Struktur mengacu pada pengaturan di mana perawatan diberikan; Proses menunjukkan pemberian dan menerima perawatan; yaitu interaksi pemberi perawatan dan pasien, dan hasil adalah efek perawatan pada kesehatan pasien '(Mainz, 2003). Hasil yaitu pasien yang sehat, adalah dimensi kualitas paling penting dan faktor-faktor lain yang mendukung (Mainz, 2003). Pengukuran pemasaran dan kualitas pelayanan kesehatan ditunjukkan oleh kepuasan pelanggan yang dirasakan yang membawanya kembali ke penyedia layanan yang sama (Bowers dan Kiefe, 2002). Namun, kepuasan yang dirasakan dan kualitas pelayanan kesehatan itu berbeda. Selain itu, kepuasan tidak tepat digunakan sebagai proxy pasien untuk menilai kualitas (Turris, 2005). Menurut Rashid & Jusoff (2009), kualitas pelayanan kesehatan dapat dibagi menjadi teknis dan fungsional. Berdasarkan Lam (1997), Rashid & Jusoff (2009) mendefinisikan kualitas kesehatan teknis merupakan kualitas teknis medis dan professional kompetensi. Mereka mendefinisikan kualitas pelayanan kesehatan fungsional sebagai aspek fungsional (fasilitas, kebersihan, kualitas rumah sakit makanan, petugas rumah sakit sikap) yaitu cara dimana layanan itu diberikan. Karena kebanyakan pasien tidak memiliki cukup pengetahuan dan keahlian untuk menilai kualitas pelayanan teknis, mereka mendasarkan 24
evaluasi mereka pada aspek fungsional. Hasil kesehatan dan kualitas pelayanan teknis tidak identik tetapi mereka menganalogikan. Kualitas pelayanan teknis mengacu pada penyembuhan (Ware dan Snyder, 1975), sedangkan hasil mengikuti proses penyembuhan. Jadi, jika pasien tidak memiliki keahlian untuk mengevaluasi kualitas pelayanan teknis maka mereka tidak boleh, namun dalam banyak kasus, mampu menilai hasil. Hal yang sama berlaku untuk kualitas pelayanan kesehatan fungsional dan kualitas proses kesehatan. Hal itu terkait erat dan keduanya merujuk pada proses perawatan. Berbeda dengan kualitas teknis dan hasil, pasien merasa lebih mudah untuk menilai kualitas fungsional dan proses kesehatan. Hasil penelitian Polsa, et.al (2013) menyatakan bahwa hasil penelitiannya tidak mempengaruhi kesehatan pasien yaitu hasil kesehatan atau kualitas layanan teknis, tetapi penelitian tersebut penting untuk memahami persepsi pelayanan kesehatan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa persepsi kesehatan individu mungkin tergantung pada kesejahteraan psikologis yang tidak berhubungan langsung dengan penyakit fisik (Duglacz, 2006). Ini juga telah menunjukkan bahwa keseluruhan evaluasi kualitas kesehatan pasien dipengaruhi oleh kualitas fungsional (Soliman, 1992). Menurut Utama (2003) prioritas indikator kualitas layanan kesehatan menurut pasien adalah suatu faktor utama yang menjadi petunjuk atau pedoman ukuran yang penting dan berkualitas, yang semestinya berhubungan dengan penyelenggaraan layanan kesehatan rumah sakit akan menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit. Dimensi layanan kesehatan yang dapat menjadi prioritas adalah : persepsi tenaga
dokter, persepsi tenaga perawat, kondisi fisik, makanan dan menu, sistem administrasi pelayanan, pembiayaan, dan rekam medis. Menurut Lovelock (1992) kualitas layanan (service quality) dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1. Kualitas layanan inti (core service quality). Kualitas layanan inti (core service quality) merupakan pelayanan utama perusahaan untuk berada di pasar dan mewakili kemampuan dasar perusahaan dalam meningkatkan nilai (Ferguson et al. 1999). 2. Kualitas layanan penunjang (peripheral service quality) adalah pelayanan yang mendukung dan memfasilitasi kualitas layanan inti (Lovelock, 1992). Pengukuran kualitas layanan inti (core service quality) menurut Hume et. al. (2008) yaitu rumah sakit, dokter, perawat, bidan, IGD, dan alat medis. Sedangkan pengukuran kualitas layanan penunjang (peripheral service quality) menurut Hume et. al. (2008) yaitu tempat parkir, ruang tunggu, antrian tiket, akses tranportasi, front office, poli, apotik, kamar pasien dan menu makanan. PERCEIVED VALUE ( Nilai yang Dirasakan) Nilai yang dirasakan (Perceived Value) merupakan akibat atau keuntungankeuntungan yang diterima pelanggan dalam kaitannya dengan total biaya (termasuk didalamnya adalah harga yang dibayarkan ditambah biaya-biaya lain terkait dengan pembelian). Dengan kata lain, McDougall dan Levesque (2000) menyatakan value adalah perbedaan antara manfaat-manfaat yang diterima dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Menurut Kotler (2006) nilai yang dirasakan (perceived value) adalah selisih nilai yang dirasakan total dan biaya pelanggan total dimana nilai yang dirasakan total 25
adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu dan biaya pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh pasien yang dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan dan membuang produk atau jasa. Nilai yang dirasakan (perceived value) yaitu persepsi pelanggan terhadap nilai dimana perusahaan harus mempertimbangkan nilai dalam mengembangkan produk dan jasanya sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Vanessa, 2005). Monroe dalam Vanessa (2007) menyatakan bahwa nilai yang dirasakan adalah rasio antara keuntungan atau manfaat yang dirasakan dengan pengorbanan yang dikeluarkan. Dimana keuntungan yang dirasakan adalah kombinasi dari atribut fisik, atribut jasa dan teknik pendukung dalam pemanfaatan produk. Pengorbanan yang dikeluarkan adalah total biaya yang dikeluarkan pasien termasuk biaya pembelian dan biaya tambahan (seperti biaya pemesanan, transportasi, instalasi, penanganan pesanan) serta biaya diluar pembelian (mengganti kerusakan, resiko kegagalan atau pelayanan yang buruk). Buchari (2007) menyatakan bahwa nilai yang dirasakan ialah selisih antara total nilai tambah yang diperoleh pasien dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan. Menurut Hanny dalam Vanessa (2007) nilai adalah harga murah, apapun yang diinginkan dari suatu produk, kualitas yang diterima pasien atas biaya yang telah dikeluarkan dan apa yang diperoleh pasien dari yang telah mereka berikan. Nilai yang dirasakan adalah preferensi yang dirasakan oleh pelanggan atas atribut produk, kinerja, dan konsekuensi yang timbul dari pemakaian fasilitas untuk memenuhi sasaran
dan maksudnya (Susanto dalam Vanessa, 2007). Untuk saat ini, meskipun banyak penelitian yang telah dilakukan pada dimensi dan pengukuran nilai yang dirasakan di bidang pariwisata dan perhotelan, struktur nilai yang dirasakan bervariasi dalam literatur yang ada. Dalam semua studi yang dilakukan di industri perhotelan dan pariwisata para peneliti telah mengadopsi pendekatan multidimensional. Dua hal yang mendasari dimensi nilai yang dirasakan, kognitif (fungsional) dan afektif (emosional), telah diidentifikasi (Eid & El-Gohary, 2014). Dimensi kognitif mengacu pada penilaian rasional dan ekonomi dari nilai yang dibuat oleh wisatawan, seperti kualitas nilai dan nilai harga (Sweeney & Soutar, 2001). Afektif atau dimensi emosional menangkap emosi atau perasaan yang dihasilkan oleh wisatawan dalam pariwisata, seperti nilai emosional atau nilai pengalaman. Nilai kualitas, fungsional dan nilai emosional telah dikelompokkan sebagai dimensi nilai yang dirasakan untuk tujuan wisata dalam beberapa penelitian (Eid & El-Gohary 2014; Lee, Bendle, Yoon, Kim, 2012; Lee, Yoon, & Lee, 2007). Penelitian membuktikan bahwa pelanggan akan puas apabila menerima “value for money” dibandingkan pelanggan yang tidak menerimanya. Nilai yang dirasakan (perceived value) juga digunakan oleh pasien untuk menimbang berbagai aspek layanan berbanding relatif dengan biaya yang ditawarkan beberapa penyedia jasa dalam persaingan mereka. Sehingga, perceived value dapat dipandang sebagai suatu ukuran relatif dari biaya-biaya dan aspek keuangan dari layanan suatu perusahaan dalam perbandingan dengan pesaing-pesaing yang ada. Dalam hal ini, 26
perceived value akan didefinisikan sebagai keseluruhan penilaian pasien mengenai apa yang diberikan. Keterkaitan antara nilai yang dirasakan dan kepuasan pelanggan atau intensi masa depan dijadikan perdebatan di dalam literatur pemasaran jasa. Ini berisi bahwa nilai memiliki pengaruh langsung pada seberapa puas pelanggan dengan supplier mereka dan bahwa kepuasan tergantung pada nilai, perhatian kecil yang diberikan pada nilai yang dirasakan dalam melakukan evaulasi jasa. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa itensitas yang akan datang ditentukan oleh nilai yang dirasakan. Dalam pembuatan keputusan pada penyedia jasa, pelanggan mempertimbangkan apa yang mereka terima sebagai “nilai untuk uang”. Akan tetapi, untuk investigasi ini, diajukan bahwa nilai yang dirasakan memberikan kontribusi secara langsung pada kepuasan pelanggan, yang kemudian mengarahkan pada intensitas masa depan. Untuk manajer jasa, adalah penting untuk membangun peran, nilai yang dirasakan perlu dalam menentukan kepuasan pelanggan. Sebagai contoh, jika nilai yang dirasakan dapat secara langsung dihubungkan dengan pelanggan, kemudian model yang mempertimbangkan hanya kualitas pelayanan inti dan kualitas relasional akan menyediakan gambaran tidak lengkap dorongan kepuasan pelanggan. Sebagai contoh, pertimbangan situasi dimana pelanggan mungkin “puas” dengan “apa” yang disampaikan (inti) dan “bagaimana” disampaikan (relasional) tetapi mungkin tidak mersa mereka mendapat “uang yang berharga”. Jika nilai yang dirasakan adalah dorongan kepuasan pelanggan dan manajer mengeluarkan pengukuran ini dari model kepuasan, mereka akan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui peningkatan di
dalam kualitas pelayanan inti dan relasional. Hasil taktik ini memiliki efek minimal dalam kepuasan. Melalui pembangunan peran nilai yang dirasakan, keputusan didesain untuk meningkatkan kepuasan pelanggan yang akan lebih efektif, karena kepuasan pelanggan merupakan suatu faktor penting, yang harus mendapat perhatian dan sekaligus sebagai faktor yang dapat menentukan loyalitas dari pelanggan. Sheth et al. (1991) berpendapat bahwa nilai yang dirasakan memiliki lima aspek yang berbeda yaitu: nilai epistemik, nilai sosial, nilai fungsional, nilai emosional, dan nilai bersyarat. Holbrook (1999) menyajikan dalam kerangka kerja yang terdiri dari delapan bagian dari nilai dirasakan berdasarkan tiga kriteria: nilai ekstrinsik versus intrinsik, orientasi internal versus eksternal, dan nilai reaktif versus pasif. Namun, konsep alternative nilai yang dirasakan ini, kerangka yang paling umum digunakan adalah Zeithaml Trade-off Model (Ruiz et al., 2008). Jika nilai yang dirasakan adalah multidimensi, penting untuk menentukan bagaimana sub-dimensi berhubungan dengan nilai yang dirasakan tingkat tinggi (Mackenzie et al., 2011). Para peneliti telah mengetahui sifat hubungan antara subdimensi dan nilai yang dirasakan menggunakan tiga pendekatan yang agak berbeda untuk dianalisis. Salah satu pendekatan yang menentukan nilai yang dirasakan sebagai tingkat tinggi yang dibangun dengan dimensi reflektif yang berpengaruh lebih rendah (misalnya Callarisa et. al., 2011; Lapierre, 2000; Petrick, 2002; Liu et al., 2005; Sánchez- Fernández dan Iniesta-Bonillo, 2009). Dalam model reflektif, arah kausalitas dari nilai yang dirasakan berpengaruh terhadap sub-dimensi, dan perubahan nilai yang dirasakan mendasari 27
perumusan hipotesis yang menyebabkan perubahan dalam indikator. Pendekatan kedua adalah bahwa dimensi dengan tingkat yang lebih rendah dianggap sebagai indikator formatif dari nilai yang dirasakan (misalnya Lin et al, 2005; Ulaga and Eggert, 2005; Ruiz et al, 2008; Gipp et al, 2009;. Blocker, 2011). Model pendekatan ketiga dari nilai yang dirasakan sebagai tingkat tinggi berkaitan dengan kedua format dan dimensi reflektif-tingkat yang lebih rendah (Wu dan Li, 2011). Jarvis et al. (2003) mengemukakan bahwa model kesalahan spesifikasi yang besar dengan estimasi parameter bias struktural dan dapat menyebabkan kesimpulan yang tidak sesuai tentang hubungan antara konstruksi. Oleh karena itu, hubungan antara sub-dimensi dan nilai yang dirasakan harus tepat dimodelkan (Diamantopoulos, 2010; Ulaga, 2011). Perceived value memiliki beberapa dimensi nilai menurut Gill et al. (2010), yaitu Emotional Value, Price Value, Social Value, Epistemic Value, Quality (kualiatas pelayanan dan kualitas produk secara umum).
disesuaikan dengan menggunakan sampel 250 responden. Hasil penelitian mengindikasikan kecenderungan adanya pembelian kembali atau loyal didasarkan pada kepuasan diperantarai oleh perceived value, kualitas layanan inti, kualitas layanan penunjang, appraisal emotion secara langsung mempengaruhi kepuasan pelanggan. Penelitian Hellier (2003) dengan penelitiannya hubungan perceived value, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan untuk melakukan pembelian kembali. Penelitian ini mengembangkan suatu model sektor layanan umum mengenai niat pembelian kembali dari literatur teori konsumen. Tujuan penelitiannya adalah untuk menguji suatu model umum yang bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana niat pelanggan untuk membeli kembali suatu layanan yang dipengaruhi oleh persepsi pelanggan mengenai kualitas, ekuitas dan nilai, kepuasan pelanggan, loyalitas, perkiraan biaya peralihan dan preferensi merek. Hasil penelitian ini menemukan bahwa nilai yang dirasakan memiliki pengaruh signifikan pada kepuasan pelanggan, hal tersebut berpengaruh secara tidak langsung melalui ekuitas pelanggan dan persepsi nilai. Penelitian Chen (2008), Investigating Structural Relationship Between Service Quality, Perceived Value, Satisfaction, and Behavioral Intention for Air Passenger : Evidence from Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel expectation berpengaruh terhadap perceived value tetapi tidak berpengaruh terhadap perceived performance dan overall satisfaction, sedangkan perceived performance berpengaruh terhadap perceived value dan overall satisfaction. Dan variabel perceived performance berpengaruh terhadap overall satisfaction dan behavioral intentions.
PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini yaitu penelitian Skogland dan Siguaw (2004) yang menemukan kualitas layanan sebuah prediktor dari keinginan membeli kembali. Memiliki peranan pada kualitas layanan inti dimana layanan dalam kontek penelitian ini, telah diklarifikasi dan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap keinginan membeli kembali, hanya sebuah pengaruh tidak langsung melalui penilaian emosi, nilai yang dirasakan dan kepuasan. Penelitian Hume and Mort (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Konsekuensi kualitas layanan, appraisal emotion, perceived value, dan Kepuasan Pelanggan dalam Pembelian”. Penelitian ini menggunakan Instrumen survey yang 28
Penelitian Susetiyana (2009) dengan judul “Analisis Loyalitas Pelanggan Pada Industri Airfreight Forwarder Dengan Menggunakan Structural Equation Modeling (SEM)”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), dimana diajukan enam konstruk yang dihipotesiskan memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Konstruk-konstruk tersebut adalah perceived value, perceived quality, customer satisfaction, trust, customer complaint, dan image. Setelah diuji didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kontruks-konstruk tersebut dengan loyalitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ternyata loyalitas pelanggan dalam industri airfreight forwarder dipengaruhi oleh perceived value, perceived quality, customer satisfaction, trust, customer complaint, dan image baik secara langsung maupun tidak langsung.
berdasarkan jumlah pasien rawat inap Rumah Sakit swasta tipe B di Surabaya. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan regression weight, standardized regression weight, dan Confirmatory Factor Analisis (CFA) melalui pendekatan multigroup atau multisample analysis untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel eksogen dan endogen.
DEFINISI OPERASIONAL 1. Kualitas Layanan (Service Quality) Kualitas layanan (Service Quality) merupakan penilaian konsumen terhadap kualitas layanan yang telah diberikan oleh rumah sakit yang merupakan kemampuan dasar Rumah Sakit. Ferguson et. al. (1999). Instrumen yang digunakan untuk mengukur dimensi inti dikembangkan berdasar pengukuran Hume et. al. (2008). Yang disesuaikan dengan studi variabel ini diukur dengan 3 indikator yakni, dokter, perawat, dan peralatan medis. Dengan 12 pernyataan yang diukur dengan menggunakan skala Likert dengan skor 1 – 5 (1 = sangat tidak setuju sampai dengan 5 = sangat setuju).
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian explanatory, yang bermaksud untuk menjelaskan hubungan antar variabel yakni variabel kualitas layanan dan perceived value pasien di Rumah Sakit Swasta tipe B di Surabaya. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap sebagai pengguna jasa Rumah Sakit minimal tiga hari di Rumah Sakit Swasta tipe B di Surabaya yaitu sejumlah 162 Pasien. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 140 responden atau pasien Rumah Sakit swasta tipe B di Surabaya yang berjumlah 4 Rumah Sakit. Teknik pengambilan sampel dengan cara proposional random sampling setiap rumah sakit. Pengambilan sampel di tiap Rumah Sakit presentasinya sama besar dengan presentasi anggota populasi pada setiap rumah sakit untuk seluruh populasi
2. Nilai yang Value)
Dirasakan
(Perceived
Nilai yang dirasakan pelanggan adalah penilaian keseluruhan dari kegunaan (utility) dari layanan yang didasarkan atas persepsi apa yang telah diberikan dari rumah sakit dan atas apa yang telah diterima oleh pasien tersebut (Sawyer and Dickson`s (1984) Instrumen yang di gunakandi adopsi pendapat Gill, et al. (2010) 3 indikator yakni: nilai emosional, nilai harga, nilai sosial. Dengan 6 item pernyataan. Nilai yang dirasakan (perceived value) diukur menggunakan skala likert dengan skor 1 – 5 (1 = sangat tidak setuju sampai dengan 5 = sangat setuju). 29
HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Variabel Service Quality (X1)
6
Penilaian responden atas variabel service quality dijelaskan sebagai berikut: Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Service Quality No
Aitem Pernyataan
Mean
SD
1
Dokter di rumah sakit ini ramah
4,510
0,543
2
4,610
0,519
3
Dokter di rumah sakit ini perhatian Dokter di rumah sakit ini trampil
4,540
0,555
4
Dokter di rumah sakit ini sopan
4,560
0,552
5
Perawat di rumah sakit ini ramah Perawat di rumah sakit ini perhatian Perawat di rumah sakit ini trampil Perawat di rumah sakit ini sopan
4,590
0,548
4,460
0,605
4,530
0,593
4,550
0,592
Alat medis yang digunakan bersih Alat medis yang digunakan baru
4,510
0,543
4,290
0,651
Alat medis yang digunakan berfungsi dengan baik Alat medis di rumah sakit lengkap Mean Total
4,440
0,626
4,340
0,774
4,494
0,592
6 7 8 9 10 11 12
2. Deskripsi Variabel Perceived Value (Y2) Penilaian responden atas variabel perceived value dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Perceived Value (Y2) No
Aitem Pernyataan
Mean
SD
1
Kenyamanan yang diberikan dari layanan rumah sakit sesuai dengan biaya yang dikeluarkan Kecepatan layanan yang diberikan dari rumah sakit sesuai dengan biaya yang dikeluarkan Layanan yang diberikan dokter sesuai dengan biaya yang dikeluarkan Manfaat obat yang diberikan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan Fasilitas kamar pasien rawat
4,34
0,621
4,21
0,632
4,30
0,596
4,37
0,580
4,26
0,604
2
3
4
5
30
inap sesuai dengan biaya yang dikeluarkan Image saya meningkat dengan di rawat di rumah sakit ini sesuai dengan biaya yang saya keluarkan Mean Total
4,28
0,690
4,293
0,621
3. Hasil CFA Pada Variabel Service Quality Hasil uji CFA pada variabel Service Quality dengan menggunakan software AMOS 19 adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Hasil CFA Pada Variabel Service Quality
Gambar di atas yang menampilkan output CFA terhadap variabel Service Quality. Nilai factor loading setiap indikator yang disyaratkan adalah harus mencapai ≥ 0,5, jika factor loading lebih rendah dari 0,5 maka indikator tersebut dianggap tidak berdimensi sama dengan indikator lainnya dalam menjelaskan sebuah variabel laten. Dari gambar di atas terlihat semua indikator memiliki nilai factor loading lebih besar dari 0,50, sehingga semua indikator pada variabel Service Quality valid dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
4. Hasil CFA Pada Variabel Perceived Value
Gambar di atas yang menampilkan output CFA terhadap variabel Perceived Value. Nilai factor loading setiap indikator yang disyaratkan adalah harus mencapai ≥ 0,5, jika factor loading lebih rendah dari 0,5 maka indikator tersebut dianggap tidak berdimensi sama dengan indikator lainnya dalam menjelaskan sebuah variabel laten. Dari gambar di atas terlihat semua indikator memiliki nilai factor loading lebih besar dari 0,50, sehingga semua indikator pada variabel Perceived Value valid dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
Hasil uji CFA pada variabel Perceived Value dengan menggunakan software AMOS 19 adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Hasil CFA Pada Variabel Perceived Value
5. Regression Weight dan Standardized Regression Weight Model Persamaan Struktural yang Telah Dimodifikasi Tabel 3. Uji Kausalitas Regression Weight Path
Service Quality (X1)
Perceived Value (Y2)
Standardiz ed Estimate
Unstandardize d Estimate
Standart Error (S.E.)
0,214
0,213
0,094
Hasil estimasi parameter variabel Service Quality terhadap Perceived Value berdasarkan indikator – indikatornya menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai CR 2,264. Nilai ini lebih besar dari 1,96. Disamping itu diperoleh taraf signifikansi 0,024 (P < 0,05). Sehingga hipotesis Service Quality berpengaruh signfikan terhadap Perceived Value terbukti kebenarannya.
Critical Ratio (C.R.) 2,264
P-value (P) 0,024
penelitian ini menilai bahwa perhatian perawat kepada pasien, serta peralatan rumah sakit masih perlu ditingkatkan, baik peremajaan peralatan, keandalan fungsional serta kelengkapannya. Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan terkait aitem service quality yang memiliki penilaian di bawah rata-rata, nilai service quality berdasarkan hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) pada konstrak service quality, diketahui indikator yang memiliki factor loading paling besar adalah perawat (X1.2), artinya keramahan perawat, perhatian perawat, keterampilan perawat, dan sopan santun perawat terhadap pasien merupakan indikator yang paling besar dalam membentuk kualitas layanan inti dari suatu rumah sakit swasta, dibandingkan dokter dan peralatan medis.
PEMBAHASAN 1. Deskripsi Service Quality Berdasarkan statistik deskriptif variabel service quality, item yang memiliki skor di bawah mean total adalah perhatian perawat, alat medis baru, fungsi alat medis, dan kelengkapan alat medis, artinya sebagian besar pasien rawat inap rumah sakit swasta di Surabaya yang menjadi responden dalam 31
2. Deskripsi Perceived Value Berdasarkan statistik deskriptif variabel perceived value, aitem yang memiliki skor di bawah mean total adalah kesesuaian biaya dengan kecepatan layanan, kesesuaian biaya dengan fasilitas kamar, dan kesesuaian biaya dengan image. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar pasien rawat inap rumah sakit swasta tipe B di Surabaya yang menjadi responden dalam penelitian ini menilai bahwa kecepatan layanan, fasilitas kamar, dan image pasien masih perlu disesuaikan lagi dengan biaya yang dikeluarkan pasien. Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan terkait aitem perceived value yang memiliki penilaian di bawah rata-rata, nilai perceived value berdasarkan hasil Confirmatory Factor Analysis (CFA) pada konstrak perceived value, diketahui indikator yang memiliki factor loading paling besar adalah nilai harga (Y2.2), artinya nilai harga merupakan indikator yang paling besar dalam membentuk perceived value dari suatu rumah sakit swasta, dibandingkan nilai emosional dan nilai sosial.
semakin baik (positif), maka perceived value pasien rumah sakit swasta tipe B di Surabaya akan semakin meningkat. Sebaliknya, bila persepsi pasien terhadap service quality yang diterapkan oleh rumah sakit swasta tipe B di Surabaya semakin menurun (negatif), maka perceived value pasien rumah sakit swasta tipe B di Surabaya akan semakin rendah. Sebagai temuan dari hasil studi ini adalah mendukung penelitian-penelitian yang dikemukakan Davies G, et. al. (2003) meneliti pentingnya service quality terhadap perceived value dalam studinya di katakan, bahwa meneliti peranan pelayanan inti dan nilai yang dirasakan pasien sangat penting karena sebagai dasar untuk memuaskan konsumen. Artinya terdapat hubungan antara service quality terhadap perceived value dengan menggunakan pengukuran dokter, perawat, alat medis, semakin tinggi service quality, semakin baik perceived value pasien atas dasar pelayanan dari rumah sakit. Nilai yang dirasakan adalah persepsi pasien terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari pesaing akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh konsumen, maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi). Hubungan yang diinginkan adalah hubungan yang bersifat jangka panjang, sebab usaha dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan diyakini akan jauh lebih besar apabila harus menarik pelanggan baru atau pelanggan yang sudah meninggalkan perusahaan dar ipada mempertahankannya. Hume (2008), hasil penelitiannya tersebut menunjukkan adanya keinginan membeli kembali berdasarkan layanan inti maupun layanan penunjang yang dimediasi oleh nilai yang dirasakan dan kepuasan pelanggan. Sedangkan variabel yang
3. Pengaruh Service Quality Terhadap Perceived Value. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas (tabel 3.), besarnya koefisien variabel service quality (X1) yang diterapkan oleh rumah sakit swasta tipe B di Surabaya terhadap variabel perceived value (Y2) = 0,214 dengan P < 0,05. Hipotesis yang menyatakan service quality berpengaruh signifikan terhadap perceived value pasien rumah sakit swasta tipe B di Surabaya, terbukti benar atau diterima. Koefesien jalur yang bertanda positif, berarti secara teoritis hubungan pengaruh dari service quality terhadap perceived value adalah searah. Hal ini memberi makna, bila persepsi pasien terhadap service quality yang diterapkan oleh rumah sakit swasta tipe B di Surabaya 32
digunakan, perilaku konsumen, kepuasan konsumen, kualitas layanan, dan seni pertunjukkan. Hasil penelitian yang menjelaskan bahwa service quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap perceived value, konsisten dengan Skogland dan Siguaw (2004) dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa kualitas layanan sebuah prediktor dari keinginan membeli kembali, memiliki peranan pada kualitas layanan inti, dimana layanan dalam kontek penelitian ini telah diklarifikasi dan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap keinginan membeli kembali, hanya sebuah pengaruh tidak langsung melalui penilaian emosi, nilai yang dirasakan dan kepuasan. Caruana et al. (2000) dalam penelitiannya juga menyatakan sebuah hubungan langsung dari nilai yang dirasakan dengan kepuasan pelanggan, Dengan nilai yang dirasakan sebagai perantara dari kualitas layanan inti dan kualitas layanan penunjang dan kepuasan pelanggan. Sama halnya dengan Pattersson et al. (1997), penelitian ini mendukung nilai yang dirasakan sebagai diperantarai keseluruhan melalui kepuasan pelanggan terhadap keinginan membeli kembali. Hubungan langsung dari kualitas layanan inti, kualitas layanan penunjang, dan untuk nilai yang dirasakan. Semakin baik kualitas inti pelayanan yang berupa dokter, perawat dan di tunjang peralatan yang memadai, pasien akan nyaman karena kebutuhan pasien terpenuhi dan menjadikan nilai yang dirasakan pasien menjadi positif dan terpuaskan. Maka ada hubungan service quality terhadap perceived value positif. Penelitian tersebut mengandung makna bahwa service quality yang diukur dengan menggunakan pelayanan dokter, perawat, peralatan medis yang memadai
adalah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perceived value. Pelayanan dokter, perawat, dan peralatan medis yang memadai merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas inti layanan di rumah sakit. Hal ini akan menjadikan nilai yang dirasakan pasien menjadi positif, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara ke dua variabel tersebut. Pelayanan dokter, perawat yang ramah, perhatian, trampil, sopan mendorong terwujudnya nilai yang dirasakan pasien positif, sehingga sesuai dengan harapan pasien rumah sakit swasta di surabaya. Alat medis yang dimiliki lengkap, berfungsi dengan baik, moderen merupakan penunjang dari pada kualitas inti layanan, sehingga terjadi nilai yang dirasakan pasien positif pada layanan rumah sakit swasta di Surabaya semakin meningkat. Semakin tinggi service quality semakin tinggi perceived value positif pasien rumah sakit swasta di Surabaya. Hasil studi ini mendukung hasil studi yang telah dilakukan dari penelitianpenelitian sebelumnya, yaitu: Mort (2003), Hume (2008), Skogland dan Siguaw (2004), dan Pattersson et al. (1997). Hipotesisnya menyatakan bahwa service quality berpengaruh signifikan terhadap perceived value.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Service quality (X1), berpengaruh dengan arah positif terhadap perceived value (Y2) pada rumah sakit tipe B di Surabaya. Hal ini memberi makna, bila persepsi pasien terhadap service quality yang diterapkan oleh rumah sakit swasta tipe B di Surabaya semakin baik (positif), maka Perceived value 33
pasien rumah sakit swasta tipe B di Surabaya akan semakin meningkat. Dengan demikian, alat medis harus dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan tambahan alat medis yang baru dan modern. Dengan adanya penambahan alat medis yang baru dan modern, sehingga memberikan pelayanan pasien dengan baik.
Caruana, A., Arthur H.M., & Pierre, R.B. 2000. Service quality and satisfactionthe moderating role of value. European Journal of Marketing 34 (11/12) : 13381352. Callarisa, L. J. F., Moliner, A., & Garcia, S. (2011). Multidimensional perspective of perceived value in industrial clusters. Journal of Business and Industrial Marketing, 26(2), 132-145.
SARAN Penelitian ini tidak mengelompokkan sampel penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin, sehingga pengaruh usia dan jenis kelamin boleh jadi dapat menimbulkan keanekaragaman pendapat yang dipengaruhi oleh perbedaan pandangan dan psikologis laki-laki dan perempuan. Sehingga penelitian berikutnya hal itu perlu diperhatikan. Variabel yang ada pada penelitian juga hanya meliputi service quality dan perceived value. Hal ini mengingat variabel yang sesuai dengan karakteristik Surabaya. Dalam penelitian berikutnya diharapkan adanya perluasan variabel, sehingga lebih bisa mencerminkan kondisi penelitian yang lebih detail.
Chen, C.F. 2008. Investigating structural relationships between service quality, perceived value, satisfaction, and behavioral intentions for air passengers: evidence from Taiwan. Transport Research Part A 42 (4): 709-717. Davies G, Chun R, da Silva R. V. And Roper S. 2003. A Corporate Character Scale to Asses Employee and Customer Views of Organization Reputation. Corporate Reputation Review 7 (2) : 125 – 146. Departeman Kesehatan RI .2009. Buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta. Depkes RI.
DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. 2003. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Volume 50. USA. Michigan University.
Diamantopoulos, A. (2010). Reflective and formative metric of relationship value: response to Baxter's commentary essay. Journal of Business Research, 63(1), 91-93.
Blocker, C. P. (2011). Modeling customer value perceptions in cross-cultural business markets. Journal of Business Research, 64(5), 533-540.
Donabedian, A. 1988. The quality of care: how can it be assessed? Journal of American Medical Association, 260, 174183.
Bowers, M. R., & Kiefe, C. I. 2002. Measuring healthcare quality: comparing and contrasting the medical and the marketing approaches. American Journal of Medical Quality, 17(04), 36-44.
Donabedian, A. 1992. Quality assurance in healthcare: consumers role. Quality in Healthcare, 1(04), 247-251. Eid, R., & El-Gohary, H. 2014. Muslim tourist perceived value in the hospitality and
Buchari, A. 2007. Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung. CV. Alfabeta. 34
tourism industry. Journal of Travel Research, 21(03), 1-14.
Kotler and Keller .2006. Marketing th Management. 12 edition. New Jersey. Pearson Prentice Hall.
Engel, Blackwell, & Miniard. 2001. Consumer behavior (9th ed.). Ohio: South Western.
Lam, S. S. K. 1997. SERVQUAL: a tool for measuring patient's opinions of hospital service quality in Hong Kong. Total Quality Management, 8(04), 145152.
Ferguson, Ronald, J., Paulin, Michele, Pigeassou, Charles, and Gauduchon, R. 1999. Assessing service management effectiveness in a health resort: implication of technical and fuctional quality. Managing Service Quality. 9(1). 58.
Lapierre, J. (2000). Customer-perceived value in industrial contexts. Journal of Business and Industrial Marketing, 15(2), 122-140.
Gill, A. et. al. 2010. The relationship between transformational leadership and employed desaire for empowerment. International Journal of Contemporary Hospitality Management. 22 (2). 263-273.
Lee, C.-K., Bendle, L. J., Yoon, Y.-S., & Kim, M.-J. 2012. Thanatourism or peace tourism: Perceived value at a North Korean resort from indigenous perspective. International Journal of Tourism Research, 14, 71-90.
Gipp, N., Kalafatis, S. P., & Ledden, L. (2008). Perceived value of corporate donations: an empirical investigation. International Journal of Nonprofit and Voluntary Sector Marketing, 13(4), 327-346.
Lee, C.-K., Yoon, Y.-S., & Lee, S.-K. 2007. Investigating the relationship among perceived value, satisfaction, and recommendations: The case of the Korean DMZ Tourism Management, 28, 204-214.
Hanna, N., & Wozniak, R. 2001. Consumer behavior: An applied approach (2nd ed.). New Jersey: Prentice Hall.
Lim, P. C., & Tang, N. K. H. 2000. A study of patient's expectations and satisfaction in Singapore hospitals. International Journal of Health Care Quality Assurance, 13(07), 9-20.
Hellier, P.K. 2003. Customer Repurchase Intention A general Structural Equation Model. Europen Journal of Marketing 37 (11). Holbrook, M. B. 1999. Introduction to consumer value (1st ed.). London: Routledge.
Lin, C.H., Sher, P.J. and Shih, H.Y. (2005), Past progress and future directions in conceptualizing customer perceived value. International Journal of Service Industry Management, 16(4), 132-139.
Hume, M. 2008. Understanding Core and Peripheral Service Quality in Customer Repurchase of the Performing Arts. Managing Service Quality 18 (4).
Liu, A. H., Leach, M. P., & Bernhardt, K. L. (2005). Examining customer value perceptions of organizational buyers when sourcing from multiple vendors. Journal of Business Research, 58(5), 559568.
Hume, M. and Mort, G. S. 2010. The consequence of appraisal emotion, service quality, perceived volue and customer satisfaction on repurchase intent in the performing arts. Journal of Services Marketing, 24(2). 123-145. 35
Lovelock, C.H. 1992. Seeking synergy in service operations: seven things marketers need to know about service operation. European Management Journal. 10(1). 22.
Petrick, J. F. (2002). Development of a multidimensional scale for measuring the perceived value of a service. Journal of Leisure Research, 34(2), 119-134. Rashid, W. E. W., & Jusoff, K. 2009. Service quality in health care setting. International Journal of Health Care Quality Assurance, 22(05), 471-482.
Mainz, J. 2003. Defining and classifying clinical indicators for quality improvement. International Journal for Quality in Healthcare, 15(06), 523-530.
Ratminto .2008. Manajemen Pelayanan Pengembangan Model Konseptual. Jakarta. PT Rineka Cipta.
McDougall, G.H. and Levesque, T. 2000. Customer satisfaction with services: putting perceived value into the equation. Journal of Services Marketing. 14(5). 392 – 410.
Ruiz, D. M., Gremler, D. D., Washburn, J. H., & Carrion, G. C. 2008. Service value revisited: specifying a higher-order, formative measure Journal of Business Research, 61(12), 1278-1291.
Mort, G.S., and Duncan, M. 2003. The country of origin effect : A study of the ‘owned by...’ cue. Journal of Visionary Marketing for The 21th Century 8 (3): 841-845.
Sanchez-Fernandez, R., & Iniesta-Bonillo, M. A. 2009. Efficiency and quality as economic dimensions of perceived value: conceptualitation, measurement, and effect on satisfaction Journal of Retailing and Consumer Services, 16(6), 425-433.
Parasuraman, A, Valerie A. Zeithaml dan Leonardo L. Berry. 1998. Conceptual Model Of Service Quality and its Implications for Future Research. Journal of Marketing 34 (2): 1332-1345.
Sawyer and Dickson`s. 1984. Effects of Price Uncertainty on Consumer Purchase Budget and Price Thresholds. Marketing Letters 3 (4) : 323 – 329.
Patterson, Paul G., Spreng, and Richard, A. 1997. Modelling the Relationship Beetwen Perceived Value, Satisfaction and Repurchase Intentions in Bussines to Bussines, Service Context: an Empirical Examination. International Journal of Service Industry Management 8 (5): 414.
Scifmann, L.G. dan Kanuk, L. L .2004. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Jakarta. PT. Indeks Group Gramedia. Sheth, J. N., Newman, B. I., & Gross, B. I. 1991. Why we buy what we buy: a theory of consumption values. Journal of Business Research, 22(2), 159-170.
Polsa, P., Fuxiang, W., Saaksjarvi, M., & Shuyuan, P. 2013. Cultural values and health service quality in China. International Journal of Health Care Quality Assurance, 25(01), 55-73.
Siregar, Charles. JP. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I. Jakarta. EGC.
Peter, J. P., & Olson, J. C. 2005. Perilaku konsumen dan strategi pemasaran Jakarta: Erlangga.
Solomon, M. R. 2007. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. New Jersey, 36
Upper Saddle Education, Inc.
River:
Pearson
commentary essay. Journal of Business Research, 64(8), 928-930.
Skogland, I. and Siguaw, J.A. 2004. Are you satisfied customer loyal?. Cornell University 45(3): 221-234.
Utama, A. 2003. Analisis pengaruh persepsi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan Rumah Sakit Umum Cakra Husada Klaten. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. 1(2).
Susetiyana, H. (2009). Analisis loyalitas pelanggan pada industri airfreight forwarder dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). UI, Jakarta.
Vanessa, G. 2005. Pengaruh manajemen hubungan pelanggan dan hubungan masyarakat dalam pemasaran terhadap nilai dan loyalitas pelanggan hotel. Disertasi. Bandung, UNPAD.
Sweeney, J. C., & Soutar, G. N. 2001. Consumer perceived value: the development of a multiple item scale. Journal of Retailing, 77, 203-220.
Ware, J. E., & Snyder, M. K. 1975. Dimensions of patient's attitudes regarding doctors and medical services. Medical Care, 26(02), 669-673.
Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi ke 2. Yogyakarta. Andi Offset. Tjiptono, F. 2004. Marketing Yogyakarta. Andi Offset.
scales.
Wiyono, D. 2004. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit”. Airlangga University Press. Surabaya.
Turris, S. A. (2005). Unpacking the concept of patient satisfaction: a feminist analysis. Journal of Advanced Nursing, 50(03), 293298.
Zeithaml and Bitner .2000. Service Marketing Integrating Customer Across The Firm. 2nd ed. Baston. Mc Graw Hill.
Ulaga, W., & Eggert, A. 2005. Relationship value in business markets: the construct and its dimensions. Journal of Businessto-Business Marketing, 12(1), 73-99. Ulaga, W. (2011). Investigating customer value in global business markets:
37
PENGARUH PENJUALAN KREDIT DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP LABA PADA PT. CONTINENTAL CARGO CARRIER INDOTRANS NINIK MASADAH ABSTRAK Di dalam persaingan yang cukup ketat antar perusahaan jasa yang sedang berkembang di Indonesia mengakibatkan banyaknya beberapa perusahaan jasa yang kalah bersaing akan mengalami kebangkrutan. Akan tetapi pada PT Continental Cargo Carrier Indotrans yang merupakan salah satu perusahaan jasa yang ada di Gresik dapat bertahan sampai sekarang.Walaupun terdapa tbeberapa masalah dalam perusahaan tersebut. Seperti Laba perusahaan yang naik turun dari tahun ketahun dan juga perputaran piutang yang tidak sehat bagi perusahaan dikarenakan pembayaran dari Costumer yang cukup lama. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membantu pihak manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakannya dengan cara mengetahui pengaruh penjualan kredit dan perputaran piutang perusahaan terhadap laba perusahaan. Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan metode kuantitatif yaitu regresi linear berganda yang diolah menggunakan program SPSS for Windows 18.0 dimana untuk menguji seberapa kuat pengaruh variable independen terhadap variable dependen. Berdasarkan hasil penelitian secara statistic variable bahwa penjualan kredit mempunyai pengaruh signifikan terhadap laba perusahaan, sedangkan perputaran piutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba perusahaan. Dimana pengukura hipotesis berdasarkan daerah penolakan yang dilakukan menggunakan uji f penjualan kredit dan perputaran piutang berpengaruh terhadap laba perusahaan. Kata kunci : Penjualan Kredit , Perputaran Piutang, Laba ditawarkan, terutama disaat kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih PENDAHULUAN Di bidang perdagangan barang dan seperti sekarang ini, ditambah lagi persaingan jasa, untuk mencapai pertumbuhan dunia yang semakin ketat. Saat ini pembeli lebih usaha salah satunya menentukan kebijakan memilih untuk membeli produk secara kredit, penjualan yang menguntungkan bagi karena sebagian besar dari mereka tidak perusahaan. Melihat fakta yang terjadi di mempunyai kondisi keuangan yang kuat. pasar bahwa di tengah kondisi ekonomi yang Pada dasarnya, setiap perusahaan masih dalam tahap recovery, sebagian besar dalam menjalankan usahanya bertujuan perusahaan memiliki tren untuk memberikan memperoleh laba, dan juga perusahaan akan fasilitas kredit bagi pelanggannya. Piutang selalu berusaha agar laba selalu meningkat. adalah asset yang materiil bagi perusahaan, Laporan keuangan dapat menjadi salah satu karena sebagian besar penjualan umumnya alat yang tepat bagi perusahaan untuk menilai dilakukan secara kredit. kinerja perusahaan terutama laporan rugi-laba Dengan diterapkannya kebijakan yang merupakan salah satu satu informasi penjualan secara kredit akan mempermudah yang sangat penting. perusahaan dalam menjual produknya dan Salah satu permasalahan yang perlu juga mempermudah perusahaan untuk diperhatikan guna menunjang kelancaran dan mendapatkan pelanggan yang lebih banyak aktivitas perusahaan adalah perputaran serta dapat memperluas pangsa pasarnya piutang, karena hal ini sangat krusial dalam dalam melakukan ekspansi. mempengaruhi laba perusahaan. Dengan Penjualan kredit akan mempengaruhi adanya siklus piutang yang baik dan permintaan terhadap suatu produk yang memenuhi standar, maka hal-hal yang tidak 38
diinginkan perusahaan seperti adanya bad debt ataupun piutang tak tertagih dapat dihindari, karena dengan adanya standar yang ditetapkan, manajemen perusahaan akan lebih terarah dalam menjalankan kebijakan perusahaan, terutama hal yang mengenai penjualan kredit. Karena jika tidak demikian, hal ini akan mengganggu perputaran piutang yang dampaknya akan berimbas pada penurunan laba perusahaan. Perputaran piutang yang tidak stabil akan berdampak pada proses cepat atau lambatnya piutang menjadi kas.
jumlah penjualan kredit dengan jumlah ratarata piutang. Manajemen piutang sangat penting bagi perusahaan yang melakukan penjualan produknya secara kredit terutama bidang jasa, hal ini menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian dan pengumpulan piutang, serta evaluasi kebijakan kredit yang diterapkan perusahaan, sehingga terhindar dari risiko terjadinya piutang tak tertagih. Pada kondisi normal, perputaran piutang biasanya lebih cepat perputarannya daripada persediaan, sehingga tingkat likuiditasnya lebih tinggi. Piutang dapat diukur likuiditasnya melalui perhitungan perputaran piutang. Hal ini akan menunjukkan jangka waktu antara penjualan kredit dan penarikan kas.
Menurut La Midjan (2001:170) Penjualan Kredit adalah penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan. Dengan diterapkannya kebijakan kredit, maka akan timbul piutang, sehingga perusahaan harus menunggu saatnya piutang dilunasi, karena ada tenggang waktu antara saat penyerahan barang sampai dengan diterimanya uang. Apabila pelunasan piutang tidak lancar, maka akan menggangu posisi keuangan, (terutama perusahaan yang arus kasnya kurang baik) karena modal kerja banyak tertahan dalam bentuk piutang tersebut. Pengelolaan piutang adalah unsur penting dalam kelangsungan hidup suatu usaha, karena piutang adalah sumber keuangan atau kas perusahaan salah satu manfaatnya adalah untuk pembiayaan operasional perusahaan
Lalu, laba pun dapat dijelaskan sebagai laba yang didapat oleh perusahaan setelah dikurangi oleh biaya-biaya. Laba adalah peningkatan manfaat ekonomis bagi perusahaan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan itu sendiri, laba dibagikan kepada pemilik modal sebagai balas jasa atas investasi yang ditanamkan pada perusahaan. Menurut penelitian yang sebelumnya dilakukan Arwan Nugroho pada tahun 2004. Mengenai Analisa pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas (studi kasus pada PT. Ultra Jaya), memberikan kesimpulan, bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan pada PT Ultra Jaya, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012) menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Julkarnain (2012) memperoleh hasil di mana Modal Kerja berpengaruh secara parsial terhadap Profirablititas perusahaan sedangkan Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas dan Perputaran Piutang
Menurut Warren Reeve (2005) perputaran piutang adalah usaha (account receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Secara garis besar, penjualan kredit adalah transaksi penjualan barang atau jasa yang dilakukan secana non-tunai. Siklus operasi normal dalam sebuah perusahaan biasanya melibatkan : pembelian, persediaan (secara kas maupun kredit) yang kemudian dijual secara kredit. Sedangkan perputaran piutang dapat dijelaskan sebagai perbandingan antara 39
tidak berpengaruh signifikan profitabilitas perusahaan.
terhadap
Keuangan PT.Continental Indotrans Tahun 2012-2014
Cargo
Carrier
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa “Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian merupakan sekumpulan peraturan kegiatan dan prosedur yang digambarkan oleh pelaku disiplin ilmu, metode merupakan suatu cara pemecahan masalah yang sistematis.
DISKRIPSI VARIABEL PENELITIAN
No
Tahun
Bulan
1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei
6
2012
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
Nopember
12
Desember
13
2013
Januari
14
Februari
15
Maret
16
April
1. Penjualan Kredit (X1) Untuk mempermudah dalam proses analisis data, maka peneliti akan menyajikan tentang penjualan kredit yang terjadi pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans pada periode penelitian adalah sebagai berikut :
Kegiatan Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport 40
Penjualan Kredit Rp 1.950.320.320 Rp 5.117.212.393 Rp 9.386.194.088 Rp 7.987.426.649 Rp 5.779.767.300 Rp 8.436.821.260 Rp 9.615.274.597 Rp 6.058.387.268 Rp 10.983.277.184 Rp 9.287.347.427 Rp 10.939.572.601 Rp 3.718.527.716 Rp 9.216.386.366 Rp 4.905.523.922 Rp 6.776.306.791 Rp 6.875.612.301
17
Mei
18
Juni
19
Juli
20
Agustus
21
September
22
Oktober
23
Nopember
24
Desember
25
Januari
26
Februari
27
Maret
28
April
29
Mei
30
2014
Juni
31
Juli
32
Agustus
33
September
34
Oktober
35
Nopember
Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport
Rp 9.888.495.774 Rp 9.204.907.937 Rp 7.530.870.154 Rp 6.023.073.576 Rp 7.721.387.595 Rp 6.708.237.444 Rp 5.877.228.317 Rp 6.000.220.605 Rp 3.889.813.972 Rp 8.747.150.952 Rp 4.097.744.050 Rp 8.990.351.214 Rp 4.656.086.156 Rp 7.952.112.591 Rp 8.432.785.891 Rp 3.135.463.569 Rp 4.989.378.846 Rp 5.681.414.412 Rp 3.270.972.267 Rp 3.271.507.569
36 Desember 2. Perputaran Piutang (X2) Adapun perputaran piutang yang diperoleh pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans pada periode penelitian adalah sebagai berikut : No Tahun Bulan Kegiatan Piutang Pengepakan, Cleanning, Rp 1 Januari Inklaring, Eksport 6.123.978.561 Pengepakan, Cleanning, Rp 2012 2 Februari Inklaring, Eksport 6.432.911.786 3 Maret Pengepakan, Cleanning, Rp 41
4
April
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
Nopember
12
Desember
13
Januari 2013
14
Februari
15
Maret
16
April
17
Mei
18
Juni
19
Juli
20
Agustus
21
September
22
Oktober
23
Nopember
24
Desember
25
Januari
26 27
2014
Februari Maret
Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport 42
10.576.455.300 Rp 12.376.550.233 Rp 14.300.789.564 Rp 17.656.890.655 Rp 14.098.790.070 Rp 15.489.076.500 Rp 15.890.908.765 Rp 16.800.302.111 Rp 23.980.768.564 Rp 15.330.981.597 Rp 11.971.206.155 Rp 8.884.878.432 Rp 9.877.890.768 Rp 11.908.767.550 Rp 13.980.665.463 Rp 8.078.656.456 Rp 6.564.589.872 Rp 4.567.894.530 Rp 8.907.678.908 Rp 10.987.675.456 Rp 8.786.567.890 Rp 7.788.540.272 Rp 4.786.000.986 Rp 5.678.765.900 Rp 6.564.987.842
28
April
29
Mei
30
Juni
31
Juli
32
Agustus
33
September
34
Oktober
35
Nopember
36
Desember
Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport
Rp 5.560.987.890 Rp 8.478.903.456 Rp 6.745.689.789 Rp 5.987.675.002 Rp 8.756.908.765 Rp 3.202.456.786 Rp 5.090.395.699 Rp 4.365.789.020 Rp 4.068.369.839
3. Variabel Terikat Laba Adapun laba yang diperoleh dari penjualan sepeda motor pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans adalah sebagai berikut : No Tahun Bulan Kegiatan Laba Pengepakan, Cleanning, Inklaring, 1 Januari Eksport Rp 8.897.906 Pengepakan, Cleanning, Inklaring, 2 Februari Eksport Rp 406.098.789 Pengepakan, Cleanning, Inklaring, 3 Maret Eksport Rp 700.989.767 Pengepakan, Cleanning, Inklaring, 4 April Eksport Rp 680.876.789 Pengepakan, 2012 Cleanning, Inklaring, 5 Mei Eksport Rp 546.789.098 Pengepakan, Cleanning, Inklaring, 6 Juni Eksport Rp 600.879.065 Pengepakan, Cleanning, Inklaring, 7 Juli Eksport Rp 700.987.890 Pengepakan, Cleanning, Inklaring, 8 Agustus Eksport Rp 789.876.000 Pengepakan, 9 September Cleanning, Inklaring, Rp 961.300.319 43
10
Oktober
11
Nopember
12
Desember 2013
13
Januari
14
Februari
15
Maret
16
April
17
Mei
18
Juni
19
Juli
20
Agustus
21
September
22
Oktober
23
Nopember
24
Desember 2014
25
Januari
Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport 44
Rp
708.780.987
Rp
894.790.101
Rp
120.980.789
Rp
636.503.450
Rp
234.650.789
Rp
456.876.345
Rp
356.765.420
Rp
606.890.765
Rp
602.345.654
Rp
433.456.870
Rp
303.430.456
Rp
410.358.858
Rp
456.765.989
Rp
245.654.345
Rp
330.545.098
Rp
245.656.099
26
Februari
27
Maret
28
April
29
Mei
30
Juni
31
Juli
32
Agustus
33
September
34
Oktober
35
Nopember
36
Desember
Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport Pengepakan, Cleanning, Inklaring, Eksport
Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabelin dependen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendiri – sendiri. thitu
X1 Penjualan Kredit X2 Perputaran Piutang
6,9 49
2,0 3
,000 Signifikan
0,4 97
2,0 3
,623 Tidak Signifikan
ng
ttabe
Sig.
Rp
125.098.767
Rp
654.987.890
Rp
170.989.767
Rp
546.897.564
Rp 1.189.191.324
Rp
213.456.564
Rp
245.098.789
Rp
456.789.675
Rp
256.879.087
Rp
345.678.767
Dari tabel didapatkan nilai signifikansi pada penjualan kredit 0,000 serta didapatkan nilai thitung 6,949. Standart tingkat signifikansi yang digunakan peneliti adalah sebesar 5% (0,05). Sedangkan ketentuan pada statistik uji t jika signifikansi < 0,05, maka Ho ada pada daerah penolakan yang berarti Ha diterima, sedangkan signikansi > 0,05, maka Ho ada pada daerah penerimaan yang berarti Ha ditolak. Dan Jika thitung < ttabel, maka Ho ada pada daerah penerimaan yang berarti Ha ditolak, sedangkan Jika thitung > ttabel, maka Ho ada pada daerah
HIPOTESIS I
Variabel
Rp 1.146.023.311
Keterangan
l
45
penolakan yang berarti Ha diterima. Sehingga dari data tersebut disimpulkan bahwa : 1. Tingkat Signifikansi penjualan kredit 0,000 < 0,05, maka penjualan kredit berpengaruh terhadap laba. 2. Hipotesis penjualan kredit thitung (6.949) > ttabel (2.03), maka penjualan kredit berpengaruh terhadap laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Titik Indriani (2013) judul skripsinya Pengaruh Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang terhadap Laba pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI. Yang juga menyatakan bahwa penjualan kredit sangat berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan. Penjualan kredit mempengaruhi perolehan laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans, semakin sering penjualan kredit maka semakin besar laba yang diperoleh PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Serta pengaruh penjualan kredit tergolong sangat tinggi dan secara keseluruhan penjualan kredit
HIPOTESIS II Pengaruh Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang terhadap Laba PT. Continental Cargo Carrier Indotrans
ANOVAb Model
Sum of Squares 1Regressio 1,799E1 n 8
Dari tabel didapatkan nilai signifikansi pada penjualan kredit dan perputaran piutang terhadap laba 0,000 serta didapatkan nilai fhitung 30.959. F tabel 2,78 , jadi secara statistik dinyatakan signifikan.
Mean df Square F 2 8,996E17 30,95 9
Si g. ,0 00 a
Residual
9,589E1 33 2,906E16 7 Total 2,758E1 35 8 a. Predictors: (Constant), Perputaran_Piutang, Penjualan_Kredit b. Dependent Variable: Laba nilai dalam rupiahnya mempengaruhi laba yang didapat PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Karena dengan penjualan kredit keuntungan yang didapat semakin meningkat. 2. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji t (parsial) yaitu 0,623 > 0,05, maka Ho ada pada daerah penolakan yang berarti Ha ditolak atau perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans.
PEMBAHASAN 1. Pengaruh Penjualan Kredit terhadap Laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji t (parsial) yaitu 0,000 < 0,05, maka Ho ada pada daerah penerimaan yang berarti Ha diterima atau Penjualan Kredit berpengaruh terhadap Laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Menurut hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan yaitu thitung (6.949) > ttabel (2.36), maka Ho ada pada daerah penerimaan yang berarti Ha diterima atau penjualan kredit berpengaruh terhadap laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. 46
Menurut hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan yaitu thitung (0.497) < ttabel (2.36), maka Ho ada pada daerah penolakan yang berarti Ha ditolak atau perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Perputaran piutang tidak begitu berpengaruh terhadap laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Hal ini berarti perputaran piutang tidak berperan secara langsung dalam upaya peningkatan laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Titik Indriani (2013) judul skripsinya Pengaruh Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang terhadap Laba pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI. Yang menyatakan bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan. Serta penelitian yang dilakukan oleh Julkarnain dalam judul Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011. Yang juga menyatakan bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap profitabilitas ( laba ). Perputaran piutang timbul karena munculnya piutang. Piutang adalah aktiva kekayaan yang timbul sebagai akibat dari adanya kebijakan penjualan secara kredit. Pada prinsipnya, perputaran piutang yang semakin cepat akan menghasilkan laba yang semakin besar, walaupun hal itu tidak secara langsung. Namun, pada kenyataannya yang terjadi pada sampel sebaliknya. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1). Adanya peningkatan terhadap piutang tak tertagih
2).
Menurunya efektivitas penagihan perusahaan 3). Terlalu longgarnya kebijakan kredit 4). Kenaikan UMK KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh penjualan kredit dan perputaran piutang terhadap laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Penjualan kredit berpengaruh terhadap laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Hal ini berarti penjualan kredit berperan secara langsung dalam upaya peningkatan laba PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. 2. Perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans Hal ini berarti perputaran piutang tidak berperan secara langsung dalam upaya peningkatan laba PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. 3. Penjualan kredit dan Perputaran piutang berpengaruh terhadap laba pada PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. Hal ini berarti penjualan kredit dan perputaran piutang berperan secara langsumg dalam upaya peningkatan laba PT. Continental Cargo Carrier Indotrans. SARAN Setelah mengetahui hasil analisa tersebut diatas, maka pada kesempatan ini penulis akan menggunakan saran-saran yang mungkin bermanfaat : 1. Bagi Akademik ( STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan ) semoga dengan analisis yang peneliti lakukan ini bisa menambah pihak akademik untuk lebih menjelaskan dan mengajarkan mahasiswa dalam penggelolaan piutang dan penjualan kredit pada perusahaan atau dalam organisasi besar lainnya, agar mahasiswa dalam terjun ke lapangan kerja bisa paham 47
dan mengerjakan persoalan ini. Serta agar dapat menambah bacan diperpustakaan untuk para mahasiswa. 2. Dengan hasil analisis yang telah dikemukakan maka diharapkan perusahaan-perusahaan lebih dapat meningkatkan efektivitas pengendalian piutang, terutama untuk meningkatkan laba perusahaan PT. Continental Cargo Carrier Indotrans perlu untuk menyusun kembali sistem penagihan piutang yang sekarang di terapkan. Hal tersebut di karenakan perputaran piutang yang sekarang digunakan perusahaan tidak begitu efektif dalam meningkatkan laba di karenakan modal kerja dari piutang sangat lamban sehingga perusahaan harus meminjam dana ke sejumlah bank. Apabila perputaran piutang sudah membaik maka dapat menunjang laba perusahaan di karenakan dana yang akan di pinjam dari pihak bank hanya sebagian kecil dan beban bunga bank juga akan menurun. Serta untuk penjualan lebih baik perusahaan mulai melakukan pengembangan pasar. Dimana konsumen bukan hanya bergerak di bidang pupuk tetapi bisa ke sektor lain seperti gandum, jagung atau gula di mana setiap tahun import yang masuk semakin besar dari pelabuhan Tanjung Perak. 3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk dapat menambah beberapa variabel baru yang berhubungan dengan Laba seperti persediaan, Aktiva Tetap, Modal Kerja dan Lainnya. Dan untuk sampel penelitian berikutnya penulis berharap untuk sampel perusahaan yang di ambil dari perusahaan manufaktur.
Arief Sugiono, Yanuar Nanok Soenarno, Synthia Madya Kusumawati, 2010, Akuntansi dan pelaporan keuangan untuk bisnis skala kecil dan menengah, Penerbit : Grasindo, Jakarta. Azhar, La Midjan dan Susanto, 2001, Sistem Informasi Akuntansi I dan II, Edisi Kesebelas, Lembaga Informatika, Bandung. Chairul
Marom, 2002, SistemAkuntansi Perusahaan Dagang,Edisikedua, PenerbitGrasindo, Jakarta.
Drs. OP. Simorangkir, 2000, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Cetakan kedua, Penerbit Ghalia Indonesia. Fees, Reeve, Warren, dan Niswonger, 1999, Prinsip – Prinsip Akuntansi, Edisi Sembilan Belas, Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta. Fees, Revee, Wareen, 2005, Accounting Pengantar Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta. Henry Simamora, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jakarta, Salemba Empat. Horngren, Charles., et. All, 1997, Akuntansi di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Julkarnain, 2012, Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang.
DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir, Muhammad, 2000, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.
48
Kieso, Donald E., Weygandt, 2007, Akuntansi Intermediate, Jilid II, Erlangga, Jakarta. M.
Munandar, 2006, Pokok – Pokok Intermadiate Accounting, Penerbit :Gramedia PustakaUtama, Gajdah Mada University, Jakarta.
Mulyadi.2008, Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.
2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, Alfabeta, Bandung.
Skousen,
Smith., 2000. Akuntansi Intermediate, Volume Komprehensif, Jilid 2, Edisi Sembilan, Erlangga, Jakarta.
Sulistiyowati, Leny, 2010, Panduan Praktis Memahami Analisis Laporan Keuangan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Mohammad Muslich, 2003, Manajemen Keuangan Modern: Analisis, Perencanaan dan Kebijakan, Cetakan Ketiga, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Teguh Pudjo Muljono, 2007, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil. Edisi 4, Yogyakarta : BPFE.
Nugroho, Arwan, 2004, Analisis Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan, Fakultas Akuntansi, Universitas Padjajaran Bandung, Bandung.
Titik Indriani, 2013, Pengaruh Penjualan Kreditdan Perputaran Piutang Terhadap Laba pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEI, Fakultas Ekonomi, Universitas FPS IKIP, Bandung. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Putra, Lutfi Jaya. 2012, Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus : PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.). Jurnal Ekonomi Gunadarma. S.
Sugiyono,
Warren, Carl S. et. al., 2005, Accounting 21th Edition.translated by Aria Farahmita, et. et. al. Pengantar Akuntansi Edisi 21, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat, Liberty, Yogyakarta.
49
ANALIS BIAYA BAHAN BAKU DAN GAJI KARYAWAN TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN PADA PT. ES BATU DUMPI AGUNG LAMONGAN MUSTOFA NUR ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh biaya bahan baku dan gaji karyawan terhadap pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 36 bulan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh biaya bahan bahan baku terhadap pendapatan perusahaan ( X1 terhadap Y ) , adanya pengaruh gaji karyawan terhadap pendapatan perusahaan ( X2 terhadap Y ) . Dan secara simultan biaya bahan baku dan gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan ( X1, X2 terhadap Y ) . Tetapi diantara biaya bahan baku dan gaji karyawan pengaruh yang paling besar yaitu biay bahan baku. Kata Kunci : Biaya Bahan Baku, Gaji Karyawan dan Pendapatan. PENDAHULUAN
baiknya dan selalu mengusahakan terselenggaranya suatu kegiatan yang efektif dan efisien. Besar kecilnya laba yang dicapai suatu perusahaan merupakan ukuran kesusksesan menejemen dalam mengelolah usahanya agar pihak perusahaan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Dalam situasi sekarang ini dimana semakin banyaknya pesaing maka banyak pihak perusahaan yang berusaha untuk bisa menekan biaya bahan baku dan tenaga kerja tanpa harus mengurangi kualitas produk dan profit dan kelangsungan hidup perusahaan tetap berjalan dan dapat dipertahankan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas tersebut peranan informasi akuntasi dirasakan sangat penting bagi menejemen perusahaan, adapun informasi yang dibutuhkan yakni informasi biaya yang erat kaitanya dengan kegiatan operasi perusahaan.
Saat ini dunia industri di Indonesia semakin maju dan pesat, hal ini mendorongg timbulnya persaingan yang begitu ketat. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat tetap eksis sesuai dengan konsep going concern, sehingga pihak-pihak perusahaan dituntut agar bisa beroperasi secara efektif, efisien, dan hidup bersaing antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, untuk menjamin kelangsungan hidupnya, suatau perusahaan melaksanakan berbagai kebijakan untuk mencapai tujuan utamanya. Tujuan utama suatu perusahaan secara umum adalah memaksimalkan laba yang di dapat. Dengan semakin pesatnya perkembangan di dunia industri dan timbulnya perusahaanperusahaan baru, maka diperlukan suatu pengelolahan yang sebaik-
50
Biaya merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting dalam analisis strategik perusahaan. Proses penentuan dan analisis biaya padaperusahaan dapat menggambarkan suatu kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Pada dasarnya masalah yang sering timbul dalam suatu perusahaan adalah perencanaan biaya oleh suatu perusahaan tidak sesuai dengan apa yang terjadi sesungguhnya (realisasi biaya). Oleh sebab itu untuk dapat mencapai produksi yang efisien, maka diperlukan suatu pengendalian terhadap biaya produksi yang akan dikeluarkan. Pengendalian biaya produksi merupakan penggunaan utama dari akuntansi dan analisis biaya produksi. Menurut Subiyanto (1993:39) bahan langsung adalah bahan yang digunakan untuk produksi yang dapat diidentifikasikan dengan produk, mudah ditelur ke produk, dan merupakan biaya yang besar atas produk. Dalam suatu kegiatan produksi suatu perusahaan harus dapat mempertimbangkan biaya yang terdapat di dalamnya salah satunya adalah biaya bahan baku. Biaya bahan baku dalam suatu perusahaan harus efisiensi agar tidak terjadi pemborosan dalam penggunanaan bahan baku, cara yang digunakan yaitu dengan analis selisih biaya bahan baku.
PT.Es Batu Dumpi Agung merupakan perusahaan yang bersifat padat karya, yaitu lebih banyak menggunakan tenaga kerja manusia daripada tenaga mesin.Tenaga kerja mempunyai peran penting dalam melakukan kegiatan utama produksi Es Batu/Es Balok.Persediaan bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam perusahaan, persediaan bahan baku (Air) harus tersedia dalam jumlah tertentu dan selama periode tertentu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Menurut Halim (2010:278) analis selisih biaya bahan baku adalah selisih biaya bahan baku yang disebabkan oleh adanya biaya bahan baku standart dengan biaya bahan baku yang sesungguhnya. Selain biaya bahan baku perusahaan juga memiliki faktor utama lain untuk menjalankan kegiatan produksinya yaitu tenaga kerja. Menurut Polimeni (1985:44) Tenaga kerja merupakan daya fisik atau mental yang dikerahkan untuk menghasilkan suatu produk. Dalam proses produksi, tenaga kerja memerlukan biaya dalam menjalankan kegiatanya, dalam hal ini digunakan untuk pemberian gaji, upah maupun bonus kepada tenaga kerja yang ada dalam suatu perusahaan. Menurut Subiyanto (1993:42) biaya tenaga kerja langsung adalah kompensasi yang diberikan kepada semua karyawan yang terlibat langsung dalam pengolahan produk. Pengendalian biaya tenaga kerja dalam suatu perusahaan perlu dilakukan agar laba yang dihasilkan dapat maksimal sesuai tujuan yang ingin dicapai. Menurut Halim (2010 :
PT.Es Batu Dumpi Agung merupakan perusahaan yang bergerak dalam Pembuatan Es Batu yang berupa balok’an. PT.Es Batu Dumpi Agung merupakan perusahaan daerah yang berada di wilayah Dumpi Agung Lamongan.
51
286) “Analisa selisih biaya tenaga kerja langsung adalah selisih biaya tenaga kerja langsung yang disebabkan oleh adanya biaya tenaga kerja langsung standar dengan biaya tenaga kerja langsung yang sesungguhnya”.Efisiensi biaya tenaga kerja langsung dapat diketahui dengan cara membandingkan antara hasil dari analisis selisih biaya tenaga kerja langsung dengan biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya.
masing jenis biaya overhead pabrik tersebut berbeda-beda pengaruhnya jika dihubungkan dengan naik turunnya biaya produksi. Dalam memaksimalkan laba suatu perusahaan perlu melakukan efisiensi terhadap berbagai biaya produksi. Dalam penentuan biaya produksi sangat diperlukan estimasiestimasi yang baik dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu kenaikan harga bahan baku, kenaikan tarif upah karyawan, dan biaya-biaya dimasa yang akan datang. Berbagai macam penyimpangan dalam proses produksi dapat menimbulkan selisih biaya, maka oihak menejemen perlu melakukan analisis terhadap selisih biaya yang terjadi guna untuk mengetahui apakah selisih tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi perusahaan dan perlu diketahui apakah yang menyebabkanya. Berdasarkan analis tersebut maka dapat diketahu faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya selisih tersebut. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif atau kualitatif research yaitu jenis penelitian yang berusaha menentukan teori, yaitu teori subtantif atau formal, yang semuanya jelas berasal dari data (Sadjana, 1996:160). Data penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Metode statistik deskriptif ialah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
Menurut Bhayangkara (2008 : 184) secara umum persediaan pada industri manufaktur terdiri atas persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan persediaan perlengkapan. Ketersediaan atau kuantitas bahan baku sangat berpengaruh selama proses produksi berlangsung, harga biaya bahan baku juga dapat mempengaruhi proses produksi. Oleh sebab itu harga yang sesuai serta kuantitas bahan baku yang memadai harus dapat terpenuhi, pergantian musim juga tidak mempengaruhi persediaan bahan baku, hal ini dikarenakan kualitas dan kuantitas bahan baku tidak dipengaruhi oleh keadaan cuaca.(penyimpangan) biaya bahan baku. Menurut Bhayangkara (2008 : 83) pelatihan dan pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Namun dalam kegiatan produksi biaya-biaya lain selain biaya bahan baku dan tenaga kerja adalah biaya overhead pabrik. Menurut Halim (2010 : 276 ) biaya overhead meliputi biaya pembantu, tenaga kerja tidak langsung, penyusutan dan lain-lain. Masing-
52
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:147). Penelitian deskriptif disini menggunakan metode survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh DISKRIPSI VARIABEL PENELITIAN a. Data Variabel Biaya Bahan Baku (X1)
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari ketrangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1988:65). Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data dari perusahaan dan selanjutnya diolah sendiri. Data biaya bahan baku PT. ES BATU DUMPI AGUNG setiap bulan. Biaya (Rp)
BULAN
2012
2013
2014
Januari
412.612.000
433.242.600
453.873.200
Februari
395.374.600
415.143.330
434.912.060
Maret
446.992.000
469.341.600
491.691.200
April
498.046.000
522.948.300
547.850.600
Mei
515.760.000
541.548.000
567.336.000
Juni
412.612.000
433.242.600
453.873.200
Juli
412.612.000
433.242.600
453.873.200
Agustus
429.800.000
451.290.000
472.780.000
September
446.992.000
469.341.600
491.691.200
Oktober
481.376.000
505.444.800
529.513.600
November
412.612.000
433.242.600
453.873.200
desember
395.374.600
415.143.330
434.912.060
TOTAL
5.260.163.200
5.523.171.360
5.786.179.520
Sumber : Laporan biaya bahan baku pada PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan (2015 : data diolah )
53
B. data variabel gaji Data gaji karyawan PT. ES BATU DUMPI AGUNG setiap bulan Gaji (Rp) BULAN
2012
2013
2014
Januari
124.740.000
137.403.000
151.511.000
Februari
124.740.000
137.403.000
151.511.000
Maret
124.740.000
137.403.000
151.511.000
April
124.740.000
137.403.000
151.511.000
Mei
124.740.000
137.403.000
151.511.000
Juni
124.740.000
137.403.000
151.511.000
Juli
124.740.000
137.403.000
151.511.000
Agustus
124.740.000
137.403.000
151.511.000
September
124.740.000
137.403.000
151.511.000
Oktober
124.740.000
137.403.000
151.511.000
November
124.740.000
137.403.000
151.511.000
Desember
124.740.000
137.403.000
151.511.000
TOTAL
1.496.880.000
1.648.836.000
1.818.132.000
c. Data pendapatan perusahaan PT. ES BATU DUMPI AGUNG setiap bulan Pendapatan BULAN
2012
2013
2014
Januari
362.648.000
380.780.400
398.912.800
Februari
342.386.400
359.504.670
376.623.940
Maret
403.268.000
423.431.400
442.594.800
April
464.714.000
487.949.700
463.185.400
Mei
484.500.000
508.725.000
523.950.000
Juni
362.648.000
380.780.400
398.912.800
Juli
362.648.000
380.780.400
398.912.800
54
Agustus
382.960.000
402.108.000
421.256.000
September
403.268.000
423.431.400
442.594.800
Oktober
443.884.000
446.078.200
488.272.400
November
362.648.000
380.780.400
398.912.800
Desember
342.385.400
359.504.670
367.623.940
TOTAL
4.717.956.800
4.933.854.640
5.139.752.480
Sumber : Laporan pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan (2015 : data diolah). HIPOTESIS I Untuk menguji pengaruh variabel pelayaan dan fasilitas terhadap kepuasan pengguna perpustakaan daerah lamongan. Dengan menggunakan uji t atau parsial. Apabila nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima Ha ditolak maka pengujian hiposesis secara parsial dapat dilihat pada tabel dibawah ini Model
1(Consta nt) X1 X2
dibuktikan dengan thitung (34,317 ) > ttabel (2,032 ). b. Hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan gaji karyawan berpengaruh terhdap pendapatan perusahaan dibuktikan dengan thitung ( 4,278) > ttabel (2,032). HIPOTESIS II
Standa rdized Unstandardized Coeffi Coefficients cients Std. B Error Beta t Sig. 2,322E 1,830E 1,269 ,213 7 7 1,111 ,032 1,032 34,31 ,000 7 ,563 ,132 0,129 4,278 ,000 a Hypothesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan, biaya bahan baku berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan
55
Untuk menguji pengaruh variabel pelayaan dan fasilitas terhadap kepuasan pengguna perpustakaan daerah lamongan. Dengan menggunakan uji F Atau simultan. Apabila nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima Ha ditolak maka pengujian hiposesis secara simultan . Hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan berdasarkan biaya bahan baku dan gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dibuktikan dengan fhitung > ftabel (643,093) >( 3,275).
PEMBAHASAN
Berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan biaya bahan baku dan gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dibuktikan dengan fhitung > ftabel (643,093) > ( 3,275).
1.
Pengaruh biaya bahan baku terhadap pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji t ( parsial ) yaitu (Sig) 0,000 < 0,05 maka biaya bahan baku berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan, biaya bahan baku berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dibuktikan dengan thitung (34,317 ) > ttabel (2,032 ). 2. Pengaruh Gaji Karyawan pada pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan Tingkat signifikansi diperoleh dengan menggunakan statistik uji t gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan dibuktikan dengan tingkat signifikansi (Sig) 0,000 < 0,05. Hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan, gaji karyawan berpengaruh terhdap pendapatan perusahaan dibuktikan dengan thitung ( 4,278) > ttabel (2,032). 3. Pengaruh biaya bahan baku dan gaji karyawan pada pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan Menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji f (simultan) yaitu 0,000 < 0,05 maka Ho ada pada daerah penerimaan yang berarti Ha ditolak atau biaya bahan baku dan gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Pengaruh biaya bahan baku terhadap pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji t ( parsial ) yaitu (Sig) 0,000 < 0,05 maka biaya bahan baku berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan,maka biaya bahan baku berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dibuktikan dengan thitung (34,317 ) > ttabel (2,032 ). Pengaruh Gaji Karyawan pada pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan. Tingkat signifikansi diperoleh dengan menggunakan statistik uji t gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan dibuktikan dengan tingkat signifikansi (Sig) 0,000 < 0,05. Hipotesis berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan maka gaji karyawan berpengaruh terhdap pendapatan perusahaan dibuktikan dengan thitung ( 4,278) > ttabel (2,032).
56
Pengaruh biaya bahan baku dan gaji karyawan pada pendapatan perusahaan PT. Es Batu Dumpi Agung Lamongan. Menurut tingkat signifikansi yang diperoleh dengan menggunakan statistik uji f (simultan) yaitu 0,000 < 0,05 maka Ho ada pada daerah penerimaan yang berarti Ha ditolak atau biaya bahan baku dan gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan biaya bahan baku dan gaji karyawan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dibuktikan dengan fhitung > ftabel (643,093) > ( 3,275).
1.
2.
3.
4.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh manajemen PT.Es Batu Dumpi Agung terkait dengan pengeloaan dan efisiensi biaya produksi sebagai alat pengendalian biaya. Perlu adanya kesadaran dan kedisiplinan dari masingmasing bagian perusahaan berkaitan dengan pemakaian keuangan sehingga segala bentuk pelaporan, khususnya laporan keuangan bisa tersusun dengan rapi dan sesuai dengan konsep yang telah ditentukan. DAFTAR PUSTAKA Aliminsyah dan pandji, 2005, Kamus Akuntansi, CV. Yrma Wudya, Bandung. Alma Buchari, 2006, Manajemen Pemasaran Dan Jasa, Alfa Beta, Bandung. Assaury Sofjan, 2009, Manajemen Produksi F.E.U.I, Jakarta. Assegaf Abdullah, 2006, Kamus Akuntansi, PT. Mario Grafik, Jakarta. Hariono Agus, 2014,”Pengaruh kualitas dan harga barang toko tiga nada Lamongan.Skripsi.STIE KH. Akhmad Dahlan, Lamongan. Kotler, Philip dan Amstrong, 2008, Prinsip-prinsip Pemasaran, Eirlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Keller Lana Kevin, 2008, Manajemen Pemasaran, Eirlangga, Jakarta. Maftukha, 2013,”Pengaruh Penetapan Harga dan Promosi Terhadap Volume Penjualan di UD NIZAS
SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengajukan saran sebagai berikut : Bagi peneliti Hasil penelitian bisa menambah dan memperluas wawasan tentang masalah yang diteliti sebagi bagian dari ilmu yang dipelajari. Bagi STIE.KH.Ahmad Dahlan Lamongan Sebagai sumbangan pikiran dari peneliti, untuk menambah dan melengkapi buku perpustakaan dan sebagai pembanding bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian dari sisi dan masalah penelitian yang sama. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi tentang pendapatan diperusahaan yang bergerak pada bidang tersebut. Bagi Perusahaan 57
Lamongan.Skripsi. STIE KH. Akhmad Dahlan, Lamongan. Rangkuti Fredy, 2009, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Stanton William J, 2008, Manajemen Pemasaran Modern Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, CV AlfaBeta, Bandung. Sugiyono, 2011. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Ke-19, Alfa Beta, Bandung. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Cetakan Kedelapan, Alfa Beta, Bandung. Swastha, Basu, 2003, Asas-asas Marketing, Liberty, Yogyakarta Swastha, Basu dan Irawan, 2003, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta. Swasta, Basu dan Irawan, 2008, Manajemen pemasaran modern, Liberty, Yogyakarta. Tanujaya, Lim,2004, Promosi Dan Penjualan, Salemba Empat, Jakarta.
58
ANALISIS PENGARUH JUMLAH WISATAWAN DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013-2015 MUKHTAR ABSTRAK Pembangunan ekonomi yang kuat harus di imbangi dengan penerimaan yang kuat. Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan peranan dan kontribusinya. Maka dari itu keduanya harus terus di tingkatkan untuk pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2013 – 2015. (2) Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2013 – 2015. (3) Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2013 - 2015. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yaitu mempelajari fakta-fakta yang sudah ada. Prosesnya berupa mendiskripsikan dengan cara menginterpretasi data yang telah di olah. Data yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan data time series (runtut waktu) selama tahun 2013 sampai dengan 2015 mulai bulan Januari sampai bulan Desember meliputi data : Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa Jumlah Wisatawan Kabupaten Lamongan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan karena thitung sebesar 3,761 dan Tingkat Hunian Hotel Kabupaten Lamongan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan karena thitung sebesar 4,746. Berdasarkan penelitian, peneliti menyarankan agar penarikan Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel di awasi penarikannya agar lebih maksimal. Kata Kunci : Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Pendapatan Asli Daerah. PENDAHULUAN
memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya. Usaha mengembangkan dunia pariwisata Indonesia didukung dengan UU nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang menyebutkan keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat, dan memperluas kesempatan kerja. mengingat semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel yang berkunjung baik domestik maupun internasional. Kabupaten Lamongan memiliki objek wisata yang cukup bervariasi yaitu terdiri dari objek wisata alam, wisata sejarah, kepurbakalaan serta
Sektor Pariwisata mempunyai peranan penting dalam peningkatan perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu penghasil devisa maupun dalam perluasan lapangan kerja. Sektor ini diharapkan dapat menjadi salah satu sektor yang dapat diperhitungkan untuk memperkuat perekonomian daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal lebih cepat terwujud dan pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja keuangan daerah. Hal ini berarti, idealnya pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan daerah menjadi lebih mandiri, yang salah satunya diindikasikan dengan meningkatnya kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dalam hal pembiayaan daerah. Menurut Koen Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk
59
objek wisata bahari yang sangat menarik untuk dikunjungi. Dengan adanya berbagai macam obyek wisata seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka wisatawan mempunyai berbagai macam pilihan obyek wisata yang ingin mereka kunjungi antara lain, Wisata Bahari Lamongan, Wisata Religi Sunan Drajat dan Waduk Gondang. Wisata Bahari Lamongan (WBL) adalah salah satu tempat wisata Indonesia yang terletak di desa Paciran kecamatan Paciran kabupaten Lamongan yang didirikan pada 14 November 2004. WBL memiliki kekayaan yang tidak kalah dengan wisata bahari lainnya. Kawasan WBL merupakan hasil perpaduan aspek-aspek nature (alam), culture (budaya), dan architecture (bangunan) yang bemuansa global tapi tetap mempertahankan ciri khas lokal. Kehadiran WBL merupakan penyeimbang wahana wisata di Kabupaten Lamongan yang telah ada sebelumnya, yaitu Pantai Tanjung Kodok dan Gua Istana Maharani yang terletak di pesisir bagian utara Pulau Jawa. Wisata Bahari Lamongan dibangun guna memenuhi kebutuhan sarana liburan bagi keluarga Jawa Timur maupun dari seluruh wilayah Indonesia. Obyek wisata ini dibangun bertaraf Internasional dengan manajemen modern dibawah payung PT Bumi Lamongan Sejati. Sebuah perusahaan patungan pemerintah kabupaten Lamongan dengan PT Bunga Wangsa Sejati yang telah berhasil membangun dan mengembangkan Jawa Timur Park Batu. Makam Sunan Drajat adalah salah satu wisata religi yang sangat terkenal di Jawa Timur dan kerap penuh sesak dipenuhi oleh peziarah terutama pada hari libur dan hari minggu. Makam Sunan Drajat dimakamkan di daerah Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Makam Sunan Drajat ini berada pada bukit dengan dikelilingi pepohonan yang luas. Di area Makam Sunan Drajat dibangun Museum Sunan Drajat dan bisa diakses masyarakat umum secara gratis, agar mempermudah pengenalan sejarah budaya bagi dunia pendidikan. Pemerintah Kabupaten Lamongan juga telah memberikan berbagai fasititas antara lain : tempat parkir, masjid, rumah makan dan minum, serta tempat beristirahat dan kamar mandi untuk mempermudahkan bagi para peziarah di Makam Sunan Drajat. Sunan Drajat juga dikenal sebagai Wali yang menciptakan Tembang Jawa dengan alat musik gamelan yang kini disimpan baik di Museum Sunan Drajat, yang juga berada di sekitar kompleks pemakaman dan bisa dengan bebas diakses oleh
wisatawan yang datang. Museum ini berisi berbagai macam benda yang Sunan Drajat pakai pada masa itu, diantaranya ada bedug, serpihan sisa bangunan masjid, gamelan, dan alat-alat yang biasa digunakan sehari-hari seperti lampu, kursi dan lainlain. Wisata Waduk Gondang, Wisata Waduk Gondang ini terletak 19 Km ke arah barat Lamongan. Tepatnya di desa Gondang Lor dan Deket Agung Kecamatan Sugio. Untuk menuju lokasi ini selain dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi dapat juga menggunakan angkutan umum dari Lamongan menuju Gondang. Tidak jauh dari lokasi waduk terdapat makam Dewi Sekardadu, putri Blambangan istri Kanjeng Maulana Iskak yang juga disebut Mbok Rondo Gondang merupakan ibu Jaka Samudra atau Sunan Giri. Ditemukan tahun 1911 dan dipugar tahun 1917 oleh pemerintah. Oleh karena itu pariwisata merupakan hal yang komplek dan bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Adanya pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling merangkai dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Segi budaya dalam pariwisata merupakan sarana untuk memperkenalkan alam dan kebudayaan daerah tujuan wisata. Berdasarkan Survey data awal yang saya lakukan pada tanggal 12 Januari 2016 di dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), bahwa untuk evaluasi pencapaian target Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2014, realisasi retribusi obyek pariwisata pada bulan Juli sebesar 0,07% , sedangkan pada bulan Agustus sebesar 0,12% . Lalu pada bulan September sebesar 0,07%. Sehingga masalah dalam penelitian ini pada pencapaian target Pendapatan Asli Daerah tahun 2014 pada retribusi obyek pariwisata prosentase perbulan mengalami naik turun. Menurut Halim ( 2004 ), Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping pengelolaan terhadap sumber pendapatan asli
60
daerah yang sudah ada perlu ditingkatkan dari daerah juga harus selalu kreatif dan inovatif dalam mencari dan mengembangkan potensi sumber-sumber pendapatan asli daerahnya, sehingga dengan semakin banyak sumber-sumber pendapatan asli daerah yang dimiliki, daerah akan semakin banyak memiliki sumber pendapatan yang akan dipergunakan dalam membangun daerahnya. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan tidak terlepas dari peran serta daerah dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan daerah secara utuh dan terpadu. Setiap pemerintah daerah berupaya keras meningkatkan perekonomian daerahnya sendiri termasuk meningkatkan perolehan pendapatan asli daerah. Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah yaitu dengan mengoptimalkan potensi dalam sektor pariwisata. Pembangunan kepariwisataan dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja bagi daerah setempat, mendorong pembangunan, serta memperkenalkan nilai budaya bangsa. METODE PENELITIAN Pengertian dan Jenis Penelitian Pengertian penelitian Menurut Sugiyono (2014: 2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian Menurut Sugiyono (2010), jenis - jenis penelitian data ada dua yaitu : a. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. b. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumental kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Kerangka Kerja Edytono (2010) Kerangka kerja (Frame Work) adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur serta merupakan suatu struktur konseptual dasar yang digunakan untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks.
Gambar 2.1 Kerangka Kerja
HASIL PENELITIAN Penyajian Data Khusus Data Variabel Bebas (X) 1) Jumlah Wisatawan (X1) Dalam penelitian ini Jumlah Wisatawan dianalisis mulai tahun 2013-2015 dan tiap tahunnya
61
diperinci menjadi 12 bulan sesuai tabel dibawah ini : Sebelum melakukan perhitungan laju pertumbuhan dari pajak hotel dan pajak reklame, maka terlebih dahulu harus dikemukakan jumlah penerimaan pajak hotel dan pajak reklame selama 5 tahun terakhir. Adapun data yang didapatkan dari dispenda Kabupaten Lamongan sebagai berikut:
Untuk Jumlah Wisatawan pada tahun 2015 adalah terendah terjadi pada bulan Februari sejumlah 153.375,00 dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sejumlah 451.245,00. Dapat dianalisa menurut data yang disajikan di atas selama tiga tahun adalah jumlah Wisatawan tiap tahunnya selalu dapat melebihi target yang telah ditentukan. Jumlah terendah selama tiga tahun (2013-2015) adalah pada bulan Januari tahun 2013 sejumlah 109.079,00 dan jumlah tertinggi selama tiga tahun (2013-2015) adalah pada bulan Desember tahun 2015 sejumlah 451.245,00. Untuk mempermudah analisa data, maka peneliti melakukan pengelompokan data dengan memberi kode sebagai berikut : n = 36 bulan (k) = 1 + 3,322 Log 36 (k) = 1 + 3,322 (1,556) (k) = 1 + 5,169 (k) = 6,169 dibulatkan jadi 6 kelompok. Sedangkan untuk mencari jarak (interval) digunakan rumus : Interval = nilai terbesar – nilai terkecil kategori
Tabel 3.1 Jumlah Wisatawan (Tahun 20132015)
Interval =
451.245,00 - 109.079,00 6 = 57027,67 Jadi pemberian kodenya adalah : 109.079,00 - 166.106,67 Kode : 1 166.107,67 - 223.135,34 Kode : 2 223.136,34 - 337.192,68 Kode : 3 337.193,68 - 394.220,00 Kode : 4 394.221,00 - 451.248,00 Kode : 5 451.249,00 - 508.276,00 Kode : 6 2) Tingkat Hunian Hotel (X2) Dalam penelitian ini Tingkat Hunian Hotel dianalisis mulai tahun 2013-2015 dan tiap tahunnya diperinci menjadi 12 bulan sesuai tabel di bawah ini :
Untuk memudahkan dapat dilihat pada grafik histogram dibawah ini :
Gambar 3.1 Grafik Histogram Jumlah Wisatawan (Tahun 2013-2015) Dari tabel dan grafik histogram di atas dapat dijelaskan bahwa untuk Jumlah Wisatawan pada tahun 2013 adalah terendah terjadi pada bulan Februari sejumlah 109.079,00 dan tertinggi terjadi pada bulan November sejumlah 275.926,00. Untuk Jumlah Wisatawan pada tahun 2014 adalah terendah terjadi pada bulan Januari sejumlah 143.610,00 dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sejumlah 262.991,00 .
62
Tabel 3.2 Tingkat Hunian Hotel (Tahun 20132015) Untuk memudahkan dapat dilihat pada grafik histogram di bawah ini :
1.830,00 - 2262,67 Kode : 1 2263,67 - 2696,34 Kode : 2 2697,34 - 3130,01 Kode : 3 3131,01 - 3563,68 Kode : 4 3564,68 - 3997,35 Kode : 5 3998,35 - 4431,02 Kode : 6 3) Pendapatan Asli Daerah (Y) Dalam penelitian ini pajak daerah dianalisis mulai tahun 2013-2015 dan tiap tahunnya diperinci menjadi 12 bulan sesuai tabel di bawah ini :
Gambar 3.2 Grafik Histogram Tingkat Hunian Hotel (Tahun 2013-2015) Dari tabel dan grafik histogram di atas dapat dijelaskan bahwa untuk jumlah Tingkat Hunian Hotel pada tahun 2013 adalah terendah terjadi pada bulan Januari sejumlah 1.830,00 dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sejumlah 3.121,00. Untuk jumlah Tingkat Hunian Hotel pada tahun 2014 adalah terendah terjadi pada bulan Mei sejumlah 2.551,00 dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sejumlah 3.494,00. Untuk jumlah Tingkat Hunian Hotel pada tahun 2015 adalah terendah terjadi pada bulan Maret sejumlah 2.176,00 dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sejumlah 4.426,00 Jumlah terendah selama tiga tahun (2013-2015) adalah pada bulan Januari tahun 2013 sejumlah 1.830,00 dan jumlah tertinggi selama tiga tahun (2013-2015) adalah pada bulan Desember tahun 2015 sejumlah 4.426,00 . Untuk mempermudah analisa data, maka peneliti melakukan pengelompokan data dengan memberi kode sebagai berikut : n = 36 bulan (k) = 1 + 3,322 Log 36 (k) = 1 + 3,322 (1,556) (k) = 1 + 5,169 (k) = 6,169 dibulatkan jadi 6 kelompok. Sedangkan untuk mencari jarak (interval) digunakan rumus : Interval = nilai terbesar – nilai terkecil kategori Interval =
4.426,00
Tabel 3.3 Pendapatan Asli Daerah (Tahun 20132015) Untuk memudahkan dapat dilihat pada grafik histogram di bawah ini :
Gambar 3.3 Grafik Histogram Pendapatan Asli Daerah (Tahun 2013-2015) Dari tabel dan grafik histogramdi atas dapat dijelaskan bahwa untuk jumlah Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2013 adalah terendah terjadi pada bulan Februari sejumlah Rp. 9.323.993.007,08 dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sejumlah Rp. 27.668.827.661,21. Untuk jumlah Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2014 adalah terendah terjadi pada bulan Januari sejumlah Rp. 13.985.678.098,56 dan tertinggi terjadi pada bulan
- 1.830,00 6
= 432.67 Jadi pemberian kodenya adalah :
63
Desember sejumlah Rp. 45.615.081.104,43. Untuk jumlah Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2015 adalah terendah terjadi pada bulan Maret sejumlah Rp. 18.987.456.867,56dan tertinggi terjadi pada bulan Desember sejumlah Rp. 45.087.915.896,82. Dapat dianalisa menurut data yang disajikan di atas selama tiga tahun adalah jumlah realisasi Pendapatan Asli Daerah tiap tahunnya selalu dapat melebihi target yang telah ditentukan. Realisasi terendah selama tiga tahun (2013-2015) adalah pada bulan Februari tahun 2013 sejumlah Rp. 9.323.993.007,08 dan realisasi tertinggi selama tiga tahun (2013-2015) adalah pada bulan Desember tahun 2014 sejumlah Rp. 45.615.081.104,43. Untuk mempermudah analisa data, maka peneliti melakukan pengelompokan data dengan memberi kode sebagai berikut : n = 36 bulan (k) = 1 + 3,322 Log 36 (k) = 1 + 3,322 (1,556) (k) = 1 + 5,169 (k) = 6,169 dibulatkan jadi 6 kelompok. Sedangkan untuk mencari jarak (interval) digunakan rumus : Interval = nilai terbesar – nilai terkecil kategori Interval= 45.615.081.104,43-9.323.993.007,08 6 = 6.048.514.682,89. Jadi pemberian kodenya adalah : 9.323.993.007,08-15.372.507.689,97 Kode : 1 15.372.507.690,97-21.421.022.373,86 Kode : 2 21.421.022.374,86-27.469.537.057,76 Kode : 3 27.469.537.058,76-33.518.051.741,65 Kode : 4 33.518.051.742,65-39.566.566.425,54 Kode : 5 39.566.566.426,54-45.615.081.109,43 Kode : 6
distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residu mengikuti distribusi normal.
Gambar 3.4 P-P Plot of Regression Standardized Residual Dari gambar normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat bahwa sebaran data mengikuti garis normal, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pengambilan keputusan ada autokorelasi dengan cara melihat besarnya Durbin Watson (D-W) sebagai berikut : Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Berdasarkan tabel 3.4 diatas Durbin Watson (D-W) sebesar 0,487. Jadi angka D-W diantara -2
Analisisa Data 1. Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik digunakan agar dapat menghasilkan estimator linier yang akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan. Uji Asumsi Klasik terdiri dari : a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki
64
sampai +2, ini berarti tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dengan cara melihat grafik scatterplot dan uji Gjejser. Dasar analisis heteroskedastisitas adalah : jika ada pola tertentu, titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
melebihi 10. Jika nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independent masih dapat ditolerir.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masingmasing variabel independent tidak memiliki nilai yang lebih dari 10 atau hanya 1,683, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak mengandung multikolinearitas. 2. Analisisa Regresi Linier Berganda
Analisa regresi linier berganda menggunakan program SPSS untuk mengukur ada tidaknya pengaruh antara Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + e Pendapatan Asli Daerah = -1,345E10+ 64126,860X1 + 7300163,284X2 + e Dari persamaan hasil regresi di atas mempunyai arti yang dapat disampaikan sebagai berikut : X1 (Jumlah Wisatawan) = 64126,860 Artinya apabila terjadi kenaikan pada variabel Jumlah Wisatawan dalam satu satuan, maka dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebesar 64126,860 dimana faktor lainnya dalam keadaan konstan atau nol. X2 (Tingkat Hunian Hotel) = 7300163,284 Artinya apabila terjadi kenaikan pada variabel Tingkat Hunian Hotel dalam satu satuan, maka dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebesar 7300163,284 dimana faktor lainnya dalam keadaan konstan atau nol.
Gambar 3.5 Scatterplot Dependent Variable Dari gambar Scatterplot Dependent Variable di atas dapat dilihat titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak mengandung heteroskedastisitas. d. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas untuk mengetahui antar variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai korelasi. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) tiap-tiap variabel independent. Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF
65
3. Uji Hipotesis a. Uji t Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui apakah secara individu variabel bebas mempunyai pengaruh yang nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Menurut Yvonne dan Robert (2013:136) dengan ketentuan α = 0,05 dengan df = n -2 Dimana : df : degree of freedom n : jumlah sampel maka df = 36 – 2 = 34 1) Pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Dari Hasil olah data pada tabel 4.9 di atas diketahui thitung sebesar 3,761 maka diperoleh ttabel sebesar 2,032 , sehingga thitung> ttabel dan diketahui taraf signifikan 0,001 < 0,05 di mana kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha diterima ini berarti Jumlah Wisatawan secara individu berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015. 2) Pengaruh Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Dari Hasil olah data pada tabel 4.9 di atas diketahui thitung sebesar 4,746 maka diperoleh ttabel sebesar 2,032, sehingga thitung> ttabel dan diketahui taraf signifikan 0,000< 0,05 di mana kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha diterima ini berarti Tingkat Hunian Hotel secara individu berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015. b. Uji f Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
bersama sama berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 20132015. PEMBAHASAN 1. Pengaruh Jumlah Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dari Hasil olah data diketahui thitung sebesar 3,761 maka diperoleh ttabel sebesar 2,032, sehingga thitung> ttabel dan diketahui taraf signifikan 0,001 < 0,05 yang artinya Jumlah Wisatawan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Nawawi (2003), pengeluaran wisatawan tersebut menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah, pengusaha yang bergerak dibidang pariwisata dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan kepariwisataan. Jumlah Wisatawan sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015 karena sebagian dari pendapatan Kabupaten Lamongan berasal dari sektor Wisatawan sehingga realisasi retribusi yang diperoleh dari jumlah wisatawan di Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015 selalu dapat melebihi target yang telah ditetapkan. 2. Pengaruh Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dari Hasil olah data di ketahui thitung sebesar 4,746 maka diperoleh ttabel sebesar 2,032, sehingga thitung> ttabel dan diketahui taraf signifikan 0,000 < 0,05 yang artinya Tingkat Hunian Hotel berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 20132015. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Lia Ardiani Windriyaningrum (2013), semakin tinggi tingkat hunian hotel, maka semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah. Tingkat Hunian Hotel sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015 karena sebagian dari pendapatan Kabupaten Lamongan berasal dari Pajak Hotel dikarenakan masyarakat Kabupaten Lamongan banyak yang menggunakan layanan atau jasa dari Pajak hotel. 3. Pengaruh Jumlah Wisatawan Dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dari hasil olah data dapat diketahui bahwa nilai uji F sebesar 50,016 , dengan tingkat signifikan 0,05 maka dapat diketahui Ftabel 3,28 sedangkan
Dari olah data di atas dapat diketahui bahwa nilai uji F sebesar 50,016 jadi df1 = 2 dan df2 = 33, dengan tingkat signifikan 0,05 maka dapat diketahui Ftabel 3,28 sedangkan Fhitung sebesar 50,016 sehingga Fhitung> Ftabel dan diketahui taraf signifikan 0,000 < 0,05 di mana kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha diterima ini berarti Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel secara
66
Fhitung sebesar 50,016 sehingga Fhitung> Ftabel dan diketahui taraf signifikan 0,000 < 0,05 yang berarti Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel secara bersama sama berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015 dengan kata lain Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015 dipengaruhi oleh Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrul qoadarohman (2010), mengenai pengaruh Jumlah kunjungan Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2013-2015 dipengaruhi oleh Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel dikarenakan sebagian dari pendapatan yang didapat dari Kabupaten Lamongan adalah dari hasil Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel yang nantinya hasil retribusinya akan digunakan untuk membiayai belanja daerah.
Daerah di Kabupaten Lamongan tahun 2013-2015. Karena di ketahui bahwa nilai uji F sebesar 50,016 jadi df1 = 2 dan df2 = 33, dengan tingkat signifikan 0,05 maka dapat di ketahui Ftabel 3,28 sedangkan Fhitung sebesar 50,016 sehingga Fhitung> Ftabel dan di ketahui taraf signifikan 0,000 < 0,05 di mana kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha diterima ini berarti Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel secara bersama sama berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2013-2015. Saran Saran yang bisa disampaikan dari hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut: 1. Dilihat dari nilai ketiga variabel tersebut, variabel yang sangat mempengaruhi pendapatan Asli Daerah adalah variabel jumlah wisatawan. Hal yang perlu diperhatikan agar jumlah wisatawan meningkat adalah dengan meningkatkan fasilitas dan perawatan obyek wisata serta dapat menciptakan atau membuka obyek wisata baru yang memiliki daya tarik untuk didatangi oleh wisatawan. 2. Perlu adanya pengembangan hotel di Kabupaten Lamongan, baik hotel kelas melati atau hotel berbintang, karena penerimaan pajak kontribusinya terhadap pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan paling besar dibandingkan penerimaan pajak yang lainnya. 3. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dengan adanya promosi, serta komunikasi dan pembinaan terhadap industri pariwisata, sehingga nantinya kontribusi jumlah wisatawan terhadap pendapatan Asli Daerah lebih besar. 4. Melakukan penataan obyek wisata dan pengembangan obyek wisata dengan melestarikan tradisi, nilai, dan adat istiadat melalui penyelenggaraan event-event daerah. Sehingga obyek wisata yang tersedia dapat optimal menyerap wisatawan yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan pariwisata. 5. Pendapatan pariwisata yang dipengaruhi oleh jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel, perlu lebih diperhatikan dengan cara menarik investor untuk berinvestasi dalam sektor pariwisata, mengembangkan informasi peluang investasi di bidang pariwisata, dan meningkatkan serta memberikan kemudahan pemberian perizinan industri pariwisata serta kemudahan perizinan pemanfaatan obyek wisata di Kabupaten Lamongan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Jumlah wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan tahun 2013-2015. Karena di ketahui thitung sebesar 3,761 maka di peroleh ttabel sebesar 2,032 sehingga thitung > ttabel dan di ketahui taraf signifikan 0,001 < 0,05 di mana kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha diterima Sehingga ketika jumlah wisatawan naik maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan. 2. Tingkat hunian hotel berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan tahun 2013-2015. Karena di ketahui thitung sebesar 4,746 maka di peroleh ttabel sebesar 2,034, sehingga thitung> ttabel dan di ketahui taraf signifikan 0,000< 0,05 di mana kriteria uji tes ini adalah H0 ditolak dan Ha diterima Sehingga ketika tingkat hunian naik maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan. 3. Berdasarkan uji secara bersama-sama menunjukkan bahwa variabel independen jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel, secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan Asli
67
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.
Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Undip, Semarang. Pendit (2003) Ilmu Pariwisata sebuah pengantar perdana, Jakarta Pradnya Paramita.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara. Agus
Sulastiyono,
2008.
Manajemen
Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Alfabeta
sulastiyono, 2006, Manajemen penyelenggaraan Hotel, Bandung , Alfabeta.
Damardjati, R.S. 2006. Istilah-istilah Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
A.
Sulastiyono, Agus.2011. Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Seri manajemen Usaha Jasa Sarana Pariwisata dan Akomodasi. Alfabeta.
Dunia
Siahaan, P.M., 2005, Pajak Daerah dan Reetribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2005. Kamus Inggris Indonesia : An English Indonesian Dictionary. Jakarta: PT
Situmorang. (2010). Data Penelitian; Menggunakan Program SPSS. Medan: USU Press.
Gramedia.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.
Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Halim, A., dan Kusufi, S., 2012, Akuntansi Sektor Publik teori, konsep dan aplikasi, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, 2011, Statistika Untuk Penelitian, Edisi Koen Meyers,
2009,
Pengertian
Pariwisata, 19, Alfabeta, Bandung.
Diakses Februari 2015. Lia Ardiani Windriyaningrum (2013), Referensi pengaruh tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan, dan jumlah obyek wisata terhadap pendapatan sektor pariwisata di kabupaten kudus tahun 1981-2011
Sugiyono, 2012, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2013, Metode penelitian, Edisi 19, Alfabeta, Bandung.
Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.
Suharsimi, A., 2001, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang Kompetitif. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suparmoko,
Nasrul qoadarohman (2010), mengenai pengaruh Jumlah kunjungan Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
2002, Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Andi,Yogyakarta.
Undang-undang Pariwisata Nomor 10 tahun 2009 Tentang Industri Pariwisata. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pleanggra,F. 2012. Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Retribusi Obyek Pariwisata 35Kabupaten/Kota di
Pajak Daerah dan Retribusi.
68
Undang-Undang Nomor No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Widya, Karisma. 2013. Analisis Peran Industri Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonosobo. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Widyaningrum,
(2013)
Bandung-menargetkan
jumlah kunjungan wisatawan Wijaya, Ida bagus & Made DS Mustika 2014, Pengaruh jumlah kunjungan wisatawan. Lama tinggal dan pengeluaran wisatawan mancanegara terhadap pendapatan sektor perdagangan. (hotel dan restoran (PHR) Provinsi Bali tahun 2000-2012. Arditia, Reza. 2012. Analisis Kontribusi dan Efektivitas Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya
69