KECENDERUNGAN PSIKOPAT PADA REMAJA DI LEMBAGA

Download Abstract. Conducted a variety of deviant behavior of children and adolescents ( such as conduct disorder, juvenile delinquency and criminali...

0 downloads 503 Views 359KB Size
JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 9, NO.2, OKTOBER 2014: 109 - 121_____________________________________________

Kecenderungan Psikopat pada Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Ditinjau dari Kelekatan Anak-Orang Tua Husnul Khotimah Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

can position the text box anywhere in the

can position the text box anywhere in the

Abstract Conducted a variety of deviant behavior of children and adolescents (such as conduct disorder, juvenile delinquency and criminality) have risk factors such as the rise of psychopathic personality disorder. This study aimed to test the hypothesis of attachment relationship of parents to children psychopathic tendencies. The sample was a teenager in prison. Methods of data collection using a scale child-parent attachment and psychopathic tendencies scale. The analysis technique used is regression. The results showed a correlation coefficient (R) of 0.370 with F at 12,380, p = 0.001 (p <0.05), which means that there is a significant correlation between child-parent attachment with psychopathic tendencies in adolescents. Determinant coefficient () of 13.7%, this indicates that the variable child-parent attachment affects the psychopathic tendencies of 13. 7% and 86.3% were influenced by other variables. Keywords: psychopath, and attachment Abstrak Berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan anak dan remaja (seperti conduct disorder, kenakalan maupun kriminalitas remaja) memiliki faktor risiko munculnya gangguan kepribadian seperti psikopat. Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis adanya hubungan kelekatan anak-orang tua terhadap kecenderungan psikopat. Sampel penelitian ini adalah remaja di Lembaga Pemasyarakatan. Metode pengumpulan data menggunakan skala kelekatan anak-orang tua dan skala kecenderungan psikopat. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi (R) sebesar 0.370 dengan F sebesar 12.380, p= 0.001 (p<0.05) yang berarti ada korelasi yang signifikan antara kelekatan anak-orang tua dengan kecenderungan psikopat pada remaja. Koefisien determinan sebesar 13.7 %, hal ini menunjukkan bahwa variabel kelekatan anak-orang tua mempengaruhi kecenderungan psikopat sebesar 13. 7% dan 86.3% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Kata kunci: psikopat dan kelekatan

Pengantar1

Nasional Perlindungan Anak periode tahun

Dewasa ini, terjadi peningkatan

2011

mencatat

telah

kenakalan

terjadi

berbagai penyimpangan perilaku yang

peningkatan

dilakukan oleh anak maupun remaja.

kriminalitas remaja dari segi frekuensi

Berdasarkan data di Lembaga Komisi

maupun

kualitas

maupun

kenakalan

dan

kejahatannya. Pada tahun 2010 telah

Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi: Husnul Khotimah, Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang, Jl. Terusan Raya Dieng, No. 62-64 Malang, Tlp./Faks. 0341-578820. Email: [email protected]

terjadi tawuran remaja sebanyak 126 kasus dan meningkat menjadi 339 kasus di tahun 2011. Sepanjang tahun 2011, 109

KECENDERUNGAN PSIKOPAT DAN KELEKATAN

Komisi Nasional Perlindungan Anak

Robins (dalam Durand & Barlow, 2007),

juga

banyak orang dewasa dengan gangguan

menerima

pengaduan

tentang

jumlah anak yang berhadapan dengan

kepribadian

hukum (anak sebagai pelaku) sebesar

memiliki gangguan tingkah laku ketika

1.851 kasus. Angka ini meningkat

masih kecil. Selain itu, penelitian lain

dibandingkan dengan pengaduan pada

menunjukkan

tahun 2010, yakni 730 kasus (Komisi

maupun remaja terkait dengan berbagai

Nasional Perlindungan Anak, 2011).

kenakalan (Murrie, Cornell, Kaplan,

Penyimpangan

perilaku

yang

antisosial atau

McConville,

bahwa

&

psikopat

psikopat

Levy-Elkon,

anak

dalam

ditunjukkan anak maupun remaja, seperti

Salekin, Leistico, Trobst, Schrum, &

conduct disorder (CD), kenakalan remaja

Lochman,

hingga

kekerasan dan kriminalitas (Forth &

tindakan

kriminal

memiliki

faktor risiko untuk mengalami gangguan

2005),

serta

pelanggaran

Book, 2010).

yang lebih parah di perkembangan hidup

American Psychiatric Association

selanjutnya. Menurut Eppright, Kashani,

(dalam

Robinson, dan Reid (dalam Durand &

menjelaskan psikopat merupakan istilah

Barlow, 2007), individu dengan CD di

lain

masa

yang

antisosial, yaitu gangguan kepribadian

pelaku

yang biasanya secara terus menerus

kejahatan. Pada CD semua kategori

melakukan perilaku antisosial, tidak

Oppostional Defiant Disorder (ODD)

menghiraukan dan melanggar hak orang

muncul lebih kuat dan lebih persisten,

lain (Castillo, 1997). Namun psikopat

ODD dicirikan dengan pola perilaku

dan gangguan kepribadian antisosial

menyimpang

menurut

kanak-kanak

kemudian

konsisten.

menjadi

dan

Oleh

banyak remaja

merusak karena

dari

&

Neumann,

gangguan

kriteria

2009)

kepribadian

Diagnostic

and

maka

Statistical Manual of Mental Health

individu dengan ODD yang parah dapat

Disorder-Fourth Edition-Text Revision

berkembang menjadi CD, kemudian

(DSM-IV-TR)

individu dengan CD yang parah akan

perbedaan penting. Kriteria DSM-IV-TR

berkembang

untuk gangguan kepribadian antisosial

menjadi

itu,

secara

Hare

gangguan

memiliki

beberapa

kepribadian antisosial (Burke, Loeber, &

hampir seluruhnya difokuskan

Birmaher, 2002). Hal ini didukung oleh

perilaku

110

yang

dapat

pada

diobservasi

JURNAL PSIKOLOGI

KHOTIMAH & RETNOWATI

(misalnya pelanggaran atau perilaku

afektif dan gaya hidup, tanpa mengacu

antisosial yang berulang). Sebaliknya

pada perilaku antisosial.

psikopat lebih kecil penekanannya pada

Cooke

dan

Michie

(2001)

perilaku yang dapat diobservasi, dengan

menjelaskan dimensi-dimensi psikopat

kata lain psikopat lebih difokuskan pada

menjadi tiga dimensi penting (dalam

ciri

pesona

Farrington, 2005), yaitu: An Arrogant,

kurang

Deceitful Interpersonal Style (ADI),

penyesalan dan self-centered) (Durand &

meliputi pesona palsu, berpusat pada diri

Barlow, 2007). Secara umum hubungan

sendiri atau harga diri yang berlebihan,

antara gangguan kepribadian antisosial

berbohong

dan psikopat adalah asimetris. Sebagian

manipulasi

besar

Deficient Affective Experience (DAE)

kepribadian

superfisial,

(misalnya

manipulatif,

orang

kepribadian

dengan

antisosial

gangguan

belum

tentu

meliputi

patologis, dan

menipu,

penuh

kurang rasa

tipu

daya;

bersalah

dan

psikopat, sedangkan sebagian besar dari

penyesalan, hati nuraninya lemah, tidak

mereka yang psikopat memenuhi kriteria

berperasaan,

diagnostik

ketidakmatangan

gangguan

kepribadian

antisosial (Hare & Neumann, 2009). Psikopat

umumnya

kurang

empati,

emosi,

tidak

bertanggung jawab atas tindakannya

dianggap

(penyangkalan, berasalan dan lain-lain);

sebagai gangguan kepribadian, yang

serta An Impulsive or Irresponsible

didefinisikan sebagai sekumpulan sifat

Behavioral Style (IIB) meliputi sifat

interpersonal, emosional, gaya hidup dan

mudah

sifat-sifat

antisosial,

kurang tujuan jangka panjang, implusif,

termasuk harga diri yang berlebih,

gagal berpikir sebelum bertindak, gaya

egosentris, penuh tipuan, emosi dangkal,

hidup parasit (hutang, kebiasaan kerja

kurang empati dan penyesalan, tidak

tidak memuaskan dan lain-lain).

serta

perilaku

bertanggungjawab,

impulsif,

dan

bosan,

mencari

kesenangan,

Dari beberapa review penelitian

cenderung melanggar norma sosial (Hare

dapat

& Neumann, 2009). Sedangkan menurut

gangguan psikopat merupakan suatu

Cooke dan Michie (2001), psikopat lebih

proses perkembangan yang kompleks.

berfokus

kepribadian

Salah satu faktor eksternal yang dapat

seperti rangkaian aspek interpersonal,

memicu munculnya psikopat adalah

pada

ciri-ciri

JURNAL PSIKOLOGI

diketahui

bahwa

munculnya

111

KECENDERUNGAN PSIKOPAT DAN KELEKATAN

kualitas hubungan yang dialami individu

yang diperoleh anak merupakan fondasi

dengan orang tua (pengasuh utama) pada

untuk terbentuknya kemandirian dan

usia

yang

membimbing anak dalam berhubungan

dikemukan oleh Bowlby (dalam Smith,

dengan orang lain di masa depan.

2011) menekankan pentingnya kualitas

Sedangkan

hubungan anak dan orang tua pada awal

dianggap berkaitan dengan masalah

kehidupan. Kelekatan merupakan suatu

dalam relasi dan perilaku di masa

ikatan

bersifat

perkembangan selanjutnya (Santrock,

menetap yang ditandai dengan adanya

2011). Meskipun Sroufe, Carlson, Levy,

kecenderungan

dan Egeland (1999) menjelaskan bahwa

dini.

Teori

afektif

mempertahankan

kelekatan

yang untuk

kuat,

mencari

kedekatan

dan

terhadap

kelekatan

kelekatan

tidak

tidak

aman

tidak

aman

harus

figur lekat walaupun tidak terlihat dari

patologis, namun tetap harus diakui

pandangan mata (Bowlby & Ainsworth,

bahwa salah satu pengaruh besar dalam

dalam Colin, 1996), terutama ketika

penemuan tipologi kelekatan adalah

berada dalam keadaan di bawah tekanan

berkenaan

(Colin,

terbentuk

Dengan kata lain, dengan mengetahui

ketika anak menunjukkan kebutuhan-

tipologi kelekatan seorang anak, maka

kebutuhannya dan bagaimana orang tua

memungkinkan

merespon kebutuhan-kebutuhan tersebut

adanya risiko tertentu dan dapat segera

dengan cara mendekati, membiarkan,

mungkin

menolak atau menjauhi anak. Di sinilah

mencegahnya.

1996).

Kelekatan

anak belajar berinteraksi dengan orang

dengan

implikasi

untuk

melakukan

klinis.

mewaspadai sesuatu

untuk

Kelekatan tidak aman menurut

selain dirinya, belajar untuk percaya dan

Ainswoth

peduli terhadap orang lain. Pengalaman

digambarkan

tentang kualitas hubungan antara anak

ketidakkonsistenan kehadiran orang tua,

dengan orang tua di masa dini akan terus

penolakan

terbawa

pengalaman-pengalaman

seumur

hidup

dan

(dalam

Santrock, dengan

orang

tua

2011) adanya maupun

traumatis

mempengaruhi semua hubungan dengan

seperti terjadinya kekerasan oleh orang

orang lain (Sroufe, 2005).

tua.

Menurut

seorang anak

mengalami

(dalam

deprivasi cinta atau ketiadaan cinta dan

Farrington, 2005) bahwa kelekatan aman

kasih sayang dari orang tua (pengasuh)

112

Bowlby

Jika

JURNAL PSIKOLOGI

KHOTIMAH & RETNOWATI

selama 5 tahun pertama kehidupan,

memperkuat pernyataan tersebut, dari

maka

menyebabkan

individu

yang

menyayangi,

tidak

anak

menjadi

penelitian Marshall dan Cooke (dalam

dingin,

kurang

Farrington, 2005) ditemukan bahwa

dan

tahanan psikopat mempunyai riwayat

cenderung menjadi remaja delinkuen

yang lebih parah dalam hal pengabaian

(Bowlby, dalam Farrington, 2005), serta

orang tua, keluarga yang berantakan,

tidak mempercayai dunia sebagai tempat

kurangnya pengawasan orang tua, dan

yang aman dan memiliki keyakinan

kurangnya

bahwa orang lain tidak peduli terhadap

dibanding dengan tahanan nonpsikopat

mereka

yang diidentifikasi menggunakan PCL-R

(Talebi

berperasaan

&

Verma,

2007),

disiplin

dari

orang

tua

sehingga dapat dikaitkan dengan ciri-ciri

(Psychopathy

Checklist-Revised),

psikopat (Meloy, 2003).

namun

tidak

Menurut Meloy (2003), kelekatan pengabaian merupakan bentuk kelekatan yang esktrim, serta ditemukan pada

mereka

perbedaan

dalam

hal

mengalami penganiayaan

secara fisik. Berdasarkan uraian di atas, terlihat

individu psikopat. Hal ini senada dengan

bahwa

penjelasan psikoanalisis (dalam Semiun,

psikopati dapat diidentifikasi sejak dini.

2006) bahwa tingkah laku impulsif,

Oleh karena itu, peneliti bermaksud

hedonistis dan tidak peduli terhadap

melakukan

lingkungan

hubungan

yang

diperlihatkan

oleh

perkembangan

penelitian kelekatan

gangguan

mengenai

anak-orang

tua

individu psikopat terjadi karena ia telah

dengan kecenderungan psikopat pada

melekat pada tahap awal perkembangan

remaja di Lembaga Pemasyarakatan.

psikoseksual. Artinya, tingkah laku yang

Gagasan

tidak matang dari individu psikopat

psikopat pada remaja, khususnya yang

disebabkan karena kebutuhan-kebutuhan

berada di Lembaga Pemasyarakatan

akan cinta, dukungan dan penerimaan

merupakan hal penting. Karpman (dalam

tidak dipenuhi oleh orang tuanya dan

Salekin & Frick, 2005) menyatakan

kegagalan

serta

mempelajari psikopat bukan hanya untuk

kebutuhan-kebutuhan

kepentingan akademis, tetapi untuk lebih

tersebut menghalangi perkembangan ke

memahami etiologi gangguan tersebut

tahap-tahap

sehingga dapat dilakukan intervensi awal

memuaskan

dalam

memenuhi

berikutnya.

JURNAL PSIKOLOGI

Untuk

untuk

mengidentifikasi

113

KECENDERUNGAN PSIKOPAT DAN KELEKATAN

serta

manipulatif); emosional (emosi dangkal,

memadai. Menurut beberapa peneliti

tidak mampu membentuk ikatan emosi

Marsee, Silverthorn, dan Frick (2005)

yang kuat dengan orang lain, kurang

menjelaskan

yang

empati, kurangnya rasa bersalah atau

psikopat

penyesalan) dan gaya hidup (tidak

dan

pengobatan

berisiko

yang

bahwa

tinggi

tepat

sampel

terhadap

dikaitkan dengan tingkat agresi dan

bertanggung jawab dan impulsif). Skala

kenakalan remaja yang tinggi.

kecenderungan

psikopat

mengacu pada the Child Psychopathy Scale (CPS), dikembangkan oleh Lynam

Metode Subyek Penelitian

pada tahun 1997 (dalam Kotler &

Subjek penelitian ini sebanyak 80 remaja

laki-laki,

di

McMahon, 2005). Skala kecenderungan

Lembaga

psikopat terdiri dari 25 aitem pernyataan.

Pemasyarakatan Kelas II A Anak Blitar.

Aitem-aitem pernyataan ini mengukur

Teknik

sampel

tiga dimensi psikopat, yaitu dimensi 1

menggunakan teknik purposive sampling

(ADI) meliputi pesona palsu, berbohong

(Arikunto, 2002), dengan mengacu pada

patologis, dan manipulasi; dimensi 2

kriteria yang sudah ditentukan, yaitu;

(DAE) terdiri

berjenis kelamin laki-laki, usia 11-18

bersalah,

tahun, memiliki kedua orang tua lengkap

berperasaan dan rasa tanggungjawab

dan bukan peserta uji coba.

yang tidak berkembang; dan dimensi 3

pengambilan

dari

miskin

kurangnya afeksi,

rasa tidak

Teknik Pengumpulan Data

(IIB)

Pengambilan data menggunakan

kebosanan, gaya hidup parasit, perilaku

dua skala likert (Azwar, 2011) yaitu

diskontrol, kurang perencanaan, impulsif

skala kecenderungan psikopat dan skala

dan tidak dapat diandalkan (Cooke &

kelekatan anak-orang tua.

Michi dalam Farrington, 2005).

Kecenderungan psikopat adalah besarnya

rentan

terhadap

Kelekatan anak-orang tua adalah

individu

ikatan emosional yang kuat, bersifat

mengalami gangguan kepribadian yang

menetap sepanjang waktu yang ditandai

lebih menekankan pada aspek-aspek

dengan

interpersonal

mencari dan mempertahankan kedekatan

menipu, 114

kemungkinan

meliputi

(angkuh,

dominan,

cenderung

superfisial

dan

kecenderungan

anak

untuk

dengan orang tua sebagai figur lekat JURNAL PSIKOLOGI

KHOTIMAH & RETNOWATI

utama walaupun tidak tampak dari

asumsi meliputi uji normalitas dan uji

pandangan

linieritas untuk mengetahui apakah data

untuk

mendapatkan

kenyamanan terutama saat anak berada

tersebar

dalam kondisi penuh tekanan.

mengetahui

Skala kelekatan mengacu pada Kerns’

Security

Scale

(KSS),

secara

normal

linier

dan

atau

untuk

tidaknya

hubungan antar variabel. Hasil

uji

normalitas

pada

dikembangkan oleh Kern, Klepac, dan

penelitian ini menunjukkan bahwa pada

Cole pada tahun 1996 (dalam Huot,

variabel kecenderungan psikopat didapat

2002).

KSS

kuesioner

nilai Z sebesar 1.076 dengan nilai

laporan

diri

yang dirancang untuk

p=0.197 (p ≥ 0.05), hal ini menunjukkan

merupakan

mengenai

bahwa data terdistribusi secara normal.

hubungan aman antara anak-orang tua.

Pada variabel kelekatan anak-orang tua

Skala kelekatan ini terdiri dari 30 aitem

didapat nilai Z sebesar 1.067 dengan

pernyataan, yaitu 15 aitem pernyataan

nilai p=0.205 (p ≥ 0.05) sehingga dapat

kelekatan

aitem

disimpulkan bahwa data terdistribusi

aitem

normal. Sedangkan hasil uji linieritas

pernyataan tersebut mengukur tiga aspek

pada variabel kecenderungan psikopat

yaitu persepsi anak bahwa orang tua

dengan

bersifat responsif dan selalu ada, terbuka

diperoleh nilai F sebesar 12.435 dengan

untuk komunikasi dengan anak, serta

nilai p=0.001 (p ≤ 0.01), maka dapat

orang tua sebagai sumber kenyamanan

disimpulkan

dan bantuan bagi anak pada saat

memiliki hubungan yang linier.

menilai

persepsi

pernyataan

anak

anak-ibu

dan

anak-ayah.

15 30

kelekatan

Berikut

dibutuhkan (Huot, 2002).

bahwa ini

anak-orang

kedua akan

tua

variabel dijelaskan

mengenai hasil pengolahan data tentang Teknik Analis Data Untuk penelitian,

hubungan antara kelekatan anak-orang

menguji maka

hipotesis

penelitian

ini

menggunakan tehnik analisis regresi. Hasil Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka dilakukan terlebih dahulu uji JURNAL PSIKOLOGI

tua dengan kecenderungan psikopat. Berdasarkan analisa hasil diperoleh F sebesar 12.380, p=0.001 (p<0,05) berarti signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa variasi nilai variabel kelekatan anakorang tua

dapat menjadi

prediktor 115

KECENDERUNGAN PSIKOPAT DAN KELEKATAN

variabel

kecenderungan

psikopat.

Dengan demikian, hipotesis penelitian

maka

semakin

Diskusi

antara kelekatan anak-orang tua dengan Lembaga Pemasyarakatan. Sumbangan efektif variabel bebas = 0.137.

dapat dilihat pada R= 0.370,

Angka tersebut bermakna bahwa bobot pengaruh

kelekatan

anak-orang

tua

terhadap kecenderungan psikopat adalah 13,7%,

sedangkan

86,3%

lainnya

dipengaruhi oleh variabel lainnya. Persamaan 85.000–0.243X.

garis

regresi

Berdasarkan tinggi

kecenderungan

psikopat

hasil

rendahnya berdasarkan

kelekatan anak-orang tua.

Penelitian

Dari hasil

tua = -0.243,

bertanda

negatif, menyatakan bahwa jika skor pada variabel kelekatan anak-orang tua meningkat

satu satuan,

kecenderungan sebesar

0,185

maka

psikopat satuan.

skor

menurun Hal

ini

menunjukkan adanya hubungan negatif antara kelekatan anak-orang tua dengan kecenderungan psikopat pada remaja di Lembaga

Pemasyarakatan,

yakni

semakin aman kelekatan anak-orang tua 116

bertujuan

untuk

menguji hubungan kelekatan anak-orang tua dengan kecenderungan psikopat pada remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah

remaja

di

Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Anak Blitar. Berdasarkan dilakukan,

hasil

analisis

hipotesis

yang

yang diajukan

terbukti kebenarannya yaitu kelekatan kecenderungan efektif

psikopat.

kelekatan

terhadap sebesar

Sumbangan

anak-orang

kecenderungan 13.7%,

tua

psikopat

sisanya

86.3%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.

perhitungan diperoleh nilai kelekatan anak-orang

ini

anak-orang tua dapat mempengaruhi Y=

persamaan garis regresi tersebut dapat diprediksi

kecenderungan

psikopatnya, begitu juga sebaliknya.

ini dapat diterima, yaitu ada hubungan kecenderungan psikopat pada remaja di

kecil

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Kelekatan tidak aman mempunyai korelasi positif dengan fitur psikopat (Meloy, 2003; Mack, Hackney, & Pyle, 2011). Mack, dkk.

(2011)

menunjukkan

bahwa

individu yang memiliki skor tinggi pada kelekatan menghindar

tidak

aman

maupun

(kelekatan

cemas)

juga

memiliki skor lebih tinggi pada psikopat. Mengacu pada teori kelekatan, Arrigo dan Griffin (2004) menjelaskan ada JURNAL PSIKOLOGI

KHOTIMAH & RETNOWATI

komponen lingkungan yang kuat dalam

perasaan sosial dan kemanusiaan serta

mempengaruhi psikopat. Dari penelitian

tidak pernah belajar memandang orang

yang dilakukan oleh Arrigo dan Griffin

lain sebagai subjek. Semua hal tersebut

(2004) dapat disimpulkan bahwa selama

merupakan ciri-ciri dari psikopat. Akar

masa

psikopat

kanak-kanak,

mengalami

individu

yang

merupakan

fakta

tentang

ketidakkonsistenan dalam

individu yang tidak pernah belajar untuk

perhatian, serta pengasuhan yang penuh

melihat orang lain sebagai subjek (Van

emosional, dan kekerasan fisik serta

den Berg & TI Oei, 2009). Sebagaimana

pelecahan seksual oleh pengasuh, dapat

fitur khas dari faktor PCL-R bahwa

menjadikan

mampu

subjek dengan skor tinggi pada PCL-R

mengembangkan empati terhadap orang

melihat orang lain sebagai objek bukan

lain.

sebagai subjek. Hal ini disebabkan

anak

Kelekatan

kurang

tidak

aman

dapat

karena

secara

signifikan

individu

meningkatkan kecenderungan psikopat

psikopat memiliki pengalaman di awal

dikarenakan gaya kelekatan tidak aman

kehidupan yang diperlakukan sebagai

merupakan salah satu faktor yang dapat

objek atau lawan oleh orang lain.

berpengaruh

cukup

besar

terhadap

Hasil

analisis

deskriptif

pada

gangguan klinis (Sroufe, dkk., 1999).

penelitian

Eisikovits, Dutra, dan Westen (2002)

subjek memiliki kecenderungan psikopat

dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

yang tinggi sebanyak 44 orang (55%),

kelekatan

sedang 30 orang (37%) dan rendah 6

dengan

aman

berkorelasi

kepribadian

negatif

menunjukkan

bahwa

dan

orang (8%). Hasil ini mungkin dapat

berkorelasi positif dengan fungsi-fungsi

menjelaskan bahwa subjek yang terlibat

sehat,

kelekatan

kenakalan remaja maupun kriminalitas

dengan

memiliki faktor risiko yang tinggi untuk

sedangkan

disorganisasi

patologis

ini

gaya

sangat

terkait

berbagai bentuk kepribadian patologi. Individu pengalaman

yang kelekatan

memiliki tidak

aman

dikaitkan dengan gangguan psikopat (Marsee, ddk., 2005), namun, bukan berarti

orang

yang

melakukan

cenderung tidak percaya pada orang lain,

kriminalitas adalah individu

kurang mampu memberikan cinta kasih,

psikopat.

simpati kepada orang lain, kehilangan

Cleckley (dalam Durand & Barlow,

JURNAL PSIKOLOGI

Hal

ini

diperjelas

dengan oleh

117

KECENDERUNGAN PSIKOPAT DAN KELEKATAN

2007)

bahwa

sebagian

psikopat

mencakup semua orang yang bermasalah

(penderita psikopati) bukan kriminal dan

dengan hukum dapat diilustrasikan pada

sebagian tidak menunjukkan agresivitas

gambar 1 di bawah ini:

yang menjadi kriterion DSM-IV-TR untuk gangguan kepribadian antisosial. Meskipun

perilaku

antisosial

dan

perilaku kriminalitas memiliki hubungan yang

kuat,

tidak semua

kriminalis

menunjukkan tanda-tanda psikopati dan tidak semua orang dengan kepribadian psikopati menjadi kriminalis (Lilienfeld & Andrews, dalam Nevid, Rathus, & Greene, 2003). Menurut Nevid, dkk.

Gambar 1. Tumpang-tindih dan tidak adanya tumpang-tindih antara gangguan kepribadian antisosial, psikopati, dan kriminalitas (Durand & Barlow, 2007: 197)

(2003), orang menjadi kriminalis atau pelanggar hukum bisa saja bukan karena

Secara

keseluruhan,

hasil

kepribadian yang terganggu tapi karena

penelitian Cale dan Lilienfeld (dalam

mereka diasuh dalam lingkungan atau

Kotler & McMahon, 2005) menunjukkan

subbudaya

bahwa psikopat lebih banyak terjadi di

yang

mendorong

dan

menghargai perilaku kriminal. Selain itu,

laki-laki

daripada

kurangnya

sampel

orang

rasa

bersalah

maupun

perempuan dewasa.

untuk

Hal

ini

penyesalan, yang merupakan ciri utama

dikarenakan gangguan conduct disorder

dari gangguan psikopat, tidak menandai

secara konsisten banyak ditemukan di

semua kriminalis. Sejumlah kriminalis

anak laki-laki (Kotler & McMahon,

menyesali kejahatan mereka, dan bukti

2005).

dari penyesalan ditunjukkan saat masa

penelitian

hukuman berakhir.

psikopat lebih banyak ditemukan pada

Walaupun yang

demikian,

menyatakan

hasil bahwa

penjelasan

laki-laki tetap harus dikaji lebih lanjut

mengenai ciri-ciri psikopati seperti yang

dengan mempertimbangkan gejala-gejala

dideskripsikan oleh Cleckley dan Hare,

psikopat antara laki-laki dan perempuan,

gangguan kepribadian antisosial dalam

karena

DSM-IV-TR, dan kriminalitas, yang

memiliki

Tumpang

tindihnya

gejala

pada

perbedaan

jenis

kelamin

(Kotler

&

McMahon, 2005). 118

JURNAL PSIKOLOGI

KHOTIMAH & RETNOWATI

pokok bahasan yang sama, hendaknya

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, selanjutnya dapat disimpulkan. Secara kesuluruhan penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yakni ada hubungan negatif antara kelekatan

menggunakan metode penelitian maupun alat ukur yang lain, sehingga dapat memberikan hasil yang yang handal dan akurat mengenai adanya kecenderungan psikopat

pada

remaja

di

Lembaga

Pemasyarakatan.

anak-orang tua dengan kecenderungan psikopat

pada

remaja

Pemasyarakatan.

di

Lembaga

Semakin

aman

kelekatan anak orang tua maka semakin kecil kecenderungan psikopatnya, begitu juga sebaliknya. Dalam

penelitian

ini

variabel

kelekatan anak-orang tua menyumbang 13.7% terhadap kecenderungan psikopat pada

remaja

Pemasyarakatan.

di

Lembaga

Sisanya

86,3%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak menjadi fokus dalam penelitian ini. Faktor-faktor menjadi

yang

prediktor

dimungkinkan bagi

munculnya

kecenderungan psikopat adalah jenis kelamin (Cale & Lilienfield, dalam Kotler & McMahon, 2005), konflik keluarga (Farrington, 2006), ukuran keluarga

(Farrington,

2006),

sosioekonomi rendah (Farrington, 2006), dan lingkungan di luar keluarga, seperti teman sebaya (Farrington, 2006). Bagi peneliti lain yang akan menggunakan JURNAL PSIKOLOGI

Kepustakaan Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arrigo, B. A. & Griffin, A. (2004). Serial murder and the case of Aileen Wuornos: Attachment theory, psychopathy, and predatory aggression. Behavioral Sciences and the Law, 22, 375-393. Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Burke, J. D., Loeber, R., & Birmaher, B. (2002). Oppositional defiant disorder and conduct disorder: A review of the past 10 years, part II. The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 41(11), 1275-1293. doi: 10.1097/01.CHI.0000024839.6074 8.E8. Castillo, R. J. (1997). Culture and mental illness: A client-centered approach. Canada: International Thomson Publishing Company. Colin, V. L. (1996). Human attachment. New York: The McGraw Hill Companies. 119

KECENDERUNGAN PSIKOPAT DAN KELEKATAN

Cooke, D. J. & Michie, C. (2001). Refining the construct of psychopathy: Towards a hierarchical model. Psychological Assessment, 13(2), 171- 188. doi: 10.1037111040-3590.13.2.171. Durand, V. M. & Barlow, D. H. (2007). Psikologi abnormal (4 ed.). (H. P. Soetjipto, & S. M. Soetjipto, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Eisikovits, O. N., Dutra, L., & Westen, D. (2002). Relationship between attachment patterns and personality pathology in adolescents [Abstract]. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 41(9), 1111-1123. Farrington, D. P. (2006). The importance of child and adolescent psychopathy. Journal of Abnormal Child Psychology, 33(4), 489–497. doi: 10.1007/s10802-005-5729-8. Forth, A. E. & Book, A. S. (2010). Psychopathic traits in children and adolescents the relationship with antisocial behaviors and aggression. Dalam Salekin, R. T. & Lynam, D. R. (Ed.). Handbook of child and adolescent psychopathy (hal. 251-283). New York: The Gulford Press. Hare, R. D. & Neumann, C. S. (2009). Psychopathy: Assessment and forensicimplications. The Canadian Journal of Psychiatry, 54(12), 791–802. Huot, S. (2002). The assessment of attachment security through art therapy: A case study illustration (Master's thesis). Department of 120

Art Education and the Creative Arts Therapies at Concordia University, Canada. Komisi Nasional Perlindungan Anak. (12 Desember 2011). Menggugat peran negara, pemerintah, masyarakat dan orang tua dalam menjaga dan melindungi anak. Diunduh 22 Januari 2012 dari http://komnaspa.wordpress.com/20 11/12/21/catatan-akhir-tahun2011komisi-nasionalperlindungan-anak/. Kotler, J. S. & McMahon, R. J. (2005). Child psychopathy: Theories, measurement, and relations with the development and persistence of conduct problems. Clinical Child and Family Psychology Review, 291- 325. doi:10.1007/s10567005-8810-5. Mack, T. D., Hackney, A. A., & Pyle, M. (2011). The relationship between psychopathic traits and attachment behavior in a nonclinical population [Abstract]. Personality and Individual Differences, 51(5), 584-588. Marsee, M. A., Silverthorn, P., & Frick, P. J. (2005). The association of psychopathic traits with aggression and delinquency in non-referred boys and girls. Behavioral Science and the Law, 23, 803-817. Meloy, J. R. (2003). Pathologies of attachment, violence, and criminality. Dalam Goldstein, A. M. & Weiner, I. B. (Ed.). Handbook of Psychology (hal. 509- 526). Canada: John Wiley and Sons, Inc.

JURNAL PSIKOLOGI

KHOTIMAH & RETNOWATI

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2003). Psikologi abnormal (5 ed., Vol. 2). (T. F. Indonesia, Trans.) Jakarta: Erlangga. Salekin, R. T. & Frick, P. J. (2005). Psychopathy in children and adolecents: The need for a developmental perspective. Journal of Abnormal Child Psychology, 33(4), 403-409. Santrock, J. W. (2011). Remaja (11 ed., Vol. 2). (B. Widyasinta, Penerj.) Jakarta: Erlangga. Smith, L. (2011). An exploration of the relationship between poor parentchild attachment and callousunemotional traits in a sample of high-risk young offenders (Master's thesis). Department Clinical Psychology, London. Sroufe, L. A. (2005). Attachment and development: A prospective, longitudinalstudy from birth to adulthood. Attachment and Human Development, 7(4),349 – 367. doi: 10.1080/14616730500365928. Sroufe, L. A., Carlson, E. A., Levy, A. K., & Egeland, B. (1999). Implications of attachment theory for developmental psychopathology. Development and Psychopathology, 11, 1-13. Van den Berg, A. & TI Oei, K. (2009). Attachment and psychopathy in forensic patients. Mental Health Review Journal, 14(3), 40-51.

JURNAL PSIKOLOGI

121