KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPEMIMPINAN OLEH

Download Komunikasi Efektif Dalam Kepemimpinan. Artie Pramita Aptery. National Narcotics Boards Education and Training Institute. Jl. Mayjen H.R. Ed...

0 downloads 558 Views 279KB Size
Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

Komunikasi Efektif Dalam Kepemimpinan Artie Pramita Aptery National Narcotics Boards Education and Training Institute Jl. Mayjen H.R. Edi Sukma Km 21 Lido, Bogor, Jawa Barat

Abstract: Communication is an essential factor in human life, since man is created to the present communication becomes an important factor in the survival of human kind. Not only used in social interaction, communication is also very important in political interaction, and the interaction of the organization, especially for leaders. One can communicate fatal. Therefore the ability to communicate becomes urgent to imiliki by a leader. Leaders are required in order to make effective communication so as to produce synergy and achieve the organization's vision and mission. This study applies library research as the method shows that Keywords: Effective Communication, Leadership. Corresponding author: Artie Pramita A., E-mail [email protected] Tel/Fax.: +62 (0251) 822224, (0251) 8222260. PENDAHULUAN Dalam majalah Tempo 11 Juli 2016, publik dikejutkan oleh gaya komunikasi seorang menteri menyikapi kritikan terhadap kemacetan di Tol Exit Brebes. Hal ini mencerminkan gaya komunikasi yang kurang efektif dilakukan oleh seorang pemimpin. Mengingat komunikasi menjadi sangatlah penting sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada orang lain atau masyarakat dari sesuatu pesan.

Karena

kesalahpahaman /

MissCommunication seringkali juga terjadi dalam organisasi birokrasi yang terkait dengan pelayanan publik. Pengertian komunikasi secara umum adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua individu atau lebih dengan efektif sehingga dapat dipahami dengan mudah. Istilah komunikasi dalam bahasa inggris disebut communication, yang berasal dari kata communication atau communis yang memiliki arti sama atau sama yang memiliki makna pengertian bersama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau lebih agar pesan yang dimaksud dapat dipahami.

1

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

Belakangan ini, populer istilah blusukan yang diperkenalkan dalam kepemimpinan birokrasi yang dilakukan oleh beberapa pemimpin atau pejabat publik. Gaya kepemimpinan seperti itu ada kaitannya dengan upaya mempercepat pelayanan masyarakat dan memotong rangkaian birokrasi yang panjang serta prosedur-prosedur birokrasi yang tidak produktif (debirokratisasi). Dengan demikian, komunikasi yang efektif mutlak diperlukan sehingga pesan kepemimpinan birokrasi itu mampu ditangkap secara utuh sebagai informasi yang tepat mengenai sasaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam tulisan ini membahas bagaimana

sebenarnya

komunikasi

yang efektif

dalam

kepemimpinan

organisasi

pemerintahan serta upaya membangun komunikasi yang efektif dalam kepemimpinan organisasi pemerintahan.

Metodologi Tulisan ini dikembangkan untuk menjawab rumusan masalah diatas dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Sutopo dan Arief (2010) Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Menurut Nawawi dan Martini metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan keadaan suatu objek atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian di iringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut (Hadawi Nawawi dan Mimi Martini, 1994:73).

Komunikasi Efektif Pengertian Komunikasi menurut definisi James A.F. Stoner adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Sedangkan menurut definisi Prof. Drs. H.A.W. Widjaya yang mengatakan bahwa pengertian komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Menurut definisi William F.Glueck yang menjelaskan bahwa komunikasi dapat dibagi menjadi dengan dua bentuk. yaitu sebagai berikut :

2

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017



Interpersonal

Communications

: Interpersonal

communications

(komunikasi

antarpribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. •

Organization Communications : Organization communications adalah proses dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang yang banyak dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembagalembaga di luar yang ada hubungan. H.A.W Widjaja dalam bukunya Komunikasi dan Hubungan Masyarakat menyatakan

tujuan komunikasi antara lain supaya informasi yang disampaikan dapat dimengerti, memahami orang lain, gagasan dapat diterima, dan menggerakkan orang lain untuk mendapatkan sesuatu. Burhan Bungin lebih lanjut menyatakan bahwa Kegiatan komunikasi dalam Organisasi memiliki empat (4) fungsi yaitu 1.

Fungsi Informative Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2.

Fungsi Regulative Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: ▪

Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.



Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturanperaturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

3.

Fungsi Persuasive Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.

4.

Fungsi Integratif. Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal juga saluran komunikasi informal. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. Dari keempat fungsi inilah, penting bagi seorang pemimpin memahami urgenitas

kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dalam memimpin di organisasi pemerintah. Adapun Dimensi Komunikasi terbagi menjadi enam antara lain : 1.

Komunikasi sebagai proses Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses berarti unsur-unsur yang ada didalamnya bergerak aktif dinamis dan tidak tetap. Proses tersebut yaitu dimulai dari pengirim pesan mengirimkan informasi kepada penerima dan penerima menerima informasi yang dikirimkan oleh si pengirim, jika si penerima tidak menerima informasi yang diberikan pengirim maka dapat dikatakan proses telah rusak dan tidak terjadi komunikasi.

2.

Komunikasi sebagai simbolik Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (Verbal) maupun melalui isyarat – isyarat tertentu (non- Verbal). Simbol disini berarti sebuah tanda atau lambang hasil kreasi manusia atau bisa dikatakan sebuah tanda hasil kreasi manusia yang dapat menunjukkan kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan

sesamanya.

Dalam

pernyataan

“kualitas

budaya

manusia

dalam

berkomunikasi dengan sesamanya” dapat ditelaah kembali bahwa banyak faktor yang mempengaruhi adanya simbol itu sendiri yaitu : - Faktor budaya - Faktor psikologis 4

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

Sehingga meskipun pesan yang disampaikan sama tetapi bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima atau receivernya mempunyai kerangka berpikir berbeda begitu juga latar belakang budayanya. Simbol bukan hanya berbentuk kata atau tulisan, bahkan atribut yang kita kenakan juga merupakan simbol. Contohnya adalah seragam, seragam adalah suatu simbol yang dikenakan untuk menunjukkan status si penggunanya tanpa harus mengkomunikasikannya secara verbal, contohnya adalah seragam sekolah sebagai simbol seragam tersebut diibaratkan papan tulisan yang memiliki bacaan “Saya ini anak sekolah” atau bahkan baju yang identik dengan agama tertentu yang diibaratkan papan bertuliskan “Saya adalah seorang penganut agama ini, jadi perlakukanlah saya sebagai penganut agama ini.” Sedangkan dalam sisi psikologis dapat kita temukan beberapa orang yang mengenakan pakaian yang mencolok yang bertujuan untuk menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, dan dapat diibaratkan seperti papan bertuliskan “Perhatikanlah aku, karena aku senang diperhatikan” Berikut contoh komunikasi dengan non verbal atau dalam bentuk perilaku. - Menganggukan kepala yang berarti setuju, - Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju, - Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang tersebut sedang memanggilnya untuk datang kemari. Namun berhati-hatilah dalam menggunakan komunikasi non-verbal karena tanda yang sama dapat memiliki arti yang berbeda di berbagai tempat, contohnya adalah tanda membuat lingkaran dengan telunjuk dan ibu jari sedangkan ketiga jari lainnya mengangkat. Di aAmerika dan Indonesia mungkin merupakan tanda “Ok” tapi jika anda gunakan di negara Prancis maka tanda ini memiliki arti yang menantang yaitu “Kamu itu nggak ada apa-apanya” dan yang paling parah adalah jika tanda ini digunakan di Tunisia maka arti dari tanda ini adalah “Saya akan membunuhmu”. 3.

Komunikasi sebagai sistem Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau untuk yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran atau dengan kata lain seperangkat komponen yang bergantung artinya mengikuti permainan yang ada, sistem terbagi dua, yaitu : 5

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

- Sistem terbuka : dimana prosesnya terbuka dan pengaruh lingkungan yang adadisekitarnya. - Sistem tertutup : prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan). Dari segi bentuknya ada sistem terbuka dan tertutup, yang mebedakan adalah pada sistem terbuka dimana dalam prosesnya terdapat pengaruh dari faktor lingkungan sekitarnya, dan dalam sistem tertutup prosesnya tidak terdapat pengaruh dari lingkungan luar. Contoh : Dua orang yang yang sedang mengobrol di satu ruangan tertutup, atau dapat dicontohkan dengan fasilitas private message atau private chat dimana memungkinkan komunikasi hanya terjadi hanya pada orang yang dikehendaki.(sistem tertutup) Sekumpulan orang sedang mengobrol dan dimintai pendapat mengenai satu hal, pada beberapa orang pendapat mereka dapat terpengaruh pendapat orang disekitarnya apalagi jika suatu pendapat merupakan mayoritas, atau mungkin ia menyensor pendapatnya untuk menjaga perasaan anggota yang lain (sistem terbuka). Komunikasi sebagai sistem berarti memiliki komponen-komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain yaitu, pengirim, informasi, penerima, media, signal,dll. Apabila itu semua ada yang tidak berfungsi atau mengalami gangguan maka informasi atau komunikasi yang berjalan tidak akan berhasil sesuai harapan atau bahkan bisa terjadi. Karena keterikatan komponen antara satu dengan yang lainnya akan meng hasilkan feedback loops atau umpan balik dan hasilnya merupakan kerja sama dari semua komponen yang ada (synergic). 4.

Komunikasi sebagai transaksional Komunikasi tidak pernah terjadi tanpa melibatkan orang lain, dalam proses yang demikian akan timbul action dan interaction diantara para pelaku komunikasi. Karena walaupun seberapa indah suara dan teraturnya kosa kata, atau seberapa cakapnya seseorang berekspresi atau menggunakan simbol jika tidak ada orang lain yang menangkap informasi maka tidak akan terjadi komunikasi.

5.

Komunikasi sebagai aktivitas sosial Hubungan antar sesama manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau untuk kepentingan aktualitas diri dalam membicarakan masalah-masalah politik,

6

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

sosial, budaya, seni dan teknologi. Seperti yang saya bicarakan pada pembukaan topik ini, komunikasi adalah esensial bagi kelangsungan hidup manusia. 6.

Komunikasi sebagai multidimensional Kalau komunikasi dilihat dari perspektif multidimensional ada 2 tingkatan yang dapat diidentifikasikan yakni dimensi isi (content dimension) dan dimesi hubungan (relationship dimension). Dimensi isi : lebih menunjukkan pada kata, bahasa dan informasi yang dibawa pesan. Dimensi hubungan : menunjukkan bagaimana proses komunikasi berinteraksi satu sama lain. Asumsi dasar hubungan multidimensional adalah bahwa sumber tidak hanya mempengaruhi pesan, tetapi juga bisa mempengaruhi komponen yang lainnya. Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki

pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune”, yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Syarat utama agar komunikasi itu efektif adalah kredibilitas. Keterampilan komunikasi antar perorangan adalah kemampuan untuk terus menerus membangun kredibilitas dan dapat dipercayanya segala apa yang kita komunikasikan. Untuk membangun kredibilitas harus ada isi pesan yang jelas, suara/intonasi dalam menyampaikan pesan dan wahana bagaimana orang itu menyampaikan pesan. Jadi semakin seseorang tidak konsekuen dengan ketiga hal tersebut, maka akan menentukan kredibilitas sesorang, semakin tidak konsekuen akan menjadi semakin “tidak dipercaya”. Disitulah peran pemimpin untuk mampu melakukan komunikasi efektif guna mencapai visi misi organisasi.

Kepemimpinan Konsep pemimpin berasal dari kata asing “leader” dan kepemimpinan dari “leadership”. Menurut Kartono (dalam Pasolong, 2008:2) menyatakan pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu. Terdapat banyak definisi kepemimpinan sesuai perpektif individualnya dan aspek gejala yang paling menarik perhatian ahli yang mendefinisikannya. Berbagai Kepemimpinan 7

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

didefinisikan berdasarkan ciri-ciri, perilaku, pengaruh, pola interaksi, hubungan peran, dan posisi jabatan administratif. Stephen Robbins dan Timothy A. Judge (2013:249) mendefinisikan kepemimpinan (leadership) sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapai sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan serangkaian tujuan. Pendapat lain, Yukl dalam Pasolong (2008:4) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau birokrasi, pengorganisasian dari aktifitas-aktifitas kerja untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada diluar kelompok atau birokrasi. Menurut Yukl (2010:10) menyebutkan bahwa ukuran yang paling banyak digunakan untuk mengukur efektifitas pemimpin adalah seberapa jauh pemimpin unit organisasi tersebut berhasil menunaikan tugas pencapaian sasarannya. Berikut ini adalah ciri-ciri kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis memiliki 4 hal, yaitu : a.

Intelegensinya tinggi (intellegence), seorang pemimpin harus memiliki tingkat intelegensi yanglebih tinggi dari bawahannya.

b.

Kematangan jiwa sosial (social maturity and breadth) Pemimpin biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan mempunyai kepentingan serta perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya.

c.

Motivasi terhadap diri dan hasil (inner motivation and achievment drives) Para pemimpin senantiasa ingin membereskan segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

d.

Menjalin hubungan kerja manusiawi (human relation attides) Pemimpin harus dapat bekerja secara efektif dengan orang lain atau dengan bawahannya Agar wewenang yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat ditaati oleh bawahan maka

diperlukan adanya: a.

Kekuasaan (power) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu : 8

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

b.

Kekuasaan posisi (position power) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.

c.

Kekuasaan pribadi (personal power) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan. Reading dan Casey dalam Pasolong (2008:67) melakukan study yang berkaitan

dengan masalah keyakinan yang perilaku manajerial dengan beberapa bidang kajian, antara lain : (1) keyakinan akan kemampuan bawahan untuk bertanggung jawab dan mengandalkan inisiatif, (2) keyakinan akan perlunya berbagi informasi dengan bawahan, (3) keyakinan akan perlunya mengikutsertakan bawahan dalam mengambilkeputusan, (4) keyakinan akan kemampuan bawahan untuk

memotivasi dirinya, (5) sampai seberapa jauh kebutuhan

seseorang telah terpenuhi dalam pekerjaan, (6) sampai seberapa jauh pemenuhan kebutuhan seseorang sesuai dengan harapannya, dan (7) seberapa penting kebutuhan-kebutuhan tersebut bagi seseorang. Menurut Peter F. Druker, para pemimpin bangsa abad 21 haruslah memiliki Sumber Daya Manusia yang mempunyai kemampuan paling sedikit 3 bidang kemampuan atau kompetensi, (M.H. Matondang, 2008) yaitu : 1. Kompetensi Pribadi (personal mastery) 2. Kompetensi Kepemimpinan (leadership mastery) 3. Kompetensi Organisasi (organzational mastery) Kemudian Peter F. Druker menguraikan satu persatu kemampuan tersebut diatas sebagai berikut : 1.

Kemampuan Pribadi (personal mastery) antara lain : Memiliki integritas tinggi (jujur, loyal, beriman) ; Memiliki visi yang jelas ; Inteligensia tinggi (minimal 5.1) ; Kreatif dan inovatif ; Tidak mudah merasa puas ; Fleksibel dan memiliki kematangan jiwa ; Memiliki wibawa dan kharismatik ; Mempunyai idealism dan cinta tanah air (NKRI)

2.

Kemampuan

Kepemimpinan

(leadership

mastery)

antara

lain

:

Kemampuan

berkomunikasi ; Memiliki kemampuan memotivasi orang lain ; Memiliki kemampuan membuat keputusan yang cepat dan tepat ; Memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain ; Memiliki kemampuan untuk mengelola konflik ; Memiliki kemampuan berorganisasi ; Memiliki kemampuan memimpin tim kerja ; Memiliki kemampuan untuk mengendalikan stress 9

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

3.

Kemampuan

Berorganisasi

(organizational

mastery)

antara

lain

:

Mampu

mengembangkan organisasi ; Memiliki ketrampilan operasional ; Memiliki kesadaran biaya yang tinggi (concontsciouseness) ; Memiliki kemampuan manajemen stratejik ; Memahami aspek makro dan mikro ekonomi ; Mampu meraih peluang (entrepreneur thingking) ; Mampu mengadakan pengkaderan generasi penerus.

Hasil dan Pembahasan Riset yang dilakukan oleh Mustafa, menekankan pentingnya sumber daya manusia yang dihasilkan oleh kualitas Kepemimpinan Nasional yang hebat, dan berkualitas dari berbagai macam aspek kemampuan. Dalam tulisan Drs. Awang Anwaruddin, M.Ed Pembantu Ketua I STILAN LAN Bandung, beliau mengemukakan konsep kepemimpinan transformasional pertama kali dikemukan oleh James McGregor Burns pada tahun 1978, dan selanjutnya dikembangkan oleh Bernard Bass dan para behaviourists lainnya, Bass, mendifinisikan kepemimpinan transformasional sebagai kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya, sehingga mereka akan percaya, meneladani, dan menghormatinya. Kompetensi transformasional seorang pemimpin mungkin dapat diukur dari kemampuannya dalam membangun sinergi dari seluruh pegawai melalui pengaruh dan kewenangannya sehingga lebih berhasil dalam mencapai visi dan misi organisasinya. Proses perubahan yang dilakukan pemimpin transformasional, menurut Bass, dapat dilakukan dengan cara : (1) meningkatkan kesadaran pegawai terhadap nilai dan pentingnya tugas dan pekerjaan; (2) meningkatkan kesadaran untuk fokus pada tujuan kelompok dan organisasi, bukan pada kepentingan pribadi; (3) mengembangkan potensi mereka seoptimal mungkin. Leaderhip atau kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Nurkolis, 2003). Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu 10

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain: 1) kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi, 2) di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan 3) adanya tujuan bersama yang harus dicapai. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Teori tentang kepemimpinan : Teori X & Y (Douglas McGregor)

Teori X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia diciptakan dan dikembangkan oleh Douglas McGregor di Sloan School of Management MIT pada tahun 1960 yang telah digunakan dalam manajemen sumber daya manusia, perilaku organisasi, komunikasi organisasi dan pengembangan organisasi. 11

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

Teori X Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Teori Y Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja tim. Salah satu kemampuan yang diperlukan seorang pemimpin untuk menjadi transformasional, memiliki pengaruh dan mampu memotivasi bawahannya dengan baik adalah komunikasi secara efektif sehingga bawahan memahami visi misi dari pimpinan. Sebagaimana pengertian komunikasi menurut KBBI adalah sebagai berikut, (1) pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; (2) perhubungan. Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti ‘sama’, Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common), Sedangkan manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman (Mulyana,2007). Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah: -

Pengirim atau komunikator (sender) : pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

-

Pesan (message) : isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.

-

Saluran (channel) : media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara. 12

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

-

Penerima atau komunikate (receiver) : pihak yang menerima pesan dari pihak lain

-

Umpan balik (feedback) : tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

-

Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan (“Protokol”) Dalam berkomunikasi seorang pemimpin dituntut untuk peka terhadap perbedaan

penerima pesan yang akan menerima informasinya. Karena beda latar belakang tentu akan berbeda penerimaanya. Adapun faktor yang mempengaruhi komunikasi diantaranya (Rochmawati,2009) : Latar belakang budaya, Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif -

Ikatan kelompok atau grup, Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.

-

Harapan, Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.

-

Pendidikan, Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.

- Situasi, Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Sehingga meskipun pesan yang disampaikan sama tetapi bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima atau receivernya mempunyai kerangka berpikir berbeda begitu juga latar belakang budayanya. Robbins dan Judge (2013:223) menyebutkan bahwa Komunikasi melakukan empat fungsi utama didalam kelompok atau organisasi yaitu: pengendalian, motivasi, pernyataan emosional, dan informasi.

Kesimpulan Antara komunikasi dan kepemimpinan memiliki kaitan yang erat. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki integritas, komitmen yang tinggi, wawasan yang tinggi dalam mengambil sebuah keputusan serta kemampuannya dalam berkomunikasi. Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain sangat ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan menjalankan fungi komunikasi secara baik karenanya 13

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

komunikasi yang baik dan menjadi efektif akan ditentukan pula oleh kepercayaan dan keyakinan seorang pemimpin dalam memimpin untuk mempengaruhi bawahan. Pemimpin yang menghargai dan mampu memotivasi, mempengaruhi staf, dan bawahannya untuk memecahkan masalah dengan cara duduk bersama, menghargai pendapat semua pihak, sebagai landasan pengambilan keputusan. Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk apabila pemimpin menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi komunikasi. Dalam kaitannya dalam organisasi pemerintah utamanya pelayanan publik Rakyat Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki komunikasi yang efektif, yang mampu menjawab isu yang berkembang dalam masyarakat dengan jelas, tanpa membuat makna berganda. Masyarakat membutuhkan pemimpin yang mampu mendengar aspirasi dan mengambil tindakan secara cepat dan langsung. Rakyat membutuhkan pemimpin yang dekat dengan rakyatnya, hangat, santun, jujur, murah, dan rendah hati, sederhana tapi elegan, punya kepedulian, empati terhadap masalah rakyat kecil. Masyarakat butuh pemimpin yang karismatik, dapat mememimpin rakyat dengan cara bekerjasama, mampu menarik hati rakyat untuk memecahkan masalah secara bersama-sama, dapat membangkitkan dan memotivasi bawahan, masyarakat dan seluruh komponen aparatur pemerintah sehingga menimbulkan rasa memiliki bersama visi dan misi organisasi untuk mencapai tujuan.

Daftar Pustaka Bungin, H.M. Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta:Kencana hal 274. Hadawi Nawawi, Hadawi dan Martini, Mimi. 1994. Penelitian Terapan. Yogjakarta: Gajah Mada University Prees, hal 73. Johnson, Daniel, Peter Sutton dan Neil Haris. 2001. Extremely Effective Communication. Bandung:Remaja Rosdakarya. Littlejohn, stephen W. dan foss, karen A. 2014. Theories of human communication. Jakarta:Salemba Humanika. Mustafa, H. Sudirman. Kepemimpinan berani dan transformasional perspektif gaya blusukan jokowi. Pasolong, Harbani. 2013. Kepemimpinan Birokrasi. Cetakan Ketiga, Bandung: Alfabeta. 14

Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-3 Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Provinsi Banten Tangerang, 6 – 9 Maret 2017

Rakhmat, jalaludi. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya. Robbins, P.Stephen dan Judge, Timothy A. 2013. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior), Edisi 16, Jakarta: Salembe Empat. Stoner, james af, Freeman, r. edward, dan Gilbert jr, Daniel R. 1996. Manajemen. Jilid II. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:Prenhallindo. Subiakto, henry, dan ida, racmah. 2014. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta:kencana prenadamedia group. Sutopo, ariesto hadi dan arief, adrianus. 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO. Jakarta:kencana prenadamedia group. Widjaja, H.A.W. 2000. Komunikasi. Jakarta:Rineka Cipta. Widjaja, H.A.W. 2010. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat hal9-10. Jakarta:Bumi aksara. Yukl, gary. (2010). Kepemimpinan dalam organisasi. Jakarta:PT.indexs. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja; Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2014 tentang Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara; Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan/Rapat Di Luar Kantor; Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Gerakan Hidup Sederhana; https://jurnalalishlah.wordpress.com/2014/09/06/peranan-komunikasi-dalam-kepemimpinan/

15