Komplikasi bakteriuria pada kehamilan

Urinary screening test for baacteriuria during ... Infeksi saluran kemih pada kehamilan sering menimbulkan komplikasi: seperti bakteriuria asimtomatik...

6 downloads 778 Views 46KB Size
F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Bakteriuria pada kehamilan

w

Komplikasi bakteriuria pada kehamilan Paul Boekitwetan Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRACT Urinary tract infections is common as complication of pregnancy. When present, the types of urinary tract infection are symptomatic bacteriuria, cystitis and pyelonephritis. The physiological changes during pregnancy enhanced bacterial growth in the urinary tract. And bacteriuria increased the risk of abortion, low birth weight and preterm birth. Routine simple laboratory method should be done to detect bacteriuria during pregnancy. Gram staining and white cells count from centrifuged specimen of urine are very helpful to diagnose the urinary tract infection. Urinary screening test for baacteriuria during antenatal care is the most effective method to prevent complications of bacteriuria in pregnancy.(J Kedokter Trisakti 2000;19(3):89-95) Key words: pregnancy, bacteriuria, complication, risk.

ABSTRAK Infeksi saluran kemih pada kehamilan sering menimbulkan komplikasi: seperti bakteriuria asimtomatik, sistitis, dan pielonefritis. Perubahan fisologis pada kehamilan memudahkan berkembang biaknya bakteri pada saluran kemih. Bakteriuria dapat menyebabkan risiko pada kehamilan, seperti abortus, bayi lahir berat badan rendah, dan prematuritas. Bakteriuria dapat berlanjut menyebabkan sistitis dan pielonefritis yang dapat menyebabkan risiko kesakitan, kematian ibu dan janin. Untuk mencegah dan mendeteksi bakteriuria pada kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan urine rutin dan pemeriksaan bakteriologik sederhana. Pemeriksaan urine dengan pewarnaan Gram sangat menunjang untuk mendeteksi kuman Gram negatif pada bakteriuria, namun memerlukan keahlian khusus, sedangkan pemeriksaan urine untuk menghitung jumlah lekosit dapat menunjang deteksi adanya bakteriuria yang infektif. Mendeteksi bakteriuria pada pemeriksaan kehamilan berkala adalah cara yang paling baik untuk mencegah komplikasi bakteriuria pada kehamilan. Kata kunci : kehamilan, bakteriuria,komplikasi, risiko PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih merupakan suatu keadaan yang tidak dapat diabaikan karena insidennya masih cukup tinggi, yaitu sekitar 5,2% (1), sedangkan dari penderita yang berobat ke dokter umum 0,5 - l % menunjukkan gejala infeksi saluran kemih. (2) Insiden pada wanita dewasa (5%) lebih banyak dari pada pria maupun anak - anak,

sedangkan pada usia lanjut lebih meningkat dan mencapai 20-50%. (2) Frekuensi yang tinggi pada wanita disebabkan oleh karena beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah karena saluran uretra wanita lebih pendek sehingga mudah terkontaminasi oleh kuman-kuman sekitar perianal. (3-5) Penelitian yang dilakukan terhadap wanita hamil J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 89

.d o

o

.c

m

C

m o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

menunjukan bahwa sekitar 7 % memberikan hitung bakteri dalam urine > 100,000 cfu (colony forming unit) / ml. Sedangkan pada wanita yang tidak hamil frekuensinya berkisar antara 2,8%-22%. Infeksi nyata terjadi pada kehamilan antara 26 hingga 36 minggu.dengan puncak insiden pada kehamilan 30-32 minggu. (6)

Bakteriuria pada kehamilan dapat berupa: bakteriuria asimtomatik (1%-1,5%), sistitis (3%- 1,3%) dan pielonefritis (1% -2 %). Bakteriruia asimtomatik (ASB) dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur, abortus dan kematian ibu dan janin. (4,6) Sedangkan (7) penelitian oleh Desmiwarti, di RSUP Dr M Jamil Padang didapatkan abortus 42% pada wanita hamil dengan bakteriuria asimtomatik. Insiden pielonefritis akut pada wanita hamil sekitar 33 % dan setelah diberikan pengobatan yang tepat dapat ditekan menjadi 2,8%. Pada 24% wanita hamil dengan infeksi saluran kemih, bayinya lahir prematur sedangkan setelah diberikan pengobatan yang tepat, kelahiran prematur ini dapat ditekan menjadi 10%. (8) Oleh karena itu penting bagi pertugas kesehatan untuk memahami mekanisme, diagnosis dan pengobatan infeksi saluran kemih pada kunjungan pemeriksaan kehamilan berkala.

Pada kehamilan, terjadi perubahan fisiologik dan struktur traktus urinarius, berupa pelebaran kalises, pelvis ginjal dan ureter di sebelah atas tulang pelvis. Kapasitas ureter yang di luar kehamilan sekitar 2 - 4 ml akan meningkat sampai 50 ml atau lebih selama kehamilan, kapasitas kandung kemih juga meningkat sampai 2 kali lipat pada kehamilan aterm. Pelebaran tersebut terjadi akibat berkurangnya tonus otot polos traktus urinarius akibat kerja progesteron dan kompresi ureter akibat pembesaran uterus, sehingga mekanisme pengosongan vesika urinaria tidak sempurna dan terjadi stasis urine. Hal ini menyebabkan mudahnya bakteri berkembang biak dengan cepat pada vesika urinaria. Perubahan traktus urinarius pada wanita hamil di mulai kehamilan 7 minggu dan keadaan menjadi normal setelah 8 minggu kelahiran (7) Uretra pada wanita relatif pendek, panjangnya antara 3-4 cm dan letaknya di ujung depan atas vagina di mana terdapat kolonisasi bakteri dari tractus gastrointestinal. (4) Bakteri tersebut (uropatogens) umumnya dapat diisolasi pada bakteriuria asimtomatik, sistitis dan pielonefritis. Escherichia coli merupakan bakteri patogen utama pada 65% sampai 80% kasus, bakteri lainnya Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, Enterobacter species, Staphylocooccus saprophyticus dan Streptoccus grup B. (Tabel 1).(4)

FISIOLOGI Tabel 1: Kuman uropatogen yang umumnya diisolasi pada wanita hamil dengan pielonefritis (4) Escherichia coli 86% Proteus mirabilis 4% Klebsiella species 4% Enterobacter species 3% Staphylococcus saprophyticus 2% Streptococcus grup B 1%

Bakteri tersebut normal terdapat pada vagina dan bagian distal uretra, serta kolonisasi pada saluran urethra secara ascenden. Dengan adanya mekanisme miksi dan protein permukaan epitel uretra dapat mencegah kolonisasi tersebut, namun mekanisme tersebut tidak

90

J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3

selalu berhasil. Selain itu kehamilan dapat menyebabkan glukosuria dan aminoasiduria yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. .

.d o

m

w

Boekitwetan

o

.c

C

m o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Bakteriuria pada kehamilan

w

VIRULENSI BAKTERIAL

DIAGNOSIS

Bakteri yang virulen memegang peranan penting dalam infeksi saluran kemih. Bakteri yang virulen dapat diketahui perkembangannya dari bakteriuria asimtomatis menjadi pielonefritis. Beberapa bakteri uropatogens dapat melekat pada permukaan epithel saluran kemih. Seperti Escherichia coli karena adanya pili dan frimbriae dan ada hubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Ada faktor lain yaitu aerobactin yang dapat menyebabkan kumulasi zat besi yang dibutuhkan dalam perkembangan biakan bakteri. Selain itu faktor kerentanan tubuh juga memberikan infeksi tanpa adanya faktor virulensi bakteri. Faktor virulensi dan daya tahan tubuh merupakan dua faktor penting dalam mekanisme terjadinya infeksi serta pencegahan bakteriuria asimtomatik, sistitis dan pielo-nefritis.

Untuk mendeteksi bakteriuria diperlukan pemeriksaan bakteriologik yang secara konvensional dilakukan dengan metode biakan dan ditemukannya jumlah kuman > l00,000 colony forming unit /ml urine. Metode biakan ini tidak selalu dapat dilakukan laboratorium sederhana, karena tidak semua laboratorium mempunyai kemampuan untuk pembiakan itu, yang biayanya cukup tinggi dan membutuhkan waktu yang lama. Yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan mikroskopik pewarnaan secara Gram, dengan ditemukannya kuman batang Gram - negatif. Namun cara ini membutuhkan keahlian khusus. Selain itu dapat dilakukan dengan hitung jumlah lekosit dalam urin untuk membantu diagnosis bakteriuria yang infektif. Bahan pemeriksaan adalah urine arus-tengah pagi hari, urine diambil sebelum subyek minum sesuatu untuk menghindarkan efek pengenceran.(4,9,10) Kepada subyek dijelaskan mengenai cara-cara menampung dan mengirim sampel urine yang dibutuhkan yaitu: sebelum berkemih genitalia eksterna dibersihkan dahulu dengan air sabun kemudian dibilas dengan air. Air kemih awal dibiarkan terbuang dan yang di tengahtengah ditampung sebanyak 20 ml di dalam tempat steril yang telah disediakan. Subyek juga diminta untuk menjaga agar tempat tampung urine tidak menyentuh paha, genitalia atau pakaian, dan tidak memegang bagian dalam dari tempat tampung. Sampel urine setelah diperoleh, dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi potongan-potongan es dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

BAKTERIURIA ASIMTOMATIK (ASB) Bakteriuria asimtomatik adalah kolonisasi bakterial yang persisten pada tractus urinarius tanpa gejala simtomatik/ klinis. Prevalensi ASB adalah 5% sampai 10% pada wanita hamil. Patogenesis bakteriuria asimtomatik berlangsung seperti infeksi saluran kemih pada umumnya. Pada sosial ekonomi rendah, sickle cell anemia, kateterisasi dan diabetes mellitus prevalensi bakteriuria asimtomatik meningkat. (4,6). Mikroorganisme patogen yang menjadi penyebabnya terutama adalah Escherichia coli ( 75,2%- 86%), yang lainnya seperti Staphilococcus,, Streptoccocus, Klebsiella, Enterobacter, Proteus (2-6,8) . Risiko bakteriuria asimtomatik pada kehamilan bila tidak diobati adalah 20% sampai 30% menjadi pielonefritis akuta, yang dapat menybabkan sepsis, insufisiensi pernafasan, anemia, transient renal dysfunction, abortus, kelahiran prematur dan bayi lahir berat badan rendah. Risiko abortus spontan pada ASB pada ibu hamil 3,38 kali lebih sering dari pada ibu hamil yang tidak menderita ASB.(7)

Pemeriksaan bakteriologis (i) Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan terhadap sediaan hapus yang dibuat dari sampel urine yang tidak disentrifugasi, dipulas dengan pewarnaan Gram dan dihitung jumlah kuman yang tampak per lapangan pandangan besar (LPB) serta dicatat ada atau tidaknya lekosit. Pewarnaan Gram adalah metode pemeriksaan penyaring yang cepat dan sering dilakukan dengan hasil sensitivitas 90% dan sepesifisitas J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3

91

.d o

o

.c

m

C

m o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

88%.(4) Bilamana pada pemeriksaan mikroskopik urine dari subyek wanita didapatkan banyak sel epitel skuamosa dengan flora normal vagina maka sampel urine tersebut menggambarkan adanya kontaminasi. (ii) Biakan kuman cara konvensional untuk hitung koloni dilakukan secara kuantitatif Untuk biakan ini, 0,00l ml urin yang tidak di sentrifugasi diambil dengan memakai sengkelit baku (1 / 1000) atau dengan cara pengenceran urin terlebih dahulu dengan buffered water dan kemudian ditanamkan pada lempeng agar darah domba dan MacConkey. Urine pada lempeng agar tersebut disebar merata dengan spatel gelas dan lempeng agar itu kemudian diinkubasikan pada suhu 37 0 C selama 18-20 jam. Koloni-koloni yang tumbuh dihitung dan dicatat. Identifikasi koloni-koloni kuman dilakukan menurut metode baku yang berlaku. (9-10 ) Interpretasi hitung koloni bakteri (9-10): jika pada lempeng agar darah didapatkan jumlah koloni bakteri < 10, kemungkinan besar ini karena suatu kontaminasi dan identifikasi bakteri tidak dilakukan. Dalam hal ini sediaan pulasan Gram urin harus memberikan hasil kuman Gram negatif. Jika terdapat bakteri pada sediaan Gram maka lempeng agar diinkubasi kembali untuk semalam karena mungkin bakteri tumbuh lambat. Jumlah koloni pada lempeng agar di antara 10-100 juga tidak dianggap suatu bakteriuri, melainkan mungkin karena pengambilan dan penanganan sampel yang tidak betul. Hitung koloni kuman yang menghasilkan jumlah kuman pada lempeng agar > 100 dianggap bermakna sebagai bakteriuria dan organisme yang tumbuh akan diidentifikasi. Biakan kuman dapat juga dilakukan dengan cara Filter Paper Dilution system dari Novel(11). Caranya dengan menggunakan 3 lapis filter yang dibawahnya adalah agar untuk pembiakan kuman. Cara ini dapat untuk mendeteksi kuman Gram positif dan Gram negatif dengan hasil yang memuaskan. Untuk kuman Gram negatif hasilnya dibandingkan dengan kultur konvensional, ternyata

92

J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3

sensitivitasnya 98,2 % dan spesifisitasnya 87,4%. Sedangkan untuk kuman Gram positif, sensitivitasnya 91,2% dan spesifisitasnya 99,2%. Pemeriksaan lekosit dalam urine Sepuluh ml sampel urin yang telah dikocok merata dan disentrifugasi dengan kecepatan 1500 - 2000 rpm selama 5 menit. Cairan yang terdapat di atas tabung pemusing dibuang, ditinggalkan endapannya. Satu tetes dari endapan diletakkan di atas kaca objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Pertama kali dilihat di bawah mikroskop dengan lapangan pandang kecil (LPK), kemudian dengan lapangan pandang besar (LPB). Penilaian dilakukan dengan melihat beberapa kali dalam beberapa Lapangan Pandang Besar (LPB). Laporan didasarkan pada sedikitnya 3 LPB yang dianggap dapat mewakili sediaan. Piuria terjadi bila dijumpai lebih dari 5 lekosit / LPB. (12-l3) Tehnik pemeriksaan lain Teknik pemeriksaan baru dengan teknik penyaring cepat yaitu Uricult dipslide paddle (Orion Diagnostica, Helsinki, Finland), CultDip Plus (Merck, Gemany), Uristat test ( Shields Diagnostics Ltd, Scotland) dan Bioluminescence assay. Walaupun dengan cepat dapat mendiagnosis bakteriuria, namum masih ada kekurangan dan tidak memenuhi tes penyaring yang baik. Tes lain yaitu Uriscreen ( Diatech Diagnostics Ltd, Kiryat Weizmann, Ness Ziona, Israel ), dengan enzymatic rapid screening test ini dalam beberapa menit hasilnya dapat dibaca. Hasilnya dibandingkan dengan biakan positif. Ternyata Uriscreen mempunyai sensitivitas 100% dan spesifisitas 81%, Cara ini baik untuk screening sampel dalam jumlah yang besar.(4) PENGOBATAN Pengobatan bakteriuria asimtomatik pada kehamilan perlu diberikan, sebab menurut penelitian Elder dkk (4) , dengan memberikan

.d o

m

w

Boekitwetan

o

.c

C

m o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Bakteriuria pada kehamilan

w

pengobatan ASB pada kehamilan dapat menurunkan insiden bakteriuria dari 86% menjadi 11%. Komplikasi pielonefritis akuta dapat berkurang hingga 80% setelah diberikan pengobatan pada ASB. Juga dapat menurunkan angka lahir berat badan rendah,. Obat - obat yang dapat digunakan pada pengobatan ASB adalah sebagai berikut : Penelitian yang membandingkan pengobatan

dengan sulfonamida, cephalosporin, dan nitrofurantoin dengan spectrum luas antibiotika penisilin menunjukkan bahwa obat-obatan tersebut sama-sama efektif dalam eradikasi bakteriuria. Pengobatan dengan ampisilin perlu hati-hati karena penyebab utama bakteriuria adalah E. coli yang resistensinya mencapai 30% di Amerika.(4)

Tabel 2: Antibiotika yang dipakai untuk ASB dan sistitis pada kehamilan (4) Pengobatan 3-7 hari: nitrofurantoin 100 mg / 4 x sehari sulfisoxazole 500 mg / 4 x sehari cephalexin 250-500 mg / 4 x sehari Pengobatan tunggal: nitrofurantoin amoxillin cephalexin sulfisoxazole Pencegahan: macrodantin

200mg / kali/hari 3 garam/kali/hari 2 gram/kali/hari 2 gram / kali / hari 100 mg

Pengobatan dengan dosis tunggal dapat mendukung pengobatan ASB dan menghemat biaya pengobatan. Dalam pemilihan obat perlu diperhatikan efek samping dari obat-obat tersebut. Misalnya penisilin dan sefalosporin dapat menyebabkan reaksi anafilaktik, sulfonamida dapat menyebabkan fetal hyperbilirubinemia, nitrofurantoin dapat menyebabkan defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase, trimethoprim adalah kontraindikasi relatif untuk kehamilan trimester pertama dan dapat bersifat teratogenik. KOMPLIKASI Sistitis Komplikasi bakteriuria pada kehamilan berupa sistitis, yang berkisar antara 0,35% - 1,3%. (4) Laporan mengenai sistitis pada kehamilan sangat kurang. Lokalisasi infeksi bakterial pada sistitis adalah tractus urinarius bagian bawah. Belum jelas kapan sistitis dapat berlanjut dengan meningkatnya lahir prematur, lahir berat badan rendah atau pielonefritis. Diagnosis pada penderita sistitis dapat ditegakkan dengan adanya keluhan disuria, hematuria, sering miksi atau merasa

tidak enak pada daerah suprapubic. Sistitis sering berulang timbul pada kehamilan namun tanpa adanya gejala infeksi. Pemeriksan urine sering positif dengan piuria dan bakteriuria. Yang terbaik adalah biakan urine, sebab 10% sanmpai 15% piuria pada kehamilan terjadi tanpa gejala infeksi. . Pengobatan sistitis sama dengan pengobatan ASB. (Lihat Tabel 2) Umumnya pengobatan selama 5 sampai 7 hari. Pengobatan dengan jangka pendek lebih diminati, misalnya 1, 3 atau 4 hari, karena lebih murah, dan efek samping juga dapat berkurang dari pada pemberian antibiotika jangka panjang. Biakan urine perlu dilakukan berulang secara teratur pada kehamilan sebab diperkirakan 18% dari penderita dengan sistitis akuta didapatkan biakan urine positif pada akhir kehamilan. Pielonefritis akut Pada kehamilan terdapat sebanyak 1 % -2 % pielonefritis akut. Insiden pada populasi bervariasi dan tergantung pada prevalensi ASB dalam komunitas dan penderita secara rutin diberi pengobatan pada ASB. Wanita dengan J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3

93

.d o

o

.c

m

C

m o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

riwayat pielonefritis, malformasi saluran kemih atau batu ginjal meningkatkan risiko terjadinya pielonefritis. Penelitian prospective pada 656 wanita dengan pielonefritis, di antaranya 73% terjadi pada antepartum, 8% pada intrapartum dan 19% terjadi pada postpartum. .Pada antepartum 9% terjadi pada trimester pertama, 46 % terdapat pada trimester kedua dan 45% terdapat pada trimester ketiga. Menurut Harris (4) dengan pemeriksaan penyaring rutin dan pengobatan pada ASB dapat menekan pielonefrits dari 4% mejadi 0,8%.. Gejala dan tanda klinis pada pielonefritis akuta, temasuk demam, menggigil, sakit, mual dan muntah, sepsis, insufisiensi pernafasan dan gejala yang konsisten dengan sistitis. Diagnosis perlu dikonfirmasikan dengan biakan urine. Biakan urine setelah pengobatan dengan antibiotika, hasilnya menjadi negatif. Ditemukannya 1, 2 bakteri per lapangan pandang besar pada urine dari kateterisasi, 20 bakteri dari penampungan urine atau 100,000 cfu / ml dari biakan urine adalah bermakna. Komplikasi pielonefritis pada kehamilan terutama disebabkan endotoksin yang menyebabkan kerusakan jaringan. Seringkali secara bersamaan terjadi kerusakan pada beberapa organ. Sejumlah 10 % - 15 % pielonefritis pada kehamilan dengan bakterieTabel 3.

Antimikroba yang digunakan untuk pengobatan pielonefritis pada kehamilan (4)

ampisilin cefazolin ceftriaxone mezlocillin piperacillin

2 g IV tiap 6jam + gentamycin 3-4mg/Kg/hari IV dibagi 3 x sehari 1 g IV tiap 8 jam 1- 2 g IV atau IM tiap 24 jam 1- 3g IV tiap 6 jam 4 g IV tiap 8 jam

Kombinasi ampisilin dengan aminoglikosida sudah digunakan sebagai pengobatan yang umum diberikan pada kehamilan dengan pielonephrits. Penggunaan gentamisin pada kehamilan sering dipertanyakan karena toksisitasnya. Seperti nefrotoksik dan ototoksik, namun tidak ditemukan nefropathy pada wanita hamil dan janinnya. Khususnya pada neonatal dan infants setelah pengobatan dengan

94

mia, manifestasi ke septic shock. (4) Kehamilan dengan sepsis dan demam tinggi menyebabkan cardiac output turun. Insufisiensi pernafasan terdapat 2%-8% pada pielonefritis pada kehamilan, hal ini disebabkan oleh karena. toksin dari bakteri dapat mengubah permeabilitas membran alveoli-kapiler dan menyebabkan edema pada paru-paru. Gejala klinis berupa sesak nafas, nafas cepat, kekurangan oksigen, edema paru atau respiratory distress syndrome., denyut nadi meningkat 110 x / menit atau lebih, suhu badan meningkat lebih dari 39 C, nafas cepat lebih 28 x per menit. Disfungsi ginjal terdapat pada 25% kehamilan. Disfungsi ini dapat dilihat dari creatinine clearence kurang dari 80 ml/menit, setelah beberapa hari dapat normal kembali. Anemia, ditemukan pada 25%-66% kehamilan dengan pielonefritis. Anemia hemolitik timbul karena lipopolisakharida kuman yang dapat merusak membran sel darah merah. Pielonefritis antepartum pada kehamilan perlu diberi antibiotika yang mempunyai khasiat terhadap bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Pemberian antibiotika yang dapat diterima untuk pengobatan pielonefritis seperti terlihat pada Tabel 3.(4)

J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3

gentamisin. dapat mengakibatkan gangguan ginjal. (4) Pengobatan dengan mezlocillin dan piperacillin, dapat menurunkan demam dalam waktu 96 jam. Pengobatan dengan cefazolin dan ceftriaxon menurunkan febris, dalam 1 dan 1 - 3 hari. Resistensi terhadap generasi pertama cephalosporin mencapai 12%. Penderita yang gagal dengan cefazolin dapat diobati dengan penambahan aminoglikosida.

.d o

m

w

Boekitwetan

o

.c

C

m o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Bakteriuria pada kehamilan

w

Kehamilan dengan pielonefritis perlu dirawat di rumah sakit untuk observasi dan deteksi komplikasi pielonefritis, termasuk insufisiensi ginjal, insufisiensi pernafasan dan sepsis, gejalanya seperti demam tinggi, dehidrasi dan muntah-muntah. Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah hitung jumlah sel darah, serum elektrolit, kreatinin dan biakan urine. Angel (4) membandingkan pengobatan cephalexin oral dengan cephalothin IV pada penderita nonbakteriemia, ternyata antibiotika oral aman dan efektif diberikan pada kehamilan. Respon klinis dengan pengobatan antibiotika adalah cepat. Bila setelah 72 jam gagal atau tidak ada respon klinis perlu dilakukan renal sonografi untuk memeriksa adanya obstruksi karena nephrolithiasis. Pengobatan intravena diteruskan sampai setelah 1 - 2 hari tidak demam. Umumnya pengobatan dengan antibiotika diberikan

selama 2 minggu. Biakan urine dan antibiotika profilaksis perlu diberikan pada wanita hamil dengan riwayat pielonefritis untuk menurunkan risiko infeksi rekuren. Kesimpulan Infeksi saluran kemih pada kehamilan perlu diperhatikan.. Komplikasi infeksi saluran kemih adalah bakteriuria asimtomatik , sistitis dan pielonefritis. Bakteriuria asimtomatik dapat memberikan komplikasi abortus, bayi lahir prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah, sedangkan pielonefritis dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan janin.. Deteksi dini bakteriuria pada kehamilan sangat bermanfaat untuk pencegahan dan penang-gulangan komplikasi bakteriuria pada kehamilan.

Daftar Pustaka. 1.

2.

3. 4.

5. 6.

7.

Hadisaputro S, Parsudi I, Pranarka K, Winarto. Bakteriuria di masyarakat( hubungannya dengan sosial ekonomi dan kesehatan pribadi / higiene lingkungan). Medika 1982; 9: 66l-64. Becker G.J. Urinary tract infection and reflux nephropathy in adults. Med. Intern Indon 1986;2: l337 - 43. Lipsky BA. Urinary tract infection in men. Ann Int Med 1989; ll0 : 138-48. Millar LK., Cox S.M. Urinary tract infections complicating pregnancy. Infect Dis Clin North Am 1997;11:13-26. Platt R. Quantitative definition of bacteriuria. Am J Med 1983; 110: 44-5l. Simanjuntak P, Hutapea H, Sembiring BR, Hanafiah TM, Thaher N, Burhan A, Lubis HR,Yushar. Masalah bakteriuria asimptomatik pada kehamilan. Cermin Dunia Kedokteran. 1982; 28: 66-9. Desmiwarti. Kekerapan bakteriuria asimtomatis pada pasien abortus spontan di RSUP Dr M Djamil Padang. Skripsi.. Bagian / SMF Obstetri &Ginekologi F.K.U.Andalas

8.

9.

10.

11.

12. 13.

RSUP Dr M Djamil Padang.1998. Santoso S, Dzen MS. Bakteriuria asimtomatik pada wanita hamil. Maj Kedokt Indon 1985; 35:515-18. Isenberg H.D, Washington II JA, Balows A. Sonnenwirth AC: Collection, handling and processing specimens In Lannette, E.H. Ballows A, Hausler JR WJ, Shadomy HJ. editors. Manual of clinical microbiology. 4th ed. Washington D.C. : American Society for Microbiology;1985. P. 73-97. Barry A L., Smith P.B, Turck M , Gavan TL.. Laboratory diagnosis of urinary tract infections. Cumitech. Wshington D.C. : Americans society for Microbiology,;1982.p. 1-8. Kunin MC., Buesching W J. Novel Screening Method for urine cultures using a filter paper dilution system. J. Clin Microbiol. 2000; 38:1187- 90. Subrata G. Penunutun laboratorium klinik. Jakarta : Dian Rakyat ; 1995.halm.110-20. Wells B. Clinical pathology. 3th ed. Philadelphia; WB Saunders 1965.p.484

J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3

95

.d o

o

.c

m

C

m o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c