Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Berliana Ridhowati & Sumarsih 20 - 26
HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMK BISNIS DAN MANAJEMEN TEACHERS’ OBSTACLE IN IMPLEMENTING THE ACCOUNTING LEARNING USING CONTEXTUAL APPROACH Oleh: Berliana Ridhowati Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Sumarsih Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hambatan guru dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi dengan indikator pendekatan kontekstual ditinjau dari aspek konstruktivisme, menemukan, bertanya, kerjasama, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini 25 guru akuntansi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui guru mengalami hambatan ditinjau dari indikator pendekatan kontekstual. Ditinjau dari indikator pendekatan kontekstual sebanyak 28% guru terhambat pada aspek kontruktivisme dan menemukan, sebanyak 24% guru terhambat pada aspek bertanya, sebanyak 24% guru terhambat pada aspek kerjasama, sebanyak 20% guru terhambat pada aspek permodelan, sebanyak 16% guru terhambat pada aspek refleksi, dan sebanyak 24% guru terhambat pada aspek penilaian autentik. Kata kunci: hambatan guru, pembelajaran akuntansi, pendekatan kontekstual Abstract The aim of this research is to determine teachers’ barrier in implementing accounting learning using contextual approach in the aspects of constructivism, inquiry, questioning, collaboration, modeling, reflection, and authentic assessment. The research is categorized as a quantitative descriptive research. Subjects in the research are 25 accounting teachers. The data was collected using questionnaires and interviews. The data was then analyzed using both qualitative and quantitative descriptive techniques. The research result showed that teachers encounter obstacle reviewed from contextual approach indicators. Reviewed from the indicators of contextual approach, there were28% of teachers were obstructed in constructivism and inquiry aspect, 24% of teachers were obstructed on question aspect, 24% were obstructed in the collaboration aspect, 20% of teachers were obstructed in the modeling aspect, 16% were obstructed in reflection aspect, and 24% were obstructed in the authentic assessment aspect. Keywords: teacher barriers, accounting learning, contextual approach. 20
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Berliana Ridhowati & Sumarsih 20 - 26
mendukung, sarana prasarana pembelajaran yang tidak memadai, kualitas guru yang tidak merata, kondisi siswa yang kurang mendukung, biaya tidak memadai, keterbatasan waktu, dukungan orang tua, dan kejelasan kurikulum. Berdasarkan observasi 11 November 2014 yang dilakukan peneliti dengan wawancara terhadap perwakilan guru akuntansi di SMK Negeri Bisnis dan Manajemen. Guru dalam penerapan diketahui bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual di sekolah menghadapi berbagai kendala baik itu yang berasal dari guru, sarana prasarana dan kejelasan kurikulum. Guru mengalami kesulitan untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh masing-masing siswa karena karakteristik siswa yang berbeda-beda. Selain itu masih banyak guru yang kurang paham atau bahkan bersikap acuh terhadap pembelajaran kontekstual sehingga mereka masih cenderung memilih untuk menggunakan pembelajaran konvensional seperti ceramah dan penugasan. Selain itu kurikulum yang diterapkan saat itu masih belum jelas karena awalnya sekolah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kemudian berganti menjadi Kurikulum 2013 dan akhirnya tetap menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pergantian kurikulum ini juga menghabiskan waktu guru dalam menyiapkan proses pembelajaran. Dikarenakan guru perlu mengubah administrasi guru sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Sarana prasarana di sekolah juga kurang mendukung proses pembelajaran kontekstual. Contohnya seperti laboratorium komputer untuk program studi akuntansi di sekolah belum tersedia sesuai dengan jumlah siswa. Hal ini tentunya dapat menghambat guru mengetahui pemahaman siswa secara individu. Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada faktor guru. Oleh karena itu perlu di cari hambatan dalam aspek konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik.
PENDAHULUAN KBK dan KTSP merupakan kurikulum yang ingin mengantisipasi perubahan dan tuntutan masa depan siswa. Langkah ini diketahui bahwa kurikulum 1994, mayoritas masih berbasis materi. Penjabaran materi antar kelas tidak terlihat jelas kesinambungannya. Salah satu model pembelajaran yang terdapat dalam KBK dan KTSP yaitu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006: 255). Kurikulum KTSP sebagai penyempurna KBK membutuhkan media yang tidak lain adalah komponen pendidikan yang terkait dengan sistem pendidikan nasional. Dinamika ini terkait dengan komponen seperti peserta didik, tenaga kependidikan, akreditasi lembaga pendidikan dan berbagai faktor lainnya. Guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan. Guru professional adalah guru yang dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Melalui model pembelajaran akuntansi dengan pendekatan kontekstual diharapkan siswa tidak hanya mengetahui pengetahuan akuntansi, namun juga memberikan kesan yang mendalam pada siswa. Sehingga dapat mendorong siswa untuk mengimplementasikan konsep nilai akuntansi dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanakan pembelajaran perlu melibatkan komponen dalam pendekatan kontekstual yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Pembelajaran kontekstual sangat baik jika diterapkan dalam proses belajar mengajar. Menurut Kokom Komalasari (2010: 248) hambatan yang terjadi dalam penerapan pembelajaran kontekstual yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang kurang 21
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Berliana Ridhowati & Sumarsih 20 - 26
Penyebab adanya hambatan serta rekomendasi yang di usulkan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hambatan guru dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi dengan indikator pendekatan kontekstual ditinjau dari aspek konstruktivisme, menemukan, bertanya, kerjasama, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diawali dengan deskripsi data angket yang didukung oleh data wawancara. Tabel 1.
Deskripsi Hambatan dalam Melaksanakan Aspek Konstruktivisme dan Menemukan No Skor Frek % Interpretasi 1 5-8,49 4 16 Sangat Tidak Menghambat 2 8,75- 14 56 Tidak 12,49 Menghambat 3 12,5- 7 28 Menghambat 16,24 4 16,25- 0 0 Sangat 20 Menghambat Jumlah 25 100
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015. Penelitian ini dilakukan di 3 SMK Negeri Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman. Subjek Penelitian Responden yang menjadi subjek penelitian adalah sejumlah 25 guru akuntansi yang mengajar di SMK Negeri 1 Godean, SMK Negeri 1 Tempel, dan SMK Negeri 1 Depok. Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data guru dalam penelitian ini menggunakan metode angket, dan wawancara. Angket digunakan untuk mengetahui hambatan guru. Wawancara digunakan untuk mengetahui penyebab hambatan dan rekomendasi guru dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi dengan pendekatan kontekstual. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Teknik analisis data kuantitatif untuk menganalisis data angket. Teknik analisis data kualitatif untuk menganalisis data wawancara. Data wawancara digunakan untuk mendukung data angket.
Berdasarkan perhitungan tabel 1 dapat disimpulkan 28% guru terhambat dalam aspek konstruktivisme dan menemukan. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru masih mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek konstruktivisme dan menemukan yaitu sebagian besar guru masih menggunakan metode trial and error, demonstrasi, dan ceramah. Hasil penelitian ini mendukung teori menurut Kokom Komalasari, (2010: 249-251) bahwa penyebab hambatan pembelajaran kontekstual dikarenakan guru masih ingin mempertahankan metode tradisional yang mereka lakukan bertahuntahun. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian relevan Sitoargi Pratiwi (2011) bahwa, masih kurangnya penentuan metode belajar yang mendukung siswa untuk menentukkan pengetahuannya sendiri. Hambatan ditinjau dari aspek konstruktivisme dan menemukan dapat dilihat dalam gambar berikut:
22
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Berliana Ridhowati & Sumarsih 20 - 26
Gambar 1.
Hambatan Dalam Aspek Kontruktivisme dan Menemukan
Gambar 2.
Hambatan Bertanya.
dalam
Aspek
Tabel 2. Deskripsi Hambatan Dalam Melaksanakan Aspek Bertanya No Skor Frek % Interpretasi 1 3-5,24 8 32 Sangat Tidak Menghambat 2 5,25- 13 52 Tidak 7,4 Menghambat 3 7,54 16 Menghambat 9,74 4 9,75- 0 0 Sangat 12 Menghambat Jumlah 25 100
Tabel 3.
Deskripsi Hambatan dalam Melaksanakan Aspek Kerjasama No Skor Frek % Interpretasi 1 6-10,4 6 24 Sangat Tidak Menghambat 2 10,513 52 Tidak 14,9 Menghambat 3 15-19,4 6 24 Menghambat 4 19,5-24 0 0 Sangat Menghambat Jumlah 25 100
Berdasarkan perhitungan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa 24% guru terhambat dalam aspek bertanya. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru masih mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek bertanya yaitu siswa yang masih pasif sehingga kemampuan siswa untuk berpikir kritis masih kurang. Hasil penelitian ini didukung oleh teori menurut Jamal Ma’mur, (2012: 191-200) mengenai hambatan pembelajaran kontekstual bahwa siswa masih termasuk kategori pasif, belum berpikir kritis, analisis, dan solutif. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian relevan Sitoargi Pratiwi (2011) bahwa, kemampuan guru untuk menumbuhkan minat bertanya masih kurang. Hambatan ditinjau dari aspek bertanya dapat dilihat dalam gambar berikut:
Berdasarkkan perhitungan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa 24% guru terhambat dalam aspek kerjasama. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek kerjasama yaitu keterbatasan waktu saat melakukan presentasi kelompok di kelas. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian relevan menurut Rina Astiandari (2007) dalam hambatan pelaksanaan pembelajaran kontekstual yaitu kurangnya waktu dalam mengadakan presentasi kelompok. Selain itu juga di dukung teori menurut Kokom Komalasari, (2010: 248) bahwa keterbatasan waktu menjadi penghambat dalam pembelajaran kontekstual. Hambatan ditinjau dari aspek kerjasama dapat dilihat dalam gambar berikut:
23
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Berliana Ridhowati & Sumarsih 20 - 26
Gambar 3. Hambatan dalam Aspek Kerjasama
Gambar 4. Hambatan dalam Aspek Permodelan.
Tabel 4. Deskripsi Hambatan Dalam Melaksanakan Aspek Permodelan
Tabel 5. Deskripsi Hambatan dalam Melaksanakan Aspek Refleksi.
No Skor 1 4-6,9
Frek 2
% 8
2
7-9,9
17
68
3 4
10-12,9 13-17
6 0
24 0
25
10 0
Jumlah
No 1
Interpretasi Sangat Tidak Menghambat Tidak Menghambat Menghambat Sangat Menghambat
2
Skor Frek 3-5,24 5
5,257,4 3 7,59,74 4 9,7512 Jumlah
% 20
14
56
6
24
0
0
25
100
Interpretasi Sangat Tidak Menghambat Tidak Menghambat Menghambat Sangat Menghambat
Berdasarkan perhitungan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa 16% guru terhambat dalam aspek refleksi. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek refleksi yaitu keterbatasan waktu dalam pelaksanaan refleksi. Hasil penelitian ini didukung dengan teori Kokom Komalasari, (2010: 248) bahwa keterbatasan waktu menjadi faktor penghambat dalam pembelajaran kontekstual. Selain itu hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian relevan menurut Sitoargi Pratiwi (2011) bahwa kemampuan guru dalam mengelola waktu masih kurang. Hambatan ditinjau dari aspek refleksi dapat dilihat dalam gambar berikut:
Berdasarkan perhitungan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa 20% guru terhambat dalam aspek kerjasama. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru mengalami hambatan. Salah satu penyebab dalam aspek permodelan yaitu sulit mendatangkan ahli dari luar di kelas dan dana yang kurang memadai dalam pelaksanaan permodelan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian relevan menurut Rina Astiandari (2007) dalam hambatan pelaksanaan pembelajaran kontekstual yaitu kurangnya waktu dalam mendatangkan ahli di kelas. Selain itu juga didukung teori menurut Kokom Komalasari, (2010: 248) bahwa biaya atau dana belum memadai untuk memenuhi pembelajaran kontekstual. Hambatan ditinjau dari aspek permodelan dapat dilihat dalam gambar berikut:
24
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Berliana Ridhowati & Sumarsih 20 - 26
penilaian autentik gambar berikut:
dapat
dilihat
dalam
Gambar 5. Hambatan dalam Aspek Refleksi. Tabel 6. Deskripsi Hambatan dalam Melaksanakan Aspek Penilaian Autentik No Skor Frek % Interpretasi 1 3-5,24 5 20 Sangat Tidak Menghambat 2 5,25-7,4 15 60 Tidak Menghambat 3 7,5-9,74 5 20 Menghambat 4 9,75-12 0 0 Sangat Menghambat Jumlah 25 10 0 Berdasarkan perhitungan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa 24% guru terhambat dalam aspek penilaian autentik. Hasil angket tersebut juga didukung oleh hasil wawancara adanya penyebab yang mengakibatkan sebagian guru mengalami hambatan. Salah satu penyebab hambatan dalam aspek penilaian autentik yaitu guru dalam mengetahui perkembangan siswa masih melakukan pengamatan secara klasikal dalam satu kelas belum maksimal dalam melakukan penilaian autentik. Hasil penelitian ini didukung teori menurut Kokom Komalasari, (2010: 247) bahwa guru merasa kesulitan dalam melaksanakan penilaian autentik, karena belum memahami prosedur penggunaannya. Selain itu juga sesuai dengan hasil penelitian relevan Febrina Ratna Sari (2012) bahwa dalam proses penilaian guru belum melaksanakan penilaian autentik sesuai dengan prosedur yang ada. Hambatan ditinjau dari aspek
Rekomendasi untuk pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: a. Guru mampu memilih dan menyesuaiakan metode yang sesuai dengan situasi, kondisi kelas dan materi yang diajarkan. b. Sekolah memfasilitasi guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran kontekstual. c. Pemerintah memberikan pelatihan tentang pendekatan kontekstual bagi guru akuntansi secara menyeluruh dan detail. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu faktor yang menghambat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual adalah guru. Ditinjau dari beberapa aspek guru masih mengalami hambatan. Guru mengalami hambatan dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi dalam indikator pendekatan kontekstual sebanyak 28% guru terhambat pada aspek kontruktivisme dan menemukan, sebanyak 24% guru terhambat pada aspek bertanya, sebanyak 24% guru terhambat pada aspek kerjasama, sebanyak 20% guru terhambat pada aspek permodelan, sebanyak 16% guru terhambat pada aspek refleksi, dan sebanyak 24% guru terhambat pada aspek penilaian autentik. Secara rinci diuraikan beberapa aspek sebagai berikut: a. Aspek konstruktivime dan menemukan diketahui 4 (16%) guru merasa sangat 25
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Berliana Ridhowati & Sumarsih 20 - 26
b.
c.
d.
e.
f.
tidak terhambat, 14 (56%) guru merasa tidak terhambat, dan 7 (28%) guru terhambat. Aspek bertanya diketahui 6 (24%) guru merasa sangat tidak terhambat, 13 (52%) guru merasa tidak terhambat, dan 6 (24%) guru merasa terhambat. Aspek kerjasama diketahui 5 (20%) guru merasa sangat tidak terhambat, 14 (56%) guru merasa tidak terhambat, dan 6 (24%) guru merasa terhambat. Aspek permodelan diketahui 5 (20%) guru merasa sangat tidak terhambat, 15 (60%) guru tidak terhambat, dan 5 (20%) guru merasa terhambat. Aspek refleksi diketahui 8 (32%) guru merasa sangat tidak terhambat, 13 (52%) guru merasa tidak terhambat, dan 4 (16%) guru merasa terhambat. Aspek penilaian autentik diketahui 2 (8%) guru merasa sangat tidak terhambat, 17 (68%) merasa tidak terhambat, dan 6 (24%) guru merasa terhambat.
Kokom Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama. Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Rina
Astiandari. (2007). Pelaksanaan Pendekatan Kontekstual dan Hambatan-Hambatan Pada Mata Pelajaran Kewarganegaraan Siswa Kelas VII SMPN 1 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.Skripsi. Jurusan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sitoargi Pratiwi. (2011). Faktor-faktor yang Menghambat Guru dalam Pembelajaran Ekonomi dengan Pendekatan Kontekstual di SMA Negeri se-Kabupaten Sleman. Skripsi. Jurusan Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Saran
Undang-undang nomor 22 tahun 2003 tentang Pendidikan.
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka saran yang dapat disampaikan yaitu: Setelah di identifikasi 7 guru mengalami hambatan di beberapa aspek oleh karena itu perlu adanya pelatihan tentang pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga mendukung guru dalam pembelajaran kontekstual.
Wina Sanjaya. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:Kencana.
DAFTAR PUSTAKA Febrina Ratna Sari. (2012). Faktor-faktor yang Menghambat Guru dalam Pembelajaran Akuntansi dengan Pendekatan Kontekstual di SMK Negeri se Sleman .Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi. Universitas Negeri Yogyakarta. Jamal Ma’mur Asmani. (2012). 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press. 26