JURNAL RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (ZEA

Download JURNAL. RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L) HIBRIDA .... berimbang pada tanaman jagung manis membuat pertumbuhan tanaman ...

0 downloads 469 Views 132KB Size
JURNAL

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L) HIBRIDA BERDASARKAN PENGGUNAAN VARIETAS DAN DOSIS PUPUK K

OLEH

ROLI IBRAHIM NIM. 613 409 075

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Nurdin, SP, M.Si NIP. 19800419 200501 1 003

Fauzan Zakaria, SP, M.Si NIP. 19670817 200312 1 001

Respon Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.) Hibrida pada Berbagai Dosis Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Hibrida. Roli Ibrahim1, Nurdin2, Fauzan Zakaria3 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas, dosis pupuk Kalium, dan interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan di Desa Tunggulo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango posisi Latitude 0O34’24,68’’ LU, posisi Longitude 123 O07’58,80’’ BT, berlangsung mulai Februari hingga April 2013. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah dalam Acak Kelompok. Petak utama adalah jagung dengan 3 varietas yaitu Pertiwi (v1), Pertiwi-2 (v2), dan C-9 (v3). Anak petak adalah dosis pupuk kalium yang terdiri dari 5 taraf yaitu control (k0), 25 kg ha-1 (k1), 50 kg ha-1 (k2), 75 kg ha-1 (k3), dan 100 kg ha-1 (k4). Parameter penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, hasil biji perpetak, dan berat 1000 biji. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan Varietas Pertiwi-2 berpengaruh lebih baik terhadap tinggi tanaman 4 MST, jumlah daun 3, 5, dan 7 MST, diameter batang 2-8 MST, hasil biji kering perpetak, dan berat 1000 biji. Pemupukan K dengan dosis 50 kg ha-1 berpengaruh lebih baik terhadap tinggi tanaman 4, 7 dan 8 MST, jumlah daun 3 dan 7 MST, dan diameter batang 8 MST. Pemupukan K dengan dosis 75 kg ha-1 berpengaruh lebih baik terhadap diameter batang 5 dan 6 MST hasil biji kering per petak, dan berat 1000 biji. Pemupukan dengan dosis 100 kg ha-1 berpengaruh lebih baik terhadap jumlah daun 6 dan 8 MST dan diameter batang 2, 3, 4, dan 7 MST. Interaksi antara penggunaan varietas dan dosis pupuk K pada kombinasi varietas Pertiwi-2 dengan dosis pupuk K 100 kg ha-1 berpengaruh lebih baik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Kata kunci: pertumbuhan, hasil, jagung, hibrida, varietas, dosis, pupuk, kalium

PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang penting dalam perdagangan produk pertanian nasional maupun internasional. Tanaman jagung di Indonesia sudah lama dibudidayakan dan merupakan pangan terpenting setelah tanaman padi. Hal ini disebabkan karena keunggulan jagung yang bersifat multiguna baik sebagai komoditas pangan yang dikonsumsi secara langsung maupun sebagai bahan baku imdustri pangan dan pakan. Produksi jagung di Gorontalo pada tahun 2009 sekitar 753.598 ton dengan luas panen 156.436 dha, produktivitas yang dicapai sekitar 48,17 ton ha-1 . Sedangkan produksi jagung pada tahun 2010 sekitar 567.110 ton dengan luas panen 124.798 ha, produktivitas yang dicapai sekitar 7.117 ton ha-1 (BPS, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa produksi jagung mengalami penurunan produksi . Penurunan produksi ini akibat menurunnya produktivitas sebesar 5,17%. 1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Potensi peningkatan produktifitas jagung masih berpeluang besar bila menanam jagung varietas unggul dan jagung hibrida. Jagung varietas unggul dapat mencapai produksi lebih dari 4,5-5,7 ton ha-1, bahkan varietas hibrida mencapai 6,0 ton ha-1. Meskipun demikian rata-rata hasil jagung yang dicapai sekarang ini kurang lebih 2,17 ton ha-1 masih jauh lebih rendah daripada potensi daya hasil varietas-varietas unggul. Varietas-varietas jagung yang digunakan oleh petani pada saat sekarang ini sudah cukup banyak, baik itu varietas hibrida misalnya varietas Pertiwi-2, Pioneer, dan sebagainya, sedangkan varietas bersari bebas misalnya varietas NK-33. Rendahnya hasil rata-rata jagung nasional antara lain disebabkan belum meluasnya varietas-varietas unggul dan belum memperhatikan penggunaan benih berkualitas ditingkat petani. Di samping itu, pengelolaan tanah, tanaman dan lingkungan dalam budidaya penanaman jagung yang salah satunya adalah pemupukan dengan teknologi yang maju yang berkembang di lapangan atau teknologi hasil penelitian pakar di budidaya. Upaya peningkatan produksi jagung melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi selalu diiringi penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada prinsipnya, pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutuhan tanaman dengan mempertimbangkan ke-mampuan tanah menyediakan hara secara alami, keberlanjutan sistem produksi, dan keuntungan yang memadai bagi petani (Sirappa dan Razak, 2010). Kalium dapat meningkatkan fotosintesis tanaman melalui peningkatan fotofosforilasi. Hasil percobaan yang dilakukan oleh Peoples dan Koch (1979) dalam Syam’un et al (2012) pada alfalfa (Medicago sativa) menunjukkan bahwa pemberian K 0,6 mM dan 4,8 mM meningkatkan kandungan K dalam jaringan tanaman masingmasing sebesar 55% clan 200% sejalan dengan meningkatnya fotosintesis pada tanaman sebesar 83% dan 187%. Peningkatan laju fotosintesis diikuti dengan peningkatan fotorespirasi dan penurunan respirasi gelap pada tanaman. Peasle dan Moss (1966) dalam Syam’un et al (2012) menyatakan bahwa fotosintesis sangat dipengaruhi oleh konsentrasi K yang terdapat pada daun tanaman jagung.

BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tunggulo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dengan posisi Latitude 0O34’24,68’’ LU, posisi Longitude 123 O 07’58,80’’ BT, yang berlangsung mulai Mei hingga September 2013. Alat-alat yang akan digunakan yaitu meteran, cangkul, sekop, timbangan analitik, parang, pipet, gelas ukur, corong, patok, tali rapiah. Bahan-bahan yang digunakan adalah 3 varietas jagung yaitu , Pertiwi-2, Pertiwi, NK 33, TSP, ZA, SP36, KCl, herbisida Toupan. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah dalam Acak Kelompok. Petak utama adalah jagung dengan 3 varietas yaitu Pertiwi (v1), Pertiwi-2 (v2), dan C-9 (v3). Anak petak adalah dosis pupuk kalium yang terdiri dari 5 taraf yaitu control (k0), 25 kg ha-1 (k1), 50 kg ha-1 (k2), 75 kg ha-1 (k3), dan 100 kg ha-1 (k4). Prosedur dari penelitian meliputi persiapan lahan, penanaman, aplikasi perlakuan dosis pupuk, pemeliharaan, dan panen. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan hasil biji per petak.

1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasarkan data hasil analisis sidik ragam yang disajikan menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan varietas berpengaruh pada tinggi tanaman pada 4 MST dan perlakuan dosis pupuk K berpengaruh nyata pada 4, 7 dan 8 MST serta interaksi antara penggunaan varietas dan taraf pupuk K terjadi pada 4 MST. Rataan uij BNT 5% disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, perlakuan penggunaan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dimana varietas Pertiwi-2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas NK-33 dan Pertiwi-2. Hal ini diduga karena morfologi atau gen-gen dari varietas Pertiwi-2 yang mengatur karakter dari tinggi tanaman sesuai dengan keadaan lingkungan sehingga mempengaruhi tinggi dari tanaman jagung. Menurut Kuruseng dan Kuruseng (2008), gen-gen yang beragam dari masing-masing varietas mempunyai karakter-karakter yang beragam pula. Lingkungan memberikan peranan dalam rangka penampakan karakter yang sebenarnya terkandung dalam gen tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan gen yang mengatur karakter-karakter tersebut. Gengen yang beragam dari masing-masing varietas divisualisasikan dalam karakter-karakter yang beragam. Tabel 1. Rekapitulasi Tinggi Tanaman Berdasarkan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk K Perlakuan

2 MST

3MST

Tinggi Tanaman (cm) 4 MST 5 MST 6 MST

7 MST 8 MST Varietas NK-33 47,03tn 71,08tn 86,88a 126,81tn 138,12tn 145,07tn 151,33tn Pertiwi-2 47,12 72,53 94,07b 132,11 141,23 148,49 153,24 BISI-2 46,81 71,45 92,25c 130,84 140,20 144,99 152,20 BNT 5% 0,34 Dosis Pupuk K Kontrol 46,80tn 70,47tn 89,33a 127,60tn 137,13tn 142,92a 148,81a -1 25 kg ha 46,87 71,89 90,89b 127,87 137,93 143,16a 148,79a 50 kg ha-1 46,91 72,00 91,62c 130,78 139,78 147,99b 155,41b 75 kg ha-1 47,04 72,00 91,66c 131,29 141,49 145,23b 152,43b 100 kg ha-1 47,31 72,09 91,82c 132,07 142,91 151,61b 155,84b BNT 5% 0,40 5,29 3,57 Interaksi tn tn * tn tn tn tn Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji BNT 5% tn=tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05 *=nyata

Perlakuan dosis pupuk K pada pengamatan tinggi tanaman juga memberikan pengaruh yang nyata pada 4. 7 dan 8 MST. Pada pengamatan tinggi tanaman 4 MST, dosis pupuk K 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan dosis 25 kg ha-1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis 50 dan 75 kg ha1 , serta dosis pupuk 25 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan (kontrol) . Sementara itu, pada pengamatan tinggi tanaman 7 dan 8 MST, perlakuan 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk 25 kg ha-1 dan tanpa perlakuan (kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 50 dan 75 kg ha-1. Hal ini diduga karena pupuk K yang dibutuhkan pada saat tanaman melakukan prosesproses metabolime terpenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maruapey (2012) dalam 1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

hasil analisis statistiknya yang menunjukkan bahwa berbagai dosis Kalium hanya memperlihatkan pengaruhnya pada komponen pengamatan tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8 MST dan produksi tanaman jagung. Interaksi antara penggunaan varietas dan dosis pupuk K pada tinggi tanaman disajikan pada Tabel 2. Perlakuan penggunaan varietas dan dosis pupuk K memberikan pengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman). Setiap perubahan yang terjadi pada perlakuan penggunaan varietas berpengaruh terhadap perlakuan dosis pupuk K. Terjadi peningkatan tingi tanaman pada perlakuan penggunaan varietas yang berbeda jika diberikan dosis pupuk K yang berbeda. Tabel 2. Tinggi Tanaman Berdasarkan Interaksi Perlakuan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk K Tinggi Tanaman 4 MST (cm) Varietas

Perlakuan Dosis Pupuk K

NK-33

Pertiwi-2

BISI-2

Kontrol 86,74a 94,03c 87,19a -1 25 kg ha 86,77a 94,03c 91,87b 50 kg ha-1 86,81a 94,03c 94,03c 75 kg ha-1 86,87a 94,07c 94,03c 100 kg ha-1 87,20a 94,17c 94,10c BNT 5% 0,68 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT 5%

Berdasarkan Tabel 2 di atas, perlakuan varietas Pertiwi-2 dengan tanpa perlakuan dan dosis 25, 50, 75, dan 100 kg ha-1 serta verietas Bisi-2 dengan dosis 50, 75, dan 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan varietas Bisi-2 dengan tanpa perlakuan dan dosis 25 kg ha-1 serta varietas NK-33 dengan tanpa perlakuan dan dosis 25, 50, 75, dan 100 kg ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa varietas Pertiwi-2 dan BISI-2 lebih respon terhadap dosis pupuk K. Menurut Haris dan Krestiani (2009), kalium dibutuhkan dalam proses fotosintesis, fiksasi CO2 dan dan transfer fotosintat ke berbagai penjuru tanaman. Pemupukan kalium disamping pupuk N dan P secara berimbang pada tanaman jagung manis membuat pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dan tahan kerebahan. Jumlah Daun Data hasil analisis sidik ragam dan rataan uji BNT 5% jumlah daun disajikan pada Tabel 3. Parameter jumlah daun untuk pengamatan dilakukan pada 2 sampai dengan 8 MST. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan varietas berbeda berpengaruh nyata pada jumlah daun 3 MST dan dosis pupuk K berpengaruh pada 3, 6, 7, dan 8 MST serta interaksi antar keduanya memberikan pengaruh pada 3 MST.

1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Daun Berdasarkan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk K Perlakuan

2 MST

3MST

Jumlah Daun (Helai) 4 MST 5 MST 6 MST

7 MST 8 MST Varietas NK-33 5,23tn 8,77a 10,92tn 11,65a 13,59tn 15,87a 18,69tn Pertiwi-2 5,35 9,40b 11,24 11,71b 13,80 16,01b 19,07 BISI-2 5,28 9,01a 11,17 11,33a 13,72 15,72ab 19,04 BNT 5% 1,24 0,79 0,19 Dosis Pupuk K Kontrol 5,27tn 8,89a 11,00tn 11,42tn 13,22a 15,41a 18,57a -1 25 kg ha 5,29 8,96ab 11,02 11,53 13,53b 15,70ab 18,63a 50 kg ha-1 5,24 9,00abc 11,18 11,58 13,64b 15,78bc 18,77ab 75 kg ha-1 5,27 9,16 abc 11,16 11,60 13,87c 15,94bc 19,06b 100 kg ha-1 5,36 9,31c 11,20 11,69 14,24d 16,50c 19,63c BNT 5% 0,36 0,15 0,27 0,37 Interaksi tn * tn tn tn tn tn Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji BNT 5% tn=tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05 *=nyata

Perlakuan penggunan varietas berbeda menunjukkan pengaruh yang nyata pada jumlah daun 3 MST. Varietas Pertiwi-2 nyata lebih tinggi (9,40 helai) dibandingkan dengan varietas NK-33 (8,77 helai) dan varietas BISI-2 (9,01 helai). Hal ini diduga karena adanya perbedaan gen-gen setiap varietas yang mengakibatkan perbedaan jumlah daun. Maruapey (2012) menjelaskan bahwa setiap tanaman memiliki susunan genetik yang berbeda-beda sehingga karakter yang dihasilkan oleh suatu tanaman berbeda pula dengan karakter yang dimiliki oleh tanaman lainnya. Berdasarkan Tabel 3, perlakuan dosis pupuk K memberikan pengaruh yang nyata 3,6, 7, dan 8 MST. Pada pengamatan 3 MST, dosis 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 25 kg ha-1 dan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan dengan dosis 50 dan 75 kg ha-1. Sementara pada pengamatan 6 MST, perlakuan dosis pupuk 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Selanjutnya pada pengamatan 7 MST, perlakuan dosis 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 25 kg ha-1 dan kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 50 dan 75 kg ha-1. Perlakuan dosis 50 dan 75 kg ha-1 berbeda nyata dengan kontrol tetapi tidak berbeda dengan dosis 25 kg ha-1. Pengamatan jumlah daun 8 MST, perlakuan dosis 100 kg ha-1 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dosis 75 kg ha-1 berbeda nyata dengan dosis 25 kg ha-1 dan kontrol tetapi tidak berbeda dengan dosis 50 kg ha-1. Perlakuan dosis 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi diduga karena kalium sangat dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan. Menurut Maruapey (2012), pada awal pertumbuhan tanaman jagung, kalium sangat berperan terutama dalam jaringan yang aktif melakukan pembelahan (jaringan meristem) pada bagian ujung. Setyamidjaja (1986) dalam Maruapey (2012) menambahkan bahwa respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat bila menggunakan dosis pupuk yang tepat. Setiap tanaman perlu mendapatkan pemupukan dengan dosis yang sesuai agar terjadi keseimbangan unsur hara di dalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta menghasilkan produksi yang optimal. Interaksi antara penggunaan varietas dan dosis pupuk K terlihat pada parameter jumlah daun pengamatan 3 MST. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan yang terjadi varietas mempengaruhi dosis pupuk, terlihat jelas bahwa jumlah perbedaannya cukup signifikan pada jumlah daun. 1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

. Tabel 4. Jumlah Daun Berdasarkan Interaksi Perlakuan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk K Jumlah Daun 3 MST (Helai) Varietas

Perlakuan Dosis Pupuk K

NK-33

Pertiwi-2

BISI-2

Kontrol 8,40a 9,07abcde 9,20bcde -1 25 kg ha 8,60ab 9,27cde 9,00abcd 50 kg ha-1 8,80abc 9,47de 8,73abc 75 kg ha-1 9,00abcd 9,53de 8,93abcd 100 kg ha-1 9,07abcde 9,67e 9,20bcde BNT 5% 0,61 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan varietas Pertiwi-2 dengan dosis pupuk K 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan varietas NK-33 dengan dosis 25, 50, 75 kg ha-1 dan tanpa perlakuan, varietas BISI-2 dengan dosis 25, 50, dan 75 kg ha-1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan varietas Pertiwi-2 dengan semua perlakuan dosis pupuk K, varietas NK-33 dengan dosis 100 kg ha-1, dan varietas BISI-2 dengan dosis 100 kg ha-1 dan tanpa perlakuan (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Pertiwi-2 lebih respon terhadap pemupukan K dan varietas NK-33 dan BISI-2 respon terhadap pemupkan K pada dosis 100 kg ha-1. Menurut Maruapey (2012), penambahan pupuk Kalium dengan dosis yang sesuai pada tanaman menyebabkan proses fisiologis tanaman berjalan dengan lebih baik, hal ini disebabkan peran unsur K sebagai aktivator enzim yang sangat penting dalam reaksi-reaksi fisiologis menyebabkan laju penimbunan fotosintat yang berjalan optimal sehingga dihasilkan biomassa tanaman yang lebih berat. Diameter Batang Perlakuan penggunaan varietas dan dosis pupuk serta interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang. Data hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan varietas berpengaruh nyata terhadap diameter batang 2-8 MST. Pengamatan 2 MST, varietas Pertiwi-2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas NK-33 dan BISI-2. Sementara itu, pada pengamatan 3 dan 4 MST, varietas Pertiwi-2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya. Pada pengamatan 5-8 MST, varietas Pertiwi-2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas NK-33 tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas BISI-2.

1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Tabel 5. Rekapitulasi Diameter Batang Berdasarkan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk K Perlakuan

2 MST

3MST

Jumlah Daun (Helai) 4 MST 5 MST 6 MST

7 MST 8 MST Varietas NK-33 0,94a 1,43a 1,94a 1,96a 2,06a 2,19a 2,34a Pertiwi-2 1,10b 1,76c 2,24b 2,97b 3,18b 3,27b 3,44b BISI-2 0,97a 1,64b 2,53c 2,84b 3,18b 3,26b 3,41b BNT 5% 0,10 0,003 0,03 0,29 0,13 0,14 0,05 Dosis Pupuk K Kontrol 0,93a 1,60a 2,19a 2,57a 2,66a 2,76a 2,92a 25 kg ha-1 0,94a 1,61a 2,22b 2,59b 2,73ab 2,83b 3,04b 50 kg ha-1 0,99a 1,60a 2,23c 2,59b 2,78ab 2,89b 3,07bc 75 kg ha-1 1,00a 1,61a 2,26d 2,60c 2,92c 3,01b 3,12bc 100 kg ha-1 1,16b 1,62b 2,29e 2,61c 2,95c 3,05c 3,17c BNT 5% 0,08 0,003 0,02 0,01 0,12 0,13 0,11 Interaksi tn * tn tn tn tn tn Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji BNT 5% tn=tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05 *=nyata

Perbedaan diameter batang tanaman jagung diduga karena faktor genetik dari varietas itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Jamilin (2011), adanya perbedaan diameter batang maupun berat kering akar pada masing-masing varietas dikarenakan adanya perbedaan genetik pada masing-masing varietas. Perlakuan dosis pupuk K memberikan pengaruh yang nyata pada diameter batang 2-8 MST. Pengamatan 2, 3, 4, 6, dan 7 MST dosis pupuk 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk lainnya pada perlakuan. Selanjutnya pada pengamatan 5 MST, dosis pupuk 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan dosis pupuk 25, dan 50 kg ha-1 serta kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk 75 kg ha-1. Perlakuan 25 dan 50 kg ha-1 lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan. Sementara itu, pada pengamatan 8 MST perlakuan dosis pupuk 100 kg ha-1 nytata lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan dan dosis pupuk 25 kg ha-1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 50 dan 75 kg ha-1. Perlakuan dosis pupuk 75 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan tetapi tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan dan dosis pupuk 25 dan 50 kg ha-1. Hal ini diduga karena tanaman cepat memberikan respon terhadap pemupukan K sehingga pupuk berpengaruh nyata. Kebutuhan kalium diabsorbsi tanaman dalam bentuk K+ dan dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya terdapat dalam jumlah kecil. Kalium berperan penting dalam proses fisiologis, metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati. Kadar kalium yang cukup pada tanaman mengakibatkan normalnya pembentukan dan pembesaran ukuran sel pada bagian tanaman. Terjadinya respon yang nyata pada hasil karena meningkatnya laju proses fotosintesis dimana unsur kalium berperan dalam fotofosforilasi dalam proses fotosintesis. Tanaman yang mendapatkan K cukup akan tumbuh lebih cepat karena K dapat memelihara tekana turgor sel secara konstan. Tekanan turgor sel yang konstan dapat memacu pembesaran sel-sel yang menyusun jaringan maristem, sehingga dapat mengasilkan tanaman yang tahan rebah (Laegraid et al, 1999 dalam Haris dan Krestiani, 2009). Interaksi antara penggunaan varietas dan dosis pupuk K terlihat pada parameter diameter batang pengamatan 3 MST. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan 1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

yang terjadi varietas mempengaruhi dosis pupuk, terlihat jelas bahwa jumlah perbedaannya cukup signifikan pada diameter batang. Tabel 6. Diameter Batang Berdasarkan Interaksi Perlakuan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk K Diameter Batang 3 MST (cm) Varietas

Perlakuan Dosis Pupuk K

NK-33

Pertiwi-2

BISI-2

Kontrol 1,43b 1,75gh 1,62c 25 kg ha-1 1,43b 1,76hi 1,63d 50 kg ha-1 1,42a 1,77i 1,63d 75 kg ha-1 1,42a 1,76hi 1,64e 100 kg ha-1 1,43b 1,74g 1,68f BNT 5% 0,02 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT 5%

Genotip yang berbeda akan memberikan tanggapan yang berbeda bila ditanam pada lingkungan yang sama, demikian sebaliknya (Kuruseng dan A. Kuruseng, 2008). Dahlan dan Prayogi, (2008) dalam Maruapey (2012) menyatakan lebih banyak faktorfaktor pertumbuhan yang diterima oleh tanaman termasuk pemupukan menyebabkan laju fotosintesis meningkat. Meningkatnya laju fotosintesis, maka CO2 yang diikat dalam proses fotosintesis tersebut akan lebih banyak daripada CO2 yang dilepaskan dalam proses respirasi. Dengan demikian, asimilat yang dihasilkan lebih banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman. Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa jagung pulut yang berasal dari Maros memberikan respon tertinggi pada dosis 100 kg Kalium ha-1 dalam menghasilkan rata-rata kadar amilopektin (74,21%) tetapi tidak berbeda nyata dengan jagung pulut dari Gowa dan Sidrap dan berbeda nyata dengan jagung pulut dari Bulukumba. Berdasarkan hasil analisis lanjutan yang dilakukan, dimana jagung pulut Maros memperlihatkan kadar amilopektin tertinggi pada semua dosis Kalium dan tidak berbeda nyata. Hasil Biji Kering Per Petak Data pengamatan berat biji berdasarkan hasil analisis sidk ragam yang disajikan pada Lampiran 25 menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan varietas dan dosis pupuk K memberikan pengaruh yang nyata sedangkan interaksi antar keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Tidak adanya interaksi antara penggunaan varietas dan dosis pupuk K pada parameter berat biji seperti yang tersaji pada Tabel 7 menunjukkan bahwa setiap perubahan yang terjadi varietas tidak mempengaruhi dosis pupuk, terlihat jelas bahwa berat biji perbedaannya tidak begitu siginifikan atau relatif sama.

1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Tabel 8. Rataan Hasil Biji Kering Perpetak Berdasarkan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk K Perlakuan Hasil Biji Kering Perpetak (g/petak) Varietas NK-33 1133,93a Pertiwi-2 1272,01c BISI-2 1174,04b BNT 5% 103,20 Dosis Pupuk K Kontrol 1090,22a 25 kg ha-1 1182,32ab 50 kg ha-1 1132,02a 75 kg ha-1 1228,07abc 100 kg ha-1 1333,99c BNT 5% 151,47 Interaksi tn Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji BNT 5% tn=tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05 *=nyata

Berdasarkan Tabel 7 di atas, perlakuan varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat berat biji. Varietas Pertiwi-2 nyata lebih tinggi dibandingkan varietas NK-33 dan BISI-2. Hal ini diduga karena perbedaan genetik masing-masing varietas. Menurut Kuruaseng dan A. Kuruaseng (2008), varietas merupakan kelompok tanaman dengan ciri khas yang seragam dan stabil serta mengandung perbedaan yang jelas dari varietas lain. Demikian halnya dengan ketiga jenis varietas hibrida yang digunakan meskipun ketiganya merupakan jenis unggul tetapi karena adanya perbedaan varietas sehingga sifat-sifat yang dimunculkan juga berbeda dengan asumsi bahwa ketiganya ditanam pada suatu kondisi lingkungan yang relatif sama. Perlakuan dosis K juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat biji. Perlakuan dosis pupuk 100 kg ha-1 nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan dan dosis pupuk 25 serta 50 kg ha-1 tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk 75 kg ha1 . Hal ini diduga karena unsur K yang terkandung dalam pupuk berperan membantu tanaman dalam meningkatkan berat biji. Maruapey dan Faesal (2010) menjelaskan bahwa unsur kalium yang dikandung dalam pupuk KCl memegang peran penting dalam meningkatkan ukuran dan bobot biji. Unsur kalium berperanan penting dalam pembentukan dan translokasi karbohidrat. Dalam hal ini diduga dengan pemberian pupuk KCl 100 kg per hek-tar telah memberikan sokongan yang cukup untuk lancarnya translokasi dan pembentukan karbohidrat yang diperlu-kan untuk pertum-buhan organ generatif dalam hal ini pertum-buhan biji sehingga meningkatkan produksi yang dihasilkan. Sutedjo (2010) menambahkan kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan kualitas biji/buah. Berat 1000 Biji Berdasarkan hasil analisis sidik ragam yang tersaji pada Lampiran 26 dan Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan varietas dan dosis pupuk K memberikan pengaruh yang nyata sedangkan interaksi tidak memberikan pengaruh yang nyata. Interaksi yang tidak terjadi menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada penggunaan varietas tidak mempengaruhi dosis pupuk. 1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan varietas Pertiwi-2 nyata lebih tinggi dibandingkan penggunaan varietas Bisi-2 dan NK 33. Hal ini diduga karena genetip dari masing-masing varietas akan memerikan respon yang berbeda. Maruapey (2012) menjelaskan genotip yang berbeda akan memberikan tanggapan yang berbeda bila ditanam pada lingkungan yang sama, demikian sebaliknya. Tabel 8. Rataan Berat 1000 Biji Berdasarkan Penggunaan Varietas dan Dosis Pupuk K Perlakuan Berat 1000 Biji (g) Varietas NK-33 196,71a Pertiwi-2 200,41c BISI-2 198,33b BNT 5% 2,00 Dosis Pupuk K Kontrol 196,58a 25 kg ha-1 197,14a 50 kg ha-1 198,28ab 75 kg ha-1 198,90abc 201,52c 100 kg ha-1 BNT 5% 151,47 Interaksi tn Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji BNT 5% tn=tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05 *=nyata

Perlakuan dosis pupuk K memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat 1000 biji. Dosis pupuk K 100 kg ha-1 berbeda nyata dengan tanpa perlakuan, dosis 25 kg ha-1, 50 kg ha-1, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk K 75 kg ha-1. Hal ini didug karena peranan K yang membantu produksi tanaman khusunya dalam pertumbuhan biji. Menurut Maruapey (2012), unsur kalium berperanan penting dalam pembentukan dan translokasi karbohidrat. Dalam hal ini diduga dengan pemberian pupuk Kalium 100 kg ha-1 telah memberikan sokongan yang cukup untuk lancarnya translokasi dan pembentukan karbohidrat yang diperlukan untuk pertumbuhan organ generatif dalam hal ini pertumbuhan biji sehingga meningkatkan produksi yang dihasilkan. Selanjutnya Lingga dan Marsono (2006) dalam Maruapey dan Faesal (2010) menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam pembentukan karbohidrat dan aktivitas enzim. Sementara Kasniari dan Supadma (2007) berpendapat bahwa unsur K berperan penting dalam meningkatkan ukur-an dan bobot biji. KESIMPULAN 1. 2.

3.

1. 2. 3.

Penggunaan Varietas Pertiwi-2 berpengaruh lebih baik terhadap tinggi tanaman 4 MST, jumlah daun 3, 5, dan 7 MST, diameter batang 2-8 MST, dan berat biji. Pemupukan K dengan dosis 50 kg ha-1 berpengaruh lebih baik terhadap tinggi tanaman 4, 7 dan 8 MST, jumlah daun 3 dan 7 MST, dan diameter batang 8 MST. Pemupukan K dengan dosis 75 kg ha-1 berpengaruh lebih baik terhadap diameter batang 5 dan 6 MST dan hasil biji kering per petak. Pemupukan dengan dosis 100 kg ha-1 berpengaruh lebih baik terhadap jumlah daun 6 dan 8 MST dan diameter batang 2, 3, 4, dan 7 MST. Interaksi antara penggunaan varietas dan dosis pupuk K pada kombinasi varietas Pertiwi-2 dengan dosis pupuk K 100 kg ha-1 berpengaruh lebih baik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Gorontalo dalam Angka 2009. BPS. Provinsi Gorontalo Haris S, A. dan V. Krestiani. 2009. Studi Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Varietas Super Bee. Jurnal Sains dan Teknologi 2(2) Jamilin. 2011. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Kuruseng, H. dan M. A. Kuruseng. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Varietas Tanaman Jagung pada Dua Dosis Pupuk Urea. Jurnal Agrisistem 4 (1): 26-36 Maruapey, A. 2012. Pengaruh Dosis Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Asal Jagung Pulut (Zea mays certaina L.). Jurnal Agroforestri 7 (1): 33-41 Maruapey A. dan Faesal. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Pulut (Zea mays certain L.). Prosiding Pekan Serealia Nasional. Sirappa, M, P. dan N. Razak. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung melalui Pemberian Pupuk N, P, K, dan Pupuk Kandang pada Lahan Kering di Maluku. Prosiding Pekan Serealia Nasional : 277-286 Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta Syam’un, E., M. Jaya, dan Nurfaida. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Genotype Jagung Pulut pada Berbagai Dosis Pupuk KCl. Jurnal Agrivigor 11 (2): 179-187

1. 2. 3.

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo