JURNAL TEKNIKA ISSN : 2085

Download teknologi dari kelompok wanita dan remaja. Kelompok inilah yang dari berbagai kajian merupakan pengguna utama dari air minum ini. Air yang ...

2 downloads 623 Views 315KB Size
Jurnal Teknika

ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

Volume 2 No.1 Tahun 2010

INSTALASI PENGOLAHAN AIR PORTABLE SEBAGAI PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH BENCANA BANJIR Alfian Zuliyanto1 1)

Dosen Fakultas teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Lamongan, email: [email protected] Abstrak

Bencana banjir merupakan proses meningkatnya volume air akibat luapan air. Jawa Timur merupakan provinsi yang setiap tahunnya mengalami bencana banjir di sejumlah daerah terutama di Bojonegoro dan Lamongan. Banjir mengakibatkan masyarakat setempat mengungsi ke daerah yang aman. Namun di tempat pengungsian kebutuhan akan air bersih menjadi langka. Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang penting pada bencana banjir di tempat pengungsian. Pemenuhan air bersih salah satunya menggunakan teknologi tepat guna dengan proses yang sederhana untuk menghasilkan air bersih yang layak pakai oleh masyarakat di pengungsian. Salah satu teknologi sederhana dan tepat guna dalam menyediakan air bersih yaitu instalasi pengolahan air portable yang dengan mudah dioperasikan serta dapat dipindahkan ke tempat yang lain. Alat ini mampu melayani 10 Kepala Keluarga dalam sehari. Proses yang dilakukan meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi sederhana. Setiap harinya alat ini mampu menghasilkan 1000 L dengan 5 kali pengoperasian. Alat ini dilengkapi dengan Standart Operational Proccedure (SOP) untuk memudahkan masyarakat dalam mengoperasikannya. Air hasil olahan dari alat ini telah diteliti di laboratorium dan diperoleh bahwa removal kekeruhan mencapai 99,94%. Dari hasil tersebut, air yang terolah sudah tergolong dalam air bersih yang siap pakai di tempat pengungsian. Selain kekeruhan, dilakukan juga uji mikrobiologi dari air hasil olahan. Berdasarkan hasil laboratorium, diperoleh bahwa masih terdapat kandungan E-Coli dalam air hasil olahan sehingga jika ingin dikonsumsi harus dimasak terlebih dahulu. Kata Kunci: Banjir, Pengolahan Air Portable, Penyediaan Air Bersih minum dan dapat dioperasikan sendiri oleh warga 1. Pendahuluan Bencana merupakan hal yang tidak dapat yang sedang mengalami kesusahan itu. dihindarkan lagi. Secara umum bencana adalah Salah satu strategi penyediaan air bersih kejadian (fenomena alam maupun ulah manusia) zaman sekarang ini yaitu dengan memanfaatkan yang terjadi di suatu wilayah, yang menyebabkan teknologi tepat guna. Teknologi tepat guna juga kerusakan-kerusakan fisik, lingkungan, sosial merupakan solusi yang tepat dalam menangani ekonomi maupun hal-hal yang membahayakan kebutuhan air dan sanitasi dengan menggunakan keselamatan jiwa manusia. (Imamuddin, 2006). teknologi yang inovatif dan memberdayakan Salah satu bencana yang sering terjadi di Jawa masyarakat untuk mencapai tujuan mereka sendiri Timur adalah meluapnya Kali Bengawan Solo. (Murphy at al, 2009). Di luar masalah sosialisasi Meluapnya kali ini dapat dikatakan terjadi setiap penggunaan teknologi tepat guna yang tidak tahun dengan lama dan tinggi genangan kalah pentingnya, penelitian ini mencoba bervariasi sesuai dengan terjadinya perioda ulang mengkaji penyediaan teknologi yang mudah hujan. Khusus lama genangan, hal ini dapat dioperasikan oleh masyarakat yang sedang terjadi mulai beberapa hari saja hingga beberapa ditimpa musibah itu, khususnya pengguna minggu. Saat terjadi genangan inilah ada puluhan teknologi dari kelompok wanita dan remaja. hingga ratusan kepala keluarga harus mengungsi, Kelompok inilah yang dari berbagai kajian baik dalam dalam tenda maupun tidak, hingga air merupakan pengguna utama dari air minum ini. menjadi surut. Saat menunggu air surut inilah Air yang dihasilkan dari teknologi ini, meskipun harus tetap tersedia kesediaan air minum agar sulit untuk dicapai secara mudah, diupayakan kesehatan lingkungan terus bisa terjaga (Garsadi mengikuti standar yang dikeluarkan oleh et al, 2008). Ketersediaan air minum yang selama Permenkes nomor 492/Men.Kes/ PER/IV/2010. ini terjadi seperti misalnya di Kabupaten Banjir mengakibatkan masyarakat harus Bojonegoro yang dilewati oleh Kali Bengawan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebagian Solo, tidak selalu dapat disediakan oleh PDAM. masyarakat menetap di rumah masing masing Sangat ironis memang, dalam keadaan banjir meski dalam kondisi terkena banjir. Baru baru ini malah tidak tersedia air minum. Untuk itu harus terjadi banjir di Kabupaten Karawang, Jawa disediakan teknologi tepat guna penyediaan air

21

Jurnal Teknika

ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

Volume 2 No.1 Tahun 2010

Barat, lebih dari 15.000 korban banjir mengungsi ke tempat yang lebih aman, (Anonim, 2010). Salah satu prioritas yang harus disediakan di lokasi pengungsian adalah air bersih. Perbaikan kualitas air bersih, juga harus diutamakan agar terhindar dari serangan penyakit. Penyediaan air untuk kebutuhan warga yang berada di pengungsian, diarahkan untuk memenuhi kebutuhan minimal air bersih bagi korban bencana alam, baik untuk keperluan minum, masak maupun kebersihan pribadi. Pasalnya, masalah utama menurunnya kesehatan banyak disebabkan lingkungan yang kurang bersih akibat kekurangan air dan mengonsumsi air yang tercemar. Faktor yang menjadi sulitnya memperoleh air bersih yaitu sumur penduduk tercemar akibat tergenang air banjir, rusaknya pipa transmisi penyalur air bersih dan sulitnya akses menuju lokasi banjir. Meskipun ini merupakan teknologi tepat guna, karena air baku dari air banjir yang ada merupakan air sungai seperti pada Gambar 1, sudah barang tentu air menjadi sangat keruh yang meningkatkan kadar solid yang ada. Untuk itu air banjir harus diendapkan beberapa saat sebelum dilakukan proses pengolahan konvensional sederhana dengan urutan koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Adanya pengendapan pendahuluan memberikan air baku dengan variasi kualitas air yang lebih konstan. Dengan demikian dosis koagulan yang dibubuhkan tidak menjadi terlalu variatif. Dosis tidak variatif ini memudahkan operator, yang notabene merupakan warga yang sedang kesusahan, untuk mendapatkan kualitas air terlolah yang lebih pasti.

(dalam keadaan bencana tidak tersedia fasilitas turbidity-meter) media pasirpun langsung diganti dari stok yang disediakan (spare). Proses pengolahan air banjir merupakan alternatif yang sangat baik untuk memperoleh air bersih pada kondisi darurat. Sementara itu kebutuhan air bersih yang diperlukan pengungsi tidaklah banyak. U.S. Agency for International Development (USAID) 2007 menyebutkan bahwa kebutuhan air yang diperlukan oleh pengungsi meliputi: a. Untuk minum 3 – 4 liter per orang per hari b. Masak dan bersih-bersih 2 – 3 liter per orang per hari c. Sanitasi 6 – 7 liter per orang per hari d. Cuci pakaian 4 – 6 liter per orang per hari Sehingga total air yang diperlukan oleh pengungsi antara 15 – 20 liter per orang per hari. (Coppola, 2007) 2. Metodologi Penelitian ini dilakukan menggunakan alat yang telah direncanakan terlebih dahulu yang terdiri dari satu unit reaktor untuk proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dan satu unit reaktor untuk proses filtrasi dan dari filtrasi langsung dialirkan menuju konsumen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3 Unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi direncanakan menggunakan drum yang terbuat dari fiber. Pemilihan drum ini dikarenakan karena drum ini sangat kuat dan mudah untuk dibawa serta dimodifikasi. Drum ini akan dimodifikasi sedemikian menggunakan pengaduk (paddle) untuk proses pengadukan dengan dimensi paddle sesuai perhitungan yang telah direncankan sebelumnya. Pengaduk terbuat dari pipa PVC berukuran 19.05 mm dan paddle terbuat dari plat aluminium. Bagian bawah drum ini akan dibuat outlet lumpur menggunkan pipa dengan keran 19.05 mm. Filtrasi direncanakan menggunakan pipa PVC berukuran 203.2 mm. Media yang digunkan yaitu pasir.

Gambar 1 Lokasi Unit Pengolahan Dosis yang diberikan tentu saja dibuat dalam kemasan (cache) sesuai dengan kapasitas bak koagulasi-flokulasi-sedimentasi yang ada. Unit filterpun tidak perlu dibersihkan atau dicuci (backwashed) karena apabila terlihat keruh

Gambar 2 Denah Alat

22

Jurnal Teknika

ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

Volume 2 No.1 Tahun 2010

Gambar 4 Reaktor dan Filter

Gambar 3 Potongan A-A Tahapan proses ini terdiri dari proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi. Pengisian air baku ke reaktor sampai penuh yang ditandai dengan adanya overflow. Kemudian dilakukan penambahan koagulan (PAC) ke dalam reaktor. PAC yang dimasukkan sudah dalam keadaan dalam kemasan cache yang telah diperoleh dari hasil percobaan jar test di laboratorium. Proses koagulasi sangat efisien untuk mengurangi bahan organik yang terkandung dalam air permukaan, (Leiknes, 2009). Proses sedimentasi dapat lebih optimum apabila diawali dengan proses flokulasi. Flokulan yang terbentuk lebih mudah mengendap. (Guibai, 1991). Setelah penambahan koagulan dilakukan pengadukan cepat menggunakan pengaduk yang telah terpasang di reaktor tersebut selama 1 menit. Setelah pengadukan cepat dilakukan proses pembentukan flok dengan pengadukan lambat selama 5 menit. Kemudian diendapkan selama 25 menit, kemudian dilakukan pembuangan sludge melalui kran yang telah disediakan di bagian bawah reaktor. Pengendapan menggunakan kemampuan grafitasi mampu mengendapakan suspensi dalam air setelah proses flokulasi. (Goula et al, 2008). Setelah lumpur habis dibuang maka kran outlet reaktor dibuka menuju filter yang telah direncanakan. Air dari filter langsung ke konsumen. Untuk percobaan alat ini dilakukan beberapa kali proses menggunakan air sungai untuk memperoleh berapa lama filter akan clogging. Pada saat percobaan alat ini dilakukan juga pengukuran kualitas air yang dihasilkan dari beberapa kali percobaan. Dari hasil percobaan alat akan diperoleh suatu efisiensi setiap unit. Alat yang telah terbentuk seperti pada Gambar 4.

Air baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah air yang diambil dari Kali Lamong dan Kali Mas. Kali Lamong terletak di perbatasan Surabaya-Gresik. Kali Lamong merupakan cabang sungai Bengawan Solo. Kali ini termasuk kali yang setiap tahun meluap. Kali Mas digunakan untuk menguji filter sampai clogging. Parameter yang dianalisa dari air baku tersebut yaitu Kekeruhan, dan E.coli. Hasil analisa air baku dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 Tabel 1 Hasil Analisa Air Baku Kali Lamong No.

Parameter

Satuan

1

Kekeruhan

2

E.coli

3 4

Warna pH

NTU Jumlah per 100 ml sampel TCU -

Persyaratan Hasil Air Minum Analisa 5 20 0

5000

15 6,5-8,5

193 7,91

Sumber: Hasil Penelitian Tabel 2 Hasil Analisa Air Baku Kali Mas No.

Parameter

Satuan

1 2

Kekeruhan pH

NTU -

Persyaratan Air Minum 5 6,5-8,5

Hasil Analisa 136 7,03

Sumber: Hasil Penelitian 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 ANALISA KEKERUHAN Kekeruhan merupakan parameter yang penting dalam mengolah air. Removal kekeruhan melalui dua variabel yaitu tinggi media (300mm, 600mm, dan 900mm) dan filtration rate (2, 4, dan 8 m3/m2.jam). Kedua variabel tersebut akan menghasilkan sembilan kualitas air yang berbeda. Melalui variabel tinggi media dan filtration rate diperoleh hasil analisa seperti pada Tabel 3.

23

Jurnal Teknika

ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

Volume 2 No.1 Tahun 2010

Tabel 3 Analisa Kekeruhan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Filtration Rate m3/m2.jam 2 4 8 2 4 8 2 4 8

Tinggi Kekeruhan Kekeruh Persentase Media Air Baku an Akhir Removal (mm) (NTU) (NTU) (%) 300 663 1.9 88.89 300 663 1.7 90.06 300 663 1.9 88.89 600 663 3.6 78.95 600 663 3.8 77.78 600 663 2.9 83.04 900 663 3.1 81.87 900 663 2.2 87.13 900 663 2.8 83.63

Sumber: Hasil Analisa Tabel 4.5 merupakan kulitas effluent hasil pengolahan menggunakan variabel tinggi media dan filtration rate. Kualitas outlet filter tersebut sudah memenuhi standart kualitas air minum sesuai dengan PERMENKES RI No. 492/MEN.KES /PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu untuk kekeruhan maksimum 5 NTU.

Gambar 7 Grafik Analisa Kekeruhan Gambar 7 menunjukan hasil analisa kekeruhan dari hasil outlet berdasarkan variabel tinggi media dan filtration rate. Berdasarkan tabel dan grafik di atas diperoleh kualitas kekeruhan yang paling baik yaitu pada saat tinggi media 300 mm dengan filtration rate 4 m3/m2/jam diperoleh kekeruhan 1.7 NTU. Kualitas outlet yang paling buruk yaitu pada saat tinggi media 600 mm dan filtration rate 4 m3/m2.jam. Tinggi media sebesar 300 mm menghasilkan kualitas air yang baik sedangkan dengan penambahan tinggi media 600 mm dan 900 mm kekeruhan lebih besar namun masih di bawah standart kekeruhan untuk air minum. Demikian juga untuk filtration rate semakin rendah maka kualitasnya seharusnya lebih namun pada penelitan ini hal tersebut tidak terjadi. Kualitas air yang dihasilkan alat ini sudah termasuk sangat baik untuk digunakan sebagai air bersih di tempat pasca bencana. Jika menggunakan filtration rate sebesar 4 m3/m2.jam

maka untuk menghasilkan air bersih maka masyarakat harus membutuhkan waktu yang cukup lama.

Gambar 8 Grafik Efisiensi Removal Kekeruhan Unit Filter Gambar 8 merupakan efisiensi removal kekeruhan Unit Filter. Dari variasi filtration rate dan tinggi madia pada grafik tersebut diperoleh bahwa pada saat tinggi media 300 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal kekeruhan sebesar 88.89%, 90.06% dan 88.89%. Pada saat tinggi media 600 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal kekeruhan sebesar 78.95%, 77.78% dan 83.04%. Pada saat tinggi media 900 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal kekeruhan sebesar 81.87%, 87.13% dan 83.63%. Efisiensi removal paling besar yaitu 90.06% pada saat tinggi media 300 mm dan filtration rate 4 m3/m2/jam. Proses sedimentasi juga memiliki efisiensi removal kekeruhan yang diambil dari selisih kekeruhan air baku dengan hasil outlet sedimentasi. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa efisiensi removal kekeruhan melalui proses sedimentasi sebesar 97,42%. Efisiensi terbesebu memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meremoval kekeruhan yang mengakibatkan air yang masuk ke filter lebih bersih. Secara keseluruhan efisiensi unit pengolahan dalam meremoval kekeruhan sebesar 99,74%. 3.2 ANALIS E.COLI Salah satu parameter syarat untuk air minum berdasarkan PERMENKES RI No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah E.coli dengan kadar 0/100 ml sampel. Kali Lamong merupakan sungai yang dibantaran sungainya terdapat banyak

24

Jurnal Teknika

ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

Volume 2 No.1 Tahun 2010

pemukiman penduduk. Kondisi sekarang ini setelah disurvei ditemukan bahwa banyak sekali masyarakat yang langsung membuang kotoran ke Kali Lamong. Melihat kondisi tersebut perlu dianalisa kandungan E.coli karena sangat mempengaruhi kesehatan. Filtrasi menggunakan filter adalah proses dimana air dilewatkan melalui lapisan pasir secara mekanik mapun secara biologis sehingga suspensi, bakteri dan virus dapat tereduksi. (Wagner, 2003). Hasil analisa E.coli terdapat pada Tabel 2 dan Gambar 9. Analisa E.coli menggunakan air baku pada saat kondisi air sebanarnya, sebab jika menggunakan kekeruhan buatan akan mempengaruhi kandungan E.coli air baku tersebut. Tabel 4 Analisa E.coli No

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Filtration Tinggi Rate Media m3/m2.jam (mm) 2 4 8 2 4 8 2 4 8

300 300 300 600 600 600 900 900 900

E.coli E.coli Awal Akhir Persentae (MPN/ (MPN/ Removal 100ml 100ml (%) sampel) sampel) 5000 2 99.96 5000 6 99.88 5000 4 99.92 5000 4 99.92 5000 1 99.98 5000 2 99.96 5000 1 99.98 5000 6 99.88 5000 4 99.92

Sumber : Hasil Penelitian

Gambar 9 Grafik Analisa E.coli Dari data pada Tabel 4 dan Gambar 9 diperoleh informasi bahwa masih terdapat kandungan E.coli dalam air hasil olahan. Grafik di atas memberikan variasi terhadap removal E.coli berdasarkan tinggi media dan kecepatan filtrasi. Kondisi yang paling efisien untuk removal E.coli yaitu pada saat tinggi media 900 mm dan filtration rate 2 m3/m2.jam yaitu sebesar 2 index MPN/100 ml sampel. Konsentrasi E.coli yang dihasilkan sudah sangat kecil namun belum bisa disebut air minum. Dapat disimpulkan bahwa

air yang dihasilkan termasuk air bersih sehingga harus dimasak dulu sebelum dikonsumsi.

Gambar 10 Grafik Efisiensi Removal E.coli Dari variasi filtration rate dan tinggi madia, diperoleh bahwa pada saat tinggi media 300 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal E.coli sebesar 99.96%, 99.88% dan 99.92%. Pada saat tinggi media 600 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal E.coli sebesar 99.92%, 99.98% dan 99.96%. Pada saat tinggi media 900 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal E.coli sebesar 99.98%, 99.88% dan 99.92%. Dari data tersebut diperoleh efisiensi paling tinggi dalam melakukan removal E.coli sebesar 99,98%. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah bahwa kandungan E.coli di hulu Kali Mas sebesar 350 miliar – 1600 miliar per 100 ml sampel (Fakhrizal, 2004). Hal tersebut akibat banyaknya pencemaran limbah domestik di sepanjang Kali Mas. Nilai tersebut sangat berbeda jauh dengan nilai E.coli pada Kali Lamong yang hanya 5000 per 100 ml. Pengolahan Kali Lamong masih menyisihkan kandungan E.coli yang mengakibatkan air hasil olahan ini belum bisa langsung diminum melainkan harus dimasak terlebih dahulu agar mikroorganisemnya mati. Setiap unit pengolahan memiliki kemampuan melakukan removal kekeruhan, dan E.coli. Analisa efesiensi unit pengolahan diperoleh berdasarkan kualitas air baku dengan air hasil olahan. Efisiensi yang diperoleh berdasarkan setiap parameter yang diuji yaitu kekeruhan, dan E.coli. Semakin tinggi efisiensi removal maka kualitas air yang dihasilkan akan semakin bagus. Perhitungan efisiensi unit pengolahan dalam melakukan removal kekeruhan, dan E.coli terdapat pada Tabel 5

25

Jurnal Teknika

ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

Volume 2 No.1 Tahun 2010

Perhitungan diperoleh dari hasil selisih antara inlet dan outlet unit pengolahan. Tabel 5 Efisiensi Unit Pengolahan No

Unit

Proses

Koagulasi, Unit Flokulasi, 1 Pengolahan Sedimentasi, Filtrasi

Parameter Kekeruhan E.coli

Efisiensi (%) 99,94 99,98

Sumber: Hasil Penelitian Tabel 5 menunjukkan efisiensi pengolahan air berdasarkan parameter kekeruhan, dan E.coli. Nilai efisiensi diambil dari persentase removal yang paling tinggi dari setiap percobaan alat. Uji clogging dapat dilihat dari hasil efluen yang dihasilkan. Clogging terjadi akibat pengaruh dari partikel suspensi, kandungan zat kimia, dan aktivitas mikroorganisme. (Duran at al, 2009). Setiap proses pengolahan diperoleh data data kualitas hasil olahan sebagai dasar untuk mengetahui waktu clogging. Dari data tersebut diperoleh grafik penurunan kualitas air akibat kemampuan filter dalam menyaring menjadi semakin rendah. Semakin tinggi filtration rate maka akan semakin sering periode pencucian media (Fitriani, 2010) Semakin sering filter digunakan maka kemampuannya untuk menyaring menjadi semakin rendah (Titistiti, 2010). Pada saat running alat yang ke sembilan peningkatan nilai kekeruhan meningkat secara drastis yaitu dari 7.2 NTU mejadi 17.4 NTU. Melalui data tersebut dapat disimpulkan bahwa filter harus dicuci setelah dipakai sebanyak 9 kali. Pencucian filter dilakukan dengan mengeluarkan pasir dan dibilas dengan air bersih. Running alat ini berfungsi untuk membandingkan kualitas yang dihasilkan dengan menggunakan air baku Kali Lamong dengan air baku menggunakan Kali Mas. Pengolahan air Kali Lamong dilakukan di ruang kaca Teknik Lingkungan. Air baku diambil dari Kali Lamong menggunakan profil tank yang diangkut menggunakan pick up sebanyak 800 Liter. Sedangkan pengolahan air Kali Mas langsung dilakukan di tepi Kali Mas yang terletak di Jalan Ketabang Kali Surabaya. Pengolahan Kali Lamong dilakukan sebanyak empat kali proses pengolahan akibat air baku yang terbatas. Dari data karakteristik air baku diperoleh hasil anasila kekeruhan sebesar 20 NTU. Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik air banjir yang memiliki tingkat

kekeruhan diatas 250 NTU. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan kekeruhan buatan dengan penambahan lumpur (clay) yang diambil dari dasar sungai Kali Lamong sampai nilai kekeruhannya sesuai dengan karakteristik air banjir. Selain menggunakan air baku Kali Lamong, dilakukan juga pengolahan air baku Kali Mas. Pengolahan air Kali Mas ini dilakukan langsung di lapangan. Unit pengolahan dibawa ke tepi sungai Kali Mas di Jalan Ketabang Kali. Pengolahan dilakukan selama 2 hari sebanyak 6 Kali. Pengolahan tidak dilakukan penambahan kekeruhan buatan melainkan langsung menggunakan airnya secara langsung. Pengolahan air Kali Mas ini juga berfungsi untuk mengetahui sampai kapan filter clogging. 4. Kesimpulan Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Dengan tinggi media 300 mm maka removal kekeruhan paling tinggi, sedangkan untuk filtration rate sebesar 4 m3/m2.jam kemampuan removal kekeruhan paling tinggi. 2. Dengan pemilihan filtration rate sebesar 8 m3/m2.jam dan tinggi media sebesar 900 mm pada saat running alat di lapangan, alat ini mampu meremoval kekeruhan 99.94%. 3. Dalam kondisi baik, alat ini memiliki kemampuan meremoval kekeruhan, dan E.coli secara berturut-turut sebesar 99,94%, dan 99,92%. Hasil Daftar Pustaka Anonim. 2010. PERMENKES No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualita Air Minum Anonim, 2010. Lebih 15.000 Korban Banjir Karawang Mengungsi. < http://www. sinarharapan.co.id /berita/read/lebih-15000korban-banjir-karawang-mengungsi/> Titistiti, A., dan Hadi, W., 2010. Pengaruh Roughing Filter Dan Slow Sand Filter Dalam Pengolahan Air Minum Dengan Air Baku Dari Intake Karang Pilang Terhadap Parameter Kimia. Teknik Lingkungan, FTSP, ITS. Surabaya. Coppola, D. P., 2007. Introduction to International Disaster Management. Oxford: Elsevier. Duran, M. R., Puing J. B., Arbat, G., Barragan, J., Ramirez, F. C., 2009. Effect of filter, emitter and location on clogging when using

26

Jurnal Teknika

ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

Volume 2 No.1 Tahun 2010

effluents. Agricultural Water Management No. 96, hal 67-79. Fakhrizal. 2004. Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik di Kali Mas. Ecoton
27

Jurnal Teknika

ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

Volume 2 No.1 Tahun 2010

Halaman ini sengaja dikosongkan

28