KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN TEH

Download kelimpahan Arthropoda pada suatu ekosistem menjadi dasar pertimbangan untuk ... DARI TEPI HUTAN DI PTPN VIII GUNUNG MAS, BOGOR. ARINI. Skri...

0 downloads 662 Views 2MB Size
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN TEH 300-600 METER DARI TEPI HUTAN DI PTPN VIII GUNUNG MAS, BOGOR

ARINI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ABSTRAK ARINI. Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda pada Perkebunan Teh 300600 m dari Tepi Hutan di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA. Pengendalian hama menggunakan pestisida sintetik menimbulkan berbagai pengaruh negatif, baik terhadap lingkungan, tanaman, maupun kesehatan dan keamanan manusia. Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dikembangkan sebagai alternatif pengendalian. Pengetahuan tentang keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda pada suatu ekosistem menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan sistem PHT. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda pada perkebunan teh yang berjarak 300-600 m dari tepi hutan di PTPN VIII Gunung Mas. Pengambilan sampel dilakukan sejak Maret hingga Mei 2013. Lokasi pengambilan sampel adalah di lahan perkebunan teh yang berjarak 300-400, 400-500, hingga 500-600 m dari tepi hutan. Metode pengambilan sampel menggunakan jaring serangga, branches beating, dan pitfall trap. Pengambilan sampel dilakukan 12 kali dengan interval pengamatan satu minggu sekali. Jumlah Arthropoda yang diperoleh pada pengamatan adalah 4403 individu yang terdiri dari 18 ordo dan 58 famili. Keanekaragaman Arthropoda tertinggi terdapat pada lokasi 300-400 m dari tepi hutan. Kelimpahan Arthropoda tertinggi terdapat pada lokasi 400-500 m dari tepi hutan. Proporsi peranan Arthropoda predator diperoleh paling tinggi yaitu 52%, herbivor 27%, detrivor 20%, dan parasitoid serta serangga lain sekitar 1%. Kata kunci: Arthropoda, jauh dari hutan, kelimpahan, keanekaragaman, teh.

ABSTRACT ARINI. Diversity and Abundance of Arthropods in Tea Plantation 300-600 m from the Forest Edge in Gunung Mas PTPN VIII, Bogor. Supervised by DADAN HINDAYANA. Pest control with synthetic pesticides causes various negative influences, on the environment, plant, or human health and safety. The concept of integrated pest control (IPC) began to be developed as an alternative. Understanding on the diversity and abundance of arthropods in an ecosystem is the basic consideration to implement the IPC system. The research is conducted to identify the diversity and abundance of arthropod in tea plantations within 300-600 m from edge of the forest in Gunung Mas PTPN VIII. Sampling was conducted from March until May 2013. The sampling location is in areas of tea plantations within 300-400, 400-500, to 500-600 m from the forest edge. Arthropod sampling method is to use insect netting, branches beating, and using pitfall trap. Observation performed 12 times with one week interval between observations. Number of arthropods obtained in the observations is 4403 individuals consisting of 18 orders and 58 families. Arthropod diversity was highest in locations 300-400 m from the forest edge. Arthropod abundance was highest at locations 400-500 m from the forest edge. The proportion of predatory arthropods obtained the highest is 52%, then 27% herbivor, detrivor 20%, and parasitoids and other insects about 1%. Key words: Arthropods, far from the forest, abundance, diversity, tea

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN TEH 300-600 METER DARI TEPI HUTAN DI PTPN VIII GUNUNG MAS, BOGOR

ARINI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Judul Skripsi : Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda pada Perkebunan Teh 300-600 m dari Tepi Hutan di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor Nama : Arini NIM : A34090010

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dadan Hindayana Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA Alhamdulillah, segala syukur hanya bagi Allah Pemilik Semesta yang telah memberikan begitu banyak kenikmatan dan kekuatan bagi penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk Rasulullah SAW, pembawa risalah agama yang sempurna yang dengannya keselamatan dunia akhirat akan tercapai. Tugas akhir berjudul, “Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda pada Perkebunan Teh 300-600 m dari Tepi Hutan di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor” ini menggunakan data yang diperoleh dari Perkebunan Teh PTPN VIII Gunung Mas, Bogor yang kemudian diidentifikasi di Laboratorium Ekologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan tak terkira dalam penyusunan usulan tugas akhir ini. Kepada Ayahanda Muhammad Alis dan Ibunda Roslita, Kakanda Aldina Safitri dan Aulia Rahman, serta Adinda Ainul Hikmah atas doa dan motivasi yang tak pernah putus. Dr.Ir. Dadan Hindayana selaku dosen pembimbing tugas akhir yang begitu banyak memberikan masukan serta bimbingan. Dr. Ir. Abdul Muin MS selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan masukan dan perbaikan. Dr.Ir. Supramana, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan sehingga penulis berani dan mandiri dalam berpikir. Kepada teman seperjuangan, Nisa Rizki Poerwitasari atas kesediaan berbagi ilmu, teman-teman Proteksi Tanaman 46, teman-teman LDK BKIM IPB, dan penghuni Wisma Agung 1 dan 2 atas doa yang tak pernah hilang. Serta kepada seluruh civitas akademika Departemen Proteksi Tanaman IPB yang telah begitu banyak memberikan dorongan dan doa, penulis ucapkan terima kasih. Sebagai penutup, besar harapan penulis tugas akhir ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak terutama bagi dunia pertanian Indonesia.

Bogor, September 2013 Arini

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Kategori lokasi Pengambilan sampel Identifikasi Arthropoda Analisis data Hubungan Proporsi Arthropoda Predator dengan Tingkat Serangan Hama HASIL DAN PEMBAHASAN Kelimpahan dan Keanekaragaman Arthropoda Proporsi Peranan Arthropoda Predator Herbivor Parasitoid dan Arthropoda lain Proporsi Peran Arthropoda Berdasarkan Metode Pengambilan Sampel PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

1 1 2 2 3 3 3 3 4 5 5 5 6 6 8 10 11 14 16 17 17 17 18 20 24

DAFTAR TABEL Tabel 1 Jumlah individu Arthropoda berdasarkan peran pada setiap lokasi Tabel 2 Peranan ordo dan family Arthropoda yang ditemukan Tabel 3 Famili dan jumlah Arthropoda dari ordo Araneae

8 9 11

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kategori lokasi (a) dan titik pengambilan sampel (b) 3 Gambar 2 Teknik pengambilan sample 4 Gambar 3 Persentase kelimpahan individu tiap ordo Arthropoda 6 Gambar 4 Lokasi penelitian 7 Gambar 5 Persentase peranan Arthropoda yang ditemukan 8 Gambar 6 Famili Arthropoda predator 10 Gambar 7 Famili Arthropoda Herbivor 12 Gambar 8 Famili Arthropoda detrivor 13 Gambar 9 Famili parasitoid dan Arthropoda lain 14 Gambar 10 Luas serangan hama pada blok 11 dan 5 15 Gambar 11 Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel 16

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Posisi lokasi pengambilan sampel Jumlah individu pada setiap lokasi Data suhu dan kelembapan mingguan Data serangan hama di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor Jenis gulma di sekitar lokasi

20 20 22 22 22

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Teh (Camellia sinensis L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan strategis bagi Indonesia. Ekspor teh telah menyumbang devisa yang cukup tinggi sehingga berada di peringkat ke-3 setelah minyak dan gas. Tahun 2010 volume ekspor teh sebesar 87.101 ton atau total nilai sebesar US$178.5 juta (BPS 2010). Peran lainnya di sektor hilir, perkebunan teh menjadi penyedia bahan baku industri minuman di dalam maupun luar negeri dan mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Produksi perkebunan teh Indonesia tahun 2011 menurut Direktorat Jenderal Pertanian mencapai 150 ton dan lebih rendah dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yaitu sebesar 156 ton. Selain produksi yang menurun, volume impor Indonesia tahun 2011 tercatat cukup tinggi yaitu 19.812 ton atau senilai US$27,32 juta. Faktor yang mempengaruhi produktivitas teh antara lain sosial-ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, atau tingkat pendidikan, dan faktor biologi, seperti kondisi lahan pertanian, bibit, varietas, pupuk, pestisida, ataupun keberadaan OPT. Kartasasmita (2011) menuliskan bahwa tantangan besar dalam produksi bidang perkebunan teh salah satunya adalah menangani perkembangan hama dan penyakit tanaman. Direktur Perlindungan Perkebunan (2002) mengemukakan beberapa hama tanaman teh seperti Helopeltis spp., Homona coffearia Neitner, Hyposidra talaca (Walker), dan Cydia leucostoma Meyr. Penyakit yang umum antara lain cacar daun teh oleh Exobasidium vexans Masse, Ganoderma pseudoferrum (Wakef.) Overeem & B., penyakit busuk daun, dan die back. Serangan hama dan penyakit ini akan mempengaruhi produktivitas serta menurunkan kualitas teh. Gangguan hama dan penyakit tanaman tersebut di atas, saat ini umumnya dikendalikan dengan aplikasi pestisida. Teknik pengendalian ini bila berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif (Das 2010). Dampak tersebut antara lain menyebabkan resistensi hama, musnahnya musuh alami, residu pada bahan panen dan berbahaya bagi lingkungan. Sistem pengendalian yang lebih ramah lingkungan adalah sistem pengendalian hama terpadu (PHT). PHT ini telah menjadi kebijakan pengendalian utama di Indonesia seperti yang digariskan pada UU No.12 tahun 1992 pasal 20 ayat 1. PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. PHT akan berfungsi dengan optimal bila informasi keanekaragaman dan kelimpahan komponen ekosistem diketahui dengan baik. Peran Arthropoda yang berfungsi sebagai musuh alami akan sangat penting. Keberadaan musuh alami dipengaruhi oleh kondisi ekosistem pertanaman yang ada. Keanekaragaman serangga berkorelasi positif dengan tingkat kompleksitas lingkungannya (Erawati dan Kahono 2010). Studi terkait peranan hutan oleh Rizali et al. (2002) menunjukkan bahwa keanekaragaman serangga pada ekosistem sawah sekitar

2

2

hutan yang cenderung masih alami lebih tinggi dibandingkan dengan ekosistem persawahan biasa. Namun, informasi mengenai keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda pada tanaman teh yang berhubungan dengan keanekaragaman lingkungan ini masih belum banyak dilakukan. Sehingga dirasa penting untuk dilakukan penelitian atau survey lapang mengenai Arthropoda di teh yang berada di sekitar hutan. Tujuan Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi terkait keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda dan proporsi peranan Arthropoda pada kebun teh yang berjarak 300-600 m dari tepi hutan. Manfaat Informasi yang diperoleh terkait keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda pada teh ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan pertimbangan bagi peneliti lain. Bagi perusahaan PTPN VIII diharapkan memperoleh informasi baru terkait pengelolaan hama teh secara PHT dengan teknik menjaga keseimbangan komponen ekosistem seperti musuh alami dan hama.

3

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data berupa keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda dilakukan pada perkebunan teh PTPN VIII Gunung Mas, Cisarua, Bogor. Identifikasi Arthropoda dilaksanakan di laboratorium Ekologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2013.

Metode Penelitian Kategori lokasi Pengambilan data keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda dilakukan pada kebun teh yang berlokasi 300-600 m dari tepi hutan. Luas lokasi kebun teh yang diamati adalah 9000 m2 dengan panjang 300 m dan lebar 30 m. Lokasi penelitian dibagi dengan tiga kategori jarak, yaitu jarak 300-400 m (lokasi D), 400500 m (lokasi E), dan 500-600 m (lokasi F) (Gambar 1a). Setiap kategori ditetapkan lima titik pengambilan sample (pola diagonal) dengan perkiraan luas masingmasing titik sample adalah 2 m2 (Gambar 1b). Total titik pengambilan sampel adalah 15 titik.

(a) (b) Gambar 1 Kategori lokasi (a) dan titik pengambilan sampel (b)

4

4

Pengambilan sampel Pengambilan sample Arthropoda menggunakan tiga teknik yaitu pemasangan pitfall trap, penjaringan serangga, dan penggoyangan dahan (branches beating). Dilakukan pula pengambilan data berupa suhu dan kelembapan lingkungan dengan termohigrometer dan pencatatan data curah hujan dari pengelola kebun teh Gunung Mas. Pitfall trap. Metode pitfall trap digunakan untuk mendapatkan Arthropoda permukaan tanah. Pitfall trap adalah perangkap yang terbuat dari gelas bekas minuman yang ditanam di tanah (Gambar 2a). Posisi permukaan gelas diatur sejajar dengan permukaan tanah. Gelas kemudian diisi air sabun sehingga memenuhi 1/3 bagian gelas. Gelas ditutup dengan seng penutup untuk menghindari masuknya air hujan. Setiap titik sampel diletakkan satu buah pitfall trap yang disimpan selama 24 jam. Arthropoda kemudian diambil dan disimpan di botol koleksi untuk diidentifikasi di laboratorium. Penjaringan serangga. Metode penjaringan serangga dilakukan untuk mendapatkan Arthropoda yang aktif terbang. Penjaringan dilakukan dengan 10 kali ayunan tunggal pada setiap titik pengambilan sampel (Gambar 2b). Arthropoda yang diperoleh kemudian diambil dan disimpan di botol koleksi untuk diidentifikasi di laboratorium. Branches beating. Metode ini dilakukan untuk memperoleh Arthropoda yang ada di pohon teh, baik menempel di daun ataupun di dahan yang memiliki kemungkinan tidak masuk ke dalam jaring atau pitfall trap. Dahan teh digoyang dengan menggunakan tongkat sebanyak 10 kali penggoyangan dahan (Gambar 2c). Di bagian bawah pohon diberi alas kain putih berukuran 1x1 m untuk menampung serangga yang jatuh. Arthropoda kemudian diambil dan disimpan di botol koleksi untuk diidentifikasi di laboratorium.

(a)

(b) Gambar 2 Teknik pengambilan sampel

(c)

5

Identifikasi Arthropoda Arthropoda yang diperoleh diidentifikasi di Laboratorium Ekologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Identifikasi dilakukan hingga tingkat famili dengan menggunakan buku identifikasi Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam Borror et al (1996) dan website www.bugguide.net yang dikelola oleh Iowa State University Entomology. Analisis data Data keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda ditampilkan menggunakan Microsoft Excel 2013, dilanjutkan dengan analisis deskriptif. Hubungan proporsi Arthropoda predator dengan Tingkat Serangan Hama Bagian tanaman di PTPN VIII Gunung Mas memiliki data mengenai tingkat serangan hama setiap bulan. Data dikaitkan dengan proporsi Arthropoda predator yang ditemukan dengan pengkategorian serangan hama meliputi serangan ringan (< 2 ha), sedang (2 ha), dan serangan berat (<2 ha). Persentase serangan hama dihitung dengan rumus berikut: % serangan hama x =

∑ luas serangan hama tiap kategori (ha) x 100% Luas blok kebun pengamatan (ha)

% proporsi predator x =

∑ Arthropoda predator x 100% ∑ Arthropoda

6

HASIL DAN PEMBAHASAN Kelimpahan dan Keanekaragaman Arthropoda Arthropoda yang diperoleh pada kebun teh yang berjarak 300-600 m dari tepi hutan adalah 18 ordo dan 58 famili dengan kelimpahan individu Arthropoda 4403. Persentase kelimpahan individu untuk setiap ordo Arthropoda yang ditemukan dapat dilihat pada Gambar 3. Persentase kelimpahan individu Arthropoda terbesar berturut-turut adalah ordo Hymenoptera (30,96%), Lepidoptera (19,62%), Aranea (14,04%), dan Collembola (11,02%). Persentase kelimpahan individu Arthropoda terkecil dari ordo Neuroptera (0,02%) dan Polydesmida (0,02%) yang hanya diperoleh 1 individu selama pengambilan sampel.

10%

1,54%

20%

0,02% 2,25% 0,05% 4,57% 0,14% 0,05% 0,02%

%

14,04%

30%

0,52% 2,20% 11,02% 3,61% 4,84% 0,52% 4,04%

40%

30,96% 19,62%

50%

Acari Araneae Blattodea Coleoptera Collembola Dermaptera Diptera Glomerida Hemiptera Hymenoptera Lepidoptera Neuroptera Opiliones Odonata Orthoptera Trichoptera Scolopendromorpha Polydesmida

0%

Ordo Gambar 3 Persentase kelimpahan individu tiap ordo Arthropoda Jumlah ordo Arthropoda yang ditemukan dalam penelitian ini tidak berbeda antar tiap lokasi yaitu sebanyak 18 ordo, namun terdapat keanekaragaman famili antar tiap lokasi pengamatan. Famili Arthropoda yang berhasil diidentifikasi sebanyak 58 dan hanya 41 famili yang ditemukan pada semua lokasi sedangkan 17 famili lain ada yang hanya ditemukan pada satu atau dua lokasi. Famili yang hanya ditemukan pada lokasi D adalah Pyralidae (ordo Lepidoptera), Nymphalidae (ordo Lepidoptera), Amatiidae (ordo Lepidoptera), Encyrtidae (ordo Hymenoptera), Coreidae (ordo Hemiptera) dan Paradoxosomatidae (ordo Polydesmida). Famili yang hanya ditemukan di lokasi E adalah Myrmeleontidae (ordo Neuroptera), Asilidae (ordo Diptera) dan Scolopendridae (ordo Scolopendromorpha). Pentatomidae (ordo Hemiptera) dan Dolichopodidae (ordo Diptera) hanya

7

ditemukan di lokasi F. Famili yang ditemukan pada lokasi D dan E adalah Issidae (ordo Hemiptera), Membracidae (ordo Hemiptera), dan Arctiidae (ordo Lepidoptera). Famili Apidae (ordo Hymenoptera) hanya ditemukan pada lokasi E dan F, sedangkan Gelechiidae (ordo Lepidoptera) dan Libellulidae (ordo Odonata) ditemukan pada lokasi D dan F. Keanekaragaman dan jumlah individu Arthropoda pada setiap lokasi ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah famili dan individu Arthropoda pada setiap lokasi Lokasi Famili Individu D 52 1412 E 48 1587 F 46 1404 Posisi hutan yang berada di tepi kebun teh diduga berpengaruh terhadap keanekaragaman Arthropoda di kebun teh. Kebun teh Gunung Mas PTPN VIII berbatasan dengan hutan pegunungan dari area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gunung Gede Pangrango merupakan daerah hutan hujan tropis yang cenderung memiliki keanekaragaman yang tinggi baik flora maupun faunanya. Selain itu, faktor cuaca saat pengambilan sampel sepertinya adanya hujan serta keadaan habitat sekitar lokasi pengambilan sampel diduga juga turut berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda yang diperoleh. Lokasi D berjarak 300-400 m dari tepi hutan dan memiliki keanekaragaman vegetasi penutup lahan atau gulma yang cukup banyak dan beranekaragam. Lokasi E berjarak 400-500 m dari tepi hutan dan memiliki keanekaragaman gulma yang paling tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Lokasi F berjarak 500-600 m dari tepi hutan dan hampir tidak ditemukan gulma pada lokasi ini (Gambar 4). Sedangkan untuk jenis dan kerapatan pohon pelindung tidak berbeda antar setiap lokasi. Jenis pohon pelindung yang terdapat di kebun teh ini adalah Silver oak (Grevillea robusta A. Cunn).

Lokasi D

Lokasi E

Lokasi F

Gambar 4 Lokasi penelitian Keanekaragaman famili Arthropoda tertinggi terdapat pada lokasi D. Rizali et al. (2002) menyatakan bahwa selain faktor usia tanaman, lokasi lahan yang

8

8

berdekatan dengan hutan akan mempengaruhi keanekaragaman serangga. Habitat yang beragam salah satunya hutan, akan mendukung keberagaman spesies yang ada di dalamnya (Ananthakrishnan 2009). Vegetasi penutup lahan berupa gulma yang beragam pada lokasi E akan mempengaruhi kelimpahan Arthropoda. Gulma akan meningkatkan kelembapan tanah dan hanya beberapa jenis Arthropoda tertentu saja yang dapat beradaptasi dan bertahan dengan kondisi seperti ini (Desmond 2013). Proporsi Peranan Arthropoda Arthropoda yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok berdasarkan sifat atau peranannya di alam yaitu Arthropoda herbivor, predator, detrivor atau pengurai, parasitoid dan serangga lain. Komposisi peranan seluruh Arthropoda yang ditemukan ditampilkan pada Gambar 5. Berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa proporsi tertinggi adalah predator (52%), herbivor (27%), detrivor (20%), serta gabungan Arthropoda lain dan parasitoid (1%). Arthropoda lain dan parasitoid 1% Detrivor 20% Predator 52% Herbivor 27% Gambar 5 Persentase peranan Arthropoda yang ditemukan Jumlah individu Arthropoda berdasarkan peran pada setiap lokasi pengamatan ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Jumlah individu Arthropoda berdasarkan peran pada setiap lokasi Peran Predator Herbivor Detrivor Parasitoid Arthropoda lain Total

A 799 333 260 19 1 1412

Jumlah individu B 848 411 312 13 3 1587

C 635 435 316 14 4 1404

Secara umum, jumlah Arthropoda yang berperan sebagai predator lebih tinggi dibanding peranan Arthropoda yang lain. Arthropoda predator didominasi Ordo Hymenoptera dan Araneae. Arthropoda herbivor secara umum ditemukan

9

berasal dari Ordo Lepidoptera, Coleoptera, dan Hemiptera. Arthropoda yang berperan sebagai detrivor atau pengurai bahan organik didominasi ordo Collembola, Dermaptera, dan Acari. Serangga dari ordo Hymenoptera yang lainnya menjadi parasitoid dan beberapa serangga lain yang ditemukan dikategorikan sebagai serangga lain karena tidak diketahui peranan mereka dalam ekosistem perkebunan teh. Peranan Arthropoda yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Peranan ordo dan family Arthropoda yang ditemukan Peranan

Ordo

Family

Detrivor

Acari Blattodea Collembola Dermaptera Diptera Glomerida Polydesmida Scolopendromorpha Coleoptera

Euphthiracaridae Blattelidae Entomobryidae, Isotomidae Forficularidae Muscidae, Phoridae Glomeridae Paradoxosomatidae Scolopendridae Cerambycidae, Chrysomelidae, Coccinellidae, Curculionidae Agromyzidae, Cecidomyiidae, Tephritidae Cicadellidae, Coreidae, Flatidae, Issidae, Membracidae, Miridae Amatiidae, Arctiidae, Gelechiidae, Geometridae, Limacodidae, Nymphalidae, Pyralidae, Tortricidae Acrididae Braconidae, Encyrtidae, Ichneumonidae Agelenidae, Araneidae, Gnaposidae, Lycosidae, Oxyopidae, Salticidae, Terididae, Theridiosomatidae, Tetragnathidae Carabidae Asilidae, Dolichopodidae, Syrphidae, Tipulidae Pentatomidae Formicidae Myrmeleontidae Libellulidae Phalangidae Gryllidae, Tettigoniidae Apidae Lepidostomatidae

Herbivor

Diptera Hemiptera Lepidoptera

Parasitoid Predator

Orthoptera Hymenoptera Araneae

Coleoptera Diptera

Serangga lain

Hemiptera Hymenoptera Neuroptera Odonata Opiliones Orthoptera Hymenoptera Trichoptera

10

10

Predator Proporsi Arthropoda predator paling tinggi dibanding peranan Arthropoda yang lain. Kondisi ini dijelaskan oleh Kwon et.al (2013) yang menyebutkan bahwa predator memiliki relung ekologi yang lebih fleksibel daripada serangga lain yang berperan sebagai herbivor atau detrivor sehingga memungkinkan keberadaan predator lebih melimpah. Predator yang dominan ditemukan adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) dan laba-laba (Ordo Araneae) (Gambar 6). Predator dari famili yang lain ditemukan dalam jumlah sedikit bahkan beberapa predator hanya ditemukan 1 individu selama pengamatan. Gryllidae; 154 Araneae; 618

Formicidae; 1315

Araneae Carabidae Asilidae Dolichopodidae Syrphidae Tipulidae Pentatomidae Formicidae Myrmeliotidae Phalangidae Libellulidae

Gambar 6 Famili Arthropoda predator Jumlah Formicidae yang diperoleh adalah 1315 individu selama pengamatan. Kelimpahan semut menurut Philpott dan Armbrecht (2006) cukup tinggi pada ekosistem hutan hujan tropis. Elzinga (2004) mengemukakan bahwa Formicidae merupakan serangga predator yang bersifat sosial. Hidup berkelompok sehingga memungkinkan untuk melakukan predasi terhadap mangsa yang lebih besar. Semut dapat berburu di permukaan tanah maupun di dalam tanah. Semut diketahui berperan sebagai predator di teh karena memangsa hama seperti Helopeltis spp. Selain itu, semut juga menjadi predator bagi telur hama Hyposidra talaca (Deptan 2004). Semut banyak ditemukan pada gulma yang berbunga dan membuat sarang di bawah pohon pelindung. Predator lain yang cukup banyak ditemukan adalah laba-laba (ordo Araneae). Laba-laba digolongkan sebagai predator di kebun teh karena memangsa larva ulat jengkal ataupun memerangkap imago lepidoptera (Deptan 2004). Sebanyak sembilan famili laba-laba yang ditemukan berhasil diidentifikasi dengan jumlah individu tertinggi adalah famili Tetraghnatidae dan Salticidae, dan terendah famili Gnaposidae (Tabel 2). Kelimpahan yang berbeda dapat dipengaruhi oleh kompleksitas struktur vegetasi dan tingkat gangguan habitat (Suana 2005).

11

Tabel 3 Famili dan jumlah Arthropoda dari ordo Araneae Famili Agelenidae Araneidae Gnaposidae Lycosidae Oxyopidae Salticidae Terididae Theridiosomatidae Tetraghnatidae

Jumlah Individu 11 20 7 20 15 158 39 111 231

Tipe Pembuat jaring Pembuat jaring Pemburu Pemburu Pemburu Pemburu Pembuat jaring Pembuat jaring Pembuat jaring

Beberapa laba-laba berburu di tanah atau pada pohon teh, namun beberapa menangkap mangsa dengan jaring. Tetragnathidae merupakan laba-laba predator yang membuat perangkap untuk menangkap mangsanya kemudian menggigit dengan rahangnya (Yoshida 1989). Salticidae atau jumping spider adalah laba-laba pemburu yang aktif siang hari dan mampu menerkam mangsanya dengan sangat cepat (Deptan 2004). Proporsi predator paling tinggi pada lokasi E atau 400-500 m dari tepi hutan. Tingginya kelimpahan Arthropoda predator ini dipengaruhi habitat di sekitar lokasi E. Lokasi ini memiliki keanekaragaman gulma yang lebih tinggi dibanding D dan F. Secara umum, menurut Pradana (2013) jenis gulma yang banyak ditemukan di perkebunan teh Gunung Mas adalah Commelina diffusa (tali said), Ageratum conyzoides (babadotan), Borreria alata, Paspalum conjugatum (jukut pait), Melastoma affine, Urena lobota, Mikania micrantha (mikania), dan Clidemia hirta (harendong). Rasminah dan Rohman (2012) menunjukkan bahwa keberadaan gulma di sekitar pohon teh berperan penting bagi predator yang bersifat generalis. Keberadaan gulma ini menjadi mikro habitat bagi perkembangan predator. Herbivor Sebanyak 22 famili Arthropoda yang ditemukan berperan sebagai herbivor atau pemakan tumbuh-tumbuhan. Sebagian Arthropoda herbivor ini menjadi hama secara langsung pada tanaman teh seperti ulat jengkal (Geometridae: Lepidoptera), kepik penghisap pucuk (Miridae:Hemiptera), dan hama Empoasca (ordo Cicadellidae), dan sebagian lainnya ada pula yang menjadi pemakan gulma di sekitar pohon teh. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah individu tertinggi berasal dari famili Geometridae atau ulat jengkal (Gambar 10). Famili dari Ordo Lepidoptera ini ditemukan pada setiap lokasi dalam fase larva.

12

12

Cicadellidae; 73 Flatidae; 37 Miridae; 49

Geometridae; 827

Cerambycidae Coccinellidae Agromyzidae Tephritidae Coreidae Issidae Miridae Arctiidae Geometridae Nymphalidae Totricidae

Chrysomelidae Curculionidae Cecidomyiidae Cicadellidae Flatidae Membracidae Amatiidae Gelechiidae Limacodidae Pyralidae Acrididae

Gambar 7 Famili Arthropoda Herbivor Ulat jengkal atau Hyposidra talaca telah menjadi hama utama di perkebunan teh PTPN VIII Gunung Mas dan serangannya mampu menurunkan hasil hingga 40% (Pradana 2013). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan hampir seluruh lokasi kebun teh yang diamati diserang oleh hama ini. Gejala kerusakan terlihat jelas dengan daun yang berlubang bahkan serangan berat hanya akan tersisa tulang daun dan ranting saja. Serangan H. talaca dipengaruhi oleh cuaca. Pradana (2013) menyebutkan bahwa serangan tertinggi hama ini terjadi pada musim kemarau atau pada peralihan musim hujan ke musim kemarau. Hal ini disebabkan perkembangan serangga ini terhambat pada habitat dengan curah hujan tinggi karena larva akan mudah jatuh dan terbawa air hujan. Kelimpahan Arthropoda herbivor paling tinggi pada lokasi F yang paling jauh dari tepi hutan. Selain paling jauh dari tepi hutan, pada lokasi F juga sangat jarang ditemukan adanya gulma ataupun tanaman penutup lahan. Lokasi kebun yang jauh dari hutan akan mempengaruhi kelimpahan Arthropoda herbivor karena keragaman tumbuhan semakin berkurang. Altieri (2009) menyatakan bahwa berbagai penelitian telah mendukung bahwa ekosistem yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang rendah justru memiliki kelimpahan herbivor yang tinggi. Hidayat et al. (2006) menyebutkan bahwa ekosistem yang memiliki keragaman yang tinggi akan meningkatkan keanekaragaman spesies Arthropoda yang ada, sebaliknya ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang rendah akan memiliki keanekaragaman yang rendah pula. Selain itu, tidak adanya gulma yang merupakan inang dan habitat musuh alami menyebabkan rendahnya predator ataupun parasitoid sehingga keberadaan hama di lahan menjadi lebih tinggi.

13

Detrivor Arthropoda detrivor berperan penting dalam suatu jaring makanan dalam ekosistem. Detrivor berperan penting di alam karena melakukan proses penguraian bahan organik sehingga kelimpahannya dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik. Detrivor yang paling banyak ditemukan adalah Entomobryidae (ordo Collembola), dan Istomidae )ordo Collembola). Didapatkan juga pengurai lain seperti Cocopet (Forficularidae: Dermaptera), tungau, dan kelompong lewing. Euphthiracaridae; 68 Muscidae; 108 Entomobryidae; 282

Forficularidae; 159

Isotomidae; 203

Euphthiracaridae Blattelidae Entomobryidae Isotomidae Forficularidae Muscidae Phoridae Glomeridae Scolopendridae Paradoxosomatidae

Gambar 8 Famili Arthropoda detrivor Kelimpahan dan keanekaragaman Collembola sangat dipengaruhi oleh keadaan suatu lahan. Hal ini disebabkan Collembola sebagai Arthropoda pengurai bahan organik sangat tergantung dengan ketersediaan bahan organik di tanah. Berdasarkan pengamatan, hanya diperoleh dua famili Collembola yaitu Entomobryidae dan Isotomidae. Famili Entomobryidae lebih banyak ditemukan dibandingkan famili Isotomidae. Borror et al. (1996) menyebutkan bahwa Isotomidae menyukai daaerah di sekitar hutan yang basah sedangkan Entomobryidae menyukai serasah. Lokasi penelitian diduga mempengaruhi kelimpahan ini karena kondisi vegetasi penutup lahan yang lebih banyak ditutupi oleh serasah. Agus (2007) meneliti bahwa pada perkebunan teh ditemukan Collembola dari famili Entomobryidae yang paling dominan. Cocopet (Forficulidae: Dermaptera) ditemukan cukup banyak di lahan. Famili ini didapat melalui metode pitfall trap dan branches beating. Serangga ini aktif pada malam hari dan bersembunyi ketika siang hari pada celah-celah dan lubang-lubang kecil di bawah kulit kayu dan reruntuhan. Famili ini menyukai tanah yang gembur dan mengandung bahan organik untuk meletakkan telur (Weems 2007). Famili lain yang juga ditemukan sebagai detrivor adalah tungai Eupthiracaridae dan lewing. Lokasi F (500-600 dari tepi hutan) memiliki kelimpahan detrivor paling tinggi dibandingkan lokasi lain. Hal ini sesuai dengan jenis detrivor yang ditemukan yaitu Entomobryidae dan Cocopet yang lebih banyak pada lahan yang dipenuhi

14

14

serasah dan sisa kayu. Dibandingkan lokasi lain, lahan kebun teh pada lokasi F tampak ditutupi serasah dan sisa kayu yang lebih banyak. Parasitoid dan Arthropoda lain

Lepidostomatidae; 6

Aphidae; 2

Ichneumonidae; 14

Encyrtidae; 1

Braconidae; 31

Gambar 9 Famili parasitoid dan Arthropoda lain Proporsi Arthropoda parasitoid yang ditemukan dibandingkan dengan Arthropoda yang lain sangat rendah. Dalam 12 minggu penelitian, hanya diperoleh tiga famili Arthropoda yang berperan sebagai parasitoid. Seluruh famili ini berasal dari ordo Hymenoptera yaitu famili Braconidae, Ichneumonidae, dan Encyrtidae. Kelimpahan individu Braconidae ditemukan paling tinggi yaitu 31 individu, Ichneumonidae 14 individu, dan Encyrtidae hanya satu individu. Braconidae merupakan salah satu famili yang sudah sangat luas digunakan dalam pengendalian hayati. Pada perkebunan teh, famili ini menjadi parasitoid larva pada hama penggulung daun, Homona coffearia, famili Totricidae (Deptan 2010). Hama H. coffearia selain dapat diparasiti oleh Braconidae, juga dapat diserang oleh parasitoid larva atau pupa dari famili Ichneumonidae (Das 2010). Ketersediaan inang di lahan sangat mempengaruhi keberadaaan parasitoid (Farid, 2013). Selain jarak dari hutan dan kondisi lingkungan, ketersediaan inang mempunyai pengaruh yang besar terhadap dominansi serangga tertentu (Rizali et al 2002). Semakin tinggi jumlah inang maka semakin tinggi pula jumlah parasitoid, begitu pula sebaliknya. Pada setiap blok lokasi pengamatan, di lokasi D, E, dan F kelimpahan inang bagi parasitoid ini tergolong rendah. Hal ini diduga menjadi faktor pembatas kelimpahan parasitoid. Famili Totricidae yang merupakan hama penggulung daun teh hanya ditemukan 11 individu selama pengamatan. Odum (1971) dalam Rizali et al (2002) menyatakan bahwa serangga lain atau serangga pendatang adalah serangga yang tidak diketahui peranan dalam ekosistem tersebut. Arthropoda lain yang ditemukan adalah famili Lepidostomatidae (ordo Trichoptera), dan Apidae (ordo Hymenoptera). Keberadaan serangga dari famili Trichoptera sering dijadikan indikator lingkungan yang belum tercemar (Rizali

15

2002). Famili Apidae diperoleh paling sedikit yaitu dua individu selama pengamatan. Famili ini merupakan serangga penyerbuk yang diduga berada di lokasi penelitian karena terdapat bunga dari gulma-gulma di sekitar pohon teh.

ha

Pengaruh Proporsi Predator terhadap Serangan Hama Blok 11 pada penelitian ini merupakan lokasi untuk titik D dan E, sementara blok 5 merupakan lokasi untuk titik F. Secara umum, serangan hama pada blok 5 lebih tinggi dibandingkan dengan blok 11 (Gambar 10). 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Maret

April

Mei

Bulan

Blok 11

Blok

Hama Helopeltis

Hama HT

Maret

April

Mei

Blok 5 Hama Empoasca

Gambar 10 Luas serangan hama pada blok 11 dan 5 Tingginya serangan hama di blok 5 (lokasi F) diduga akibat rendahnya musuh alami atau predator di blok ini. Berdasarkan pengamatan, kelimpahan predator di blok 5 (45%) lebih rendah dibanding kelimpahan predator di blok 11 (55%). Hal ini menunjukkan bahwa tingginya serangan hama salah satunya akibat rendahnya musuh alami atau predator di lokasi ini. Bulan April pada blok 11 dan 5 mengalami perubahan serangan hama. Blok 11 mengalami penurunan. Sementara pada blok 5 sebaliknya, tercatat serangan hama justru meningkat pada bulan April hingga Mei. Penurunan serangan hama pada blok 11 disebabkan adanya pemetikan. Bulan April, terjadi pemetikan hingga enam kali sementara Maret tiga kali dan Mei empat kali pemetikan. Pemetikan akan mengakibatkan proporsi daun yang terserang menjadi berkurang karena telah dipetik. Blok 5 pada bulan April mengalami peningkatan serangan hama karena bulan ini hanya dilakukan satu kali pemetikan dan bulan Mei tidak dilakukan pemetikan. Kondisi ini akan berakibat proporsi daun yang rusak menjadi lebih tinggi. Hidayat et al (2006) menyebutkan bahwa waktu pemetikan berpengaruh terhadap serangan hama. Pemetikan dengan interval waktu yang lebih panjang akan memberikan waktu yang panjang pula bagi hama untuk menyerang pucuk teh.

16

16

Proporsi Peran Arthropoda Berdasarkan Metode Pengambilan Sampel Masing-masing metode memang bertujuan untuk mendapatkan Arthropoda dengan peranan dan karakteristik tertentu. Ketiga metode yang digunakan telah cukup mewakili karakteristik tertentu Arthropoda di lapangan yaitu Arthropoda nokturnal atau pun diurnal, Arthropoda aktif terbang, Arthropoda yang berada di pohon teh maupun yang bda di tenah. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa Arthropoda predator diperoleh paling banyak melalui metode pitfall trap. Hal ini disebabkan predator yang dominan adalah Formicidae yang hidup di permukaan tanah. Predator yang tertangkap dengan metode branches beating juga cukup tinggi. Hal ini mengingat bahwa Ordo Araneae secara umum adalah labalaba yang memerangkap mangsa dengan membuat jaring sehingga lebih sering berada di dahan dan ranting pohon teh (Yoshida 1989).

Branches beating

Jaring serangga

Pitfall trap 0

200

Parasitoid dan arthropoda lain

400

600

Detrivor

800 Herbivor

1000

1200

Predator

Gambar 11 Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel Arthropoda herbivor didapat paling tinggi melalui metode branches beating. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa herbivor tertinggi yang ditemukan adalah Geometridae yang berada pada tahap larva. Sehingga ketika dahan digoyang, maka larva akan berjatuhan ke kain tampung. Beberapa herbivor lain juga diperoleh dari metode jaring. Detrivor seperti Collembola merupakan Arthropoda pengurai yang secara umum berada di tanah sehingga teknik pitfall trap efektif untuk memerangkap, sementara cocopet beberapa diperoleh melalui branches beating karena berada di dahan dan ranting tanaman teh. Sementara parasitoid dan Arthropoda lain diperoleh melalui metode jaring serangga karena seluruhnya merupakan serangga yang aktif terbang.

17

PENUTUP Kesimpulan Keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda yang diperoleh berbeda pada setiap lokasi. Keanekaragaman Arthropoda tertinggi terdapat pada lokasi 300-400 m dari tepi hutan yaitu sebanyak 52 famili. Semakin dekat jarak kebun teh dengan hutan semakin tinggi keanekaragaman Arthropoda. Kelimpahan Arthropoda tertinggi terdapat pada lokasi 400-500 m dari tepi hutan. Kondisi ekosistem terutama vegetasi di sekitar pohon teh berpengaruh terhadap kelimpahan Arthropoda yang ada disana. Proporsi peranan Arthropoda sebagai predator, herbivor, detrivor, parasitoid dan serangga lain masing-masing yaitu 52%, 27%, 20%, dan 1%. Saran Saran dari penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai spesies Arthropoda yang menjadi musuh alami hama serta jarak efektif gulma di sekitar tanaman teh yang berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan musuh alami.

18

DAFTAR PUSTAKA [BPS]. 2010. Statistik teh Indonesia [Internet]. [diunduh 2012 November 25]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/flip_2011/5504001/ index11.php?pub=Statistik%20Teh%20Indonesia%202010. [RI] Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Perlindungan Tanaman. Jakarta (ID): RI. Agus YH. 2007. Keanekaragaman Collembola, semut, dan laba-laba permukaan tanah pada empat tipe penggunaan lahan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Altieri MA, Nicholls CI, Ponti L. 2009. Crop diversification strategies for pest regulation in IPM systems. Di dalam: Radcliffe EB, Hutchinson WD, Cancelado RE, editor. Integrated Pest Management [Internet]. Cambridge (UK): University Press Cambridge. hlm 116-130. doi.org/10.1017/CBO9780511626463.011 Ananthakrishnan TN. 2009. Ecodynamics of Insect Communities. Jodhpur (IN): Scientific Publisers. Borror DJ, Johnson NF, Triplehorn CA. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects. Das S, Roy S, Mukhopadhyay. 2010. Diversity of arthropod natural enemies in the tea plantations of North Bengal with emphasis on their association with tea pests. Current Science [Internet]. [diunduh 2013 Juli 20]: 99(10):1457-1463. Tersedia pada: http://www.currentscience.ac.in/Downloads/ article_id_099_10_1457_1463_0.pdf. Desmond AO, Alex UO. 2013. A comparative assessment of soil Arthropod abundace and diversity in practical farmlands of University of Ibadan, Nigeria. The International Journal of Environmental Resources Research [Internet]. [diuduh 2013 September 06]: 1 (1): 17-29. Tersedia pada: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4& cad=rja&ved=0CEsQFjAD&url=http%3A%2F%2Fijerr.gau.ac.ir%2F%3F_ action%3DshowPDF%26article%3D1099%26_ob%3Dea5560dd2733ce23c b93336d5a6d253c%26fileName%3Dfull_text.pdf&ei=2fUpUpifJ4iwiAeIz YCoAw&usg=AFQjCNFokSyyVzDHbC1m2o3DLdx1KGvC7Q&sig2=KM OCSrMVvu57Kjx_zlMPEg&bvm=bv.51773540,d.aGc Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik perkebunan tahun 2009-2011 [Internet]. [diunduh 2012 November 25]. Tersedia pada: http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/eisbun2011/Produktivitas%20teh .pdf. Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2002. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat: Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh. Jakarta (ID): Direktorat Perlindungan Perkebunan. Elzinga RJ. 2004. Fundamentals of Entomology. 6th ed. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. Erawati NV, Kahono S. 2010. Keanekaragaman dan kelimpahan belalang dan kerabatnya (Orthoptera) pada dua ekosistem pegunungan di taman nasional Gunung Halimun-Salak. J Entomol Indones. [Internet]. [diunduh 2012

19

November 23]: 7(2):100-115. Tersedia pada: http://pei-pusat.org/jurnal/wpcontent/uploads/2011/09/9.-2010.Keanekaragaman-dan-Kelimpahan Belalang.pdf Hidayat S, Naldi O, Amintakusumah K. 2006. Diversitas serangga hama dan serangga musuh alami pada pertanaman teh (Camellia sinensis L.) sistem organik dan konvensional di perkebunan teh Rancabolang PTPN VIII. Prosiding Simposium Revitalisasi Penerapan PHT dalam Praktek Pertanian yang Baik Menuju Sistem Pertanian yang Berkelanjutan (PEI); 2007 April 10-11; Sukamandi. Sukamandi (ID): PEI. hlm: 313-320. Indahwati R, Hendrarto B, Izzati M. 2012. Keanekaragaman Arthropoda tanah di lahan apel Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Di dalam: Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan; 2013 Sept 11; Semarang (ID). Kartasasmita S. 2011. Strategi peningkatan daya saing dan nilai tambah produk perkebunan. Di dalam: Haryono, Syakir M, Karmawati E, editor. Inovasi dan Percepatan Adopsi Teknologi Perkebunan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan 2011. Expo Nasional Inovasi Perkebunan; 2011 Okt 1416; Jakarta. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Kementerian Pertanian. hal: 11-17. Kwon TS, Park YK, Lim JH, Ryou SH, Lee CM. 2013. Change of arthropod abundance in burned forests: different patterns according to functional guilds, J Aspen. [Internet]. [diunduh 2013 April 18]: 16(3): 321-328. doi.10.1016/j.aspen.2013.04.008. Pradana R. 2013. Pengelolaan kebun dan upaya pengendalian hama ulat jengkal (Hyposidra talaca) dengan aplikasi Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus pada tanaman teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rasminah S, Rohman F. 2012. Refugee plant increased generalist predator in tea plantation at Wonosari, Malang-Indonesia. American-Eurasian Journal of Sustainable Agriculture [Internet]. [diunduh 2013 Juli 20]: 6(1): 51-54. Tersedia pada: http://www.aensiweb.com/aejsa/2012/51-54.pdf. Philpott SM, Armbrecht I. 2006. Biodiversity in tropical agroforest and the ecological role of ants and ant diversity in predatory function. Ecological Entomology. 31:369-377. Ramlan. 2011. Kajian kelimpahan dan keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman kedelai. Superman. 1(3):35-42. Rizali A, Buchori D, Triwododo H. 2002. Keanekaragaman serangga pada lahan persawahan-tepian hutan: indikator untuk kesehatan lingkungan. Hayati J Biosci. 9(2):41-48. Suana IW. 2005. Bioekologi laba-laba pada bentang alam pertanian di Cianjur: kasus daerah aliran sungai (DAS) Cianjur, sub-sub DAS Citarum Tengah, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yoshida M. 1989. Predatory behavior of three Japanese species of Metleucauge (Araneae, Tetragnathidae). Arachnol J [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 01]:17:15-25. Tersedia pada: http://www.americanarachnology.org /joa_free/joa_v17_n1/joa_v17_p15.pdf

20

LAMPIRAN Lampiran 1 Posisi lokasi pengambilan sampel Jarak dari tepi hutan (m)

300-400

400-500

500-600

Titik Lokasi D1 D2 D3 D4 D5 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 F3 F4 F5

Posisi Geografis Longitude (S) Latitude (E) 06o 42.728’ 106o 58.167’ 06o 42.712’ 106o 58.144’ 06o 42.719’ 106o 58.167’ o 06 42.735’ 106o 58.176’ 06o 42.730’ 106o 58.176’ 06o 42.731’ 106o 58.157’ 06o 42.725’ 106o 58.171’ 06o 42.725’ 106o 58.167’ o 06 42.750’ 106o 58.184’ 06o 42.721’ 106o 58.157’ 06o 42.716’ 106o 58.162’ 06o 42.721’ 106o 58.167’ o 06 42.721’ 106o 58.162’ 06o 42. 106o 58. 06o 42. 106o 58.

Lampiran 2 Jumlah individu pada setiap lokasi Ordo Acari Araneae

Blattodea Coleoptera

Collembola

Famili Euphthiracaridae Agelenidae Araneidae Gnaposidae Lycosidae Oxyopidae Salticidae Terididae Teridiosomatidae Tetraghnatidae Blattelidae Carabidae Cerambycidae Chrysomelidae Coccinellidae Curculionidae Entomobryidae Isotomidae

Jumlah individu D E F 15 16 37 6 4 1 8 9 3 2 4 1 11 4 5 8 2 5 46 64 57 9 8 13 40 27 38 70 94 79 11 2 10 9 9 9 10 4 7 13 12 2 3 4 5 5 3 2 84 91 107 48 85 70

Total 68 11 20 7 20 15 167 30 105 243 23 27 21 27 12 10 282 203

21

Dermaptera Diptera

Forficularidae 52 62 45 Agromyzidae 1 4 7 Asilidae 0 1 0 Cecidomyiidae 6 6 7 Dolichopodidae 0 0 2 Muscidae 33 39 36 Phoridae 10 4 5 Syrphidae 1 3 1 Tephritidae 4 11 4 Tipulidae 5 6 17 Glomerida Glomeridae 6 11 6 Hemiptera Cicadellidae 16 16 41 Coreidae 1 0 0 Flattidae 14 13 10 Issidae 1 2 0 Membracidae 6 7 0 Miridae 7 26 16 Pentatomidae 0 0 2 Hymenoptera Aphidae 0 1 1 Braconidae 14 9 8 Encyrtidae 1 0 0 Formicidae 499 515 301 Ichneumonidae 4 4 6 Lepidoptera Amatiidae 1 0 0 Arctiidae 1 1 0 Gelechiidae 1 0 1 Geometridae 227 273 327 Limacodidae 4 14 1 Nymphalidae 1 0 0 Pyralidae 1 0 0 Totricidae 3 5 3 Neuroptera Myrmeliotidae 0 1 0 Opiliones Phalangidae 26 35 38 Odonata Libellulidae 1 0 1 Orthoptera Acrididae 7 10 2 Gryllidae 41 55 58 Tettigoniidae 17 7 4 Trichoptera Lepidostomatidae 1 2 3 Scolopendromorpha Scolopendridae 0 2 0 Polydesmida Paradoxosomatidae 1 0 0 Total 1412 1587 1404

159 12 1 19 2 108 19 5 19 28 23 73 1 37 3 13 49 2 2 31 1 1315 14 1 2 2 827 19 1 1 11 1 99 2 19 154 28 6 2 1 4403

D = 300-400 dari tepi hutan, E = 400-500 m dari tepi hutan, F = 500-600 m dari tepi hutan

22

22

Lampiran 3 Data suhu dan kelembapan mingguan Bulan, Minggu keMaret, Minggu ke-1 Maret, Minggu ke-2 Maret, Minggu ke-3 Maret, Minggu ke-4 April, Minggu ke-1 April, Minggu ke-2 April, Minggu ke-3 April, Minggu ke-4 Mei, Minggu ke-1 Mei, Minggu ke-2 Mei, Minggu ke-3 Mei, Minggu ke-4

Parameter Pengamatan Suhu bola Kelembapan udara basah (oC) (%) 19 91 27 92 24 84 23 91 23 84 25 77 24 92 22 83 25 84 24 92 24 91 23 88

Suhu bola kering (oC) 20 28 26 24 25 28 25 24 27 26 25 24

Lampiran 4 Data serangan hama di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor

Blok Blok 11

Blok 5

Bulan Maret April Mei Maret April Mei

Helopeltis 0,4751 0,4354 0,5542 0,559 0,6989 0,7921

Serangan Hama (ha) HT Empoasca 0,1187 0 0,079 0 0,2375 0,0395 0,2795 0 0,3727 0 0,3261 0

Lampiran 5 Jenis gulma di sekitar lokasi Kirinyuh (Euphatorium pallescens)

Phlox sp.

Mimosa spp.

23

Babadotan (Ageratum conyzoides)

Harendong (Clidemia hirta)

Ketumpang (Borreria laevis)

24

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Februari 1991 di Tembilahan Riau. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Alis dan Ibu Roslita. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2004 di SDN 048 Tanjung Raya, Indaragiri Hilir, Riau. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di MTs.N 094 Batang Tuaka, Indragiri Hulu, Riau dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMUN 2 Tembilahan Hulu Riau. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selain mengikuti perkuliahan pada mayor Proteksi Tanaman, penulis juga mengambil minor Pengembangan Mayarakat dari Departemen SKPM IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Pendidikan Biologi Dasar TPB IPB tahun 2011 dan asisten praktikum pada mata kuliah DasarDasar Proteksi Tanaman tahun 2013. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (UKM BKIM) sebagai pengurus di lembaga dakwah kampus.