KEBERMAKNAAN HIDUP PADA WARIA DI KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh: MUH. SIDIQ CAHYONO F. 100 070 182
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
KEBERMAKNAAN HIDUP PADA WARIA DI KOTA SURAKARTA
Yang diajukan oleh: MUH. SIDIQ CAHYONO F. 100 070 182
Telah disetujui untuk dipertahankan Didepan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Dra. Partini, M. Si
Tanggal, 5 Mei 2014
KEBERMAKNAAN HIDUP PADA WARIA DI KOTA SURAKARTA Yang diajukan oleh: MUH. SIDIQ CAHYONO F. 100 070 182 Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada Tanggal 14 April 2014 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Penguji Utama Dra. Partini, M. Si.
………………………………………....
Penguji Pendamping I Dra. Zahrotul Uyun, M. Si.
………………………………………....
Penguji Pendamping II Permata Ashfi. R, S. Psi., MA.
………………………………………....
Surakarta, 5 Mei 2014 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi Dekan
Dr. Taufik, M. Si.
KEBERMAKNAAN HIDUP PADA WARIA DI KOTA SURAKARTA
Abstraksi Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk dapat mengaktualisasikan diri yang bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dalam lingkungannya secara bebas tanpa harus terpilah-pilah oleh struktur sosial dan hal ini merupakan hak asasi setiap manusia.. Proses pencarian jati diri ini akan sampai pada penemuan kebermaknaan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami dinamika kebermaknaan hidup kaum waria di Kota Surakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1) Waria, agar dapat memahami hak dan kewajiban sebagaimana manusia lainnya dalam kehidupan sosial mereka melalui kebermaknaan hidup yang mereka capai. 2) Peneliti selanjutnya, terutama pengembangan ilmu psikologi agar dapat menjadi acuan dalam penanganan masalah sosial khususnya keberadaan waria. Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari hasil penelitian ini adalah: 1) Dari hasil wawancara dan analisis yang didapat peneliti terhadap infoman didapat hasil bahwa dari wawancara yang dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh informan yang kemudian dilakukan olah data dengan mengelompokkan jawaban berdasarkan urutan waktu wawancara yang dilakukan. Hasil wawancara juga terlihat bahwa informan merasa belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat terutama dengan perilaku mereka yang dalam pandangan norma masyarakat dapat disebut kurang pantas. Informan juga memiliki pandangan bahwa materi merupakan jalan keluar dari kondisi yang mereka alami saat ini. 2) Kebebasan Berkehendak, dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kaum wania adalah bagian dari lingkungan sosial yang juga memiliki kemauan dan keinginan yang sama dengan mahiuk hidup lainnya. Yang membedakan dengan mahkluk sosial lainnya, pandangan negatif masyarakat terhadap kaum waria akan memberikan pembatasan yang lebih terhadap kaum waria. Namun adanya pembatasan tersebut membuat kaum waria ingin membuktikan bahwa mereka memiliki nilai dan sisi positif. 3) Kehendak Hidup Bermakna, kehendak untuk hidup bermakna memberikan dorongan terhadap kaum waria untuk memiliki pekerjaan, dalam hal ini pekerjaan dapat berarti melakukan sesuatu untuk mendapatkan uang sebagai salah satu cara untuk keberlangsungan hidup mereka sendiri. 4) Makna Hidup, pencapaian makna hidup yang dilaukan oleh kaum waria akan lebih berat karena kondisi psikologis dalam diri mereka sendiri juga faktor lingkungan sosial memberikan hambatan. Namun hal ini tidak mengurangi keinginan mereka untuk tetap dapat hidup normal kelak kemudian hari seperti masyarakat pada umumnya. Kata kunci: kebermaknaan hidup, waria.
sikapnya. Kaum waria memandang
PENDAHULUAN Fenomena
kaum
bahwa hidup dengan keterbatasan
waria
psikis yang dimiliki merupakan hal
merupakan suatu paparan nyata yang
yang
tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. banyak
Sayangnya,
orang
yang
karena
belum
sesungguhnya.
ada
di
kadang
Surakarta
umumnya
sepenuhnya
tempat
mangkal
(Alkid); GOR
kaum waria sebagai kaum yang
Diskotik;
atau
Akan
memperoleh pekerjaan sebagaimana
Sriwedari; GOR
dan Solo Grand Mall.
tetapi
jumlah
tidak
estimasi
waria
di
kota
(perkiraan) Surakarta
adalah sekitar 350 orang (Dinsos
mampu melakukan aktivitas secara
Surakarta, 2010).
yang
Persoalan pelik lainnya yang
dimiliki, sehingga merasa kurang kebebasan
Gilingan;
Manahan; Tempat Wedangan; Kafe /
termarginalkan dan tidak memiliki
mandiri karena kekurangan
yaitu
Kampung Talang; Alun-alun kidul
Masyarakat umum memandang
lainnya,
belum oleh
waria
Terminal Bis Tirtonadi
lainnya.
normal
kota
orang yang menyebar di berbagai
yang sama dengan warga negara
hidup
di
Waria Solo (IWASO) ada sekitar 63
perlakuan dan pelayanan dari negara
memiliki
waria
Surakarta yang tergabung di Ikatan
membutuhkan
untuk
untuk
masyarakat. Jumlah waria di kota
pada umumnya. Sebagai manusia
manusia
pada
diterima
dan kebutuhan-kebutuhan manusia
kelayakan
pemicu
pikiran
Keberadaan
butuh
suatu aktivitas sosial maupun budaya,
mereka
menjadi
dengan mengakhiri hidupnya sendiri.
berinteraksi dengan sesamanya dalam
biasa
bahwa
menyelesaikan permasalahan hidup
dirinya diakui, butuh pekerjaan untuk hidupnya,
dapat
munculnya
dunia.
Bagaimanapun waria ingin agar jati
menopang
menganggap
psikis. Hal tersebut yang kadang-
Komunitas
dimanapun
dialaminya,
apabila tidak memiliki kecacatan
waria adalah salah satu fakta sosial yang
pantas
menjalani hidup akan lebih baik
mengetahui
seluk-beluk kehidupan kaum waria yang
kurang
dihadapi waria adalah terkait dengan
menentukan 1
Berdasarkan
kebutuhan akan afeksi atau perasaan dicintai
dan
manusia
mencintai. normal,
membutuhkan
munculah
Sebagai
di
perumusan
atas
masalah,
bagaimakah kebermanan hidup kaum
waria
kasih
uraian
waria
sayang,
yang
berada
di
Kota
perhatian dan relasi afektif atau
Surakarta? Dari rumusan masalah
naluri untuk mendapatkan pasangan
tersebut, peneliti ingin melakukan
atau kekasih.
penelitian
Problemnya, karena
dengan
judul
waria secara fisik laki-laki, tapi
”Kebermaknaan Hidup Kamu Waria
secara kejiwaan merasa perempuan
di Kota Surakarta”
dan mempunyai orientasi seksual terhadap yang dianggapnya sebagai
METODE PENELITIAN Penelitian
lawan jenis yang nota bene berjenis kelamin
sama,
maka
penelitian
waria
dikelompokkan
ini
merupakan
kualitatif
dengan
pendekatan fenomenologi mencoba
sebagai
menjelaskan
homoseksual.
atau
mengungkap
Berbagai bentuk diskriminasi
makna fenomena pengalaman yang
yang dialami waria dapat ditelusuri
didasari oleh kesadaran yang terjadi
akar
berbagai
pada beberapa individu. Penelitian
faktor penyebab. Faktor determinan
ini dilakukan dalam situasi yang
adalah faktor kultur dan struktur
alami, sehingga tidak ada batasan
masyarakat.
manusia
dalam memaknai atau memahami
menjadi dua jenis kelamin : laki-laki
fenomena yang dikaji (Muffammaf
dan
2009)
penyebabnya
dari
Dikotomi
perempuan
dan
dua
jenis
Penelitian
identitas gender : maskulin dan
ini
dilakukan
di
feminin menyebabkan waria yang
Kota Surakarta, dengan informan
berjenis
yang digunakan adalah waria yang
kelamin
laki-laki
tapi
bersedia diwawancarai.
berjiwa dan naluri feminin tidak
Adapun
masuk ke dalam kategori manusia ‘normal’
teknik
pengambilan
sampel dalam penelitian kualitatif ini
menurut standard nilai
adalah dengan menggunakan teknik
patriarki.
Snowball,
2
dimana
teknik
pengambilannya mengambil
dengan
subyek
cara
dengan
yang
tidak
digunakan
responden
adalah
menentukan batas jumlah subjek yang
kemudahan
akan
pengalaman
diambil,
jumlah
subjek
dalm
dan
penentuan berdasarkan
pandangan
mereka,
serta
selain
itu
dikatakan mencukupu jika peneliti
informaan yang digunakan dalam
beranggaapa
yang
penelitian ini merupakan pengurus
diperlukan sudah cuku (Sugiyono,
dari himpunan waria yang ada di
2009),
Solo, sehingga diharapkan mereka
bahwa
data
yaitu
untuk
kebermaknaan
hidup
mengetahui bagi
memiliki kridibilitas dan pandangan
kaum
yang baik mengenai persoalan yang
waria di Kota Surakarta.
akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun informan adalah sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN Data adalah
dalam
data
ini
berikut: 1) MFK berusia + 21 tahun,
data
2) UPK berusia +21 tahun dan 3) ZS
penelitian
primer
dan
sekunder. Data primer adalah materi
berusia + 24 tahun.
informasi yang diperoleh peneliti
Kegiatan pengumpulan dimulai
secara langsung di tempat penelitian
dengan
atau di suatu tempat yang menjadi
memenuhi kriteria dan melakukan
obyek penelitian (Swastha, 1984).
raport
kepada
informan
utama,
Data sekunder merupakan data yang
setelah
itu
barulah
proses
diperoleh
pengumpulan
dan
dikumpulkan
dari
mencari
informasi
data
yang
dilakukan.
lapangan dengan melakukan indepth
Wawancara dilakukan sebanyak 3
interview kepada beberapa informan
kali
kunci dari pihak-pihak yang terkait.
berikut: 1) Wawancara I, tanggal 23
Informan
yang
digunakan
dengan
Januari
2014
perincian
jam
sebagai
19.00.
2)
dalam peneliti ini terdiri dari tiga
Wawancara II, tanggal 17 Fabruari
orang yang kesemuanya adalah waria
2014 jam 19.00. 3) Wawancara III,
dengan usia dan poengalaman serta
tanggal 06 Maret 2014 jam 19.00
faktor sehingga
pendrong
yang
berbeda
Berdasarkan hasil wawancara
mereka
dapat
menjadi
didapat kesimpulan sebagai berikut:
waria seperti saat ini. Rekomendasi
1) MFK, berusia kurang lebih 21 3
tahun berasal dari
menjadi
Batu Belah
keinginannya.
Informan
Wonogiri Jawa Tengah. Padangan
juga mempunya tujuan untuk dapat
hidup yang masih negatif terhadap
memberikan
kaum waria yang dilakukan oleh
orang-orang yang ada disekeliling
masyarakat, yang mana sebenarnya
dia.
tidak semua waria memiliki perilaku
pekerjaan tetap, dan merasa puas
negatif, sebagai manusia biasa kaum
dengan
waria ingin diterima dan menjadi
selama ini, karena dari pekerjaan
bagian
yang
tersebut infoman merasa dapat hidup
sebenarnya dam tidak hanya menjadi
lebih baik terutama dari segi materi.
kaum minoritas.
Dari pekerjaa dan kondisi yang ada
dari
masyarakat
Kepuasaan hidup
kebahagian
Informan
terhadap
telah
pekerjaan
yang
dimiliki
yang dirasakan oleh kaum waria
informan
adalah menjadi bagian masyarakat
hidup telah dicapai dan nerasa bahwa
seutuhnya baik dalam lingkungan
tujuan
sosial
ada.
terpenuhi. 3) ZS biasa dipanggil upi
Kebebasan bereksprisikan, bergaul
umur saya dua puluh empat tahun asli
dan tidak ada pembatasan yang
solo.
dilakukan oleh masyarakat terhadap
merasa ada perubahan dalam dirinya
kaum waria adalag suatu hal yang
dibandingkan
sangat diinginkan.
Sebagai mana
keinginan yang kuat dari responden
manusia pada umumnya, kaum waria
adalah menjadi wanita seutuhnya.
juga mengininkan kematian yang
Selama
normal sesuai norma yang berlaku di
mendapatkan materi yang dibilang
masyarakat, namun kondisi yang ada
cukup
tidak memungkinkan kaum waria
responden
mendapatkan perlakuan tersebut. 2)
dengan
UPK, berusia kurang lebih 21 tahun
terutama
berasal
Grogol,
meninggalkan pekerjaan yang ada
Sukoharjo. Informan UPK merasa
pada saat ini. Dalam memaknai
kondi yang dia alami pada saat ini
hidup responden ingin menjadi lebih
telah
baik dan meninggalkan dunia malam
atau
dari
sesuai
kegiatan
yang
Pondok
dengan apa yang
4
merasa
memiliki
yang
bahwa
dia
Secara
makna
inginkan
umum
telah
responden
dahulu.
ini
Serta
responden
namun
dari
merasa
kondisi
hanya
kepuasan
belom
seperti
respinden
saat
puas ini, ingin
untuk berusaha sendiri dna yang
untuk
menjadi cita-cita responden
Namun dari dua wawancara yang
adalah
menjadi
peneliti
membuka salon.
akan
terlihat
beralih
memiliki
informan
permasalahan
penerimaan kondisi
ketiga
meraka
pada
mereka
tinggalkan
dengan
pekerjaan
untuk yang
diterima oleh masyarakat.
mengenai saat
ketiga
menurut ketiga informan lebih dapat
dengan
masyarakat
terhadap
lagi.
yang mereka lakukan pada saat ini
wawancara
kedua maupun wawancara ketiga bahwa
lakukan
baik
responden, terlihat bahwa pekerjaan
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan baik
lebih
Fenomena
ini.
kaum
waria
pandangan
merupakan suatu paparan nyata yang
masyarakat sekeliling, orangtua dan
tidak dapat ditolak eksistensinya di
pandangan
masyarakat.
Penerimaan
dan
negative
mengenai
Sayangnya,
kondisi dan pekerjaan yang mereka
banyak
lakukan.
seluk-beluk kehidupan kaum waria
Pada
sisi
lain,
ketiga
orang
yang
belum
mengetahui
informan memahami bahwa mereka
yang
sadar bahwa kondisi yang mereka
orang-orang hanya melihat dari kulit
alami saat ini bukalah kodrat mereka,
luar semata. Lebih disayangkan lagi,
namun informan merasa nyaman
ketidaktahuan mereka atas fenomena
dengan kondisi yang mereka alami
tersebut bukannya membuat mereka
dan
mencoba
mereka
dengan secara
bangga.
kebebasan umum
Berkaitan berkehnadak
ketiga
responden
sesungguhnya.
belajar
Kebanyakan
tentang dan
apa,
bagaimana,
mengapa
siapa
melainkan
justru
melakukan
dan
penghakiman
merasa dapat mengekspresikan apa
penghukuman
yang ada dan menjadi keinginan
yang sering kali menjurus pada
mereka.
tindakan
Makna
hidup
dalam
biadab
pandangan ketiga responden adalah
mengesampingkan
berkaitand engan materi, informan
kemanusiaan (Nadia, 2005).
beranggapan
bahwa
Waria
dengan
ketercukupan materi yang mereka
psikologis
dapatkan akan mengangkan mereka
transeksualisme,
5
dan nilai-nilai
dalam
konteks
termasuk
dalam
yakni
seseorang
yang
secara
kelaminnya namun
jasmani
menampilkan jenis
dan
sempurna,
meyakini
psikis
cenderung
sesungguhnya adalah seorang laki-
jelas
secara
tomale transsexual (perempuan yang
jenis
diri
sebagai
(Koeswinarno,
bahwa
Yang
dirinya
lawan
laki).
dimaksudkan
disini
2004).
adalah male-to-female yang disebut dengan waria.
Transeksual menurut Carroll (dalam Davidson, Neale dan Kring, 2004) merupakan gangguan
individu identitas
Waria
dengan
gender
dalam
yang
sebagai
tata
istilah
bahasa
baku
Indonesia
umumnya dimulai sejak kecil dimana
sebenarnya masihkurang populer di
ia
kalangan
masyarakat
awam.
dirinya adalah jenis kelamin yang
Masyarakat
lebih
dengan
berkebalikan
istilah banci atau bencong yang
merasa
dan
meyakini
dengan
bahwa
keadaannya
akrab
yang sebenarnya. Perasaan ini terus
merupakan
berlanjut hingga masa dewasa.
Indonesia informal (Dede, 2003), yang
Dalam Diagnotic and Statistic
(2004)
yang
digunakan
menegakkan
diagnosa
individu
yang
mengalami perbedaan
ini
akan dengan
sebutan
yang
lainnya,
misalnya
interseks,
dan
transvetis. Perbedaan persepsi ini perlu diluruskan
bahwa dirinya sesungguhnya adalah dan
waria
atau
homoseksual,
dibagi
transsexual (laki-laki yang meyakini
perempuan)
antara
minoritas
menjadi dua, yaitu male-to-female
seorang
atau
digunakan untuk sebutan bagi kaum
kelaminnya.
sendiri
(laki-laki
ketidakpahaman
istilah-istilah
merasa bahwa peran gendernya tidak
Transeksual
orang
sebutan
Masyarakat juga masih sering
mengalami
gender yang kuat dan menetap, dan
jenis
untuk
dengan kelaminnya.
adalah mengalami identifikasi cross-
dengan
bahasa
berbicara sebaliknya tidak sesuai
berbagai
gangguan identitas gender (GIG)
sesuai
dari
perempuan) yang berpakaian atau
dalam
gangguan mental, disebutkan ciri utama
digunakan
kepada
Manual of Mental Disorder IV-TR
bagian
agar
adanya
satu
pemahaman yang sama. Masyarakat
female6
menyamakan
namun dia sendiri tetap merasa sesuai
antara homo dan waria. Atmojo
dengan jenis kelaminnya. Sementara
(dalam Anwar, 2006) menjelaskan
seorang waria memakai pakaian atau
bahwa waria dan homoseksual itu
atribut perempuan karena dirinya
berbeda.
secara psikis merasakan ”sebagai
sering,
dan
bahkan
perempuan” (Koeswinarno, 2004).
Homoseksual adalah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama, atau
Waria adalah laki-laki normal,
rasa tertarik dan mencintai jenis
yang memiliki kelamin yang normal,
kelamin yang sama secara perasaan
namun secara psikis mereka merasa
(kasih sayang, hubungan emosional)
dirinya perempuan. Akibat perilaku
atau
secara
mereka sehari-hari sering tampak
predominan (lebih menonjol) maupun
kaku, fisik mereka laki-laki, namun
ekslusif
cara
secara
erotik,
baik
(semata-mata)
terhadap
berjalan,
berbicara
dan
orang-orang yang berjenis kelamin
dandanan mereka mirip perempuan.
sama, dengan atau tanpa hubungan
Dengan
fisik
dikatakan mereka terperangkap pada
(jasmaniah).
Seorang
cara
yang
sama
dapat
tubuh yang salah.
homoseksual umumnya, tidak merasa perlu ber-make-up dan berpakaian
Kehadiran
seperti yang dilakukan oleh waria.
merupakan panjang,
Perbedaan yang lain adalah
seorang
suatu baik
proses
secara
waria yang
individual
dengan interseks. Dimana interseks
maupun sosial. Secara individual
adalah
ekstrem
antara lain, lahirnya perilaku waria tidak lepas dari suatu proses atau
keadaan
interseksualitas
dengan
gangguan
perkembangan
pada
proses
dorongan
yang kuat dari dalam
pembedaan kelamin (Nadia, 2005).
dirinya, bahwa fisik mereka tidak
Demikian juga dengan transvetisme
sesuai dengan kondisi psikis, hal ini
adalah sebuah nafsu yang patologis
menimbulkan
untuk memakai pakaian dari lawan
dalam
jenis kelamin yang berbeda, di sini ia
mempresentasikan
akan mendapatkan kepuasan seks
jauh berbeda dengan laki-laki, tetapi
7
konflik
psikologis
dirinya. perilaku
Mereka yang
bukan
sebagai
Permasalahannya
pelecehan
perempuan. tidak
hingga
pengucilan
(Koeswinarno, 2004).
sekedar dan
Keterpurukan dan diskriminasi
perilaku yang dianggap tidak wajar,
yang didapatkan oleh kaum waria
namun merupakan dorongan seksual
juga mencakup permasalahan dalam
yang
pekerjaan.
menyangkut
masalah
sudah
memerlukan
moral
menetap
penyaluran
dan
Dalam
konteks
status
sosial ekonomi kaum waria dapat
(Kartono
dalam Koeswinarno, 2004). Berbagai
diklasifikasikan
dorongan
golongan, yaitu waria yang bekerja
seksual
waria
belum
ke
dalam
dua
oleh
sebagai
pelacur
dan
waria
non
masyarakat, secara normatif tidak
pelacur.
Kaum
waria
yang
non
ada kelamin ketiga di antara laki-laki
pelacur biasanya bekerja sebagai
dan
penata rias di salon kecantikan,
sepenuhnya
dapat
perempuan
diterima
(Koeswinarno,
berdagang,
2004).
kafe/klub Akibat penyimpangan perilaku
Pendidikan
yang mereka tunjukkan mereka juga dihadapkan
pada
konflik
Kenyataan yang dihadapi oleh kaum waria, adalah mereka harus
jenis kelamin lainnya. Kehadiran
mampu menjadi waria, bukan laki-
sebuah
laki ataupun perempuan. Bagaimana
keluarga seringkali dianggap sebagai sehingga
waria
mereka melihat diri mereka jauh
senantiasa
lebih
mengalami tekanan-tekanan sosial,
dari
dibanding
mereka
yang terisolir dan terpojok atau
menghadapi konflik-konflik dalam bentuk,
penting
melihat dunia mereka sebagai dunia
di dalam pergaulan mereka juga
berbagai
rata-rata
bekerja pada bidang-bidang tersebut.
waria dengan wajar sebagaimana
aib,
relatif
mengapa kaum waria hanya dapat
dapat menerima kehadiran seorang
dalam
yang
sebagainya.
satu alasan utama dan sangat klasik
termasuk keluarga mereka sendiri,
di
lain
tingkat SMP dan SMA menjadi salah
Belum semua anggota masyarakat
waria
dan
penyanyi
rendah, yang biasanya hanya pada
sosial
dalam berbagai bentuk pelecehan.
seorang
ngamen,
perjuangan kelas dan rasial (Weeks
cemoohan,
dalam Koeswinarno, 2004). Identitas
8
itu
sendiri
bukan
mengatakan bahwa makna hidup
semata-mata
dibentuk secara individual, tetapi
seseorang
juga secara sosial,
attitudinal
yakni ketika
dapat
ditemukan
values
yaitu
nilai
bersikap
yaitu
perilaku seseorang dipresentasikan
bersikap.
secara
bagaimana individu menerima dengan
sosial.
Laki-laki
yang
Nilai
dari
berperilaku sebagai perempuan akan
penuh
dikatakan sebagai waria, meski dunia
dan
waria
penderitaan
tidak
sesederhana
itu,
ketabahan, keberanian
kesabaran,
segala
yang
tidak
bentuk mungkin
sebaliknya seseorang yang sudah
dielakkan, setelah segala upaya dan
benar-benar
dengan
ikhtiar dilakukan secara maksimal.
kemudian
Sikap menerima dengan penuh ikhlas
menjadi pelacur, maka bukan waria
dan tabah hal-hal tragis yang tidak
yang dimaknainya, sebagai identitas
mungkin dielakkan dapat mengubah
melainkan
pelacur
pandangan individu dari semula yang
Luckmann
dalam
mapan
kewariaannya,
dan
(Berger
dan
Koeswinarno,
2004). Antara
perilaku
saling
mempengaruhi.
”Menjadi
waria”
bukanlah
semata-mata
sebagai
perilaku
itu
diterima
oleh
masyarakat
yang
melihat
individu
mampu
memang
dapat
dapat
mengubah
sikap
terhadap penderitaan menjadi lebih baik.
tetapi
sejauhmana
pandangan
memberikan makna dan guna apabila
berperilaku
perempuan,
menjadi
Penderitaan
dengan lingkungan sosial memiliki yang
penderitaan
makna dan hikmah dari penderiataan.
individu
hubungan
diwarnai
Setiap
dapat
dirinya
orang
menjadi
orang
yang
berguna
bagi
sebagaimana masyarakat menerima
bermartabat
perilaku laki-laki atau perempuan
dirinya, keluarga, lingkungan kerja,
(Weeks dalam Koeswinarno, 2004).
masyarakat sekitarnya. Kaum waria
Sikap yang tepat dalam menghadapi
juga
setiap situasi merupakan hal yang
suatu cita-cita dan tujuan hidup yang
terbaik yang dapat dilakukan oleh
penting
para waria. Frankl (Bastaman, 2007)
diperjuangkan 9
dan
menginginkan
menginginkan
dan
jelas
bagi
yang
dengan
dirinya
akan penuh
semangat, sebuah tujuan hidup yang
keadaan yang menyenangkan dan tak
menjadi arahan segala kegiatannya.
menyenangkan,
Ia mendambakan dirinya sebagai
dan penderitaan.
keadaan
Seluruh
orang yang bertanggung jawab untuk
bahagia,
kegiatan
yang
dirinya sendiri, serta menjadi orang
dilakukan dan yang dialami oleh
yang mampu menentukan sendiri apa
waria
yang akan dilakukannya dan apa
kepada
yang paling baik bagi dirinya dan
Makna hidup yang akan membuat
lingkungannya.
mereka
Waria
pun
ingin
dapat
membawa
penemuan
memiliki
mereka
makna
hidup.
semangat,
dan
dicintai dan mencintai orang lain,
tujuan dari hidup sebagai motivator
karena dengan demikian ia akan
dalam menghadapi hidup, betapapun
merasa dirinya berarti dan merasa
buruknya kehidupan yang dialami
bahagia.
oleh kaum waria, mereka juga dapat menemukan makna hidup.
Menjadi waria adalah suatu
Kaum
proses antara waria dengan ruang sosial
di
mana
ia
hidup
waria juga memiliki
optimistik
dan
dan
harapan
untuk
dibesarkan. Proses ini dilalui dengan
melangsungkan hidupnya. Harapan
berbagai
sekalipun
tekanan-tekanan
sosial
belum
tentu
menjadi
memberikan
sebuah
untuk kemudian direspon, sehingga
kenyataan,
pada akhirnya akan membentuk satu
peluang dan solusi serta tujuan baru
makna kehidupan.
yang
menjanjikan
menimbulkan
Makna hidup merupakan suatu
yang
dapat
semangat
dan
yang dianggap penting, benar dan
optimisme.
didambakan serta memberikan nilai
mengandung makna hidup karena
khusus bagi seseorang (Bastaman,
adanya keyakinan akan terjadinya
2007). Keberhasilan seseorang dalam
perubahan
menemukan makna hidupnya akan
ketabahan
menimbulkan penghayatan bahagia
buruk saat ini dan sikap optimis
(happiness). Makna hidup ternyata
menyongsong masa depan.
ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat
ditemukan
dalam
Pengharapan
yang
menghadapi
Harapan
setiap
lebih
mungkin
baik, keadaan
sekedar
impian, tetapi tidak jarang impian itu 10
menjadi
kenyataan
merupakan jalan keluar dari kondisi
(Bastaman, mereka
yang mereka alami saat ini. 2)
akan
Kebebasan Berkehendak, dari hasil
mengantarkan mereka menuju makna
penelitian dapat dilihat bahwa kaum
hidup. Dengan adanya harapan yang
waria adalah bagian dari lingkungan
mereka miliki, mereka akan mencari
sosial yang juga memiliki kemauan
cara dan celah untuk menunjukkan
dan keinginan yang sama dengan
keinginan dan eksistensi dari harapan
mahluk
tersebut (Bastaman, 2007).
membedakan dengan mahluk sosial
2007).
Harapan
inginkan
inilah
Dari
hasil
pembahasan
yang
yang yang
analisis telah
lainnya,
dan
wwancara dan analisis yang didapat
kaum
olah data dengan mengelompokkan
dapat
wawancara yang dilakukan. Hasil
diterima
belom
dapat
sepenuhnya
yang
dalam
salah
dapat
kurang
pantas.
Informan
Bermakna,
hidup
bermakna
dorongan
terhadap
waria
untuk
memiliki
berarti
melakukan
sesuatu
satu
cara
untuk
hidup
mereka
sendiri 3) Makna Hidup, pencapaian makna hidup yang dilaukan oleh
pandangan
masyarakat
untuk
keberlangsungan
oleh
norma
mereka
untuk mendapatkan uang sebagai
masyarakat terutama dengan perilaku mereka
bahwa
ingin
pekerjaan, dalam hal ini pekerjaan
jawaban berdasarkan urutan waktu
merasa
tersebut
waria
Hidup
memberikan
informan yang kemudian dilakukan
informan
kaum
kehendak
sederhana dan mudah dipahami oleh
bahwa
membuat
Kehendak
yang
terlihat
pembatasan
memiliki nilai dan sisi positif. 3)
hasil bahwa dari wawancara yang
juga
adanya
membuktikan
peneliti terhadap infoman didapat
wawancara
negatif
lebih terhadap kaum waria. Namun
penelitian ini adalah: 1) Dari hasil
bahasa
pandangan
Yang
akan memberikan pembatasan yang
yang dapat peneliti ambil dari hasil
dengan
lainnya.
masyarakat terhadap kaum waria
peneliti
lakukan maka beberapa kesimpulan
dilakukan
hidup
kaum waria akan lebih berat karena
disebut
kondisi psikologis dalam diri mereka
juga
sendiri juga faktor lingkungan sosial
memiliki pandangan bahwa materi 11
memberikan hambatan. Namun hal
Menuju
Psikologi
ini
Islami.Yogyakarta
:Yayasan
tidak
mengurangi
keinginan
mereka untuk tetap dapat hidup
Insan
normal kelak kemudian hari seperti
Pelajar
Bermakna
Adapun beberapa saran yang peneliti
sampaikan
berperan
aktif diri
bisa
perhatian
Kisah
Coleridge, P.
1997. Pembebasan
dan
sehingga
Pembangunan.
Yogyakarta : Oxfam & LP4C
dari
pemerintah dan masyarakat guna
Dria
merubah paradigma negatif akan
PustakaPelajar.
dapat
selanjutnya, mengambil
of
diharapkan
sample
Manunggal
dengan
Castells. Manuel. 1997. The Power
keberadaan kaum waria. 2) Kepada peneliti
Pribad
Jakarta : Paramadina
dalam
mengaktualisasikan mendapatkan
Pustaka
idengan Pengalaman Tragis.
adalah
sebagai berikut: 1) Waria diharapkan dapat
&
Bastaman, H.D. 1996. Meraih Hidup
masyarakat pada umumnya.
dapat
Khamil
Identity.Blackwell
Publisher.Massachusetts.
yang
Dryden,
berasal dari daerah berbeda sehingga
W
&
dapat memberikan hasil analisis yang
1993.Berpikir
lebih objektif .
Kebahagiaan
Gordon, Positif
J. untuk
Hidup.Jakarta
:Penerbit Arcan Elok Dyah Messwati. 2004.Mereka
DAFTAR PUSTAKA
Terdiskriminasi,
Ancok, Djamaludin dan Suroso, Fuat
Kehilangan
Nashori. 2005. Psikologi Islam :
Fenomena
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Transeksual
Psikologi
Epstein,
Cynthia
Fuchs.
1988.
Deceptive Distinctions : Sex,
D. 1995. Integrasi dengan
Pada
Brawijaya Press.
Yang
Terlupakan. Kompas 26 Juli Bastaman, H.
Sosial
Peradaban Masa. Malang :
2004. Minoritas
Sipil.
Elvina Musi Siregar. 2009. Waria
Psikologi.
BambangSuwarno.
Hak-Hak
Kompas 16 September .
Solusi Islam Atas problemProblem
Mereka
Gender And The Social Order.
Islam 12
The
Russell
:SuatuPengantar.
Sage
Bandung
:Rosda Offset
Foundation.New York.
Koeswara,
Fatihatuzulfa, D. 2004. Hubungan
E.
1992.Logoterapi
antara Bepikir Positif dengan
:Psikoterapi
Kebermaknaan
Yogyakarta :Kanisius
Hidup
pada Sari,
Penyandang Cacat Tubuh di
E.
P.
Viktor
Frankl.
2002.Penerimaan
Lembaga Interaksi Surakarta.
Diripada Lanjut Usia Ditinjau
Skripsi.Surakarta
dari
:Fakultas
Psikologi
V. E. 2003.
:Terapi
88 Schultz, D. M. 1991. Psikologi
Logoterapi
Psikologi
Pemaknaan
Emosi.
Jurnal Psikologi No.2.Hal 73-
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Frankl,
Kematangan
Pertumbuhan
Melalui
Model-Model
Kepribadian Sehat.Yogyakarta
Eksistensi.
:Kanisius.
Yogyakarta :Kreasi Wacana
Solider Edisi I November-Desember. Faiz.2004.
LebihMemahami
Para
Transeksual.Kompas
2005. Undang-Undang Baru di
9
Atas
Agustus Hurlock,
E.
B.
2006.
Pendekatan
Psikologi
Sulistya, W. K. 2005. Hubungan
Sepanjang Kehidupan.
antara
Edisi Jakarta
Kurniawati, Suatu
2003.
Penerimaan
dengan
:PenerbitErlangga.
Gender,
:
Advokasi Difabel).
Suatu
Kelima.
Imelda
Yogyakarta
SIGAB (Sasana Integrasi dan
Perkembangan
Rentang
Kertas.
Diri
Kompetensi
Interpersonal
pada
RSU
Muhammadiyah
PKU
Perawat
Yogyakarta.
Bias
Skripsi.Yogyakarta
Fenomena
:Fakultas
Sosial Kehidupan Kaum Waria
Psikologi Universitas Wangsa
dan Transeksual. Bandung :
Manggala. Sugiyono, 2009. Analisis Kualitatif,
Pustaka Ganesha. Koeswara,
Kuantitatif dan RD. Erlangga.
E.
Bandung
1987.PsikologiEksistensial 13
Suwarti. 2004. Hubungan Antara Penerimaan
Diri
dan
Hubungan Interpersonal pada Lanjut Usia. Insight. Tahun II/No.2. Hal 80-89 http://www.psychologymania.com/20 13/01/ciri-ciri-waria.html, diunduh tanggal 07 July 2013, jam 01.45
14