KORELASI LINGKAR DADA DENGAN STATUS FAALI ............................THAUFAN

Download frekuensi denyut jantung sebagai upaya pengeluaran panas dari dalam tubuh agar suhu tubuh relatif normal. ... mempengaruhi perubahan frekue...

0 downloads 466 Views 268KB Size
Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil KORELASI LINGKAR DADA DENGAN STATUS FAALI PADA KUDA KAVALERI (Kasus Di Detasemen Kavaleri Berkuda Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI-AD Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat) Thaufan Maulana Thamsil*, Sri Bandiati Komar Prajoga, dan An-An Yulianti Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 E-mail: [email protected] ABSTRAK Kuda kavaleri merupakan kuda tunggang yang memiliki daya kerja yang baik. Daya kerja dipengaruhi oleh fungsi kerja otot dan latihan yang teratur. Proses latihan pada kuda kavaleri memerlukan energi untuk melakukan aktivitas, yang dihasilkan oleh pergerakan otot dan akan menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi keadaan faali. Upaya untuk mengeluarkan panas yang terbentuk akan direspon oleh kuda dengan meningkatkan frekuensi respirasi dilanjutkan dengan peningkatan frekuensi denyut jantung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2015 di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat dan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara lingkar dada dengan status faali sebelum dan setelah latihan pada kuda kavaleri. Penelitian dilakukan dengan metode survei pada 30 ekor kuda kavaleri, yang dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara lingkar dada dengan status faali pada kuda jantan baik sebelum maupun setelah latihan. Korelasi antara lingkar dada dengan status faali pada kuda betina menunjukkan hasil yang berbeda pada korelasi dengan frekuensi denyut jantung yaitu korelasi positif baik sebelum maupun setelah latihan, sedangkan untuk korelasi antara lingkar dada dengan status faali yang lainnya menunjukkan hubungan negatif. Kata kunci: lingkar dada, status faali CORRELATION BETWEEN CHEST CIRCUMFERENCE WITH PHYSIOLOGICAL STATUS ON CAVALRY HORSES (Cases On Detasemen Kavaleri Berkuda Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI-AD Parongpong Lembang Bandung Barat District) ABSTRACT Cavalry horse was riding horses, that has good working power. Working power influenced by work function of muscles and exercises regularly. Process practice on cavalry horse requires energy to do activities, generated by muscles movement and will produce heat that can affect physiological status. Attempts to remove heat that formed will responded by horse in a way increased respiration frequency continued with increased in heart rate frequency. The research was held at May to June 2015 in Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav)

Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil Parongpong Lembang Bandung Barat district and aims to find out whether there is a correlation between chest circumference with physiological status before and after exercise on the cavalry horse. The research conducted by the survey method in 30 cavalry horse. The sample was selected by purposive sampling. Data analyzed using correlation analysis. The result showed there is a negative correlation between chest circumference with physiological status in castrated stallion both before and after exercise. Correlation between chest circumference with physiological status in mares showed different results on correlation with heart rate frequency, which has positive correlation both before and after exercise, while for correlation between chest circumference with other physiological status showed negative correlation. Keywords : chest circumference, physiological status 1.

PENDAHULUAN Kuda kavaleri merupakan salah satu kuda tunggang yang memiliki daya kerja yang baik. Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) TNI-AD Parongpong Lembang Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu kesatuan militer di Indonesia yang memanfaatkan kuda setelah lulus latihan atau remonte sebagai kuda kavaleri. Remonte adalah pelatihan dan pendidikan kuda yang merupakan salah satu program Denkavkud Pussenkav TNI-AD yang menitik beratkan kepada pendayagunaan kuda agar kuda peternakan di Denkavkud Pussenkav TNI-AD dapat di tunggangi dan memiliki kemampuan militer dengan baik. Proses latihan pada kuda kavaleri memerlukan tenaga atau energi dalam melakukan aktivitas. Energi pada saat latihan dihasilkan dari pergerakan otot yang akan menghasilkan panas dalam bentuk peningkatan suhu tubuh yang akan di respon oleh kuda dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi yang dilanjutkan dengan adanya peningkatan frekuensi denyut jantung sebagai upaya pengeluaran panas dari dalam tubuh agar suhu tubuh relatif normal. Ukuran tubuh ternak memiliki korelasi dengan organ tubuh ternak, terutama lingkar dada karena di dalamnya terdapat organ yang dapat mempengaruhi perubahan frekuensi respirasi, frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh setelah aktivitas.

2.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek Penelitian Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte sebanyak 30 ekor yang terdiri dari 17 ekor jantan kebiri dan 13 ekor betina. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei, dengan cara menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu populasi dengan tujuan untuk melakukan generalisasi sejauh populasi dari mana sampel tersebut diambil (Paturochman, 2012) Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah lingkar dada dan status faali yang meliputi frekuensi respirasi, frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh.

Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil Analisis Statistik Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengukur hubungan antar variabel dengan menggunakan analisis korelasi dengan rumus : 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑌𝑖 −(∑ 𝑋𝑖 )(∑ 𝑌𝑖 ) 𝑟= (Sudjana, 2005) 2 2 2 2 √{(𝑛 ∑ 𝑋𝑖 − (∑ 𝑋𝑖 ) } {(𝑛 ∑ 𝑌𝑖 − (∑ 𝑌𝑖 ) } 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkar Dada Tabel 1. Lingkar Dada Kuda Kavaleri Jantan Kebiri Nilai Betina 158 Minimal (cm) 150 182 Maksimal (cm) 185 173 Rata-rata (cm) 170,85 1,71 Standar Error (cm) 2,83 4,08 Koefisien Variasi (%) 5,95 Keterangan: Betina = 13 ekor Jantan Kebiri = 17 ekor Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa lingkar dada pada 30 ekor kuda kavaleri di Detasemen Kavaleri Berkuda Pusat Kesenjataan TNI-AD Parongpong, Lembang berkisar antara 150 hingga 185 cm dengan rataan sebesar 170,85 ± 2,83 cm pada kuda betina sedangkan pada kuda jantan berkisar antara 158 hingga 182 cm dengan rataan sebesar 173 ± 1,71 cm. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian Yilmaz dan Ertugrul (2012) menyatakan bahwa lingkar dada pada kuda Thoroughbred jantan sebesar 194,1 cm dan pada kuda betina sebesar 192,9 cm. Ukuran-ukuran tersebut berbeda pada kuda kavaleri, karena kuda kavaleri merupakan hasil persilangan kuda Thoroughbred dengan kuda lokal. Selain itu turunan Thoroughbred di Indonesia telah mengalami penurunan komposisi tubuhnya karena proses adaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan proporsi tubuh yang lebih kecil dan status faali yang lebih tinggi dibandingkan dengan thoroughbred murni. Hal tersebut sesuai dengan pendapat McDowell (1972) yang menyatakan bahwa dalam lingkungan panas hewan akan memperlihatkan reaksi yang ditandai dengan peningkatan kegiatan proses-proses fisiologis tertentu, guna meningkatkan pembuangan panas sehingga energi yang terbentuk akan digunakan untuk proses homeostasis. Besar kecilnya lingkar dada dapat menggambarkan besar kecilnya berat badan seekor kuda. Menurut Ensminger (1977), lingkar dada kuda yang besar menunjukkan tempat yang luas untuk organ-organ vital, seperti: jantung dan paru-paru. Hal ini sesuai dengan pendapat Sasimowski (1987) yang menyatakan bahwa ukuran dada yang besar menunjukkan peranan organ respirasi dan sirkulasi yang lebih besar untuk proses metabolisme energi, sehingga diharapkan bahwa kuda yang mempunyai lingkar dada besar dapat menggunakan energi dengan baik pada saat aktivitas dan dapat menekan kenaikan status faali dengan baik.

Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil Status Faali a. Frekuensi Respirasi Tabel 2. Frekuensi Respirasi Kuda Kavaleri Sebelum dan Setelah Latihan Jenis Sebelum Latihan Sesudah Latihan kelamin FR SE KV FR SE KV (cm/menit) (%) (cm/menit) (%) Betina 23,44 0,86 13,26 53,10 0,94 6,37 Jantan 21,80 0,74 13,97 50,80 1,05 8,56 Keterangan: n = 30 ekor FR = Frekuensi Respirasi SE = Standar Error KV = Koefisien Variasi Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan frekuensi respirasi pada kuda kavaleri betina sebelum latihan adalah 23,44 ± 0,86 kali/menit, lebih tinggi dibandingkan dengan jantan yaitu 21,80 ± 0,74 kali/menit. Data hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penyataan Hawcroft (1990) yang menyatakan respirasi normal pada kuda dewasa saat diam yaitu antara 10 - 15 hembusan permenit. Kondisi tersebut dapat terjadi karena pengaruh lingkungan bahwa kondisi temperatur harian pada saat penelitian berkisar antara antara 17 − 27𝑂 𝐶 dengan kelembaban udara mencapai 70%. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwanto dkk (1995) yang menyatakan bahwa temperatur dan kelembaban udara akan meningkatkan penambahan panas dalam tubuh dan menyebabkan peningkatan pengeluaran udara melalui saluran respirasi. Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa rataan frekuensi respirasi pada kuda kavaleri betina setelah latihan terjadi peningkatan dari 23,44 ± 0,86 kali/menit menjadi 53,10 ± 0,94 kali/menit. Sedangkan untuk frekuensi respirasi kuda kavaleri jantan meningkat pula dari 21,80 ± 0,74 kali/menit menjadi 50,80 ± 1,05 kali/menit. Perbedaan frekuensi respirasi sebelum dan setelah latihan ini disebabkan pada saat latihan kuda melakukan banyak aktivitas fisik seperti berjalan, lari derap lambat, lari derap panjang, berlari, berlari cepat, dan melompati rintangan. Aktivitas tersebut menyebabkan laju respirasi lebih tinggi dari sebelumnya dalam upaya mempertahankan panas yang relatif tetap di dalam tubuh dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi (Johnson, 1895). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wilson (2009) yang menyatakan bahwa seekor kuda yang sedang melakukan aktivitas latihan akan meningkat frekuensi respirasinya menjadi 30 hembusan permenit atau lebih tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Dari Tabel 2 tersebut didapatkan hasil frekuensi respirasi kuda betina dan jantan relatif berbeda, frekuensi respirasi betina yang lebih tinggi baik sebelum maupun setelah aktivitas latihan dibandingkan jantan. Hal tersebut dapat terjadi karena jantan lebih dapat mengendalikan frekuensi respirasi dalam peningkatan aktivitas dibandingkan dengan betina sehingga jumlah frekuensi respirasi yang dihasilkan oleh jantan lebih rendah dibandingkan dengan betina.

Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil b. Frekuensi Denyut Jantung Tabel 3. Frekuensi Denyut Jantung Kuda Kavaleri Sebelum dan Setelah Latihan Jenis Sebelum Latihan Sesudah Latihan kelamin FDJ SE KV FDJ SE KV (denyut/menit) (%) (denyut/menit) (%) Betina 35,21 0,53 5,42 56,95 1,43 9,04 Jantan 34,96 0,42 4,95 55,25 1,14 8,48 Keterangan: n = 30 ekor FDJ = Frekuensi Denyut Jantung SE = Standar Error KV = Koefisien Variasi Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan frekuensi denyut jantung pada kuda kavaleri betina sebelum latihan sebesar 35,21 ± 0,53 denyut/menit sedangkan pada kuda jantan sebesar 34,96 ± 0,42 denyut/menit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hawcroft (1990) yang menyatakan bahwa kuda dalam keadaan tenang denyut jantungnya adalah 30 - 40 denyut permenit, karena kuda tersebut dalam keadaan normal atau dengan kata lain kuda tersebut tidak melakukan aktivitas apapun. Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan frekuensi denyut jantung pada kuda kavaleri betina setelah latihan sebesar 56,95 ± 1,43 denyut/menit dan untuk kuda kavaleri jantan sebesar 55,25 ± 1,14 denyut/menit. Peningkatan tersebut masih dibawah angka rata-rata menurut pendapat Wilson (2009) yang menyatakan bahwa seekor kuda yang melakukan aktivitas latihan akan meningkat denyut jantungnya menjadi 60 denyut permenit atau lebih tergantung dari aktivitas yang dilakukan, hal tersebut dapat terjadi karena kuda kavaleri telah mampu beradaptasi dengan baik pada aktivitas yang dilakukan sehingga tidak terjadi peningkatan yang tinggi. c. Suhu Tubuh Tabel 4. Suhu Tubuh Kuda Kavaleri Sebelum dan Setelah Latihan Jenis Sebelum Latihan Sesudah Latihan kelamin ST SE KV ST SE KV (%) (%) (℃) (℃) Betina 37,06 0,15 1,50 38,61 0,18 1,71 Jantan 37,02 0,11 1,25 38,31 0,12 1,35 Keterangan: n = 30 ekor ST = Suhu Tubuh SE = Standar Error KV = Koefisien Variasi Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan suhu tubuh pada kuda kavaleri betina sebelum latihan sebesar 37,06 ± 0,15℃ dan suhu tubuh kuda kavaleri jantan sebesar 37,02 ± 0,11℃. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frape (1986) yang menyatakan bahwa kuda yang sehat memiliki suhu tubuh diantaranya 37℃ – 37,5℃, karena kuda yang diteliti dalam keadaan normal dan memiliki kondisi kesehatan yang baik. Sedangkan untuk rataan suhu tubuh pada kuda kavaleri betina setelah latihan sebesar 38,61 ± 0,18℃ dan suhu tubuh kuda kavaleri jantan sebesar 38,31 ± 0,12℃. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Loving (2006) yang

Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil menyatakan bahwa, kuda yang sedang latihan akan mengalami peningkatan temperatur menjadi 101 - 103 OF atau 38,3 - 39,4 OC. Peningkatan suhu tubuh ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh kuda maka akan meningkatkan aktivitas otot dalam tubuh seperti yang dikatakan oleh Brown dan Smith (1984) bahwa aktivitas otot dalam tubuh kuda akan meningkatkan suhu tubuh. Temperatur tubuh sebelum latihan dan setelah latihan mempunyai kisaran yang relatif sama, hal ini disebabkan karena kuda termasuk ternak homeoterm maka dengan dilakukannya aktivitas, ternak tersebut akan tetap mempertahankan kisaran suhu tubuhnya dalam keadaan normal sebagai upaya dalam mempertahankan suhu tubuh tersebut yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi dan frekuensi denyut jantung. Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali a. Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali pada Kuda Betina Dfs Tabel 5.

Hasil Analisis Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali (Respirasi,

Denyut Jantung, dan Suhu Tubuh) Kuda Kavaleri Betina Setelah Latihan Sebelum Latihan LD FR FDJ ST LD FR FDJ ST 1 LD 1 -0,28 1 FR -0,48 1 0,14 1 FDJ 0,07 1 -0,37 1 ST -0,16 1 Keterangan: n = 13 ekor LD = Lingkar Dada FR = Frekuensi Respirasi FDJ = Frekuensi Denyut Jantung ST = Suhu Tubuh Tabel 5 menunjukkan korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi pada kuda betina sebelum latihan sebesar -0,48, sedangkan untuk korelasi lingkar dada dengan frekuensi denyut jantung sebelum latihan sebesar 0,07 dan untuk korelasi lingkar dada dengan suhu tubuh sebelum latihan sebesar -0,16. Kondisi tersebut menunjukkan hubungan lingkar dada dengan status faali dalam keadaan normal sebelum melakukan aktivitas. Korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi dan suhu tubuh setelah latihan sebesar -0,28 dan -0,37 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear negatif yang sedang, yaitu besarnya lingkar dada berbanding terbalik dengan frekuensi respirasi dan suhu tubuh artinya semakin besar lingkar dada, maka frekuensi respirasi dan suhu tubuh akan menurun, artinya suhu tubuh dan respirasi ini akan meningkat setelah melakukan aktivitas latihan akan tetapi tetap berada pada kisaran normal (sesuai dengan pendapat hawcroft) sehingga besarnya lingkar dada dapat menekan peningkatan respirasi dan suhu tubuh setelah melakukan aktivitas. Hal ini diduga bahwa dengan semakin besarnya lingkar dada dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk melakukan respirasi (dalam kategori sedang) dengan kata lain bahwa semakin besar lingkar dada

Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil maka peningkatan respirasi maupun temperatur tubuh berada pada korelasi sedang. Berdasarkan Tabel 5. juga dapat dilihat bahwa korelasi lingkar dada dengan denyut jantung kuda betina setelah latihan sebesar 0,14 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear positif yang lemah, artinya besarnya lingkar dada berbanding lurus dengan frekuensi denyut jantung. Semakin besar lingkar dada, maka frekuensi denyut jantung akan semakin meningkat pula, namun peningkatan tersebut rendah dan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap peningkatan denyut jantung. Hubungan positif yg lemah ini dapat diartikan bahwa peningkatan frekuensi denyut jantung ini dapat dikendalikan dalam keadaan normal karena terjadi proses vasodilatasi pada pembuluh darah yang dapat menyalurkan panas dari dalam tubuh melalui frekuensi denyut jantung yang cepat. b. Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali pada Kuda Jantan Kebiri Asd Tabel 6.

Hasil Analisis Korelasi Lingkar Dada dengan Status Faali (Respirasi,

Denyut Jantung, dan Suhu Tubuh) Kuda Kavaleri Jantan Kebiri Setelah Latihan Sebelum Latihan LD FR FDJ ST LD FR FDJ ST 1 LD 1 -0,16 1 FR -0,57 1 -0,22 1 FDJ -0,42 1 -0,23 1 ST -0,38 1 Keterangan: n = 17 ekor LD = Lingkar Dada FR = Frekuensi Respirasi FDJ = Frekuensi Denyut Jantung ST = Suhu Tubuh Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi pada kuda jantan sebelum latihan sebesar -0,57, sedangkan untuk korelasi dengan frekuensi denyut jantung sebesar -0,42 dan untuk korelasi dengan suhu tubuh sebesar -0,38. Kondisi tersebut menunjukkan acuan hubungan lingkar dada dengan status faali dalam keadaan normal yang belum melakukan aktivitas. Tabel tersebut juga menunjukan bahwa korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi pada kuda jantan setelah latihan sebesar -0,16. Besarnya korelasi tersebut juga tidak jauh berbeda dengan frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh setelah latihan, yaitu sebesar -0,22 untuk korelasi dengan frekuensi denyut jantung dan korelasi dengan suhu tubuh sebesar -0,23. Angka korelasi tersebut menunjukan bahwa antara lingkar dada dengan status faali (frekuensi respirasi, denyut jantung, dan suhu tubuh) setelah latihan memiliki hubungan linear negatif yang lemah. Semakin besar lingkar dada, maka status faali (frekuensi respirasi, denyut jantung, dan suhu tubuh) akan semakin kecil, namun terkadang dapat dikatakan tidak berkorelasi. Kenaikan ketiga status faali itu

Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil cukup tinggi artinya bahwa setelah melakukan aktivitas pada jantan status faali ini ditekan Hal tersebut dapat terjadi karena setelah aktivitas latihan status faali kuda akan meningkat dan kuda akan melakukan proses homeostasis untuk menjaga status faali agar tidak meningkat terlalu tinggi dari kondisi normalnya. Kuda jantan melakukan proses homeostasis tersebut melalui peningkatan frekuensi respirasi dan denyut jantung dengan seimbang, mengingat rataan lingkar dada kuda jantan lebih besar dibandingkan kuda betina yang akan memberikan kesempatan kepada paru-paru untuk mengembang dan mengempis secara maksimal sehingga dalam proses inspirasi dan ekspirasi paru-paru dapat memperoleh oksigen serta mengeluarkan karbondioksida sebanyak-banyaknya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Padang (2005) yang menyatakan bahwa jenis kelamin jantan memiliki performa status faali yang lebih baik dibandingkan dengan ternak betina. Berdasarkan hasil analisis tersebut, terdapat perbedaan yang menarik antara hubungan linear sebelum latihan dengan setelah latihan. Korelasi lingkar dada dengan frekuensi respirasi sebelum latihan memiliki hubungan linear negatif yang kuat, dan korelasi lingkar dada dengan frekuensi denyut jantung serta suhu tubuh sebelum latihan memiliki hubungan linear negatif yang sedang, sedangkan setelah latihan hubungan tersebut menjadi lemah. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena pada saat sebelum latihan, ternak dalam keadaan normal namun setelah melakukan aktivitas latihan status faali kuda menjadi meningkat dan kuda belum sempat melakukan proses homeostasis sehingga hubungan tersebut menjadi melemah. Korelasi negatif antara lingkar dada dengan status faali pada kuda jantan menandakan bahwa seleksi lingkar dada menjadi petunjuk kondisi status faali yang berakibat pula pada performa kuda tersebut. Kuda dengan lingkar dada besar, memiliki status faali yang lebih baik dibandingkan dengan kuda yang lingkar dadanya kecil (untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 2, 4 dan 6) sehingga, lingkar dada berpengaruh terhadap status faali. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bandiati (1990) yang menyatakan bahwa kuda yang memiliki lingkar dada yang besar cenderung memiliki organ respirasi yang sempurna. Dari hasil pembahasan korelasi jantan dengan betina Perbedaan korelasi lingkar dada dengan status faali pada kuda betina dan kuda jantan kebiri dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis masing-masing ternak itu sendiri dan adaptasi yang berbeda terhadap lingkungan sekitar, sehingga respon yang dihasilkan juga berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa resistensi kuda betina terhadap stres dan cekaman panas lebih rendah dibandingkan kuda jantan. 4.

KESIMPULAN Terdapat korelasi negatif antara lingkar dada dengan frekuensi respirasi dan suhu tubuh pada kuda betina, namun menghasilkan korelasi positif terhadap frekuensi denyut jantung yang memiliki arti bahwa semakin besar lingkar dada maka frekuensi respirasi dengan suhu tubuh akan semakin rendah akan tetapi frekuensi denyut jantung akan semakin tinggi. Sedangkan pada kuda jantan kebiri terdapat korelasi negatif antara lingkar dada dengan status faali baik sebelum maupun setelah latihan yang memiliki arti

Korelasi Lingkar Dada Dengan Status Faali ............................Thaufan Maulana Thamsil bahwa semakin besar lingkar dada maka dapat menekan status faali agar tidak terlalu tinggi. 5.

DAFTAR PUSTAKA

Bandiati, Sri, K. P. 1990. Hubungan Antara Ukuran-Ukuran Tubuh (Tinggi Pundak, Lingkar Dada dan Panjang Badan) Dengan Kecepatan Lari Pada Kuda. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung. Brown, J. H. and V. P Smith. 1984. Equine Stable Management. William Collins Sons & Co, Ltd. London. Frape, D. L. 1986. Equine Nutrition and Feeding. Longman Group. UK Ltd. Hawcroft, T. 1990. A-Z Horse Disease and Health Problems: Sign, Diagnoses, Causes, Treatment. Lansdowne Publishing Pty Ltd. Australia Johnson, H. D. 1985. Physiological Responses and Productivity of Cattle. Dalam: Yousef, M. K. (Ed). Stress Physiology of Livestock. Vol II. CRC Press Inc. Boca Raton. Florida. Loving, N. S. 2006. Heat Stress. Alberta Horse Industry. Canada. http://www.albertahorseindustry.ca/hboc/Proccedings/heat_stress.pdf diakses pada tanggal 10 Juni 2015. McDowell, R.E. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climate. W.H. Freeman and Company, San Frascisco. Padang, 2005. Pengaruh jenis kelamin terhadap performans produksi kambing kacang. Jurnal Forsimapas 6(3): 2428 – 2432. Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel (Untuk Penelitian Sosial Ekonomi). Unpad Press. Bandung. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Yilmaz, Orhan and Ertugrul, Mehmet. 2012. Some Morphological Traits Of Thoroughbred Horses In Turkey. AgroLife Scientifc Journal. Volume 1.