KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM MENGHADAPI

Download iv. ABSTRAK. Tujuan utama MEA 2015 adalah menjadikan ASEAN sebagai ..... Dari latar belakang di atas kesiapan Kota Semarang dalam menghadap...

0 downloads 468 Views 3MB Size
LAPORAN AKHIR

Kajian Kesiapan Kota Semarang dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG Dengan UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian

: Kajian Kesiapan Kota Semarang dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

2. Kelompok Sasaran

: Pemerintah Kota Semarang

3. Tempat Sasaran

: Kota Semarang

4. Jangka Waktu Penelitian

: 6 (Enam) Bulan

5. Ketua Pelaksana a. Nama

: Prof. Dr. Sucihatiningsih Dian Wisika P, M.Si

b. Alamat Kantor

: Kampus Sekaran Gunungpati Semarang

c. Telepon/Fax.

: (024) 8508087, 8508089

6. Anggota Pelaksana

: Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si Nurjannah Rahayu K, SE.,M.Si

7. Perguruan Tinggi a. Nama Lembaga

: LP2M Universitas Negeri Semarang

b. Alamat Kantor

: Kampus Sekaran Gunungpati Semarang

c. Telepon/Fax.

: (024) 8508087, 8508089

d. Fax

: (024) 8508087, 8508089

e. Email

: [email protected]

Semarang, Oktober 2016 Ketua Pelaksana

Ketua LP2M Universitas Negeri Semarang

Prof. Dr. Totok Sumaryanto F., M. Pd NIP. 196012171986011001

Prof. Dr. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. 196812091997022001

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadlirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kegiatan penelitian yang berjudul Kajian Kesiapan Kota Semarang dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah sampai pada tahapan pelaporan akhir. Pelaporan akhir telah melewati beberapa tahapan sebelumnya yaitu laporan antara dan laporan kemajuan yang dilakukan dalam bentuk paparan di hadapan para pembahas. Pada kesempatan yang baik ini, peneliti menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan konstribusi sehingga penelitian ini dapat berlangsung sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan penelitian tahap berikutnya, sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian akhir ini dapat memberi manfaat semua pihak yang terkait.

Semarang, Oktober 2016 Peneliti

iii

ABSTRAK

Tujuan utama MEA 2015 adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang mana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap menghadapi MEA 2015. Hal itu disebabkan daya saing ekonomi nasional dan daerah belum siap. Keterbatasan infrastruktur dalam negeri, ketersediaan Sumberdaya Manusia, Mental Penyelenggara Negara yangmasih suka dilayani daripada melayani, serta mekanisme perijinan yang berbelit-beli juga menjadi masalah krusial di masa mendatang. Persoalan ini tentunya harus diselesaikan oleh Pemerintah. Untuk menjawab hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui : (1) Mengevaluasi kesiapan Pemerintah kota Semarang dari aspek Sumberdaya Manusia, Sistem Birokrasi, Ketersebiaan infrastruktur, serta kesiapan pelaku usaha sendiri menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA); (2) Menyusun strategi Pemerintah Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan lokus Kota Semarang dan fokus penelitian : (1) Menganalisis kondisi infrastruktur (jalan, listrik, sarana komunikasi, bandara, pelabuhan, energi) di Kota Semarang dalam menghadapi MEA, (2) Menganalisis kesiapan sumber daya manusia (jumlah dan kualifikasinya) dalam menghadapi MEA di Kota Semarang, (3) Menganalisis kesiapan birokrasi (perijinan, pelayanan publik) dalam menghadapi MEA di Kota Semarang, (4) Menganalisis kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi MEA di Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kota Semarang siap dalam menghadapi MEA. Hal ini ditunjukan dengan kesiapan infrastruktur yang memadai, SDM yang dimiliki oleh Kota Semarang berada di usia produktif, pelaku usaha turut siap pula dalam menghadapi MEA dan SKPD Kota Semarang mengetahui isi perjanjian yang tertuang di blueprint MEA. Kata kunci

: MEA, SDM, Birokrasi, Pelaku Usaha, Infrastruktur

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................

ii

KATA PENGANTAR ...............................................................................

iii

ABSTRAK .................................................................................................

iv

DAFTAR ISI ..............................................................................................

v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

1

A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah........................................

6

1. Identifikasi Masalah .............................................................

6

2. Perumusan Masalah..............................................................

8

C. Tujuan Penelitian......................................................................

8

D. Kegunaan Penelitian ................................................................

9

E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................

10

A. Landasan Teori .........................................................................

10

B. Road map .................................................................................

17

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................

19

A. Daerah Penelitian .....................................................................

19

B. Jenis Penelitian ........................................................................

19

C. Jenis data dan sumber data .......................................................

19

D. Teknik Pengumpulan data .......................................................

20

E. Metode analisis .........................................................................

21

F. Tenaga ahli ...............................................................................

22

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN .........................................

23

A. Profil Kota Semarang ...............................................................

23

B. Gambaran Umum Penelitian ....................................................

26

BAB V DATA DAN ANALISA ................................................................

30

A. Kesiapan Infrastruktur..............................................................

32

B. Kesiapan Sumber Daya Manusia ............................................

40

v

C. Kesiapan Pelaku Usaha (UMKM) ...........................................

45

D. Kesiapan Birokrasi ..................................................................

49

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ....................................

80

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

84

INSTRUMEN PENELITIAN ....................................................................

85

vi

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tahun ini Indonesia memasuki era interkoneksi ekonomi antar Negara se ASEAN, atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inilah yang akan menjadi babak baru hubungan internasional antara Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara. Semangat MEA yang berfilosofi pada integrasi regional dalam bidang ekonomi diharapkan dapat menjadi stimulus baru percepatan pembangunan ekonomi kawasan yang lebih merata. Asia Tenggara dianggap sebagai poros ekonomi baru yang terus berkembang. Dengan populasi jumlah penduduk mencapai 612 juta jiwa atau 8,7% populasi dunia, plus volume ekonomi yang mencapai USD 2,2 triliun. Asia Tenggara adalah macan baru ekonomi Asia. Letak yang strategis diantara jalur pelayaran dan penerbangan paling sibuk di dunia semakin menjadikannya sebagai kawasan yang seksi untuk dikembangkan. Kondisi ini kemudian ditangkap oleh Negara-negara Asia tenggara yang tergabung dalam ASEAN, untuk membentuk suatu komunitas ekonomi yang terintegrasi dalam wadah MEA, atau Asean Economic Community (AEC). Di tengah kelesuan Amerika Utara dan Uni Eropa, ketimpangan di Asia Selatan serta pelambatan di Timur Jauh, Asia Tenggara muncul dengan harapan sebagai kutub baru ekonomi Asia. Bagaimana dengan Indonesia? Negara terbesar di Asia Tenggara dengan volume ekonomi 38,8% dari total volume perekonomian ASEAN. Indonesia Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

1

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

adalah satu-satunya Negara ASEAN di forum G 20. Dengan jumlah penduduk mencapai 260 juta jiwa, Indonesia adalahleader sekaligus pasar yang paling besar. Posisi ini tentu saja sangat menguntungkan dari segi geopolitik, ekonomi, demografi dan aspek lain. MEA sendiri dikonsepkan sebagai sebuah kawasan yang terintegrasi secara ekonomi. Sehingga mobilitas barang dan jasa serta beragam aktivitas ekonomi akan semakin mudah. Lebih dari sekedar zona perdagangan bebas, MEA diharapkan akan menciptakan keselarasan dalam aktivitas perekonomian yang lebih komprehensif dan integral dalam balutan semangat persaudaraan ASEAN. MEA membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan produk-produk unggul. Produk unggul dapat dihasilkan dari bangunan kerja sama, keterkaitan, sinergi supporting yang kuat. Supporter yang kuat itu antara lain harus memiliki unsur pelibatan A, B, G, C (Akademisi, Business, Goverment, Community) dan Perbankan. Perguruan tinggi dapat masuk ke semua area. B, G, C dan Perbankan. Karena perguruan tinggi menghasilkan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh B, G, C dan perbankan. Pemerintah membuka kran lebar-lebar untuk mendongkrak penyerapan tenaga kerja dengan penciptaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), termasuk unsur di permodalan. Pemerintah Indonesia sudah melakukan rencana strategis pemerintah untuk menghadapi MEA antara lain : 1. Penguatan daya saing ekonomi melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); 2. Program Aku Cinta Indonesia (ACI) yang merupakan salah satu gerakan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

2

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

“Nation Branding” bagian dari pengembangan ekonomi kreatif; 3. Penguatan Sektor UMKM; 4. Perbaikan Infrastruktur. Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah berhasil dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur seperti prasarana jalan, perkeretaapian, transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan informatika, serta ketenagalistrikan; 5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM); 6. Reformasi kelembagaan dan pemerintahan. Dalam rangka mendorong percepatan pencegahan dan pemberantasan korupsi, telah ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang 20122025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk pelaksanaan aksi setiap tahunnya. Dalam pelaksanaan MEA, tidak hanya menuntut peranan pemerintah pusat, namun juga menuntut peran yang besar dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Masing-masing daerah memiliki keunggulan baik berupa potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, maupun produk unggulan daerah. Salah satu kota di Indonesia yang memiliki keunggulan tersebut adalah Kota Semarang, yang merupakan kota perdagangan dan jasa. Posisi geografi Kota Semarang terletak di pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis 6º, 5' - 7º, 10' Lintang Selatan dan 110º, 35' Bujur Timur. Sedang luas wilayah mencapai 37.366.838 Ha atau 373,7 Km2. Letak geografi Kota Semarang ini dalam koridor pembangunan Jawa Tengah dan merupakan simpul empat pintu gerbang, yakni koridor pantai Utara, koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

3

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan, terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transport Regional Jawa Tengah dan kota transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu daerah. Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang naik 12,3 % dimana PDRB kota Semarang tahun 2013 sebesar 54.384.654 trilyun rupiah naik menjadi 61.092.825,55 trilyun rupiah pada tahun 2014. Perkembangan lima kawasan industri yang semakin pesat, yaitu kawasan industri Candi, kawasan industri Terboyo, dan kawasan industri Wijayakusuma, Taman Industri BSB, kawasan industry Tugu Wijayakusuma. Hal ini berarti Kota Semarang mampu menggali potensi ekonomi yang ada. Perkembangan UMKM di Kota Semarang sangat pesat. Jumlah usaha mikro dan kecil di Kota Semarang tiap tahunnya mengalami kenaikan, sehingga hal tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang produktif, karena adanya pertumbuhan dan iklim usaha mikro dan kecil yang membaik dan kondusif. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi, usaha kecil dan mikro lebih resisten dibanding perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa sektor UMKM di Kota Semarang yang paling

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

4

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

besar adalah di bidang olahan makanan yaitu sebesar 37 persen, setelah itu disusul oleh sektor handycraft sebesar 16 persen.

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang, 2015 Gambar 1 Jenis UMKM Kota Semarang

Bagi Kota Semarang, MEA akan menjadi peluang karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan ekspor yang pada akhirnya akan meningkatkan PDRB. Pada sisi investasi, dengan dukungan birokrasi pada aspek kelembagaan dan sumber daya manusianya, diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Semarang. Sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang memiliki peluang yang cukup besar untuk tumbuh dan mengembangkan berbagai sektor perekonomian, khususnya sektor industri, perdagangan, serta jasa. Pengembangan usaha pada ketiga sektor ini dapat berimplementasi langsung terhadap meningkatnya penyerapan tenaga kerja serta pendapatan perkapita. Permasalahan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

5

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

terbesar terletak pada kesiapan sumber daya manusia yang dimiliki Kota Semarang dalam menjawab tantangan tersebut. Peningkatan SDM yang handal menjadi solusi dan salah satu modal utama dalam proses pembangunan. Upaya peningkatan kualitas SDM yang dalam skala luas disebut sebagai pembangunan manusia dengan upaya perbaikan derajat kesehatan, tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk serta kemampuan daya beli masyarakat. Pada Tabel 1 terlihat selama periode lima tahun terakhir, pencapaian angka IPM Kota Semarang dari tahun ke tahun terlihat relatif cukup baik. Namun hal tersebut belum berarti bahwa kemajuan pembangunan manusia Kota Semarang sudah cukup membanggakan. Bila kita melihat dari sisi laju perkembangannya, terlihat adanya kenaikan berkisar 0,4 poin sampai 0,6 poin tiap tahunnya. Tabel 1. Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun

Indeks Pembangunan Manusia

2010 76,96 2011 77,58 2012 78,04 2013 78,68 2014 79,24 Sumber: Analisis Pembangunan Kota Semarang

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Tujuan utama MEA 2015 adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang mana terjadi arus barang, jasa, investasi dan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

6

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap menghadapi MEA 2015. Hal itu disebabkan daya saing ekonomi nasional dan daerah belum siap. Keterbatasan infrastruktur dalam negeri juga menjadi masalah krusial di masa mendatang. Persoalan ini tentunya harus diselesaikan oleh Pemerintah. Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Kota Semarang akan lebih mengedepankan pengembangan sektor tersier (perdagangan dan jasa) sebagai penopang utama perekonomian kota. Dari latar belakang di atas kesiapan Kota Semarang dalam menghadapi persaingan MEA dapat kita lihat dari perumbuhan ekonomi, perkembangan kawasan industri, sektor UMKM, investasi, dan IPM. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang mengalami kenaikan setiap tahunnya, dua penyokong terbesar dalam PDRB adalah sektor perdagangan, dan sektor industri pengolahan. Perkembangan lima kawasan industri yang semakin pesat, yaitu kawasan industri Candi, kawasan industri Terboyo, kawasan industri Wijayakusuma, Taman Industri BSB dan kawasan industrI Tugu Wijayakusuma. Pada sisi investasi, Pemerintah Kota Semarang harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif. Meningkatnya investasi diharapkan dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan mengatasi masalah tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan yang menjadi tantangan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Indikator yang terakhir adalah IPM, dimana tingkat IPM mencerminkan kualitas SDM di Kota Semarang.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

7

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Dari permasalahan di atas perlu dikaji, infrastruktur, sumber daya manusia, birokrasi dan pelaku usaha. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi kesiapan dan penyusunan strategi Pemerintah Kota Semarang dalam menghadapi persaingan MEA.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan beberapa pokok permasalahan belum adanya kesiapan yang maksimal dari Pemerintah Kota Semarang dalam menghadapi MEA, perlunya perhatian yang besar baik dari pemerintah kota Semarang atau dinas terkait maupun masyarakat mengenai MEA agar masing-masing pihak dapat mempersiapkan diri guna persaingan di era MEA. Untuk itu muncullah pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi infrastruktur di Kota Semarang dalam menghadapi MEA? 2. Bagaimana kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi MEA di Kota Semarang? 3. Bagaimana kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi MEA di Kota Semarang? 4. Bagaimana kesiapan birokrasi dalam menghadapi MEA di Kota Semarang?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut : 1. Menganalisis kondisi infrastruktur di Kota Semarang dalam menghadapi MEA

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

8

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

2. Menganalisis kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi MEA di Kota Semarang 3. Menganalisis kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi MEA di Kota Semarang 4. Menganalisis kesiapan birokrasi dalam menghadapi MEA di Kota Semarang

D. Kegunaan Penelitian Secara umum output dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar penentuan kebijakan pemerintah khususnya Kota Semarang dalam persiapan menghadapi persaingan MEA.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia, birokrasi dan pelaku usaha dalam kesiapan serta kebijakan Pemerintah Kota Semarang guna menghadapi tantangan MEA.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

9

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara ASEAN 2020. Adapun visi dari ASEAN tersebut adalah aliran bebas barang (free flow of goods) dimana tahun 2015 perdagangan barang dapat dilakukan secara bebas tanpa mengalami hambatan, baik tarif maupun non-tarif. Selain itu untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang berintegrasikan dalam membangun ekonomi yang merata dan dapat pula mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi. Berkaca dari pengalaman sebelumnya yaitu pada tahun 2010 telah diberlakukannya kerjasama China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), salah satu dampak yang muncul adalah membanjirnya produk-produk Cina di pasaran Indonesia. Produk-produk tersebut menjadi pesaing dari produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM Indonesia, seperti misalnya produk keramik, pakaian jadi, produk alas kaki (sepatu/sandal), mebel, dan produk kerajinan. Hal tersebut merupakan tantangan bagi produk-produk UMKM Indonesia. Sama halnya dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA/AEC, ASEAN Economic Community) pada tahun 2015, hal tersebut juga akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM di

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

10

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Indonesia. Dalam hal ini peningkatan daya saing UMKM menjadi faktor kunci agar mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari implementasi MEA 2015. Jawa Tengah perlu memperhatikan tentang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) (7 sektor barang, 5 sektor jasa-jasa). Agro-based products, Air travel, Automotive, E-ASEAN, Electronics, Fisheries, Healthcare, Rubber-based products, Textiles & apparels, Tourism, Wood-based products, Logistics Services (2013).

2. Pertumbuhan Ekonomi Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasajasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oIeh masyarakat (Basri, 2002), dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada tahun sebelumnya. Dengan kata lain perekonomian Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

11

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

dikatakan mengalami pertumbuhan jika pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya (Basri, 2002). Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (GDP) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Kuznets dalam Hariyanto (2005) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara dalam menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

3. Infrastruktur Worldbank (1994) menyatakan tidak ada definisi yang pasti mengenai infrastruktur, tetapi tetap ada kesepakatan yang luas mengenai arti infrastruktur. Menurut Macmillan Dictionary of Modern Economics (1996) Infrastruktur merupakan elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus barang antara pembeli dan penjual. Sedangkan The Routledge Dictionary of Economic (1995) menjelaskan infrastruktur adalah pelayanan utama dari suatu negara yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial dengan menyediakan transportasi, pelayanan kesehatan publik, pelayanan pendidikan dan bangunan untuk kegiatan masyarakat. Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

12

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Hansen (1965) membedakan infrastruktur dalam dua jenis berdasarkan langsung atau tidak dampaknya terhadap pembangunan ekonomi, yaitu infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi secara langsung mendukung kegiatan produksi, misalnya: jalan, bandara, pelabuhan, jaringan limbah,

jaringan pipa

air bersih, jaringan listrik dan I igasi.

Infrastruktur sosial dibangun untuk kenyamanan sosial dan dibangun dalam rangka mendukung produktivitas ekonomi, seperti: sekolah, rumah sakit, gedung olahraga dan lain-lain (Torrisi, 2009). Sejalan dengan klasifikasi infrastruktur menurut Hansen, The World Bank dalam bukunya “The World Bank Report 1994” mengklasifikasikan infrastruktur menjadi tiga jenis, yaitu: a. Infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi final, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan, bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel kereta api, angkutan pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). b. Infrastruktur sosial, merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi (taman, museum dan lain-lain). c. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

13

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Todaro, 2006). Akumulasi modal terjadi bila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan. Akumulasi modal ini dapat dilakukan dengan investasi langsung terhadap stok modal secara fisik (pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku) dan dapat juga dengan melakukan investasi terhadap fasilitas-fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi dan sosial (pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih dan fasilitas komunikasi). fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi dan sosial (pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih dan fasilitas komunikasi). Teori pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya memasukkan unsur teknologi kedalam fungsi produksi yang dikenal dengan model pertumbuhan neoklasik Solow. Menurut Solow, pertumbuhan ekonomi berasal dari satu atau lebih dari tiga faktor berikut: peningkatan dalam kuantitas dan kualitas pekerja (labor), kenaikan dalam kapital (melalui tabungan dan investasi) dan peningkatan dalam teknologi. Namun peran teknologi dalam model ini masih eksogenous, yang artinya teknologi itu sendiri bukan merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi, melainkan given. Investasi fisik seperti infrastruktur, dalam model Solow ini dimasukkan dalam faktor kapital.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

14

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

4. Peranan dan Kontribusi UMKM di Indonesia Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Mengingat pentingnya peranan UMKM di bidang ekonomi, sosial dan politik, maka saat ini perkembangan UMKM diberi perhatian cukup besar di berbagai belahan dunia. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi, usaha kecil dan mikro lebih resisten dibanding perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Sektor ekonomi UMKM yang memiliki unit usaha yang paling dominan di Kota Semarang adalah di sector pengrajin, baik handicraft, border, boneka kain batik, keramik, lampu, porselin, sepatu, miniature peasawat terbang, aneka tenun, kerajinan perca, kerajinan tusuk silang, tas kulit dan pengrajin lainnya. Selain itu unit usaha pengolahan makanan seperti bandeng presto, lapis legit, emping jagung, keripik buah, nata de coco, lumpia, kue brownies, kue pia dan minuman sehat tradisional juga mendominasi produk-produk unggulan UMKM di Kota Semarang, berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Data-data tersebut menunjukkan bahwa UMKM berada di sebagian besar sektor usaha yang ada di kota Semarang. Apabila mau dicermati lebih jauh, pengembangan sektor swasta, khususnya UMKM, perlu untuk dilakukan dan dikembangkan, mengingat sektor ini memiliki potensi untuk dikenal lebih jauh oleh masyarakat agar dapat terpublikasi dengan baik di luar kota Semarang, agar dapat menghasilkan income masyarakat dalam mengembangkan UMKM.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

15

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

5. Investasi Investasi berdasarkan teori ekonomi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan dating. Investasi adalah suatu komponen dari Produk Domestik Bruto. Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential dan investasi residential. Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga. Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.

6. Indeks Pembangunan Manusia Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kekayaan yang sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. Berdasarkan konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut: a) Tinggi: IPM lebih dari 80,0 b) Menengah Atas: IPM antara 66,0 – 79,9 c) Menengah Bawah: IPM antara 50,0 – 65,9

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

16

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

d) Rendah: IPM kurang dari 50,0

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga indeks dasar yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks standar hidup layak. Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar yaitu: (a) Dimensi umur panjang dan sehat, (b) Dimensi pengetahuan, (c) Dimensi kehidupan yang layak (BPS, 2012). Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan 17 indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity). Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

17

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

B. Roadmap Penelitian Roadmap penelitian ini disajikan pada gambar berikut :

Gambar 2. Roadmap Penelitian

Didasarkan pada permasalahan dasar yang ditemukan dalam latar belakang, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang akan dicapai diantaranya adalah 1) mengevaluasi kesiapan Kota Semarang dari berbagai aspek dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), 2) Menyusun strategi Pemerintah Kota Semarang di berbagai aspek dalam menghadapi MEA . Setelah dilakukannya penelitian ini, diharapkan akan ada kebijakan peningkatan mutu yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan daya saing Kota Semarang dalam menghadapi MEA.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

18

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

BAB III METODE PENELITIAN

A. Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Semarang karena Kota Semarang sebagai salah satu ibukota provinsi di Jawa Tengah. Kota Semarang juga menjadi salah satu kutub pertumbuhan perekonomian, sehingga dengan diberlakukannya Masyarakaat Ekonomi ASEAN dimungkinkan akan memberikan dampak pada performa perekonomian di Kota Semarang dan tentunya kehadiran era ini membutuhkan daya dukung tinggi dari elemen masyarakaat Kota Semarang.

B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam melihat kesiapan Kota Semarang melalui analisis preferensi kesiapan birokrasi, sumber daya manusia dan pelaku usaha dalam menghadapi MEA di Kota Semarang. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk mendiskripsikan fenomena kesiapan infrastruktur dalam menghadapi MEA di Kota Semarang.

C. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) data primer; dan (2) data sekunder. Data primer diperoleh dalam bentuk verbal atau kata-kata dan perilaku subyek (informan) yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan data sekunder bersumber dari dokumen-dokumen perencanaan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

19

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

pembangunan Kota Semarang, foto-foto, rekaman dan benda-benda yang digunakan sebagai pelengkap data primer. Dalam pengambilan data primer, penentuan informan didasarkan pada kriteria: (1) subyek menyatu dengan medan aktivitas sasaran penelitian; (2) subyek masih aktif; (3) subyek memiliki waktu untuk dimintai informasi; (4) subyek tidak memiliki hubungan spesial dengan peneliti. Sehubungan dengan kriteria tersebut dan disesuaikan dengan tujuan penelitian maka pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penggunaan teknik purposive memberikan kebebasan peneliti dari keterikatan proses formal yang berarti peneliti dapat menentukan sampling sesuai dengan tujuan penelitian berdasarkan substansi permasalahan. Sampling yang dimaksud adalah bukan sampling yang mewakili populasi melainkan didasarkan pada relevansi dan kedalaman informan yang didapat. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah a. SKPD di Kota Semarang (birokrasi) antara lain Bappeda, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, DPKAD, Dinas Bina Marga, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dishubkominfo, Disperindag, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pengelolaan SDA dan Energi, Dinas Kelautan dan Perikanan. b. Pelaku usaha yaitu pelaku UMKM unggulan Kota Semarang, UMKM non unggulan, KADIN

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

20

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

D. Teknik Pengumpulan Data Agar diperoleh data secara holistik dan integratif serta memperhatikan relevansi data dengan fokus penelitian, rumusan masalah dan tujuan, maka pengumpulan data menggunakan teknik : a. Wawancara mendalam. Deep interview kepada key informan yang mengetahui kondisi Kota Semarang dalam menghadapi MEA b. Observasi adalah teknik yang digunakan sebagai pelengkap untuk mengetahui kondisi dan situasi di Kota Semarang mengenai kesiapan Kota Semarang dalam MEA c. Kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan tujuan penelitian. d. Studi dokumentasi yaitu menggunakan data sekunder untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan.

E. Metode Analisis Teknik analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pada pendekatan kualitatif, data dianalisis dengan menggunakan model interaktif yaitu melalui proses pengumpulan data dan penyajian data. Pada saat data yang disajikan belum dapat disimpulkan atau ditemukan kejanggalan-kejanggalan maka data direduksi melalui verifikasi. Reduksi data dilakukan terus menerus selama pengumpulan data berlangsung. Sejak analisis data dan verifikasi dilakukan, maka pada saat itu juga peneliti mulai memberi arti dan memaknai data yang diperoleh. Keputusan peneliti memberi arti

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

21

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

tersebut pada dasarnya adalah untuk menarik kesimpulan sementara yang masih memungkinkan untuk diperbaiki. Kesimpulan sementara yang belum jelas direduksi kembali melalui verifikasi. Kemudian setelah peneliti yakin bahwa kesimpulan telah kuat, maka peneliti memaknai hasil penelitian dengan menginterpretasikan makna-makna tersebut dalam bentuk simpulan akhir.

F. Tenaga Ahli Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No 1

2

3.

Nama

NIP

Bidang Ilmu

Prof. Dr. 196812091997022001 Ekonomi Sucihatiningsih Pertanian Dian Wisika P, SE.,M.Si Prof. Dr. Etty 196304181989012001 Kebijakan Soesilowati, Publik M.Si Nurjannah 198705162011032027 Ekonomi Rahayu K, Makro SE.,M.Si

Alokasi Uraian Waktu Tugas (jam/minggu) 10 Ketua peneliti

8

Anggota peneliti

8

Anggota peneliti

Adapun rincian tugas-tugas dari masing-masing tim peneliti adalah : 1. Ketua peneliti : bertugas memimpin, mengarahkan dan bertanggung jawab terhadap jalannya penelitian dari awal hingga akhir, melakukan penelitian secara intensif, mempresentasikan hasil penelitian. 2. Anggota peneliti : bertugas membantu ketua peneliti dan ikut bertanggung jawab dalam pelaksanakan penelitian, dari proses awal hingga akhir.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

22

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Profil Kota Semarang Sebagai Kota Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang memiliki luas wilayah sebesar 373,70 km2 yang lokasinya berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat, Kabupaten Semarang di sebelah selatan, Kabupaten Demak di sebelah timur dan Laut Jawa di sebelah utara dengan panjang garis pantai berkisar 13,6 km.

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2016 Gambar 3 Peta Kota Semarang

Secara administratif, Kota Semarang terbagi atas 16 wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari jumlah tersebut, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen dengan luas wilayah sebesar 57,55 Km² dan Kecamatan Gunungpati dengan luas wilayah sebesar 54,11 Km². Kedua

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

23

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sementara itu wilayah kecamatan dengan mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan dengan luas wilayah 5,93 Km² dan Kecamatan Semarang Tengah dengan luas wilayah sebesar 6,14 Km². Secara geografis, Semarang terletak antara 6 50’ – 7 10’ Lintang Selatan dan garis 109 35’ – 110 50’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebelah Utara dengan Laut Jawa, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, dan sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang. Suhu Udara berkisar antara 20-30 Celcius dan suhu rata-rata 27 Celcius.

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 4 Posisi Strategis Kota Semarang

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

24

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Berdasarkan posisi lokasinya, Kota Semarang terletak pada jalur lalu lintas ekonomi Pulau Jawa. Selain itu, berdasarkan posisinya, Kota Semarang memiliki lokasi strategis sebagai koridor pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yaitu koridor pantai utara, koridor selatan, koridor timur dan koridor barat (lihat pada gambar 5). Lokasi strategis Kota Semarang juga didukung dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Mas, Bandar Udara Ahmad Yani, Terminal Terboyo, Stasiun Kereta Api Tawang dan Poncol, yang menguatkan peran Kota Semarang sebagai simpul aktivitas pembangunan di Provinsi Jawa Tengah dan bagian tengah Pulau Jawa, Indonesia. Kota Semarang memiliki Luas 373,70 km atau 37.366.836 Ha terdiri dari 16 kecamatan dan 117 kelurahan. Penduduknya sangat heterogen terdiri dari campuran beberapa etnis, Jawa, Cina, Arab dan Keturunan. Juga etnis lain dari beberapa daerah di Indonesia yang datang di Semarang untuk berusaha, menuntut ilmu maupun menetap selamanya di Semarang. Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, kemudian berikutnya adalah Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Mata pencaharian penduduk beraneka ragam, terdiri dari pedagang, pegawai pemerintah, pekerjaan pabrik dan petani. Kendati warganya sangat heterogen, namun kehidupan sosial masyarakat Kota Semarang sangat damai. Toleransi kehidupan umat beragama sangat dijunjung tinggi. Inilah faktor yang sangat mendukung kondisi keamanan sehingga

Semarang

menjadi

kota

Indonesia

yang

sangat

baik

untuk

pengembangan investasi dan bisnis.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

25

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sebagai kota Metropolitan dan ibu kota propinsi Jawa Tengah, Semarang juga memiliki fasilitas yang sangat memadai. Disini terdapat fasilitas pelabuhan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas perbelanjaan, kawasan bisnis, dll. Kota Semarang nampaknya akan terus berkembang, selain sebagai kota perdagangan juga menjadi kota jasa pariwisata. Oleh karena itu, di Semarang terus bertumbuh hotel-hotel dari kelas, melati hingga bintang. Perkembangan menjadi kota jasa itu akan ditunjang sarana transportasi udara dengan Bandara Ahmad Yani yang ditingkatkan statusnya menjadi Bandara Internasional, maupun transportasi darat berupa Kereta Api (KA) dan bus dengan berbagai jurusan.

B. Gambaran Umum Penelitian Association of Southest Asian Nations atau disingkat dengan ASEAN disahkan pada deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967, didirikan oleh 5 negara anggota yaitu Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia. Menyusul keanggotaan Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar serta Kamboja di tahun 1984. Hingga akhir abad 20 ASEAN menjadi organisasi regional yang menopang segala bentuk kerjasama antar kesepuluh anggota ASEAN hingga saat ini. Pada awalnya ASEAN didirikan hanya sekedar untuk meciptakan komunitas keamanan, dimana Negara-negara yang tergabung didalamnya membuat dorongan politik agar para anggotanya dapat merasa sebagai suatu komunitas yang dapat bekerja sama dalam berbagai bidang termasuk menciptakan stabilitas keamanan dan penyelesaian masalah secara damai. Namun, seiring perkembangannya, kerjasama ASEAN telah mengalami perluasan. ASEAN tidak lagi hanya seputar

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

26

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

keamanan tapi juga telah memasuki ranah politik, hukum, serta keamanan regional yang lebih mendalam. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke – 2 tanggal 15Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia, ASEAN membangun identitas kolektif dimana seluruh anggotaASEAN akan menumbuhkan rasa kolektif yang akan direalisasikan melalui program ASEAN Vision 2020. Para kepala ASEAN menegaskan bahwa: 1. Menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan memiliki daya saing yang tinggi yang ditandai dengan arus lalu litas barang, jasa, investasi dan modal secara bebas, pembangunan ekonomi yang merata serta pengangguran kemiskinan dan kesenjangan social-ekonomi 2. Mempercepat liberalisasi perdangan di bidang jasa 3. Meningkatkan pergerakan tenaga professional dan jasa lainnya secara bebas di kawasan Asia Tenggara

Hingga lima tahun kemudian, setelah krisis ekonomi melanda kawasan Asia Tenggara, para kepada Negara ASEAN pada KTT ke-9 di Bali pada 7 Oktober tahun 2003, menyepakati pembentukan komunitas ASEAN (ASEAN Community) yang terdiri dari tiga pilar yaitu pilar bidang Keamanan Politik (ASEAN Political – Security Community), bidang ekonomi (ASEAN Economic Community), dan bidang social – budaya (ASEAN Socio-Culture Community) keputusan ini kini dikenal dengan dengan istilah Bali Concord II . Dilanjutkan dengan KTT ke-12 pada Januari 2007 yang diselenggrakan di Cebu, Filipina yang menyepakati bahwa ASEAN Community akan dipercepat dari tahun 2020

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

27

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

menjadi 2015. Hal ini ditunjukan menjelang 5 Tahun batas akhir terbentuknya pasar barang, jasa, dan tenaga kerja kawasan. ASEAN Community yang terdiri dari tiga pilar ini diusung untuk membangun kawasan baru yang lebih maju searah dengan perkembangan dunia global, yang akan mewujudkan: 1. ASEAN akan menyeleaikan perbedaan antara Negara anggota bukan melalui kekerasan dan perang, melainkan degan diplomasi dan negoisasi serta melalui dialog antar Negara 2. ASEAN akan membangun masyarakat yang peduli akan kebersamaan yang akan dibangun Negara-negara anggota ASEAN sehingga menciptaka rasa yang satu serta menghindari konflik antar Negara yang menyangkut permasalahan social budaya 3. ASEAN akan menjadi pasar tunggul dan basis produksi, dimana aliran barang, jasa dan investasi yang bebas.

Urgensi penelitian tentang kesiapan Pemerintah Kota Semarang dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah harus dan mutlak saat ini, mengingat pelaksanaan MEA ini telah tengah berlangsung. Saat ini idealnya seluruh Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN dan telah berkomitmen untuk bergabung dalam MEA ini telah berada dalam kondisi siap baik dalam kebijakan-kebijakan berupa perangkat aturan-aturan yang akan dijalankan pada saat berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN ini maupun kesiapan domestik Negara-negara anggota ASEAN yang akan menjalankan regulasi ini.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

28

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Namun, dalam pelaksaan persiapan menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN ini, tidak semua bahkan hampir semua anggota ASEAN yang akan bergabung dalam MEA 2015 bisa menyebutkan bahwa negarnya siap baik secara eksternal kawasan maupun internal/domestik Negara tersebut. Thailand yang disebut sebagai Negara paling siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pun masih berbenah dan terus-menerus memperbaiki system dalam negerinya untuk menerima arus barang, jasa dan modal yang nantinya akan berjalan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN ini. Sejauh mana kesiapan daerah dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang, pelaku bisnis, masyarakat dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN belum benar-benar dipastikan sebelum diadakannya penelitian langsung akan kesiapan mereka. Oleh karena itu penelitian ini akan dilakukan untuk menjawab sejauh mana kesiapan Kota Semarang dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Fokus dari penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis kesiapan infrastruktur (jalan, listrik, sarana komunikasi, bandara, pelabuhan, air), sumber daya manusia (jumlah dan kualifikasinya), birokrasi (perijinan, pelayanan publik) dan pelaku usaha dalam kesiapan serta kebijakan Pemerintah Kota Semarang guna menghadapi tantangan MEA. Oleh karena itu di dalam penelitian ini ada beberapa responden yang menjadi key informan di dalam penelitian ini, yaitu SKPD di Lingkungan Kota Semarang, pelaku UMKM, pelaku usaha di bidang transportasi, dan keuangan, dan Kadin Kota Semarang.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

29

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

BAB V DATA DAN ANALISA

KTT ASEAN XIII tahun 2008 di Kuala Lumpur berhasil mencanangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Pertimbangan utama pembentukan MEA adalah pentingnya perdagangan dengan dunia luar bagi ASEAN dan adanya kebutuhan masyarakat ASEAN secara bersama-sama melihat keluar. Intinya adalah upaya meningkatkan kerjasama ekonomi sesama negara anggota ASEAN untuk berkompetisi dengan dunia luar. Alasan utama adalah bahwa kawasan ASEAN adalah kawasan yang vital bagi ekonomi dunia melihat kepada jumlah penduduknya (hampir setengah miliar) dan peran dalam ekonomi global. Disamping itu, ASEAN juga ingin mendampingi kemunculan raksasa baru ekonomi dunia dari Asia, seperti: Cina dan India.Untuk mewujudkannya, telah disepakati cetak biru (blue print) MEA 2015. Cetak biru menjelaskan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional mempunyai lima element inti; yaitu (i) Aliran bebas barang, (ii) Aliran bebas jasa, (iii) Aliran bebas investasi, (iv) Aliran modal yang lebih bebas, serta (v) Aliran bebas tenaga kerja terampil. Sektor yang masuk dalam pasar tunggal dan basis produksi internasional terdiri dari dua belas (12) sektor integrasi prioritas (Priority Integration Sectors [PIS]) yaitu sektor-sektor yang dianggap strategis untuk diliberalisasikan menuju pasar tunggal dan berbasis produksi seperti: produk produk berbasis pertanian, transportasi udara, otomotif, ASEAN ecommerce (e-ASEAN), elektronik, perikanan, pelayanan kesehatan, produk

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

30

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

berbasis karet, tekstil dan pakaian, pariwisata, produk berbasis kayu, dan logistik (ASEAN Secretariat, 2011). Untuk masing masing sektor ditunjuk koordinator, seperti dalam tabel 2 berikut: Tabel 2. Daftar Sektor Integrasi Prioritas dan Koordinator dalam MEA 2015 Daftar Sektor Negara Daftar Sektor Negara No. No. Integrasi Prioritas Koordinator Integrasi Prioritas Koordinator 1. Produk berbasis Myanmar 7. Layanan Singapore pertanian kesehatan 2. Transportasi udara Thailand 8. Produk berbasis Malaysia karet 3. Otomotif Indonesia 9. Tekstil dan Malaysia pakaian 4. e-ASEAN Singapore 10. Pariwisata Thailand 5. Elektronik Filipina 11. Produk berbasis Indonesia kayu 6. Perikanan Myanmar 12. Logistik Vietnam Sumber: Departemen Perdagangan RI (n.d)

Skema MEA merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari skema perdagangan yang sudah ada sebelumnya, yaitu preferential Trading Agreement (PTA) tahun 1977 dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 1992. Perbedaan paling mendasar antara skema PTA, AFTA, dan MEA dalam mendorong terjadinya aliran barang yang bebas di ASEAN adalah PTA dan AFTA lebih menekankan pada pengurangan dan penghapusan hambatan tarif, sedangkan MEA lebih menekankan pada pengurangan dan penghapusan hambatan non-tarif (Arifin et al., 2008: 71). Kerangka aliran bebas barang yang termuat dalam cetak biru MEA 2015 menjelaskan mengenai arah dan cara mencapai MEA 2015 yang meliputi penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tarif, dan fasilitas perdagangan lainnya. ASEAN Trade Facilitation (ATF) diciptakan untuk

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

31

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

memberikan berbagai kemudahan perdagangan di kawasan ASEAN, yang diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan antar negara -negara ASEAN (Rahardhan et al. n.d) Dari 12 sektor integritas prioritas, 3 diantaranya berhubungan langsung dengan pertanian, seperti produk berbasis pertanian, produk berbasis karet, dan produk berbasis kayu. Cetak Biru MEA menggariskan pentingnya peningkatkan efisiensi sektor-sektor utama untuk memungkinkan ASEAN bersaing dalam memperoleh modal dan mempertahankan aktivitas ekonomi yang memiliki nilai tambah dan pembukaan lapangan kerja di kawasan.

A. Kesiapan Infrastruktur 1. Panjang Jalan dan Pemukaan Jalan Salah satu bentuk kesiapan Kota Semarang dalam menghadapi MEA adalah penyediaan infrastruktur yang mendukung MEA. Salah satu diantaranya adalah panjang jalan dan kualitas jalan yang ada di Kota Semarang. Dari tabel 3 di bawah ini, panjang jalan total di Kota Semarang sepanjang 722.454 meter dengan luas ruas sebesar 4.0003.923 meter. Jenis permukaan jalan di Kota Semarang tergolong baik karena sebagian besar adalah jalan beraspal (599,22) dan sisanya jenis permukaan penetrasi, telford, tanah, dan paving. Jenis jalan yang beraspal ini membuat distribusi barang dan jasa yang ada di Semarang lebih mudah, dan lancar. Ada jalan yang bagus salah satu daya tarik Kota Semarang untuk menarik investasi di Kota tersebut.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

32

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Tabel 3. Panjang Jalan dan Jenis Permukaan Jalan di Kota Semarang Tahun 2015 NO

NAMA RUAS

1

2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

KECAMATAN BANYUMANIK KECAMATAN CANDISARI KECAMATAN GAJAHMUNGKUR KECAMATAN GAYAMSARI KECAMATAN GENUK KECAMATAN GUNUNGPATI KECAMATAN MIJEN KECAMATAN NGALIYAN KECAMATAN PEDURUNGAN KECAMATAN SEMARANG BARAT KECAMATAN SEMARANG SELATAN KECAMATAN SEMARANG TENGAH KECAMATAN SEMARANG TIMUR KECAMATAN SEMARANG UTARA KECAMATAN TEMBALANG KECAMATAN TUGU

38,484 20,532 35,690 23,326 47,530 78,500 122,215 47,278 33,095 46,201 25,376 67,624 19,004 20,475 59,434 37,690

194,193 148,144 202,357 130,330 246,540 338,800 479,313 244,378 186,405 252,792 166,445 516,618 129,196 151,945 342,508 273,960

36.48 20.30 35.69 23.33 45.99 62.20 47.94 39.93 32.70 41.93 25.176 60.71 17.65 19.58 54.13 35.49

2.00 0.23 0.00 0.00 1.00 14.70 79.43 6.45 0.00 3.12 0.00 0.00 1.10 0.00 4.20 2.20

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.14 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 0.00 0.00 0.00 2.40 1.15 0.20 6.92 0.25 0.90 0.00 0.00

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUM LAH

722,454

4,003,923

599.22

114.43

1.60

0.14

12.22

0.00

PANJANG LEBAR RUAS RUAS (m) (m) 5 6

LUAS RUAS (m) 7

PANJANG TIAP JENIS PERMUKAAN (Km) ASPAL PENETRASI TELFORD TANAH PAVING/ BELUM KETERANGAN AC/HRS MACADAM KERIKIL BETON TEMBUS 8 9 10 11 12 13 14

Sumber: Dinas Bina Marga Kota Semarang, 2016

Infrastruktur jalan salah satu hal yang harus diperhatikan di dalam MEA. Panjang jalan dan kualitas jalan salah satu pendukung kelancaran perekonomian Indonesia secara nasional. Kualitas jalanlah yang selanjutnya memegang peranan penting terhadap kelancaran arus ekonomi antar wilayah-wilayah perekonomian besar tersebut. Sebagai contoh, dengan jalan yang lebar dan permukaan jalan yang halus akan membuat distribusi barang ekonomi akan lebih cepat terkirim karena resiko macet dan lambatnya laju kendaraan akibat jalan rusak lebih kecil. Sebaliknya jalan sempit dengan banyaknya permukaan jalan yang rusak akan menimbulkan resiko terjadinya macet dan keterlambatan pengiriman lebih tinggi. Jika kualitas jalan semakin ditingkatkan maka kelancaran distribusi barang dan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

33

Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota Jalan Kota

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

jasa ekonomi di jalur-jalur utama perdagangan nasional bisa terjaga mengimbangi meningkatnya arus ekonomi. Lancarnya distribusi barang dan jasa ekonomi ini nantinya yang akan berkonstribusi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi.

2. Listrik Fasilitas infratrukstur yang tidak kalah penting dalam mendukung MEA adalah tersedinya listrik yang memadai. Adanya kapasitas listrik yang memadai akan mendorong investor untuk menanamkan dananya ke Kota Semarang. Kegiatan perniagaan, hiburan, sekolah dapat berjalan dengan lancar dengan suplai listrik yang cukup. Infrastruktur listrik signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena energi listrik adalah salah satu energi yang sangat penting untuk mendukung berbagai aktivitas kehidupan manusia modern. Hampir di semua bidang kegiatan

manusia membutuhkan manfaat energi listrik, baik untuk

kegiatan rumah tangga, pendidikan, kesehatan,

industri

dan

hampir

semua

kegiatan lainnya. Kegiatan ekonomi juga tentunya sangat dibantu oleh kehadiran energi listrik. Produksi barang dan jasa ekonomi akan lebih efektif dan efisien dengan hadirnya alat-alat modern yang tentunya menggunakan energi listrik. Efektif dan efisiennya produktivitas barang dan jasa ekonomi ini tentunya akan meningkatkan output perekonomian secara signifikan, sehingga pertumbuhan ekonomi secara nasional juga meningkat.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

34

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Kebutuhan energi listrik akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan roda perekonomian di kota Semarang. Dalam pada itu, PLN sebagai Perusahaan Negara yang menangani listrik terus meningkatkan kinerjanya sebagai antisipasi dari peningkatan kebutuhan tenaga listrik. Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa dari tahun 2014 hingga tahun 2016 terjadi kenaikan cukup signifikan jumlah pelanggan PLN. Segala kebutuhan masyarakat ada di Kota Semarang dan Kota Semarang yang aman menjadi daya tarik penduduk untuk tinggal di Kota Semarang. Adanya perumahan-perumahan yang dibangun oleh pengusaha properti guna memenuhi kebutuhan tempat tinggal penduduk Kota Semarang menjadikan permintaan akan listrik untuk golongan rumah tangga dari tahun 2014 sebesar 1.194.372 pelanggan mengalami kenaikan pada tahun 2016 yakni sebesar 1.260.649.

Gol S1 S2 S3 R1 R2 R3 B1 B2 B3 I1 I2 I3 I4 P1 P2 P3 T

Tabel 4. Jumlah Pelanggan PLN Kota Semarang Tahun 2014-2016 Jumlah Pelanggan Per Tarif Daya 2014 2015 2016 220 VA 0 0 0 450 VA - 197000 VA 32,538 34,658 35,774 210000 VA - 8660000 VA 56 60 64 450 VA - 2200 VA 1,194,372 1,241,347 1,260,649 3500 VA - 5500 VA 17,795 18,486 19,124 6600 VA - 10380000 VA 2,704 2,929 3,091 450 VA - 5500 VA 57,140 62,837 65,080 6600 VA - 197000 VA 10,268 10,913 11,299 210000 VA - 10250000 VA 125 141 150 450 VA - 13900 VA 257 288 294 6600 VA - 197000 VA 766 815 833 240000 VA - 24500000 VA 425 452 459 5540000VA - 97000000 VA 1 1 1 450 VA - 197000 VA 2,611 2,839 2,853 210000 VA - 8660000 VA 28 30 31 5,515 5,659 5,691 210000 VA - 11420000 VA 0 0 0

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

35

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Gol

Daya

C L

210000 VA - 8660000 VA 450 VA - 37000000 VA TOTAL Sumber: PLN Kota Semarang, 2016

Adanya suplai listrik

Jumlah Pelanggan Per Tarif 2014 2015 2016 0 0 1 76 9 20 1,324,677 1,381,464 1,405,414

yang cukup di Kota Semarang menjadikan

permintaan akan listrik di Kota Semarang bertambah. Dari tabel 5, terlihat bahwa jumlah pelanggan PLN bertambah secara signifikan. Tahun 2013 jumlah permintaan pemasangan listrik sebesar 406.792 pelanggan naik secara signifikan pada tahun 2014 yakni sebesar 1.324.677 pelanggan. Daya yang tersambung juga mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2014 dari tahun 2013. KWH yang terjual mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2010 yaitu 294.926.604

KWH

tahun

2010

menjadi

4.586.648.043

Kwh

tahun

2014.Mengingat jumlah pelangga mengalami kenaikan dan Kwh yang terjual mengalami kenaikan menyebablan rupiah penjualan listrik juga mengalami kenaikan

semula

Rp

660.549.080

pada

tahun

2010

menjadi

Rp.

4.238.228.527.374. Tabel 5. Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung, Kwh Terjual , Rupiah Penjualan Menurut Golongan Tarif Di Kota Semarang Tahun Golongan 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Pelanggan 1,079,663 1,079,663 406,792 406,792 1,324,677 Daya Tersambung 1,679,267,915 1,679,267,915 1,040,764,115 1,040,764,115 2,269,871,857 Kwh Terjual 294,926,604 294,926,604 196,622,875 196,622,875 4,586,648,043 KVARH 833,211 833,211 761,112 761,112 27,670,242 Rupiah Penjualan 660,549,080 660,549,080 163,897,952,049 163,897,952,049 4,238,228,527,374 Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

36

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sumber: BPS, 2016 3. Air Kebutuhan akan air bersih juga merupakan faktor pendukung Masyarakat Ekonomi Asean. Jumlah pelanggan PDAM Kota Semarang mengalami kenaikan yang semula menjadi 134.617 pelanggan pada tahun 2010 menjadi 152.014 pelanggan pada tahun 2014. Pada tabel 6, jumlah pemakaian air melalui PDAM kota Semarang pada tahun 2014 tercatat 44,488 juta M3. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 3,07 %. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan Rumah Tangga sebanyak 36,330 juta M3 atau sekitar 81,66 % dari seluruh pemakaian air minum. Kalau dilihat dari jumlah pelanggan / sambungan, mengalami peningkatan sebesar 5,11 % dari tahun sebelumnya. Tabel 6. Banyaknya Pelanggan, Pemakaian & Penjualan Air Minum Dirinci Menurut Golongan Tarif di PDAM Kota Semarang Tahun Golongan 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Pelanggan 134,617 138,775 141,563 144,626 152,014 Pemakaian Air 36,290,343 39,888,897 42,059,153 43,162,544 44,488,536 Penjualan Air 125,289,403,880 137,414,923,670 147,106,337,640 156,163,906,810 163,453,646,690 Total 125,325,828,840 137,454,951,342 147,148,538,356 156,207,213,980 163,498,287,240 Sumber: PDAM Kota Semarang, 2016

4. Sarana Transportasi Alat transportasi baik jenis alat transportasi maupun jumlah alat transportasi merupakan salah satu sarana pendukung MEA. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Tabel 7)

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

37

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

terlihat bahwa dari tahun ke tahun Kota Semarang selalu meningkatkan jumlah sarana transportasinya. Jumlah trayek Bus Rapid Transit (BRT) yang semula hanya ada 2 trayek pada tahun 2012 menjadi 4 trayek pada tahun 2015. Trayek yang dilalui BRT ini menghubungkan simpul-simpul terjauh Kota Semarang dan saling terhubung satu sama lain. Masyarakat dapat mengakses sarana angkutan BRT dengan biaya yang terjangkau dan memudahkan mobilisasi masyarakat. Selain itu Pemerintah Kota Semarang juga menambah jumlah armada dan jumlah halte BRT seriring dengan peningkatan permintaan akan perjalanan menggunakan BRT ini oleh masyarakat. Selain BRT, sarana transportasi yang lain yang turut mendukung MEA yaitu taxi. Meskipun jumlah perusahaan taxi yang mendapat ijin dari Pemerintah Kota Semarang dari tahun 2012 hingga tahun 2015 tidak mengalami perubahan, namun untuk jumlah armada taxi mengalami perubahan dari yang semula 1620 armada di tahun 2012 menjadi 2050 di tahun 2015. Sarana angkutan yang lainnya yaitu angkutan umum dalam trayek atau yang biasa dikenal angkutan kota (angkot). Untuk jumlah angkutan umum baik jumlah trayek dan jumlah armada tidak terlalu berubah signifikan dari tahun 2012 hingga tahun 2015. Tabel 7. Sarana Angkutan di Kota Semarang Tahun 2012-2015 No

1

2

Jenis Angkutan BRT Jumlah Trayek Jumlah Armada Jumlah Halte Taxi Jumlah Perusahaan

2012

2013

2014

2015

2 40 110

3 46 140

4 79 186

4 78 232

8

8

8

8

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

38

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

No

3

Jenis Angkutan Jumlah Armada Angkutan Umum dalam Trayek a. Jumlah Trayek Utama Cabang Ranting b. Jumlah Armada Utama Cabang Ranting

2012

2013

2014

2015

1620

1352

1654

2050

33 12 33

33 13 31

38 13 32

33 13 32

737 1488 877

731 1458 860

783 1485 888

783 1558 888

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Semarang, 2016

5. Sarana Pariwisata Salah satu sektor di dalam mendukung MEA yaitu sektor pariwisata. Dari data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang jumlah objek wisata, biro perjalanan di Kota Semarang dapat dilihat pada Tabel 8, terus mengalami peningkatan selama empat tahun terakhir. Sedangkan jumlah objek wisata unggulan, hotel, restoran, tempat hiburan mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Tabel 8. Sarana dan Prasarana Pariwisata di Kota Semarang Tahun 2012 - 2015 Sarana/Prasarana

2012

2013

2014

2015

Jumlah objek wisata di Kota Semarang 25 44 45 62 Jumlah objek wisata unggulan 6 5 6 9 Hotel 95 90 122 114 Restoran/tempat makan 194 178 267 297 Tempat hiburan 79 20 96 80 Biro perjalanan 108 108 109 124 MICE 53 53 88 175 Sumber Data : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

39

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

6. Sarana Perbelanjaan Ketersediaan sarana dan prasarana yang baik tercermin dalam Tabel 8, semakin lengkap jenis pasar yang dimiliki suatu daerah, maka daerah tersebut siap menghadapi tantangan MEA. Dari Tabel 9, dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis pasar yang ada di Kota Semarang cenderung tetap jumlahnya selama lima tahun terakhir. Dapat kita lihat bahwa jumlah department store, pusat perbelanjaan, pasar umum, pasar hewan, pasar buah, pasar sepeda, pasar ikan dari tahun 2010 hingga 2014 tidak mengalami peningkatan. Tabel 9. Jenis Pasar di Kota Semarang Tahun 2010 – 2014 No Jenis Pasar 2010 2011 2012 2013 1 Dept.Store 10 10 10 10 2. Pasar Swalayan 52 52 53 53 3. Pusat Perbelanjaan 2 2 2 2 4. Pasar Umum 47 47 47 47 5. Pasar Hewan 1 1 1 1 6. Pasar Buah 1 1 1 1 7. Pasar Sepeda 1 1 1 1 8. PasarIkan 2 2 2 2 9. Lain-lain 3 3 3 3 Jumlah 119 119 120 120 Sumber : Dinas Pasar Kota Semarang,2016

2014 10 53 2 47 1 1 1 2 3 120

B. Kesiapan Sumber Daya Manusia Selain dari infrastruktur yang memadai, faktor pendukung Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang paling utama adalah sumber daya manusia. SDM yang akan memainkan peran di kancah MEA. SDM yang secara kuantitas dan kualitas dapat menunjang keberhasilan MEA. Secara kuantitas, SDM Kota Semarang dapat dilihat dari jumlah penduduk Kota Semarang. Penduduk Kota Semarang kurun waktu enam tahun terakhir terhitung sejak 2010 – 2015, perkembangan penduduk di Kota Semarang Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

40

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

cenderung dinamis. Gambar 5 menjelaskan bahwa sejak 2010 – 2015, jumlah penduduk Kota Semarang mengalami peningkatan. Namun, jika dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan penduduk Kota Semarang mengalami penurunan rata-rata pertahun mencapai 0.95% setiap tahunnya.

Gambar 5 Perkembangan Demografi KotaSemarang 2010 – 2015

Komposisi penduduk di Kota Semarang enam tahun terakhir (2010-2015) didominasi oleh penduduk berusia 15 tahun hingga 39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memiliki penduduk usia produktif yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan lima tahun kedepan.

Gambar 6 Piramida Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

41

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Kelompok Umur Tahun 2010 dan Tahun 2015

Berdasarkan Gambar 6, diketahui bahwa persentase penduduk Kota Semarang kategori usia muda, usia produktif dan usia lansia tidak banyak berubah sejak tahun 2010 hingga 2015. Sebagaimana yang tercantum pada gambar 2.25, baik di tahun 2010 maupun 2015, komposisi penduduk usia produktif di Kota Semarang memiliki persentase terbesar yaitu mencapai 71%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Kota Semarang sudah memasuki tahapan bonus demografi (demographic dividend). Bonus demografi adalah suatu keadaan kependudukan dimana ketergantungan penduduk berada pada rentang yang terendah. Jika dikaitan dengan angka ketergantungan, besarnya proporsi usia produktif (>50%) menanggung sedikit penduduk usia non produktif seringkali disebut sebagai bonus demografi. Berdasarkan kondisi tersebut, bonus demografi dapat menjadi asset terbesar bagi Kota Semarang apabila penduduk usia produktifnya memiliki kualitas yang cukup baik (baik tingkat pendidikan, skill, profesionalitas dan kreativitas) sehingga mampu menekan beban ketergantungan sampai tingkat terendah yang pada akhirnya berguna untuk mendongkrak pembangunan ekonomi. Bonus demografi dapat dianggap sebagai peluang (windows opportunity) jika

diiringi

dengan

peningkatan

kesempatan

kerja.

Terlebih

dengan

diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persiapan yang matang seperti menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas perlu dilakukan sehingga kehadiran MEA di Kota Semarang akan menjadi peluang Kota Semarang untuk

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

42

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Namun sebaliknya, jika persiapan yang dilakukan untuk menghadapi MEA kurang matang, maka bukan tidak mungkin peluang bonus demografi dapat berubah bencana demografi. Kehadiran MEA akan menjadi tantangan terbesar baik bagi Pemerintah Kota Semarang maupun bagi warganya untuk meningkatkan kesejahteraan kota. Oleh karena itu, perlu bagi

seluruh pelaku pembangunan

untuk

lebih memprioritaskan

pembangunan manusia sebagai akhir tujuan dari seluruh pembangunan yang dilakukan di Kota Semarang. Pengadaan Infrastruktur pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengadakan pendidikan nasional yang berkualitas dan merata. Setiap individu memiliki akses yang lebih luas terhadap pelayanan pendidikan apabila ketersediaan infrastruktur pendidikan semakin ditingkatkan. Pendidikan nasional yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola sumber daya yang ada secara lebih efisien. Jika sumber daya dapat diolah lebih efisien, maka dengan input sumber daya yang sama akan menghasilkan output yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Bertambahnya modal fisik disertai peningkatan kualitas manusia melalui pendidikan dapat

meningkatkan

output

sehingga

tersebut

dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. SDM

manusia

yang

berkualitas

menentukan

keberhasilan

suatu

pembangunan. Pembentukan SDM yang baik ditentukan salah satunya dari aspek pendidikan. Jika dilihat dari banyaknya infrastruktur pendidikan yang terdapat di Kota Semarang, terdapat beberapa jenis sekolah yang ada diantaranya adalah

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

43

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK. Jumlah lembaga penyelenggaraan hingga jenjang SMA dan SMK di Kota Semarang berjumlah 1005 unit pada tahun 2016. Dari 1005 lembaga pendidikan yang ada tersebut terdapat 301.509 siswa yang belajar di dalamnya. Dan pada tahun 2016 jumlah lulusan yang telah dikeluarkan dari lembaga pendidikan hingga tingkat SMA/SMK berjumlah 83.853 orang. Adapun jumlah guru atau pendidik pada tahun 2016 hingga tingkat SMA/SMK berjumlah 22.007. Tabel 10. Lembaga, Jumlah Siswa, Lulusan dan Jumlah Guru di Kota Semarang Berdaarkan Jenis Sekolah Tahun 2015-2016 Lembaga Siswa Lulusan Guru Sekolah 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 SD+MI 602 594 154,184 154,274 24,954 24,906 8,397 8,329 SMP+MTS 215 215 75,381 72,813 21,847 23,825 5,282 5,214 SMA + MA 95 98 35,921 37,305 21,847 23,825 5,282 5,214 SMK 95 98 37,117 37,117 11,297 11,297 3,250 3,250 Total 1007 1005 302,603 301,509 79,945 83,853 22,211 22,007 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2016 Pada tahun 2015, komposisi penduduk Kota Semarang berdasarkan tingkat pendidikannya didominasi oleh penduduk dengan tamatan SD yang kemudian disusul oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tamatan SMP dan SMA.

Sumber: BPS Kota Semarang, 2016 Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

44

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Gambar 7. Komposisi Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan

Indikator lain dari kualitas SDM adalah tingkat melek huruf. Pada tahun 2009 hingga tahun 2013 memperlihatkan trend yang positif. Pada tahun 2009 angka melek huruf di Kota Semarang berjumlah 99,44% dan meningkat hingga 97,72% pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan terjadi perbaikan kualitas SDM di Kota Semarang. Sedangkan pada tahun terbaru, diketahui dari data di bawah ini angka melek huruf pada tahun 2015 dan 2015 belum teridentifikasi. Tabel 11. Angka Melek Huruf Kota Semarang Tahun 2009-2015 Kota Semarang

Angka Melek Huruf (Persen) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Kota Semarang 96.44 96.33 96.13 96.98 97.72 Sumber: BPS Kota Semarang, 2016

2015 -

Melihat data-data tersebut di atas, Kota Semarang memiliki penduduk dalam jumlah besar dan dalam usia produktif. Ini merupakan salah satu bonus demografi Kota Semarang dalam menghadapi MEA. Pasar tenaga kerja terbuka lebar di Kota Semarang merupakan daya tarik Kota Semarang. Angka melek huruf sebesar 97,72%, ini berarti rata-rata penduduk sudah dapat membaca dan menulis. Rata-rata penduduk Kota Semarang, mayoritas tamatan SD. Ada suatu kondisi yang berkebalikan, penduduk usia produktif namun pendidikan terakahir yang ditamatkan mayoritas SD. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah Kota Semarang. Oleh karena itu, bonus demografi ini harus diikuti oleh peningkatan kualitas SDM dengan meningkatkan pendidikan minimal SMA.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

45

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Pemerintah juga harus membekali tenaga kerja yang produktif ini skill yang dibutuhkan di dalam era MEA dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kerja.

C. Kesiapan Pelaku Usaha (UMKM) Di Indonesia, UKM memiliki peran yang sangat penting. Urata (2000) yang telah mengamati perkembangan UKM di Indonesia menegaskan bahwa U K M memainkan beberapa peran penting di Indonesia. Beberapa perannya yaitu (1) Penyedia kesempatan kerja (2) Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat (3) Pencipta pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitasnya serta keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan (4) Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas. Sementara itu, UKM mereduksi ketimpangan pendapatan (reducing income inequality). Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), UKM

perlu

mempersiapkan diri untuk terlibat dalam proses produksi yang lebih luas. Salah satunya agar mampu berkontribusi dalam proses rantai produksi skala regional. Diskusi yang dilakukan oleh The Asia Foundation dengan UKM dan para pakar ekonomi regional di Bangkok tahun 2014 lalu mengisyaratkan integrasi ekonomi regional dapat memberikan manfaat pada U K M melalui terbukanya akses untuk bahan baku yang lebih luas, skala ekonomi yang lebih efisien dan potensi peningkatan permintaan. Untuk itu, syarat utama bagi UKM dalam menghadapi MEA adalah memperkuat UKM dengan informasi yang konkret dan isu aktual

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

46

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

pembentukan Komunitas ASEAN, termasuk diantaranya pemahaman mengenai konsep pasar tunggal dan proses produksi regional. Hanya saja tidak seperti ekspektasi umum, kajian Tambunan (2013) menjelaskan perdagangan bebas regional seperti MEA memiliki dua mata pisau berupa peluang sekaligus tantangan bagi UKM. Tambunan memetakan kedua sisi tersebut sebagai berikut: a. Pembukaan pasar regional dapat mempertajam kompetisi di tingkat lokal. Hilangnya hambatan-hambatan perdagangan memberikan insentif bagi produk non-domestik untuk masuk. b. Tanpa hambatan perdagangan yang berarti, pelaku ekonomi akan menikmati penurunan biaya produksi apabila bahan baku yang digunakan adalah produk impor.

Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Gambar 8. Jenis UMKM di Kota Semarang

Perkembangan UMKM di Kota Semarang sangat pesat. Jumlah usaha mikro dan kecil di Kota Semarang tiap tahunnya mengalami kenaikan, sehingga

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

47

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

hal tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang produktif, karena adanya pertumbuhan dan iklim usaha mikro dan kecil yang membaik dan kondusif. Pada Gambar 8 terlihat bahwa sektor UMKM di bidang makanan mendominasi di Kota Semarang, yaitu sebesar 60 persen dari seluruh jumlah UMKM, sedangkan sektor fashion menempati urutan kedua sebanyak 27 persen, disusul sektor handycraft sebanyak 13 persen.

Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Gambar 9. Kesiapan Bersaing UMKM di Kota Semarang

Dari Gambar 10 didapatkan hasil bahwa sekitar 80 persen dari seluruh pelaku UMKM di Kota Semarang siap bersaing dalam menghadapi MEA, dan sisanya 20 persen menyatakan bahwa mereka belum siap bersaing dalam menghadapi MEA.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

48

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Gambar 10. Bentuk Persiapan Diri Pelaku UMKM di Kota Semarang

Dalam menghadapi tantangan MEA saat ini, para UMKM harus mampu mempersiapkan diri agar bias bertahan di keadaan yang mungkin sulit bagi para UMKM itu sendiri. Dari Gambar 10 dapat kita ketahui bahwa bentuk persiapan diri dalam hal meningkatkan kualitas produk sudah dilakukan sebagian besar pelaku UMKM di Kota Semarang, yaitu sebesar 73 persen dari total seluruh pelaku UMKM. Bentuk persiapan diri dalam hal pemasaran dan meningkatkan kualitas SDM masih sedikit dilakukan oleh pelaku UMKM, hanya sebesar 13 persen dan 14 persen.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 11. Kendala yang Dihadapi UMKM di Kota Semarang Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

49

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Hasil penelitian mengenai kendala yang dihadapi UMKM di Kota Semarang dalam mengahadapi MEA yaitu 47% UMKM mengalami kendala di dalam permodalan. Oleh karenanya, jika UMKM ingin meningkatkan kapasitas usahanya maka modal yang dimiliki harus besar. Kendala yang lain yang dihadapi UMKM di Kota Semarang yaitu sumber daya manusia yang handal. Mengingat kebagian besar UMKM di Kota Semarang adalah usaha rumahan, SDM yang digunakannya pun juga SDM yang terbatas kemampuannya.

D. Kesiapan Birokrasi Kota Semarang Kesiapan birokrasi Kota Semarang, dalam Gambar 12 terlihat bahwa sebagian besar responden belum mengetahui kepanjangan dari MEA. Sebanyak 83,5 persen masih menjawab salah kepanjangan dari MEA yang menyebutkan bahwa MEA adalah Masyarakat Ekonomi Asia, responden yang menjawab benar kepanjangan dari MEA adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN hanya sebesar 2,31 persen. Koresponden sebesar 11, 54 persen menjawab bahwa kepanjangan dari MEA adalah Masyarakat Elite Asian.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 12. Kepanjangan dari MEA Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

50

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Pengetahuan responden mengenai tahun berlakunya MEA dapat dilihat pada Gambar 13, sebanyak 46 persen dari seluruh responden menjawab benar mengetahui kapan diberlakukan MEA, yaitu tahun 2015. Sedangkan sebanyak 37 persen responden menjawab tahun 2016 dan 12 persen menjawab tahun 2013.

Gambar 13. Tahun Berlakunya MEA

Pengetahuan responden mengenai jumlah anggota MEA dijelaskan dalam Gambar 14, sebanyak 77,69 persen dari seluruh responden menjawab benar yaitu 10 negara, sebanyak 7,69 persen menjawab 12 negara dan 5,38 persen menjawab 11 negara.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 14. Anggota MEA Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

51

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Pengetahuan responden mengenai negara yang bukan merupakan anggota ASEAN terlihat pada Gambar 15. Responden sebanyak 89,23% menjawab benar yaitu Timor Leste, namun masih ada beberapa responden masih menjawab salah sebanyak 3,08 persen menjawab Brunei Darussalam, 1,54 persen menjawab Kamboja dan 5,38 persen menjawab lain-lain.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 15. Bukan Anggota ASEAN

Pengetahuan responden mengenai Bukan Tujuan MEA terdapat pada Gambar 16. Sebagian besar responden masih menjawab salah mengenai Bukan Tujuan MEA, sebanyak 51,54 persen menjawab yang bukan merupakan tujuan MEA adalah produksi bersama. Hanya sebesar 8,46 persen yang menjawab benar bahwa yang bukan merupakan tujuan MEA adalah mengurangi kemiskinan. Responden sebanyak 10,77 persen menjawab yang bukan merupakan tujuan MEA adalah membentuk pasar tunggal; 12,31 persen responden menjawab membentuk kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi & tenaga kerja; 14,62 persen menjawab meningkatkan dayasaing.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

52

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 16. Bukan Tujuan MEA

Pengetahuan responden mengenai apa saja yang merupakan bagian dari pasar tunggal dapat diketahui pada Gambar 17, hasil diagram menunjukkan sebagian besar responden menjawab salah yang menjadi bagian dari pasar tunggal, yaitu sebesar 35,38 persen menjawab semua benar. Jawaban benar hanya dijawab 32, 31 persen dari jumlah responden, yaitu semua benar kecuali C.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 17. Bagian dari Pasar Tunggal

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

53

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Pengetahuan responden mengenai sektor prioritas dalam MEA mencakup agroprocessing, automotive, perawatan kesehatan, dan pariwisata. Jumlah responden yang menjawab benar mengenai yang bukan sektor prioritas adalah 34,26 persen yaitu obat-obatan, hal ini bias dilihat pada Gambar 18.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 18. Bukan Sektor Prioritas

Pada gambar 19 Tahapan integrasi ekonomi responden memiliki jawaban yang benar yaitu terletak pada trade preferency arrangement – free trade area – customs union- common market – monetary union sebesar 32,31 %. Sehingga dengan demikian pemerintah Kota Semarang pada umumnya sudah mengetahui bagaimana tahapan integrase ekonomi walaupun masih sepertiganya.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

54

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 19 Tahapan Integrasi MEA

Responden rata-rata sudah mengetahui manfaat MEA hal tersebut terbukti dari jawaban responden mengenai manfaat MEA sebesar 60%. Pemerintah Kota Semarang pada umumnya sudah mengetahui manfaat MEA sehingga pengetahuan tentang MEA dapat mendorong pemerintah Kota Semarang siap dalam menghadapi era pasar global ASEAN.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 20 Manfaat MEA Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

55

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Dari jawaban koresponden mengenai karakteristik utama MEA yang terdiri dari pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi merata dan kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global sudah dapat dipahami. Hal ini terbukti dari jawaban responden terbanyak sebesar 45,38% menjawab benar. Pemerintah Kota Semarang pada umumnya sudah mengetahui karakteristik utama MEA walaupun belum semuanya.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 20 Karakteristik Utama MEA

Pada indicator kemudahan berusaha hamper semua responden menjawab benar, yaitu sebesar 50,77%. Indicator kemudahan berusaha terdiri dari kemudahan perijinan, kemudahan mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual, kemudahan penutupan usaha dan kemudahan pembayaran pajak. Untuk itu, pemerintah Kota Semarang pada umumnya sudah mengetahui indikator kemudahan berusaha yang berimbas kepada penentuan kebijakan yang dilakukan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

56

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

untuk memberikan kemudahan berusaha sudah dipahami. Hal ini memberikan peluang bagi masyarakat Kota Semarang memiliki kemudahan berusaha yang harus didukung oleh kebijakan birokrasi.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 21 Indikator Kemudahan Berusaha

Dampak positif MEA antara lain rakyat secara mudah memperoleh barang konsumsi (jawaban 94% benar), mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional (jawaban 96% benar), membuka lapangan pekerjaan (jawaban 95% benar), suku bunga pinjaman bank rendah (jawaban benar 83%) dan mempermudah pembangunan industry (jawaban 92% benar). Secara menyeluruh responden sudah mengetahui adanya dampak positif MEA dilihat dari jawaban responden diatas 80%. Dengan pengetahuan responden tentang dampak positif dapat diambil kesimpulan bahwa pemerintah Kota Semarang sudah mengetahui tentang dampak positif yang akan ditimbulkan adanya MEA. Hal ini dapat

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

57

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

diimplementasikan kepada kebijakan pemerintah untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan dan mempermudah pembangunan industri.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 22 Dampak Positif MEA

Pengetahuan dampak negatif yang diperoleh dari responden menunjukan bahwa responden hampir semua sudah mengetahui dampak negatif MEA walaupun masih ada sebagian responden yang belum mengetahui. Hal ini terbukti dengan jawaban responden tentang dampak negative matinya usaha kecil 45%, munculnya kebijaksanaan pemerintah yang tidak menguntungkan petani 57%, upah kerja mudah 55%, pengangguran masih tinggi 38% dan munculnya kekerasan 64%. Dampak negatif adanya MEA yaitu matinya usaha kecil dan pengangguran masih tinggi belua.m banyak diketahui oleh responden. Sehingga pemerintah Kota Semarang perlu diberikan pemahaman bahwa untuk keberadaan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

58

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

MEA usaha kecil tidak dapat dijadikan unggulan karena MEA mengutamakan kualitas jenis usaha dan proporsional jenis usaha yang besar. Demikian juga perlu diberikan wacana tentang kualitas sumber daya manusia yang harus memiliki

daya saing yang tinggi sehingga dapat bersaing di era ekonomi global. Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 23 Dampak Negatif MEA

Dalam mengakses informasi tentang MEA pemerintah Kota Semarang sebagian besar mengetahui melalui media elektronik yaitu sebesar 68%. 38% mengetahui informasi MEA dari media cetak, sosialisasi dinas 12% dan paling sedikit responden mengetahui informasi MEA sebanyak 2% melalui teman. Sebagian besar responden mengetahui MEA melalui media elektronik, dapat diartikan bahwa era digitalisasi di Kota Semarang sudah diketahui dengan baik. Sehingga untuk menghadapi MEA pemerintah Kota Semarang sudah memiliki modal yang kuat yaitu melalui media elektronik yang sangat diperlukan dalam modal pengembangan usaha.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

59

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 24 Informasi MEA

Pemerintah Kota Semarang yang mengikuti sosialisasi diberlakukannya MEA hanya 18 %. Hal ini dikarenakan Pemerintah Kota Semarang menganggap bahwa MEA mudah dipahami dan dikenal. Namun, ketidaksertaan pemerintah Kota Semarang dalam menghadapi MEA membuat sebagian perangkat pemerintahan tidak tahu dan tidak paham mengenai keberadaan MEA. Sehingga jawaban mengenai karakteristik, dampak negative, dampak positif dan mengenai seluk beluk MEA tidak semua pemerintah daerah tahu. Inilah kendala utama mengapa pemerintah daerah Kota Semarang tidak semuanya tanggap terhadap keberadaan MEA.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

60

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 25 Keikutsertaan dalam Sosialisasi MEA Update berita juga tidak dilakukan oleh seluruh pemerintah Kota Semarang. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase jawaban responden mengenai update berita tentang MEA. Responden yang update berita tentang MEA sebesar 21%. Sedangkan yang kadang-kadang update MEA tetapi tidak begitu mengikuti berita mengenai MEA sebesar 42% responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kota Semarang masih belum mengikuti berita tentang MEA. Oleh karena itu perlu adanya sikap tanggap mengenai berita MEA sehingga dalam penentuan maupun perumusan kebijakan dapat disesuaikan dengan berita-berita yang update mengenai MEA.

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 26 Frekuensi Update Berita

Pemerintah Kota Semarang sebagian tertarik terhadap MEA. Hal itu ditunjukan dengan hasil persentase responden yang tertarik terhadap MEA sebesar 57%. Sedangkan 43 % tidak tertarik terhadap MEA. Dengan kondisi demikian maka perlu adanya minat yang tinggi oleh Pemerintah Kota Semarang untuk meningkatkan ketertarikannya terhadap MEA. Saat ini merupakan era pasar global. Jika pemerintah Kota Semarang masih ada sebagian yang tidak tertarik Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

61

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

terhadap MEA akan berdampak pada kinerja pemerintah Kota Semarang karena harus selalu mengikuti perkembangan global yang tidak dapat ditinggalkan. Apabila pemerintah tidak mengikuti perkembangan dunia maka akan tertinggal dan kalah bersaing dengan negara yang lebih memiliki kesiapan usaha maupun

mengikuti perkembangan disegala bidang. Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 27 Ketertarikan terhadap MEA

Adapun ruang lingkup pekerjaan responden yang berhubungan dengan program MEA sebesar 38%. Sedangkan yang tidak berhubungan dengan MEA sebesar 41%. 21% responden ruang lingkup pekerjaannya tidak tahu apakah pekerjaannya berhubungan dengan program MEA atau tidak berhubungan dengan program MEA. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kota Semarang belum sepenuhnya siap menghadapi MEA. Karena ruang lingkup pekerjaan yang berkaitan dengan MEA masih kurang. Hal ini dapat diatasi dengan cara memberikan kesempatan kepada pemerintah Kota Semarang bekerja dibidang yang berkaitan langsung dengan MEA sehingga kesiapan Kota Semarang dalam menghadapi MEA lebih kuat.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

62

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sumber: data primer diolah, 2016 Gambar 28 Ruang Lingkup Pekerjaan berhubungan dengan MEA

Preferensi SKPD Kota Semarang terhadap MEA Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa preferensi SKPD di Kota Semarang yaitu cukup tinggi sebesar 31% dengan range nilai berkisar 59 – 68 (gambar 18). Hal ini dapat diartikan bahwa pengetahuan SKPD terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN tergolong cukup mengetahui blueprint MEA. Beberapa pertanyaan yang dijawab oleh SKPD di Kota Semarang sesuai yang telah di jelaskan pada hasil per item pertanyaan, mayoritas SKPD dapat menjawab dengan benar.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

63

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Sumber: data primer, diolah Gambar 29 Preferensi SKPD Kota Semarang terhadap MEA

Mayoritas SKPD tertarik dengan MEA karena MEA dianggap sebagai peluang pelaku usaha untuk lebih maju, membuat Kota Semarang menjadi lebih baik dan dapat bersaing di dalam era MEA. Adanya pemahaman, akan MEA di tiap masing-masing SKPD dapat mempersiapkan dirinya dalam menghadapi MEA yang nantinya akan berimplikasi pada program-program SKPD di dalam merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan MEA. Pemahaman yang komprehensif, dituangkan ke dalam program-program yang membuat Kota Semarang dapat bersaing, sehingga Kota Semarang sebagai pemain dalam MEA dan bukan sebagai penonton MEA.

RPJMD Kota Semarang Terkait SKPD yang Berperan dalam MEA Kesiapan birokrasi di Kota Semarang dalam menghadapi MEA dapat dilihat dari hasil penelitian yang diambil dari beberapa lembaga yang terkait antara lain yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah, Bina Marga, Dinas Pendidikan dan Dinas Pertanian, Dishubkominfo, Disperindag, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pengelolaan SDA dan Energi, Dinas Kelautan dan Perikanan. Adapun kesiapan masing-masing lembaga dapat dilihat dari arah dan kebijakan serta strategi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tersebut. Secara jelas kesiapan lembaga tersebut dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

64

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Prioritas dan kesiapan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dalam menghadapi MEA antara lain berupa; Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam berbagai sektor pembangunan dengan arah kebijakan yaitu peningkatan pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas dan gender, adapun progrm yan dijalankan adalah program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun kelurahan, luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah presentase keberlanjutan program Pamsimas. Capaian yang sudah dicapai pada tahun 2015 adalah 80% sedangkan pada akhir tahun 2021 diharapkan sudah tercapai sebesar 100%. Prioritas kedua yaitu dilakukan reformasi birokrasi dengan arah kebijakan yang strategis yaitu peningkatan pengawasan da pengendalian penyelenggaraan pemerintah daerah dengan program yang akan dilaksanakan yaitu program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian kebijakan kepala daerah dengan luaran yang diharapkan adalah penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK , inspektorat provinsi, inspektorat kota. Adapun capain yang ada pada tahun 2015 adalah sebesar 75% dan target yang akan dicapai pada tahun 2021 adalah 85%.

2. Badan Pelayanan Perijinan Daerah Dilihat dari jumlah perijinan bidang ekonomi yang dikeluarkan oleh Kota Semarang selama 5 tahun terakhir memperlihatkan mayoritas ijin yang diberikan berjenis ijin usaha perdagangan. Tanda daftar perusahaan memiliki jumlah yang tergolong tinggi pula tiap tahunnya. Hal tersebut terlihat dari nilai yang berjumlah

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

65

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

5015 pada tahun 2011 dan 4738 pada tahun 2014. Walaupun terjadi penurunan namun jumlah tersebut masih tergolong tinggi. Adapun rincian jumlah perijinan bidang perekonomian yang diterbitkan Kota Semarang dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Jumlah Perijinan Bidang Perekonomian yang diterbitkan Di Kota Semarang Jenis Perijinan 2010 2011 2012 2013 2014 Ijin Usaha Perdagangan 0 5014 4891 4891 4891 Ijin Usaha Industri 0 19 11 11 11 Tanda Daftar Perusahaan 0 5015 4738 4738 4738 Tanda Daftar Gudang 0 3 3 3 3 Tanda Daftar Industri 0 2 2 2 2 Ijin Usaha Toko Modern 0 1 1 1 1 SIUP-MB 0 27 27 27 27 Pengesahan Akta Pendirian Koperasi 0 50 50 50 50 Ijin Usaha Angkutan 0 3 3 3 3

Tujuan yang akan dicapai adalah mewujudkan pemerintah yang semakin handal untuk meningkatkan pelayanan publik adalah dengan memperbaiki reformasi birokrasi arah kebijakan yang dilakukan adalah peningkatan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan pemerintahan daerah adapun prgram yang dilakukan adalah Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Kebijakan Kepala Daerah.

3. Badan Kepegawaian Daerah Strategi atau prioritas dari Badan Kepegawaian Daerah terkait dengan kesiapan menghadapi MEA pertama adalah perluasan kesempatan kerja, kedua adalah pemberdayaan masyarakat miskin, ketiga adalah pemberdayagunakan peran serta masyarakat dalam berbagai sektor pembangunan. Adapun arah dan Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

66

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

kebijakannya yang pertama adalah peningkatan ketrampilan masyarakat dengan programnya yaitu peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dengan indikator yang akan dicapai yaitu dihasilkannya tenaga kerja trampil sebesar 100% pada tahun 2021 dimana sebelumnya yaitu pada tahun 2015 sudah dicapai sebesar 40%. Sedangkan untuk BLK diharapkan ditahun 2021 sudah ada 2 lokasi yang sebelumnya di tahun 2015 hanya ada 1 lokasi.

Program peningkatan

kesempatan kerja dengan indikator persentase pencari kerja yang ditempatkan sebesar 99,8% di tahun 2015 dan diharapkan bisa turun menjadi 50% di tahun 2021. Tujuannnya adalah agar masyarakat dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan ketrampilan dan keahlian yang dimiliki, terutama dalam menghadapi MEA dimana semua tenaga kerja harus mampu bersaing dengan tenaga asing.

4. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Strategi dan arah dan

kinerja

kebijakan yang dilakukan adalah Peningkatan

peran

lembaga pengelolaan keuangan daerah, program peningkatan dan

pengembangan pengelolaan keuangan daerah serta program pengelolaan aset daerah. Arah kebijakan yang lain adalah Pengembangan pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan (digitalisasi kinerja) program yang dilaksanakan adalah optimalisasi pemanfaatan program informasi. Indikator yang akan dicapai adalah Tingkat pemantapan Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan yang baik. Arah kebijakan yag kedua adalah program peningkatan p pengelolaan dan kinerja lembaga keuangan daerah dengan programnya yaitu

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

67

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah

luaran yang

diharapkan yaitu terwujudnya pengelolaan aset daerah yang optimal,tertib dan akuntable sesuai peraturan perundang-undangan dengan capaian yang diharapkan pada tahun 2021 adalah sebesar 100% sementara pada tahun 2015 sudah tercapai sebesar 70%. Indikator kedua adalah Kesesuaian Program di RPJMD dengan Program di RKPD tahunan, dengan capaian yang diharapkan pada tahun 2021 adalah sebesar 95% dengan capai sebelumnya yaitu di tahun 2015 yaitu 90%. Indikator kedua dari program ini adalah adanya kesesuaian program di RKPD tahunan dengan program di APBD tahunan dengan target yang ingin dicapai yaitu sebesar 100%.

5 Bina Marga Misi yang ingin dicapai Kota Semarang adalah mewujudkan Semarang menjadi Kota Metropolitan yang dinamis dan berwawasan lingkungan. Bina marga merupakan lembaga yang berperan besar dalam perwujudan pelaksanaan MEA, mengapa demikian karena lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang berhubungan dengan fasilitas umum yaitu yang berupa jalan. Jalan adalah merupakan sarana yang sangat penting untuk kelancaran kegiatan ekonomi. Fasilitas jalan merupakan sarana yang sangat dibutuhkan terutama yang berkaitan dengan pengiriman suatu barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Arah dan strategi yang dilakukan adalah pemberian fasilitas jalan untuk memudahkan dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Strategi atau prioritas. Strategis atau prioritas yang diutamakan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

68

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

adalah pembenahan penataan kota yang berwawasan lingkungan. Arah kebijakan yang diambil yang pertama adalah pembenahan ijin pemanfaatan ruang dan bangunan sesuai dengan peraturan, kedua pembenahan sistem jaringan drainase perkotaan, ketiga peningkatan kualitas layanan transportasi umum, keempat yaitu peningkatan kualitas infrastruktur dasar perkotaan. Dari empat arah kebijakan yang ada maka program yang akan dilakukan adalah pertama program pengendalian pemanfaatan ruang

dengan indikator capaiannya adalah

rasio

bangunan ber IMB persatuan bangunan dengan prosentase yang akan dicapai ditahun 2021 adalah sebesar 80% . Kedua program pengendalian banjir dan rob, karena semarang dikenal dengan kota yang sering banjir apabila rob datang. Indikator yang akan dicapai adalah wilayah Semarang akan terbebas dari banjir dengan target di tahun 2015 sebesar 79,5% sedangkan di tahun 2021 targetnya menjadi 89%. Program yang ketiga adalah program peningkatan pelayanan angkutan dengan indikator kinerja program yaitu adanya peningkatan jumlah koridor BRT yang semula berjumlah 4 di tahun 2015 menjadi 8 di tahun 2021. Program yang keempat adalah pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan. Indkator kinerja program adalah pemenuhan sarana dan prasarana gedung dan sarana dan prasaranadasar yang representatif, dengan target yang akan dicapai di tahun 2021 adalah 392.394 unit yang sebelumnya di tahun 2015 berjumlah 379.584 unit.

6 Dinas Pendidikan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

69

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Dalam menghadapi MEA, Strategi atau arah kebijakan yang akan dilakukan berkaitan dengan pendidikan pertama adalah peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, kedua adalah peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik. Untuk strategi yang pertama arah kebijakan yang dilakukan

pertama adalah

peningkatan pelayanan pendidikan untuk semua masyarakat adapun program pembangunannya adalah meliputi; program pendidikan anak usia dini, dengan indikator kinerja yaitu APK PAUD 3-6 tahun dengan prosentase pada tahun 2015 sebesar 76,40% dan ditingkatkan menjadi 81,5% di tahun 2021. Indikator kedua adalah jumlah lembaga PAUD holistik yang diharapak pada tahun 2021 sebanyak 12 lembag. Untuk program kedua yaituProgram wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, indikator yag dicapai meliputi pertama prosentase Sekolah Dasar yang terakreditasi minimal B sebanyak 92,5% di tahun 2021 yang sebelumnya di tahun 2015 sebesar 90%. Kedua Peresentase SMP terakreditasi minimal B sebanyak 87,50% di tahun 2021 yang sebelumnya di tahun 2015 sebanyak 85,04%.

Indikator

ketiga

adalah

Jumlah

siswa

SD

penerimabeasiswa

prestasi/miskin meningkat dari tahun 2015 sebesar 5.712 orang menjadi 5.683 orang. Indikator keempat adalah persentase SD dan SMP INKLUSI yaitu untuk yang SD dari 10% menjadi 25% dan SMP dari 5% menjadi 15 % dari tahun 2015 ke tahun 2021. Program pendidikan menengah indikator yang akan dicapai adalah prosentase SMA berakreditasi minimal B sebanyak 71% di tahun 2021, sedangkan untuk SMK 27% di tahun 2021 dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 69% untuk SMA dan 25% untuk SMK. Jumlah siswa SMA/K penerima beasiswa

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

70

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

prestasi/miskin sebanyak 1.952 orang ditahun 2015 menjadi 1942 ditahun 2021, ada penurunan, karena diharapkan penduduk miskin sudah berkurang, persentase SMA dan SMK INKLUSI diharapkan pada tahun 2021 sebanyak 25 %. Untuk Program pendidikan non formal, indikatornya adalah

persentase kelurahan

VOKAS sebesar 18% ditahun 2021 meningkat sebesar 10 % dari tahun 2015. Indikator kedua adalah adanya melak huruf bagi penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun dengan persentase sebesar 99,98% ditahun 2021. Indikator lain yaitu persentase terakreditasinya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebesar 15% ditahun 2021. Dan indikator berikutnya adalah adanyapersentase kelembagaan kursus dan pelatihan di tahun 2021 sebesar 10%. Program peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dengan indikator yang ingin dicapai adalah pertama adanya peningkatan kualifikasi pendidikan guru yaitu S1 atau D iv dari tahun 2015 ke tahun 2021dengan rincian sebagai berikut; Jenjang SD/MI dari 77,5% menjadi 100%, SMP/MTS dari 92,41 % menjadi 100%, jenjang SMA/SMK/MA dari 96,3% menjadi 100%. Untuk Program manajemen pelayanan pendidikan indikator yang dicapai adalah seperti pada tabel berikut ini. Tabel 13. Indikator Kinerja Program Capaian Tahun 2015 dan Target Tahun 2021 (%) Indikator APM SD/MI APK SD/MI Angka putus sekolah SD/MI APM SMP/MTs APK SMP/MTs Angka putus sekolah SMP/MTs Angka Melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs Rasio APM P/L SD/MI

2015

2021

92,08 107,54 0,02 81,20 110,07 0,07 104,65 100

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

90 100 0,001 80 100 0,06 100 100 71

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Indikator Rasio APM P/L SMP/MTs APM SMA/SMK/MA APK SMA/SMK/MA Angka putus sekolah SMA/SMK/MA Angka melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Rasio APM P/L SMA/SMK/MA Sumber: RPJMD Kota Semarang tahun 2016 – 2015

2015

2021

100 76,41 113,81 0,32 114,95 100

100 75 100 0,30 100 100

7. Dinas Pertanian Kesiapan dinas pertanian dalam menghadapi MEA adalah dengan memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis keunggulan lokal dan membangun iklim usaha yang kondusif. Prioritas atau strategi yang dilakukan adalah peningkatan produksi pangan dengan arah kebijakan yang dilakukan pertama adalah peningkatan ketersediaan bahan pangan, distribusi, akses, mutu dan keamanan pangan, kedua yaitu pengembangan budidaya pertanian,perkebunan dan peternakan unggul, ketiga peningkatan produksi dan pemasaran pertanian. Adapun program yang akan dilaksanakan untuk ketiga arah kebijakan tersebut antara lain program ketahan pangan dengan indikator kinerja rata-rata jumlah ketersediaan pangan utama per tahun dengan peningakatan dari tahun 2015 sebesar 3.049 kkl/kapita perhari menjadi 3.055 kkl/kapita perhari menjadi tahun 2021. Program kedua yaitu program peningkatan produksi pertanian/perkebunan dengan indikator kinerja produksi hasil pertanian meningkat dari 54.489 ton pada tahun 2015 menjadi 56.547 ton pada tahun 2021. Indikator lain adalah jumlah wilayah pengembangan pertanian perkotaan dimana pada tahun 2015 sebanyak 5 wilayah maka pada tahun 2021 diharapkan dapat menjadi 85 wilayah. Program

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

72

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

yang lain adalah peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan dengan indikator kinerja yaitu jumlah kelompok tani yang telah melakukan diversifikasi usaha pertanian sampai dengan pemasaran meningkat dari 28 kelompok pada tahun 2015 menjadi 58 kelompok pada tahun 2021.Selanjutnya dalam menghadapi MEA program yang dilakukan selanjutnya adalah program pengembangan perikanan tangkap dengan indikator kinerja tingkat produktivitas perikanan tangkap meningkat dari tahun 2015 sebanyak 2136,29 ton menjadi 2862,81 ton di tahun 2021. Selan itu dalam perikanan program yang lain adalah program pengembangan budidaya perikanan dengan indikator kinerja adalah meningkatnya produksi perikanan

budidaya daya dari tahun 2015 sebesar

2705,19 ton menjadi 3625,17 ton. Program berikutnya yang berkaitan dengan pertanian adalah program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Indikatornya adalah meningkatnya tingkat produktivitas ikan olahan dengan capaian kinerja sebesar 15.650,89 ton pada tahun 2015 meningkat menjadi 17.113,32 ton pada tahun 2021.

8. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kota Semarang memiliki strategi untuk menghadapi MEA yaitu dengan meningkatkan ketrampilan masyarakat Kota Semarang. Strategi tersebut memiliki beberapa arah kebijakan, yaitu salah satunya dengan meningkatkan ketrampilan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Arah kebijakan tersebut didukung dengan beberapa macam program pendukung seperti peningkatan tenaga kerja yang terampil. Program peningkatan tenaga kerja

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

73

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

terampil pada sangat diperlukan karena pada saat ini persentasenya baru mencapai 40% dari total tenaga kerja yang ada, sehingga dengan adanya program tersebut persetase tenaga kerja terampil di Kota Semarang persentasenya meningkat menjadi 100% di tahun 2020 mendatang. Program selanjutnya adalah dengan membentu tenaga kerja yang berkompeten. Di Kota Semarang, presentase tenaga yang berkompeten pada saat ini sebesar 20%, dengan adanya program tersebut diharapkan pada tahun 2020 persentase tenaga kerja yang berkompeten di Kota Semarang mencapai 70%. Program selanjutnya pada arah kebijakan yang pertama adalah pengadaan sarana dan prasarana balai latihan kerja. Program ini bertujuan agar masyarakat Kota Semarang memiliki ketrampilan sehingga mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas. Pada saat ini hanya ada satu balai latihan kerja yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Semarang, dan harapannya akan dibangun tambahan satu balai latihan kerja agar dapat dimanfaatkan banyak masyarakat Kota Semarang. Arah kebijakan yang kedua adalah peningkatan jaringan tenaga kerja dengan program pembangunan, meliputi progam peningkatan kesempatan kerja. Program ini bertujuan agar pemerintah Kota Semarang dapat membantu untuk menempatkan tempat kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki para pencari kerja di Kota Semarang.

9. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengembangan budaya lokal merupakan strategi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

74

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Adapun arah kebijakan yang dapat mewujudkan strategi tersebut, yaitu pelestarian seni budaya yang berbasis kearifan lokal. Arah ebijakan yang pertama tersebut bertujuan agar masyarakat Kota Semarang mau melestarikan budaya daerah asli Kota Semarang. Adapun program program untuk mendukung arah kebijakan tersebut, seperti program pengembangan nilai warisa budaya dan program pengelolaan kekayaan cagar budaya. Program tersebut dilatarbelakangi oleh pencapaian persentasi pelestarian budaya lokal pada saat ini masih sebesar 60%, sehingga dengan adanya program tersebut diharapkan persentasenya meningkat menjadi 80%. Pada saat ini jumlah kawasan cagar budaya di Kota Semarang yang dilestarikan masih terbentuk beberapa kawasan. Dengan adanya program pengelolaan cagar budaya, harapanya kawasan atau lokasi sebagai cagar budaya di Semarang lebih ditambah. Arah

kebijakan

yang

kedua

adalah

peningkatan

pengelolaan

kepariwisataan, dalam arah kebijakan tersebut memiliki tiga program pendukung. Program yang pertama dengan pengembangan pemasaran wisat, program tersebut bertujuan agara meningkatkan persentasi kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan asing terhadap pariwisata Kota Semarang. Persentase peningkatan kunjungan wisata di Kota Semarang, hingga saat ini baru mencapai 6% per tahun, hal tersebut ditargetkan pada tahun 2020 pertumbuhannya akan mencapai 9% per tahun. Program selanjutnya adalah pengembangan destinasi wisata di Kota Semarang. Program tersebut diharapkan agar semakin banyak jumlah obyek wisata Kota Semarang yang dikelola dengan baik. Pada saat ini jumlah obyek pariwisata di Kota Semarang yang sudah terkelola dengan baik sebesar 62 buah,

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

75

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

diharapkan dengan adanya MEA jumlahnya meningkat mencapai 67 buah agar lebih banyak destinasi wisata di Kota Semarang. Program yang terakhir adalah pengembangan industri pariwisata. Program tersebut bertujuan agar jumlah usaha pariwisata yang memiliki tanda daftar usaha pariwisata (TDUP) meningkat dari saat ini sebesar 695 buah sampai 828 buah.

10. Dinas Kelautan dan Perikanan Peningkatan produksi pangan merupakan strategi yang dipilih oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang dalam menghadapi MEA pada lima tahun kedepan. Strategi tersebut didukung oleh tiga arah kebijakan, yang pertama yaitu dengan peningkatan ketersediaan bahan pangan, distribusi, akses, mutu dan keamanan pangan. Arah kebijakan tersebut memiliki program pembangunan yaitu program ketahanan pangan dengan melihat rata – rata jumlah ketersediaan pangan utama pertahun. Program tersebut bertujuan pencapaian rata rata kalori pada perkapita setiap harinya sebesar 3015 kkal/kapita perhari, karena jika melihat pencapaian pada saat ini hanya 3049 kkal/kapita perhari. Arah kebijakan selanjutnya adalah pengembangan budidaya pertanian, perebunan peternakan, dengan program pendukung seperti peningkatan produksi pertaian atau perkebunan. Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat produksi pertanian dan pengembangan jumlah wilayah pertanian perkotaan di Kota Semarang. Program selanjutnya adalah peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian atau perebunan. Program tersebut memperhatikan jumlah kelompok tani yang telah melakukan diversifikasi usaha pertanian sampai dengan pemasaran

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

76

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

pada saat ini sejumlah 28 kelompok dan diharapkan dapat meningkat menjadi 58 kelompok. Arah kebijakan yang terakhir adalah peningkatan produksi dan pemasaran perikanan. Adapun tiga program pendukung pada arah kebijakan tersebut. Program yang pertama adalah pengembangan perikanan tangkap di Kota Semarang dengan meningkatkan produktivitas perikanan tangkap. Program selanjutnya adalah pengembangan budidaya perikanan dengan meningkatan produksi perikanan budidaya di Kota Semarang. Pada saat ini produksi perikanan budidaya sebesar 2705,19 ton diharapkan dengan adanya program tersebut produksi perikanan budidaya meningkat menjadi 3625,17 ton. Program yang terakhir yaitu optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Pada saat ini produktifitas ikan olahan baru mencapai 15.650,89 ton pertahun, diharapkan pada tahun 2020 mendatang produktifitas ikan olahan meningkat menjadi 17.113,32 ton per tahun.

11. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Strategi

Dinas

Perhubungan,

Komunikasi

dan

Informasi

dalam

menghadapi MEA yaitu dengan pembenahan penataan kota yang berwawasan lingkungan.

Strategi

tersebut

memiliki

lima

arah

kebijakan

untuk

mewujudkannya. Arah kebijakan yang pertama adalah dengan pembenahan izin pemanfaatan ruang bangunan sesuai dengan program pembangunan yang meliputi program pengendalian dan pemanfaatan ruang di Kota Semarang. Arah kebijakan selanjutnya adalah pembenahan system jaringan drainase perkotaan dengan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

77

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

program pembangunan meliputi program pengendalian banjir dan rob di Kota Semarang. Arah kebijakan yang ketiga adalah peningkatan kualitas layanan transportasi umum dengan program pembangunan meliputi peningkatan pelayanan angkutan umum di Kota Semarang. Arah kebijakan yang keempat adalah peningkatan kualitas infrastruktur dasar perkotaan. Adapun terdapat dua program pendukung arah kebijakan tersebut, yaitu program pembangunan sarana dan prasaranan dasar perkotaan dan program pembangunan jalan dan jembatan. Arah kebijakan yang terakhir adalah pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan program pembangunan meliputi program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkutan di Kota Semarang.

12. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa merupakan strategi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang dalam meanghadapi MEA. Adapun arah kebijakan yang dipilih, yaitu yang pertama dengan peningkatan peran sektor perdagangan dan jasa dalam pengembangan ekonomi Kota Semarang. Program pembangunan dalam arah kebijaka tersebut yaitu meliputi program peningatan dan pengembangan ekspor. Program tersebut diharapkan agar dapat meningkatan nilai ekspor barang dan jasa di Kota Semarang. Arah kebijakan yang kedua adalah peningkatan kualitas kelembagaan dan usaha koperasi. Program pembangunan pada arah kebijakan yang kedua meliputi program peningkatan kualitas kelembagaan koprasi di Kota Semarang. Arah kebijakan yang terakhir yaitu pengoptimalan, pemanfaatan sarana prasarana

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

78

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

perdagangan dan jasa di Kota Semarang. Program pembangunan dalam arah kebijakan ini yaitu meliputi program pembinaan pedagan kaki lima dan asongan yang ada di Kota Semarang. Pada saat ini sentra tempat pedagang kaki lima dan asongan di Kota Semarang terdapat 5 sentra, dan diharpkan pada lima tahun mendatang terdapat 11 sentra. Program pembangunan yang terakhir adalah peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri dengan memperhatikan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan yang representatif.

13. Dinas Koperasi dan UMKM Dalam menghadapi MEA selama lima tahun kedepan, Dinas Kopersi dan UMKM Kota Semarang memiliki strategi yaitu penguatan dan pengembangan sektor unggulan. Adapun terdapat tiga arah kebijakan dalam mewujudkan strategi tersebut. Arah kenijakan yang pertama adalah peningkatan kualitas dan kuantitas produk daerah yang unggul. Program pembangunan pada arah kebijakan tersebut meliputi program

peningkatan

dan pengembangan pemasaran dan jaringan

usaha UMKM. Program tersebut diharapkan dapat menambah produktivitas dan jangkauan pemasaran UMKM tidak hanya pada satu provinsi saja melainkan 18 provinsi. Arah kebijakan yang kedua adalah peningkatan produtivitas IKM dengan

memiliki

tiga

program

pembanguanan

didalamnya.

Program

pembangunan yang pertama adalah program pengembangan IKM, hal tersebut diharpkan dapat meningkatkan industri kecil menjadi industri menengah. Untuk saat ini di Kota Semarang terdapat 716 IKM, diharapkan hingga lima tahun kedepan jumlahnya bertambah menjadi 785 IKM di Kota Semarang. Program

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

79

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

selanjutnya yaitu pengembangan industri kreatif yang dapat meningkatkan produktivitas dan jangkauan pemasaran industri kreatif di Kota Semarang. Program pembangunan yang terakhir di arah kebijakan yang kedua yaitu program sentra – sentra industri potesial. Program tersebut bertujuan untuk menguatkan sentra insustri yang sudah ada di Kota Semarang. Pada lima tahun mendatang ditargetkan akan terdapat 20 sentra industri di Kota Semarang.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

80

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Secara keseluruhan Kota Semarang siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal ini dapat dilihat dari kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia, pelaku umkm dan kesiapan birokrasi di Kota Semarang. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut oleh Pemerintah Kota Semarang guna memaksimalkan potensi yang ada di Kota Semarang dan untuk menaikan daya saing kota Semarang, sebagai berikut: Pertama. Kota Semarang dari segi infrastruktur cukup memenuhi syarat dan siap dalam Era MEA. Fasilitas jalan, listrik, air, fasilitas pendidikan, perbelanjaan sudah memenuhi kriteria MEA. Untuk fasilitas transportasi, diharapkan Pemerintah Kota Semarang dapat menambah jumlah moda transportasi yang digunakan di Kota Semarang. Selain jumlah moda transportasi yang ditambah, perbaikan pelayanan moda transportasi tersebut perlu di tingkatkan. Selain itu, adanya fasilitas penghubung antar moda transportasi juga perlu dipersiapkan. Selama ini hanya terlihat sarana transportasi dari dan menuju bandara, stasiun dan pelabuhan sudah dilayani oleh BRT. Namun, jumlah BRT yang melintasi tujuan tersebut sangat terbatas, dan jarak halte juga cukup jauh.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

81

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Fasilitas yang lain yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah Kota Semarang adalah fasilitas wisata. Salah satu daya tarik MEA yaitu wisata. Adanya kebijakan non visa yag berlaku di seluruh negara ASEAN, banyak wisatawan yang keluar masuk seluruh negara ASEAN guna menikmati pesona wisata di negara/kota tersebut. Pemerintah Kota Semarang hendaknya merevitalisasi beberapa aset wisata yang dimiliki oleh Kota Semarang agar daya tarik obyek wisata tersebut semakin meningkat. Papan-papan informasi di obyek wisata juga masih minim. Oleh karena itu, hendaknya Pemerintah Kota Semarang melalui dinas terkait dapat menambah papan informasi dimana dalam 2 bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia) agar memudahkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara menikmati obyek wisata yang ada di Kota Semarang. Kedua. Kota Semarang memiliki penduduk dalam jumlah besar dan dalam usia produktif. Ini merupakan salah satu bonus demografi Kota Semarang dalam menghadapi MEA. Pasar tenaga kerja terbuka lebar di Kota Semarang merupakan daya tarik Kota Semarang. Rata-rata penduduk Kota Semarang berpendidikan tamat SMA. Oleh karena itu, bonus demografi ini harus diikuti oleh peningkatan kualitas SDM. Salah satu blueprint MEA adalah tenaga kerja yang terampil. Kondisi tenaga kerja yang terampil (40%) dan berkompeten (20%). Hal ini oleh Pemerintah Kota Semarang, hendaknya benar-benar diperhatikan. SDM inilah kunci suksesnya MEA. Penambahan pusat pelatihan kerja salah satu bentuk upaya meningkatan kualitas SDM. Upaya lain yang dapat oleh Pemerintah Kota Semarang yaitu dengan bersinergi dengan perguruan tinggi yang ada di Kota Semarang dalam menyelenggaraan pelatihan-pelatihan yang meningkatkan

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

82

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

kualitas SDM seperti pelatihan perhitungan pajak, pelatihan bahasa Inggris, pelatihan bangun rancang, dan sebagainya. Ketiga. Pelaku UMKM di Kota Semarang didalam hasil penelitian ini menyatakan bahwa siap dalam menghadapi era MEA. MEA merupakan peluang bagi mereka untuk mengembangkan usahanya. Namun, ada kendala yang harus dihadapi oleh UMKM yaitu: kendala di dalam permodalan dan sumber daya manusia yang handal.

Kendala permodalan merupakan masalah klasik yang

dihadapi UMKM. Pemerintah Kota Semarang dapat memberi bantuan pinjaman lunak kepada UMKM yang berpotensi untuk berkembang dan menembus pasar ekspor. Susahnya akses modal dapat disebabkan oleh pembukuan UMKM yang tidak jelas dan tidak tertata. Lembaga keuangan dapat memberikan modalnya kepada pelaku UMKM apabila ada pembukuan yang tersusun rapi. Oleh karena itu, Pemeritah Kota melalui dinas terkait dapat memberikan pelatihan manajemen pengelolaaan UMKM seperti halnya pelatihan pembukuan agar UMKM tersebut dapat mengakses modal. Sumber daya manusia yang handal juga merupakan kendala UMKM dalam mengelola usahanya. Pelatihan manajemen kepemimpinan, manajemen risiko, prosedur ekspor impor, manajemen pemasaran, akuntansi adalah beberapa contoh pelatihan yang dapat diberikan kepada para pelaku UMKM agar sumber daya manusia yang digunakan memiliki kualitas yang handal. Pelatihan-pelatihan ini dapat diselenggarakan antara Pemerintah Kota dengan Perguruan Tinggi yang ada di Kota Semarang. Konsep triple helix antara University, Company and Government akan berjalan dengan sinergi semua elemen. Perguruan tinggi sebagai

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

83

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

kreator teknologi dan inovasi melalui riset dan pengembangan, yang kemudian hasil nya akan dapat langsung digunakan oleh UMKM untuk meningkatkan efisiensi sekaligus kinerjanya. Dan di sisi lain pemerintah perlu memberikan dukungan melalui serangkaian kebijakan dan pendanaan yang memadai. Keempat. Preferensi SKPD Kota Semarang cukup tinggi terhadap MEA dengan interval 59 - 68. Ini berarti bahwa sebagian besar SKPD di Kota Semarang mengetahui apa saja yang diperjanjikan di blueprint MEA. Namun, angka kesiapan SKPD dalam hal pemahaman MEA masih dianggap kurang. Jika ditelisik lagi, mayoritas SKPD tidak mengikuti sosialisasi mengenai MEA. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Semarang harus menyelenggarakan sosialisasi MEA kepada seluruh SKPD dimana sosialisasi tersebut menyangkut perjanjian MEA yang tertuang di blueprint MEA. Adanya pengetahuan yang memadai dari SKPD dapat mempermudah melaksanakan program-program pembangunan Kota Semarang dalam menghadapi MEA.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

84

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ryki. 2013. Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Skripsi. Universitas Gajah Mada. Arifin, S. Dkk. 2007. Kerjasama Perdagangan Internasional. Jakarta: Alex Media Komputindo. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. ASEAN secretariat.2008.ASEAN Economic Community Blueprint. Jakarta: ASEAN Secretariat. Biro Pusat Statistik, Semarang Dalam Angka 2015, BPS Kota Semarang. Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang. Data Jumlah UMKM Kota Semarang Tahun 2015. Kota

Semarang. 2016. Profil Kota Semarang. Available at http://www.semarangkota.go.id/main/menu/11/profil-kotasemarang/profil-kota#sthash.xEUiovfU.dpuf diakses tanggal 10 Agustus 2016.

Kushi, Evis. 2010. Some Problems. McCann, Joseph E. III; Leon-Guerrero, Anna Y; Haley, Jonathan D. Jr. 2001. Strategic Goals and Practices of Innovative Family Business, Journal of Small Business Management, 39 (1) : 50. Osotimehin, K.O. 2012. An Evaluation of the Challenges and Prospects of Micro and Small Scale Entreprises development in Nigeria. American International Journal of Contemporary Research Vol. 2 No. 4; April 2012. Pearce, David. W.,Cairns, J.,Elliot, R., McAvinchey, I., Shaw, R. 1992. Macmillan Dictionary of Modern Economics (Dictionary Series) 4th edition. Palgrave Macmillan.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

85

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Radiansyah, Deddy. 2012. Kontribusi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia tahun 1996-2008. Tesis. Universitas Indonesia. Rahardhan, P., Kusumaningrum, Adi dan Rahman, Fuad Aulia.N.d. Pengaruh Asean Trade Facilitation Terhadap Volume Perdagangan Produk Unggulan Jawa Timur. Rangkuti, Freddy. 2006. “Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis”. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Riyadi dan Deddy Supriady Brantakusumah, 2004, Perencanan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Riyanti, Benecdicta Prihatin Dwi. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian, PT. Grasindo, Jakarta. Singarimbun, Masri, Efendi, S. 1995. Metode Penelitian Survey, Cetakan kedua, LP3ES, Jakarta. Sulistyastuti, Dyah Ratih, Muhammad Prayoga dan Nisa Agistian Rachman. 2014. Gearing up for ASEAN Economic Community: SME Response and Preparedness to Regional Market Integration. Proceedings ICONAS Conference. Todaro, Michael P., 2003, Economic Development, Eight Edition, Pearson Education Limited, United Kingdom. Torrisi, Gianpiero. 2009. Public Infrastructure: Definition, Classification and Measurement Issues. MPRA Paper No. 12990: University Of Catania, Faculty Of Economics. Umar, Husein. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development. New York: Oxford University Press. World Bank. 2014. Tinjauan Pembangunan Indonesia 2014. Jakarta: WorldBank.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

86

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

INSTRUMEN PENELITIAN “KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)” Oleh: Prof.Dr. Sucihatiningsih Dian Wisika P, M.Si. Prof. Dr. Etty Soesilowati, M. Si Nurjannah Rahayu K, SE., M.Si. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Data sekunder didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Semarang, DinasDinas terkait di Kota Semarang, Kadin Kota Semarang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan wawancara. Adapun data yang digunakan adalah sebagai berikut : Tujuan Penelitian Mengevaluasi kesiapan SKPD Kota Semarang, sektor UMKM Kota Semarang dan masyarakat Kota Semarang dari berbagai aspek dalam menghadapi MEA.

Analisis Analisis Deskriptif

Data Yang Digunakan

Sumber Data

PDRB Kota Semarang

BPS Kota Semarang

Profil UMKM Kota Semarang : Jumlah, Jenis,

BPS, Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang

Produktivitas UMKM Kota Semarang

BPS, Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang

Program fasilitasi untuk Dinas Koperasi dan UKM UMKM Kota Semarang Perencanaan Jangka BAPPEDA Kota Semarang pendek, menengah dan jangka panjang Kota Semarang Informasi kesiapan dari Wawancara / FGD dengan UMKM dan pemerintah Pelaku UMKM dan Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang Data infrastruktur Kota Dinas Bina Marga, Jasa Semarang Marga, BPS Data Ekspor dan Impor Delphi

Evaluasi

BPS, Disperindag

program FGD dengan Pelaku UMKM,

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

87

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

method

persiapan MEA

Dinas- Dinas terkait di Kota Semarang, Perwakilan Masyarakat Kota Semarang

Yth. Bapak/Ibu SKPD Kota Semarang Di Tempat

Dengan hormat, Dalam rangka penyusunan laporan penelitian

“Kajian Kesiapan Kota

Semarang dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” dimana penelitian ini merupakan penelitian kerja sama antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Semarang dengan Bappeda Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan Kota Semarang dalam rangka menghadapi MEA. Untuk itu kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu SKPD di Kota Semarang untuk bersedia mengisi angket yang telah kami persiapkan. Kami menjamin kerahasiaan jawaban yang Bapak/Ibu SKPD berikan. Kami mengaharapkan jawaban yang Bapak/Ibu SKPD berikan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu SKPD, kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Ketua Peneliti

Prof. Dr. Sucihatiningsih DWP, M.Si

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

88

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

89

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

KUESIONER KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Identitas 1. No. Responden

:

2. Gol./Ruang

:

3. Instansi

:

PETUNJUK PENGISIAN a. Mohon untuk dijawab semua pertanyaan yang tersedia. b. Semua jawaban yang sesuai dengan pendapat bpk/ibu adalah benar (tidak ada jawaban yang salah). c. Jawaban yang diberikan tidak akan mempengaruhi status kerja bpk / ibu, sehingga tidak perlu khawatir dalam memberikan jawaban. d. Semua jawaban akan dirahasiakan dan tidak perlu mencantumkan nama bpk / ibu.

Berikan tanda X (silang) pada jawaban yang sesuai dan cocok menurut pendapat bpk / ibu pada kotak yang tersedia. Pertanyaan: 1. MEA singkatan dari a. Masyarakat Eksportir Asia b. Masyarakat Eropa – Asia c. Masyarakat Elite Asean d. Masyarakat Ekonomi Asia e. Masyarakat Ekonomi Asean 2. Tahun diberlakukannya MEA a. 2013 b. 2014 c. 2015 3. Anggota ASEAN a. 12 negara b. 11 negara 4. Yang bukan anggota ASEAN a. Philipina b. Kamboja Leste

d. 2016

c. 10 negara

c. Vietnam

e. 2017

d. 9 negara

d. Brunai

e. 8 negara

e. Timor

5. Bukan tujuan MEA a. Produksi bersama b. Mengurangi kemiskinan c. Membentuk pasar tunggal Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

1

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

d. Membentuk kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi & tenaga kerja e. Meningkatkan daya saing 6. Bagian dari Pasar tunggal a. Bebas aliran barang & jasa b. Bebas aliran modal & investasi c. Bebas aliran bahan pangan, produk pertanian & kehutanan d. Semua benar e. Semua benar kecuali c 7. Bukan sektor prioritas MEA a. Agroprocessing b. Automotive c. Perawatan kesehatan d. Obat-obatan e. Pariwisata 8. Tahapan Integrasi Ekonomi a. Trade Preferency Arrangement - Free Trade Area - Customs Union Common Market -Monetary Union b. Free Trade Area - Trade Preferency Arrangement – Custom Union – Common Market- Monetery Union c. Custom Union - Free Trade Area - Trade Preferency Arrangement – Common Market- Monetery Union d. Common Market - Trade Preferency Arrangement - Free Trade Area Customs Union -Monetary Union e. Monetary Union - Trade Preferency Arrangement - Free Trade Area Customs Union - Common Market 9. Manfaat MEA 2015 bagi ASEAN a. Mendorong efisiensi alokasi sumberdaya mll efek pro-kompetitive serta restrukturisasi industri & skala usaha b. Akumulasi kapital scr fisik maupun human capital c. Mendorong spesialisasi dg keunggulan komparatif maupun pembentukan pusat kegiatan ekonomi tertentu di wilayah tertentu (aglomerasi) d. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi e. Semua benar 10. Karakteristik utama MEA a. Pasar tunggal dan basis produksi b. kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi c. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata d. Kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global e. Semua benar

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

2

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

11. Indikator kemudahan berusaha a. Kemudahan perijinan b. Kemudahan mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual c. Kemudahan penutupan usaha d. Kemudahan pembayaran pajak e. Semua benar

Berilah tanda silang pada (B) apabila pernyataan dibawah benar dan beri tanga silang pada (S) apabila pernyataan salah Dampak positif yg mungkin timbul diberlakukannya MEA 12. Rakyat secara mudah memperoleh barang konsumsi (B) / (S) 13. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional (B) / (S) 14. Membuka lapangan kerja (B) / (S) 15. Suku bunga pinjaman bank rendah (B) / (S) 16. Mempermudah pembangunan industri (B) / (S) Dampak negatif yg mungkin timbul diberlakukannya MEA 17. Matinya usaha kecil (B) / (S) 18. Munculnya kebijaksanaan pemerintahan yang tidak menguntungkan petani. (B) / (S) 19. Upah kerja rendah. (B) / (S) 20. Jumlah angka pengangguran masih tinggi (B) / (S) 21. Munculnya kekerasan (B) / (S)

Berikan jawaban singkat Anda 22. Darimanakah Anda mengetahui istilah MEA ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. ..............

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

3

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Pernahkah Anda mengikuti sosialisasi tentang MEA di institusi kerja anda? ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. Apabila pernah, bilamana? ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. 23. Apakah Anda tertarik dengan program MEA? Apabila tertarik, mengapa? ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. ..............

Apabila tidak tertarik, mengapa? ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. ..............

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

4

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

............................................................................................................................. .............. 24. Apakah tiap hari Anda membaca/ mendengar/ melihat berita terkait ekonomi di media massa? ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. 25. Apakah ruang lingkup pekerjaan Anda berkaitan dengan program MEA? Apabila ya, program apa yang sudah dilakukan? ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. .............. Dan Program apa yang akan dilakukan? ............................................................................................................................. .............. ............................................................................................................................. ..............

-Terima Kasih-

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

5

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

KUISIONER ” KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)” KUISIONER UNTUK PELAKU UMKM DI KOTA SEMARANG I.

Identitas Responden a. Nama

:

b. Jenis kelamin

:

c. Pekerjaan

:

d. Umur

:

e. Alamat

:

f. Pendidikan

:

II. Informasi UMKM Produk apa yang dihasilkan dari UMKM yang anda miliki? ............................................................................................................................... Sejak kapan usaha UMKM didirikan? ............................................................................................................................... Berapa besarnya modal dan tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan usaha? ............................................................................................................................... Seberapa besar output dari produksi yang dilakukan tiap bulan? ............................................................................................................................... Berapa omset rata-rata tiap bulan? ...............................................................................................................................

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

6

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan? ............................................................................................................................... Persiapan apa saja yang dilakukan dalam menyongsong adanya MEA? ............................................................................................................................... Usaha apa saja yang telah dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas usaha? ............................................................................................................................... Kendala apa saja yang dihadapi dalam pengelolaan usaha? ............................................................................................................................... Bagaimana kondisi persaingan penjualan dengan produk yang sejenis? ............................................................................................................................... Bagaimana teknik pemasaran produk yang dilakukan? .............................................................................................................................. Bentuk bantuan apa yang diberikan oleh Pemerintah Kota Semarang untuk kemajuan usaha anda? .............................................................................................................................. III. Informasi MEA Apakah anda mengetahui Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)? ----------------------------------------------------------------------------------------------Sejak kapan anda mengetahui MEA? -----------------------------------------------------------------------------------------------Dari mana anda mengetahui informasi tentang MEA? ------------------------------------------------------------------------------------------------

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

7

[KAJIAN KESIAPAN KOTA SEMARANG DALAM Tahun 2016 MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)]

Bagaimana pendapat anda mengenai MEA? -----------------------------------------------------------------------------------------------Bagaimana bentuk kesiapan diri anda untuk menghadapi MEA ? -----------------------------------------------------------------------------------------------Manfaat MEA bagi anda ? -----------------------------------------------------------------------------------------------Peluang adanya MEA menurut anda? -----------------------------------------------------------------------------------------------Menurut anda, bagaimana kesiapan Kota Semarang dalam menghadapi MEA? -----------------------------------------------------------------------------------------------Program apakah yang harus dilakukan Pemerintah Kota Semarang untuk menghadapi MEA ? ------------------------------------------------------------------------------------------------

* Pedoman wawancara ini dapat dikembangkan melalui pertanyaanpertanyaan tambahan yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

Penelitian Kerjasama LP2M Unnes dengan Bappeda Kota Semarang

8