KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA PADA ANAK USIA DINI MUTIARA MAGTA PGPAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jl. Udayana No. 11, Bali. E-mail:
[email protected]
Abstract: The aim of this study is to detect the form of development from the application of Ki Hajar Dewantara’s education concept in early childhood. By using qualitative methods approach, this research was conducted in two places, Taman Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta and Taman Indria Jakarta. Research was carried out by observation, interview and documentation. Data were analyzed using the Miles and Huberman technique, through the process of data reduction, data display and research data verification. The results of data analysis indicate (1) that the concept of education Ki Hajar Dewantara always applicable (2) forms of activities for early childhood education is to develop the senses, such as playing, singing, dancing and storytelling (3) the education process is done by cultural approach as playing traditional games, sing traditional songs, storytelling, using surround natural materials as learning media is a unique of the concept of education Ki Hajar ewantara, (4) factors that hinder and support the implementation of Ki Hajar Dewantara’s education concept from the school, external and internal factors. Keyword: The concept of education Ki hajar Dewantara, early childhood
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi pengembangan penerapan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif, dilakukan didua tempat Taman Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan Taman Indria Jakarta. Penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan teknik Miles dan Huberman, melalui proses reduksi data, display data dan verifikasi data peneliti. Hasil analisis data menunjukkan (1) konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara selalu berlaku; (2) bentuk kegiatan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan indra, seperti bermain, bernyanyi, menari dan bercerita; (3) proses pendidikan dilakukan dengan pendekatan budaya seperti permainan tradisional, menyanyikan lagu-lagu tradisional, bercerita, menggunakan bahan alami sebagai media pembelajaran adalah keunikan dari konsep pendidikan Ki Hajar ewantara, (4) factor internal dan eksternal yang menghambat dan mendukung pelaksanaan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara di sekolah. Kata kunci: Konsep pendidikan Ki hajar Dewantara, anak usia dini
Pendidikan
adalah
sesuatu
yang
pendidikan
itu
diselenggarakan
universal dan berlangsung terus dan
sesuai dengan pandangan hidup dan
tak terputus dari generasi ke genarasi
dalam latar sosial-kebudayaan setiap
di manapun di dunia ini. Upaya
masyarakat tertentu. Keberhasilan
memanusiakan
anak usia dini dalam pendidikan
manusia
melalui
221
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
sangat
bergantung
pada
orang
menjadikan
belajar
menulis,
dewasa, yaitu orang tua dan guru.
membaca dan berhitung sebagai
Sesuai dengan pengertian pendidikan
kegiatan inti. Orang tua dan guru
anak usia dini yang tercantum dalam
seakan memaksakan harapan anak
UU RI No.20 Tahun 2003 tentang
kepada anak untuk menjadi pintar
Sistem Pendidikan Nasional Bab 1
secara akademik dan melupakan
Pasal 1 Butir 14 yang menyatakan
kodrat anak untuk tumbuh serta
bahwa pendidikan anak usia dini
berkembang secara alami.
adalah suatu upaya pembinaan yang
Ki Hajar Dewantara, seorang
ditujukan kepada anak sejak lahir
tokoh
sampai
yang
menyatakan bahwa pendidikan anak
pemberian
usia dini merupakan masa peka atau
usia
dilakukan
enam
tahun
melalui
rangsangan
pendidikan
membantu
pertumbuhan
pendidikan
nasional
untuk
masa penting bagi kehidupan anak,
dan
dimana pada masa tersebut masa
perkembangan jasmani dan rohani
terbukanya
agar anak memiliki kesiapan dalam
segala pengalaman yang diterima
memasuki pendidikan lebih lanjut.
anak pada masa usia di bawah tujuh
Pernyataan
tahun akan menjadi dasar jiwa yang
tersebut
menguatkan
jiwa
anak
pemahaman bahwa anak usia dini
menetap,
sangat
pendidikan di dalam masa peka
membutuhkan
“pembina”
untuk
seorang
tumbuh
dan
berkembang.
sehingga
sehingga
bertujuan menambah isi jiwa bukan merubah dasar jiwa. Lebih lanjut, Ki
Kenyataannya
pendidikan
Hajar Dewantara mengatakan bahwa
bagi anak usia dini saat ini hanya
pendidikan
diselenggarakan
untuk
untuk
mengembangkan
kemampuan
pendidikan selama
anak
mengancam.
situasi
mengelilinginya.
budaya
Hampir
yang semua
lembaga pendidikan anak usia dini
yang
anak
kognitifnya saja dan menjauhkan dari
pentingnya
tidak
Ki
usia yang ada
Hajar
diselenggarakan dini
adalah
membebaskan bahaya
yang
Dewantara
mendirikan Taman Indria (sebutan 222
Konsep Pendidikan… Mutiara Magta
lain dari Taman Kanak-kanak) di
konsep
Yogyakarta sebagai langkah awal
Dewantara saat ini?. Secara khusus
dalam perjuangannya menciptakan
muncul pertanyaan-pertanyaan yang
bangsa yang merdeka setelah lama
menjadi rinci: (1) bagaimana proses
berkecimpung
dunia
penerapan konsep pendidikan Ki
jurnalistik. Saat ini Taman Indria
Hajar Dewantara pada anak usia
sudah menyebar di hampir seluruh
dini?; (2) apa relevansi konsep
wilayah
pendidikan
melalui
Indonesia
termasuk
di
pendidikan
Ki
Ki
Hajar
Hajar
Dewantara
Jakarta. Tidak hanya taman indria,
terhadap kebutuhan bangsa Indonesia
namun
juga
saat ini?; (3) apa yang menjadi
didirikan oleh Ki Hajar Dewantara
keunikan dari konsep pendidikan Ki
yaitu, taman muda (SD), taman
Hajar Dewantara?; (4) faktor apa saja
dewasa
yang
jenjang
(SMP),
berikutnya
Taman
Madya
mempengaruhi
penerapan
(SMA). Seluruh jenjang ini masuk
konsep Ki Hajar Dewantara saat ini?;
dalam
(5)
sekolah
yang
disebut
Adakah
Perguruan Taman Siswa. Sayangnya,
penyelenggaraan
seiring berjalannya waktu ajaran Ki
khususnya
Hajar Dewantara pun mulai luntur,
Jakarta?
di
perbedaan Taman
Indria
Yogyakarta
dan
kalimat terkenal “tutwuri handayani”
Berdasarkan latar belakang
pun tampaknya mulai hilang dari
masalah penelitian di atas maka
dunia pendidikan nasional, padahal
tujuan
tutwuri handayani dijadikan sebagai
menyusun
semboyan
bangsa
penerapan konsep pendidikan Ki
Indonesia. Guru-guru hanya mampu
Hajar Dewantara pada anak usia dini,
menyebutkan
menyusun
pendidikan
tanpa
mampu
penelitian
ini
informasi
informasi
tentang
tentang
menjelaskan apa makna dari kalimat
relevansi
tersebut.
Hajar Dewantara terhadap kebutuhan
Melihat kenyataan tersebut muncul
pertanyaan
konsep
adalah
pendidikan
Ki
bangsa Indonesia saat ini, menyusun
peneliti,
informasi tentang keunikan konsep
bagaimana perkembangan penerapan
pendidikan Ki Hajar Dewantara, dan 223
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
menyusun informasi tentang faktor
memiliki sifat aktif dan penuh rasa
penghambat dan faktor pendukung
ingin tahu sehingga membentuk
penerapan konsep pendidikan Ki
pengetahuan
Hajar Dewantara saat
melalui
ini
serta
dan proses
pemahaman pengalaman
menyusun
informasi
tentang
beradaptasi
perbedaan
penerapan
konsep
(Mcdevitt, 2004). Montessori juga
pendidikan Ki Hajar Dewantara di
menyatakan hal sama, menurutnya
Yogyakarta dan Jakarta.
anak memiliki bawaan, kemampuan dan
Beberapa
ahli
pendidikan
lingkungan
perkembangannya
masing,
Anak Usia Dini
dengan
sehingga
membutuhkan
masing-
setiap
anak
perhatian
secara
(Montessori,
2008).
mencetuskan teori-teori yang melatar
individual
belakangi
berkembangnya
Dengan demikian, dapat dipahami
pendidikan anak usia dini. John
bahwa setiap anak usia dini memiliki
Locke
sifat bawaan dan kemampuan yang
menyatakan
bahwa
anak
seperti kertas putih, baik buruknya
berbeda
anak dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya menjadi media belajar
(Morrison, 2007). Pernyataan John
untuk
Locke
mengembangkan kemampuan yang
berbeda
Schopenheur
yang
dengan
teori
menyatakan
dimana
lingkungan
memunculkan
dan
dimilikinya.
bahwa anak sangat dipengaruhi oleh faktor pembawaan yang bersifat
Proses Pendidikan Anak Usia Dini
kodrati dan tidak dapat diubah oleh
Menurut Ki Hajar Dewantara
lingkungan. Pernyataan kedua ahli tersebut
dibantah
menurutnya
anak
Dipengaruhi
Stern,
Frőbel yang memberikan kebebasan
dipengaruhi
pada anak yang diatur secara tertib
oleh
keduanya, baik itu lingkungan dan
dan
faktor bawaan.
membebaskan
oleh
pemikiran
pemikiran
Montessori anak-anak
yang
seakan-
Pernyataan Stern didukung
akan secara tak terbatas, maka Ki
Piaget,
Hajar
menurutnya
anak
Dewantara
merumuskan 224
Konsep Pendidikan… Mutiara Magta
sebuah
semboyan
“tutwuri
dan seterusnya. Oleh sebab itu,
yakni
memberi
keteladanan mutlak dibutuhkan oleh
handayani”
kebebasan yang luas selama tidak
anak-anak,
ada bahaya yang mengancam kanak-
menyebutnya
kanak. Inilah sikap yang terkenal
Tulada, dimana guru harus menjadi
dalam hidup kebudayaan bangsa kita
teladan untuk anak didiknya.
sebagai sistem “among”.
Ki
Hajar Ing
Teori
Pendidikan anak usia dini
pemikiran
Ngarsa
yang
Ki
Dewantara Sung
mendukung
Hajar
Dewantara
berdasarkan pemikiran Ki Hajar
adalah teori Rousseau, yaitu orang
Dewantara didasarkan pada pola
dewasa berperan sebagai pendidik
pengasuhan yang berasal dari kata
dengan dukungan (support) kepada
“asuh”
memimpin,
anak untuk dapat berkembang secara
mengelola, membimbing. Pendidikan
alami. Elkind juga percaya bahwa
dilaksanakan
anak-anak membutuhkan dukungan
artinya
dengan
memberi
contoh teladan, memberi semangat
yang
dan
untuk
kegiatan yang dipilihnya sendiri
(Sujiono,
2009).
dengan tujuan untuk dapat bertahan
sesuai
dengan
dalam stres yang ada sekarang dalam
pernyataan Bandura, bahwa anak
lingkungan anak (Soemiarti, 2003).
mengobservasi
Dukungan
mendorong
berkembang Pemikiran
ini
anak
perilaku
orang
kuat
untuk
bermain
dan
yang diberikan dapat
dewasa dan menirunya. Lebih lanjut
berupa motivasi dan penyediaan
teori
Bandura
media belajar. Dalam sistem among,
perilaku,
hal ini disebut sebagai Ing Madya
lingkungan dan orang atau kognisi
Mangun Karsa. Jadi, kebebasan yang
merupakan faktor penting di dalam
diberikan
perkembangan.
Perilaku
dapat
sesungguhnya
mempengaruhi
individu
dan
kognitif
menyatakan
sosial bahwa
pada
anak
usia
dini
memerlukan
bimbingan yang bersifat keteladanan
sebaliknya individu tersebut dapat
sebagai
mempengaruhi
kepemimpinan orang dewasa dan
lingkungan,
lingkungan mempengaruhi seseorang
bentuk
membutuhkan
perwujudan
dorongan
atau 225
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
motivasi orang dewasa kepada anak
Pendekatan digunakan
secara alami
yaitu ketika anak
dalam pendidikan anak usia dini
bermain atau kegiatan-kegiatan yang
adalah dengan melalui permainan,
diminati anak.
nyanyian,
dilakukan
pembelajaran
Ki
Hajar
Hajar
yang
dalam menjalani proses hidupnya
Proses
Ki
budaya
Dewantara
dongeng,
olaraga,
yang
sandiwara, bahasa, seni, agama dan
Dewantara
lingkungan alam. Sejalan dengan
kepada anak usia dini dilakukan
teori
dengan pendekatan budaya yang ada
mangatakan bahwa perkembangan
dilingkungan anak-anak. Menurutnya
anak yang dipengaruhi oleh konteks
untuk
mikrosistem (keluarga, sekolah dan
menyempurnakan
perkembangan
Bronfenbrenner
yang
budipekerti
anak-
teman sebaya), konteks mesosistem
dilupakan
dasar
(hubungan keluarga dan sekolah,
yaitu
sekolah dengan sebaya dan sebaya
mementingkan segala unsur-unsur
dengan individu), konteks ekosistem
kebudayaan
(latar sosial orang tua dan kebijakan
anak
jangan
“Bhinneka
Tunggal
Ika”,
yang
dimasing-masing
baik-baik
daerah
kanak-
pemerintah)
dan
konteks
kanak sendiri, dengan maksud pada
makrosistem (pengaruh lingkungan
tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi
budaya,
melaksanakan
lingkungan sosial di mana anak
“konvergensi”
seperlunya, menuju kearah persatuan kebudayaan
Indonesia
norma,
agama,
dan
dibesarkan.
secara
Ki Hajar Dewantara juga
evolusi. sesuai dengan alam dan
menyatakan bahwa mendidik anak
jaman (Ki Hajar Dewantara, 1977).
kecil itu bukan atau belum memberi
Ki Hajar Dewantara membentuk
pengetahuan
sistem pendidikan yang bersumber
berusaha akan sempurnanya rasa
pada
dan
pikiran. Adapun segala tenaga dan
kepercayaan atas kekuatan sendiri
tingkah laku itu sebenarnya besar
untuk tumbuh.
pengaruhnya bagi hidup batin; juga
kebudayaan
sendiri
akan
tetapi
baru
hidup batin itu berpengaruh besar 226
Konsep Pendidikan… Mutiara Magta
atas
tingkah
laku
lahir.
Jalan
alamiah dan membebaskan. Namun
perantaranya didikan lahir ke dalam
dalam
batin yaitu panca indera. Maka dari
terdapat tuntunan dan bimbingan dari
itu latihan panca indera merupakan
pendidik
pekerjaan lahir untuk mendidik batin
bersumber
(pikiran, rasa, kemauan, nafsu dll).
lingkungan anak, dimana nilai budi
Pemikiran tersebut dilatari oleh
pemikiran
kepada pada
tersebut
anak
yang
kebudayaan
pekerti, nilai seni, nilai budaya,
dan
kecerdasan, ketrampilan dan agama
memberi
yang menjadi kekuatan diri anak
pelajaran panca indera tetapi tetap
untuk tumbuh berkembang melalui
yang diutamakan adalah permainan
panca inderanya. Kebudayaan yang
anak, kegembiraan anak, sehingga
dimaksud adalah kebudayaan sehari-
pelajaran panca indera diwujudkan
hari yang mengelilingi kehidupan si
menjadi
anak seperti nyanyian, permainan,
Montessori.
Frőbel
kebebasannya
Frőbel
barang-barang
menyenangkan
anak.
yang
Sedangkan
Montessori mementingkan pelajaran panca indera
dongeng,
alam
sekitar
dan
sebagainya.
dengan memberikan
kemerdakaan anak yang luas tetapi
METODE PENELITIAN
permainan tidak dipentingkan. Ki
Penelitian ini menggunakan
Hajar Dewantara menggabungkan
pendekatan penelitian kualitatif studi
keduanya,
pelajaran
kasus. Penelitian dilakukan di Taman
panca indera dan permainan anak
Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan
tidak terpisah. Segala tingkah laku
Taman Indria Jakarta pada tahun
dan segala keadaan hidupnya anak-
2012. Teknik pengumpulan data
anak sudah diisi oleh Sang Maha
dilakukan
Among (Tuhan) dengan segala alat-
wawancara dan dokumentasi, dimana
alat yang bersifat mendidik si anak.
sumber datanya adalah guru, anak,
menurutnya
Proses
pembelajaran
dengan
observasi,
pada
proses pembelajaran dan pengurus
anak usia dini menurut pemikiran Ki
Majelis Luhur sebagai pengayom
Hajar Dewantara berlangsung secara
dari Perguruan Taman Siswa. Data 227
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
dianalisis
dengan
menggunakan
pendekatan budaya seperti bermain
teknik analisis Miles dan Huberman
permainan
di mana cara menganalisis data
lagu daerah, cerita-cerita khas daerah
dengan mereduksi data, display data
dan menggunakan bahan-bahan alam
dan verifikasi data. Uji keabsahan
sekitar sebagai media belajar, serta
data dilakukan dengan perpanjangan
bahasa
pengamatan,
komunikasi.
meningkatkan
tradisional,
daerah
bernyanyi
sebagai
Pendekatan
alat budaya
ketekunan dan melakukan triangulasi
inilah yang menjadi keunikan dari
yaitu mengecek data dari berbagai
konsep
sumber, berbagai cara dan waktu
Dewantara.
serta teori yang ada (Sugiyono,
permainan
2005).
(bernyanyi),
pendidikan
Ki
Hajar
Kegiatan
seperti
tradisional,
nembang
cerita-cerita
daerah
selain dapat mengembangkan aspek perkembangan
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan lapangan,
maka
temuan hasil
di
pendidikan
juga
memuat
karakter
karena
penelitian
didalamnya terdapat banyak pesan
adalah bentuk kegiatan pembelajaran
moral yang bisa disampaikan kepada
di Taman Indria Ibu Pawiyatan
anak didik. Selain itu penggunaan
Yogyakarta
dan
bahasa
Jakarta
adalah
Taman
Indria kegiatan
daerah
komunikasi
sebagai
adalah
cara
alat untuk
pengembangan pancaindera seperti
melestarikan bahasa daerah yang
bermain,
semakin tergerus oleh bahasa asing.
bernyanyi,
bercerita,
menari, senam dan renang. Kegiatan-
Pendekatan
kegiatan tersebut tidak hanya dapat
merupakan
mengembangkan pancaindera namun
mengenalkan
juga aspek perkembangan yang lain,
kepada
seperti
Pengenalan
perkembangan
koginitif,
motorik, bahasa, sosial dan emosi. Kegiatan-kegiatan dilakukan
dengan
tersebut
menggunakan
langkah
budaya awal
budaya
anak-anak
dalam
Indonesia sejak
budaya
dini. akan
mengantarkan anak untuk mencintai budayanya
sendiri.
Inilah
yang
dibutuhkan oleh bangsa Indonesia 228
Konsep Pendidikan… Mutiara Magta
saat ini. Kecintaan terhadap budaya
anak
sendiri
rasa
mengungkapkan perasaan serta ide-
nasionalisme terhadap bangsa sendiri
ide anak. Namun demikian, ada
serta dapat melestarikan kekayaan
kalanya guru bersikap tegas terhadap
budaya bangsa Indonesia termasuk
anak.
bahasa. Hal ini juga mencerminkan
melakukan kegiatan-kegiatan yang
rasa
bentuk
akan membahayakan, tidak hanya
kemerdakaan yang luas, sesuai cita-
secara fisik namun juga terhadap
cita
yang
situasi yang membahayakan perilaku
Indonesia
anak. Guru akan menegur anak jika
maupun
anak berbicara dan bersikap yang
merupakan
percaya
Ki
diri
Hajar
menginginkan merdeka
bentuk
serta
Dewantara bangsa
secara
fisik
pemikiran.
Ini
bebicara
dilakukan
dan
saat
anak
nsosialve, situasi ini disebut sebagai
Proses dilakukan
untuk
pembelajaran
berdasarkan
yang
Tutwuri Handayani.
rumusan
Adapun faktor-faktor yang
sistem among yang dibuat oleh Ki
menghambat
Hajar
pendidikan
Dewantara.
Guru
selalu
penerapan Ki
Hajar
Dewantara
menjaga sikap dan bicaranya agar
adalah
menjadi teladan anak untuk bersikap
penataran terhadap guru mengenai
dan berbicara yang baik, situasi ini
ajaran Ki Hajar Dewantara, belum
adalah proses Ing Ngarsa Sung
ada tim supervisi yang mengawasi
Tulada bahwa guru berada di depan
penerapan
untuk menajdi contoh positif anak,
Dewantara, regulasi pemerintah yang
selain
berseberangan dengan ajaran Ki
itu
memotivasi
guru anak
juga didik
selalu sebagai
Hajar
kurang
konsep
maksimalnya
ajaran
Dewantara
Ki
dan
Hajar
keinginan
perwujudan Ing Madya Mangun
masyarakat yang mengingkan anak-
Karsa. Hal ini dilakukan untuk
anaknya
membantu
menulis di Taman Indria. Namun
tujuan
anak
didik
pembelajaran.
mencapai Guru
juga
demikian,
belajar
masih
membaca
ada
dan
faktor
memberikan kebebasan bagi anak
pendukung seperti masih adanya
seperti memberi kesempatan pada
beberapa
guru
dan
pengurus 229
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
Perguruan Taman Siswa yang masih
pendekatan multicultural anak didik
memahami
Hajar
Taman Indria Jakarta akan semakin
Dewantara, selain itu orang tua yang
kaya mengenai pengetahuan budaya
masih mempercayakan anak-anaknya
Indonesia yang sangat beragam.
untuk
Selain
ajaran
bersekolah
Ki
di
Perguruan
itu
melalui
pendekatan
Taman Siswa khususnya Taman
multicultural ini, anak belajar untuk
Indria.
menghargai setiap perbedaan yang Temuan
lapangan
menghasilkan
data
juga
ada,
sehingga
memupuk
yang
persatuan dan kesatuan.
rasa
menyebutkan bahwa ada perbedaan penerapan konsep pendidikan di
SIMPULAN
kedua Taman Indria. Perbedaan ini
Berdasarkan hasil penelitian
muncul pada pendekatan budaya
di atas, ditarik kesimpulan bahwa
sebagai keunikan konsep pendidikan
konsep
Ki Hajar Dewantara. Taman Indria
Dewantara
Ibu Pawiyatan Yogyakarta dengan
diterapkan,
sangat mudah melakukan pendekatan
penyesuaian terhadap perkembangan
budaya
budaya
saat ini. Pendidikan yang bersifat
sehari-hari anak hanya satu yaitu
kebangsaan dan nasionalisme selalu
budaya Jawa. Seperti yang sudah
dibutuhkan untuk mendidik jiwa
disebutkan
pendekatan
merdeka para anak bangsa agar
budaya tersebut dilakukan dengan
mampu mempertahankan persatuan
permainan
dan kesatuan serta selalu mencintai
karena
cerita-cerita
di
memang
atas,
tradisional, khas
nembang,
Jawa,
dan
tanah
pendidikan masih
Ki
Hajar
dapat
terus
namun
airnya
diperlukan
sehingga
mampu
menggunakan bahasa Jawa sebagai
berpikir dan bersikap mandiri demi
alat komunikasi. Sedangkan Jakarta,
kemajuan
dengan segala kompleksitas latar
budaya
belakang
masyarakat
merupakan keunikan dari konsep
membuat guru sulit untuk melakukan
pendidikan Ki Hajar Dewantara pada
pendekatan budaya. Padahal dengan
anak usia dini. Selain itu penerapan
budaya
bangsa. yang
Pendekatan
dilakukan
guru
230
Konsep Pendidikan… Mutiara Magta
konsep
pendidikan
Dewantara
Ki
Hajar
berkaitan
dengan
pemberian
kegiatan-kegiatan
pembelajaran
yang
dapat
mengembangkan pancaindera anak di Taman Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta
dan
Taman
Indria
Jakarta, sudah cukup baik. Kegiatan-kegiatan
pem-
belajaran yang diberikan pada anak didik adalah kegiatan yang dapat mengembangkan pancaindera dan aspek perkembangan melalui proses pendidikan sistem among, yaitu Ing Ngarsa Sung tulada, Ing Madya Mangun
Karsa
Handayani. internal
Adanya
maupun
menghambat
dan
Tutwuri
faktor-faktor
ekstenal
pelaksanaan
yang konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara di lingkungan Perguruan Taman Siswa.
DAFTAR PUSTAKA Bredekamp, Sue. Developmentally Approriate Practice in Early Education Program Serving from Birth Through Age 8. Washington: NAECY,1992. Brewer, Jo Ann. Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Grades. United States: Pearson Education Inc.,2007.
Crezwell, John W. Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches.New Delhi: Sage Publications, 2007. Dewantara, Ki Hajar. Pendidikan. Yogyakarta: Mejelis Luhur Persatuan Taman Siswa,1977. Dodge,Diane Trister, The Creative Curriculum For Preschool. Washington: Quality Books, Inc., 2009. Hall, Calvin S. & Gadner Lidsey, Theories of Personality.Canada: John Wiley and Sons, 1981. Jonker, Jan. dkk,Metodologi Penelitian.Jakarta: Salemba Empat, 2011. Kartono, Kartini. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju,2007. Ki Soenarno Hadiwijoyo dan Ki Sugeng Subagya, Sistem Among, Konsep dan Implementasinya.(Yogyakar ta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2005. McDevitt, Teresa M & Jeane Ellis Ormrod, Child Development, Educating and Working with Children and Adolescents. New Jersey: Pearson Education, 2004 Merriam, Sharan B. Qualitative Research and Case Study Applications in Education. San Fransisco: JosseyBass,1998. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005. 231
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
Montessori, Maria. The Absorbent Mind. Yogyakarta: Pustaka Belajar,2008. Morrison, S George. Early Childhood Education Today. United States: Pearson Merril Prentice Hall, 2007. Morrisson, Goerge S. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: Indeks, 2012. Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,2003. Pidarta, Made.Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Roopnarine, Jaipul L. dan James E. Johnson. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Berbagai Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Santoso, Soegeng. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pendirinya. Jakarta,2011. Santrock, John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga,2007. Solso, Robert L, Otto H. Maclim dan M Kimberly Maclim. Pikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga,2008. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2005. Sujiono, Yuliani Nurani.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks,2009. Surjomihardjo, Addurachman. Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah
Indonesia Modern. Jakarta: Sinar Harapan,1986. Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010. Suyuti, HA. “Pendidikan Sistem Among Pada Sekolah Dasar Taman Siswa” Jakarta,2003. Tirtaraharja, Umar. dan S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Wangid, Muhammad Nur. “Sistem Among Pada Masa Kini, Kajian Konsep dan Praktik Pendidikan”. Jurnal Kependidikan Vol.39 No.2 November 2009.
232