KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGI DAN MUTU MADRASAH IBTIDAIYAH

Download Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu. Madrasah Ibitidaiyah. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 131. Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016. KONSEP D...

0 downloads 478 Views 365KB Size
Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGI DAN MUTU MADRASAH IBTIDAIYAH Masudah1 MI Sukolilan Patebon Kendal [email protected] Abstrak: Konsep manajemen dalam konteks madrasah ibtidaiyah secara filosofis mendasari sebuah kepemimpinan agar mampu membangun kehidupan organisasi madrasah ibtidaiyah dengan mengembangkan budaya yang disebut nilai-nilai ekselensi/keunggulan (value of exellence) ajaran Islam. Organisasi manajemen pada madrasah ibtidaiyah memerlukan pimpinan/manajer yang mengerti benar konsep dasar manajemen strategi dan mutu madrasah ibtidaiyah agar manajer tersebut memiliki visi yang bijaksana dan mampu mengilhami staf/pekerja dan semua komunitas organisasi madrasah ibtidaiyah. Manajemen strategi dan mutu madrasah ibtidaiyah secara spesifik berguna untuk menentukan cara/strategi agar sebuah organisasi dapat dikelola secara efektif dan efisien. Dengan teori, dapat ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, cara termudah mengerjakan pekerjaan, dana termurah membiayai pekerjaan, waktu tersingkat melaksanakan pekerjaan, alat yang tepat untuk memperingan beban dan memperpendek jarak melaksanakan pekerjaan, serta menghasilkan kualitas dan mutu sesuai visi, misi, dan tujuan madrasah ibtidaiyah. Kata Kunci: Manajemen Madrasah Ibtidaiyah.

Strategi,

Manajemen

Mutu,

Pendahuluan Madrasah ibtidaiyah merupakan suatu lembaga pendidikan berbasis Islam dibawah naungan Kementerian Agama yang 1 Penulis adalah guru PNS Kementerian Agama Kabupaten Kendal. Alumnus Program Pasca Sarjana Magister Studi Islam dengan Konsentrasi Pendidikan Islam di UIN Walisongo Semarang tahun 2016. Saat ini menjabat sebagai Kepala MI Sukolilan Patebon Kendal. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 131 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

mengantarkan peserta didik pada alur berpikir teratur dan sistematis berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. Madrasah ibtidaiyah pada pelaksanaannya seringkali dihadapkan pada problem-problem sistem pembelajaran yang ditemukan solusi alternatifnya, mulai dari penyiapan sarana dan prasarana, materi, tujuan bahkan sampai pada penyiapan proses. Guru sebagai pelaksanan pendidikan memegang peranan vital untuk mensukseskan program madrasah ibtidaiyah. Terkait dengan hal tersebut Fatah Syukur pada setiap kesempatan menegaskan pentingnya manajemen strategi dalam rangka meningkatkan mutu madrasah ibtidaiyah, yang secara global meliputi manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.2 Ibarat falsafah air yang akan memberi bentuk dan nama bagi sebuah wadah atau tempat bagi eksistensinya, demikian pula pentingnya manajemen strategi bagi peningkatan mutu madrasah ibtidaiyah. Air Zamzam atau air Aqua memiliki esensi dan eksistensi berbeda dengan air hujan meskipun sama-sama air. Falsafah tersebut menunjukkan bahwa eksistensi dan kualitas suatu lembaga madrasah ibtidaiyah tergantung pada manajemen strateginya dalam rangka menghadapi perubahan paradigma madrasah ibtidaiyah di era post modern. Perubahan tersebut menurut penulis terjadi karena adanya tantangan kebutuhan masyarakat melalui proses madrasah ibtidaiyah itu sendiri sehingga diharapkan dapat menyiapkan produk manusia yang mampu mengatasi kebutuhan dan persoalan manusia, termasuk di dalamnya persoalan agama dan madrasah ibtidaiyah.3 Perkembangan madrasah ibtidaiyah sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori manajemen yang sebelumnya sudah berkembang pada dunia ekonomi. Maka tidak heran ketika kita mendengar adanya teori manajemen strategi, yang pada dasarnya itu diambil dari teori-teori manajemen pada dunia bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan menjadi komersial, tetapi semata-mata hanya digunakan sebagai landasan yang sistematik untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Sehingga hasilnya tidak bisa seperti yang diharapkan kalau seseorang menerapkan teori manajemen pada bidang bisnis. 2 Fatah Syukur, Silabus Mata Kuliah Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah ibtidaiyah, (Semarang : Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2014), tidak dipublikasikan. 3 Masudah, Membangun Paradigma Madrasah ibtidaiyah Modern, (Kendal : Jurnal Ilmiah Madrasah ibtidaiyah Didaktika Islamika, 2014), edisi Pebruari, hlm. 133.

132 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

Berdasarkan kondisi seperti di atas, kita sebagai seorang yang nantinya mengemban amanah untuk mengembangkan potensi peserta didik (manusia) pada dunia pendidikan sesuai yang diharapkan dari makna pendidikan itu sendiri, setidaknya memahami bagaimana konsep dasar manajemen strategi dan mutu yang dikembangkan pada dunia madrasah ibtidaiyah. PEMBAHASAN Konsep Manajemen Strategi Madrasah ibtidaiyah Penjelasan konsep manajemen strategi, perlu dijelaskan konsep dasar manajemen terlebih dahulu. Manajemen berasal dari bahasa Belanda “administratie” yang berarti tata usaha. Istilah lain manajemen berasal dari bahasa Inggris “management” sebagai ”the management of exeutive affairs” suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas dari sekedar pekerjaan tulis menulis atau tata usaha, tetapi suatu rangkaian segala kegiatan yang menunjuk pada usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.4 Luwis R. Benston, mendefinisikan manajemen sebagai cara kerja organisasi dengan fungsi merencanakan, mengorganisasi, dan memimpin.5 Menurut Poernomosidi Hadjisarosa, pengertian manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya6 melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pengertian manajemen tersebut, dapat dilukiskan seperti pada Gambar 1 berikut, dengan keterangan: SDM-M (sumberdaya manusia manajer) mengatur sumber daya manusia pelaksana (SDM-P) melalui input manajemen yang terdiri dari (T = Tugas; R = Rencana, P = Program; T3 = Tindakan Turun Tangan; K = Kesan) agar SDM-P menggunakan jasa manusianya (Jm) untuk bercampur tangan terhadap sumber daya selebihnya (SD-slbh), sehingga proses dapat berlangsung dengan baik untuk menghasilkan output.7 4 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media bekerjasama dengan UNJ Yoagyakarta, 2012), hlm. 2. 5 Luwis R. Benston, Supervision and Management, (New York : McGraw Hill Book Company, 1972), hlm. 278-279. 6 Catatan: sumber daya terbagi menjadi sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (peralatan, perlengkapan, bahan/material, dan uang); input manajemen terdiri dari tugas, rencana, program, limitasi yang terwujud pada bentuk ketentuan-ketentuan, pengendalian (tindakan turun tangan), dan kesan dari anak buah ke bapak/ibu buah). 7 Poernomosidi Hadjisarosa, Naskah 1: Butir-Butir untuk Memahami Pengertian Mengenali Manajemen Secara Utuh dan Benar, (Jakarta : STIE Mitra Indonesia, 1997), hlm. 7 JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 133 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

SDM-M

Input Manajemen (T, R, P, L, T3, K)

∑SDM-P

SD-slbh

Proses

Output

Gambar 1 Pengertian Manajemen. (Sumber: Poernomosidi Hadjisarosa, 1997)8 Luwis R. Benston mengemukakan teori9 lain yang mengatakan bahwa manajemen merupakan pelaksana yang efektif.10 Berbeda dengan 8 Poernomosidi Hadjisarosa, Naskah 1: Butir-Butir untuk Memahami Pengertian Mengenali Manajemen Secara Utuh dan Benar, (Jakarta : STIE Mitra Indonesia, 1997), hlm. 7 9 Hakikat teori dapat dilustrasikan berikut ini : Sebagai contoh, Saudara mengamati bahwa tanah yang ada di sekitar gunung merapi merupakan tanah yang subur karena tanaman tumbuh hijau dan lebat. Ada dua fenomena pokok yang barangkali berkaitan : tanah subur dan gunung berapi. Kemudian saudara melangkah lebih lanjut dan mengambil simpulan : gunung merapi yang menyebabkan tanah menjadi subur, tentu saudara tidak mungkin mengambil simpulan yang sebaliknya, tanah subur menyebabkan gunung berapi. Saudara satu langkah lebih maju, kemudian ada orang lain mengamati bahwa ada tanah yang subur, tanamannya tumbuh hijau dan lebat meskipun tidak berada di dekat gunung berapi. Dengan bukti yang baru tersebut saudara melakukan pengamatan lebih lanjut. Saudara sampai pada simpulan baru bahwa, bukan gunung berapi itu sendiri yang membuat tanah subur, melainkan zat yang dikeluarkan gunung berapi yang dinamakan humus. Saudara memperbaiki simpulan saudara menjadi : humus bisa membuat tanah menjadi subur. Saudara sudah membuat teori. Selanjutnya, saudara bisa membuat prediksi, kalau tanah diberi humus, tentu tanah tersebut menjadi subur. Kemudian, misalkan tetangga saudara adalah seorang petani yang menginginkan tanahnya menjadi subur, dan saudara mempunyai teori humus, saudara menyarankan

134 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

Luwis R. Benston, pakar manajemen lainnya Mamduh M. Hanafi mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumberdaya organisasi.11 Definisi tersebut mencakup pengertian kunci, yaitu : 1) Proses yang merupakan kegiatan yang direncanakan; 2) Kegiatan merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan yang sering disebut fungsi manajemen; 3) Tujuan organisasi yang ingin dicapai melalui aktivitas tersebut; dan 4) Sumberdaya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. William H Newman dikutip Syaiful Sagala, mendefinisikan manajemen atau administrasi dapat dipahamai sebagai pembimbingan, kepemimpinan, dan pengawasan usaha-usaha sekelompok orang-orang ke arah pencapaian tujuan bersama.12 Sementara Sondang P. Siagian menyatakan bahwa manajemen adalah keseluruhan proses pelaksanaan keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.13 Dalam konteks pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat pada dunia usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas agar kepala madrasah berperan sebagai administrator untuk mengemban misi atasan, sebagai manager untuk memadukan sumber-sumber pendidikan dan sebagai supervisor untuk membina guru-guru pada proses pembelajaran di madrasah.14 tanah petani tersebut diberi humus agar menjadi subur. Jika tetangga saudara yang petani tersebut tidak tahu teori humus, dia akan mencoba-coba cara agar tanah menjadi subur. Pertama, mungkin dengan sesajian, kedua, mungkin dengan membeli traktor. Petani tersebut telah melakukan coba-coba (trial and error) yang kurang efisien. Dengan demikian teori bisa meminimalkan coba-coba, dan mengefisienkan kinerja, dengan asumsi teori tersebut benar. 10 Luwis R. Benston, Supervision and Management, (New York : McGraw Hill Book Company, 1972), hlm. 278-279 11 Mamduh M. Hanafi, Manajemen, (Yogyakarta : YKPN, 1997), hlm. 6 12 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2000), hlm. 22 13 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta : Gunung Agung, 1985), hlm. 2 14 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta : P.T. Gunung Agung, 1985), hlm. 4 JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 135 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

Setelah dijabarkan tentang pengertian manajemen, pembahasan selanjutnya adalah manajemen strategi. Menurut Wheelen and Hunger, konsep-konsep dasar manajemen strategis sebagai berikut : 1. Manajemen strategis merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian. 2. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi kesempatan (oportunity), dan ancaman (threat) lingkungan dipandang dari sudut kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknessi). Variabel-variabel internal dan eksternal yang paling penting untuk perusahaan di masa yang akan datang disebut faktor strategis dan diidentifikasi melalui analisis SWOT. 3. Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara keseluruhan dan memiliki tiga karakteristik umum, yaitu rare, consequential, dan directive.15 4. Manajemen strategis pada banyak organisasi cenderung dikembangkan dalam empat tahap, mulai dari perencanaan keuangan dasar ke perencanaan berbasis peramalan yang disebut perencanaan strategis menuju manajemen strategis yang berkembang sepenuhnya, termasuk implementasi, evaluasi, dan pengendalian. 5. Organisasi yang menggunakan Manajemen strategis cenderung memiliki kinerja lebih baik. 6. Model Manajemen strategis mulai dari pengamatan lingkungan ke perumusan strategi, termasuk penetapan visi, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan menuju implementasi strategi, untuk pengembangan program, anggaran, dan prosedur, yang berakhir dengan evaluasi, dan pengendalian.16

15 Rare merupakan keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus, serta tidak dapat ditiru. Consequential merupakan keputusan-keputusan strategis yang memasukkan sumber daya penting dan menuntut banyak komitmen. Diretive merupakan keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan yang dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan di masa yang akan datang untuk organisasi secara keseluruhan. Lihat Razik and Swanson, Fundamental Concepts of Educational Leadeship and Management, (New Jersey Englewood Cliffs America, 1995), hlm. 27. 16 Rowe, Strategic Management, A Methodological Approach, (New York an Co: Addison-Wesley Publishing Company, 1989), hlm. 67.

136 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

Komponen-komponen dan struktur manajemen strategis mencakup pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian. Konsep tersebut divisualisasikan melalui diagram berikut ini :

Pengamata n Lingkunga n

Perumusa n Strategi

Implementas i Strategi

Evaluasi dan Pengendalia n

Gambar 2. Komponen dan Struktur Manajemen Strategis17 Sedikitnya terdapat tiga langkah utama pendekatan strategis dalam konteks manajemen, meliputi : perencanaan strategi, manajemen strategi, sumber-sumber yang diperlukan, dan struktur organisasi. Strategi planning merujuk pada adanya keterkaitan kekuatan internal dengan hubungan atau jaringan eksternal. Dalam hal ini, strategi mengandung unsur analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan, pertimbangan ekonomis dan finansial, serta analisis terhadap rencana tindakan yang lebih rinci. Menurut Rowe, kerangka kerja manajemen strategi terdiri atas empat komponen utama yaitu : strategic planning, organizational structure, strategic control, dan resource managements. 18 Konsep kerangka kerja manajemen strategi yang dikemukakan Rowe tersebut dalam konteks pendidikan kata kuncinya terletak pada perencanaan strategi. Pada fase ini dilakukan analisis terhadap peluang dan tantangan eksternal, serta kekuatan dan kelemahan internal organisasi pendidikan, atau dengan istilah yang semi populer disebut analisis SWOT. Strategi manajemen berfungsi untuk menggerakkan operasi internal organisasi berupa alokasi sumber daya manusia, fisik dan keuangan untuk mencapai interaksi optimal dengan lingkungan eksternalnya. 17 Rowe, Strategic Management, A Methodological Approach, (New York an Co: Addison-Wesley Publishing Company, 1989), hlm. 73. 18 Rowe, Strategic Management, A Methodological Approach, (New York an Co: Addison-Wesley Publishing Company, 1989), hlm. 72. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 137 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

Analisis situasi dalam madrasah ibtidaiyah harus ditindaklanjuti dengan menggunakan analisis SWOT, meliputi aktivitas terhadap kekuatan dan kelemahan internal sistem madrasah ibtidaiyah serta peluang dan ancaman yang berasal dari luar sistem madrasah ibtidaiyah. Situasi atau kondisi audit didasarkan pada nilai-nilai, dukungan, dan kemampuan yang ada. Dengan konsep demikian, akan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan, serta kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dalam penyelenggaraan madrasah ibtidaiyah. Contoh analisis SWOT tersebut dapat diilustrasikan di bawah ini dengan konsentrasi di salah satu lembaga madrasah ibtidaiyah . Tabel 1 MATRIK SWOT POTENSI MADRASAH IBTIDAIYAH SUKOLILAN SEBAGAI STRATEGI PENERAPAN KURIKULUM 2013 FAKTOR INTERNAL STRENGTH WEAKNESS 1. Kepemimpinan 1. Kualitas input/siswa Kepala madrasah masuk kurang. untuk mengelola 2. Pemberdayaan manajemen. sarana pembelajaran 2. Adanya yang kurang kekompakan maksimal. semua personil 3. Materi pembelajaran untuk yang terlalu banyak. melaksanakan 4. Kurangnya tugas. kemampuan guru 3. Pengajar berijazah dalam S.1 dan sebagian mengembangkan guru masih dalam kurikulum 2013. proses pendidikan 5. Adanya tuntutan S1. peningkatan nilai 4. Guru mengajar akademik di satu sisi sesuai dengan dan peningkatan nilai keahliannya. materi life skill di sisi 5. Guru membuat lain. perencanaan 6. Minimnya pengajaran pengetahuan guru dengan benar. tentang 6. Guru mendapatkan pembelajaran 2013. pelatihan/workshop 7. Kurangnya intesitas

138 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

.

7. Didukung 8. 9. 10. 11. 12. 13.

FAKTOR EKSTERNAL

sarana perpustakaan yang representatif. Didukung alat kesenian berupa Drumband Didukung sarana permainan yang cukup Didukung media pembelajaran yang cukup. Didukung dana yang cukup. Mendapat dukungan dari masyarakat. Lokasi yang cukup strategis dan mudah dijangkau oleh pengguna jasa pendidikan atau masyarakat

praktik/permainan bagi siswa. 8. Kurangnya pelatihan di bidang bahasa. 9. Kurangnya intensitas pembelajaran/permai nan di luar kelas. 10. Kurangnya motivasi siswa mengikuti pembelajaran di dalam kelas 11. Kurangnya motivasi siswa mengikuti kegiatan keterampilan bahasa.

12. Kurangnya tenaga BK 13. Kurangnya tenaga yang mengawasi pembelajaran/permai nan diluar kelas. 14. Kurangnya laboratorium bahasa dan komputer. 15. Kondisi tata ruang gedung yang kurang memenuhi standar pembelajaran. 16. Kondisi sanitasi dan sirkulasi udara di ruang kelas kurang JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 139 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

layak.

17. Kondisi perpustakaan

OPPORTUNITY 1. Adanya peluang menjadi madrasah unggulan 2. Adanya kerjasama dengan SD Negeri Sukolilan . 3. Adanya kerjasama dengan MI Bangunrejo dan MI Jambearum. 4. Adanya kerjasama dengan perusahaan atau industri di Sukolilan. 5. Adanya beasiswa baik guru atau siswa 6. Adanya peluang untuk mendapatkan bantuan dari masyarakat atau swasta untuk pengembangan intitusi.

SO

1. Kepala

2. 3.

4.

5.

6.

madrasah melaksanakan pengelolaan manajemen dengan baik. Guru melaksanakan tugas secara professional Kepala madraah meningkatkan kualitas pendidikan guru secara berkesinambungan. Kepala madrasah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kepala madrasah meningkatkan kerjasama dengan dengan lembaga/perusahaa n atau industri. Perlu adanya penambahan sarana pembelajaran untuk komputer, keterampilan bahasa, serta penambahan peralatan atau media belajar baru

140 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

madrasah di bawah standar dengan jumlah peserta didik. WO 1. Harus ada sistem seleksi siswa baru dengan orientasi input yang berkualitas bukan hanya kuantitas. 2. Semua sarana pembelajaran harus difungsikan secara maksimal. 3. Perlu diadakan penyegaran dan reorientasi kurikulum pada pembelajaran 2013 dalam upaya efektivitas dan efisiensi. 4. Perlu pengangkatan tenaga ahli bidang bahasa dalam upaya mengembangkan pembelajaran tematik pada 2013 bagi siswa kelas awal. 5. Perlu diadakan pelatihan penerapan pembelajaran kurikulum 2013 secara kontinu. 6. Perlu adanya kiat untuk intensifikasi pembelajaran PAI

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

sesuai kurikulum melalui pembelajaran 2013. kurikum 2013 di luar kelas. 7. Kepala Madrasah beserta seluruh 7. Adanya kiat agar komponen siswa berminat bersama-sama mengikuti memiliki komitmen pembelajaran di untuk mewujudkan dalam kelas. visi dan misi 8. Perlu meningkatkan madrasah. kreativitas guru untuk meningkatkan minas siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. 9. Penambahan tenaga BK atau pengawas. 10. Memfungsikan ruang kelas sebagi laboratorium bahasa. 11. Adanya kiat agar kondisi sanitasi dan sirkulasi udara pada lokal kelas tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. 12. Merencanakan pembangunan perpustakaan madrasah sesuai standar kelayakan. 13. Memanfaatkan mushalla lebih optimal sebagai media pembelajaran yang menarik dan meningkatkan pemahaman bagi

JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 141 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

siswa.

14. Perlu

adanya pengawasan atau kontrol yang kontinu dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas agar penerapan pembelajaran 2013 berjalan sesuai program yang telah ditetapkan.

THREAT 1. Sebagian besar guru belum memahami manajemen untuk perencanaan strategi penerapan pembelajaran 2013. 2. Kurang adanya waktu tentang sosialisasi manajemen strategi penerapan pembelajaran 2013 secara kontinu. 3. Banyak jumlah materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang membuat siswa jenuh,

ST

WT adanya 1. Melaksanakan pelatihan evaluasi internal manajemen mengenai manajemen perencanaan perencanaan strategi strategi pada penerapan penerapan pembelajaran 2013 pembelajaran 2013 menuju pencapaian kepada para guru. misi madrasah. 2. Perlu disusun 2. Meningkatkan SDM perencanaan guru dan tenaga strategi penerapan kependidikan lainnya pembelajaran 2013 secara terencana. yang rasional, dan 3. Memperbaiki mudah diwujudkan terhadap pengelolaan sesuai kondisi manajemen madrasah. pembelajaran. 3. Perlu adanya 4. Perlu adanya job sosialisasi dan discribtion yang jelas pemahaman pada pembelajaran manajeman 2013 Rumpun Mata perencanaan Pelajaran Pendidikan strategi penerapan Agama Islam. pembelajaran 2013 5. Meningkatkan kerja untuk peningkatan sama dengan mutu madrasah. masyarakat, lembaga

1. Perlu

142 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

lelah, dan tidak 4. Perlu lainnya, serta diadakan fokus. perusahaan. sinergisitas jenis 4. Persaingan mutu rumpun mata 6. Perlunya penelitian dengan SD pelajaran tindakan kelas Negeri 03 Pendidikan Agama sebagai upaya Jambearum Islam dalam upaya peningkatan mutu Kecamatan efektivitas dan pembelajaran untuk Patebon efisiensi. pencapaian mutu Kabupaten pembelajaran 5. Perlu segera Kendal. kurikulum 2013 mengadakan Rumpun Mata 5. Persaingan mutu penelitian tentang Pelajaran Pendidikan dengan SD efektivitas Agama Islam dan Negeri Sukolilan penerapan kompetensi lulusan di Kecamatan pembelajaran 2013 MI NU Sukolilan Patebon sebagai strategi Patebon Kendal. Kabupaten baru dalam Kendal untuk meningkatkan 7. Peningkatan mutu di peluang keterampilan bidang keterampilan penerimaan bahasa untuk kelas bahasa dan agama siswa baru awal. sehingga lulusan bisa Tahun Pelajaran 6. Perlu diterima pada seleksi adanya 2014/2015 siswa baru. strategi baru serta maupun evaluasi yang penerimaan kontinu pada siswa baru SMP penerapan Negeri 01 pembelajaran Patebon Kendal kurikulum 2013 dan MTs. Negeri untuk peningkatan Kendal yang kompetensi siswa mengedepankan guna menjaring seleksi peluang kompetensi dan penerimaan siswa kemampuan baru bagi lulusan MI bahasa atau Nahdlatul Ulama agama. Sukolilan Patebon Kendal. Berdasarkan matrik SWOT di atas dapat dilihat beberapa potensi yang mempengaruhi penerapan kurikulum 2013 pada pembelajaran

JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 143 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sukolilan Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Potensi internal maupun eksternal tersebut dapat berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut diperoleh dari hasil penelitian baik melalui observasi, wawancara, maupun data dokumentasi. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa betapapun hebatnya suatu perencanaan strategi, apabila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan madrasah. Oleh karena dalam kegiatan perencanaan strategis analisis SWOT dalam penyelenggaraan madrasah dapat membantu pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, fasilitas madrasah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT memungkinkan madrasah mengeksploitasi peluangpluang masa depan ketika melawan tantangan dan persoalan-persoalan, dan melakukan penemuan strategis pada kompetensi dan kekuatan khusus, keseluruhan proses manajemen strategi secara konseptual menjadi analisis SWOT, sebab sebuah SWOT mengkin memberi kesan sebuah perubahan lainnya di dalam misi, tujuan, kebijakan dan strategi madrasah. Subtansi premis perencanaan yang terkandung dalam empat komponen di atas, berisi akumulasi hasil analisis situasi atau bagian dari perencanaan yang menurut Steinner disitir Ahmad Arif Junaedi, perlu mempertimbangkan beberapa hal penting antara lain : 1. Harapan-harapan masyarakat di luar sistem 2. Harapan manajer dan tenaga kependidikan organisasi 3. Data base yang berisi informasi kondisi masa lalu, kondisi saat ini, dan kondisi yang akan datang. 4. Melakukan analisis dengan menggunakan teknik Wots Up analisis.19 Tahap selanjutnya adalah memformulasikan master strategis dan program strategis. Master strategis meliputi kegiatan pengembangan misi utama, tujuan, dan kebijakan. Sedangkan program strategis menyangkut pengadaan, penggunaan, dan pengaturan sumber-sumber untuk kepentingan suatu kegiatan. Adapun bidang kajiannya meliputi semua aktivitas organisasi pendidikan seperti profit, organisasi, produksi, 19 Ahmad Arif Junaedi, Manajemen Penjaminan Mutu Internal, Sekapur Sirih disampaikan dalam Workshop Sosialisasi Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Kopertais Wilayah X Jawa Tengah, 23 Juni 2014 di Bandungan Kabupaten Semarang.

144 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

relasi atau hubungan masyarakat, administrasi pendidik dan tenaga kependidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, keuangan, pengelolaan perpustakaan, peningkatan mutu tenaga pendidikan dan kependidikan dan sebagainya. Program menejemen strategis tersebut selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam program jangka menengah dan program jangka pendek, atau jangka panjang, kemudian dilanjutkan dengan implementasi dan evaluasi program. Konsep Dasar Manajemen Mutu Madrasah ibtidaiyah Secara umum, mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuasakan kebutuhan yang diharapakan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.20 Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia (kepala madrasah, guru termasuk guru BP, karyawan dan siswa) dan sumber daya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan dan sebagainya). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi madrasah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana dan program. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh madrasah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karean itu rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkt kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses tersebut disebut input, sedang sesuatu hasil dari proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (madrasah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan proses belajar mengajar memilki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan proses lainnya. 20 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta : Kencana, 2007), hlm. 98 JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 145 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input madrasah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benarbenar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahawa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, tetapi pengetahuan tesebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya).21 Output pendidikan adalah merupakan kinerja madrasah. Kinerja madrasah adalah prestasi madrasah yang dihasilkan dari proses/perilaku madrasah. Kinerja madrasah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output madrasah, dapat dijelaskan bahwa output madrasah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi madrasah, khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, nilai ujian akhir, karya ilmiah, lomba-lomba akademik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu madrasah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaaan, pelaksanan, dan pengawasan.22 Hasil atau output pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan tertentu. Keunggulan akademik tersebut dinyatakan dengan nilai yang dicapai peserta didik. Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperolah peserta didik atau siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. Mencapai standar mutu madrasah ibtidaiyah diperlukan manajemen starategi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa strategi merupakan penentuan suatu tujuan jangka panjang dari suatu lembaga dan aktivitas yang harus dilakukan guna mewujudkan tujuan tersebut, 21 Muhaimin, at all, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm. 17 22 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pedidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1999), hlm. 42.

146 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

disertai alokasi sumber yang ada sehingga tujuan dapat diwujudkan secara efektif dan efesien. Penentuan tujuan dan aktivitas yang dilakukan bermula dari kondisi saat ini yang ada dan kondisi yang akan dicapai masa depan sebagai tujuan. Terdapat tiga perencanaan strategis yang berkaitan dengan peningkatan mutu madrasah, yaitu strategi yang menekankan pada hasil (the output oriented strategy), strategi yang menekankan pada proses (the process oriented strategy), dan strategi komprehensif (the comprehensive strategy). Strategi yang menekankan pada hasil bersifat top down, di mana hasil yang akan dicapai baik kuantitas maupun kualitas telah ditentukan dari atas, bias dari pemerintah pusat, pemerintah daerah propinsi, ataupun pemerintah daerah kabupaten/kota. Kasus di Indonesia saat ini, hasil yang harus dicapai misalnya telah dirumuskan dalam Standar Kopetensi Lulusan dan Standar Kompetensi Dasar. untuk mencapai standar yang telah ditetapkan pemerintah juga akan menetapkan berbagai standar yang lain, seperti standar proses, standar pengelolaan, standar fasilitas, dan standar tenaga pendidik. Strategi yang menekankan pada hasil ini akan sangat efektif karena sasarannya jelas dan umum, sehingga apabila diikuti dengan pedoman, pengendalian dan pengorganisasian yang baik serta kebijakan yang memberikan dorongan sekaligus ancaman bagi yang menyimpang, strategi ini akan akan sangat efesien. Namun, dibalik kebaikan tersebut strategi ini juaga mengandung sisi kelemahan yakni akan terjadi kesenjangan yang semakin besar antara madrasah yang maju dan madrasah yang terbelakang. Madrasah yang sudah siap untuk mencapai hasil yang ditentukan akan dengan mudah mencapainya, sebaliknya madrasah yang tidak siap sulit untuk mencapai hasil yang ditentukan dan akan muncul upaya-upaya yang tidak sehat atau muncul keputus-asaan. Strategi yang menekankan pada prosesi muncul, tumbuh berkembang dan digerakkan mulai dari bawah, yakni madrasah sendiri. Pelaksanaan strategi ini sangat ditentukan oleh inisiatif dan kemampuan dari madrasah. Karena madrasah memilki peran yang sangat menentukan dan sekaligus pengambil inisiatif, maka akan muncul semangat dan kekuatan dari madrasah sesuai kondisi dari masing-masing madrasah. Gerakan untuk memperkuat diri dengan bekerjasama diantara madrasah akan lahir yang akan diikuti dengan munculnya berbagai inovasi dan kreasi dari bawah. Namun, strategi ini memiliki kelemahan yaitu arah dan kualitas madrasah tidak seragam, sehingga sulit untuk melihat dan meningkatkan kualitas secara nasional.

JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 147 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

Seperti layaknya, kalau ada dua pendapat yang bertolak belakang akan muncul pendapat ke tiga yang merupakan perpaduan diantaranya. Demikian pula dalam kaitan dengan strategi, muncul strategi peningkatan mutu madrasah yang ketiga yang merupakan kombinasi dari dua strategi yang sudah ada. Strategi ini disebit strategi yang komprehensif (the comprehensive strategy). Strategi ini menggariskan bahwa hasil yang akan dicapai lembaga madrasah ibtidaiyah ditentukan secara nasional, yang diwujudkan dalam dalam standar nasional. Untuk mencapainya maka berbagai standar yang berkaitan dengan hasil juga ditentukan sebagai jaminan hasil akan dicapai. Maka lahir lah pula standar proses, standar pengelolaan madrasah/madrasah, standar guru, kepala madrasah/madrasah dan pengawas, standar keuangan, standar isi kurikulum, serta standar sarana prasarana. Di balik standar yang telah ditentukan dari atas tersebut, madrasah/madrasah memiliki kekuasaan dan otoritas yang besar untuk mengelola madrasah dalam rangka mencapai standar hasil di atas. Berdasarkan strategi ini diperkiarakan akan muncul berbagai inovasi kegiatan dari madrasah/madrasah. Bahkan, tidak mustahi akan muncul kenekaragaman dalam pengelolaan madrasah/madrasah. Dengan demikian kondisi dan kebutuhan lokal terakomodasi dengan strategi komprehensif. Tujuannya bersifat nasional tetapi cara mencapainya sesuai dengan kondisi lokal. Manajemen strategi dalam rangka untuk peningktan mutu madrasah yang ada di Negara Indonesia cenderung pada strategi yang ketiga ini, sebagimana dapat ditunjukkan dengan adanya berbagai standar nasional yang menjadi acuan madrasah, namun madrasah diberi kebebasan dalam bentuk kebijakan manajemen berbasis madrasah dan kurikulum 2013. Setiap strategi mengandung kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan ini pada intinya adalah menggerakkan semua komponen madrasah yang bermuara pada peningkatan kualitas lulusan. Strategi untuk meningkatkan mutu madrasah ibtidaiyah mencakup membangun kapasitas level birokrat, madrasah dan kelas. A. Analisis Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan melakukan kajian secara menyeluruh, spisifik, sampai ke akar-akarnya tentang hakikat manusia, yang mencakup pandangan hidup. Secara filsafat ditentukan nilai-nilai yang luhur dan digambarkan manusia yang ideal menurut gambaran

148 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

masyarakat.23 Pendekatan filosofis menjadi landasan yang penting dalam menentukan tujuan dan program manajemen strategi peningkatan mutu madrasah ibtidaiyah, karena faktor kunci pada manajemen adalah faktor manusia. Manusia sebagai pencetus dan pelaksana manajemen strategi dan mutu madrasah ibtidaiyah, memiliki hakikat kemanusiaan yang disebut kemandirian (individualitas) berupa kesadaran akan identitas diri yang berbeda antara satu dengan lainnya, dan juga berbeda dari binatang. Kesadaran itu dimiliki manusia sebagai individu karena kehadiran individu yang lain, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.24 Setiap individu hanya akan merasakan kehidupannya berarti dan bermakna, ketika mereka saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Setiap individu tidak dapat melepaskan saling ketergantungan yang mendorongnya untuk saling berkomunikasi sebagi perwujudan hakikat sosialitasnya sebagai manusia. Saling keterhubungan itu menghasilkan kehidupan bersama dalam kebersamaan, yang hanya akan berlangsung secara efektif dan efisien di dalam norma-norma/nilai-nilai yang diterima dan dihormati oleh setiap individu yang saling berhubungan itu. Kemampuan menerima dan menghormati nilai-nilai itu menurut Murthadha Muthahhari didasari oleh hakikat moralitas yang dimiliki manusia sebagai makhluk normatif, untuk memungkinkannya menjalani kehidupan bersama dan kebersamaan secara umum, tertib, tenteram, dan damai.25 Hakikat manusia yang mendorongnya untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat itu, menurut Hadari Nawawi secara khusus diwujudkannya dengan membentuk berbagai organisasi. Perbedaan organisasi yang dibentuk manusia itu didasari oleh kodratnya sebagai 23 Kata kunci manusia ideal menurut gugusan pemikiran Suparman Syukur adalah manusia yang menjaga muru`ah atau kehormatan dan kemulian diri. Lihat Suparman Syukur, Etika Religius, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 177. 24 Secara seksama pemikiran filosofis al-Mawardi tentang penciptaan manusia adalah bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai kelebihannya, secara diametris menunjukkan, bahwa manusia berbeda dari binatang. Secara naluriah binatang lebih cenderung ingin menang sendiri dan mengucilkan dirinya dari keterlibatan sosial dari hewan lainnya atau kelompoknya. Sedangkan manusia, dengan naluri penciptaannya selalu membutuhkan lainnya dari bani jinsihi, karena manusia menyadari atas kelemahannya. Lihat Imam al-Mawardi, Adab al-Dunya wa al-Din, (Cairo : Al-Matba`ah alAmiroh, 1955), hlm. 82. 25 Murtadha Muthahhari, Pengantar Epistemologi Islam: Sebuah Pemetaan dan Kritik Epistemologi Islam atas Paradigma Pengetahuan Ilmiah dan Relevansi Pandangan Dunia, (Jakarta : Sadhra Press, 2010), hlm. 27. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 149 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

makhluk yang memiliki kebutuhan yang sama, yang kerap kali sulit dipenuhi melalui usaha-usaha secara perorangan atau individual, dan sebaliknya akan lebih mudah dipenuhinya jika diusahakan secara bersama-sama.26 Perilaku manusia pada sebuah organisasi memiliki ragam variabel yang mempengaruhinya, baik dari individu, variabel lingkungan atau organisasi. Hal ini membawa implikasi praktik manajerial yang efektif untuk mengakui perbedaan perilaku individu, dan mungkin dipertimbangkan ketika melakukan pekerjaan atau tugas. Mengapa individu melakukan tindakan tertentu, kebutuhan apa yang ingin mereka penuhi. Perilaku individu inilah yang nantinya diakui dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan produktivitas individu dan kelompok, yang berpengaruh terhadap tujuan organisasi. Mewujudkan tujuan tersebut, Hasibuan menyarankan agar pemimpin organisasi/manajer dalam memimpin bawahannya harus mampu memberikan dorongan, pengarahan, bimbingan, penyuluhan, pengendalian, keteladanan, ketegasan, dan kejujuran, agar para bawahan mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.27 Mewujudkan tujuan di atas diperlukan suatu rancangan yang didasarkan pada observasi dan eksperimen tentang hubungan fenomenafenomena yang muncul sehingga dihasilkan sebuah kerangka manajemen strategi dan mutu madrasah ibtidaiyah untuk menentukan formulasi yang tepat agar tujuan organisasi madrasah ibtidaiyah dapat dikelola secara efektif dan efisien. Dengan manajemen strategi dan manajemen mutu ini, dapat ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, cara yang termudah untuk mengerjakan pekerjaan, dana yang termurah untuk membiayai pekerjaan, waktu yang tersingkat untuk melaksanakan pekerjaan, alat yang tepat untuk memperingan beban dan memperpendek jarak melaksanakan pekerjaan, dan mencapai mutu/out lembaga pendidikan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan madrasah ibtidaiyah. Ada tujuh konsep teori manajemen yang berkembang saat ini untuk dipertimbangkan penerapannya di madrasah dengan bagan sebagai berikut:

26 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi Bidang Pendidikan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2005), hlm. 4. 27 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 14

150 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

The Contingency Approach The Neo Human Relitions The Sytem Approch The Quantitative School The Bahavioir School Classical Management Theories Classical Management Theorites Berdasarkan runtutan gugusan pemikiran di atas, seorang manager sebagai penentu kebijakan (leadership) harus memahami betul falsafah manajemen sebagai dasar merancang konsep dasar manajemen strategi yang akan diaplikasikan pada organisasi yang dipimpinnya, yakni madrasah ibtidaiyah. Dalam hal ini Bennis dan Goldsmith sebagaimana dikutip Sudarwan Danim mengemukakan teori manajemen pada tataran filosofis : “Managing is about efficiency. Managing is about how. Management is about system controls, procedures, ploces and structure. Management is about copying, about managing the status quo. Managing looks at the horizon, not just the bottom line”.28 Mengelola berkaitan dengan efisiensi. Mengelola berkaitan dengan bagaimana. Manajemen berkaitan dengan sistem pengendalian. Manajemen berkaitan dengan pengkopian (copying), tentang mengelola status quo. Manajemen berkaitan pandangan jauh ke depan, tidak hanya untuk lini bawah. Berdasarkan pemaparan di atas, konsep dasar manajemen strategi dan mutu madrasah ibtidaiyah secara filosofis mendasari sebuah kepemimpinan agar mampu membangun kehidupan organisasi madrasah ibtidaiyah dengan mengembangkan budaya yang disebut nilai-nilai ekselensi/keunggulan ajaran Islam yang dalam istilah Sudarwan Danim disebut value of exellence. Organisasi manajemen memerlukan pimpinan/manajer yang mengerti benar perkembangan dan konsep dasar manajemen strategi dan manajemen mutu agar pemimpin atau manajer 28 Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalamadrasahan, Visi dan Strategi Sukses, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm. 5-6 JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 151 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

tersebut memiliki visi yang bijaksana dan mampu mengilhami staf/pekerja dan semua komunitas organisasi.29 Konteks pendidikan nasional, visi pendidikan bangsa Indonesia tertuang pada cita-cita Kemendibud yang lebih ditekankan pada pendidikan transformatif, dengan menjadikan pendidikan sebagai motor penggerak perubahan dari masyarakat berkembang menuju masyarakat maju.30 Secara lebih spesifik visi Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2014 adalah terselenggaranya layanan manajemen prima pendidikan Nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas Komprehensif.31 Suatu ketika di bulan Pebruari 2014 kemarin, saya menghadiri pembinaan Irjen Kemenag RI di Kemenag Kendal yang dibina langsung oleh Ahmad Furqon. Saat itu saya merasa sangat terkejut mendengar kenyataan bahwa rata-rata semua organisasi yang membidani kependidikan di bawah Kemenag mempunyai manajemen yang sangat lemah sekali, termasuk dalam daftar yang disebutkan pak Irjen adalah IAIN Jakarta (mudah-mudahan IAIN kampus tercinta tidak termasuk di dalam daftarnya). Berdasarkan refleksi singkat pembinaan tersebut, ada empat model kesalahan arah dalam pelaksanaan manajemen tersebut. Pertama, adanya spesialisasi pekerjaan yang dangkal; Kedua, adanya jenjang yang terlalu panjang dalam struktur manajemen; Ketiga, adanya kesenjangan antara visi organisasi dengan kegiatan kerja dalam tingkatan organisasi; dan Keempat, adanya struktur kompensasi pada manajemen. 29 Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalamadrasahan, Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm. 6 30 Tataran filosofis, pembentukan masyarakat maju selalu diikuti oleh proses transformasi struktural, yang menandai suatu perubahan dari masyarakat yang potensi kemanusiaannya kurang berkembang menuju masyarakat maju dan berkembang yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimal. Bahkan pada era global, transformasi itu berjalan dengan sangat cepat yang kemudian mengantarkan masyarakat Indonesia pada masyarakat berbasis pengetahuan. Lihat Endong Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 19 31 Ciri-ciri layanan manajemen prima yaitu: 1) Tersedia secara merata di seluruh pelosok Nusantara; 2) Terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 3) Berkualitas/bermutu dan relevan dengan kebutuhankehidupan bermasyarakat, dunia usaha, dan dunia industri; 4) Setara bagi warga negara Indonesiadalam memperoleh pendidkan berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosialbudaya, ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya; dan 5) Menjamin kepastian bagi warga negara menyenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri. Lihat Endong Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 20.

152 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

Mengatasi kesalahan pelaksanaan manajemen tentunya memerlukan solusi alternatif. Saya teringat teori manajemen berdasarkan tujuan (MBT) yang dikemukakan Drucker (1975). Dructer pernah memberikan rekomendasi terhadap pengaruh yang sangat merugikan dari kesalahan penanganan manajemen dan dapat diatasi dengan MBT. Teori ini dimulai dari penentuan secara definitif sasaran yang ingin dicapai. Menurut Drucker, terdapat tiga cara untuk menemukan struktur yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Ketiga hal tersebut adalah analisis kegiatan, analisis hubungan, dan analisis keputusan. Masingmasing langkah tersebut dalam pelaksanaannya memerlukan deskripsi yang jelas, sehingga poin demi poin dari semua kegiatan manajemen dapat dianalisis dengan jelas. Analisis kegiatan ini dapat meningkatkan fungsi-fungsi seperti produksi, pemasaran, dan pelayanan. Analisis hubungan ternyata berbeda di antara berbagai organisasi. Analisis keputusan memiliki empat karakteristik pengawasan yaitu : 1) Tingkat kewenangan dalam pengambilan keputusan; 2) Adanya tanggung jawab yang luas dari organisasi merupakan hasil dari suatu keputusan yang telah diambilnya; 3) Pengaruh suatu keputusan terhadap fungsi-fungsi yang lain; dan 4) Ketergantungan suatu keputusan pada faktor-faktor politik, sosial, dan etika dalam organisasi. Simpulan Manajemen strategi dan mutu madrasah ibtidaiyah secara spesifik berguna untuk menentukan cara/strategi agar sebuah organisasi dapat dikelola secara efektif dan efisien. Dengan teori, dapat ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, cara termudah mengerjakan pekerjaan, dana termurah membiayai pekerjaan, waktu tersingkat melaksanakan pekerjaan, alat yang tepat untuk memperingan beban dan memperpendek jarak melaksanakan pekerjaan, serta menghasilkan kualitas atau mutu sesuai dengan visi, misi, dan tujuan madrasah ibtidaiyah. Konsep manajemen dalam konteks madrasah ibtidaiyah secara filosofis mendasari sebuah kepemimpinan agar mampu membangun kehidupan organisasi madrasah ibtidaiyah dengan mengembangkan budaya yang disebut nilai-nilai ekselensi/keunggulan (value of exellence) ajaran Islam. Organisasi manajemen madrasah ibtidaiyah memerlukan pimpinan/manajer yang mengerti benar konsep dasar manajemen strategi dan mutu madrasah ibtidaiyah agar manajer tersebut memiliki visi yang bijaksana dan mampu mengilhami staf/pekerja dan semua komunitas organisasi madrasah ibtidaiyah. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 153 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Masudah

Terdapat beberapa kesamaan implementasikan manajemen strategi dan mutu pada organisasi profit dan non-profit lembaga pendidikan umum dan lembaga madrasah ibtidaiyah. Meskipun terdapat pula berbagai perbedaan yang prinsipil di antara kedua organisasi tersebut. Perbedaan implementasi manajemen kedua jenis organisasi tersebut terutama didasari ketidaksamaan Visi, Misi, dan Tujuannya, sehingga berbeda pula pada teknis implementasi manajemennya, meskipun unsur-unsurnya yang diimplementasikan tidak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya

DAFTAR PUSTAKA Al-Mawardi, Imam, 1955, Adab al-Dunya wa al-Din, Cairo : Al-Matba`ah alAmiroh. Arikunto, Suharsimi, dan Yuliana, Lia, 2012, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta : Aditya Media bekerjasama dengan UNJ Yoagyakarta. Bailey, William J., 1991, Schhol-Site Management Applied, Lancaster-Basel : Technomic Publishing CO.INC. Benston, Luwis R., 1972, Supervision and Management, New York : McGraw Hill Book Company. Danim, Sudarwan, dan Suparno, 2009, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalamadrasahan, Visi/Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta. Darmono, 2001, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Madrasah, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Fatah, Nanang, 2009, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya. Gomes, Faustino Cardoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yoyakarta : Andi Offset. Hadjisarosa, Poernomosidi, 1997, Naskah 1: Butir-Butir untuk Memahami Pengertian Mengenali Manajemen Secara Utuh dan Benar, Jakarta : STIE Mitra Indonesia. Hamalik, Oemar, 2012, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : Remaja Rosdakarya. Hanafi, Mamduh M., 1997, Manajemen, Yogyakarta : Unit Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Hasibuan, Malayu S.P., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara.

154 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016

Konsep Dasar Manajemen Strategi dan Mutu Madrasah Ibitidaiyah

Hill, Winfred F., 2009, Theories of Learning, Bandung : Nusa Media. Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem Madrasah ibtidaiyah, Jakarta : Logos Masudah, 2014, Membangun Paradigma Madrasah ibtidaiyah Modern, Jakarta : Jurnal Didaktika Islamika. Muhaimin, at. All, 2010, Manajemen Pendidikan, Jakarta : Logos Mulyasa, Endong, 2013, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : Remaja Rosdakarya. Muthahhari, Murtadha, 2010, Pengantar Epistemologi Islam: Sebuah Pemetaan dan Kritik Epistemologi Islam atas Paradigma Pengetahuan Ilmiah dan Relevansi Pandangan Dunia, Jakarta : Sadhra Press. Nawawi, Hadari, 2005, Manajemen Strategik, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi Bidang Pendidikan, Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Pidarta, Made, 2004, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta. Rosada, Dede, 2004, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta : Kencana. Rowe, 1989, Strategic Management, A Methodological Approach, New York an Co: Addison-Wesley Publishing Company. Sagala, Syaiful, 2000, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung : Alfabeta. Siagian, Sondang P., 1985, Filsafat Administrasi, Jakarta : Gunung Agung. ________________, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara. Syukur, Suparman, 2007, Etika Religius, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 155 Volume 7 Nomor 1 Pebruari 2016