PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DAN EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS-NYA PADA BEDAH ORTHOPAEDI KASUS FRAKTUR DI UNIT BEDAH RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2007 – SEPTEMBER 2007
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Yasinta Yekti Utami NIM : 048114103
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DAN EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS-NYA PADA BEDAH ORTHOPAEDI KASUS FRAKTUR DI UNIT BEDAH RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2007 – SEPTEMBER 2007
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Yasinta Yekti Utami NIM : 048114103
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
If you are facing a problem, Perhaps what you need to do Is just simply calm down, Settle down, and start thinking. Do not try to douse it, Do not try to rationalize it. Do not try to escape it. Just think It through, with God’s help.
Kupersembahkan karyaku ini untuk: Jesus dan Bunda Maria yang selalu mendampingiku Bapak (Alm) dan Ibuku tercinta atas dukungan, didikan dan doanya yang selalu menemani setiap langkahku Kakakku tersayang Sahabat dan kekasihku yang selalu mendukungku Sahabat-sahabatku Apri, Chika, Novi, Niken, Nike atas semangat dan doanya. Almamaterku.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsinya yang berjudul ”KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DAN EVALUASI RELATED
PROBLEMS-NYA
PADA
BEDAH
ORTHOPAEDI
DRUG KASUS
FRAKTUR DI UNIT BEDAH RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2007 – SEPTEMBER 2007”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Darmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak baik itu berupa moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dra. A. M. Wara Kusharwanti, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, serta segala masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji atas segala arahan, kritik, saran, dan waktunya.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas segala arahan, kritik, saran, dan masukan, serta waktunya. 5. Drs. Sabikis, Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan. 6. Staf rekam medis RS Panti Rapih Yogyakarta (Pak Markus, Pak Jono, Pak Gi, mas Danar, mas Andre, mbak Shinta, mba Cici, dkk) atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian. 7. Pak Rustamaji dan Bu Lien atas bantuan sumber pustaka dan diskusi yang sangat membantu. 8. Bapak (Alm.) dan Ibu tercinta atas dukungan doa dan kasih sayang yang telah diberikan pada penulis. 9. Kakakku tersayang Heribertus Setyawan, terimakasih atas doa, dukungan, dan semangat yang telah diberikan. ”Tuhan takkan memberi cobaan melebihi kemampuan kita”. 10. Paklik, Bulik serta keluarga besar saudara-saudaraku dik Pur, Dik Eka, Dik Arnol, atas doa dan dukungannya. 11. Kekasihku dan sahabatku mas Heri atas doa, perhatian, dan bantuan yang telah diberikan di tengah-tengah kesibukannya, serta memberi warna dalam hidupku. ”Segala sesuatu indah pada waktuNya”. 12. Bapak, Ibu, dik Very, mbak Ria, mas Wahyu atas perhatian yang telah diberikan. ”Terimakasih telah memberikan kehangatan dalam hidupku”.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Sahabat-sahabatku Apri, Novi, Chika atas dukungan dan semangatnya, Niken dan Nike teman seperjuanganku yang telah banyak kurepotkan, terimakasih atas bantuannya. ”Kalian semua telah membuat hari-hariku berwarna”. 14. Teman-teman kost ”Keramik”: Avi, mba Ica & mba Anna ”kalian adalah kakakku” , mba Melon ”terimakasih pinjaman bukunya”, Vita, mbak Yeyen, mbak Ika, mba Desy, Marlin, ci Mila, Fila, Tresha, Riska atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya. 15. Teman-teman Mitra perpustakaan: Lita, mba Sari, Lilis, Inus, Ari, Pungkas, Titis, Ragil, Vonny, Nana, Wati, Erlyn, Evi, Era yang telah berbagi suka dan duka bersama. ”Thank’s for all”. 16. Teman-teman FKK angkatan 2004 dan kelas C ’04 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. 17. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga saran, masukan, serta kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan membantu bagi pembaca serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Yogyakarta, 2008 Penulis
Yasinta Yekti Utami x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI Fraktur merupakan keadaan terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan. Bedah merupakan tindakan yang dilakukan pada penatalaksanaan fraktur. Salah satu hal yang penting dalam bedah ialah pemberian antibiotik profilaksis. Antibiotik profilaksis diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi. Pemberian antibiotik yang tidak tepat merupakan salah satu faktor risiko surgical site infection. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007. Penelitian ini termasuk penelitian noneksperimental, dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif. Pengumpulan data secara retrospektif menggunakan kartu rekam medik. Penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap: perencanaan, analisis situasi, pengumpulan data, dan evaluasi. Data diambil dan dianalisis berdasar umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, penyebab fraktur, golongan obat, jenis obat dan analisis Drug Related Problems (DRPs) penggunaan antibiotik profilaksis. Hasil yang diperoleh dari 101 pasien fraktur adalah 66 kasus. Persentase berdasarkan umur yaitu 4,95% berumur 1-10 tahun; 17,82% berumur 11-20 tahun; 24,75% berumur 21-30 tahun; 13,86% berumur 31-40 tahun; 11,88% berumur 41-50 tahun; 12,87% berumur 52-60 tahun; dan 13,86% lebih dari 60 tahun. Berdasarkan jenis kelamin yaitu 59,4% pasien laki-laki dan 40,6% perempuan. Penyakit penyerta yaitu 9,90% dengan hipertensi; 4,95% dengan DM 2,97% dengan asma; 0,99% dengan penyakit jantung dan obesitas; serta 79,21% tanpa penyakit penyerta. Penyebab fraktur terbanyak yaitu 98,02% karena kecelakaan lainnya karena sport injuries. Persentase pengobatan yaitu Anti Tetanus Serum 33,66%; Tetanus Toxoid 0,99%; obat analgesik / antiinflamasi 98,01%; obat saluran cerna 73,27; obat antidiabetik 2,97%; obat saluran nafas 24,75%; obat sistem kardiovaskular 45,54%; obat otot skeletal dan sendi 84,16%; anestesi 100%; vitamin 53,47%; obat antiinfeksi 100%; dan infus 98,02%. Jenis terapi yang terbanyak yaitu 90,09% berkaitan dengan pemasangan implan (ORIF, plating, dan screwing). Identifikasi DRPs penggunaan antibiotik profilaksis diperoleh 4 kasus yang terdiri dari 1 kasus terapi tanpa indikasi, 44 kasus dosis terlalu rendah, 24 kasus efek obat merugikan, dan 54 kasus dosis terlalu tinggi. Kata kunci : antibiotika profilaksis, bedah orthopaedi kasus fraktur, kartu rekam medik, dan Drug Related Problems (DRPs).
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Fracture is a breakdown discontinued bone and joint. Surgery is an action taken in management of fracture. One of the important things in surgery is the administration of antibiotic prophylaxis. Antibiotic prophylaxis is given to prevent infection. Unappropriately administered antibiotic prophylaxis is one of risk factor for surgical site infection. The aims of this research is to evaluate the using of the antibiotic prophylaxis in fracture case orthopaedic surgery at Panti Rapih Hospital Yogyakarta within August 2007 - September 2007. This research is a nonexperimental research and done with the evaluative descriptive design and the data were obtained by retrospective method. The data were taken from the patient medical record’s then analized with descriptive method. This research devided into four steps: the planning, analize of the situation, data collecting, and evaluation. The data being taken and analized were based on the age, sex, cause of fracture, illness inverted, caused fracture, drug classification, type of medicine, and the analize of the Drug Related Problems (DRPs) about the using of antibiotic prophylaxis. The results of this research showed that there were 101 patients with 53 cases. Percentage of the age 1-10 was 4,95%; 11-20 was 17,82%; 21-30 was 24,75%; 31-40 was 13,86%; 41-50 was 11,88%; 52-60 was 12,87%; and more than 60 years was 13,86%. Result based on sex 59,4% was male and 40,6% female. The illness inverted 9,90% was hipertensy; 4,95% was DM 2,97% was asthma; 0,99% was cardiovascular disease and obesitas; and 79,21% without illness inverted. The most fracture caused 98,02% because accident and the other because sport injuries. The percentage of therapy class was Anti Tetanus Serum 33,66%; Tetanus Toxoid 0,99%; analgesic / antiinflamasi drugs 98,01%; the gastrointestinal tract drugs 73,27; antidiabetic drugs 2,97%; inhalation drugs 24,75%; cardiovascular drugs 45,54%; skeletal muscle drugs 84,16%; anestetic 100%; vitamin 53,47%; antiinfective drugs 100%; and infuse 98,02%. The most therapy 90,09% asosiated with prosthetic implant (ORIF, plating, and screwing). Identifying DRPs related to use antibiotic prophylaxis yielded 4 DRPs cases consist of 1 case of unnecessary drug therapy, 44 dosage too low, 24 case adverse drug reaction, and 54 case dose too high. Key words : antibiotic prophylaxis, orthopaedic surgery of fracture case, medical record, and Drug Related Problems (DRPs).
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................
vi
HALAMAN PUBLIKASI ...................................................................................
vii
PRAKATA ...........................................................................................................
viii
INTISARI ............................................................................................................
xi
ABSTRACT ...........................................................................................................
xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xviii DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xx
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xxiv BAB I PENGANTAR ..........................................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................................
1
1. Perumusan Masalah ...........................................................................
3
2. Keaslian Penelitian ............................................................................
4
3. Manfaat Penelitian .............................................................................
5
a. Manfaat Teoritis ...........................................................................
5
b. Manfaat Praktis ...........................................................................
5
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan Penelitian .....................................................................................
5
1. Tujuan Umum ....................................................................................
5
2. Tujuan Khusus ...................................................................................
5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................................
7
A. Fraktur ......................................................................................................
7
1. Definisi Fraktur ..................................................................................
7
2. Tipe-tipe Fraktur ................................................................................
7
3. Penatalaksanaan Fraktur ....................................................................
8
B. Infeksi ......................................................................................................
9
1. Definsi Infeksi ....................................................................................
9
2. Surgical Site Infection ........................................................................
9
a. Definisi Surgical Site Infection ....................................................
9
b. Penatalaksanaan Surgical Site Infection ......................................
10
c. Faktor Risiko Surgical Site Infection ...........................................
11
C. Antibiotik Profilaksis ...............................................................................
13
1. Definisi Antibiotik Profilaksis ...........................................................
13
2. Jenis-jenis Antibiotik Profilaksis .......................................................
14
3. Rekomendasi Antibiotik Profilaksis pada Bedah Orthopaedi ...........
15
4. Waktu dan Dosis Pemberian ………………………………..………
15
D. Drug Related Problems (DRPs) ..............................................................
17
1. Definisi Drug Related Problems ........................................................
17
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengelompokan Drug Related Problems ...........................................
17
3. Penyebab Drug Related Problems .....................................................
18
E. Keterangan Empiris .................................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................
20
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...............................................................
20
B. Definisi Operasional ................................................................................
20
C. Subyek Penelitian ....................................................................................
21
D. Bahan Penelitian ......................................................................................
21
E. Lokasi Penelitian ......................................................................................
21
F. Jalannya Penelitian ..................................................................................
21
1. Tahap Perencanaan ............................................................................
22
2. Tahap Analisis Situasi ......................................................................
22
3. Tahap Pengumpulan Data ..................................................................
22
4. Tahap Evaluasi Data .........................................................................
22
G. Tahap Analisis Data .................................................................................
23
1. Gambaran Umum ...............................................................................
23
2. Profil Penggunaan Obat .....................................................................
23
3. Profil Penggunaan Antibiotik Profilaksis ..........................................
23
4. Drug Related Problems (DRPs) ........................................................
23
5. Outcome terapi ...................................................................................
25
H. Kesulitan-kesulitan selama penelitian .....................................................
25
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
26
A. Gambaran Umum .....................................................................................
26
1. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Umur ...................................
26
2. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Jenis Kelamin ......................
27
3. Persentase Pasien Fraktur dengan Penyakit Penyerta ........................
27
4. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Penyebab .............................
28
B. Profil Penggunaan Obat ...........................................................................
29
1. Anti Tetanus Serum (ATS) ................................................................
30
2. Tetanus Toxoid (TT) ..........................................................................
30
3. Analgesik / Antiinflamasi ..................................................................
31
4. Saluran Cerna .....................................................................................
32
5. Obat Antidiabetik ...............................................................................
33
6. Saluran Nafas .....................................................................................
34
7. Sistem Kardiovaskular .......................................................................
35
8. Otot Skeletal dan Sendi ......................................................................
36
9. Anestesi ..............................................................................................
37
10. Vitamin ..............................................................................................
38
11. Infus ...................................................................................................
39
12. Antiinfeksi .........................................................................................
39
C. Profil Penggunaan Antibiotik Profilaksis ................................................
41
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Golongan dan jenis antibiotik profilaksis ..........................................
41
2. Indikasi dan pilihan terapi antibiotik profilaksis ...............................
42
3. Rute pemberian antibiotik profilaksis ................................................
42
4. Waktu pemberian antibiotik profilaksis .............................................
43
D. Drug Related Problems (DRPs) ..............................................................
44
1. Terapi tanpa indikasi ..........................................................................
46
2. Dosis terlalu rendah ...........................................................................
46
3. Efek obat merugikan ..........................................................................
48
4. Dosis terlalu tinggi .............................................................................
48
E. Outcome terapi .........................................................................................
49
1. Lama tinggal (length of stay) .............................................................
50
2. Keadaan pasien keluar .......................................................................
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
52
A. Kesimpulan ..............................................................................................
52
B. Saran ........................................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
56
LAMPIRAN .........................................................................................................
58
BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................
135
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Kuman Penginfeksi yang Umumnya Muncul pada Kulit / Jaringan Lunak ...............................................................
Tabel II.
Klasifikasi keadaan fisik menurut American Society of Anesthesiologists (ASA) …………………………..……
Tabel III.
17
Penyebab-penyebab drug related problems menurut pengelompokan jenis DRPs .……………………………
Tabel VI.
13
Terapi empirik antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi ........................................................................
Tabel V.
13
Faktor risiko surgical site infection dari segi pasien dan segi proses bedah ……………………..………………...
Tabel IV.
9
18
Profil penggunaan obat pada pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007 ..……………………………………….
Tabel VII.
29
Golongan dan jenis obat analgesik / antiinflamasi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 .………………
Tabel VIII.
31
Golongan dan jenis obat saluran cerna pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ...……………………………….
xviii
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IX.
Golongan dan jenis obat antidiabetik pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ...……………………………….
Tabel X.
34
Golongan dan jenis obat saluran nafas pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 …………………………………
Tabel XI.
34
Golongan dan jenis obat sistem kardiovaskular pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 …….…………
Tabel XII.
35
Golongan dan jenis obat otot skeletal dan sendi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ……………….
Tabel XIII.
36
Cara pemberian anestesi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007 ………………………………………...
Tabel XIV.
37
Golongan dan jenis obat anestesi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ……………………………………….
Tabel XV.
38
Golongan dan jenis vitamin pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007 ………………………………………...
xix
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XVI.
Golongan dan jenis infus pada pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ……………………………………….
Tabel XVII.
39
Golongan dan jenis obat antiinfeksi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 …………………………………
Tabel XVIII.
40
Golongan dan jenis antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ………………………..
Tabel XIX.
Jenis terapi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ….
Tabel XX.
41
42
Rute pemberian antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ....................................................
Tabel XXI.
43
Waktu pemberian antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ....................................................
Tabel XXII.
43
Jenis DRPs penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 .........................
xx
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXIII.
Kasus DRPs terapi tanpa indikasi pada penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007 ...............................................................
Tabel XXIV.
46
Kasus DRPs dosis terlalu rendah pada penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007 ...............................................................
Tabel XXV.
47
Kasus DRPs efek obat merugikan pada penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007 ...............................................................
Tabel XXVI.
48
Kasus DRPs dosis terlalu tinggi pada penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007 ...............................................................
xxi
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Tipe-tipe fraktur .............................................................
8
Gambar 2.
Infeksi yang dapat terjadi pada bedah orthopaedi ..........
10
Gambar 3.
Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Umur di RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 September 2007 ..............................................................
Gambar 4.
26
Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Jenis Kelamin di RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 September 2007 ..............................................................
Gambar 5.
Persentase
Pasien
Fraktur
Berdasarkan
27
Penyakit
Penyerta di RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 - September 2007 .................................... Gambar 6.
28
Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Penyebab di RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 September 2007 ..............................................................
Gambar 7.
29
Profil penggunaan obat pada pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 ..................................................
Gambar 8.
Lama perawatan (length of stay) pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus
xxii
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2007 - September 2007 .................................................. Gambar 9.
Keadaan
pasien
fraktur
yang
menjalani
50
bedah
orthopaedi ketika keluar dari RS Panti Rapih periode Agustus 2007 - September 2007 ....................................
xxiii
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Surat ijin penelitian di RS Panti Rapih Yogyakarta .......
Lampiran 2.
Daftar istilah penting pada bedah orthopaedi kasus fraktur .............................................................................
Lampiran 3.
58
59
Nilai normal pemeriksaan data laboratorium bedah orthopaedi kasus fraktur yang menerima antibiotik profilaksis di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta pada
periode
Agustus
2007
-
September
2007................................................................................ Lampiran 4.
60
Golongan dan jenis obat pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007........................
Lampiran 5.
63
Analisis Drug Related Problems pasien fraktur yang menerima antibiotik profilaksis di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta pada periode Agustus 2007 September 2007 ..............................................................
xxiv
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Bedah orthopaedi sering dikaitkan dengan kejadian patah tulang (fraktur) karena memang lebih dari 50% kasus bedah orthopaedi ditempati oleh kasus fraktur yang termasuk trauma. Trauma dapat terjadi akibat olah raga (sport injuries), serta akibat kecelakaan lalu lintas (Reksoprodjo, 2006). Kasus fraktur berupa fraktur tertutup dan fraktur terbuka memerlukan terapi bedah yang harus dilakukan dengan tepat karena berpotensi menyebabkan berbagai masalah. Permasalahan yang dapat muncul yaitu fungsi anggota tubuh tidak maksimal atau tidak berfungsi seperti semula, serta dapat juga muncul permasalahan lain seperti munculnya kejadian infeksi yang disebut dengan istilah osteomyelitis (infeksi pada tulang) (Reksoprodjo, 2006). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) diperkirakan ada 500.000 kasus Surgical Site Infections (SSI) tiap tahunnya di United States yang menjadi penyebab meningkatnya biaya perawatan yang diikuti dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas (Prokuski, 2005). Kasus infeksi nosokomial yang terjadi di United States menurut New England Journal of Medicine (NEJM) yang terbit pada tanggal 1 April 2004 berkaitan dengan pemasangan implan pada bedah yang umumnya sulit sembuh karena periode untuk terapi antibiotik yang digunakan harus lama dan terjadi
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pengulangan prosedur bedah meskipun kejadian infeksi karena pemasangan kateter tidak banyak. Menurut penelitian ini 2% dari 600.000 joint prosthesis dan 5% dari 2.000.000 fiksasi fraktur menyebabkan infeksi, dan biaya yang dikeluarkan untuk terapi infeksi diperkirakan berturut-turut jika dalam nilai rupiah sekitar 300 juta dan 150 juta, biaya yang besar hanya untuk terapi infeksi (Calhoun, 2004). Pencegahan infeksi pada bedah orthopaedi penting mengingat risiko terjadinya infeksi pada kasus fraktur terutama fraktur terbuka karena berhubungan dengan lingkungan luar, tetapi tidak menutup kemungkinan risiko infeksi pada kasus fraktur tertutup jika prosedur bedah yang dilakukan tidak tepat. Pencegahan infeksi pada bedah orthopaedi dilakukan salah satunya dengan pemberian antibiotik profilaksis. Antibiotik profilaksis merupakan antibiotik yang diberikan untuk mencegah infeksi atau untuk meminimalkan infeksi pada luka operasi (Gugliemo, 2005). Penggunaan antibiotik sebanyak 33%-50% di rumah sakit ditujukan sebagai profilaksis bedah dan sebanyak 30%-90% penggunaan antibiotik profilaksis tidak tepat terutama waktu pemberian dan durasi (Anonim, 2003). Penggunaan antibiotik di rumah sakit yang tidak tepat dapat menimbulkan permasalahan dalam pelayanan kesehatan. Permasalahan tentang penggunaan antibiotik yang sering muncul yaitu masalah resistensi mikrobia terhadap antibiotik. Biaya yang harus dikeluarkan pasien untuk bedah terutama bedah orthopaedi tergolong mahal sehingga penggunaan antibiotik pada bedah terutama penggunaan antibiotik profilaksis harus tepat. Tujuan penggunaan antibiotik ini adalah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dapat mengurangi lama tinggal di rumah sakit dan tidak menambah biaya perawatan di rumah sakit, dan akan berdampak pada pasien secara langsung atau secara tidak langsung terhadap mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pemberian antibiotik profilaksis dinilai ketepatannya dengan mengetahui jenis antibiotik profilaksis (indikasi dan pilihan terapi), dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi, dan frekuensi pemberian. Penggunaan antibiotik profilaksis yang kurang tepat yaitu pemberian yang tidak tepat (terlalu awal atau terlalu lama) dan jumlah dosis tidak mencukupi pada saat operasi menjadi salah satu faktor risiko munculnya Surgical Site Infections (SSI) (Doherty dan Way, 2006). Selain itu, ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dapat diketahui dengan munculnya Drug Related Problems (DRPs) yang meliputi unnecessary drug therapy, needs additional drug therapy, ineffective drug, dosage too low, adverse drug reaction, dosage too high, noncompliance (Cipolle, Strand, dan Morley, 2004). 1. Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini meliputi : a. bagaimana karakteristik pasien bedah orthopaedi kasus fraktur yang meliputi jumlah pasien, distribusi umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, dan penyebab fraktur di RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
b. seperti apa profil penggunaan obat pasien fraktur yang menjalani bedah orthopaedi di RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007? c. bagaimana penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur yang meliputi golongan dan jenis antibiotik profilaksis, indikasi dan pilihan terapi antibiotik profilaksis, rute pemberian antibiotik profilaksis, dan waktu pemberian antibiotik profilaksis di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007? d. apakah ada DRPs pada penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007? e. bagaimana outcome terapi pasien fraktur yang menjalani bedah orthopaedi yang meliputi lama tinggal di rumah sakit (length of stay), keadaan pasien keluar rumah sakit membaik/sembuh, atas permintaan sendiri, rawat jalan, keadaan semakin parah, atau meninggal di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007? 2. Keaslian Penelitian Berdasarkan data yang ditelusuri di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, penelitian mengenai kajian penggunaan antibiotik profilaksis dan evaluasi DRPs pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 – September 2007 belum pernah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini yaitu bagi pihak RS Panti Rapih Yogyakarta dapat dimanfaatkan sebagai kajian penggunaan antibiotik profilaksis di unit bedah khususnya bedah orthopaedi kasus fraktur. b. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini yaitu dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi terhadap penggunaan antibiotik profilaksis terutama pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta guna meningkatkan mutu pelayanan medik. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan antibiotik profilaksis dan evaluasi DRPs pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007. 2. Tujuan khusus pada penelitian ini adalah : a. memberikan gambaran mengenai karakteristik pasien bedah orthopaedi kasus fraktur yang meliputi jumlah pasien, distribusi umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, dan penyebab fraktur di Agustus 2007 - September 2007.
RS Panti Rapih Yogyakarta periode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. dapat mengetahui profil penggunaan obat pasien fraktur yang menjalani bedah orthopaedi di RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007. c. mengetahui penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur yang meliputi golongan dan jenis antibiotik profilaksis, indikasi dan pilihan terapi antibiotik profilaksis, rute pemberian antibiotik profilaksis, dan waktu pemberian antibiotik profilaksis di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007. d. untuk mengetahui DRPs pada penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007. e. dapat mengetahui outcome terapi pasien fraktur yang menjalani bedah orthopaedi yang meliputi lama tinggal di rumah sakit (length of stay), keadaan pasien keluar rumah sakit membaik/sembuh, atas permintaan sendiri, rawat jalan, keadaan semakin parah, atau meninggal di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fraktur 1. Definisi Fraktur Fraktur merupakan keadaan terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan. Tanda-tanda yang muncul pada fraktur dapat berupa riwayat trauma dan nyeri dan tanda klinis yaitu terjadinya gerakan yang tidak normal pada tempat fraktur yang akan menyebabkan kehilangan fungsi karena diskontinuitas tulang (Reksoprojo, 2006). 2. Tipe-Tipe Fraktur Jenis fraktur ada dua yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Luka pada fraktur terbuka dapat mengakibatkan terjadinya hubungan dengan lingkungan luar yang akan menimbulkan risiko infeksi (Reksoprojo, 2006). Tipe fraktur yang merupakan fraktur tertutup yaitu dapat berbentuk obligue (fraktur berbentuk miring dan terdapat sudut axis), comminuted (fraktur yang terdapat fragmen-fragmen), dan spiral (fraktur mengelilingi axis pada tulang). Fraktur dengan tipe compound sering disebut fraktur terbuka yang terdapat robekan kulit di atasnya dan berpotensi menimbulkan infeksi. Berikut ini merupakan gambar dari tipe-tipe fraktur:
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
(Lewis, 2006) Gambar 1. Tipe-tipe fraktur 3. Penatalaksanaan Fraktur Hal-hal yang harus segera dilakukan pada fraktur adalah: a. Menghilangkan rasa nyeri dapat dilakukan dengan memberikan opiat intravena, blok saraf, gips, dan traksi. b. Apabila pasien mengalami pendarahan, maka segera dilakukan dengan mencari donor darah dengan golongan darah yang sesuai. c. Apabila terjadi fraktur terbuka, maka perlu dilakukan debridement (mengelupas jarungan-jaringan yang mati), pemberian antibiotik, dan profilaksis tetanus (Grace dan Borley, 2006). Terapi definitif yang diberikan pada fraktur yaitu: a. Reduksi baik itu pada fraktur tertutup maupun fraktur terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Imobilisasi dengan gips, fiksasi internal, maupun dengan fiksasi eksternal. c. Rehabilitasi yang bertujuan mengembalikan keadaan pasien seperti keadaan semula (Grace dan Borley, 2006). B. Infeksi 1. Definisi Infeksi Infeksi merupakan proses pada waktu organisme berupa bakteri, virus, dan jamur masuk ke dalam tubuh atau jaringan, yang mampu menyebabkan munculnya penyakit serta dapat menyebabkan trauma atau kerusakan (Grace dan Borley, 2006). Kuman penginfeksi yang umumnya muncul pada kulit atau jaringan lunak dapat dilihat pada tabel I. Tabel I. Kuman Penginfeksi yang Umumnya Muncul pada Kulit / Jaringan Lunak Tempat / Tipe Infeksi
Kuman penginfeksi
Selulitis
Streptococcus kelompok A, Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis Staphylococcus aureus, gram-negatif yang berbentuk batang Staphylococcus aureus, gram-negatif aerobic yang berbentuk batang, anaerob Staphylococcus aureus
Pada kateter intravena Luka operasi Ulkus diabetes Furuncle
(McEvoy, 2005). 2. Surgical Site Infection a.
Definisi Surgical Site Infection Surgical Site Infection merupakan infeksi yang terjadi pada tempat
pembedahan yang dapat disebabkan oleh organisme penginfeksi yaitu bakteri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
virus, dan jamur (Grace dan Borley, 2006). Contoh infeksi spesifik yang diakibatkan oleh pembedahan adalah selulitis, tetanus, dan gangren gas, sedangkan infeksi pascaoperasi dapat berupa infeksi luka, infeksi intra-abdomen, abses intra-abdomen, infeksi pernafasan, infeksi saluran kemih, infeksi jalur sentral intravena, dan enterokolitis pseudomembranosa (Grace dan Borley, 2006).
(Prokuski, 2005) Gambar 2. Infeksi yang dapat terjadi pada bedah orthopaedi
b.
Penatalaksanaan Surgical Site Infection
Pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi infeksi dapat berupa: 1)
operasi dilakukan sesingkat mungkin
2)
kulit pasien dibersihkan dengan antiseptik, sedangkan dokter bedah dan perawat hendaknya menggunakan teknik yang aseptis
3)
dilakukan filtrasi / penyaringan terhadap udara pada kamar operasi
4)
personil yang terlibat dalam pembedahan menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD)
5)
pemberian antibiotik profilaksis (Grace dan Borley, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Hal-hal yang dilakukan apabila sudah terjadi infeksi: 1)
penegakan diagnosis bakteri penginfeksi dengan kultur spesimen yang tepat
2)
pemberian antibiotik berdasarkan kultur (terapi absolut / definitif) dan berdasar organisme yang paling mungkin menginfeksi (terapi empirik)
3)
drainase untuk mengeluarkan kumpulan cairan yang terinfeksi (Grace dan Borley, 2006).
c. Faktor Risiko Surgical Site Infection Ada empat macam faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya Surgical Site Infection yaitu klasifikasi bedah, pemasangan implan prosthetic, lama bedah, dan co-morbiditas (Anonim, 2000). 1) klasifikasi bedah Bedah
menurut
National
Research
Council
Wound
Classification
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu bedah bersih, bedah bersih terkontaminasi, bedah terkontaminasi, dan bedah kotor. a) Bedah bersih Kriteria bedah bersih yaitu: tidak ada inflamasi, operasi tidak menembus saluran gastrointestinal, saluran pernafasan, saluran orofaring, saluran kemih, atau saluran empedu; pada operasi ini tidak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kesulitan teknis. Terdapat mikroflora kulit yang berpotensi menjadi kontaminan luka dengan perkiraan tingkat infeksi 2-4 %. b) Bedah bersih terkontaminasi Kriteria bedah ini adalah: penembusan gastrointestinal, saluran pernafasan, atau saluran kemih tetapi tidak banyak terjadi kontaminasi dengan kesulitan teknik tidak berarti dan tingkat infeksi diperkirakan sebesar 5-15%. c) Bedah terkontaminasi Kriteria bedah terkontaminasi ialah: kontaminasi berasal dari saluran gastrointestinal, bersifat akut, mengalami inflamasi nonpurulent, operasi berlangsung lama (waktu kurang dari 4 jam) atau mengalami kesulitan teknis, perkiraan tingkat infeksi sebesar 16-25%. d) Bedah kotor Kriteria untuk bedah kotor yaitu: operasi berlangsung lama lebih dari 4 jam, ada proses infeksi yang aktif atau infeksi klinis (purulent, abses, atau terdapat jaringan yang nekrosis), perforasi organ tubuh dan perkiraan tingkat infeksi sebesar 40-70% (DiPiro, Talbert, Yee, Matzle, Wells, dan Posey, 2005). 2) Pemasangan implant prosthetic 3) Lama bedah 4) Co-morbiditas Menurut American Society of Anesthesiologists (ASA) dibagi berdasar klasifikasi keadaan fisik dan yang memiliki nilai > 2 berhubungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
peningkatan risiko surgical site infection dan risiko ini merupakan tambahan risiko pada klasifikasi bedah dan lama bedah. Tabel II. Klasifikasi keadaan fisik menurut American Society of Anesthesiologists (ASA) Skor ASA 1 2 3
Keadaan Fisik Pasien dengan keadaan normal Pasien dengan penyakit sistemik sedang Pasien dengan penyakit sistemik berat yang memiliki keterbatasan aktivitas tetapi masih memiliki daya tahan tubuh Pasien yang tidak mempunyai daya tahan dengan penyakit sistemik yang dapat mengancam hidup Pasien yang hampir meninggal dan tidak dapat bertahan selama 24 jam dengan atau tanpa bedah
4 5
(Anonim, 2000). Faktor risiko terjadinya surgical site infection dapat pula dari segi pasien dan segi proses bedah. Tabel berikut ini merupakan faktor risiko dari kedua aspek tersebut. Tabel III. Faktor risiko surgical site infection dari segi pasien dan segi proses bedah Segi pasien
Segi proses bedah
Umur Status nutrisi Penyakit diabetes
Durasi pembersihan bedah Persiapan preoperatif Pencukuran daerah operasi
Perokok Obesitas Sudah terjadi infeksi terlebih dahulu Kolonisasi dengan mikroorganisme resisten Respon imun Lamanya tinggal saat preoperasi
Lama bedah Antibiotik profilaksis Ventilasi ruang operasi Sterilisasi alat-alat bedah Pemasangan implan prosthetic Drainase bedah Tehnik bedah
(DiPiro dkk., 2005) C. Antibiotik Profilaksis 1. Definisi Antibiotik Profilaksis Antibiotik profilaksis merupakan antibiotik yang diberikan untuk sebelum terjadi kontaminasi pada jaringan atau cairan pada tubuh. Tujuan pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
antibiotik profilaksis untuk mencegah berkembangnya infeksi. Antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah infeksi pada pasien yang berisiko tinggi maupun dari prosedur yang berisiko terjadinya infeksi (DiPiro dkk., 2005). Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis: a. pemilihan antibiotik efektif untuk mengatasi tipe kontaminasi b. penggunaan antibiotik hanya digunakan pada risiko infeksi c. pemberian antibiotik harus sesuai dosis dan waktu pemberian d. dosis dihentikan sebelum terjadi risiko efek samping lebih besar dibanding keuntungannya (Doherty dan Way, 2006). 2. Jenis-Jenis Antibiotik Profilaksis Cefazolin, cefotaxime, ceftriaxone, dan cefuroxime digunakan sebagai perioperatif untuk mengurangi kejadian infeksi pada pasien dengan bedah yang mengenai saluran pencernaan atau saluran kencing, bedah kandungan, bedah kardiovaskular, bedah noncardiac thoracic atau prosthetic arthoplasty. Bukti yang menyatakan bahwa dengan anti infektif yang sesuai dapat mencegah infeksi terutama pada infeksi luka. Pemilihan profilaksis harus dipertimbangkan terhadap risiko efek samping (seperti reaksi sensitivitas), resistensi bakteri, atau superinfeksi, interaksi obat, dan biaya. Profilaksis sebelum operasi biasanya hanya direkomendasikan untuk prosedur dengan risiko infeksi yang tinggi, prosedur yang meliputi implantasi material prosthetic, dan prosedur yang mengakibatkan infeksi yang serius (McEvoy, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tidak ada bukti bahwa generasi III cephalosporin lebih efektif dibanding generasi I dan II cephalosporin (misal cefazolin, cefuroxime) untuk profilaksis pada bedah obsgin, saluran empedu, kardiovaskular, atau pada bedah orthopaedi. Generasi III cephalosporin (misal cefoperazone, cefotaxime, ceftriaxone, ceftazidime, ceftizoxime) atau generasi IV cephalosporin (misal cefepime) sebaiknya tidak digunakan untuk profilaksis karena beberapa alasan yaitu harganya yang mahal, beberapa kurang aktif dibanding cefazolin dalam mengatasi staphylococci dan memiliki aktivitas spektrum yang lebih lebar untuk organisme pada bedah elektif, dan penggunaannya sebagai profilaksis dapat meningkatkan kejadian resistensi (McEvoy, 2005). 3. Rekomendasi Antibiotik Profilaksis pada Bedah Orthopaedi Antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi (pada total joint replacement, fiksasi internal fraktur), merekomendasikan penggunaan cefazolin dengan rute pemberian secara intravena atau sebagai pilihan lain yaitu dengan pemberian vancomycin secara intravena pada pasien yang hipersensitif terhadap β-lactam atau di rumah sakit yang diketahui S.aureus dan S.epidermidis (bakteri yang sering diketahui sebagai penyebab infeksi luka) telah resisten terhadap oxacillin (McEvoy, 2005). 4. Waktu dan Dosis Pemberian Pemberian antibiotik profilaksis dosis tunggal secara intravena diberikan tidak lebih dari 30 menit sebelum mulai bedah agar konsentrasi dalam jaringan adekuat sampai proses bedah selesai. Jika bedah berlangsung lama (lebih dari 4 jam), banyak kehilangan darah, atau antibiotik yang digunakan memiliki waktu paruh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pendek (misal cefoxitine), maka diberikan dosis tambahan antibiotik profilaksis 1 atau lebih selama proses bedah setiap 4-8 jam selama durasi bedah (McEvoy, 2005). Menurut Therapeutic Guidelines Antibiotic Version 12, antibiotik profilaksis diberikan secara parenteral, namun pada keadaan tertentu dapat diberikan secara oral atau suppositoria. Pemberian
secara intravena segera setelah pasien mendapat
induksi anestesi, pemberian intramuskular pada saat premedikasi, pemberian suppositoria 2-4 jam sebelum pembedahan, dan per oral 6-12 jam sebelum pembedahan. Durasi optimal profilaksis tidak dapat diperkirakan tetapi biasanya tidak lebih dari 24 jam dan antibiotik profilaksis dosis kedua pada bedah diberikan apabila bedah berlangsung lama (lebih dari 3 jam). Selain itu, antibiotik dosis kedua diberikan apabila: a. ada penundaan pada permulaan bedah b. jika bedah berlangsung lama sehingga pemberian profilaksis berikutnya menjadi setengah dari interval dosis terapeutik awal. Sebagai contoh interval dosis awal 6 jam, maka interval dosis kedua setelah 3 jam c. pada keadaan spesifik, contohnya pada amputasi ischaemic limb (Anonim, 2003). Berikut ini merupakan terapi empirik (educated guess) yaitu terapi berdasarkan kuman penginfeksi yang pada umumnya muncul pada bedah orthopaedi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tabel IV. Terapi empirik antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi Kuman penginfeksi Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis
Rekomendasi Antibiotik Profilaksis Pengantian sendi: Cefazolin 1 g x 1 preop, lalu pemberian setiap 8 jam ialah 2x Fraktur lutut: ketentuannya sama diatas kecuali dilanjutkan untuk 48 jam
Keterangan Fraktur terbuka diasumsikan terkontaminasi dengan basillus gram-negatif: maka aminoglokosida bisa digunakan
(DiPiro dkk., 2005) D. Drug Related Problems (DRPs) 1. Definisi Drug Related Problems Drug Related Problems yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang dialami oleh pasien pada waktu menjalani terapi pengobatan dan dapat mengganggu outcome yang diharapkan dan dapat juga dapat merugikan pasien. Drug Related Problems sering dialami pada waktu penggunaan obat dalam praktek klinis yang dapat berakibat pada ketidakrasionalan penggunaan obat. Permasalahan dalam terapi obat dapat dipengaruhi oleh keadaan pasien dan obat itu sendiri serta diperlukan peran farmasis dalam mengatasi dan mencegah ketidakrasionalan pengobatan (Cipolle dkk., 2004). 2. Pengelompokan Drug Related Problems Permasalahan yang sering muncul dapat dikelompokkan menjadi 7 drug related problems yang berkaitan dengan indikasi, efektivitas, keamanan, dan kepatuhan. Ketujuh Drug Related Problems tersebut adalah: a. terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy) b. memerlukan terapi tambahan (needs additional drug therapy)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. pemilihan obat yang kurang efektif (ineffective drug) d.
dosis terlalu rendah (dosage too low)
e. efek obat merugikan (adverse drug reaction) f. dosis terlalu tinggi (dosage too high), dan g.
ketidakpatuhan pasien (noncompliance)
Dari ketujuh permasalahan tersebut dapat diketahui outcome dari pasien yang berupa keamanan dan efektivitas terapi (Cipolle dkk., 2004). 3. Penyebab Drug Related Problems Berikut ini merupakan penyebab-penyebab Drug Related Problems yang dapat terjadi pada terapi. Tabel V . Penyebab-penyebab drug related problems menurut pengelompokan jenis DRPs (Cipolle dkk., 2004)
Jenis DRPs Terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)
Penyebab DRPs Terapi yang diperoleh saat ini sudah tidak sesuai. Menggunakan terapi polifarmasi yang seharusnya dapat menggunakan terapi tunggal. Kondisi yang seharusnya mendapat terapi non farmakologi. Terapi efek samping yang dapat diganti dengan penggantian pengobatan lainnya. Penyalah-gunaan obat, penggunaan alkohol, dan kebiasaan merokok yang menjadi masalah.
Memerlukan terapi tambahan (needs additional drug therapy)
Munculnya kondisi kronis yang membutuhkan terapi. Memerlukan terapi pencegahan untuk mengurangi risiko munculnya kondisi medis yang baru. Tambahan terapi obat kombinasi untuk memperoleh efek yang kuat atau efek tambahan.
Pemilihan obat yang kurang efektif (ineffective drug)
Obat yang digunakan tidak efektif dengan kondisi medis yang dihadapi. Kondisi medis yang sukar untuk sembuh dengan pengobatan saat itu. Bentuk sediaan yang kurang tepat. Obat yang digunakan tidak sesuai dengan indikasi yang diterapi.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel V. lanjutan Dosis terlalu rendah (dosage too low)
Dosis terlalu rendah untuk dapat memberikan respon. Jarak pemberian obat dalam frekuensi yang jarang untuk memberikan respon. Interaksi obat mengurangi jumlah obat yang tersedia dalam bentuk aktif. Durasi terapi obat terlalu pendek untuk menghasilkan respon.
Efek obat merugikan (adverse drug reaction)
Obat menimbulkan efek yang tidak diinginkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis. Obat yang aman memiliki faktor risiko. Interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diharapkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis. Aturan dosis telah diberikan atau diubah terlalu cepat. Obat yang menyebabakan alergi. Obat yang memiliki kontraindikasi yang merupakan faktor risiko.
Dosis terlalu tinggi (dosage too high)
Dosis yang diberikan terlalu tinggi. Frekuensi pemberian obat terlalu pendek. Durasi terapi pengobatan terlalu panjang. Interaksi obat dapat menghasilkan reaksi toksik. Obat diberikan terlalu cepat.
Ketidakpatuhan pasien (noncompliance)
Pasien tidak memahami perintah. Pasien lebih suka tidak menggunakan obat. Pasien lupa untuk menggunakan obat. Obat terlalu mahal untuk pasien. Pasien tidak dapat menelan obat atau menggunakan obat sendiri secara tepat. Obat yang digunakan tidak cocok untuk pasien.
E. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kajian tentang penggunaan antibiotik profilaksis yang meliputi golongan dan jenis antibiotik profilaksis, indikasi dan pilihan terapi antibiotik profilaksis, rute pemberian, waktu pemberian,
dan
outcome terapi serta untuk mengetahui ada tidaknya DRPs penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 – September 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian noneksperimental karena tidak ada perlakuan pada subyek uji. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif evaluatif yang menggambarkan keadaan pada periode tertentu serta tidak mengkorelasikan antarvariabel dan dari data yang diperoleh dilakukan evaluasi terhadap adanya Drug Related Problems (DRPs). Penelitian bersifat retrospektif yaitu mengambil data dari data yang sudah ada yaitu kartu rekam medik bulan Agustus 2007 - September 2007. B. Definisi Operasional a. Pasien adalah yang menjalani bedah orthopaedi kasus fraktur baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007. b. Nama obat yaitu nama generik yang digunakan selama perawatan di rumah sakit. c. Antibiotik profilaksis yaitu antibiotik yang digunakan sebelum terjadi infeksi dan digunakan pada operasi yang memiliki risiko tinggi terhadap munculnya infeksi. d. Cara pemberian yaitu pemberian obat kepada pasien secara oral, intravena, intramuscular, atau per rektal.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
e. Evaluasi yaitu melihat penggunaan antibiotik profilaksis serta menganalisis kerasionalan dan permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan antibiotik profilaksis dengan mengetahui adanya drug related problems yang muncul. f. Lama perawatan yaitu waktu yang diperlukan pasien menjalani perawatan di rumah sakit. g. Outcome terapi yaitu kondisi pasien ketika keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan yang meliputi pasien sembuh / membaik, pulang atas permintaan sendiri, atau pasien memburuk. C. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah pasien yang menjalani bedah orthopaedi kasus fraktur yang memperoleh antibiotik profilaksis di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007. D. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kartu rekam medik pada pasien bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 – September 2007. E. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di bagian rekam medik RS Panti Rapih Yogyakarta Jl. Cik Ditiro No.30 Yogyakarta. F. Jalannya Penelitian Jalannya penelitian terbagi menjadi 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap analisis situasi, tahap pengumpulan data, dan tahap evaluasi data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1. Tahap Perencanaan Tahap ini dilakukan dengan mengajukan proposal dan surat ijin ke bagian personalia RS Panti Rapih untuk dibawa kepada direktur RS Panti Rapih sebagai bahan pertimbangan penelitian dapat atau tidak dapat dilaksanakan. 2. Tahap Analisis Situasi Pada tahap ini dilakukan dengan mencari informasi mengenai jumlah pasien bedah orthopaedi pada umumnya dan secara khusus pasien fraktur pada periode Agustus 2007 - September 2007. Jumlah pasien orthopaedi yaitu 180 pasien baik itu yang menjalani bedah maupun yang tidak menjalani bedah. Pasien yang memiliki diagnosa fraktur yaitu sebanyak 119 pasien baik yang menjalani bedah maupun yang tidak menjalani bedah, dan sebanyak 101 pasien fraktur menjalani bedah yang dievaluasi penggunaan antibiotik profilaksisnya. 3. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari kartu rekam medis pasien bedah orthopaedi kasus fraktur yang meliputi data diri pasien, penggunaan obat selama perawatan di rumah sakit, lama bedah, dan data lab yang mendukung. 4. Tahap Evaluasi Data Data yang diperoleh dari pengumpulan data kemudian dikelompokkan ke dalam 4 bagian yaitu: gambaran umum, profil penggunaan obat, profil penggunaan antibiotik profilaksis, dan Drug Related Problems (DRPs).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
G. Tahap Analisis Data 1. Gambaran Umum Analisis data dari pengelompokan pasien fraktur berdasarkan jumlah pasien, distribusi umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, dan penyebab fraktur dengan menggunakan rumus (1). 2. Profil penggunaan obat Pengelompokan obat berdasarkan efek farmakologis yaitu Anti Tetanus Serum (ATS), Tetanus Toxoid (TT), analgesik / antinflamasi, obat saluran cerna, obat antidiabetik, obat saluran nafas, sistem kardiovaskular, obat skeletal dan sendi, anestesi, vitamin, infus, dan antiinfeksi. Penghitungan persentase profil penggunaan obat dengan rumus (1). 3. Profil Penggunaan Antibiotik Profilaksis Penggunaan antibiotik profilaksis dikelompokkan menjadi 4 yaitu: golongan dan jenis antibiotik profilaksis, indikasi dan pilihan terapi antibiotik profilaksis, rute pemberian, dan waktu pemberian antibiotik profilaksis. Penghitungan persentase profil penggunaan antibiotik profilaksis dengan rumus (1). 4.
Drug Related Problems (DRPs)
Identifikasi DRPs dilakukan untuk dapat mengetahui permasalahan yang terkait dengan penggunaan antibiotik profilaksis serta dapat menentukan kerasionalan penggunaan antibiotik profilaksis. DRPs yang ada yaitu: a. terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy) b. memerlukan terapi tambahan (needs additional drug therapy)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c. pemilihan obat yang kurang efektif (ineffective drug) d.
dosis terlalu rendah (dosage too low)
e. efek obat merugikan (adverse drug reaction) f. dosis terlalu tinggi (dosage too high), dan g.
ketidakpatuhan pasien (noncompliance) Presentase (%) DRPs dihitung dengan rumus (1). Dari ketujuh DRPs
tersebut diperoleh 66 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan memilki DRPs yang meliputi 1 kasus terapi tanpa indikasi, 44 kasus dosis terlalu rendah, 24 kasus efek obat merugikan, dan 54 kasus dosis terlalu tinggi. Kriteria inklusi evaluasi DRPs penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur. Data memuat: a. penggunaan antibiotik profilaksis (jenis, cara pemberian, durasi pemberian dan waktu pemberian antibiotik profilaksis) b. lama operasi (untuk menentukan ketepatan frekuensi antibiotik profilaksis) c. jenis operasi (untuk menentukan ketepatan indikasi pemberian antibiotik profilaksis) Acuan yang digunakan untuk evaluasi DRPs yaitu Pharmaceutical Care Practice : The Clinician’s Guide 2nd ed. (Cipolle dkk., 2004), Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach 6th ed. (DiPiro dkk., 2005) untuk terapi kuman penginfeksi, Therapeutic Guidelines Antibiotic Version 12 (Anonim, 2003) untuk evaluasi penggunaan antibiotik profilaksis, dan untuk penggunaan antibiotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
profilaksis pada bedah orthopaedi menggunakan standar AHFS Drug Information ® (McEvoy, 2005). 5. Outcome terapi Outcome terapi dapat diketahui dari lama tinggal di rumah sakit (length of stay), kondisi pasien keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan yang meliputi pasien sembuh / membaik, pulang atas permintaan sendiri, atau pasien memburuk. Rumus yang digunakan: Persentase (%) =
jumlah kasus / jumlah pasien Χ100% total ( n)
H. Kesulitan-kesulitan selama penelitian 1. Waktu pengambilan data di RS Panti Rapih Yogyakarta sangat singkat (4 jam), maka diperlukan membuat blangko terlebih dahulu sehingga pengambilan data lebih teratur dan efisien. 2. Pengambilan data agak terhambat dengan kesibukan dari rumah sakit, sehingga diperlukan komunikasi antara peneliti dengan pihak rumah sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Gambaran umum pasien fraktur merupakan gambaran mengenai pasien yang mengalami fraktur yang dilihat dari berbagai aspek, disajikan dalam 4 bagian yaitu: persentase pasien fraktur berdasarkan umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, dan berdasarkan penyebabnya. 1. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Umur Pasien bedah orthopaedi kasus fraktur dikelompokkan berdasarkan umur 010 tahun, 11-20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan lebih dari 60 tahun. Presentase pasien fraktur disajikan pada gambar 3.
13,86%
1-10 tahun
4,95% 17,82%
12,87%
11-20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun
11,88%
24,75% 13,86%
51-60 tahun > 60 tahun
Gambar 3. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Umur di RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 - September 2007
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dari gambar 3 dapat diketahui jumlah pasien fraktur yang berumur 21-30 tahun memiliki persentase paling banyak yaitu 24,75%. 2. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 4 menunjukkan sebanyak 59,4% pasien laki-laki dengan kasus fraktur dan sebanyak 40,6% pasien wanita dengan kasus fraktur. Gambaran persentase kasus fraktur berdasarkan jenis kelamin disajikan pada gambar 4.
40,60%
laki-laki 59,40%
perempuan
Gambar 4. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Jenis Kelamin di RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 - September 2007
3. Persentase Pasien Fraktur dengan Penyakit Penyerta Penyakit penyerta yang paling banyak diderita pasien fraktur yaitu hipertensi yaitu sebanyak 8,90%. Penyakit penyerta ini berhubungan dengan pengobatan dan perawatan di rumah sakit serta berpengaruh terhadap proses bedah yang akan dilakukan, karena keadaan pasien harus terkontrol selama proses bedah. Pasien fraktur dengan hipertensi dilakukan cek tekanan darah setiap 4 jam selama perawatan. Perawatan pasien dengan penyakit diabetes mellitus sebanyak 4,95% juga diperhatikan yaitu dengan pengecekan secara rutin kadar glukosa dalam darah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko terjadinya infeksi karena kadar glukosa darah yang tinggi merupakan media pertumbuhan mikroorganisme sehingga meningkatkan risiko infeksi. Persentase pasien fraktur berdasarkan penyakit penyerta disajikan dalam gambar 5.
2,97%
0,99%
4,95%
DM hipertensi asthma
8,90%
penyakit jantung
Gambar 5. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Penyakit Penyerta di RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 - September 2007
4. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Penyebab Penyebab fraktur dapat bermacam-macam yaitu karena kecelakaan lalulintas, kecelakaan kerja ataupun karena saat berolahraga (sport injury). Fraktur dapat terjadi karena adanya tekanan atau hentakan yang keras pada tulang. Pada pasien fraktur, sebanyak 98,02% mengalami fraktur karena kecelakaan baik itu kecelakaan lalu-lintas maupun kecelakaan kerja, ataupun kecelakaan lainnya seperti jatuh terpeleset. Sebanyak 1,98% mengalami fraktur karena sport injury. Persentase pasien fraktur berdasarkan penyebab disajikan dalam gambar 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
1,98% kecelakaan sport injury 98,02%
Gambar 6. Persentase Pasien Fraktur Berdasarkan Penyebab di RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 - September 2007
B. Profil Penggunaan Obat Penggunaan obat pada pasien fraktur disajikan dalam tabel VI berikut. Tabel VI. Profil penggunaan obat pada pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan Obat
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
ATS (Anti Tetanus Serum) TT (Tetanus Toxoid) Analgesik / antiinflamasi Saluran cerna Antidiabetik Saluran nafas Sistem kardiovaskular Otot skeletal dan sendi Anestesi Vitamin Antiinfeksi Infus
Jumlah kasus (n=101) 34 1 99 74 3 25 46 85 101 54 101 99
Persentase (%) 33,66% 0,99% 98,01% 73,27% 2,97% 24,75% 45,54% 84,16% 100% 53,47% 100% 98,02%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
analgesik / antiinflamasi
30
profil penggunaan obat anestesi antiinfeksi obat otot infus skeletal dan obat saluran sendi cerna vitamin obat sistem kardiovaskular
ATS
tetanus toxoid
obat saluran antidiabetiknafas
Gambar 7. Profil penggunaan obat pada pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007
1.
Anti Tetanus Serum (ATS) Sebagian besar kejadian fraktur disebabkan oleh kecelakaan. Hal ini
merupakan risiko terkenanya penyakit tetanus dan pemberian anti tetanus serum bertujuan untuk mencegah munculnya tetanus yang berhubungan dengan luka yang dialami pasien. ATS pada pasien fraktur diberikan pada saat pasien datang ke rumah sakit (pada waktu berada di IGD) dan sebanyak 33,66% pasien fraktur memperoleh ATS. Cara kerja ATS yaitu untuk memberikan kekebalan pasif karena ATS mengandung antibodi tetanus yang sudah dinetralkan yang dihasilkan dari eksotoksin C. Tetani. Pemberian ATS ditujukan untuk pasien yang telah menerima imunisasi tetanus atau tetanus toxoid. 2.
Tetanus Toxoid (TT) Tetanus toxoid bekerja dengan merangsang kekebalan aktif untuk penyakit
tetanus dengan rangsangan untuk menghasilkan antitoksin yang spesifik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Sebanyak 0,99% pasien fraktur mendapatkan tetanus toxoid dan pasien tersebut belum pernah memperoleh imunisasi tetanus atau tetanus toxoid. 3.
Analgesik / Antiinflamasi Nyeri yang dirasakan pasien fraktur disebabkan oleh kerusakan jaringan
karena rangsangan mekanis (benturan) yang dapat mengakibatkan pelepasan mediator nyeri dan obat analgesik digunakan untuk mengurangi nyeri. Persentase golongan dan jenis obat analgesik yang digunakan pada pasien fraktur disajikan dalam tabel VII. Tabel VII. Golongan dan jenis obat analgesik / antiinflamasi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1
Analgesik
Jenis obat Non-opioid o Kombinasi parasetamol dan nasetilsistein o Kombinasi parasetamol dan tramadol o Kombinasi Dipiron dan diazepam o Parasetamol o Metampiron Opioid o Kodein fosfat o Fentanyl o Pethidin o Morphin o Tramadol HCL
Jumlah kasus (n=101)
Persentase (%)
1
0,99%
60
59,41%
2
1,98%
5 5
4,95% 4,95%
1 25 11 4 57
0,99% 24,75% 10,89% 3,96% 54,44%
Obat analgesik golongan non-opioid yang paling banyak digunakan adalah kombinasi parasetamol dan tramadol, sedangkan penggunaan analgesik opioid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang paling banyak yaitu fentanyl. Penggunaan analgesik opioid dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan ketergantungan, maka perlu diperhatikan waktu pemakaian obat golongan opioid. Efek lain yang bisa muncul yaitu berkurangnya kepekaan jaringan karena pemakaian yang lama sehingga obat kurang efektif dan akan meningkatkan dosis untuk mencapai efek terapi sehingga dapat muncul toksisitas. Pada penelitian ini, analgesik opioid digunakan dalam anestesi yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit pada saat operasi berlangsung. 4.
Saluran Cerna Golongan dan jenis obat saluran cerna pada pasien fraktur disajikan pada
tabel VIII. Tabel VIII. Golongan dan jenis obat saluran cerna pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1
Antiemetik
2 3
4
Antipeptik, gastroduodenitis Antitukak
Pencahar
Jenis obat Prokinetik o Metoklopramid HCL Antagonis reseptor serotonin o Ondansetron o Kleboprida maleat Antacida o Kombinasi Al Mg(OH)2, Al(OH)3, dimetilpolysilo xane Antagonis reseptor H2 o Simetidin o Ranitidin Stimulan dan pelunak feses o Bisacodyl
Jumlah kasus (n=101)
Persentase (%)
36
35,64%
36 5
35,64% 4,95%
3
2,97%
1 37
0,99% 36,63%
2
1,98%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gangguan saluran cerna yang dialami pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat berupa penyakit yang sudah diderita pasien sebelumnya, atau karena gangguan pada saat perawatan di rumah sakit. Perawatan pasien dengan gangguan pencernaan perlu diperhatikan untuk kenyamanan pasien pada waktu perawatan di rumah sakit. Obat yang paling banyak digunakan yaitu ranitidin (golongan antagonis reseptor H2) yang mempunyai mekanisme mengurangi asam lambung. Selain itu, gangguan pencernaan yang sering dialami pasien bedah yaitu adanya dorongan untuk muntah karena efek dari anestesi, maka antiemetik diberikan untuk mengatasi mual dan muntah. Antiemetik yang digunakan untuk mual dan muntah pada pasien yang menjalani bedah yaitu metoklopramid HCl dan ondansetron. 5.
Obat Antidiabetik Salah satu penyakit penyerta pada pasien fraktur yaitu diabetes.
Pemeliharaan diabetes pelu diperhatikan supaya dalam menjalani bedah tidak terjadi komplikasi yang parah karena diabetes merupakan faktor risiko terjadinya infeksi karena tingginya kadar glukosa dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme. Obat antidiabetes digunakan untuk mengendalikan kadar glukosa pada pasien fraktur sehingga dapat mempercepat penyembuhan infeksi. Persentase golongan dan jenis obat antidiabetik yang digunakan pada pasien fraktur disajikan dalam tabel IX.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel IX. Golongan dan jenis obat antidiabetik pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1 2
Antidiabetes injeksi Obat hipoglikemik oral
Jenis obat Insulin Sulfonifurea o Glimepiride
Jumlah kasus (n=101) 2
Persentase (%)
1
0,99%
1,98%
Obat antidiabetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah insulin dan glimepiride. Pada pasien fraktur juga dilakukan pengecekan glukosa darah secara rutin dan dilakukan diit glukosa supaya kadar glukosa dalam darah stabil. 6.
Saluran nafas Persentase golongan dan jenis obat saluran nafas disajikan dalam tabel X.
Tabel X. Golongan dan jenis obat saluran nafas pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1
Bronkodilator
2
Mukolitik
3
Simpatomimetik dan antiinflamasi (kombinasi)
Jenis obat Methilxanthine o Teofilin Sulfidril N-asetil sistein β agonis selektif
o Salmeterol Kortikosteroid o Flutikason
Jumlah kasus (n=101)
Persentase (%)
4 1
3,96% 0,99%
1
0,99%
Obat saluran nafas digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan pada pernafasan. Pada penelitian ini, pasien mengalami gangguan pernafasan karena penyakit asma yang diderita sehingga perlu pengobatan yang tepat supaya tidak mengganggu proses operasi yang dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
35
Sistem kardiovaskular Pasien fraktur dengan penyakit penyerta yang berhubungan dengan sistem
kardiovaskular contohnya hipertensi memerlukan tindakan yang tepat dalam perawatan. Pada penelitian ini pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap 4 jam dalam sehari pada pasien dengan hipertensi yang tidak stabil. Persentase golongan dan jenis obat sistem kardiovaskular disajikan pada tabel XI. Tabel XI. Golongan dan jenis obat sistem kardiovaskular pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1
Antiaritmia
2 ¾
Antihipertensi Diuretik
¾ Penghambat ACE ¾ Antagonis reseptor Angiotensin II ¾ Obat antihipertensi yang bekerja sentral ¾ Penghambat kanal kalsium
3
Obat yang mempengaruhi sistem koagulasi darah
4
Antihiperlipidemia
Jenis obat
Jumlah kasus (n = 101)
Persentase (%)
4
3,96%
1
0,99%
2
1,98%
1 3 1
0,99% 2,97% 0,99%
o Klonidin HCL Dihidropiridin
7
6,93%
o Amlodipin besilat o Nifedipin Non dihidropirin o Diltiazem HCL Hemostatis
1 7
0,99% 6,93%
5
4,95%
o Asam traneksamat Penghambat HMGCoA reduktase o Atorvastatin
24
23,76%
1
0,99%
Hydantoin o Fenitoin natrium Tiazid o Hidroklorotiazid Diuretik kuat (loop diuretic) o Furosemid Osmotik o Manitol Kaptopril Kondesartan Adrenergik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pada penelitian ini, obat yang mempengaruhi sistem koagulasi darah banyak digunakan pada saat pasien tiba di IGD karena untuk menghentikan pendarahan karena kecelakaan. 8.
Otot skeletal dan sendi Penggunaan obat untuk otot skeletal dan sendi disajikan dalam tabel XII
berikut. Tabel XII. Golongan dan jenis obat otot skeletal dan sendi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1
Antiinflamasi ¾
¾
AINS
Kortikosteroid
2
Parasimpatomimetik
3
Pelemas otot rangka
Jenis obat
Derivat asam asetat o Na diklofenak o Ketorolak trometamol Derivat asam propionat o Ketoprofen Penghambat COX-2 o Parecoxib natrium o Celecoxib Derivat asam antranilat o Asam mefenamat Tinoridin Deksametason Metilprednisolon Penghambat kolinesterase o Neostigmin Penghambat neuromuskular o Atrakurium besilat o Vekuronium bromida o Suksinilkolin o Benzodiazepin o Diazepam
Jumlah kasus (n=101)
Persentase (%)
6 72
5,94% 71,29%
51
50,49%
19 2
18,81% 1,98%
14 2 5 2
13,86% 1,98% 4,95% 1,98%
4
3,96%
10 20
9,90% 19,80%
1 4 16
0,99% 3,96% 15,84%
Penggunaan obat otot dan skeletal yang paling banyak pada pasien fraktur yaitu golongan AINS untuk antiradang. Obat golongan AINS untuk antiradang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang paling banak digunakan yaitu ketorolak trometamol. Pada penelitian ini digunakan golongan obat untuk pelemas otot nondepolarisasi yang bekerja dengan menghambat transmisi sambungan di otot dan saraf, sehingga dapat diperoleh relaksasi otot yang akan memudahkan dalam pembedahan. Pemberian ulangan pelemas otot nondepolarisasi pada proses bedah diperlukan saat durasinya melampaui proses bedah. 9.
Anestesi Pemberian anestesi pada pasien fraktur diberikan saat proses bedah dengan
tujuan menghilangkan kesadaran pasien selama pembedahan agar pasien tidak merasakan sakit. Anestesi yang diberikan harus dapat menginduksi kesadaran dan dapat mempertahankan anestesi sampai proses bedah selesai. Untuk itu, keadaan pasien perlu diperhatikan pada pemberian anestesi. Anestesi yang paling banyak digunakan adalah propofol. Propofol merupakan anestesi umum yang dapat menginduksi kesadaran dan dapat mempertahankan anestesi pada pasien bedah hingga proses selesai. Pemberian anestesi secara intravena diharapkan memperoleh efek yang cepat. Pada penelitian ini, anestesi dapat diberikan secara intravena maupun inhalasi. Pada penelitian ini anestesi inhalasi diberikan dengan N2O dan O2 saat respirasi untuk pemeliharaan (mempertahankan keadaan anestesi) selama bedah berlangsung. Tabel XIII. Cara pemberian anestesi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Cara pemberian anestesi
1 2 3
Intravena Inhalasi Intravena + inhalasi
Jumlah kasus (n=101) 65 36
Persentase 64,36% 35,64%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Persentase golongan dan jenis obat anestesi disajikan dalam tabel XIV. Tabel XIV. Golongan dan jenis obat anestesi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1
Anestesi
2
Ansiolitik dan neuroleptik Simpatomimetik
3
10.
Jenis obat
Jumlah kasus (n=101)
Persentase (%)
19 60
18,81% 59,41%
5 16 18
4,95% 15,84% 17,82%
42
41,58%
14
13,86%
10 24 1 8 26 23
9,90% 23,76% 0,99% 7,92% 25,74% 22,77%
15
14,85%
Anestesi umum o Ketamin o Propofol Anestesi inhalasi o Isoflurane o Sevoflurane o Furane Anestesi lokal o Lignokain HCl o Bupivakain HCl o Chirokain o Sedacum o Melocain o Sedocain o Benzodiazepin Midazolam
Alfa/beta agonis o Ephedrin
Vitamin Persentase penggunaan vitamin pada pasien fraktur disajikan dalam tabel
XV. Tabel XV. Golongan dan jenis vitamin pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan vitamin
Jumlah kasus
Persentase (%)
(n=101) 1
Kalsium + vitamin
25
24,75%
2
Vitamin C
2
1,98%
3
Vitamin B1
7
6,93%
4
Obat metabolisme tulang
30
29,70%
5
Multivitamin + mineral
10
9,90%
6
Obat metabolisme
8
7,92%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pemberian vitamin sangat penting untuk pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit untuk menjaga kondisi tubuh pasien agar tidak menurun. Pada pasien fraktur ini, pemberian obat metabolisme tulang dan kalsium penting untuk proses penyembuhan setelah dilakukan bedah. 11.
Infus Ketersediaaan cairan dan elektrolit diperlukan pada pasien yang menjalani
perawatan di rumah sakit. Infus yang mengandung elektrolit-elektrolit (Natrium, Kalium, Clorida) dan cairan diberikan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit karena pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit tidak cukup memenuhi kebutuhan asupan secara per oral. Persentase pemberian infus pada pasien fraktur disajikan dalam tabel XVI. Tabel XVI. Golongan dan jenis infus pada pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan infus
Jumlah kasus
Persentase (%)
(n=101) 1
Ringer Asetat
66
65,35%
2
Elektrolit (Na, K, Cl) +
25
24,75%
laktat, glukosa
12.
3
Dextrosa
26
29,70%
4
NaCl
15
14,85%
Antiinfeksi Persentase golongan dan jenis obat antiinfeksi yang digunakan pada pasien
fraktur disajikan dalam tabel XVII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel XVII. Golongan dan jenis obat antiinfeksi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1
Sefalosporin Generasi I Generasi III
2
Quinolon
3 4
Penisilin spektrum luas Aminoglikosida
5
Kombinasi sulfonamid dan trimetoprim
Jenis obat
Jumlah kasus (n=101)
Persentase (%)
cefazolin cefradin cefixime cefadroxil cefoperazon ceftriakson ceftazidim ciprofloksasin ofloksasin amoksisilin amikasin sulfat gentamisin kotrimoksasol
36 30 6 4 3 12 17 22 1 6 4 1 1
35,64% 29,70% 5,94% 3,96% 2,97% 11,88% 16,83% 21,78% 0,99% 5,94% 3,96% 0,99% 0,99%
Antibiotika yang digunakan efektif untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang menginfeksi dapat diketahui dari pemeriksaan kultur maupun dari pustaka (educated guest). Bakteri yang umumnya menginfeksi pada kasus fraktur yaitu Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis, selain itu bakteri lain yang menginfeksi terutama pada daerah luka operasi yaitu Staphylococcus aureus dan bakteri gram-negatif yang berbentuk batang. Antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu golongan sefalosporin yang bekerja dengan menghambat sinstesis dinding sel bakteri. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa pengobatan infeksi pada fraktur yang meliputi pada daerah luka maupun pada tulang menggunakan antibiotik golongan sefalosporin terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sefazolin. Sefazolin merupakan golongan sefalosporin generasi I sehingga dapat meminimalisasikan efek resistensi bakteri. Antiinfeksi yang digunakan digolongkan menjadi 2 jenis yaitu terapi dan profilaksis. Pada pasien fraktur tidak semua menggunakan antibiotik profilaksis karena tergantung jenis bedah dan tergantung keadaan bedah yang dilakukan. Jika bedah yang dilakukan steril dan tidak terdapat risiko terjadinya infeksi maka tidak perlu digunakan antibiotik profilaksis. C. Profil Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada profil penggunaan antibiotik profilaksis akan dibagi menjadi golongan dan jenis antibiotik profilaksis, indikasi dan pilihan terapi antibiotik profilaksis, rute pemberian, dan waktu pemberian antibiotik profilaksis. 1.
Golongan dan jenis antibiotik profilaksis Tabel XVIII menyajikan persentase (%) golongan dan jenis antibiotik
profilaksis pasien fraktur. Tabel XVIII. Golongan dan jenis antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Golongan obat
1
Sefalosporin Generasi I Generasi III
2
Penisilin spektrum luas
Jenis obat
Jumlah kasus (n=101)
Persentase (%)
cefazolin cefradin cefixime cefoperazon ceftriakson ceftazidim amoksisilin
29 31 1 2 12 16 1
28,71% 30,69% 0,99% 1,98% 11,88% 15,84% 0,99%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Antibiotik profilaksis yang diberikan paling banyak yaitu cefradin (golongan sefalosporin generasi I), hal ini sesuai dengan teori bahwa penggunaan sefalosporin generasi I tepat untuk kasus bedah orthopaedi. Sesuai dengan prinsip penggunaan antibiotik yaitu pemilihan antibiotik terlebih dahulu yang berspektrum sempit supaya tidak terjadi resistensi bakteri yang akan memperlama perawatan dan bertambahnya biaya perawatan karena umumnya antibiotik generasi III atau IV harganya mahal. 2.
Indikasi dan pilihan terapi antibiotik profilaksis Pemberian antibiotik profilaksis diindikasikan pada terapi yang mempunyai
risiko infeksi karena tujuan pemberian antibiotik profilaksis yaitu mengurangi kejadian infeksi. Indikasi dan pilihan terapi pada penelitian ini dilihat pada jenis bedah yang dilakukan pada pasien fraktur. Persentase jenis terapi pada pasien fraktur disajikan dalam tabel XIX. Tabel XIX. Jenis terapi pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Jenis terapi
1
Pemasangan implan (ORIF, plating, screwing) Gips + reposisi
2
Jumlah kasus (n=101) 91
Persentase (%)
6
5,94%
90,09%
Menurut teori, pemberian antibiotik profilaksis diindikasikan untuk terapi yang berhubungan dengan pemasangan alat-alat implant. Pada penelitian ini sudah sesuai bahwa tindakan pemasangan alat-alat implant diberikan antibiotik profilaksis. 3.
Rute pemberian antibiotik profilaksis Persentase rute pemberian antibiotik profilaksis disajikan dalam tabel XX.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel XX. Rute pemberian antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Rute pemberian
1 2
Intravena Lain-lain
Jumlah kasus (n=101) 101 -
Persentase (%) 100% -
Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan teori bahwa pemberian antibiotik profilaksis melalui rute parenteral (intravena). Meskipun ada rute pemberian lain yaitu secara oral atau suppositoria dalam keadaan tertentu. 4.
Waktu pemberian antibiotik profilaksis Waktu pemberian antibiotik profilaksis sangat penting diperhatikan karena
berhubungan dengan kadar antibiotik dalam darah. Jika waktu pemberian antibiotik profilaksis tidak tepat maka dapat mengakibatkan dosis terlalu rendah dalam darah sehingga tujuan pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi tidak terpenuhi. Berikut ini pada tabel XXI disajikan waktu pemberian antibiotik profilaksis pada pasien fraktur. Tabel XXI. Waktu pemberian antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No
Waktu pemberian
1 2 3 4
Kurang dari 30 menit 30 - 60 menit Lebih dari 60 menit Tidak diketahui
Jumlah kasus (n=101) 18 15 51 17
Persentase (%) 17,82% 14,85% 50,49% 16,83
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemberian antibiotik profilaksis sebelum bedah pada pasien fraktur paling banyak diberikan lebih dari 60 menit. Hal ini tidak sesuai teori bahwa pemberian antibiotik profilaksis dosis tunggal secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
intravena tidak lebih dari 30 menit atau antara 30-60 menit supaya untuk memperoleh kadar yang adekuat dalam darah hingga proses bedah selesai. Kecuali bedah yang dilakukan berlangsung lama (lebih dari 3 jam) maka diperlukan dosis kedua antibiotik profilaksis. Pada penelitian ini lama operasi rata-rata berlangsung kurang dari 3 jam sehingga tidak diperlukan pemberian antibiotik dosis kedua. D. Drug Related Problems (DRPs) Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) dilakukan dengan mengevaluasi permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007. Permasalahan yang muncul ialah pemilihan antibiotik profilaksis, waktu pemberian antibiotik profilaksis, ketepatan dosis, dan indikasi penggunaan antibiotik profilaksis. Dari 101 kasus fraktur yang menjalani bedah di unit bedah RS Panti Rapih periode Agustus 2007 - September 2007 baik itu yang menggunakan antibiotik profilaksis ataupun yang tidak menggunakan antibiotik profilaksis terdapat 66 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan mengalami permasalahan dalam penggunaan antibiotik profilaksis. Dari 66 pasien tersebut diperoleh 4 kasus DRPs yaitu kasus terapi tanpa indikasi, dosis terlalu rendah, efek obat merugikan, dan dosis terlalu tinggi. DRPs yang diperoleh yaitu 1 kasus terapi tanpa indikasi, 44 kasus dosis terlalu rendah, 24 kasus efek obat merugikan, dan 54 kasus dosis terlalu tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel XXII berikut ini menyajikan jenis DRPs penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur. Tabel XXII. Jenis DRPs penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 No 1 2
3 4
Jenis DRPs Terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy) Memerlukan terapi tambahan (needs additional drug therapy) Pemilihan obat yang kurang efektif (ineffective drug) Dosis terlalu rendah (dosage too low)
5
Efek obat merugikan (adverse drug reaction)
6
Dosis terlalu tinggi (dosage too high), dan
7
Ketidakpatuhan (noncompliance)
pasien
Nomor kasus (n=66) 43
Jumlah kasus 1
-
5,7,19,14,15,16, 17,18,19,22,23, 24,25,26,29,30, 32,33,35,36,37, 38,39,40,42,44, 45,47,48,49,50, 51,52,54,56,57, 58,59,60,62,63, 64,65,66 3,4,5,6,7,9,11, 13,15,17,18,20, 25,28,32,34,38, 39,41,43,44,46, 47,51 1,2,3,4,6,7,8,9, 10,11,12,13,14, 16,17,19,21,22,23, 24,25,27,28,29, 30,31,32,33,34, 35,36,40,41,42, 45,46,47,48,49, 50,51,52,53, 54,55,56,57, 59,60,61,62,63, 64,65 -
44
24
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
46
Terapi tanpa indikasi Antibiotik profilaksis diindikasikan untuk proses bedah yang mempunyai
risiko tinggi terjadinya infeksi setelah operasi. Tujuan profilaksis untuk mengurangi jumlah bakteri pada saat sayatan hingga tertutupnya luka yang merupakan titik kritis terjadinya kontaminasi supaya menurunkan kejadian infeksi setelah operasi. Pada penelitian ini (nomor kasus 43) terdapat penggunaan antibiotik profilaksis untuk terapi reposisi dan gibs. Terapi reposisi dan gibs pada fraktur merupakan terapi yang tidak mempunyai faktor risiko tinggi terjadinya infeksi karena tidak berhubungan dengan pemasangan implant. Tabel XXIII menyajikan kasus DRPs terapi tanpa indikasi untuk penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi. Tabel XXIII. Kasus DRPs terapi tanpa indikasi pada penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 Jenis DRPs
Penyebab DRPs
No kasus
Jumlah kasus
Terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)
Tidak memerlukan antibiotik profilaksis untuk jenis operasi reposisi dan gibs.
43
1
2. Dosis terlalu rendah Evaluasi DRPs dosis terlalu rendah karena kadar antibiotik pada jaringan kurang mencukupi kebutuhan saat operasi berlangsung. Ada beberapa hal yang menyebabkan kadar antibiotik rendah yaitu bentuk sediaan, waktu penggunaan antibiotik profilaksis, waktu optimum antibiotik profilaksis, dosis pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
antibiotik profilaksis, dan lama operasi. Pada penelitian ini 32 kasus DRPs dosis terlalu rendah karena waktu pemberian antibiotik profilaksis lebih dari waktu optimum antibiotik profilaksis. Pemberian antibiotik profilaksis yang tepat yaitu 3060 menit sebelum operasi dan tergantung dari waktu antibiotik tersebut mencapai kadar puncak (t mak) dalam serum dan tergantung dari t ½ eliminasi antibiotik tersebut. Selain itu, lama operasi juga dapat mempengaruhi pamberian antibiotik, jika operasinya berlangsung lama (lebih dari 3 jam) dapat diberikan antibiotik profilaksis dosis kedua. Adanya pendarahan yang signifikan pada pasien fraktur yang menjalani operasi dapat menurunkan kadar antibiotik profilaksis dalam darah sehingga kadar antibiotik tidak mencukupi sebagai profilaksis dan dapat meningkatkan risiko infeksi setelah operasi. Berikut ini disajikan kasus DRPs dosis terlalu rendah pada penggunaan antibiotik profilaksis bedah orthopaedi. Tabel XXIV. Kasus DRPs dosis terlalu rendah pada penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 Jenis DRPs Dosis terlalu rendah (dosage too low)
Penyebab DRPs Waktu pemberian antibiotik profilaksis tidak tepat (seharusnya waktu pemberian 0,5-1 jam sebelum operasi dan disesuaikan oleh t ½ eliminasi dan waktu puncak antibiotik yang digunakan) Adanya pendarahan pada waktu operasi
No kasus 7,9,15, 16,17,18, 19,22,23, 24,25, 26,29,30, 32,33, 35,36,37, 38,39, 40,42,44, 45,47, 48,49,50, 51,52,53
Jumlah kasus 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3. Efek obat merugikan Antibiotik profilaksis yang digunakan pada bedah orthopaedi kasus fraktur yaitu cefazolin yang merupakan golongan cephalosporin generasi I. Pilihan cefazolin berdasarkan pada kuman penginfeksi yang muncul pada bedah orthopaedi yaitu Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis yang merupakan bakteri gram positif. Antibiotik golongan cephalosporin generasi I lebih aktif melawan bakteri gram positif. Sedangkan antibiotik cefalosporin generasi III lebih aktif melawan bakteri gram negatif dan kurang aktif terhadap bakteri gram positif. Efek merugikan
yang
terjadi
pada
penggunaan
antibiotik
profilaksis
golongan
cephalosporin generasi III yaitu terjadinya risiko resistensi bakteri karena memiliki aktivitas spektrum luas. Berikut ini tabel XXV yang menyajikan jenis dan penyebab DRPs untuk kasus pemilihan obat yang kurang efektif. Tabel XXV. Kasus DRPs efek obat merugikan pada penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 Jenis DRPs
Penyebab DRPs
No kasus
Jumlah kasus
Efek obat merugikan (adverse drug reaction)
Penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis
3,4,5,6,7,9,11, 13,15,17,18,20, 25,28,32,34,38, 39,41,43,44,45, 47,48,49,50,51, 52,53
29
4. Dosis terlalu tinggi Tabel XXVI menyajikan kasus DRPs dosis terlalu tinggi pada penggunaan antibiotik profilaksis untuk bedah orthopaedi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel XXVI. Kasus DRPs dosis terlalu tinggi pada penggunaan antibiotik profilaksis pasien fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 Jenis DRPs
Penyebab DRPs
No kasus
Jumlah kasus
Dosis terlalu tinggi (dosage too high)
Pengulangan dosis antibiotik profilaksis
3,4,14, 1,2,3,6,7,8,9,10, 11,12,13,14,16,17, 19,24,22,23,24,25, 27,28,29,30,31,32, 33,34,35,36,40,41, 42,43,45,46,47, 48,49,50,51,52
44
Durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam
Permasalahan berupa penggunaan dosis antibiotik profilaksis yang terlalu tinggi pada bedah orthopaedi karena adanya pengulangan dosis antibiotik profilaksis yang sebenarnya tidak diperlukan dan karena durasi terapi terlalu lama (pemberian antibiotik profilaksis seharusnya kurang dari 24 jam). Pengulangan dosis antibiotik profilaksis dilakukan jika proses operasi berlangsung lama (lebih dari 3 jam) karena kadar antibiotik tidak mencukupi sebagai profilaksis pada waktu operasi berlangsung. Selain itu, dosis kedua antibiotik profilaksis diberikan karena adanya penundaan proses operasi. Durasi pemberian antibiotik profilaksis terlalu panjang dan seharusnya pemberian antibiotik profilaksis tidak lebih dari 24 jam (< dari 24 jam). Pemberian antibiotik profilaksis lebih dari 24 jam untuk terapi sementara jika diketahui terjadi infeksi dan belum dilakukan kultur dan selanjutnya pemilihan antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur. E. Outcome Terapi Outcome terapi dapat diketahui dari lama tinggal (length of stay) dan keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1. Lama Tinggal (length of stay) Rata-rata pasien fraktur menjalani perawatan di rumah sakit yaitu kurang dari 1-5 hari. Gambar 8 berikut ini menyajikan lama perawatan (length of stay) pasien fraktur yang menjalani bedah dan yang mendapatkan antibiotik profilaksis.
8,91% 3,96%
1-5 hari
21,78%
6-10 hari 11-15 hari 65,35%
> 15 hari
Gambar 8. Lama perawatan (length of stay) pasien faktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007
Sebanyak 65,35% pasien menjalani perawatan selama 1-5 hari; 21,78% pasien menjalani perawatan selama 6-10 hari; 8,91% pasien menjalani perawatan selama 11-15 hari; dan sebanyak 3,96% pasien menjalani perawatan selama lebih dari 15 hari. Lama tinggal di rumah sakit merupakan salah satu faktor risiko terjadinya infeksi setelah bedah pada pasien yang menjalani operasi. 2. Keadaan Pasien Keluar Keadaan pasien keluar rumah sakit merupakan keadaan pasien yang dapat berupa keadaan membaik/sembuh, keluar atas permintaan sendiri, rawat jalan, keadaan semakin parah, atau meninggal. Gambar 9 berikut menyajikan keadaan pasien fraktur yang menjalani bedah ketika keluar dari rumah sakit. Pada gambar 9 berikut disajikan keadaan pasien saat keluar rumah sakit:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
membaik / sembuh 0%
100%
keadaan lain (atas permintaan sendiri, rawat jalan, memburuk, dan meninggal)
Gambar 9. Keadaan pasien fraktur yang menjalani bedah orthopaedi ketika keluar dari RS Panti Rapih periode Agustus 2007 - September 2007
Pada gambar 8 dapat diketahui bahwa 100% pasien keluar rumah sakit dengan keadaan membaik dengan kriteria pasien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan masih harus melakukan kontrol dan masih diberikan penggobatan setelah perawatan di rumah sakit. Sedangkan keadaan lain seperti pasien pulang atas permintaan sendiri, rawat jalan, keadaan memburuk, dan pasien meninggal dunia tidak ditemukan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari penelitian mengenai “Kajian Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Evaluasi Drug Related Problems pada Bedah Orthopaedi Kasus Fraktur di Unit Bedah RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus 2007 – September 2007” diperoleh hasil: 1. karakteristik pasien bedah orthopaedi kasus fraktur yaitu: a. persentase pasien fraktur berdasarkan umur: 4,95% pasien berumur 110 tahun; 17,82% pasien berumur 11-20 tahun; 24,75% pasien berumur 21-30 tahun; 13,86% pasien berumur 31-40 tahun; 11,88% pasien berumur 41-50 tahun; 12,87% pasien berumur 52-60 tahun; dan 13,86% pasien berumur lebih dari 60 tahun. b. persentase pasien fraktur berdasarkan jenis kelamin: 59,4% pasien laki-laki dan 40,6% pasien perempuan. c. persentase pasien fraktur
berdasarkan penyakit penyerta: 4,95%
menderita diabetes melitus; 8,90% pasien dengan hipertensi; 2,97% pasien dengan penyakit asthma; dan 0,99% pasien dengan penyakit jantung. d. persentase pasien fraktur berdasarkan penyebab: 98,02% karena kecelakaan dan 1,98% karena sport injury. 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2. Profil penggunaan obat pasien fraktur yang menjalani bedah orthopaedi di RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 yaitu: a. sebanyak 33,66% pasien menggunakan Anti Tetanus Serum (ATS) b. sebanyak 0,99% pasien menggunakan Tetanus Toxoid (TT) c. sebanyak 98,01% pasien menggunakan obat analgesik / antiinflamasi d. sebanyak 73,27% pasien menggunakan obat saluran cerna e. sebanyak 2,97% pasien menggunakan obat antidiabetik f. sebanyak 24,75% pasien menggunakan obat saluran nafas g. sebanyak 45,54% pasien menggunakan obat sistem kardiovaskular h. sebanyak 84,16% pasien menggunakan obat skeletal dan sendi i. sebanyak 100% pasien menggunakan anestesi j. sebanyak 53,47% pasien menggunakan vitamin k. sebanyak 100% pasien menggunakan obat antiinfeksi l. sebanyak 98,02% pasien menggunakan infus 3. Penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007: a.
golongan dan jenis antibiotik profilaksis menggunakan golongan sefalosporin (11,88% menggunakan ceftriakson; 28,71 menggunakan cefazolin; 15,84% menggunakan ceftazidim; 30,69 menggunakan cefradin; 0,99% menggunakan cefixime; dan 1,98% menggunakan cefoperazon) dan sebanyak 0,99% menggunakan golongan penisilin spektrum luas (amoksisilin)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
b. indikasi dan pilihan terapi antibiotik profilaksis: 90,09% dengan jenis terapi pemasangan implan (ORIF, plating, dan screwing) dan 5,94% untuk jenis terapi reposisi dan gips c. rute pemberian antibiotik profilaksis: 100% secara intravena d. waktu pemberian antibiotik profilaksis: 17,82% dengan waktu kurang dari 30 menit; 14,85% dengan waktu 30-60 menit; 50,49% dengan waktu lebih dari 60 menit; dan 16,83% tidak diketahui waktu pemberiannya 4. Drug Related Problems pada penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 yaitu: a. sebanyak 1 kasus terapi tanpa indikasi b. sebanyak 44 kasus dosis terlalu rendah c. sebanyak 24 kasus efek obat merugikan d. sebanyak 54 kasus dosis terlalu tinggi 5. Outcome terapi pasien fraktur yang menjalani bedah orthopaedi di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 - September 2007 yaitu: a. lama tinggal di rumah sakit (length of stay): 64,36% selama 1-5 hari; 21,76% selama 6-10 hari; 8,91% selama 11-15 hari; dan 4,95% selama lebih dari 15 hari b. keadaan pasien keluar rumah sakit 100% keadaan pasien membaik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
B. Saran 1. Perlu standar terapi untuk penggunaan antibiotik profilaksis pada bedah orthopaedi dan bedah lainnya pada umumnya di RS Panti Rapih Yogyakarta. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif mengenai hubungan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian infeksi setelah operasi. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memanfaatkan data pola kuman di tiap-tiap ruang perawatan di RS Panti Rapih Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1996, Dorland’s Pocket Medical Dictionary 25th ed, diterjemahkan Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 25, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Anonim, 2000, SIGN (Scottish Intercollegiate Network Guidelines) 45: A National Clinical Guideline, Antibiotic Prophylaxis in Surgery, http://sign.ac.uk/pdf/sign45.pdf , diakses tanggal 18 Oktober 2007. Anonim, 2003, Therapeutic Guidelines Antibiotic, version 12, 155-161, Therapeutic Guidelines Limited, Victoria, Australia. Calhoun, J.H., 2004, Use of antibiotic prophylaxis in primary TJA : August 2004 Bulletin, http://www3.aaos.org/aaos/archives/bulletin/aug04/fline2.htm, diakses tanggal 20 Oktober 2007. Cipolle, R.J., Strand, L.M., dan Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s Guide 2nd ed., 175-179, The Mcgraw-Hill Companies,Ic., United States of America. DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzle, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M., 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, sixth edition, 2217-2218; 2225, Mc-Graw Hill, New York. Doherty,G.M. dan Way, L.W., 2006, Current Surgical Diagnosis & Treatment, 12th edition, 106-107, Lange Medical Books/McGraw-Hil Companies Inc, North America. Grace, P.A. dan Borley, N.R., 2006, Surgery at a Glance, 3rd edition, diterjemahkan At a Glance Ilmu Bedah, edisi ketiga, 78-85, Penerbit Erlangga, Jakarta. Gugliemo, B.J., 2005, Antimicrobial Prophylaxis for Surgical Procedures, in KodaKimble, M.A., Young, L.Y., Kradjan, W.A., dan Gugliemo, B.J., (Ed 8), Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, seventh (8th) ed, Lippincott Williams & Wilkins, United States of America. Gugliemo, B.J., 2005, Principles of Infectious Disease, in Koda-Kimble, M.A., Young, L.Y., Kradjan, W.A., dan Gugliemo, B.J., (Ed 8), Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, seventh (8th) ed, Lippincott Williams & Wilkins, United States of America.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lewis,
57
2006, Fracture types, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1096.htm, diakses tanggal 1 November 2007.
McEvoy, G.K., 2005, AHFS Drug Information ®, The American Society of Health System Pharmacists, Inc., United Stated of America. Prokuski,
L., 2005, Antibiotic Prophylaxis in Orthopaedic Surgery, http://www.healthinsight.org/releases/assets/pdf/Prophylactic%20Antibiot ics%20in%20Orthopedic%20Surgery.pdf, diakses tanggal 18 Oktober 2007.
Prokuski, L.J., 2005, Selecting an appropriate prophylactic antibiotic agent: Reduce surgical site infections with appropriate prophylactic antibiotic use, http://www2.aaos.org/aaos/archives/bulletin/jun05/fline7.asp, diakses tanggal 24 Oktober 2007. Reksoprodjo, S., 2006, Ruang Lingkup Ilmu Bedah Orthopaedi II, dalam Reksoprodjo, T., Himpunan Makalah Prof.dr.H. Soelarto Reksoprodjo, Sp.B., SPOT., cetakan I, edisi wakaf, Pelangi Warna Kreasindo Printing, 26-33, Jakarta Selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1. Surat ijin Penelitian di RS Panti Rapih Yogyakarta
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 2. Daftar istilah penting pada bedah orthopaedi kasus fraktur Ankle
: bagian persendian antara kaki dan tungkai bawah; tarsus, sendi pergelangan kaki.
Antebrachii
: lengan bawah.
Clavikula
: bahu.
Closed fraktur
: fraktur yang tidak menimbulkan luka terbuka pada kulit.
Colles fraktur
: fraktur ujung bawah radius dengan fragmen bawah terdesak ke posterior.
Cruris
: tungkai bawah dari lutut sampai ke kaki.
Debridement
: pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati dari atau yang berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat tampak.
Femur
: paha (tulang).
Galeazzi
: fraktur radius di atas pergelangan tangan disertai dengan dislokasi ujung distal ulna
Humeri
: lengan atas.
K-ware
: semacam kawat kecil yang digunakan untuk menjepit tulang.
Metatarsal
: tulang pada bagian kaki antara pergelangan kaki dan jari kaki.
Olecranon
: tonjolan tulang ulna pada siku.
Open fraktur
: fraktur dengan luka permukaan menuju ke tempat fraktur
tulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ORIF
60
: pemasangan implan yang dapat berupa pemasangan plat, screw, atau pin
Patela
: tulang tempurung lutut.
Phalang
: setiap tulang pada jari tangan atau jari kaki.
Radius
: persendian pergelangan tangan.
Reposisi
: mengembalikan posisi tulang ke keadaan semula dengan cara ditarik (nonbedah).
Tibia
: tulang kering.
Ulna
: tulang lengan bawah bagian dalam dan lebih besar.
Lampiran 3. Nilai normal pemeriksaan data laboratorium bedah orthopaedi kasus fraktur yang menerima antibiotik profilaksis di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta pada periode Agustus 2007 September 2007 Hematologi Hemoglobin
: (12,00 - 14,00) g%
Lekosit
: (4,00 - 11,00) x 103/μl
Eritrosit
: (4,10 - 5,50) x106/μl
Hematokrit
: (36,00 - 44,00) %
Trombosit
: (150,00 - 450,00) x103/μl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hitung jenis lekosit Eosinofil
: (0,00 - 9,50) %
Basofil
: (0,00 - 2,50) %
Neutrofil
: (35,00 - 88,70) %
Limfosit
: (12,00 - 44,00)%
Monosit
: (0,00 - 11,20) %
Hitung indeks eritrosit MCV
: (80,00 - 96,00) fl
MCH
: (27,00 - 31,00) pg
MCHC
: (32,00 - 36,00) g/dl
RDW-CV
: (11,60 - 14,80) %
Koagulasi Masa pendarahan
: (1 - 3) menit
Masa pembekuan
: (2 - 6) menit
Pemeriksaan kimia Elektrolit Kalium
: (3,50 - 5,10) mmol/l
Natrium
: (136,00 - 145,00) mmol/l
Clorida
: (97,00 - 111,00) mmol/l
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Asam urat
: (2,40 - 5,70) mg/dl
SGOT
: (0,00 - 32,00) μ/l
SGPT
: (0,00 - 31,00) μ/l
Ureum
: (10,00 - 50,00)mg/dl
Creatinin
: (0,50 - 0,90) mg/dl (wanita) : (0,70 - 1,20) mg/dl (pria)
Total protein
: (6,00 - 8,00) g/dl
Albumin
: (3,40 - 4,80) g/dl
Globulin
: (3,20 - 3,90) g/dl
Kadar glukosa Glukosa darah sewaktu : (70 - 110) mg/dl Glukosa darah puasa : (70 - 110) mg/dl Glukosa darah post prandial : (100 - 140) mg/dl
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 4. Golongan dan jenis obat pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007 September 2007 1. Analgesik / Antiinflamasi No
Golongan obat
1
Analgesik
Jenis obat Non-opioid o Kombinasi parasetamol dan nasetilsistein o Kombinasi parasetamol dan tramadol o Kombinasi Dipiron dan diazepam o Parasetamol o Metampiron Opioid o Kodein fosfat o Fentanyl o Pethidin o Morphin o Tramadol HCL
Nama obat Sistenol®
Ultracet®,
Analsik® Parasetamol, Sanmol® Metampiron
Codipront® Fentanyl Pethidin Morphin Tramadol, Dolana®, Tramal®,
2. Antidiabetik No 1 2
Golongan obat
Jenis obat
Antidiabetes injeksi Insulin Obat hipoglikemik oral Sulfonifurea o Glimepiride
Nama obat Insulin RI Amaryl®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Saluran cerna No
Golongan obat
1
Antiemetik
2
Antipeptik, gastroduodenitis Antitukak
3
4
Pencahar
Jenis obat Prokinetik o Metoklopramid HCL Antagonis reseptor serotonin o Ondansetron o Kleboprida maleat Antacida o Kombinasi Al Mg(OH)2, Al(OH)3, dimetilpolysilo xane Antagonis reseptor H2 o Simetidin o Ranitidin Stimulan dan pelunak feses o Bisacodyl
Nama obat Primperan®
Narfoz® Clast®
Plantacid®
Simetidin Zantadin®
Dulcolac®
4. Saluran nafas No
Golongan obat
1
Bronkodilator
2
Simpatomimetik
3
Mukolitik
4
Simpatomimetik dan antiinflamasi
Jenis obat Methilxanthine o Teofilin Alfa/beta agonis o Ephedrin Sulfidril N-asetil sistein
Nama obat Teofilin, Aminofilin Ephedrin Fluimucil®
β agonis selektif o Salmeterol Kortikosteroid o Flutikason
Seretide®
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
5. Sistem kardiovaskular No
Golongan obat
1
Antiaritmia
2
Antihipertensi ¾ Diuretik
¾ Penghambat ACE ¾ Antagonis reseptor Angiotensin II ¾ Obat antihipertensi yang bekerja sentral ¾ Penghambat kanal kalsium
Jenis obat Hydantoin o Fenitoin natrium Tiazid o Hidroklorotiazid Diuretik kuat (loop diuretic) o Furosemid Osmotik o Manitol Kaptopril Kondesartan
4
Obat yang mempengaruhi sistem koagulasi darah
Antihiperlipidemia
Phenytoin®
Hidroklorotiazid
Lasix® Manitol Kaptopril Blopress®
Adrenergik o Klonidin HCL Dihidropiridin
Catapress®
o Amlodipin besilat o Nifedipin
Norvask®, Tensivask® Nifedipin, Adalat oros®
Non dihidropirin o Diltiazem HCL 3
Nama obat
Diltiazem, Herbesser®
Hemostatis o Asam traneksamat Penghambat HMGCoA reduktase o Atorvastatin
Kalnex®, transamin®
Lipitor®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Obat skeletal dan sendi No
Golongan obat
1
Antiinflamasi ¾ AINS
Jenis obat Derivat asam asetat o Na diklofenak o Ketorolak trometamol Derivat asam propionat o Ketoprofen Penghambat COX-2 o Parecoxib natrium o Celecoxib Derivat asam antranilat o Asam mefenamat
¾ Kortikosteroid 2
Parasimpatomimetik
3
Pelemas otot rangka
Nama obat
Na diklofenak Toradol®, Remopain® Profenid®, Pronalges® Dynastat®
Asam mefenamat Nonflamin® Cortidex® Medixon®
Tinoridin Deksametason Metilprednisolon Penghambat kolinesterase o Neostigmin Prostigmin® Penghambat neuromuskular o Atrakurium besilat Tracrium® o Vekuronium bromida Esmeron® o Suksinilkolin Quelicin o Benzodiazepin Sirdalud o Diazepam Diazepam
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Vitamin No
Golongan vitamin
Nama obat
1 2 3 4 5
Kalsium + vitamin Vitamin C Vitamin B1 Obat metabolisme tulang Multivitamin + mineral
Ossopan®, Ossoral®
6
Obat metabolisme
Alinamin F® Bone one® Cernevit®, Osteocare®, Zegavit® Neurotam®
No
Golongan infus
Nama infus
1 2
Ringer Asetat Elektrolit (Na, K, Cl) + laktat, glukosa
3 4
Dextrosa NaCl
Assering KA-EN 3A, KA-EN 3B, Tutofusin OpS Dextrosa 5%, NaCl 0,9%
8. Infus
9. Obat antiinfeksi No
Golongan obat
1
Sefalosporin Generasi I Generasi III
2
Quinolon
3 4
Penisilin spektrum luas Aminoglikosida
5
Kombinasi sulfonamid dan trimetoprim
Jenis obat
Nama obat
Cefazolin Cefradin Cefixime Cefadroxil Cefoperazon Ceftriakson Ceftazidim Ciprofloksasin Ofloksasin Amoksisilin Amikasin sulfat Gentamisin Kotrimoksasol
Cefazol Dynacef® Starcef® Longcef® Sulferazon Ceftriaxon Fortum® Ciproxin Tarivid® Amoxan Mikasin® Sagestam ® San Prima F®
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Anestesi No
Golongan obat
1
Anestesi
2
Ansiolitik dan neuroleptik
Jenis obat Anestesi umum o Ketamin o Propofol Anestesi inhalasi o Isoflurane o Sevoflurane o Furane Anestesi lokal o Lignokain HCl o Bupivakain HCl o Chirokain o Sedacum o Melocain o Sedocain o Benzodiazepin Midazolam
Nama obat Ketalar® Diprivan®, Recofol® Isoflurane Sevoflurane Furane Lignokain HCl, Lidodex® Buvikain HCl, Marcain® Chirokain Sedacum Melocain Sedocain Benzodiazepin Dormicum®
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Analisis Drug Related Problems pasien fraktur yang menerima antibiotik profilaksis di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta pada periode Agustus 2007 - September 2007 Kasus 1 Demografi Pasien Nama: Nn DS No MR: 565101 Umur: 26 tahun Lama perawatan: 3 hari Keterangan kontrol: luka kering dan baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar: fraktur clavikula kanan Keluhan: nyeri skala 4 Penyebab fraktur: jatuh akibat kecelakaan ketika menabrak penyebrang jalan Pasien masuk RS Panti Rapih: 31/07/2007 Tindakan: ORIF Operasi: 01/08/2007
Obyektif 31 / 07 / 2007 : Lekosit : 17,7 x 103/μl ↑ Tekanan darah : ±126/79 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,06oC (± 37oC) Nadi : ± 73 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 35 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
25 menit
Jenis operasi
ORIF (plating)
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 2 Demografi Pasien Nama: Sdr ADK No MR: 581501 Umur: 35 tahun Lama perawatan: 3 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur caput radius kiri Diagnosa keluar: fraktur caput radius kiri Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: jatuh dari parit Pasien masuk RS Panti Rapih: 01/08/2007 Tindakan: ORIF k-ware dan closed pinning radius humeral + ulna humeral kiri. Operasi: 02/08/2007
Obyektif 31 / 07 / 2007 : Lekosit : 8,10 x 103/μl MCV : 72,80 fl ↓ MCH : 23,90 pg ↓ RDW-CV : 16,00 % ↑ Asam urat : 8,10 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 135/91 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36oC (± 37oC) Nadi : ± 84 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradine 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
55 menit
Jenis operasi
ORIF (pinning)
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 3 Demografi Pasien Nama: Sdr YU No MR: 297507 Umur: 43 tahun Lama perawatan: 4 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif Diagnosa masuk: open fraktur radius dan ulna kanan Diagnosa keluar: open fraktur antebrachii kanan Keluhan: nyeri, luka senut-senut Penyebab fraktur: jatuh terpeleset Pasien masuk RS Panti Rapih: 03/08/ Tindakan: debridement dan plating radius ulna kanan Operasi: 03/08/2007
Obyektif 03 / 08 / 2007 : Lekosit : 13,80 x 103/μl ↑ 05 /08 / 2007 : Lekosit : 16,10 x 103/μl ↑ 07 / 08 / 2007 : Lekosit : 9,60 x 103/μl Tekanan darah : ± 134/86 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,8oC (± 37oC) Nadi : ± 82 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftriaksone 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 5,511 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1,54 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1. 1 jam 25 menit sebelum operasi 2. pada saat proses operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 30 menit
Jenis operasi
ORIF (plating)
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 4 Demografi Pasien Nama: Sdr JW No MR: 019335 Umur: 23 tahun Lama perawatan: 2 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: open fraktur digiti 5 pedis kanan Diagnosa keluar: fraktur phalang dengan pedis kanan Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dan mobil Pasien masuk RS Panti Rapih: 03/08/2007 Tindakan: debridement dan pinning k-ware phalang proksimal digiti 5 Operasi: 03/08/2007
Obyektif 03 / 08 / 2007 : Lekosit : 19,30 x 103/μl ↑ Limfosit : 8,40% Tekanan darah : ± 124/72 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 80 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftriaksone 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 5,511 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak: 1,54 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1. 2 jam 25 menit sebelum operasi 2. pada saat proses operasi.
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
Jenis operasi
Keadaan pasien
20 menit
Pinning kware
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (frekuensi pemberian pendek karena tidak perlu pengulangan dosis antibiotik profilaksis)
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 5 Demografi Pasien Nama: Sdr AS No MR: 581698 Umur: 45 tahun Lama perawatan: 2 hari Keterangan kontrol: luka baik, tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar : fraktur clavikula kanan Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dan mobil Pasien masuk RS Panti Rapih: 04/08/2007 Tindakan: plating clavikula kanan Operasi: 04/08/2007
Obyektif 03 / 08 / 2007 : Lekosit : 7,40 x 103/μl Glukosa darah sewaktu: 123 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 120/80 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 81 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefoperason 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,62,6 jam pada fungi hepatik normal Waktu mencapai kadar puncak: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 45 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
30 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu pendek, seharusnya 30-60 menit sblm op. atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 6 Demografi Pasien Nama: Sdr ZSA No MR: 582282 Umur: 18 tahun Lama perawatan: 7 hari Keterangan kontrol: luka kering dan baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur femur kanan dan patela kiri Diagnosa keluar : fraktur femur kanan dan patela kiri Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dan mobil Pasien masuk RS Panti Rapih: 08/08/2007 Tindakan: ORIF patela kanan dan TBW genu kiri Operasi: 08/08/2007
Obyektif 08 / 08 / 2007 : Lekosit : 16,20 x 103/μl ↑ SGOT : 114 μ/l ↑ SGPT : 75,1 μ/l ↑ 10 / 08 / 2007 : Lekosit : 7,20 x 103/μl Tekanan darah : ± 121/73 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,4oC (± 37oC) Nadi : ± 88 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftriaxon 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 5,511 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak: 1,54 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 20 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 40 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
Ada pendarahan saat operasi (dilakukan transfusi darah 250 ccpada saat operasi)
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 7 Demografi Pasien Nama: Sdr WAS No MR: 582169 Umur: 22 tahun Lama perawatan: 2 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk : fraktur cruris kanan Diagnosa keluar : fraktur tibial plateau kiri Keluhan: nyeri daerah di bawah lutut skala 2 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor menabrak pembatas jalan Pasien masuk RS Panti Rapih: 08/08/2007 Tindakan: plating tibial plateau kiri Operasi: 08/08/2007
Obyektif 08 / 08 / 2007 : Lekosit : 21,60 x 103/μl ↑ SGOT : 114 μ/l ↑ SGPT : 75,1 μ/l ↑ 10 / 08 / 2007 : Lekosit : 7,20 x 103/μl Limfosit : 5,90% ↓ Tekanan darah : ± 118/77 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37oC (± 37oC) Nadi : ± 81 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis pada saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
55 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu pendek, seharusnya 30-60 menit sblm op. atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 8 Demografi Pasien Nama: Nn DR No MR: 575452 Umur: 24 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: luka baik, kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar: fraktur clavikula kanan Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Pasien masuk RS Panti Rapih 11/08/2007 Tindakan: plating clavikula kanan Operasi: 14/08/2007
Obyektif 11 / 08 / 2007 : Lekosit : 20,20 x 103/μl ↑ Hematokrit : 35,50 % ↓ Tekanan darah : ± 106/73 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,7oC (± 37oC) Nadi : ± 77 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 25 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
30 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 9 Demografi Pasien Nama: Sdr RS No MR: 336254 Umur: 36 tahun Lama perawatan: 6 hari Keterangan kontrol: luka operasi baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur caput humeri kanan Diagnosa keluar: fraktur callus humeri kanan Penyebab fraktur: jatuh dari sepeda motor Pasien merasakan nyeri Riwayat penyakit: stroke dan hipertensi Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 13/08/2007 Operasi pada tanggal 14/08/2007 Tindakan: plating callus humeri kanan.
Obyektif 13 / 08 / 2007 : Lekosit : 14,80 x 103/μl ↑ SGOT : 41,70 μ/l ↑ SGPT : 76,30 μ/l ↑ Creatinin : 1,25 mg/dl Glukosa darah sewaktu: 120 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 135/87 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,4oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 80 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefoperazon 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,62,6 jam Waktu mencapai kadar puncak serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 4 jam 15 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
55 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama sblm op. seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 10 Demografi Pasien Nama: Sdr YP No MR: 583022 Umur: 25 tahun Lama perawatan: 4 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur cruris kiri Diagnosa keluar: fraktur cruris kiri Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan truk dan tronton Keluhan: nyeri Ada risiko infeksi karena luka sudah lama Pasien masuk RS Panti Rapih 14/08/2007 Tindakan: plating tibia dan fibulae kiri Operasi: 14/08/2007
Obyektif 11 / 08 / 2007 : Lekosit : 9,60 x 103/μl Eritrosit : 4,09 x106/μl ↓ Hematokrit : 35,60 % ↓ Tekanan darah : ± 123/83 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 84 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 1 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 25 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 96 jam (4 hari) (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 30 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 11 Demografi Pasien Nama: An AF No MR: 207298 Umur: 7 tahun Lama perawatan: 3 hari Keterangan kontrol: luka kering, luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur konvulsi humeri kiri diagnosa keluar: fraktur supracondiller humerus kiri Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih 16/08/2007. Penyebab fraktur: jatuh pada saat turun dari bus Tindakan: closed pinning pasang kware Operasi: 16/08/2007
Obyektif 16 / 08 / 2007 : Lekosit : 12,60 x 103/μl ↑ Hematokrit : 34,40 % ↓ Tekanan darah : ± 127/75 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,4oC (± 37oC) Nadi : ± 84 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 50 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
10 menit
Jenis operasi
Pasang kware
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 12 Demografi Pasien Nama: Ny Sm No MR: 041940 Umur: 57 tahun Lama perawatan: 4 hari Keterangan kontrol: luka baik, tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur tibia plateau kanan Diagnosa keluar: fraktur tibia plateau kanan Keluhan: nyeri Riwayat: hipertensi Pasien masuk RS Panti Rapih 16/08/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan motor Tindakan: plating tibia plateau Operasi: 18/08/2007
Obyektif 16 / 08 / 2007 : Lekosit : 12,40 x 103/μl ↑ Hematokrit : 36,50 % ↓ Tekanan darah : ± 125/84 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,8oC (± 37oC) Nadi : ± 80 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
50 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 13 Demografi Pasien Nama: Ny TS No MR: 110910 Umur: 54 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: luka baik, tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur tibial plateau kanan Diagnosa keluar: fraktur tibial plateau kanan Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 16/08/2007 Tindakan: plating tibial plateau kanan Operasi: 18/08/2007
Obyektif 16 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 11,80 g% ↓ Lekosit : 18,20 x 103/μl ↑ Neutrofil : 91,30 % ↑ Limfosit : 6,30 % ↓ Tekanan darah : ± 110/60 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,4oC (± 37oC) Nadi : ± 74 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 15 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 10 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 14 Demografi Pasien Nama: Nn SIL No MR: 171482 Umur: 27 tahun Lama perawatan: 5 hari Pasien merupakan rujukan dari RS S Keterangan kontrol: luka bersih dan kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur humerus kiri Diagnosa keluar: fraktur humerus kiri Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 18/08/2007 Tindakan: plating humerus kiri Operasi: 20/08/2007
Obyektif 18 / 08 / 2007 : Lekosit : 16,30 x 103/μl ↑ Limfosit : 6,30 % ↓ 22 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 9,60 g% ↓ Lekosit : 14,90 x 103/μl ↑ 23 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 10,50 g% ↓ Tekanan darah : ± 120/88 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 87 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 1 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1. 1 jam 30 menit sebelum operasi 2. pada saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 15 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (karena frekuensi pemberian pendek karena tidak perlu pengulangan dosis antibiotik profilaksis & pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 menit sblm operasi)
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 15 Demografi Pasien Nama: Nn SDH No MR: 583515 Umur: 23 tahun Lama perawatan: 4 hari Keterangan kontrol: luka baik, kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar: fraktur clavikula kanan Keluhan: nyeri, perut sakit Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 18/08/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dengan sepeda motor Tindakan: plating clavikula kanan Operasi: 20/08/2007
Obyektif 18 / 08 / 2007 : Lekosit : 20,70 x 103/μl ↑ Neutrofil : 90,40 % ↑ Limfosit : 6,60 % ↓ MCV : 96,10 fl ↑ MCH : 32,60 pg ↑ Tekanan darah : ± 112/70 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,4oC (± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
40 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal karena sebaiknya 3060 menit atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 16 Demografi Pasien Nama: An ACP No MR: 583466 Umur: 7 tahun Lama perawatan: 7 hari Keterangan kontrol: luka kering dan baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur femur kanan dan fraktur terbuka tibia fibula kanan Diagnosa keluar: fraktur femur kanan dan fraktur terbuka cruris kanan Keluhan: nyeri skala 3 Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 20/08/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dengan sepeda motor Tindakan: debridement dan plating Operasi: 20/08/2007
Obyektif 20 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 9,60 g% ↓ Lekosit : 18,60 x 103/μl ↑ Eritrosit : 3,46 x106/μl ↓ Hematokrit : 28,80 % ↓ 21 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 7,30 g% ↓ Lekosit : 6,10 x 103/μl 23 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 9,50 g% ↓ Hematokrit : 27,40 % ↓ Tekanan darah : ± 106/65 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,4oC (± 37oC) Nadi : ± 89 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 0,5 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 40 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 10 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama sblm op karena sebaiknya 3060 menit sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 17 Demografi Pasien Nama: An HY No MR: 227812 Umur: 14 tahun Lama perawatan: 2 hari Keterangan kontrol: luka baik, bersih
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur monteggia kanan Diagnosa keluar: fraktur monteggia kanan Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 22/08/2007 Penyebab fraktur: pasien jatuh dari sepeda Tindakan: plating fraktur ulna kanan dan pinning sendi radius ulna kanan Operasi: 22/08/2007
Obyektif 22 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 14,50 g% ↑ Lekosit : 16,70 x 103/μl ↓ Tekanan darah : ± 121/79 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,1oC (± 37oC) Nadi : ± 79 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 40 menit menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
45 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal karena sebaiknya 3060 menit atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 18 Demografi Pasien Nama: Bpk IH No MR: 583978 Umur: 54 tahun Lama perawatan: 2 hari Pasien merupakan rujukan dari RS A Keterangan kontrol: luka bersih, kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur metatarsal 1-3-4 + phalanx distal pedis Diagnosa keluar: fraktur phalanx digiti 1&5 pedis kanan, fraktur metatarsal 1 pedis kanan Pasien masuk RS Panti Rapih: 23/08/2007 Penyebab fraktur: terjatuh dari sepeda motor Tindakan: debridement dan ORIF Operasi: 23/08/2007
Obyektif 23 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 14,2 g% ↑ Lekosit : 12,60 x 103/μl ↑ RDW-CV : 15,20 % ↑ SGOT : 35,10 μ/l ↑ SGPT : 47,90 μ/l ↑ Glukosa darah sewaktu : 151 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 148/88 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,3oC (± 37oC) Nadi : ± 91 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftriaksone 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 5,511 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak: 1,54 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 20 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 19 Demografi Pasien Nama: Ny WHM No MR: 583920 Umur: 39 tahun Lama perawatan: 3 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur radius kiri Diagnosa keluar: fraktur radius kiri Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih: 22/08/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan antara sepeda motor dengan sepeda motor Tindakan: plating radius kiri Operasi: 23/08/2007
Obyektif 23 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 10,10 g% ↓ Lekosit : 17,40 x 103/μl ↑ Hematokrit : 32,00 % ↓ Limfosit : 11,70 % ↓ MCV : 63,60 fl ↓ MCH : 20,10 pg MCHC : 31,60 g/dl ↓ RDW-CV : 20,30 % ↑ Glukosa darah sewaktu : 120 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 144/79 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,2oC (± 37oC) Nadi : ± 85 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 10 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
35 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 20 Demografi Pasien Nama: Bp In No MR: 583936 Umur: 45 tahun Lama perawatan: 2 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur terbuka antebrachii kanan Diagnosa keluar: fraktur terbuka antebrachii kanan Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih: 22/08/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan antara sepeda motor dengan sepeda motor Riwayat hipertensi Tindakan: plating antebrachii kanan Operasi: 23/08/2007
Obyektif 22 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 16,50 g% ↑ Lekosit : 12,60 x 103/μl ↓ Hematokrit : 47,50 % ↑ Glukosa darah sewaktu : 114 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 164/95 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,8oC (± 37oC) Nadi : ± 86 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftriaksone 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 5,511 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak: 1,54 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 20 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis)
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 21 Demografi Pasien Nama: Sdr PS No MR: 582997 Umur: 17 tahun Lama perawatan: 19 hari Keterangan kontrol: terjadi lesi
Subyektif Diagnosa masuk: trauma capitis obstruksi trauma thorax Diagnosa keluar: comtosio cerebri dan fraktur clavikula kiri Keluhan: nyeri, pendarahan Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 15/08/2007 Penyebab fraktur: karena jatuh dari motor Tindakan: plating clavikula kiri Operasi: 25/08/2007
Obyektif 15 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 14,90 g% ↑ Lekosit : 33,00 x 103/μl ↑ Tekanan darah : ± 125/76 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,1oC (± 37oC) Nadi : ± 77 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 15 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
35 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
DRPs
Ada pendarahan pada saat masuk rumah sakit, tetapi pada saat operasi tidak mengalami pendarahan
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 22 Demografi Pasien Nama: Nn SR No MR: 584202 Umur: 20 tahun Lama perawatan: 4 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar: fraktur clavikula kanan Keluhan: nyeri bahu kanan, pusing, mual Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 24/08/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan motor Tindakan: plating clavikula kanan Operasi: 25/08/2007
Obyektif 24 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 12,40 g% Lekosit : 13,20 x 103/μl ↑ Limfosit : 7,90 % ↓ SGOT : 34,70 μ/l ↑ Tekanan darah : ± 113/73 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,5oC (± 37oC) Nadi : ± 88 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 30 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
30 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 23 Demografi Pasien Nama: Ny TS No MR: 493303 Umur: 56 tahun Lama perawatan: 3 hari Keterangan kontrol: keluhan nyeri
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur ulna kanan Diagnosa keluar: fraktur ulna kanan belum sembuh Keluhan: nyeri Riwayat patah tulang dan belum sembuh Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 24/08/2007 Tindakan: plating ulna kanan dan bone graft Operasi: 25/08/2007
Obyektif 24 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 14,50 g% ↑ Lekosit : 6,90 x 103/μl Creatinin : 1,01 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 120/75 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36oC (± 37oC) Nadi : ± 77 kali/menit (80100 kali/menit
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 4 jam 35 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
55 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 24 Demografi Pasien Nama: Ny Sur No MR: 584488 Umur: 27 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur tibia plateau kanan Diagnosa keluar: fraktur tibia plateau kanan Keluhan: nyeri, pusing Penyebab fraktur: kecelakaan motor Pasien masuk RS Panti Rapih: 27/08/2007 Tindakan: plating tibia plateau kanan Operasi: 28/08/2007
Obyektif 27 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 10,80 g% ↓ Lekosit : 16,50 x 103/μl ↑ Eritrosit : 3,26 x 106/μl ↓ Hematokrit : 30,20 % ↓ Limfosit : 8,40 % ↓ MCH : 33,10 pg ↑ 28 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 8,70 g% ↓ Lekosit : 9,80 x 103/μl Hematokrit : 17,00 % ↓ 30 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 9,30 g% ↓ Lekosit : 7,80 x 103/μl Hematokrit : 25,70 % ↓ Tekanan darah : ± 110/77 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,2oC (± 37oC) Nadi : ± 82 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis Pada saat operasi berlangsung (10 menit sebelum operasi selesai)
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
50 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 25 Demografi Pasien Nama: Ny Rom No MR: 168004 Umur: 66 tahun Lama perawatan: 8 hari Pasien rujukan dari RS.E Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur femur kiri Diagnosa keluar: fraktur femur kiri Keluhan: nyeri daerah kaki Pasien masuk RS Panti Rapih 26/08/2007 Penyebab fraktur: pasien jatuh terpeleset Tindakan: ORIF dengan DHS Operasi: 28/08/2007
Obyektif 27 / 08 / 2007 : Total protein : 6,82 g/dl Albumin : 3,88 g/dl Globulin : 2,94 g/dl ↓ Hemoglobin : 12,10 g% Hematokrit : 37,40 % Tekanan darah : ± 136/78 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 87 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis Saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis)
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 26 Demografi Pasien Nama: An DN No MR: 306381 Umur: 11 tahun Lama perawatan: 2 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur tertutup distal radius Diagnosa keluar: fraktur tertutup distal radius Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih: 28/08/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Tindakan : ORIF k-ware Operasi: 29/08/2007
Obyektif 28 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 12,60 g% Lekosit : 11,50 x 103/μl ↑ MCV : 77,00 fl ↓ Tekanan darah : ± 115/75 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,3oC (± 37oC) Nadi : ± 68 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 1 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 4 jam 40 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
45 menit
Jenis operasi
ORIF k-ware
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 27 Demografi Pasien Nama: Ny MI No MR: 081366 Umur: 33 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur terbuka antebrachii kiri Diagnosa keluar: fraktur terbuka antebrachii kiri Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih: 29/08/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Tindakan : debridement dan open reduction internal fiksasi Operasi: 29/08/2007
Obyektif 29 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 13,70 g% Lekosit : 12,20 x 103/μl ↑ Tekanan darah : ± 127/80 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,8oC (± 37oC) Nadi : ± 82 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 45 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 5 hari (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam15 menit
Jenis operasi
open reduction internal fiksasi
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 28 Demografi Pasien Nama: Bpk EH No MR: 584812 Umur: 35 tahun Lama perawatan: 4 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar: fraktur clavikula kanan Keluhan: nyeri bahu kanan Pasien masuk RS Panti Rapih: 29/08/2007 Penyebab fraktur: jatuh dari sepeda motor Tindakan : plating clavikula kanan Operasi: 30/08/2007
Obyektif 29 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 16,10 g% ↑ Lekosit : 17,80 x 103/μl ↑ Hematokrit : 45,10 % ↑ Limfosit : 9,60 % ↓ MCH : 33,10 pg ↑ Glukosa darah sewaktu : 128 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 140/85 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,5oC (± 37oC) Nadi : ± 82 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 10 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
30 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 29 Demografi Pasien Nama: An MR No MR: 283909 Umur: 6 tahun Lama perawatan: 6 hari Keterangan kontrol: luka kering dan baik
Subyektif Diagnosa masuk: crush injury digiti II-V manus dextra Diagnosa keluar: fraktur phalanx bone digiti V manus kanan Keluahn: nyeri Penyebab fraktur: terjatuh saat naik sepeda Pasien masuk RS Panti Rapih: 01/09/2007 Tindakan: debridement dan pinning jari II dan V Operasi: 01/09/2007
Obyektif 01 / 09 / 2007 : Lekosit : 18,10 x 103/μl ↑ MCV : 76,60 fl ↓ MCH : 26,10 pg ↓ Tekanan darah : ± 118/75 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,8oC (± 37oC)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 1 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 25 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 15 menit
Jenis operasi
ORIF pinning
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 30 Demografi Pasien Nama: Sdr MAP No MR: 584292 Umur: 13 tahun Lama perawatan: 11 hari Pasien rujukan dari RS X Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: multipel fraktur Diagnosa keluar: fraktur metacarpal I manus kanan Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: terjatuh saat naik sepeda motor Pasien masuk RS Panti Rapih: 26/08/2007 Tindakan: closed pinning Operasi: 01/09/2007
Obyektif 26 / 08 / 2007 : Lekosit : 15,00 x 103/μl ↑ MCV : 76,60 fl ↓ MCH : 26,10 pg ↓ Limfosit : 10,70 % ↓ Glukosa darah sewaktu : 125 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 113/73 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 79 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 5 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam
Jenis operasi
closed pinning
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 31 Demografi Pasien Nama: Bpk SP No MR: 585051 Umur: 50 tahun Lama perawatan: 4 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur tertutup cruris kiri Diagnosa keluar: fraktur tertutup cruris kiri Keluhan: nyeri tungkai kanan bawah Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dan mobil Pasien masuk RS Panti Rapih: 31/08/2007 Tindakan: plating tibia kanan Operasi: 01/09/2007
Obyektif 31 / 08 / 2007 : Lekosit : 15,70 x 103/μl ↑ Tekanan darah : ± 128/74 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,2oC (± 37oC) Nadi : ± 81 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 30 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
50 menit
Jenis operasi
plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 32 Demografi Pasien Nama: Ny EA No MR: 112077 Umur: 40 tahun Lama perawatan: 11 hari Keterangan kontrol: lutut agak bengkak, nyeri
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur tibial plateau kiri Diagnosa keluar: fraktur tibial plateau kiri Keluhan: nyeri skala 4 Pasien masuk RS Panti Rapih 30/08/2007 Penyebab fraktur: pasien jatuh dari sepeda motor Tindakan : plating tibial plateau kiri Operasi: 01/09/2007
Obyektif 31 / 08 / 2007 : Lekosit : 11,10 x 103/μl ↑ 02 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 8,50 g% ↓ Hematokrit : 25,20 % ↓ 03 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 9,80 g% ↓ Hematokrit : 29,60 % ↓ Tekanan darah : ± 107/70 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,6oC (± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 30 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 15 menit
Jenis operasi
plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis)
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 33 Demografi Pasien Nama: Ny RM No MR: 585059 Umur: 74 tahun Lama perawatan: 12 hari Keterangan kontrol: masalah risiko infeksi (kurang nutrisi)
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur colles femur kiri Diagnosa keluar: fraktur colles femur kiri Keluhan: nyeri skala 3, pendarahan, risiko infeksi Penyakit: DM, hipertensi Pasien masuk RS Panti Rapih 31/08/2007 Tindakan : ORIF Operasi: 01/09/2007
Obyektif 31 / 08 / 2007 Hemoglobin : 9,50 g% ↓ Eritrosit : 3,74 x106/μl ↓ Hematokrit : 29,70 % ↓ Limfosit : 11,70 % ↓ MCV : 79,40 fl ↓ MCH : 25,40 pg ↓ RDW-CV : 15,10 % ↑ Ureum : 70,00 mg/dl ↑ 02 / 09 / 2007 Hemoglobin : 10,70 g% ↓ Hematokrit : 33,30 % ↓ MCH : 25,90 pg ↓ 04 / 09 / 2007 Hemoglobin : 10,30 g% ↓ Hematokrit : 32,10 % ↓
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 50 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
50 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
DRPs
Ada pendarahan, risiko infeksi (malnutrisi)
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 menit sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik + ada pendarahan yang menyebabkan kadar antibiotik dalam darah berkurang) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 34 Demografi Pasien Nama: Sdr BL No MR: 547672 Umur: 15 tahun Lama perawatan: 3 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur ulna kiri Diagnosa keluar: fraktur ulna kiri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 03/09/2007 Keluhan: nyeri, Penyebab fraktur: pasien jatuh dari sepeda motor Tindakan: plating ulna kiri Operasi: 04/09/2007
Obyektif 03 / 09 / 2007 : Lekosit : 9,30 x 103/μl MCV : 79,00 fl ↓ MCH : 25,90 pg ↓ Tekanan darah : ± 133/82 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,1oC (± 37oC) Nadi : ± 87 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 1 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1. 2 jam sebelum operasi 2. pada saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
35 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 35 Demografi Pasien Nama: Ny SF No MR: 585313 Umur: 57 tahun Lama perawatan: 5 hari
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur galeeazi Diagnosa keluar: fraktur galeeazi Penyebab fraktur: terjatuh saat naik sepeda motor Keluhan: nyeri skala 1, pusing Pasien masuk RS Panti Rapih: 03/09/2007 Tindakan: plating radius kiri, pinning sendi radius ulna kiri Operasi: 05/09/2007
Obyektif 03 / 09 / 2007 : Lekosit : 8,50 x 103/μl Eritrosit : 3,77 x106/μl ↓ MCV : 97,10 fl ↑ MCH : 32,40 pg ↑ Tekanan darah : ± 145/87 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,6oC (± 37oC) Nadi : ± 80 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 35 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
55 menit
Jenis operasi
ORIF (plating dan pinning)
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 36 Demografi Pasien Nama: Sdr AB No MR: 585725 Umur: 12 tahun Lama perawatan: 7 hari Pasien rujukan RS T
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula, fraktur scapulla Diagnosa keluar: fraktur clavikula, fraktur scapulla Keluhan: nyeri, pusing Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 06/09/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Tindakan : ORIF Operasi: 08/09/2007
Obyektif 06 / 09 / 2007 : Lekosit : 21,20 x 103/μl ↑ Limfosit : 6,70 % ↓ MCV : 79,60 fl ↓ Tekanan darah : ± 122/80 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 97 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 1 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
35 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 37 Demografi Pasien Nama: Sdr KA No MR: 585853 Umur: 21 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: Tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur terbuka cruris kanan Diagnosa keluar: fraktur terbuka cruris kanan. Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih: 07/09/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dengan mobil Tindakan: debridement dan ORIF fibula kanan Operasi: 07/09/2007
Obyektif 07 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 14,80 g% ↑ Lekosit : 9,80 x 103/μl RDW-CV : 15,50 % ↑ Tekanan darah : ± 123/76 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,5oC (± 37oC) Nadi : ± 81 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftriaksone 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 5,511 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak: 1,54 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 5 jam sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
50 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 38 Demografi Pasien Nama: Sdr SH No MR: 535900 Umur: 27 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar: fraktur clavikula kanan Keluhan: telinga kanan berdarah, pusing, mual, muntah Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 08/09/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan antara sepeda motor Tindakan: plating clavikula kanan Operasi: 11/09/2007
Obyektif 08 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 15,00 g% ↑ Lekosit : 6,90 x 103/μl Glukosa darah sewaktu : 147 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 121/74mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 84 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 30 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
35 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 39 Demografi Pasien Nama: Sdr Sg No MR: 586478 Umur: 48 tahun Lama perawatan: 10 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur terbuka cruris Diagnosa keluar: fraktur fibula grade II-III Keluhan: nyeri, cedera, pendarahan ± 150 cc Riwayat: hipertensi Pasien masuk RS Panti Rapih: 12/09/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dengan sepeda motor Tindakan: debridement dan ORIF Operasi: 12/09/2007
Obyektif 12 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 14,50 g% ↑ Lekosit : 11,50 x 103/μl ↓ SGOT : 34,80 μ/l ↑ Glukosa darah sewaktu : 118 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 147/91 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,2oC (± 37oC) Nadi : ± 80 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftriaksone 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 5,511 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak: 1,54 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 15 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
50 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
DRPs
pendarahan ± 150 cc
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 menit sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik + adanya pendarahan menurunkan kadar antibiotik dalam darah)
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 40 Demografi Pasien Nama: Nn Wn No MR: 434341 Umur: 19 tahun Lama perawatan: 7 hari Pasien rujukan dari RS P Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur tibial plateau Diagnosa keluar: fraktur tibial plateau Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih 13/09/2007 Penyebab fraktur : kecelakaan sepeda motor Tindakan : ORIF plating Operasi: 14/09/2007
Obyektif 13 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 11,00 g% ↓ Lekosit : 12,10 x 103/μl ↑ Eritrosit : 3,84 x106/μl ↓ Hematokrit : 34,20 % ↓ 16 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 8,40 g% ↓ Lekosit : 15,00 x 103/μl ↑ 18 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 11,60 g% ↓ Hematokrit : 35,30 % ↓ Tekanan darah : ± 113/73 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,0oC (± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis pada saat operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 15 menit
Jenis operasi
ORIF plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 41 Demografi Pasien Nama: Sdr SN No MR: 033685 Umur: 37 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: masih nyeri, kaki kanan masih bengkak
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur tibia plateau kanan Diagnosa keluar: fraktur tibia plateau kanan Keluhan: nyeri kaki kanan Pasien masuk RS Panti Rapih 14/09/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Tindakan: plating tibia plateau kanan Operasi: 14/09/2007
08 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 14,60g% ↑ Lekosit : 16,40 x103/μl ↑ Limfosit : 8,20 % ↓
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
Tekanan darah : ± 133/88mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,8oC (± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (80100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 15 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
45 menit
Jenis operasi
ORIF plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis)
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 42 Demografi Pasien Nama: Sdr DP No MR: 266135 Umur: 27 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavicula kiri Diagnosa keluar: fraktur clavicula kiri Keluhan: nyeri, maag Pasien masuk RS Panti Rapih: 14/09/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Tindakan: ORIF plating Operasi: 15/09/2007
Obyektif 15 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 14,80 g% ↑ Lekosit : 9,50 x 103/μl 17 / 09 / 2007 : Lekosit : 16,50 x 103/μl ↑ Tekanan darah : ± 124/83 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9oC (± 37oC) Nadi : ± 84 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 1 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis pada saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
55 menit
Jenis operasi
ORIF plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 43 Demografi Pasien Nama: Ny Sh No MR: 586946 Umur: 68 tahun Lama perawatan: 11 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur collum humeri kiri Diagnosa keluar: fraktur collum humeri kiri Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 16/09/2007 Operasi tanggal: 19/09/2007 Tindakan: reposisi dan gips Riwayat penyakit: hipertensi
Obyektif 16 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 13,70 g% Lekosit : 23,10 x 103/μl ↑ Limfosit : 9,50 % ↓ Glukosa darah sewaktu : 132 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 140/86 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,5 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (normal: 80 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftriaxon 2 g secara intravena (Golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 5,511 jam Waktu mencapai kadar puncak: 1,54 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 35 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis Pre operasi
Lama operasi
15 menit
Jenis operasi
Reposisi dan gibs
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Terapi tanpa indikasi (tidak memerlukan antibiotik profilaksis untuk jenis operasi reposisi dan gibs) Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis)
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 44 Demografi Pasien Nama: Sdr AK No MR: 587140 Umur: 34 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar: fraktur clavikula kanan Keluhan: nyeri bahu kiri Pasien masuk RS Panti Rapih 18/09/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan antara sepeda motor Tindakan: plating clavikula kanan Operasi: 19/09/2007
Obyektif 18 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 14,80 g% ↑ Lekosit : 13,30 x 103/μl ↑ Eritrosit : 5,93 x106/μl ↑ MCV : 73,20 fl ↓ MCH : 25,00 pg ↓ MCHC : 14,90 g/dl ↓ Glukosa darah sewaktu : 113 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 136/89mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37oC (± 37oC) Nadi : ± 84 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 10 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 5 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 45 Demografi Pasien Nama: Sdr AS No MR: 388357 Umur: 26 tahun Lama perawatan: 4 hari Keterangan kontrol: luka baik dan kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur humeri kanan Diagnosa keluar: fraktur humeri kanan Keluhan: nyeri lengan Pasien masuk RS Panti Rapih: 20/09/2007. Penyebab fraktur: olahraga main panco Tindakan: ORIF plating Operasi: 21/09/2007
Obyektif 21 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 15,70 g% ↑ Lekosit : 18,70 x 103/μl ↑ Hematokrit : 46,20 % ↑ Limfosit : 6,00 % ↓ SGOT : 32,80 μ/l ↑ SGPT : 52,50 μ/l ↑ Glukosa darah sewaktu : 148 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 160/99 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,7oC (± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
35 menit
Jenis operasi
ORIF plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu awal seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 46 Demografi Pasien Nama: Sdr AW No MR: 493821 Umur: 29 tahun Lama perawatan: 5 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: suspect fraktur cruris 1/3 distal kiri dan fraktur ankle kiri Diagnosa keluar: fraktur ankle kiri Keluhan: nyeri kaki kiri Pasien masuk RS Panti Rapih: 22/09/2007 Penyebab fraktur: terjatuh dari sepeda motor Tindakan: plating fibulae kiri Operasi: 24/09/2007
Obyektif 22 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 15,20 g% ↑ Lekosit : 19,40 x 103/μl ↑ Hematokrit : 45,00 % ↑ Limfosit : 7,70 % ↓ Tekanan darah : ± 135/87 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,6oC (± 37oC) Nadi : ± 85 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 20 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
50 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 47 Demografi Pasien Nama: Ibu Mr No MR: 587731 Umur: 56 tahun Lama perawatan: 3 hari Keterangan kontrol: nyeri luka operasi berkurang, luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur galeazzi kiri Diagnosa keluar: fraktur galeazzi kiri Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih: 24/09/2007 Penyebab fraktur yaitu terjatuh dari sepeda motor Tindakan: plating radius kiri Operasi: 25/09/2007
Obyektif 24 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 13,70 g% Lekosit : 10,00 x 103/μl MCH : 31,50 pg ↑ Tekanan darah : ± 117/77mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 36,6oC (± 37oC) Nadi : ± 91 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 4 jam 20 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
35 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 48 Demografi Pasien Nama: Sdr AY No MR: 587809 Umur: 14 tahun Lama perawatan: 3 hari
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur cruris kanan Diagnosa keluar: fraktur cruris kanan Keluhan: nyeri kaki kanan dan pergelangan kaki kanan Pasien masuk RS Panti Rapih: 24/09/2007 Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Tindakan: plating cruris kanan Operasi: 25/09/2007
Obyektif 24 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 16,10 g% ↑ Lekosit : 11,10 x 103/μl ↑ Hematokrit : 46,20 % ↑ Tekanan darah : ± 133/80mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,1oC (± 37oC) Nadi : ± 86 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 45 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
1 jam 15 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 49 Demografi Pasien Nama: Sdr Sp No MR: 588009 Umur: 30 tahun Lama perawatan: 9 hari Pasien rujukan Keterangan kontrol: luka baik dan kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur mandibula kanan, fraktur genu kanan Diagnosa keluar: fraktur mandibula kanan, fraktur genu kanan Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 25/09/2007. Penyebab fraktur yaitu kecelakaan sepeda motor Tindakan: debridement, ORIF plating Operasi: 26/09/2007
Obyektif 21 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 9,90 g% ↓ Lekosit : 16,40 x 103/μl ↑ 26 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 14,00 g% Lekosit : 20,10 x 103/μl ↑ Limfosit : 7,10 % ↓ RDW-CV : 14,90 % ↑ SGOT : 45,30 μ/l ↑ Glukosa darah sewaktu : 165 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 123/74 mmHg (120/80 mmHg) Suhu: ± 37,2oC (± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (80100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 1 g secara intravena (golongan cefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 5 jam sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum pemberian antibiotik profilaksis 24 jam)
Lama operasi
2 jam 20 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 50 Demografi Pasien Nama: Sdr Ra No MR: 588177 Umur: 63 tahun Lama perawatan: 9 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur terbuka cruris kanan dan fraktur tertutup antebrachii Diagnosa keluar: fraktur terbuka tibia kanan, fraktur radius kanan Cedera pada kaki, tangan dan pasien merasa nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 28/09/2007 Operasi pada tanggal 28/09/2007 Tindakan: debridement, ORIF plating.
Obyektif 28 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 13,50 g% ↑ Lekosit : 14,20 x 103/μl ↑ Creatinin : 1,51 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 167/90 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 37,1oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 76 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazol 1 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1. 5 jam sebelum operasi 2. Saat operasi hampir selesai
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
40 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 51 Demografi Pasien Nama: Sdr YD Nmr MR: 587777 Umur: 30 tahun Lama perawatan: 3 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif Diagnosa masuk dan diagnosa keluar: fraktur humeri kanan Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan antara sepeda motor Masuk RS Panti Rapih tanggal 28/09/2007 Operasi pada tanggal 29/09/2007 Tindakan: plating humeri kanan
Obyektif 28 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 14,70 g% ↑ Lekosit : 11,00 x 103/μl Monosit : 11,50 % ↑ Tekanan darah : ± 130/80mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,5oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 87 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (Golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 30 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam
Lama operasi
1 jam 15 menit
Jenis operasi
Plating (pemasangan implan)
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Efek obat merugikan (penggunaan cephalosporin generasi III sebagai antibiotik profilaksis) Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 52 Demografi Pasien Nama: Bp Ng No MR: 514807 Umur: 49 tahun Lama perawatan :2 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan, luka baik
Subyektif Diagnosa masuk dan diagnosa keluar : fraktur terbuka metatarsal V bone loss pedis V Keluhan: nyeri Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dengan mobil Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 29/09/2007 Operasi tanggal 29/09/2007 Tindakan: debridement dan pinning
Obyektif 29 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 13,10 g% Lekosit : 9,10 x 103/μl Tekanan darah : ± 120/73 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,8oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 75 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena Golongan cefalosporin generasi I T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 3 jam sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
10 menit
Jenis operasi
Pinning
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 53 Demografi Pasien Nama: Bp. IS No MR: 584714 Umur: 46 tahun Lama perawatan : 5 hari Keterangan kontrol: luka baik dan kering
Subyektif Diagnosa masuk: dislocatio bahu kanan Diagnosa keluar : fraktur bahu kanan Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dengan sepeda motor Keluhan: nyeri bahu kanan Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 28/08/2007 Operasi tanggal 29/09/2007 Tindakan: ORIF plating
Obyektif 28 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 16,20 g% ↑ Lekosit : 19,50 x 103/μl ↑ Hematokrit : 47,00 % ↑ Neutrofil : 91,70 % ↑ Glukosa darah sewaktu : 133 mg/dl ↑ Tekanan darah : ± 151/83 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 37,1 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 92 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 96 jam / 4 hari (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
20 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 54 Demografi Pasien Nama: Ny. SHr No MR: 585760 Umur: 79 tahun Lama perawatan : 7 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur collum femur kanan Diagnosa keluar : fraktur collum femur kanan Penyebab fraktur: jatuh terpeleset dan diurut Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 06/09/2007 Operasi tanggal 08/09/2007 Tindakan: hemiarthoplasthy
06 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 10,50 g% ↓ Lekosit : 10,05 x 103/μl ↑ Eritrosit : 3,35 x106/μl ↓ Hematokrit : 32,30 % ↓ MCV : 96,40 fl ↑ MCH : 31,30 pg ↑ Ureum : 52,00 mg/dl ↑ Creatinin : 1,23 mg/dl ↑
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
07 / 09 / 2007 : Glukosa darah puasa : 94 mg/dl Glukosa darah post prandial : 97 mg/dl ↓ 10 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 10,40 g% ↓ Lekosit : 31,10 x 103/μl ↑
Tekanan darah : ± 131/70 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,5 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 86 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 2 jam 15 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 96 jam / 4 hari (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
45 menit
Jenis operasi
Hemiarthoplasthy
Keadaan pasien
Ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 55 Demografi Pasien Nama: Ny. AW No MR: 531285 Umur: 23 tahun Lama perawatan : 5 hari Keterangan kontrol: luka baik
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur completa os humeri s 1/3 distal Diagnosa keluar : fraktur humeri kiri Penyebab fraktur: jatuh terpeleset Keluhan: nyeri, bengkak Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 15/09/2007 Operasi tanggal 17/09/2007 Tindakan: ORIF plating
Obyektif 15 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 11,70 g% ↓ Lekosit : 11,30 x 103/μl ↑ Hematokrit : 32,30 % ↓ Glukosa darah sewaktu : 129 mg/dl ↑ 19 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 10,80 g% ↓ Lekosit : 12,20 x 103/μl ↑ Eritrosit : 3,3 x106/μl ↓ Tekanan darah : ± 120/78 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,6oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 85 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 1 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 20 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 56 Demografi Pasien Nama: Sdr HR No MR: 586426 Umur: 22 tahun Lama perawatan : 3 hari Keterangan kontrol: luka baik dan kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur terbuka antebrachi kiri Diagnosa keluar : fraktur terbuka antebrachi kiri Penyebab fraktur: jatuh saat main bola Keluhan: nyeri, ada luka Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 11/09/2007 Operasi tanggal 11/09/2007 Tindakan: ORIF plating
Obyektif 11 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 15,30 g% ↑ Lekosit : 16,60 x 103/μl ↑ Hematokrit : 44,40 % ↑ Tekanan darah : ± 118/76 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 37oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 66 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 10 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 5 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 57 Demografi Pasien Nama:Ny. Ngd No MR: 586674 Umur: 47 tahun Lama perawatan : 3 hari Keterangan kontrol: 1.luka basah, masih bengkak 2. luka kering
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur ankle kiri dan fraktur talus kiri Diagnosa keluar : fraktur ankle kiri dan fraktur talus kiri Penyebab fraktur: kecelakaan motor Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 12/09/2007 Operasi tanggal 13/09/2007 Tindakan: plating ankle kiri dan screwing talus kiri
12 / 09 / 2007 : Lekosit : 14,00 x 103/μl ↑ Hematokrit : 32,30 % ↓ Neutrofil : 89,50 % ↑ Limfosit : 7,7 % ↓ Glukosa darah sewaktu : 114 mg/dl ↑
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
Tekanan darah : ± 123/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,7 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 77 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena Golongan cefalosporin generasi I T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 20 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 15 menit
Jenis operasi
Plating dan screwing
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 58 Demografi Pasien Nama: Ny.Shr No MR: 587564 Umur: 49 tahun Lama perawatan : 3 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur cruris kiri Diagnosa keluar : fraktur cruris kiri Penyebab fraktur: kecelakaan motor dengan minibus Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 21/09/2007 Operasi tanggal 22/09/2007 Tindakan: plating dan screwing
22 / 09 / 2007 : Lekosit : 11,60 x 103/μl ↑ Glukosa darah sewaktu : 170 mg/dl ↑
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
Tekanan darah : ± 132/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,7 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 84 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 25 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 24 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
55 menit
Jenis operasi
Plating dan screwing
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 59 Demografi Pasien Nama: Sdr. DiS No MR: 072139 Umur: 32 tahun Lama perawatan : 4 hari Keterangan kontrol: luka bersih dan kering
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur closed patela radius kiri Diagnosa keluar : fraktur closed patela radius kiri Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor dengan mobil Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 21/09/2007 Operasi tanggal 22/09/2007 Tindakan: ORIF dan TBW
21 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 16,40 g% ↑ Lekosit : 17,10 x 103/μl ↑ Eritrosit : 5,65 x106/μl Limfosit : 11,90 % ↓
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
Tekanan darah : ± 134/82 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,9 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 84 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 10 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 10 menit
Jenis operasi
Keadaan pasien
ORIF dan TBW
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 60 Demografi Pasien Nama: Ny.Sus No MR: 372488 Umur: 80 tahun Lama perawatan : 2 hari Keterangan kontrol: luka baik dan kering
Subyektif Diagnosa masuk: fraktur galleazi kanan Diagnosa keluar : fraktur galleazi kanan Penyebab fraktur: jatuh terpeleset Penyakit penyerta: hipertensi Keluhan: nyeri Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 20/09/2007 Operasi tanggal 20/09/2007 Tindakan: ORIF dan TBW
Obyektif 20 / 09 / 2007 : Lekosit : 7,60 x 103/μl ↑ Eritrosit : 3,96 x106/μl ↓ MCH : 31,20 pg Tekanan darah : ± 185/93 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,4 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 80 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Assessment Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena Golongan cefalosporin generasi I T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 50 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
35 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 61 Demografi Pasien Nama: Ny.LM No MR: 585578 Umur: 70 tahun Lama perawatan : 8 hari Keterangan kontrol: kaki bengkak, luka baik
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur bimaleolus megleted Diagnosa keluar : fraktur bimaleolus megleted Penyebab fraktur: jatuh terpeleset Keluhan: nyeri kaki kanan Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 05/09/2007 Operasi tanggal 07/09/2007 Tindakan: ORIF
05 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 10,50 g% ↓ Lekosit : 10,60 x 103/μl Eritrosit : 3,62 x106/μl ↓ Hematokrit : 31,50 % ↓ Ureum : 67,00 mg/dl ↑ Creatinin : 2,18 mg/dl ↑ Asam urat : 7,80 mg/dl ↑
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
Tekanan darah : ± 132/85 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,3 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 1 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 50 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 5 hari (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 5 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 62 Demografi Pasien Nama: Ny.FL No MR: 585623 Umur: 25 tahun Lama perawatan : 5 hari Pasien rujukan Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur cruris kanan Diagnosa keluar : fraktur tibial plateau Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Keluhan: nyeri skala 3 Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 05/09/2007 Operasi tanggal 06/09/2007 Tindakan: ORIF
05 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 10,50 g% ↓ Lekosit : 14,10 x 103/μl ↑ Eritrosit : 4,04 x106/μl ↓ Neutrofil : 90,10 % ↑ Limfosit : 6,00 % ↓ MCH : 32,90 pg ↑
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
Tekanan darah : ± 126/74 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 37,3 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 83 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 20 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 4 hari / 96 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 15 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 63 Demografi Pasien Nama: Sdr. SS No MR: 585315 Umur: 23 tahun Lama perawatan : 5 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur dislokasi talus kanan Diagnosa keluar : fraktur dislokasi talus kanan Penyebab fraktur: kecelakaan sepeda motor Keluhan: nyeri skala 1 Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 03/09/2007 Operasi tanggal 05/09/2007 Tindakan: ORIF
05 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 16,00 g% ↑ Lekosit : 11,90 x 103/μl ↑ Eritrosit : 5,75 x106/μl ↑ Hematokrit : 47,20 % ↑
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
Tekanan darah : ± 130/82 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,60 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 88 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cephradin 2 g secara intravena Golongan cefalosporin generasi I T ½ eliminasi: 1,3 jam pada fungsi normal ginjal Waktu mencapai kadar puncak: 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 40 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 72 jam (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 30 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 64 Demografi Pasien Nama: Ny. SK No MR: 101320 Umur: 57 tahun Lama perawatan : 7 hari Keterangan kontrol: luka kering
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur humeris kiri Diagnosa keluar : fraktur humeris kiri Penyebab fraktur: jatuh terpeleset Keluhan: tangan kiri nyeri, agak pusing Penyakit penyerta: hipertensi, DM Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 03/09/2007 Operasi tanggal 04/09/2007 Tindakan: ORIF plating
03 / 09 / 2007 : Lekosit : 13,20 x 103/μl ↑
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
06 / 09 2007 : Lekosit : 13,90 x 103/μl ↑ 08 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 9,60 g% ↓ Lekosit : 8,80 x 103/μl Hematokrit : 28,20 % ↓ Tekanan darah : ± 150/87 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 37,20 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 79 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 1 g secara intravena Golongan sefalosporin generasi I T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 25 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 120 jam / 5 hari (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 30 menit
Jenis operasi
ORIF
Keadaan pasien
DM, tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 65 Demografi Pasien Nama: Sdr. EH No MR: 584812 Umur: 35 tahun Lama perawatan : 4 hari Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk: fraktur clavikula kanan Diagnosa keluar : fraktur clavikula kanan Penyebab fraktur: terjatuh saat naik motor Keluhan: nyeri bahu kanan Pasien masuk RS Panti Rapih tanggal 29/08/2007 Operasi tanggal 30/08/2007 Tindakan: plating
29 / 08 / 2007 : Hemoglobin : 16,10 g% ↑ Lekosit : 17,80 x 103/μl ↑ Hematokrit : 45,10 % ↑ Limfosit : 9,60 % ↓ MCH : 33,10 pg ↑ Glukosa darah sewaktu : 128 mg/dl ↑
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
Tekanan darah : ± 140/85 mmHg (normal: 120/80 mmHg) Suhu: ± 36,50 oC (normal: ± 37oC) Nadi : ± 82 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Ceftazidim 2 g secara intravena (Golongan sefalosporin generasi III) T ½ eliminasi: 1,52 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak (t mak): 1 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis 1 jam 10 menit sebelum operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis 48 jam hari (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
30 menit
Jenis operasi
Plating
Keadaan pasien
Tidak ada pendarahan
DRPs
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik) Dosis terlalu tinggi (durasi terapi terlalu lama karena pemberian antibiotik profilaksis seharusnya < 24 jam)
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasus 66 Demografi Pasien Nama: Bpk Sy. Nmr MR: 586842 Umur: 83 tahun Keterangan kontrol: tidak ada keluhan
Subyektif
Obyektif
Assessment
Diagnosa masuk dan diagnosa keluar: fraktur tertutup intertrochanter kanan Riwayat penyakit: DM hiperglikemi Lama perawatan: 12 hari Keluhan : nyeri Masuk RS Panti Rapih tanggal 15/09/2007 Operasi tanggal 17/09/2007 Tindakan: Amp dan cement
15 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 9,40 g% ↓ Lekosit : 11,60 x 103/μl ↑ Eritrosit : 2,49 x 106/μl ↓ Hematokrit : 27,60 % ↓ MCV : 110,80 fl ↑ MCH : 36,10 pg ↑ Creatinin : 1,03 mg/dl
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotik profilaksis
16 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 7,50 g% ↓ Lekosit : 6,80 x 103/μl Eritrosit : 2,16 x 106/μl ↓ Hematokrit : 23,20 % ↓ MCV : 107,40 fl ↑ MCH : 34,70 pg ↑ RDW-CV : 17,40 % ↑ 19 / 09 / 2007 : Hemoglobin : 10,00 g% ↓ Lekosit : 5,60 x 103/μl
Jenis dan dosis Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 g secara intravena (Golongan sefalosporin generasi I) T ½ eliminsi: 1-2 jam pada fungsi ginjal normal Waktu mencapai kadar puncak dalam serum: 1-2 jam
Waktu pemberian antibiotik profilaksis Saat mulai operasi
Durasi pemberian antibiotik profilaksis Pre operasi (maksimum 24 jam post operasi)
Lama operasi
1 jam 45 menit
Jenis operasi
Keadaan pasien
DRPs
Amp dan pemasangan cement
Riwayat DM hiperglikemi
Dosis terlalu rendah (waktu pemberian terlalu lama seharusnya 30-60 mnt sblm op atau disesuaikan dengan t mak dan t ½ eliminasi antibiotik)
Tidak ada pendarahan
Tekanan darah : ± 158/87 mmHg (normal ±120/80 mmHg) Suhu: ± 36,5oC (normal ± 37oC) Nadi : ± 93 kali/menit (normal: 80-100 kali/menit)
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Yasinta Yekti Utami yang lahir pada tanggal 31 Januari 1986 di Magelang, Jawa Tengah. Penulis merupakan putri kedua dari 2 bersaudara pasangan Bapak FX Basirun (Alm.) dan Ibu Th. Sutiyem. Pada tahun 1990 penulis menempuh pendidikan di TK Pertiwi Seloboro Salam, kemudian melanjutkan ke SD Seloboro I Salam pada tahun 1992, lalu pada tahun 1995 penulis pindah ke SD Mater Dei Muntilan. Kemudian pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Marganingsih Muntilan, setelah lulus SMP penulis melanjutkan pendidikan di SMA Virgo Fidelis Bawen pada tahun 2001 dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.