JURNAL PTK IPA KELAS IV

Download Abstrak: Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan ... Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada mata pelajaran...

0 downloads 536 Views 290KB Size
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN JENIS SIMBIOSIS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS IV SD 2 BESITO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Sutiyono, S.Pd.SD, SD 2 Besito Gebog Kudus [email protected]

Abstract: Classroom Action Research aims to: (1) Describe the application of Cooperative Learning Two Stay Two Stray in learning science to improve the ability to describe the type of symbiosis, (2) Describe the application of Cooperative Learning Two Stay Two Stray to improve the achievement of student learning outcomes. Methods This study is a class act performed by two cycles of action of each cycle includes: (1) planning, (2) implementation, (3) observation, and (4) reflection. The study was conducted in SD 2 Besito. Subjects in this study were fourth grade students in the academic year 2012/2013 amounted to 27 students. Analysis of comparative data using descriptive by comparing the results of formative assessment tests students in conventional teaching and learning through the Cooperative Learning Two Stay Two Stray. Based on the results of this class action can be concluded that through Cooperative Learning Two Stay Two Stray on science learning, student learning outcomes can be improved. This was evident prior to learning through Cooperative Learning Two Stay Two Stray ability to describe the type of symbiosis can be increased. Keywords: Learning, Science, Symbiosis, Cooperative Learning, Two Stay Two Stray. Abstrak: Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan mendeskripsikan jenis simbiosis, (2) Mendeskripsikan penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Metode Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dilakukan dengan dua siklus tindakan yang masing-masing siklus meliputi; (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Penelitian dilakukan di SD 2 Besito. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 27 siswa. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif dengan cara membandingkan hasil penilaian tes formatif siswa dalam pembelajaran konvensional dengan pembelajaran melalui Cooperative Learning Two Stay Two Stray.

1

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa melalui Cooperative Learning Two Stay Two Stray pada pembelajaran IPA, hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini terbukti sebelum dilakukan pembelajaran melalui Cooperative Learning Two Stay Two Stray kemampuan mendeskripsikan jenis simbiosis dapat meningkat. Kata kunci: Belajar, IPA, Simbiosis, Cooperative Learning, Two Stay Two Stray.

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada mata pelajaran IPA Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus pada semester 1 dengan kompetensi dasar mendeskripsikan jenis simbiosis menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selama ini belum mencapai hasil yang optimal. Hasil prestasi siswa masih di bawah tingkat ketuntasan belajar. Hal itu terjadi disebabkan oleh banyak faktor, antara lain, (1) metode yang digunakan dalam materi pembelajaran tersebut belum sesuai, (2) motivasi guru terhadap siswa belum maksimal, (3) masih terbatasnya buku-buku sumber, (4) pemanfaatan media atau alat peraga yang seadanya, sehingga membuat rendahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, (5) perhatian orangtua terhadap belajar anak di rumah masih kurang. Melalui diskusi bersama teman sejawat dan pembimbing tentang permasalahan yang telah teridentifikasi seperti tersebut di atas, penulis berkesimpulan bahwa permasalahan

tersebut

disebabkan

oleh

kekurangmampuan

siswa

dalam

mendeskripsikan jenis simbiosis. Kemampuan siswa tersebut dapat ditingkatkan melalui penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray. Berdasarkan teori belajar Zoltan P. Dienes tentang teori permainan dan teori belajar William H Burton (Muhammad Ali;2000;13), dengan memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar,

maka

hal

tersebut

memberikan

inspirasi

kepada

peneliti

bahwa

kekurangmampuan siswa tersebut dapat dikurangi dengan memberi perangsang dan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui bentuk permainan dengan menerapkan Cooperative Learning Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPA.

2

Berdasarkan latar belakang dan analisis masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : (1) Apakah melalui penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD 2 Besito dalam mendeskripsikan jenis simbiosis?, (2) Apakah melalui penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray dapat meningkatkan prestasi hasil belajar? Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan mendeskripsikan jenis simbiosis, (2) Mendeskripsikan penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: (1) Siswa (meningkatkan minat belajar, meningkatkan kemampuan memahami konsep IPA, mampu

memecahkan

masalah

dalam

kehidupan

sehari-hari,

meningkatkan

kemampuan dan hasil belajar siswa); (2) Guru (mengetahui kelemahan/kelebihan guru dalam mengelola pembelajaran, memberikan alternatif pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran, membantu

guru dalam melakukan perbaikan

pembelajaran); (3) Sekolah (memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik dan memuaskan, mendapatkan alternatif model pembelajaran di sekolah melalui PTK, menambah referensi tentang PTK di perpustakaan sekolah).

KAJIAN PUSTAKA Jika ditelaah dari berbagai sumber, maka akan dijumpai berbagai pengertian tentang belajar yang perumusannya satu dengan yang lainnya berbeda. Untuk memahami dan memiliki gambaran yang jelas, beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut : Menurut Nana Sujana (dalam Djannah, 2002: 8) mengartikan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan dengan diri seseorang, sedangkan menurut Hudaya (2003: 3) mengemukakan belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. 3

Dari pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap. Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran yang erat kaitannya terutama dalam menerima dan mengkomunikasikan berbagai teknologi yang terus berkembang seperti sekarang ini. Mampu menciptakan sumber daya manusia, yang terampil, teliti dan cerdas ke dalam masyarakat maju yang serba modern dengan berkepribadian dan bermoral bangsa yang luhur serta berakhlak mulia. Sehingga perlu menjaga dan meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada mata pelajaran tersebut. Pendekataan yang digunakan dalam pembelajaran IPA adalah menekankan pada fakta, konsep, dan proses (Funk;1979 dan Subiyanto;1990). Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran mengenahi fakta-fakta, dan konsep, serta memerlukan keterampilan proses yang dilakukan siswa sehingga penguasaan materi tertanam dalam diri siswa. Keterampilan proses adalah kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga berhasil menemukan sesuatu yang baru (Semiawan; 1992). Delapan keterampilan proses dasar dalam pembelajaran IPA, yaitu; (1) mengobservasi, (2) mengklasifikasikan, (3) mengukur, (4) mengkomunikasikan, (5) menginferensi, (6) memprediksi, (7) mengenal hubungan ruang dan waktu, (8) mengenal hubungan angka-angka/bilangan, Kecuali itu menurut Esler dan Esler (1984), pembelajaran IPA juga terdapat lima keterampilan proses terpadu, yaitu: (1) definisi operasional, (2) menyusun hipotesis, (3) menafsirkan data, (4) mengontrol variabel, dan (5) melakukan percobaan. Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Metode pembelajaran ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara

4

yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar (Rahim, 2001: 88). Penggunaan metode pembelajaran perlu menentukan tempat di mana kegiatan itu dilakukan, apakah di ruang kelas, di ruang demonstrasi, di laboratorium atau di luar kelas dalam kegiatan studi lapangan. Metode pembelajaran memberi warna pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di suatu sekolah (Sumiati, 2008: 96). Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghidari upaya penuangan ide kepada siswa sebagaimana terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan imposisi (Sumiati, 2008: 96). Berbagai metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika antara lain : metode penugasan, diskusi, tanya jawab, latihan, ceramah, simulasi, proyek, studi lapangan/widyawisata, demonstrasi dan ekperimen (Noehi, 2004 : 5.15). Dari beberapa metode yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaran IPA di kelas IV materi/kompetensi dasar mendeskripsikan jenis simbiosis, maka peneliti memilih dan menggunakan metode ceramah, tugas, diskusi, dan latihan melalui penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray. Cooperative Learning Two Stay Two Stray merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan, memperdalam pemahaman tentang suatu materi pembelajaran, melalui suatu bentuk permainan melalui metode tugas, diskusi, dan kerjasama dengan cara dua orang anggota kelompok bertamu ke kelompok lain. Metode Two Stay Two Stray atau metode dua tinggal dua tamu merupakan salah satu dari model cooperative learning. Cooperative berarti bekerja bersama-sama, Learning berarti pengetahuan atau pembelajaran. Model pembelajaran ini mengimplemen tasikan pendapat Zoltan P. Dienes, yang memusatkan perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswasiswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang mempelajarinya. Menurut Dienes, pembelajaran melalui permainan sangat penting sebab dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret 5

dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian pada anak didik. Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Cooperative Learning Two Stay Two Stray dilakukan melalui langkah-langkah: (1) siswa ditugaskan untuk membentuk kelompok, (2) guru memberikan tugas berupa permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya secara kelompok, (3) setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok lain, (4) anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu, mempunyai kewajiban menerima tamu dari kelompok lain, dan menyejikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu, (4) dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu ke semua kelompok dan mencatat hasil diskusi kelompok yang didatangi, (5) jika telah usai tugasnya, dua petugas ini kembali ke kelompok asal untuk membahas hasil kerja yang telah dilaksanakan. Keuntungan penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah: (1) mempertinggi peran serta siswa (keaktifan), (2) mempererat persatuan/kerukunan, (3) menjalin kerjasama, (4) melatih keberanian, (5) melatih kemandirian. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas “Melalui penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray, kemampuan siswa kelas IV SD 2 Besito dalam mendeskripsikan jenis simbiosis dapat meningkat".

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas IV semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Subjek penelitian berjumlah 27 peserta didik terdiri 15 peserta didik putra dan 12 putri. Sasaran penelitian adalah sebuah kelas yang sebagian besar warga belajarnya mengalami kesulitan dalam pembelajaran materi mendeskripsikan jenis simbiosis dalam mata pelajaran IPA.

6

Penelitian tindakan ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti telah didesain dari variabel yang ingin diteliti, untuk mengetahui kesulitan belajar materi mengidentifikasi jenis hubungan khas (simbiosis). Langkah pertama yang dilakukan adalah mengadakan observasi awal, untuk mengetahui kesulitan belajar materi mengidentifikasi jenis hubungan khas (simbisos), maka dilakukan pembelajaran pra siklus. Tes awal dan observasi awal digunakan untuk memilih tindakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan tes awal dan observasi awal dapat diketahui tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan Cooperative Learning Two Stay Two Stray. Penilitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur pelaksanaaan penelitian dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Tiap siklus dilaksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah direncanakan. Setelah diketahui kondisi awal siswa selanjutnya disusun rencana tindakan. Rencana tindakan tersusun sebagaimana terdapat pada skenario Cooperative Learning Two Stay Two Stray materi mendeskripsikan jenis simbiosis. Pengamatan dilaksanakan

dengan memakai format observasi yang telah dibuat. Mencatat semua perubahan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan guru dan menilai hasil tindakan. Refleksi dilakukan melalui evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi langkah-langkah yang dilakukan, evaluasi materi sajian, jumlah dan waktu dari setiap macam pertemuan. Pelaksanaan refleksi melibatkan kolaborator untuk membantu peneliti agar dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi Bersama dengan kolaborator peneliti berdiskusi untuk menemukan kekurangan dan kelemahan proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama. Hasil evaluasi tindakan digunakan untuk menyusun tahapan siklus II. Kegiatan siklus II meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Perencanaan tindakan siklus II meliputi perbaikan-perbaikan dan pengembangan terhadap pelaksanaan siklus I. Tindakan siklus II merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat. Tindakan yang dilakukan menggunakan model Two Stay

7

Two Stray dengan pelaksanaan lebih baik dan sempurna dari siklus pertama. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan.. Merekam semua kejadian yang menunjukkan adanya perubahan/perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran di siklus II . Analisis/evaluasi kekurangan dan kelemahan dari siklus ke-2 dilakukan pada kegiatan refleksi. Bersama dengan kolaborator peneliti berdiskusi untuk menemukan kekurangan dan kelemahan proses pelaksanaan pada siklus kedua. Hasil evaluasi tindakan digunakan untuk menetapkan ketercapaian indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian tindakan yang telah dilaksanakan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitaif. Untuk mengumpulkan data kualitatif, dilakukan melalui observasi dalam pelaksanaan pembelajaran, sedangkan data kuantitatif dilakukan melalui tes, kemudian mejadi dokumen penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Tes, yaitu pemberian tes ini diberikan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh peserta didik

setelah

aktivitas

pembelajaran materi mendeskripsikan jenis simbiosis, (2) Non tes, berupa observasi dan dokumentasi. Tugas peneliti pada kegiatan observasi atau pengamatan ini, meliputi kegiatan pemusatan perhatian peserta didik terhadap objek penelitian dengan menggunakan seluruh alat untuk merekam semua gejala yang muncul selama penelitian, yaitu: (1) Lembar observasi yang dilakukan dengan menggunakan format yang sudah disiapkan, (2) Kajian dokumen, yaitu kajian ini peneliti lakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Kurikulum, silabus, RPP yang dibuat pendidik, buku atau materi-materi bacaan lainnya dan nilai ulangan harian. Untuk mengetahui efektivitas Cooperative Learning Two Stay Two Stray perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif, yaitu (1) menganalisis hasil belajar siswa yang bentuknya nilai ulangan pada akhir setiap siklus. Nilai hasil ulangan pada setiap siklus dianalisis secara deskriptif komparatif, dengan cara membandingkan nilai ulangan pada setiap siklus dengan indikator kinerja yang ditetapkan, (2) menganalisis observasi berdasarkan hasil observasi dan refleksi setiap siklus, sedangkan pengolahan data dilakukan dengan, (1)

8

pengecakan data nilai ulangan harian, (2) analisis data menggunakan teknik deskriptif dengan persentase. Yang menjadi indikator keberhasilan PTK ini adalah sebanyak 85% siswa dalam mengikuti ulangan harian telah mendapat nilai Baik 70. Dari jumlah siswa sebanyak 27 maka sekurang-kurangnya 23 dari 27 siswa telah mendapat nilai baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Berdasarkan pengamatan pembelajaran siklus I, dapat diketahui bahwa perolehan nilai yang dicapai oleh siswa terbanyak adalah nilai 70 atau 40,7% dan yang frekuensi siswa terendah adalah nilai 60 dan 90 dengan persentase 11,1% serta nilai rata-rata 70,4.

12 10 8 BANYAK SISWA

6 4 2 0

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

NILAI Gambar 4.2 Grafik Perolehan Nilai Tes Formatif kelas IV Siklus I Grafik di atas menunjukkan bahwa penguasaan kemampuan siswa pada pelajaran IPA diperoleh nilai tertinggi adalah 90, nilai terendah 50, dan perolehan nilai terbanyak yang dicapai siswa adalah nilai 70. Siklus II Kegiatan pada siklus II, merupakan kelanjutan dari siklus I. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui empat tahap yaitu : (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengumpulan data, dan (4) tahap refleksi. Adapun kegiatan pada siklus II diuraikan sebagai berikut, Pembelajaran siklus II dapat

9

diketahui bahwa perolehan nilai yang dicapai oleh siswa terbanyak adalah nilai 80 atau 37% dan yang frekuensi siswa terendah adalah nilai 60 dengan persentase 7% serta nilai rata-rata 83. Data perolehan nilai tes formatif dapat dilihat pada grafik berikut ini :

12 10 8 BANYAK SISWA

6 4 2 0

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

NILAI Gambar 4.3 Grafik Perolehan Nilai Tes Formatif kelas IV Siklus II Peningkatan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran IPA Siklus I, dan II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Peningkatan Hasil Tes Formatif IPA Pra Siklus, Siklus I, dan II Siklus I Nilai rata-rata Tnts

Jumlah siswa Blm

70

20

Siklus II

Blm

Persen tase Tnts

Nilai rata-rata Blm

Jumlah siswa Tnts

Tnts

Persen tase Blm

7

74%

83

25

2

93%

Dari ketiga tabel dan grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. pra siklus nilai rata-rata hanya 6, siklus I mengalami peningkatan menjadi 70, dan siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 83. Ini menunjukkan hasil tes formatif mengalami peningkatan sangat baik dan merupakan upaya yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar siswa dari pra siklus

10

56%, siklus I menjadi 74% dan siklus II 93%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan

pembelajaran siswa semakin memahami

materi

yang

disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I keputusan untuk mengubah strategi pembelajaran dengan cara menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray, ternyata sangat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hanya saja pada siklus I penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray tersebut belum dapat efektif. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 70 dan tingkat ketuntasan belajarnya mencapai 74%. Pada siklus II dengan mengefektifkan penerapan Cooperative Learning Two Stay Two Stray, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi jenis hubungan khas (simbiosis), sehingga penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran benar-benar tuntas. Pada siklus II perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa telah mencapai 83 dan tingkat ketuntasan belajar mencapai 93%. Dengan demikian, perbaikan pembelajaran telah berhasil meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas di atas, dapat disimpulkan, bahwa: (1) Cooperative Learning Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran IPA, terbukti dari ketuntasan belajar pada kondisi awal 56% menjadi 93%; (2) penerapan Cooperative Learning

Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Dari pengalaman menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPA tentang mengidentifikasi jenis hubungan khas (simbiosis0, maka penulis menyampaikan beberapa saran yang perlu diperhatikan: (1) guru sebaiknya selalu berupaya mencari dan menerapkan strategi/ metode/ model pembelajaran yang cocok dan tepat dengan materi pembelajaran (misal: Cooperative Learning Two Stay Two Stray, metode diskusi, demonstrasi, eksperimen, Think-Pair-Share, Make A Match, dsb), karena model pembelajaran Two Stay Two Stray melibatkan siswa 11

secara aktif dalam pembelajaran; (2) guru sebaiknya melibatkan secara aktif kepada siswa dalam suatu pembelajaran, sehingga siswa menemukan pengalaman belajar yang bermakna; (3) guru hendaknya memberikan latihan-latihan dan tugas tentang materi pembelajaran agar siswa mampu mengingat apa yang sudah dipelajarinya.

DAFTAR PUSTAKA Ali Muhammad. 2000. Guru dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algen Sindo. Anita. 2005. Cooperatif Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia. Asmawi, dkk. 2005. Test dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Aqib Zaenal. 2004. Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya. Depdikbud. 1996. Dikdaktik Metodik Umum. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK. Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta. Haryanto.2004. Sains jilid 4 SD. Jakarta; Erlangga Kuraesin. 2005. Belajar Sains 4 SD. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa Khamim, dkk, 2007. Ilmu Pengetahuan Alam SD Kelas IV. Semarang: Aneka Ilmu. Populair Sains Group. 2002. Buku Pitar Sekolah Dasar. Bandung: Penabur Ilmu. Suciati. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Suminarsih. 2005. Model Pembelajaran. Semarang: Widya Iswara. Wahyudin Dinn. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Wismono Jaka. dkk, 2004. Gembira Belajar Sains untuk SD Kelas 4. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

12