JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN VOL. 3, NO. 3, SEPTEMBER 2012: 213

Download INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN MAS KOKI (Carassius auratus) ... koki yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila melalui ...

0 downloads 358 Views 335KB Size
Jurnal Perikanan dan Kelautan ISSN : 2088-3137

Vol. 3, No. 3, September 2012: 213-220

UJI EFEKTIVITAS DAUN PEPAYA (Carica papaya) UNTUK PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA IKAN MAS KOKI (Carassius auratus) Adam Haryani*, Roffi Grandiosa**, Ibnu Dwi Buwono** dan Ayi Santika*** *) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad **) Staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad ***) Staf Pegawai Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan daun pepaya dalam mengobati penyakit ikan mas koki yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental Rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan tersebut adalah 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan 2000 ppm. Parameter yang diamati meliputi kelangsungan hidup ikan uji, gejala klinis, uji histopatologi hati dan ginjal, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan daun pepaya untuk pengobatan ikan mas koki yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila melalui perendaman selama 48 jam pada konsentrasi 1000 ppm merupakan perlakuan terbaik dengan kelangsungan hidup sebesar 73,33%, sedangkan dari hasil Uji Regresi diketahui bahwa dosis optimum penggunaan daun pepaya dengan perendaman selama 48 jam yaitu 1245 ppm serta pengaruh perbedaan konsentrasi larutan daun pepaya terhadap kelangsungan hidup ikan mas koki sebesar 99,31 % dengan nilai R2 = 0,9863. Kata kunci : Aeromonas hydrophila, daun pepaya, ikan mas koki, kualitas air.

ABSTRACT EFFECTIVENESS OF PAPAYA LEAF (Carica papaya) FOR TREATMENT OF Aeromonas hydrophila INFECTION IN GOLDFISH (Carassius auratus) This research was to study the effectiveness of papaya leaf (Carica papaya) for treatment of Aeromonas hydrophila infection in goldfish (Carassius auratus). The method used in this study was an experimental method with completely randomized design (CRD) of five treatments and three replications. The treatment is 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm and 2000 ppm. The parameters observed include survival rate, clinical symptoms, histopathology test from liver and kidney organ, and water quality. The results showed that the use of papaya leaf for treatment of Aeromonas hydrophila infected goldfish by immersion method for 48 hours at a concentration of 1000 ppm was the best treatment with the survival of 73.33%, while from the test results of linear regression was known that the optimum dose of papaya leaf by immersion for 48 hours was 1245 ppm and the effect of the papaya leaf concentration upon survival rate of goldfish was 99.31% with the value of R2 = 0.9863. Keywords: Aeromonas hydrophila, goldfish, papaya leaf, water quality.

214

Adam Haryani, Roffi Grandiosa, Ibnu Dwi Buwono dan Ayi Santika PENDAHULUAN Dalam kegiatan budidaya ikan mas koki memiliki banyak permasalahan yang umumnya dihadapi oleh para pembudidaya ikan mas koki itu sendiri. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi pembudidaya ikan mas koki adalah penyakit (Effendi, 1998). Bakteri Aeromonas hydrophila adalah jenis bakteri yang bersifat patogen dan dapat menyebabkan penyakit sistemik serta mengakibatkan kematian secara masal. Bakteri Aeromonas hydrophila ini seringkali mewabah di Asia Tenggara sampai sekarang. Salah satu penyakit yang dapat menyerang ikan air tawar baik ikan hias atau pun ikan konsumsi dan dapat mematikan sampai 100% ikan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, dengan gejala klinis berupa luka dibagian tubuh ikan dan bakteri ini menyerang semua umur dan hampir semua komuditas perikanan yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa Barat bahkan menjadi wabah mematikan pada ikan air tawar dan menyebabkan kerugian yang sangat besar (Kamiso dan Triyanto, 1993). Aeromonas hydrophila merupakan bakteri heterotrofik uniseluller, tergolong protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya membran yang memisahkan inti dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7-1,8 x 1,0-1,5 µm dan bergerak menggunakan sebuah polar flagel (Kabata, 1985). Hal ini diperkuat oleh Krieg dan Holt (1984), yang menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila bersifat motil dengan flagela tunggal di salah satu ujungnya. Bakteri ini berbentuk batang sampai dengan kokus dengan ujung membulat, fakultatif anaerob, dan bersifat mesofilik dengan suhu optimum 20 - 30 ºC (Kabata, 1985). Aeromonas hydrophila bersifat Gram negatif, oksidasi positif dan katalase positif (Krieg dan Holt, 1984). Bakteri ini juga mampu memfermentasikan beberapa gula seperti glukosa, fruktosa, maltosa, dan trehalosa. Hasil fermentasi dapat berupa senyawa asam atau senyawa asam dengan gas. Pada nutrient agar, setelah 24 jam dapat diamati koloni bakteri dengan diameter 1-3 mm yang berbentuk cembung, halus dan terang (Isohood dan Drake, 2002).

Aeromonas hydrophila merupakan bakteri yang secara normal ditemukan dalam air tawar. Infeksi Aeromonas hydrophila dapat terjadi akibat perubahan kondisi lingkungan, stres, perubahan temperatur air yang terkontaminasi dan ketika host (inang) tersebut telah terinfeksi oleh virus, bakteri atau parasit lainnya (infeksi sekunder), oleh kerena itu bakteri ini disebut dengan bakteri yang bersifat patogen oportunistik (Dooley et al., 1985). Bakteri ini dapat bertahan dalam lingkungan aerob maupun anaerob dan dapat mencerna material-material seperti gelatin dan hemoglobin. Aeromonas hydrophila resisten terhadap chlorine serta suhu yang dingin (faktanya Aeromonas hydrophila dapat bertahan dalam temperatur rendah ± 4 ºC), tetapi setidaknya hanya dalam waktu 1 bulan (Krieg dan Holt, 1984). Austin dan Austin (1993), menambahkan bahwa sebagian besar isolat Aeromonas hydrophila mampu tumbuh dan berkembang biak pada suhu 37 0C dan tetap motil pada suhu tersebut. Disamping itu, bakteri Aeromonas hydrophila mampu tumbuh pada kisaran pH 4,7 - 11 (Cipriano et al., 1984, diacu dalam Fauci, 2001). Penularan bakteri Aeromonas hydrophila sangat cepat melalui perantara air, kontak bagian tubuh ikan, atau peralatan budidaya yang tercemar/terkontaminasi bakteri. Bakteri ini bersifat patogen, menyebar secara cepat pada padat penebaran yang tinggi dan dapat mengakibatkan kematian benih sampai 100% (Kabata, 1985). Aeromonas hydrophila yang patogen, diduga memproduksi faktorfaktor eksotoksin dan endotoksin, yang sangat berpengaruh pada patogenitas bakteri ini. Eksotoksin merupakan komponen protein terlarut, yang disekresikan oleh bakteri hidup pada fase pertumbuhan eksponensial. Produksi toksin ini biasanya spesifik pada beberapa spesies bakteri tertentu baik Gram positif maupun Gram negatif, yang menyebabkan terjadinya penyakit terkait dengan toksin tersebut. Tanaman obat yang aman digunakan, murah dan mudah didapat oleh para petani ikan adalah daun pepaya, yang merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat alami

Uji Efektivitas Daun Pepaya (Carica papaya) untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Mas Koki (Carassius auratus) untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Kandungan bahan kimia yang terkandung dalam daun pepaya seperti, senyawa polifenol, alkaloid karpain, flavonoid, dan lain – lain. Selain itu, daun pepaya yang masih segar juga diketahui banyak menghasilkan getah berwarna putih yang mengandung suatu enzim pemecah protein atau proteolitik yang disebut enzim papain, enzim ini diketahui sangat ampuh untuk menghambat laju pertumbuhan bakteri (Razak, 1996). Pengobatan melalui sistem perendaman dalam larutan daun pepaya sangat efektif karena senyawa anti bakteri yang larut dalam air dapat diserap dengan baik oleh kulit, insang, hati, dan ginjal (Sukamto, 2007). Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Flavonoid dan flavonol disintesis tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba, sehingga secara in vitro efektif terhadap mikroorganisme. Senyawa ini merupakan antimikroba karena kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid yang bersifat lipofilik akan merusak membran mikroba. Flavonoid bersifat anti inflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan serta membantu mengurangi rasa sakit, bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka. Selain itu, flavonoid bersifat antibakteri dan antioksidan serta mampu meningkatkan kerja sistem imun karena leukosit sebagai pemakan antigen lebih cepat dihasilkan dan sistem limfoid lebih cepat diaktifkan (Anonim, 2007). Menurut Harborne (1987), flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa fenol dari tumbuhan memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen, sehingga dapat merusak membran sel bakteri. Karpain merupakan senyawa alkaloid yang khas dihasilkan oleh tanaman pepaya. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik. Alkaloid bersifat toksik terhadap mikroba, sehingga efektif membunuh bakteri dan virus, sebagai antiprotozoa dan antidiare, bersifat detoksifikasi yang mampu menetralisir racun dalam tubuh (Naim, 2004). Alkaloid diketahui mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Zat ini akan dibawa oleh aliran darah menuju sel-

sel tubuh. Hasilnya sel-sel tersebut menjadi aktif dan terjadi perbaikanperbaikan struktur maupun fungsi (Anonim, 2007). Mekanisme kerja dari alkaloid dihubungkan dengan kemampuan berinteraksi dengan DNA (Naim, 2004). Selain bermanfaat sebagai senyawa antimikroba, daun pepaya memiliki sifat toksisitas (Duke, 1983). Bahan antimikrobial dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi. Bahan kemoterapeutik yang baik adalah mempunyai daya mematikan mikroba, namun tidak menyebabkan keracunan pada induk semang yang menggunakan bahan tersebut. Bahan yang demikian disebut memiliki toksisitas selektif (Waluyo, 2008). Dari hasil uji toksisitas larutan daun pepaya pada ikan mas koki (LC50 48 jam) diketahui bahwa batas toksisitas konsentrasi larutan sebesar 6039,866 ppm yang mematikan ikan sebesar 50% selama 48 jam dan LC1 48 jam didapat nilai toksisitas konsentrasi sebesar 1306,234. Sedangkan untuk hasil pengujian zona hambat (In vitro) minimum yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila diketahui pada konsentrasi 100 ppm, sementara untuk konsentrasi 500 ppm diketahui mampu menghambat laju pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila dengan baik yaitu dengan nilai rata – rata 6,18 mm. Dari hasil analisis uji in vitro diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan akan semakin besar zona hambat yang dihasilkan. Pengobatan terhadap ikan yang terserang Aeromonas hydrophila dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui penyuntikan, pengusapan, perendaman dan melalui pakan yang dicampur dengan obat. Pengobatan dengan sistem perendaman merupakan cara paling aplikatif dibandingkan dengan penyuntikan dan perendaman pakan karena dapat mempermudah proses pengobatan terutama untuk ikan yang berukuran kecil dalam skala yang banyak (Supriyadi dan Rukyani, 1990).

215

216

Adam Haryani, Roffi Grandiosa, Ibnu Dwi Buwono dan Ayi Santika BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan antara lain, Ikan mas koki (Carassius auratus) jenis Oranda sebanyak 450 ekor berukuran 3-5 cm dengan berat ±15 gram per ekor, pakan ikan komersil, daun papaya sebagai bahan herbal untuk pengobatan penyakit, alkohol dan aquadest steril, untuk mencuci preparat dan pengenceran, berbagai zat kimia seperti, xylol, parrafin, hematoksilin, dan eosin, untuk uji histopatologi organ, bakteri isolat Aeromonas hydrophila diperoleh dari BBPAT Sukabumi. Media kultur bakteri Trypticase Soy Agar (TSA) untuk perbanyakan biakan murni dan media selektif Rimler-Shott sebagai media Aeromonas biakan khusus bakteri hydrophila dan Phosphat Buffer Saline (PBS) untuk pengenceran kepadatan bakteri. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perendaman ikan mas koki dalam larutan daun pepaya selama 48 jam dengan konsentrasi 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan 2000 ppm. Konsentrasi yang digunakan untuk penelitian utama didasarkan atas

penelitian pendahuluan. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (Anova) kemudian dilakukan uji lanjut Duncan dengan tarap kepercayaan 5% (Gasperz, 1991) dan uji Regresi. Data gejala klinis dan uji histopatologi dianalisis secara deskriptif. Daun pepaya yang digunakan adalah daun pepaya yang masih segar dengan berat basah keseluruhan sekitar 2 kg dari perkebunan papaya IPB, Dramaga Bogor. Pembuatan larutan daun pepaya dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan yaitu, pertama-tama daun pepaya segar dicuci bersih kemudian dibiarkan kering udara hingga air yang masih melekat pada daun hilang. Setelah kering udara, daun segar dipotong kecil-kecil menggunakan gunting lalu ditimbang sebagai berat kasar, kemudian dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Untuk pengobatan, dosis yang sudah ditimbang kemudian dilarutkan menggunakan aquadest sebanyak 250 ml dengan suhu 45 0C selama 15 menit diatas hot plates dengan alat pengaduk magnetic sterrer (masing – masing konsentrasi), diamkan ± 5 menit untuk diendapkan kemudian dilakuakan penyaringan.

Tabel 1. Hasil uji LC50 48 jam larutan daun pepaya pada ikan mas koki Mortalitas pada jam kePerlakuan Jumlah 24 48 A1 A2 B1 B2 C1 2 2 C2 2 2 D1 4 4 D2 3 3 E1 E2 Nilai LC50 48 jam dianalisis dengan menggunakan software EPA Probhit Analisys dan didapatkan nilai 6039.866 ppm . Nilai LC50 48 jam menunjukan bahwa pada konsentrasi 6039.866 ppm daun pepaya dapat mengakibatkan mortalitas benih lele sebesar 50% dalam waktu 48 jam.

Berdasarkan hasil uji in vitro dan uji LC50 48 jam, konsentrasi yang paling efektif digunakan untuk pengobatan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila berada di atas nilai uji in vitro dengan diameter zona hambat minimal 6 mm dan di bawah nilai LC50 48 jam, yaitu dengan menggunakan LC1 48

Uji Efektivitas Daun Pepaya (Carica papaya) untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Mas Koki (Carassius auratus) jam dengan nilai konsentrasi 1306.234 ppm. Dari hasil uji zona hambat (in vitro), diketahui konsentrasi rata – rata zona hambat minimum yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah pada konsentrasi 100 ppm, dan konsentrasi yang dapat menghambat

pertumbuhan Aeromonas hydrophila terbesar adalah pada konsentrasi 6000 ppm. Sedangkan untuk konsentrasi 500 ppm dapat dikatakan sebagai batas dosis minimum dalam perlakuan penelitian utama karena memiliki nilai rata – rata zona hambat di atas 6 mm.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Zona Hambat Zona daya hambat Konsentrasi (mm) ulangan ke(ppm) I II Kontrol 100 5,33 5,27 500 6,13 6,23 1000 6,93 7,03 2000 7,27 7,23 3000 7,53 7,63 4000 7,98 8,03 6000 9,33 9,53 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan gejala klinis dilakukan dengan mengamati luka dan tingkah laku ikan mas koki akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Pada pengujian in vivo, ikan mas koki menunjukkan gejala klinis dalam waktu 4-6 jam setelah dilakukan penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila patogen. Gejala klinis yang teramati berupa peradangan (inflamasi) yang dicirikan dengan pembengkakan dan warna kemerahan pada bekas suntikan. Gejala ini terlihat merata pada semua ikan mas koki yang dilakukan infeksi buatan. Kemudian ikan dipindahkan ke akuarium perlakuan untuk direndam selama 48 jam pada konsentrasi berbeda. Setelah proses perendaman selesai, air akuarium diganti dengan air normal dan dilakukan pengamatan lanjutan. Semakin bertambahnya waktu, proses peradangan

Rata - rata zona daya hambat 5,3 6,18 6,98 7,25 7,58 8,005 9,43

semakin menunjukan perkembangan luka yang semakin besar. Pada pengamatan 24 jam setelah penyuntikan (hari ke-2), gejala peradangan berlanjut menjadi tukak dan beberapa ikan mengalami pendarahan (hemoragi) yang dicirikan dengan keluarnya darah dari kulit (Gambar 1). Selain itu, ikan terlihat stres, bergerak/berada di sekitar aerasi, dan pada umumnya ikan berenang dengan posisi tubuh miring dikarenakan keseimbangan tubuh berkurang akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Radang merupakan reaksi pertama dari hewan secara vaskuler dan seluler terhadap bakteri yang masuk kedalam tubuhnya yang menimbulkan kerusakan pada jaringan (Takashima dan Hibiya, 1995).

Ikan Sakit Ikan Pasca Pengobatan Gambar 1. Ikan Sakit dan PascaPengobatan

217

218

Adam Haryani, Roffi Grandiosa, Ibnu Dwi Buwono dan Ayi Santika Dari ikan yang hidup pada perlakuan C menunjukan adanya perubahan luka pada tubuh menuju ke arah penyembuhan (Gambar 10), hal ini semakin menguatkan efektivitas daun pepaya dalam menghambat dan mengobati ikan mas koki yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Ikan yang bertahan hidup pada akhirnya mengalami proses penyembuhan, baik sembuh

secara total (tidak terlihat gejala klinis lagi) maupun hanya sembuh parsial (masih terlihat gejala klinis). Gejala klinis yang masih teramati pada ikan yang bertahan hidup (sembuh parsial) adalah berupa sisik yang rontok dan warna kemerahan pada kulit ikan tetapi menunjukan perbaikan terutama respon terhadap pakan yang sudah mulai kembali normal seperti ikan sehat.

Tabel 3. Rata – rata Kelangsungan Hidup Ikan Mas Koki Hasil Kelangsungan Perlakuan Trannsformasi Signifikasi Hidup (%) Ke- Arcsin 5 12,92 a A 46,66 43,08 b B 73,33 58,93 d C 68,33 43,83 c D 53,33 44,04 b E Kemampuan daun pepaya dalam menyembuhkan luka terbuka karena salah satu senyawa yang terkandungan pada tanaman ini adalah saponin (Anonim, 2008). Mekanisme saponin dalam menyembuhkan luka adalah memacu pembentukan kolagen, yaitu struktur protein yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis darah (Harborne, 1987) Mekanisme pertahanan yang terjadi dalam tubuh ikan mas koki setelah bakteri (antigen) yang diinfeksikan masuk kedalam tubuh ikan mas koki adalah

pertama-tama antigen tersebut akan diproses oleh makrofag yang ada di dalam jaringan. Makrofag sebagai antigen precenting cell akan memberikan pesan kepada limfosit, sehingga produksi dan proliferasi limfosit menjadi sel plasma akan meningkat. Kemudian sel plasma akan menghasilkan antibodi sebagai mekanisme kekebalan humoral (Anderson, 1974). Tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan C (konsentrasi daun pepaya 1000 ppm), menunjukan bahwa konsentrasi penambahan daun pepaya 1000 ppm merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk mempertahankan kehidupan ikan mas koki selama masa pengamatan (14 hari).

Uji Histopatologi 1. Hati Hepatosit

Hati Sehat

Hati Sakit

Pasca pengobatan

Uji Efektivitas Daun Pepaya (Carica papaya) untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Mas Koki (Carassius auratus) Pada organ hati ikan sehat dapat dilihat strukturnya masih lengkap (Hepatosit), sementara pada ikan yang sakit terjadi pendarahan disekitar

hepatosit, dan pada ikan pasca pengobatan pendarahan sudah mulai tidak terlihat dalam arti lain sudah kembali normal.

2. Ginjal Tubulus Distal

Ikan Sehat

Ikan Sakit

Pada organ ginjal ikan sehat dapat dilihat strukturnya masih lengkap terdapat tubulus distal, sementara pada ikan yang sakit inti sel (tubulus distal hancur), dan pada ikan pasca pengobatan struktur sel sudah mulai terlihat perbaikan dalam arti lain sudah kembali normal. Pengamatan kualitas air dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Dari hasil pengamatan kisaran suhu adalah 24 – 25 0 C, dengan pH 7,00 – 8,00 dan DO 3,5 – 4,5 mg/L. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian menunjukan bahwa nilai – nilai kualitas air yang diperoleh berada dalam kisaran yang optimum untuk pemeliharaan ikan mas koki. Menurut Agus (2001), menyatakan bahwa ikan mas koki mampu berkembang dengan baik dengan kisaran suhu 20 – 25 0C dengan pH 6,5 – 8,5 dan DO 3 – 5 mg/L. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kualitas air selama penelitian memenuhi persyaratan optimum untuk budidaya ikan mas koki sehingga kematian ikan mas koki selama penelitian bukan disebabkan oleh kondisi perairan melainkan karena serangan bakteri Aeromonas hydrophila. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan uji respon ikan terhadap pakan dan uji histopatologi diketahui bahwa pemberian larutan daun pepaya dengan konsentrasi yang berbeda menggunakan metode perendaman selama 48 jam memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan

Ikan Pasca Pengobatan kontrol.Dari hasil penelitian didapatkan konsentrasi terbaik sebesar 1000 ppm yaitu menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 73,33 % dan pada hasil analisis regresi diketahui konsentrasi optimum untuk pemberian konsentrasi sebesar 1245 ppm serta pengaruh perbedaan konsentrasi daun pepaya terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan mas koki sebesar 99,31 %. Agus.

DAFTAR PUSTAKA 2001. Beberapa Pembenihan Ikan Air Yogyakarta: Kanisius.

Metode Tawar.

Anderson, P.S. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Alih bahasa: Peter Anugrah. Jakarta: EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Anonim. 2007. Tahukah Anda Manfaat Pepaya.http://ipathikmat.blogspot.c om/2008/01/pepaya-caricapapaya.html (8 April 2008). Austin, B. dan Austin, D.A. 1993. Bacterial Fish Pathogens, Disease in Farm and Wild Fish. Ed ke-2. London: Ellis Herwood. Dooley J.S.G, R. Lallier, D.H. Shaw, T.J. Trust. 1985. Electrophoretic and Immunochemical Analyses of the Lipopolycaccharides from Various Strains of Aeromonas hydrophila. J Bacteriol 164: 263-269.

219

220

Adam Haryani, Roffi Grandiosa, Ibnu Dwi Buwono dan Ayi Santika

Duke, J.A. 1983. Handbook of Energy Crops. http://www.raintree.com/papaya.htm (10 Maret 2008). Effendy. 1998. Memelihara Ikan Mas Koki Yogyakarta: Dalam Akuarium. Kanisius. Fauci A. 2001. Pengaruh Pemberian Levamisol dan Saccharomyces cereviceae Dosis 60 ppm terhadap Gambaran Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Diinfeksi Bakteri Aeromanas hydrophila (skripsi). Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu–ilmu Pertanian dan Ilmu–ilmu Teknik Biologi. CV Armico, Bandung. 472 hlm. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi ke2. Penerjemah: Dr. Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB. Isohood, J.H., M. Drake. 2002. Review: Aeromonas species in foods. J Food Prot 65: 575-582. Kabata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Cultured in the Tropics. London and Philadelphia: Taylor and Fancis Press. Kamiso dan Triyanto. 1993. Vaksinasi Aeromonas hydrophila untuk Menanggulangi Penyakit MAS pada Lele Dumbo. (Abstrak). Simposium Perikanan Indonesia I. Jakarta. Krieg, N.R. dan J.G. Holt. 1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Edisi ke-1. United States of America Baltimore: Williams & Wilkins Company.

Naim, R. 2004. Senyawa Antimikroba dari Tanaman. http://www2.kompas.com/ kompascetak/0409/15/sorotan/126 5264.htm (5 Juli 2008). Supriyadi, H. dan A. Rukyani. 1990. Imunoprofilaksis Dengan Cara Vaksinasi Pada Uasaha Budidaya Ikan. Hal:64-70. Prosiding Seminar Nasional II Penyakit Ikan Dan Udang. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor. 227hlm. Sukamto. 2007. Cara – Cara Pengobatan Ikan Dengan Menggunakan Ekstrak Tanaman Herbal. Warta Puslitbangbun. Vol. 13 No. 3. Takashima, J. dan T. Hybia. 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and Phatological Features. Kondansa Ltd. Tokyo. 186 hlm. Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode Cetakan Dasar Mikrobiologi. Pertama. Malang: UMM Press.