KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA

Download KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI. MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY. REPETITION DAN PROBLEM BASED LEARNING. (Studi Pen...

0 downloads 579 Views 585KB Size
KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION DAN PROBLEM BASED LEARNING (Studi Penelitian di SMP Negeri 1 CisurupanKelas VII) Usman Fauzan Alan1, EkasatyaAldilaAfriansyah2 1,2

STKIP Garut, JlPahlawan No 32 SukagalihGarut Email: [email protected]

Abstract: The purpose of this study are: (1) To determine the ability of understanding mathematical difference between students who had Auditory Intellectual Repetition learning model and Problem Based Learning model. This research is a quasi-experimental research, pretest-posttest Control Design. The population in this study were all students of VII class SMP Negeri 1 Cisurupan by taking a sample of two classes of VII-A class as an experimental 1st class and VII-B class as the experimental 2nd class. The research instrument used is to test the ability of mathematical understanding. Based on the research, we found that: There were differences in the ability of mathematical understanding among students who earn AIR learning model and PBL model. Keywords:Auditory Intellectual Repetition learning model, Problem Based Learning model, quasiexperimental research, pretest-posttest Control Design, mathematical understanding

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) dengan Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 1 Cisurupan dengan mengambil sampel sebanyak dua kelas yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen I dan kelas VII-B sebagai kelas eksperimen II. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan pemahaman matematis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa: Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran AIR dengan PBL. Kata kunci: Kemampuan pemahaman matematis, model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition, Problem Based Learning, metode eksperimen

Pendidikan merupakan salah satu alat

Ramadhani 2013:3) mengemukakan bahwa

untuk meningkatkan taraf hidup bangsa. Pada

kondisi saat ini di lapangan pada umumnya

dasarnya pendidikan merupakan sebuah upaya

pembelajaran matematika kurang melibatkan

untuk meningkatkan kualitas sumber daya

aktifitas siswa. Kemudian Wahyudin (dalam

manusia (SDM). Pendidikan dapat ditempuh

Ramadhani

salah satunya di sekolah, dari beberapa mata

bahwa sebagian besar siswa tampak mengikuti

pelajaran yang di pelajari siswa, matematika

dengan baik setiap penjelasan atau informasi

merupakan salah satu ilmu yang sangat

dari guru, siswa sangat jarang mengajukan

penting dalam dunia pendidikan.

pertanyaan

2013:3)

sehingga

mengemukakan

guru

asyik

pula

sendiri

Salah satu faktor penting dalam

menjelaskan apa yang telah disampaikannya.

pembelajaran matematika saat ini adalah

Bahkan Wahyudin (dalam Ramadhani 2013:3)

pentingnya

kemampuan

menegaskan bahwa guru matematika pada

pemahaman matematis siswa. Sugandi (dalam

umumnya mengajar dengan metode ceramah

pengembangan

68

69

Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah

ekspositori. Hal ini menunjukan bahwa siswa

tentu dibutuhkan pula model pembelajaran

kurang

sehingga

yang berbasis pada pemahaman matematis

kemampuan pemahaman matematis siswa

secara aktif dan kreatif. Diantaranya model

akan pelajaran sangat sulit bahkan tidak

pembelajaran yang dimaksud adalah model

banyak siswa yang tidak paham tentang

pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition

pelajaran yang di berikan dan di jelaskan oleh

(AIR) dan model Problem Based Learning

guru.

(PBL).

aktif

dalam

Salah

belajar

satu

untuk

Berdasarkan latar belakang masalah

dalam

yang telah uraikan di atas, maka penulis

pembelajaran matematika adalah dengan cara

merumuskan permasalahan dalam penelitian

mengintegrasikan suatu model pengembangan

ini

kreativitas itu dalam proses belajar mengajar

kemampuan pemahaman matematis antara

matematika. Sebagaimana yang dinyatakan

siswa yang mendapatkan model pembelajaran

Reigeluth dan Meril (dalam Fitryani, 2013:5)

Auditory

bahwa “Struktur isi pelajaran merupakan

dengan Problem Based Learning (PBL)?”

mengembangkan

upaya kreativitas

variabel pembelajaran di luar kontrol guru”.

“Apakah

yaitu:

Intellectualy

terdapat

perbedaan

Repetition

(AIR)

Menurut Driver (dalam Nurkarimah,

variabel

2006:12), “Pemahaman adalah kemampuan

manipulatif, yang mana setiap guru memiliki

untuk menjelaskan suatu situasi atau tindakan.

kebebasan untuk memilih dan menggunakan

Seseorang dikatakan paham, apabila ia dapat

berbagai model pembelajaran sesuai dengan

menjelaskan atau menerangkan kembali inti

karakteristik

materi

dari materi atau konsep yang diperolehnya

pembelajaran

memiliki

Model

pembelajaran

merupakan

pelajarannya.Model fungsi

sebagai

instrumen yang membantu atau memudahkan siswa,

dalam

memperoleh

sejumlah

secara mandiri”. Menurut Mayer (dalam Kesumawati, 2010:20)

pemahaman

merupakan

aspek

pengalaman belajar. Pengembangan model

fundamental dalam pembelajaran, sehingga

pembelajaran

peningkatan

model pembelajaran harus menyertakan hal

mutu perolehan hasil belajar siswa perlu

pokok dari pemahaman. Hal-hal pokok dari

diupayakan secara terus menerus dan bersifat

pemahaman

komprehensif.

model

tentang objek itu sendiri, relasi dengan objek

pembelajaran yang dilakukan di kelas harus

lain yang sejenis, relasi dengan objek lain

diatur berdasarkan kebutuhan dan karakteristik

yang tidak sejenis.

dalam konteks

Dengan

demikian

siswa yang belajar serta karakteristik materi

Untuk

mewujudkan

harapan

agar

suatu

objek

meliputi

Menurut Hewson dan Thorleyn (dalam Nurhayati,

yang akan diajarkan.

untuk

2010:23)

“Pemahaman

adalah

konsepsi yang bisa dicerna oleh siswa

siswa menjadi aktif, kreatif dan memiliki

sehingga

siswa

mengerti

apa

yang

kemampuan pemahaman matematis yang baik,

dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk

72

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017

mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat

d. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang

mengeksplorasi kemungkinan yang terkait”.

ada

Dengan demikian, tidaklah mudah

dalam

matematika

sehingga

membuat segala pekerjaannya berjalan

untuk memahami sesuatu, apalagi pemahaman

dengan baik.

matematis. School Mathematics Study Group

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat

(dalam Nurhayati, 2010:24) merinci aspek

disimpulkan bahwa pemahaman matematis

pemahaman

mengetahui

adalah pengetahuan siswa terhadap konsep,

konsep, hukum, prinsip, dan generalisasi

prinsip, prosedur dan kemampuan siswa

matematika, mengubah dari satu bentuk

menggunakan strategi penyelesaian terhadap

matematika ke bentuk matematika yang

suatu masalah yang disajikan. Seseorang yang

lainnya

telah

dalam

dan

perilaku:

mampu

mengikuti

suatu

penjelasan.

memiliki

matematis

Dalam matematika,

proses

pembelajaran

pemahaman

merupakan

bagian

yang

berarti

langkah

penting,

yang

menggunakan

dengan memberikan pengertian bahwa materi-

hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu

pemahaman

sehingga

2013:14), yaitu:

dapat

tersebut

telah

dilakukan, dalam

dapat konteks

matematika dan di luar konteks matematika. Adapun

siswa

telah konsep

materi yang diajarkan kepada siswa bukan

pemahaman

orang

pemahaman

mengetahui apa yang dipelajarinya, langkah-

matematis

sangat

kemampuan

lebih

mengerti akan konsep materi pelajaran yang

indikator

dari

matematis

kemampuan

(dalam

Astuti,

a. Mampu menyatakan ulang konsep

disampaikan.

yang telah dipelajari.

Alfeld

(dalam

Syarifatunnisa,

b. Mampu

mengklasifikasikan

2013:14) menyatakan bahwa seseorang siswa

objek

dikatakan

tidaknya persyaratan yang membentuk

sudah

memiliki

kemampuan

pemahaman matematis jika ia sudah dapat

dipenuhi

atau

konsep tersebut.

melakukan hal-hal berikut ini: a. Menjelaskan

berdasarkan

objek-

c. Mampu mengaitkan berbagai konsep

konsep-konsep

dan

matematika.

fakta-fakta matematika dalam istilah

d. Mampu menerapkan konsep dalam

konsep dan fakta matematika yang

berbagai macam bentuk representasi

telah ia miliki.

matematika.

b. Dapat

dengan

mudah

membuat Suherman

hubungan logis diantara konsep dan

pembelajaran

c. Menggunakan hubungan yang ada

diluar

2013:6)

yang

menganggap

bahwa

belajarakan efektif jika memperhatikan tiga

kedalam sesuatu hal yang baru (baik di atau

Fitryani,

menyatakan bahwa AIR merupakan model

fakta yang berbeda tersebut.

dalam

(dalam

hal yaitu: PertamaAuditory yang berarti indera

matematika)

telinga digunakan untuk mendengar dan

berdasarkan apa yang ia ketahui. 68

69

Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah

menyimak

berbicara,

presentasi

dan

kelebihan dan kelemahan. Adapun yang

argumentasi. Kedua Intellectually yang berarti

Menjadi kelebihan dari model pembelajaran

bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih

AIR (dalam Fitryani, 2013:22-23) adalah

melalui kegiatan bernalar, mencipta dan

sebagai berikut.

memecahkan masalah, mengkonstruksi dan

a. Melatih pendengaran dan keberanian

menerapkan. Ketiga Repetition yang berarti

siswa

pengulangan,

pendapat(Auditory).

agar

pemahaman

lebih

untuk

mengungkapkan

mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih

b. Melatih siswa untuk memecahkan

melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan

masalah secara kreatif (Intellectually).

kuis.

c. Melatih

Adapun

langkah-langkah

model

a. Siswa

dibagi

untuk

mengingat

kembali tentang materi yang telah

pembelajaran AIR (dalamFitryani, 2013:22) adalah sebagai berikut:

siswa

dipelajari (Repetition). d. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.

beberapa

Sedangkan yang menjadi kelemahan dari

kelompok, masing-masing kelompok

model pembelajaran AIR adalah dalam model

4-5 anggota.

pembelajaran AIR terdapat tiga aspek yang

b. Setiap

menjadi

kelompok

mendiskusikan

harus

diintegrasikan

yakni

tentang materi yang mereka pelajari

Intellectually,

dan menuliskan hasil dari hasil diskusi

sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu

tersebut

dan

dipresentasikan

diskusi

sehingga

secara

selanjutnya

untuk

yang lama. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir

di

kelas

dengan cara pembentukan kelompok pada

depan

(Auditory) c. Saat

Repetition

Auditory,

aspek Auditory dan Intellectually. berlangsung,

siswa

Bern

dan

Erickson

(dalam

Komalasari,

mendapat soal atau permasalahan yang

2011:5) mengemukakan bahwa “Problem

berkaitan dengan materi.

Based Learning (PBL) merupakan strategi

d. Masing-masing kelompok memikirkan

pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

cara menerapkan hasil diskusi serta

memecahkan

dapat

mengintegrasikan

meningkatkan

kemampuan

masalah berbagai

dengan konsep

dan

mereka untuk menyelesaikan masalah

keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.

dari guru (Intellectualy).

Strategi ini meliputi mengumpulkan dan

e. Setelah

selesai

berdiskusi,

siswa

mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis tiap individu (Repetition).

menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan”. Menurut

(dalam

Rusman,

2010:229) “pembelajaran berbasis masalah merupakan

Setiap model pembelajaran memiliki

Tan

inovasi

dalam

pembelajaran,

karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa

72

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017

betul-betul dioptimalisasikan melalui proses

Tujuan pembelajaran berbasis masalah

kerja kelompok atau tim yang sistematis,

dikembangkan

sehingga

mengembangkan

siswa

dapat

memberdayakan,

untuk

membantu

kemampuan

pemecahan

kemampuan

secara

intelektual Ibrahim (dalam Heriawan, 2012:9).

berkesinambungan”. Sanjaya (2009:214) juga

Adapun langkah-langkah pembelajaran PBL

berpendapat bahwa PBL dapat diartikan

yang

sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

2006:11-12)

menekankan

berbasis masalah terdapat lima tahap.

pada

proses

penyelesaian

diungkapkan

dan

berfikir,

mengasah, menguji, dan mengembangkan berpikirnya

masalah,

siswa

keterampilan

Woolfook

“Pada

model

pembelajaran

masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Tabel 1 Fase-Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah Faseke-

Indikator

Aktivitas/Kegiatan guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

1

Orientasi

siswa menjelaskan

kepada masalah

logistik yang dibutuhkan,

memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

Mengorganisasika 2

n

siswa

belajar

tugas

belajar

yang

berhubungan dengan masalah tersebut

Membimbing 3

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

untuk mengorganisasikan

penyelidikan individual maupun kelompok

Guru

mendorong

mengumpulkan

siswa

untuk

informasi yang sesuai,

melaksanakan

eksperimen,

untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan

Mengembangkan 4

dan

dan

menyiapkan

karya

sesuai

seperti

menyajikan laporan, video, dan model dan membantu

hasil karya

mereka

untuk

berbagi

tugas

dengan

temanya. Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan 5

mengevaluasi

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

proses pemecahan mereka dan proses-proses yang mereka masalah

gunakan.

68

(Nanang,

73

Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah Sebagaimana lainnya,

PBL

kelemahan

pembelajaran

memiliki

yang

keberhasilan Sanjaya

dengan

keunggulan

perlu

dicermati

penggunaannya.

(2009)

mengemukakan

dan PBL

untuk

mempunyai

(2016)

kepercayaaan

beberapa

dipecahkan,

maka

bahwa

mereka

akan

merasa enggan untuk mencoba. b. Keberhasilan

a. PBL merupakan teknik yang cukup lebih

Sanjaya

masalah yang dipelajari sulit untuk

diantaranya:

untuk

menurut

a. Siswa tidak memiliki minat atau tidak

keunggulan dan kelemahan, keunggulan PBL

bagus

kelemahan

(2009:221) antara lain:

Menurut

Novita memiliki

dan

memiliki

model

pembelajaran

melalui PBL membutuhkan cukup

memahami

waktu untuk persiapan.

pelajaran;

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka

b. PBL dapat menantang kemampuan

berusaha untuk memecahkan masalah

siswa serta memberikan kepuasan

yang sedang dipelajari, maka mereka

untuk menemukan pengetahuan baru

tidak akan belajar apa yang ingin

bagi siswa;

mereka pelajari.

c. PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa;

METODE

d. Melalui PBL bias memperlihatkan

Populasi dan Sampel

kepada siswa setiap matapelajaran pada

dasarnya

merupakan

cara

VII.

dimengerti oleh siswa, bukan hanya

pertimbangan kemudahan akses bagi peneliti

sekedar belajar dari guru atau buku-

untuk mengadakan penelitian, serta pemilihan

buku saja;

siswa kelas VII ini berdasarkan pertimbangan

dan disukai siswa; PBL

dapat

di

Pemilihan

sekolah

ini

SMP

ini

memiliki

berdasarkan

permasalahan

kemampuan pemecahan masalah matematis mengembangkan

kemampuan berpikir kritis;

siswa. Penelitian dilakukan dikelas VII karena pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar

g. PBL dapat memberikan kesempatan

dalam penelitian ini adalah materi kelas VII

kepada siswa untuk mengaplikasikan

semester

pengetahuan yang merekamiliki dalam

mengambil populasi kelas VIII dan IX.

dunia nyata;

Pengambilan

2,

sehingga

sampel

tidak

dilakukan

mungkin

secara

“Random Sampling” yaitu teknik pengambilan

h. PBL dapatmengembangkanminat

Di

adalah siswa SMP Negeri 1 Cisurupan Kelas

berpikir, dan sesuatu yang harus

e. PBL dianggap lebih menyenangkan

f.

Subjek populasi dalam penelitian ini

siswauntukbelajarsecaraterusmenerus,

sampel secaraacak. Dari seluruh kelas VII

sekalipunbelajarpadapendidikan

yang ada kemudian dipilih 2 kelas untuk

formal telahberakhir.

dijadikan sampel penelitian. Dari dua kelas

samping

keunggulan,

PBL

juga

yang terambil, kelas VII-A dijadikan sebagai

74

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017

kelas eksperimen I dan kelas VII-B dijadikan

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

sebagai kelas eksperimen II. Penelitian ini menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dengan tes soal

DesainPenelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest

Control

Design.

berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-

Adapun

test) dan angketuntuksiswa. Tes soal dilakukan

desain penelitiannya sebagai berikut:

sebelum

dan

O

X1

O

pembelajaran

O

X2

O

mendapatkan

Ruseffendi (2005:35)

sesudah

pada

kelas

pelaksanaan eksperimen

I

modelpembelajaranAuditory

Intellectualy

Repetition

Keterangan:

kelaseksperimen

II

O: Pretest dan posttest yaitu tes kemampuan

Based Learning (PBL). Angket untuk siswa

pemahaman matematis siswa

diberikan kepada siswa eksperimen I dan

X1:

Perlakuan

pembelajaran

eksperimen

I(model

Auditory

Intellectualy

eksperimen

II

eksperimen

II

(AIR)dan

mendapatkanProblem

sesudah

pembelajaran

matematika selesai.

Repetition) X2:

Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

(model

pembelajaran Problem Based Learning)

Deskripsi Hasil Penelitian

WaktudanTempatPenelitian

Deskripsi

statistika

meliputi

rata-rata,

standar deviasi, dan jumlah siswa berdasarkan

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 6

pembelajaran yang digunakan. Hasil deskripsi

s/d 30 April 2015. Seperti yang dikemukakan

tes awal (pre-test) maupun tes akhir (post-test)

sebelumnya pula bahwa penelitian dilakukan

kemampuan pemahaman matematissiswa kelas

di SMP Negeri 1 Cisurupan, tepatnya di kelas

eksperimen Idaneksperimen II yangdisajikan

VII-A dan kelas VII-B.

pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Hasil Tes Awal (Pre-test) dan Tes Akhir (Post-test) Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa

Kelas

Jumlah Siswa

Pre-test

Eksperimen II

(AIR)

(PBL)

𝒙 6,7941

34 Post-test

Eksperimen I

15,764 7

S

Jumlah Siswa

2,9927 33 4,2998

Skor Ideal : 28

68

𝒙

s

5,4545

3,1533

13,151 5

3,6582

75

Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah Tabel 4

Analisis Statistik dan Uji Hipotesis

HasilUji Mann Whitney TesAwal (Pretest) Analisis Data Tes Awal (Pretest) Nila Uji Normalitas

ΣT

µu

δu

iU

Dari Tabel 2 di atas menunjukan bahwa skor rata-rata kemampuan awal pemahaman

Zhitun

Ztab

g

el

56

294,83

6283,191

0,021

1

3

6

2

694

1,96

matematis siswa pada kelas eksperimen I sebesar

6,7941

dengan simpangan

baku

Berdasarkan

tabel

4

diperoleh

nilai

2,9927. Sedangkan skor rata-rata kemampuan

 Z tabel  1,96  Z hitung  0,0212  Z tabel  1,96

awal pemahaman matematis siswa pada kelas

maka Ho diterima, artinya tidakterdapat

eksperimen

II

dengan

perbedaan kemampuan pemahaman matematis

simpangan

baku

Selanjutnya

awal siswa antara siswa kelas eksperimen I

dilakukan

pengujian

menggunakan

sebesar

Uji

5,4545

3,1533.

normalitas Lilliefors

dengan

pada

taraf

signifikansi 5%. Hasil Uji Lilliefors yang terdapat pada lampiran D dideskripsikan pada tabel 3 berikut:

PBL

Nilai Lmaks

Ltabel

0,0897 0,1542

Keterangan

kelas

dengan simpangan baku 4,2998. Sedangkan

Normal

13,1515 dengan simpangan baku 3,6582.

Tidak

Selanjutnya dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji Lilliefors yang

dilanjutkan

dengan

menggunakan statistik non parametrik dengan Uji Mann Whitney.

terdapat pada lampiran D dideskripsikan pada tabel 5 berikut: Tabel 5 HasilUjiNormalitas Data Tes Akhir Kelas

Uji Mann Whitney digunakan jika ada

berdistribusi (2013:151).

data

atau

normal

keduanya dalam

Nilai Lmaks

Ltabel

AIR

0,1035

0,1542

PBL

0,1198

0,1566

Uji Mann Whitney

satu

Isebesar15,7647

matematis pada kelas eksperimen II sebesar

Karena salah satu data tidak berdistribusi

salah

eksperimen

Berdistribusi

Normal

maka

pada

skor rata-rata kemampuan akhir pemahaman

0,1924 0,1566 Berdistribusi

normal,

Uji Normalitas

rata kemampuan akhir pemahaman matematis

Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal

AIR

Analisis Data Tes Akhir (Posttest)

Dari tabel 2 menunjukan bahwa skor rataTabel 3

Kelas

dan eksperimen II.

tidak

Sundayana

Keterangan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal

76

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai

Lmaks

lebih kecil dari

Keterangan

t hitung

t tabel

Nilai

2,6756

1,9986

Ltabel , sehingga dapat

disimpulkan bahwa kedua data berdistribusi Berdasarkantabel 7 diperolehnilaithitung=

normal. Karena kedua data berdistribusi normal,

maka

dilanjutkan

dengan

2,6756>ttabel = 1,9986 maka Ho ditolakdan Ha

uji

diterima. Dengan demikian kemampuan akhir

homogenitas dua varians.

siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen Uji HomogenitasDuaVarians

II adalah berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

“Terdapat

perbedaan

kemampuan

Uji Homogenitas digunakan jika kedua

pemahaman matematis antara siswa yang

data berdistribusi normal dalam Sundayana

mendapatkan model pembelajaran Auditory

(2013:145).

Intellectualy Repetition (AIR) denganProblem Tabel 6

Based Learning (PBL).

HasilUjiHomogenitasTesAkhir (posttest) Kelas Varians AIR PBL

Fhitung

Ftabel

Efektivitas

Keterangan

Pembelajaran

4,29982 1,3815 1,805

3,65822

Siswa

terhadap

Auditory

Model

Intellectualy

Repetition (AIR) dan Problem Based Learning

Homogen

(PBL)

Berdasarkan

tabel

6

diperoleh

nilai

Efektivitas siswa ini dilihat dari skor hasil

Ho

post-test yang dibandingkan dengan Kriteria

diterima, artinya kedua varians homogen.

Ketuntasan Minimal KKM yaitu 75 yang

Karena kedua data berdistribusi normal dan

sudah ditentukan oleh sekolah, baik dari kelas

variansinya

eksperimen I maupun kelas eksperimen II

Fhitung  1,3815  Ftabel  1,805 maka

homogeny

maka

dilanjutkan

yang tedapat pada lampiran D dideskripsikan

dengan uji t.

pada tabel 8, maka diperoleh hasil data sebagai Uji t Uji

berikut: t

digunakan

jika

kedua

data

berdistribusi normal dan variansnya homogen.

Tabel 7 HasilUjit TesAkhir (Posttest)

68

77

Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah Tabel 8 DeskripsiPersentaseKriteriaKetuntasan Minimal BelajarSiswaKelasEksperimen I danKelasEksperimen II Kelas Eksperimen I

Kriteria

Tuntas BelumTun tas Jumlah

Eksperimen II Persentase

Fi

Persentase (%)

fi

3

8,8%

0

0%

31

91,2%

33

100%

34

100%

33

100%

Berdasarkan tabel 8 dapat terlihat bahwa

(%)

pemahaman matematis siswa. Hasil tes akhir

kelas eksperimen I lebih efektif dibandingkan

(post-test)

diperoleh

dengan kelas eksperimen II. Hal tersebut

perbedaan skor setelah siswa diberi perlakuan,

ditinjau dari hasil persentasenya, dimana kelas

kelas

eksperimen I memperoleh 8,8% dengan

pembelajaranAuditory Intellectualy Repetition

kategori tuntas, sedangkan kelas eksperimen II

(AIR)dan kelaseksperimen II melaluiProblem

memperoleh 0% dengan kategori tuntas.

Based Learning (PBL). Dari hasil analisis data

eksperimen

menunjukan

I

melalui

adanya

model

pengujian hipotesis tes akhir (post-test). Pembahasan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terdapat

Dari hasil tes awal (pre-test) kemampuan

perbedaan kemampuan pemahaman matematis

pemahaman matematis siswa, diperoleh bahwa

anatara siswa yang mendapatkan

skor rata-rata tes awal (pre-test) kedua kelas

pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition

tidak berbeda secara signifikan. Begitu juga

(AIR) dengan Problem Based Learning (PBL).

berdasarkan analisis data pengujian hipotesis tentang

perbedaan

kemampuan

dengan

taraf

signifikasi

KESIMPULAN

awal

pemahaman matematis siswa pada tes awal (pre-test)

model

5%

Berdasarkan

hasil

penelitian,

pengolahan data dan analisis data yang telah

menunjukan bahwa kedua kelompok memiliki

dilakukan

kemampuan yang sama. Dengan mempunyai

model pembelajaran Auditory Intellectually

kemampuan awal yang sama, pembelajaran

Repetition (AIR) pada kelas eksperimen I dan

dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pada

Problem Based Learning (PBL) pada kelas

kedua kelompok dengan metode yang berbeda,

eksperimen II, maka diperoleh kesimpulan

selanjutnya diberikan tes akhir (post-test)

sebagai

untuk

kemampuan pemahaman matematis antara

mengetahui

kemampuan

akhir

peneliti

berikut:

dengan

“Terdapat

menggunakan

perbedaan

78

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017

siswa yang mendapatkan model pembelajaran

guru MTs Arohmah Garut: Tidak

Auditory

diterbitkan.

Intellectually

Repetition

(AIR)

dengan Problem Based Learning (PBL)”.

Novita, D. (2016). Pengembangan LKS

berbasis Project Based Learning untuk pembelajaran materi segitiga di kelas VII. Jurnal Pendidikan Matematika, 10(2). 1-12.

DAFTAR PUSTAKA Astuti, T. P. (2013). Perbedaan Kemampuan

Nurhayati, Y. (2010). Upaya Meningkatkan

Pemahaman Matematis Siswa Antara Yang

Mendapatkan

Pembelajaran Dengan

Snowball

Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif

Throwing

Yang Mendapatkan

Pembelajaran

Kemampuan Pemahaman Matematika

Model

Numbered

Tipe

Model

Nurkarimah,

(2013).

Kemampuan

Antara

Matematis

Antara Siswa Yang Mendapatkan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition

(AIR)

Dengan

Snowball

Metodologi

Pembelajaran.

Lembaga

Yang

Menggunakan

Reciprocal

Teaching

Pembelajaran

Konvensional

Pembelajaran

Matematika.

Pembinaan

Antara

Banten:

Dengan Pada Skripsi

N.

(2010).

(PBL)

Pendidikan

Ruseffendi,

Mendapatkan

Dan

Yang

Mendapatkan

ET.

(2005).

Dasar-Dasar

Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-

Pendekatan

Matematika

Yang

Garut: tidak diterbitkan.

Masalah, Dan Disposisi Matematis Melalui

Siswa

Pembelajaran Langsung. Skripri STKIP

Peningkatan

Kemampuan Pemahaman, Pemecahan

SMP

Pemahaman Matematis

Pendekatan Problem Based Learning

dan

Pengembangan Profesi Guru (LP3G).

Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Realistik.

Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran

Disertasi Doktor UPI. Bandung: Tidak

Mengembangkan Profesionalisme Guru.

diterbitkan. (2011).

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Pembelajaran

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran

Konstektual. Bandung: Refika Aditama. Nanang.

Siswa

Kemampuan

Heriawan, Darmajari dan Senjay. (2012).

Komalasari.

Perbandingan

Ramadhani, Y. R. (2013). Perbandingan

diterbitkan.

Siswa

(2006).

STKIP. Garut: Tidak diterbitkan.

Throwing. Skripsi STKIP. Garut: Tidak

Kesumawati,

R.

Kemampuan Pemahaman Matematik

Perbandingan

Komunikasi

Achievement

Tidak diterbitkan.

Tidak diterbitkan. F.

Team

Division (STAD). Skripsi STKIP. Garut:

Heads

Together (NHT). Skripsi STKIP. Garut:

Fitryani,

Student

(2006).

Model

Berorintasi Standar Proses Pendidikan.

Pembelajaran.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Makalah pada Lokakarya Bagi Guru-

68

Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah Sundayana, R. (2013). Statistika Penelitian Pendidikan. (Cetakan Ketiga). Garut: STKIP Garut Press. Syarifatunnisa, A. (2013). Perbedaan Kemampuan

Pemahaman Matematis

antara Siswa yang Mendapatkan Model Pembelajaran

Kooperatif

Student

Teams Achievement Divisions (STAD) dan Tipe Jigsaw. Skripsi STKIP. Garut: Tidak diterbitkan.

77

78

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017

68