KESULITAN SISWA DALAM MEMAHAMI HUKUM NEWTON DAN SOLUSINYA

Download Newton tentang gerak, faktor-faktor penyebabnya serta solusi untuk mengatasinya. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa yakni memahami kons...

1 downloads 445 Views 194KB Size
Kesulitan Siswa dalam Memahami Hukum Newton dan Solusinya pada Pembelajaran Sains di SMP Arman1), Sutopo2), Parno2) Pascasarjana Universitas Negeri malang 2 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Email: [email protected] 1)

ABSTRAK Makalah ini mengkaji secara konseptual berdasarkan hasil penelitian tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam menguasai konsep hukum Newton tentang gerak, faktor-faktor penyebabnya serta solusi untuk mengatasinya. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa yakni memahami konsep-konsep dasar hukum Newton di antaranya gaya, inersia, kecepatan, percepatan dan hukum I, II, III Newton. Penyebab utamanya meliputi: 1)pembelajaran kurang diperkenalkan sejak usia sekolah dasar pada konsep hukum Newton, 2)pembelajaran sains belum melibatkan siswa dalam kegiatan praktek sains. Solusi yang ditawarkan adalah agar konsep hukum Newton diperkenalkan sejak usia sekolah dasar dan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam praktek sains seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan.

Pendahuluan Secara historis, perkembangan hukum Newton tentang gerak berada dalam tiga periode yaitu 1) sebelum Principia, 2) era Principia, dan pandangan modern. Perkembangan ini bergeser jauh dari pengalaman intuitif kehidupan sehari-hari menuju perspektif yang diatur secara ilmiah. Pada pandangan modern, karena alat yang digunakan lebih ilmiah sehingga pemahaman hukum Newton tentang gerak bervariasi secara dramatis dari perspektif Newton sendiri. Ada 4 kata kunci yang mengalami pergeseran perspektif yaitu Hukum I Newton, inersia, gaya dan hukum II Newton (Chang, et al, 2014). Pada era sebelum Principia pendapat Aristoteles (384-322 SM)

masih berlaku dimana Ia berpendapat bahwa gaya dibutuhkan untuk mempertahankan benda tetap bergerak pada suatu bidang horisontal. Aristoteles lebih jauh menjelaskan keadaan alami setiap benda adalah diam dan gaya harus ada untuk mempertahanklan benda tetap bergerak. Sekitar 2000 tahun kemudian Galileo menyangkal pendapat Aristoteles ini. Galileo berpendapat sama alaminya bagi sebuah benda untuk bergerak dengan kecepatan konstan dengan benda yang diam (Giancoli, 2014). Pendapat Galileo ini yang kemudian menjadi dasar pemikiran Isaac Newton dalam membangun sebuah hukum yang sampai hari ini dikenal dengan hukum

Newton tentang gerak. Namun, perkembangan teknologi semakin canggih sehingga pandangan Newton tentang gerak benda mengalami pergeseran sehingga hal ini perlu disikapi dengan baik khususnya dalam membelajarkan hukum Newton ini pada siswa. Ada empat elemen penting dalam pembelajaran fisika di sekolah yaitu materi dan interaksi, gaya dan interaksinya, energi, dan gelombang dan aplikasinya (NRC, 2012). Materi gaya dan interaksinya termasuk didalamnya hukum Newton sangat penting dalam pembelajaran fisika sehingga penguasaan konsep pada materi ini menjadi fokus utama untuk dikuasai siswa. Namun kenyataannya pada saat ini materi Hukum Newton tentang gerak masih dianggap sulit oleh siswa. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa hasil penelitian dan implikasinya pada pembelajaran sains sebagai salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep sains salah satunya adalah hukum Newton tentang gerak. Secara umum sains adalah pencarian manusia akan kebenaran yang didalamnya dilakukan penyelidikan tentang fenomena alam dan dunia disekitarnya (Goris, et al, 2010). Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang diperoleh melalui kegiatan penyelidikan dengan cara melakukan kegiatan eksperimen dan eksplanasi teoritis terhadap suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi dialam sekitar (Krebs, 1999). Pembelajaran sains di sekolah sebaiknya dilakukan dengan mengajak siswa untuk melakukan

kegiatan penyelidikan agar mereka dapat memahami dan menemukan konsep sains sendiri sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Tantangan hidup abad 21 menekankan agar siswa mampu untuk mengumpulkan dan mengambil informasi, mengatur dan mengelola informasi, mengevaluasi kegunaan informasi dan menghasilkan informasi yang akurat melalui sumberdaya yang ada. Disamping itu siswa diorinetasikan agar memiliki keterampilan berpikir, berkomunikasi, menggunakan teknologi informasi dan memiliki produktivitas yang tinggi (Kamehameha School, 2010). Menurut Susilo (2015), tantangan abad 21 menginginkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikr dan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan. Tujuan pendidikan nasional pada abad 21 yaitu untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010). Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah melakukan upaya-upaya diantaranya adalah perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013, dimana kurikulum 2013 menekankan pembelajaran yang lebih inovatif dan khususnya pada pembelajaran sains berorientasi pada pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan-kegiatan penyelidikan. Fisika adalah salah satu ilmu pengetahuan alam yang di dalamnya mempelajari fenomena alam dan

diperoleh melalui kegiatan penyelidikan (inkuiri). Hasil penelitian yang menyelidiki pola interaksi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru fisika menemukan bahwa interaksi dalam kelas masih cenderung belum mendukung untuk pembelajaran berbasis penyelidikan (inkuiri) (Buabeng, et al, 2014). Menurut (Bride, et al, 2004) guru memberi penjelasan di depan kelas dan bukubuku teks masih menjadi sumber informasi utama dalam membelajarkan sains kepada siswa. Pembelajaran sains akan sangat sulit dipahami oleh siswa jika didalamnya tidak dilakukan dengan kegiatan penyelidikan. Salah satu konsep dalam fisika yang membutuhkan pembelajaran penyelidikan (inkuiri) adalah konsep hukum Newton tentang gerak. Makalah ini mengkaji kesulitankesulitan siswa dalam memahami konsep hukum Newton tentang gerak gaya serta implikasinya pada pembelajaran sains. Kesulitan Siswa Dalam Memahami Konsep Hukum Newton Sebagian besar siswa memiliki masalah dalam mengenali konsep gaya (Halim, et al, 2014) karena gaya dan gerak terdiri dari konsep-konsep abstrak yang kadang sangat sulit dipelajari oleh siswa (Alias, et al, 2015). Gaya adalah konsep inti untuk dapat mempelajari hukum Newton (Halim, et al, 2014). Apabila siswa tidak memahami dan menguasai konsep hukum Newton tentang gerak maka materi selanjutnya akan sulit dipahami siswa karena konsep hukum

Newton tentang gerak adalah konsep dasar dalam memahami materi fisika sehingga dibutuhkan perencanaan, prosedural dan kegiatan yang cocok agar konsep ini dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Survey yang dilakukan kepada 478 mahasiswa fisika dengan menggunakan tes diagnostik dengan tiga klasifikasi soal yaitu gerak menurut Aristoteles, gaya dorong dan gerak menurut Hukum Newton. Hasil survey menunjukkan 18% siswa menjawab gerak seperti Aristoteles, 65% Gaya dibutuhkan untuk membuat benda bergerak dan 17% sisanya menjawab konsep gerak menurut Hukum Newton. Pada saat dilakukan pretes dan posttes kebanyakan siswa tidak konsisten dengan jawaban mereka sebagai contoh: 1) pada pretes 20% siswa berkeyakinan bahwa pada resultan gaya, benda akan bergerak diperlambat dan hanya 1% siswa yang menjawab konsisten pada saat posttes, 2) pada kecepatan konstan dibutuhkan gaya konstan, pretes menunjukkan 54% dari siswa yang menjawab demikian dan hanya 2% yang konsisten pada jawabannya, 3) dorongan dibutuhkan untuk mempertahankan gerak suatu benda, 44% siswa menjawab itu dan 24% siswa tetap yakin dengan jawabannya pada saat posttes (Halloun & Hestenes, 1985). Beberapa hasil penelitian diantaranya Alias, et al (2016) menemukan bahwa kebanyakan siswa salah dalam menafsirkan definisi gaya hal ini disebabkan karena mereka hanya menemukan definisi gaya dari

buku-buku teks atau referensi. Penelitian dari Ergin (2016) menemukan tujuh bagian dari konsep gaya dan gerak yang masih miskonsepsi dari siswa diantaranya: 1) jika tidak ada gaya, tidak ada gerak, 2) benda yang bergerak dengan kecepatan konstan membutuhkan gaya yang seimbang, 3) gaya yang memulai gerak akan terus menerus mempengaruhi seluruh gerak, 4) gaya aksi dan reaksi akan saling membatalkan gaya yang keluar, 5) benda yang berat memberikan gaya yang lebih besar, 6) benda yang memiliki kecepatan yang lebih tinggi memberikan gaya yang lebih besar pada saat tumbukan, dan 7) kecepatan berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Khiari (2011) meneliti beberapa masalah epistemologi pada konsep hukum Newton menemukan adanya masalah pada pemahaman konseptual khususnya pada konsep inersia dan gaya. Amin, dkk (2015) meneliti koherensi antara hukum Newton menunjukkan siswa masih rendah dalam memahami tingkat koherensi pada hukum Newton. Penelitian Amin, dkk (2015) ini menemukan karena pada konsep hukum I Newton, siswa memahami bahwa benda bergerak selalu memiliki gaya termasuk benda yang bergerak dengan kecepatan yang konstan. Pada hukum II Newton siswa masih memahami bahwa kecepatan dan percepatan adalah sama. Pada hukum III Newton siswa menganggap benda yang massa dan kecepatannya besar maka memiliki gaya yang lebih besar

pula dan pada peristiwa mendorong hanya benda mendorong yang memiliki gaya. Lark, (2006) pada saat melakukan studi pendahuluan pada kelas empat dan enam SD di Ohio, negara bagian Amerika Serikat menemukan siswa tidak memahami gaya dan gerak dari sudut pandang hukum Newton. Wawancara awal menunjukkan kurangnya penguasaan konsep pada gaya gesek, benda berhenti karena adanya gaya, perubahan gaya dalam gerak dan gaya adalah yang menyebabkan perubahan gerak. Penelitian yang dilakukan oleh Lona, dkk (2013) dengan menggunanakan tes dan wawancara yang meneliti kemampuan analisis siswa dalam memahami hukum Newton menunjukkan kemampuan analisis siswa masih tergolong rendah yaitu pada pemahaman terjemahan, sebesar 11,54 %, pemahaman penafsiran sebesar 57,69 % dan pemahaman ekstrapolasi sebesar 30,76 %. Azman et al(2013) melakukan penelitian di perguruan tinggi Universitas Pendidikan Sultan Idris, Malaysia dengan sampel mahasiswa Fisika tingkat akhir yang menyelidiki miskonsepsi pada materi gaya dan gerak menemukan kebanyakan mahasiswa mengalami miskonsepsi pada Hukum Pertama Newton dan merekomendasikan agar strategi pembelajaran menekankan kemampuan keterampilan siswa dan pembelajaran berpusat pada siswa (student Centre). Liu & Fang (2016) yang melakukan penelitian terhadap dua

konsep dasar dalam gerak yaitu gaya dan percepatan. Pada konsep gaya miskonsepsi yang banyak terjadi adalah gerak selalu menyiratkan adanya gaya dan percepatan selalu dalam arah gerak. Penelitian ini dilanjutkan untuk mengetahui apa penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa. Berbagai kajian literatur dilakukan dan kesalahan siswa dibagi menjadi empat kategori; 1)Miskonsepsi terjadi dari pengetahuan awal siswa, 2) Pemahaman yang tidak utuh atau parsial tentang gaya dan percepatan, 3) interprestasi yang salah dan kemampuan pemahaman siswa yang berbeda-beda, 4) kesalah pamahaman memahami bahasa asli atau vernakular. Kesalahpahaman memahami bahasa ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Brookes et al (2009) menemukan bahwa kesulitan siswa memahami materi gaya dan gerak terutama karena kombinasi dari kesulitan linguistik dan ontologis pada siswa. Siswa kebanyakan terlibat dalam upaya untuk meningkatkan dan mengklasifikasikan istilah gaya hanya dari ungkapan para Fisikawan. Bayraktar (2009) melakukan penelitian hubungan antara jenis kelamin,tingkat pendidikan dan budaya kepada 79 mahasiswa Fisika pada salah satu perguruan tinggi pendidikan di Turki, menemukan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi penurunan miskonsepsi pada konsep hukum Newton,gaya dan gerak tetapi jenis kelamin dan budaya tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Kariotoglou et al

(2008) pada sekolah dasar dengan melakukan wawancara semi terstruktur kepada 264 guru menunjukkan siswa sekolah dasar dalam memahami materi gaya dan gerak sangat jauh dari konteks.Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan siswa maka miskonsepsi akan semakin menurun. Whitelock (1990) melakukan penelitian tentang pengetahuan umum siswa tentang gerak. Dia mengambil sampel dengan rentang usia 7-16 tahun, hasil penelitian menunjukkan siswa yang usia tua lebih baik pemahaman mereka tentang gerak dan ini sesuai dengan teori Piaget bahwa usia mempengaruhi perkembangan kognitif siswa. Panpureksa et al (2012) melakukan penelitian kepada 93 orang siswa di provinsi Uthaithani, Thailand untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep siswa tentang gaya dan gerak yang fokus pada enam topik yaitu percepatan, aksi dan reaksi, gaya gesek, momentum, gaya apung, dan gerak benda. Penyelidikan ini dilakukan pada siswa yang telah belajar gaya dan gerak dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman siswa pada enam topik sangat rendah hanya 30% siswa yang menjawab benar. Ini menunjukkan bahwa salah satu kesulitan siswa dalam memahami materi gaya dan gerak adalah strategi pembelajarn yang digunakan. Eryilmaz (2002) melakukan penelitian untuk mengetahui efek dari pemberian tugas konseptual dan diskusi perubahan konseptual pada

konsep gaya,gerak dan hukum Newton menunjukkan bahwa diskusi perubahan konseptual efektif mengurangi miskonsepsi pada siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa. Artinya bahwa faktor lain yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa karena siswa kadang tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi mengenai konsep gaya dan gerak. Arslan, et al (2010) menjelaskan pentingnya guru untuk memahami konsep dasar gaya dan gerak sehingga ketika membelajarkan kepada siswa, siswa tidak mengalami miskonsepsi. Temuan ini menunjukkan salah satu faktor penyebab kesulitan penguasaan konsep pada siswa karena guru sains sendiri kadang belum menguasaai konsep-konsep dasar dari materi gaya dan gerak padahal konsep ini adalah dasar untuk lebih memahami hukum Newton. Oleh karena itu, guru sains perlu meningkatkan kemampuan dirinya dalam memahami konsepkonsep sains diantaranya konsep gaya dan gerak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kebanyakan siswa kurang menguasai konsep hukum Newton. Konsep hukum Newton pada kurikulum 2013 ini diajarkan pada kelas VIII SMP. Apabila konsep hukum Newton tentang gerak kurang dikuasai siswa maka materi selanjutnya pada jenjang sekolah yang lebih tinggi akan sulit dipahami siswa. Pembelajaran Sains untuk Mengatasi Kesulitan Siswa Memahami konsep Hukum Newton tentang Gerak

Pada era modern saat ini, perspektif dalam pembelajaran sains bukan hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan atau menerima informasi dari buku-buku teks dan referensi karena hal tersebut sudah tidak sesuai dengan keadaan. Pembelajaran sains adalah proses membangun konsep (Fathurrohman, 2015). Pembelajaran inovatif dibutuhkan agar siswa bukan hanya cerdas dalam teori sains tetapi mereka juga cerdas dalam praktek sains (Shoimin, 2016). Pembelajaran sains untuk mengatasi kesulitan memahami materi sains sebaiknya melibatkan siswa dalam penyelidikan. Pembelajaran sains seyogyanya mengajak siswa untuk berinkuiri sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap ilmiah dan mengkomunikasikan hasil temuannya sebagai aspek penting dalam kecakapan hidup (Devi 2010). Sudrajat (2011) pembelajaran yang berorientasi pada inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan secara maksimal kemampuan siswa untuk menyelidiki suatu fenomena alam secara sistematis, logis, kritis, sehingga siswa dapat merumusukan sendiri penemuan yang telah diselidikinya dengan penuh rasa percaya diri. Pembelajaran sains berbasis penyelidikan (inkuiri) sejak dini diperkenalkan pada siswa. Pada konsep hukum Newton sejak kelas 2 Sekolah dasar di perkenalkan kepada siswa. Namun pada tingkatan ini siswa hanya dilibatkan dalam mengamati fenomena. Pada kelas 5 pembelajaran

sains di tingkatkan tetapi masih terbatas pada kualitatif dan konseptual tidak perlu ditambah pada kuantitatifnya. Pada kelas 8 siswa sudah diajarkan lebih mendalam pada konsep hukum Newton. Hukum I, II, dan III Newton diperkenalkan kepada siswa (NRC, 2012) dengan pembelajaran yang menekankan kepada penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran sains khususnya konsep hukum Newton tentang gerak telah diperkenalkan sejak usia dini dengan berbagai tahapan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa. Pembelajaran sains sangat penting untuk melibatkan siswa dalam berbagai praktek sains. Namun, perlu disadari bahwa siswa dalam kegiatan praktek sains tidak mungkin mencapai pada tingkatan kompetensi seperti para ilmuwan (NRC, 2012). Ada delapan komponen penting dalam pembelajaran sains yaitu mengajukan pertanyaan, mengembangkan dan menggunakan model, merencanakan dan melaksanakan penyelidikan, menganalisis dan menginterprestasi data, menggunakan matematika dan komputasi berpikir, membangun penjelasan dan rancangan solusi, terlibat dalm argumentasi berdasarkan bukti dan memperoleh, mengevaluasi dan mengkomunikasikan hasil temuan (NRC, 2012) Berdasarkan hasil-hasil penelitian kebanyakan siswa kesulitan memahami konsep sains. Salah satu diantaranya adalah konsep hukum

Newton tentang gerak. Kesulitankesulitan ini sebagai tantangan bagi guru untuk selalu berinovasi dalam proses pembelajaran, termasuk diantaranya adalah pemilihan strategi pembelajaran yang cocok dalam materi sains. Kesimpulan Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep hukum Newton tentang gerak. Kesulitan itu berasal dari kurangnya penguasaan konsep materi gaya dan gerak yang meliputi inersia, kecepatan, percepatan, gaya gesek, gaya gravitasi dan hukum I, II, III Newton. Penyebab utama karena kurangnya penguasaan konsep dasar gaya dan gerak. Siswa hanya memahami gaya dan gerak berdasarkan pengalaman sehari-hari. Selain itu siswa kurang terlibat dalam kegiatan praktek sains sehingga mereka kurang menguasai konsep dengan baik serta pembelajaran yang melibatkan praktek sains seharusnya sudah diperkenalkan kepada siswa sejak usia dini. Guru sebagai fasilitator harus mencari solusi untuk mengatasi masalah yang dialami siswa, diantaranya pembelajaran sains yang melibatkan siswa dalam kegiatan praktek sains. Pembelajaran sains dengan melibatkan siswa dalam praktek sains dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa sehingga pembelajaran ini perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan dimasa yang akan datang.

Sumber Rujukan Alias, S. N., & Ibrahim, F. 2015. Problem Solving Strategy in Balanced Forces. International Journal of Business and Social Science. Vol. 6, No. 8(1) Alias, S. N., & Ibrahim, F. 2016. A Preliminary Study of Students' Problems on Newton’s Law. International Journal of Business and Social Science. Vol. 7 No. 4 Amin, W., H., Darsikin & Wahyono,U. 2015. Analisis Koherensi Konsep Hukum Newton Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 5 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 2 Arslan, A., S., & Devecioglu., Y. 2010. Student teachers’ levels of understanding and model of understanding about Newton's laws of motion. Journal Asia-Facifik Forum on Science Learning and Teaching. Vol. 11 No. 1 Azman., N., F., Ali., & Mohtar., L., E. 2013. The Level of Misconceptions on Force and Motion amongPhysics Pre-Services Teachers in UPSI. 2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE) Bayraktar, S. 2009. Misconceptions of Turkish Preservice Teachers about Force and Motion. International Journal of Science and Mathematics Education. Vol. 7 Issue 2 pp 273-291 Bride, J., W., Bhatti, M., I., Hannan., M., A., & Feinberg., M. 2004. Using an inquiry approach to teach science to secondary school science teachers Journal physics Education. Vol. 39 No. 5 Brookes., D. T., & Etkina,. E. 2009. Force, Ontology and Language. Journal Physics Education Research. Vol. 5. No. 010110 1-13 Buabeng, I., Anto, T., A., O., & Ampiah. 2014. An Investigation into Physics Teaching in Senior High Schools. World Journal of Education. Vol. 4, No. 5 Chang, W., Bell, B., & Jones, A. 2014. Historical development of Newton’s laws of motion and suggestions for teaching content. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 15, Issue 1, Article 4 Demirbas., M., & Pektas., H., M. 2015. Evaluation of Experiments Conducted about 5E Learning Cycle Model and Determination of the Problems Encountered. International Online Journal of Educational Sciences (IOJES). 7 (1), 51-64 Devi, P. K. 2010. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA Untuk Guru SMP. Bandung: PPPPTK IPA.

Ergin, S. 2016. The Effect of Group Work on Misconceptions of 9th Grade Students about Newton's Laws. Journal of Education and Training Studies. Vol. 4 No. 6 Eryilmaz., A. 2002. Effects of conceptual assignments and conceptual change discussions on students' misconceptions and achievement regarding force and motion. Journal of Research in Scinece Teaching (JRST). Vol 39, Issue 10. Pp 1001-1015 Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Arruz Media. Yogyakarta Goris, T, & Dyrenfurth, M. 2010. Students’ Misconceptions in Science, Technology, and Engineering. Department of Industrial Technology (IT) Engineering Technology (ECET) College of Technology College of Technology Purdue University Halim, L., Yong., T., K., & Meerah., T., S., M. 2014. Overcoming Students’ Misconceptions on Forces in Equilibrium: An Action Research Study. Journal Creative Education. Vol. 5 No. 1032-1042 Halloun, I., A., & Hestenes, D. 1985. Common sense concepts about motion. (In: Am. J. Phys. 53 (11) Kamehameha School.2010. 21st Century Skills for Students and Teachers. Kamehameha Schools Research & Evaluation | 567 S. King Street, 4th Floor | Honolulu, HI 96813 Kariotoglou, P., Spyrtou,. A,. & Tselfes,. 2008. How Student Teachers Understand Distance Force Interactions In Different Contexts. International Journal of Science and Mathematics Education. Khiari,. C,. E,. 2011. Newton’s laws of motion revisited: some epistemological and didactic problems. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 5, No. 1 Krebs RE. 1999. Scientific development and misconceptions through the ages: a reference guide. USA: Greenwood Press. Lark, A. 2006. Student Misconceptions in Newtonian Mechanics. A Thesis Submitted to the Graduate College of Bowling Green State University in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Science Liu, G., & Fang, N. 2016. Student Misconceptions about Force and Acceleration in Physics and Engineering Mechanics Education. International Journal of Engineering Education Vol. 32, No. 1(A), pp. 19–29 Lona, Y.D., Kamaluddin & Fihrin. 2013. Analisis Hirarki Pemahaman Siswa Kelas XA SMA Negeri 5 Palu Pada Materi Hukum Newton. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 1

Panpureksa., K., Phonphok., N., Boonprakob., M., & Dahsah., C. 2012. Thai Students’ Conceptual Understanding on Force and Motion. International Conference on Education and Management Innovation IPEDR vol.30. Shoimin., A. 2016. 68 Model pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013. Arruz Media. Yogyakarta Sudrajat, A. 2011. Pembelajaran inkuiri.Tersedia online http://akhmadsudrajat.wordpress. Com /2011/09/12/pembelajaran-inkuiri/

di

Susilo, H. 2015. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015 yang diselenggarkan oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah malang, tema: “Peran Biologi dan Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global”, Malang, 21, 729741 Whitelock, D., M. 1990. Commonsense Understandings of Causes of Motion. Thesis submitted for degree of PhD at the Institute of Education, University of London 1990