KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PERANTAU JAWA

Download KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PERANTAU JAWA (Studi Kasus: Pedagang Bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota. Padang). SKRIPSI. ...

0 downloads 397 Views 192KB Size
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PERANTAU JAWA (Studi Kasus: Pedagang Bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi (S1)

IRA FADILLA RAHMI NIM: 10070273

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PERANTAU JAWA ( Studi Kasus: Pedagang Bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang) Oleh : 1 Ira Fadilla Rahmi,2Ansofino, 3Marleni 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP-PGRI Sumbar 2Dosen Program Pendidikan Sosiologi STKIP-PGRI Sumbar Jl. Gunung Pangilun No.1 Padang Sumatera Barat Email:[email protected], [email protected],3 [email protected] ABSTRACT Issues that were examined in this study was to describe how social and economic life of Javanese migrants in the Village Surau Nanggalo Tower District of the city of Padang. By presenting three sudjects, namely what are the Javanese migrants choose to migrate to the city of Padang, why choose to trade the meatball for a living and how social and economic life of the nomads Java as trademeatballs. The theory used in this research is the structural functional theory proposed by Talcott Parsons.This research is qualitative and descriptive. Methods informant research conducted by purposive sampling. The inform,ants in this study ci\onsists of 4 people a business owner, business owner’s 4 wives and 10 employees. Data collected bt in-depth interviews, analysis of data research in the area Siteba, precisely in the Village Surau Nanggalo Tower District of the city of Padang. The Result showed that: (1) Factors society nomads Java chose to migrate to the city of Padang is (a) the driving factors for the area of origin (b) Factors towing destination, (2) The reason for choosing trade meatballs as livelihood is (a) the existence of capital and skill or ability (b) existence of opportunities, (3) socio-economic life of the nomads Java as traders meatballs are (a) the increased education of children Javanese (b) The increase in income from prior wander (c) the existence of social interaction. Key Words : Sosio-Enconomic life ABSTRAK Pokok persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kehidupan sosial ekonomi perantau Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. Dengan mengemukakan 3 pokok bahasan yaitu apa saja faktor para perantau Jawa memilih merantau ke kota Padang, kenapa memilih berdagang bakso sebagai mata pencaharian dan bagaimana kehidupan sosial ekonomi para perantau Jawa sebagai pedagang bakso. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsional struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan tipe deskriptif. Metode penelitian informan dilakukan dengan purposive sampling. Informan penelitian dalam penelitian ini berjumlah 4 orang pemilik usaha, 4 orang istri pemilik usaha dan 10 orang karyawan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, analisis data penelitian data ini dilakukan menggunakan pola interatif yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman. Lokasi penelitian dilakukan di daerah Siteba, tepatnya di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Faktor masyarakat perantau Jawa memilih merantau ke kota Padang adalah (a) Faktor pendorong daerah asal (b) Faktor penarik daerah tujuan (2) Alasan memilih berdagang bakso sebagai mata pencaharian adalah (a) Adanya modal dan skill atau kemampuan (b) Adanya peluang (3) Kehidupan sosial ekonomi para perantau Jawa sebagai pedagang bakso adalah (a) Meningkatnya pendidikan pada anak-anak perantau suku Jawa (b) Meningkatnya pendapatan dari sebelum merantau (c) Adanya interaksi sosial. Kata Kunci : Kehidupan Sosial Ekonomi 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2010 2 Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

1

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, bahasa dan suku. Tiap-tiap daerah yang ada memiliki bahasa daerah dan budaya daerah yang berbeda dengan daerah lainnya. Kebanyakan daerah-daerah di Indonesia sekarang mempunyai minoritasminoritas etnis sebagai akibat dari mobilitas penduduk tersebut. Pembauran dalam skala besar semakin meningkat setiap waktunya. Perpindahan dari daerah asal ke daerah lainnya ini juga disebut dengan merantau. Faktor yang mendorong suatu masyarakat merantau adalah faktor ekonomi yang cenderung semakin banyak pengeluaran dengan membutuhkan pemasukan yang lebih dari sekedar untuk makan sehari-hari saja (Naim, 2013:7). Kondisi daerah asal kerap kali menjadi alasan seseorang untuk melakukan suatu tradisi merantau, apalagi setelah mendengar orang atau yang pergi sebelumnya berhasil dengan mata pencaharian yang baru dirantau. Karena menurut mereka dengan cara merantau maka akan mengubah perekonomian keluarga kelak lebih baik disebabkan peluang kerja di kota banyak dan beragam (Naim,2013:9). Yang menjadi persoalan pada penelitian ini adalah pada masyarakat yang merantau ke daerah lain pasti mempunyai faktor dan tujuan tertentu, baik itu faktor daerah asal yang tidak memungkinkan lagi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga kebutuhan hidup tidak terpenuhi, dan faktor daerah tujuan yang mempunyai peluang besar bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga kebutuhan hidup terpenuhi, ini disebut kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat. Kondisi sosial ekonomi adalah keberadaan serta kondisi seseorang maupun suatu keluarga dalam kehidupannya, dan yang membedakan satu keluarga dengan keluarga yang lain, seperti pendidikan, mata pencahariaan, pendapatan, perumahan, dan interaksi sosial keluarga serta lain sebagainya (Derwanti, 2012:4). Dari faktor kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lemah menuntut adanya jalan keluar, karena kondisi ekonomi masyarakat yang kurang baik akan berdampak negatif diantaranya

meningkatnya pengangguran, banyaknya anak putus sekolah serta masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup seharihari, ini disebut masalah sosial ekonomi dalam masyarakat. Masalah sosial ekonomi masyarakat merupakan masalah yang masih menghantui rakyat Indonesia. Beberapa permasalahan sosial ekonomi itu adalah masih rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya fasilitas kesehatan, kurang terbukanya kesempatan kerja serta tingkat pendapatan yang rendah. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk memanfaatkan SDM demi kelangsungan hidup dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat (Kristina, 2013:2). Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat hidup di negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah kurangnya penggunaan tenaga kerja yang efisien dibanding negara maju. Dimana ketersediaan lapangan pekerjaan yang terbatas tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang ingin mendapatkan pekerjaan. Sehubungan dengan masalah ini ada satu sektor yang berperan dalam menunjang penyediaan tenaga kerja yakni sektor informal. Sektor informal adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan sejumlah kegiatan yang berskala kecil. Dimana pada dasarnya sektor ini mampu menyerap tenaga kerja terutama tenaga kerja yang tidak memiliki skill, keterampilan atau pendidikan yang belum sesuai dengan tuntutan kerja di sektor formal. Salah satu bentuk penyediaan tenaga kerja di sektor informal adalah usaha berdagang, yang mana usaha ini tidak membutuhkan pendidikan formal seperti dalam sektor formal (Damsar, 1997:108). Pedagang kecil merupakan salah satu jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini disebabkan karena sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta keterampilan yang terbatas. Semakin ketatnya persaingan dan majunya perekonomian menuntut pedagang lebih efektif dan efesien dalam pengelolahan usaha yang dijalaninya. Berhasil atau tidaknya pedagang tersebut pada umumnya ditandai dengan kemampuannya dalam

2

mengelola usahanya yang dijadikan sebagai tolak ukur dimasa yang akan datang. Salah satu bentuk usaha perdagangan di kota Padang adalah usaha dagang bakso yang pedagangnya adalah orang jawa, khususnya di kelurahan Surau Gadang. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang kehidupan sosial ekonomi pedagang bakso, dengan mengangkat judul “kehidupan sosial ekonomi perantau suku Jawa, Studi Kasus: Pedagang Bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang. METODELOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena metode kualitatif mempelajari data di lapangan secara alamiah dan mengutamakan metode observasi dan wawancara serta dokumen. Menurut Maleong (2007:6) penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khususnya alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah, dengan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif adalah untuk mengetahui, mengungkapkan dan mendeskripsikan mengenai kehidupan sosial ekonomi perantau suku Jawa sebagai pedagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. Teknik yang dipakai dalam pemilihan informan adalah secara purposive sampling, yaitu pemilihan berdasarkan seleksi penelitian berdasarkan atas anggapan bahwa informan adalah orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki keterkaitan dengan permasalahan atau objek penelitian. Para informan dicari berdasarkan kriterian tertentu yang telah diciptakan oleh peneliti dan peneliti mengetahui identitas orangorang yang pantas menjadi informan dan keberadaan mereka diketahui oleh peneliti (Afrizal, 2008 : 66). Pemilik usaha dagang bakso yang perantau suku Jawa di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang ada 4 orang dan istri para perantau juga 4

dan 10 orang karyawan bakso yang bekerja dan berasal dari suku Jawa menjadi informan, informan dalam penelitian ini berjumlah 18 orang. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data dalam melakukan penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data yang relevan dengan hasil penelitian, maka digunakan cara-cara observasi, wawancara dan studi dokumen. Observasi sendiri dilakukan sejak awal bulan Mei 2014 dengan mengunjungi tempat-tempat usaha dagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi para perantau Jawa sebagai pedagang bakso. Peneliti yang melakukan observasi terhadap para perantau suku Jawa yang sebagai pemilik tempat usaha dagang bakso, istri para pedagang bakso serta karyawan pedagang bakso perantau suku Jawa yang diteliti adalah kegiatan para perantau menjual bakso, bentuk rumah atau tempat tinggal para perantau serta kegiatan apa saja yang dilakukan para perantau dengan masyarakat di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. Tujuan digunakannya metode wawancara mendalam, jelas serta menjawab rumusan masalah bagaimana kehidupan sosial ekonomi perantau suku Jawa sebagai pedagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2015, dari tanggal 2 juni sampai tanggal 30 juni 2015. Untuk mendapatkan informasi lebih jelas tentang bagaimana kehidupan sosial ekonomi para perantau suku Jawa yang berdagang bakso. Penelitian dilakukan di tempat usaha bakso yang sekaligus tempat tinggal bagi pemilik usaha bakso dan beberapa karyawan yang masih belum menikah tinggal di tempat usaha yang sekaligus rumah. Pada saat melakukan wawancara, peneliti diterima dengan baik oleh para infoman yaitu para informan mau diwawancara oleh peneliti serta memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti sehingga pertanyaan-pertanyaan penelitian mau dijawab oleh para informan. Dalam penelitian ini diperlukan adanya dokumen sebagai bukti dari adanya suatu penelitian di daerah yang diteliti

3

(Sugiyono, 2012:82-83). Dokumendokumen tersebut adalah arsip-arsip mengenai letak geografis, peta wilayah, jumlah penduduk Kelurahan Surau Gadang dan dokumen-dokumen terkait. Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2006:21). Unit analisis pada penelitian ini adalah kelompok yaitu pedagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo. Unit analisis dalam penelitian ini berguna untuk memfokuskan kajian yang telah dilakukan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Analisa data dalam penelitian kualitatif merupakan proses yang sistematis untuk menentukan bagian-bagian dan saling keterkaitan antara bagian-bagian dan keseluruhan dengan cara mengklasifikasikan data dan menghubungkan data satu sama lain (Afrizal, 2008:67). Dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Alasan dipilihnya daerah ini karena semua pedagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo adalah para perantau yang berasal dari etnis Jawa. Peneliti memilih lokasi ini karena peneliti lebih memahami situasi dan kondisi masyarakat tersebut. Selain itu peneliti mengingat dan menimbang banyak hal seperti keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Adapun kalau hasil penelitian yang didapatkan kurang akurat peneliti lebih mudah menemui informan-informan yang telah memberikan informasi tentang kehidupan sosial ekonomi perantau suku jawa sebagai pedagang bakso di Kelurahan surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. PEMBAHASAN Dalam bab ini dijelaskan temuan data yang didapatkan selama penelitian. Data selama penelitian tersebut berupa informasiinformasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan informan-informan. Selain itu, juga diperoleh data melalui observasi di lapangan. Data yang diperoleh dari informan, peneliti sampaikan dalam bentuk kata-kata, argumentasi, serta pendapat dari informan penelitian. Berdasarkan temuan data yang telah didapatkan dilapangan, sejarah kedatangan

para perantau Jawa di Kota Padang khususnya di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo pada tahun 1984 oleh bapak Jumangi, yang awal mula kedatangannya bertujuan untuk mendapatkan penghasilan agar kebutuhan hidup terpenuhi. Pertama kali bapak Jumangi merantau ke Padang bekerja sebagai buruh bangunan selama 2 Tahun, setelah itu bekerja sebagai karyawan bakso di daerah Jati Kota Padang. Dari menjadi karyawan bakso selama 3 tahun bapak Jumangi mendapatkan keahlian untuk membuat bakso dan upah yang didapatnya selama bekerja digunakan untuk membuat usaha bakso sendiri dengan berjual dengan gerobak dorong di daerah Siteba Kelurahan Surau Gadang. Sampai akhirnya bapak Jumangi berhasil mempunyai tempat usaha sendiri den tidak berjualan gerobak karena bakso bapak Jumangi banyak disukai orang. Mendengar bapak Jumangi sukses saudara bapak Jumangi ingin ikut merantau ke Kota Padang agar bisa mengubah kehidupan ekonomi menjadi lebih baik. A. Faktor Masyarakat Perantau Jawa Memilih Merantau ke Kota Padang Merantau merupakan tipe khusus dari imigrasi yang tidak dapat diterjemahkan dalam bahasa manapun. Adapun makna yang terkandung dari pengertian itu adalah meningggalkan kampung halaman dengan kemauan sendiri untuk jangka waktu yang lama dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman dan biasanya dengan maksud kembali pulang (Sjafrifoedin, 2011:509-510). Menurut Naim (2013:5) menjelaskan merantau sebagai imigrasi sementara, migrasi kunjungan dan migrasi temporer. Migrasi sementara merupakan suatu migrasi yang pergi merantau dengan jangka waktu beberapa tahun dan bertujuan kembali pulang ke kampung halamannya, di perantauan tidak ada perubahan ekonomi hanya terjadi kesulitan ekonomi. Migrasi kunjungan merupakan migrasi menetap untuk jangka waktu yang lebih pendek,

4

kegiatan masyarakat yang pergi kedaerah perantauan. Hidup hanya berkecukupan (cari hasil sekarang habis sekarang dan besok harinya harus bekerja lagi), dan migrasi temporer dengan maksud menetap selamanya, masyarakat di daerah perantauan yang sudah mendapatkan jodoh atau menikah dengan penduduk asli daerah perantauan dan sudah bekeluarga dengan orang kaya kemungkinan kecil untuk kembali pulang ke kampung halamannya karena hidup di perantauan sudah berhasil. Pada masyarakat perantau suku Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo termasuk kedalam migrasi temporer A1. Faktor pendorong daerah asal a. Faktor Ekonomi Faktor sosial ekonomi menjadi faktor pendorong bila pertimbangan antara kelangsungan hidup dengan jumlah penduduk yang tergabung kepadanya mulai goyah. Karena penduduk terus-menerus bertambah sedangkan saran kelangsungan hidup relative tetap, maka jumlah yang merantau juga meningkat. Penyebab orang pergi merantau yaitu keadaan geografis daerah yang tidak potensial untuk dikembangkan, adanya nilai-nilai adat yang mendoring mereka untuk merantau. Terjadinya perubahan komposisi penduduk kita ketahui bahwa sumber daya manusia merupakan asset dari pembangunan, disamping modal, ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor yang mendorong seseorang pergi merantau yaitu karena tekanan ekonomi, tekanan geografis, tekanan demografis, dorongan pendidikan, daya tarik kota, kesehatan politik dan pelembagaan sosial. Tekanan ekonomi menjadi dasar utama yang memotivasi seseorang pergi merantau. Kepadatan penduduk yang semakin tinggi mendorong persaingan ketat dalam mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara pemekaran wilayah perkotaan yang terlambat dilakukan menyebabkan angkatan kerja didaerah pedesaan menjadi frustasi dan menempuh alternatif mencari pekerjaan di negeri orang (Naim, 2013:228).

Faktor ekonomi merupakan faktor utama seseorang ingin merantau, dimana di daerah asalnya sendiri kehidupan ekonomi sangat sulit tidak ada perubahan dalam aspek ekonomi. Munculnya motivasi yang dipengaruhi desakan ekonomi tersebut akan membuat seseorang ingin merantau agar kehidupan ekonomi bisa berubah di daerah perantauan. b.

Faktor Pendidikan Tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor suatu tolak ukur kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu bagian pembangunan sosial yang terkait langsung dengan pembangunan masyarakat. Kegiatan di bidang pendidikan yang ada pada hakekatnya bertujuan untuk membangun manusia yang berpengetahuan dan berpendidikan tinggi, mempunyai kemampuan dan keterampilan serta berdaya guna dalan mewujudkan terpenuhinya semua kebutuhan pada aspek kehidupan. Salah satu faktor untuk seseorang bisa mendapatkan pekerjaan adalah dari latar belakang pendidikan seseorang. Ketika pendidikan seseorang tinggi maka mereka akan mendapatkan posisi pekerjaan yang bagus dan layak. Sehingga penghasilan tinggi dan semua kebutuhan hidup terpenuhi. Ketika seseorang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang bagus maka akan sulit seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak sedangkan lapangan pekerjaan sedikit dan daya saing. Dari faktor itulah timbul keinginan seseorang untuk merantau karena didaerah asal dengan latarbelakang pendidikan yang dimiliki tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang akan memenuhi kebutuhan hidup. A2. Faktor penarik dari daerah tujuan a. Faktor Keluarga Di Daerah Perantauan Salah satu yang menjadi faktor penarik seseorang pergi merantau adalah setelah mendengar keluarga, kerabat atau teman yang sebelumnya merantau telah sukses akan memotivasi seseorang untuk pergi merantau kedaerah orang lain. Yang diharapkan setelah merantau kehidupan ekonomi para perantau menjadi lebih baik daripada di daerah asalnya sendiri. faktor yang melatarbelakangi memilih merantau ke Kota padang adalah karena faktor ekonomi,

5

faktor latarbelakang pendidikan dan faktor keluarga atau sanak saudara yang sukses di daerah rantau. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka harus bekerja agar bisa menghasilkan uang, tetapi untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak dan terpenuhi harus dilatarbelakangi oleh pendidikan yang tinggi sedangkan daya saing sangat ketat antar masyarakat. Salah satu alternatif untuk keluar dari masalah tersebut adalah dengan merantau ke daerah lain, apalagi setelah mendengar orang lain yang pergi merantau sebelumnya sukses. B. Alasan memilih berdagang bakso sebagai mata pencaharian Mata pencaharian adalah merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak, dimana antara daerah satu dengan daerah yang lain berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya. Mata pencaharian dibedakan menjadi dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian pokok disini adalah sebagai bakul. Mata pencaharian sampingan adalah mata pencaharian diluar mata pencaharian pokok. Mata pencaharian adalah seluruh kegiatan untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan sumbersumber daya yang ada pada lingkungan fisik,sosial dan budaya yang terwujud sebagai kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Adapun alasan para perantau Jawa memilih berdagang bakso sebagai mata pencaharian adalah sebagai berikut.

B1.

Adanya Modal, Skill atau Kemampuan Dalam menjalankan suatu usaha tentu kita sebagai pelaku usaha harus mempunyai modal, baik itu modal materi atau modal kemampuan atau skill terhadap barang atau jasa yang akan kita jual kepada konsumen. Ketika seorang pelaku usaha mempunyai modal yang cukup untuk membuat suatu usaha itu adalah langkah awal yang sangat baik. Nantinya di ikuti oleh skill atau kemampuan kita dalam membuat suatu

barang atau jasa yang akan kita jual kepada konsumen. Para perantau Jawa sebagai pedagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang, khusus para pemilik usaha dagang baksonya mempunyai modal dan skill itu sangat penting. Kemampuan materi dengan diikuti kemampuan untuk membuat suatu usaha seperti usaha dagang bakso sangatlah penting. Karena dengan kemampuan yang kita miliki akan menarik para konsumen untuk membeli bakso. B2. Adanya Peluang Dalam perdagangan, membaca peluang yang ada di pasaran adalah sangat penting. Ketika seseorang ingin membuka di suatu tempat, harus pintar membaca peluang yang ada. Ketika peluang untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu usaha itu besar maka usaha yang dirintis nantinya akan berhasil, sehingga kehidupan ekonomi para pelaku dagang juga akan naik dan semua kebuttuhan hidup dalam berbagai aspek akan terpenuhi. Membaca peluang dalam menjalankan suatu usaha itu harus kita perhatikan target pemasaran yaitu konsumen yang akan membeli barang dagangan, tempat usaha strategis atau tidak dan saingan dengan pedagang lain itu besar atau tidak. Para perantau Jawa yang berdagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo juga membaca peluang-peluang yang ada dalam menjalankan usaha dagang baksonya. Karena itu akan menjadi sangat penting untuk keberhasilan suatu usaha dagang baksonya. C. Kehidupan sosial ekonomi Menurut Soejono Soekanto (2012) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya daya. Berdasarkan pengertian di atas keadaan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah mata pencaharian, pendidikan dan interaksi sosial. Kemudian pengertian sosial adalah istilah yang mengacu pada kualitas interaksi saling berhubungan yang sifatnya timbal balik. Sedangkan ekonomi adalah aktivitas

6

dari produksi, distribusi dan konsumsi terhadap manfaat sumber-sumber daya materi. Istilah sosial adalah sesuatu hal yang berkaitan dengan masyarakat, memuaskan kebutuhan dan keinginan materialnya sambil memperhatikan bahwa sarana yang dapat mereka pergunakan memaksa mereka mengadakan suatu pilihan. Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan atau individu dalam melakukan tindakan dan interaksi sosial dengan lingkungan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Tindakan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat perantau suku Jawa sebagai pedagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. Sosial ekonomi adalah hubungan antara masyarakat, yang didalamnya terjadi interaksi sosial dan ekonomi. Dalam hubungan tersebut, dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi ataupun juga sebaliknya bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat. C1. Meningkatnya Pendidikan Anakanak Para Perantau Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktiv mengembangkan potesi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat martabat, berlangsung seumur hidup yang dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang tidak didalam sekolah saja tetapi diluar sekolah juga dan berlangsung seumur hidup. Maka dapat disimpulkan pendidikan adalah wadah atau sarana untuk meningkatkan kualitas SDM dan memberikan sumbangan besar dalam mengubah prilaku manusia sebagai

wawasan semakin meningkat yang pada akhirnya memberikan nilai tambah yang besar untuk memperbaiki kehidupan di segala aspek kehidupan. Jadi peranan pendidikan sangat penting dalam penggalian dan pengembangan sumber daya manusia, pendidikan merupakan modal besar dalam kehidupan manusia. Pendidikan bertujuan untuk membekali seseorang dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir, sehingga seseorang akan mampu melakukan, serta pendidikan merupakan bekal bagi penentuan masa depan seseorang dalam seluruh aspek kehidupan. Pada masyarakat perantau Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang teerjadinya mobilitas pendidikan, dimana para orang tua perantau Jawa di daerah asal mereka tidak mengenyam bangku pendidikan yang layak, tetapi itu berbeda ketika mereka merantau karena mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka. Mobilitas sosial adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari lapisan strata yang satu dengan lapisan strata yang lain. Menurut soejono soekanto mobilitas adalah suatu gerakan dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengajar organisasi suatu kelompok sosial. Pada masyarakat perantau Jawa terjadinya mobilitas pendidikan terlihat setelah para perantau mendapatkan penghasilan dan bisa menyekolahkan anak-anak mereka dengan layak tidak seperti orang tua ketika didaerah asal. C2. Meningkatnya pendapatan Pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluraga yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan atau kekayaan keluarga. Dimana pendapatan seseorang diartikan sebagai jumlah uang atau barang yang diterima sebagai kerja yang dilakukan (Febrina, 2013:4). Pendapatan adalah hasil pencaharian usaha, berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai pada penggunaan faktor-faktor produksi. Dimana hasil yang diperoleh dari

7

berbagai jenis usaha kegiatan ekonomi dan pendapatan merupakan faktor penting untuk mempertahankan kehidupan yang lebih layak dan tidak layak, karena dengan tingkat penghasilan yang tinggi maka meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pendapatan adalah hasil kerja (usaha), sedangkan pendapatan rumah tangga adalah harta yang diterima oleh sebuah rumah tangga sebagai hasil dari seluruh usaha semua warganya. Sedangkan tingkat atau taraf hidup pendapatan seseorang berdasarkan hasil kerja atau usaha,mata pencaharian, harta yang diterima sebagai hasil dari seluruh usaha yang dilakukannya juga disebut pendapatan. Pendapatan sering di kaitkan dengan kualitas hidup masyarakat atau perorangan dan hal tersebut merupakan indikasi dari tingkat perekonomian suatu masyaraka, hal ini tercermin dari fenomena kemampuan kebutuhan baik yang bersifat pokok maupun yang bersifat sekunder, cenderung terdapat gejala bahwa semakin tinggi pendapatan masyarakat perorangan maka grafik kebutuhan akan meningkat pula. Pendapatan dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu pendapatan sektor formal dan pendapatan sektor informal. Pendapatan sektor formal adalah segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas jasa dari sektor formal, misalnya pendapatan berupa uang dari gaji atau upah. Sedangkan pendapatan sektor informal adalah penghasilan baik yang beruoa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa dari sektor informal. Misalnya, pendapatan dari usaha yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, penjualan, investasi dan pendapatan dari keuntungan sosial. Pada dasarnya tingkat kehidupan ekonomi seseorang atau masyarakat ditentukan oleh kesempatan memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Sehingga setiap orang selalu melakukan berbagai macam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehariharinya. Salah satunya dengan cara merantau ke daerah orang lain dengan memanfaatkan peluang dan kesempatan yang ada. Pada tingkat pendapatan para perantau suku Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang sebagai pedagang bakso dikatakan lebih baik dari pada sebelum

merantau dikarenakan di daerah asal mereka tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau pekerja serabutan tetapi setelah merantau dan menjadi pedagang dan karyawan di tempat usaha bakso pendapatan mereka meningkat karena di Kelurahan Surau Gadang tempat usaha bakso hanya 4 unit saja karena makanan bakso sendiri semuanya yang ada di Kelurahan Surau Gadang pemiliknya hanya yang bersuku Jawa saja, dikarenakan makanan bakso sendiri identik dengan makanan khas Jawa. C3. Adanya interaksi sosial Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu kelompok dengan kelompok maupun individu dengan kelompok. interaksi sosial didalam masyarakat tidak dapat terjadi dengan sendirinya, tanpa ada komunikasi dan kontak langsung maupun tidak langsung antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Indonesia merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, adat dan kebudayaan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh kondisi fisik. Wilayah yang bersangkutan maupun adat dan kebudayaan yang telah ada semenjak nenek moyang terdahulu. Manusia akan selalu melakukan interaksi guna kelangsungan hidupnya, karena interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Kegiatan-kegiatan yang diikuti para perantau Jawa yang bekerja sebagai pedagang bakso selama tinggal di Kota Padang khususnya di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo adalah kegiatan Gotong Royong, Kongsi Kematian, Arisan bulanan para istri perantau Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo. a. Gotong Royong Kegiatan gotong royong adalah kegiatan dimana seluruh masyarakat ada di sekitar wilayah tempat tinggal bersama-sama membersihkan lingkungan agar terciptanya suasana atau lingkungan yang bersih. Biasanya kegiatan gotong royong dilakukan oleh kaum laki-laki yaitu bapak-bapak dan remaja putra yang membersihkan areal got atau saluran pembuangan air tiap-tiap rumah atau tempat tinggal yang dilingkungan, membersihkan mesjid dan mushalla, memperbaiki jalan yang ada di sekitar

8

lingkungan tempat tinggal sehingga dari kegiatan gotong royong akan terciptanya kekompakan pada masyarakat baik masyarakat asli atau pada masyarakat pendatang sedangkan kaum perempuan atau ibu-ibu membuat minuman dan makanan untuk kaum laki-laki yang bekerja gotong royong. b. Kongsi Kematian Kongsi kematian adalah kegiatan yang bertujuan untuk penyelenggaraan ketika terjadinya masyarakat atau seseorang yang meninggal. Masyarakat di daerah tempat tinggal membantu pada proses penyelenggaraan kematian. Baik itu kursikursi para tamu yang mengalami kemalangan maupun proses shalat mayat di mesjid ataupun mushalla serta manyediakan makan dan minuman untuk keluarga yang mengalami kematian sehingga kegiatan kongsi kematian sangat penting diikuti. c. Arisan Bulanan Arisan bulanan adalah kegiatan yang dilakukan kaum perempuan umumnya ibu rumah tangga yang ada pada lingkungan tempat tinggal. Dengan membayar iuran atau uang yang telah disepakati bersama setiap bulan, sehingga satu kali dalam sebulan ibu-ibu itu wajib membayar iuran dan biasanya berkumpul di mesjid dan mushalla atau dirumah warga yang memang mendapat giliran untuk berkumpul melakukan kegiatan arisan. Arisan bulanan juga berguna untuk mempererat tali silahturahmi antar sesama ibu rumah tangga yang ada dilingkungan tempat tinggal. Begitupun yang terjadi pada masyarakat perantau dengan masyarakat sekitar lingkungan Kelurahan Surau Gadang. Masalah dalam penelitian dikaitkan dengan teori struktural fungsional dari Talcott Parson bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan semua sistem agar tetap bertahan yaitu : a. Adaptation (adaptasi) yaitu sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang menyesuaikan diri dengan lingkungan, dalam penelitian perantau suku Jawa yang bekerja sebagai pedagang bakso yang

b.

c.

d.

ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang harus menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat yang ada di Kelurahan Surau Gadang baik masyarakat asli maupun sesama pendatang dari daerah lain. Goal attaiment (pencapaian tujuan) sebuah sistem harus mengindentifikasi dan mencapai tujuan utama yang diharapkan, dalam hal ini para perantau suku Jawa telah mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik sehingga tujuan para perantau telah tercapai hal ini ditandai dengan meningkatnya pendidikan pada anak-anak para perantau dan adanya pendapatan yang di terima oleh para perantau suku Jawayang ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. Integration (Integrasi) yaitu sebuah sistem yang harus mengatur antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, yang menjadi komponennya atau saling berinteraksi, dalam hal ini para perantau suku Jawa mengatur bagian dari pemenuhan ekonomi, karena sulitnya keadaan ekonomi setelah salah satu perantau sukses akan mengajak dan membantu keluarga yang lain yang belum ada pekerjaan di daerah asal untuk ikut merantau sehingga punya pekerjaan dan penghasilan. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola) yaitu sebuah sistem yang harus di jaga supaya tidak kocar-kacir dan para anggotanya tidak salah bertindak yang tidak sesuai dengan sistem yang ada, dalam hal ini para perantau suku Jawa memiliki satu motivasi dari kerabat dan keadaan ekonomi yang kekurangan agar tetap bertahan didaerah perantauan yang untuk mencapai tujuan agar mendapat kehidupan yang lebih baik dari

9

sebelumnya dengan memiliki sifat gigih dan ketekunan dalam berusaha. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang kehidupan sosial ekonomi perantau Jawa sebagai pedagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang, dapat disimpulkan bahwa : 1. Faktor para perantau Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang yang bekerja sebagai pedagang bakso, adalah sebagai berikut: 1.1. Faktor pendorong daerah asal a. Faktor ekonomi, karena desakan faktor ekonomi yang menuntut agar mencari pekerjaan yang lebih baik agar kebutuhan hidup terpenuhi, karena desakan tersebutlah perantau suku Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang memberanikan diri untuk mencari nafkah di daerah rantau atau daerah orang lain. Semua itu dilakukan karena desakan ekonomi dan peluang untuk hidup yang layak di daerah asal tidak ada sehingga kebutuhan hidup tidak terpenuhi. b. Faktor pendidikan, dapat disimpulkan latar belakang pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam mencari pekerjaan. Karena semakin tinggi pendidikan akan semakin mudah mendapatkan pekerjaan sehingga kebutuhan hidup terpenuhi. Tetapi beberapa perantau Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang salah satu alasan mereka merantau karena faktor pendidikan yang tidak ada sehingga menyulitkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan di daerah asal. Dan salah satu cara untuk keluar dari masalah tersebut adalah dengan cara

1.

pergi merantau ke daerah orang lain dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 1.2. Faktor penarik daerah tujuan a. Faktor keluarga dan teman satu daerah asal atau kampung halaman di daerah perantauan, salah satu faktor yang melatarbelakangi para perantau pergi merantau adalah karena adanya sanak saudara atau keluarga dan teman satu daerah kampung halaman yang sebelumnya pergi merantau dan sukses di daerah perantau. Sehingga timbul motivasi seseorang untuk pergi merantau agar kehidupan berubah menjadi lebih baik. Alasan memilih berdagang bakso sebagai mata pencaharian 1.1. Adanya modal,skill atau kemampuan, karena adanya modal, skill atau kemampuan para perantau Jawa membuat makanan bakso, karena bakso adalah makanan yang di kenal berasal dari Jawa, ketika dijual di daerah lain menjadi daya tarik sendiri bagi penikmat bakso. Dengan modal dan kemampuan yang ada bisa menjadi mata pencaharian bagi para perantau Jawa dan menghasilkan penghasilan yang menunjang kebutuhan hidup para perantau suku Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang. 1.2. Adanya peluang, dengan membaca peluang yang ada akan berdampak positif bagi pemilik dan bagi karyawan usaha dagang bakso. Karena bagi pemilik mendapatkan penjualan akan menghasilkan pemasukan sehingga kebutuhan terpenuhi. Dan bagi karyawan dengan menjadi karyawan bakso akan mendapatkan upah atau gaji setiap bulannya sehingga kebutuhan terpenuhi.

10

2.

Kehidupan sosial ekonomi para perantau suku Jawa sebagai pedagang bakso di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo kota Padang, 3.1 Meningkatnya pendidikan, dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh pemilik usaha dan karyawannya yang masih belum terpenuhi tidak akan dirasakan oleh anak-anak mereka. Khususnya anak-anak dari pemilik tempat usaha dagang bakso mengenyam bangku sekolah, tidak ada yang tidak sekolah bahkan sudah ada yang sarjana. 3.2. Meningkatnya pendapatan, dengan penghasilan yang di dapat oleh pemilik tempat usaha dagang bakso setiap hari dan upah yang didapat oleh karyawan setiap bulannya sangat jauh berbeda dari penghasilan yang mereka dapat ketika tinggal di daerah asal. Dengan pekerjaan yang tidak tetap didaerah asal maka pendapatan pun tidak tetap setelah mereka merantau mereka punya penghasilan sehingga kebutuahan hidup terpenuhi. 3.3. Adanya interaksi sosial, selama para perantau Jawa yang ada di Kelurahan Surau Gadang menetap baik itu tinggal dan berdagang bakso belum pernah terjadi konflik atau perkelahian dengan masyarakat pribumi karena selama hidup berdampingan mereka saling menghargai satu sama lain. Selain itu kegiatan yang dilingkungan Kelurahan Surau Gadang seperti arisan, gotong royong, kongsi kematian dan rapat Rt Rw juga diikuti oleh perantau meskipun tidak rutin.

DAFTAR PUSTAKA Afrizal. 2008. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Laboratorium Sosiologi FISIP UNAND. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta. Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers. Endang Kristina. 2013. Nelayan Teripang (Suallo) : Studi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi di Siberut Selatan Kabupaten kepulauan Mentawai. Skripsi. Padang. Stkip Pgri Sumbar. Marliza Derwanti.2012. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kakao di Nagari Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung (1999-2010). Skripsi. Padang. Stkip Pgri Sumbar. Maleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Naim, Mochtar. 2013. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau Edisi Ketiga. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.. Sjarifoedin, TJ A Amir. 2011. Minangkabau Dari Dinasti Iskandar Zulkarnain Sampai Tuanku Imam Bonjol. Jakarta : PT. Gria Media Prima. Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.