KUALITAS MIKROBIOLOGI SARI TEBU YANG

Download KUALITAS MIKROBIOLOGI SARI TEBU YANG DIJUAL DI KOTA. MALANG BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI. Yuliani, Utami Sri Hastuti,  ...

1 downloads 515 Views 286KB Size
KUALITAS MIKROBIOLOGI SARI TEBU YANG DIJUAL DI KOTA MALANG BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI Yuliani, Utami Sri Hastuti, Agung Witjoro Program Studi Biologi, FMIPA e-mail: [email protected] Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Indonesia

ABSTRACT: This study aims to: 1) determine the bacteria Total Plate Count (TPC) in the " Sugar cane juice" that is sold by several sellers in five districts of Malang; 2) determine the feasibility consuption of the "Sugar cane juice" sold by several sellers in Malang based on the TPC of bacteria colony ; 3) discuss the descriptive factors that can affect the microbiological quality of " The sugar cane juce " based on the observation. The samples is "Sugar cane juice" sold by 5 people seller from 5 districts in Malang city. The results research showed: 1) TPC bacteria colonies of sugar cane juice" from five districts in Malang city is 1.99 x 109 cfu / mL; 2 ) All sugar cane juice samples are less feasible for consumption based on the TPC bacteria colony refers to the maximum limit according to BPOM (2009) : 1 x104 cfu/ml; 3) the higiene and sanitation factors, such as handwashing, the apron, using the equipment sanitation, the point of sale sanitation, the sugar cane kuality; are factors can affect the quality of sugar cane juice quality. Kata kunci: "Sugar cane juice", Bacterial Total Plate Count, Sanitation, Hygiene Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menentukan ALT koloni bakteri dalam sari tebu yang dijual oleh beberapa PKL di lima kecamatan Kota Malang; 2) menentukan kelayakan konsumsi sari tebu yang dijual oleh beberapa PKL di Kota Malang berdasarkan ALT koloni bakteri; 3) membahas secara deskriptif faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi sari tebu yang diteliti berdasarkan hasil observasi. Sampel yang digunakna adalah Sari Tebu yang dijual oleh 5 orang PKL. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Rerata nilai ALT koloni bakteri semua sampel sari tebu yang diambil dari lima kecamatan di kota Malang adalah 1,99 x109 cfu/mL; 2) Semua sampel sari tebu yang dijual oleh PKL kurang layak dikonsumsi berdasarkan ALT koloni bakteri merujuk pada batas maksimum ALT yang ditetapkan BPOM RI tahun 2009, yaitu 1 x10 4 cfu/ml; 3) faktor sanitasi dan higiene, seperti kebiasaan mencuci tangan, memakai celemek, kebersihan peralatan, kebersihan tempat penjualan, kualitas batang tebu; faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi sampel sari tebu. Kata kunci: Sari Tebu, ALT Koloni Bakteri, Sanitasi, Higiene

PENDAHULUAN Sari tebu merupakan salah satu minuman yang disukai oleh masyarakat untuk dikonsumsi sebagai penghilang dahaga. Selain manis dan lezat, ternyata sari tebu memiliki khasiat yaitu untuk mengobati sakit panas, meredakan batuk, mengobati kanker, dan juga membantu ginjal untuk melakukan fungsinya dengan baik (Putri, 2013). Sari tebu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh antara lain sukrosa, protein, kalsium, lemak, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C dan asam amino (Putri , 2013). Bakteri juga membutuhkan nutrisi untuk menjaga

2

kelangsungan hidupnya. Menurut Djasmi, dkk (2015) nutrisi yang diperlukan oleh bakteri juga sama dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup lain antara lain karbohidrat, vitamin, kalsium, dan protein. Berdasarkan hal tersebut nutrisi yang terkandung dalam sari tebu dapat menjadi tempat tumbuh bakteri. Makanan atau minuman yang menjadi tempat tumbuh bakteri merupakan makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Aktivitas bakteri kontaminan dalam makanan atau minuman antara lain mendegradasi senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana untuk diserap sebagai nutrisinya, menurunkan kualitas makanan atau minuman melalui proses pemecahan senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, menghasilkan toksin-toksin yang dapat membahayakan kesehatan konsumen. Sari tebu dapat menjadi tidak layak dikonsumsi karena beberapa hal, antara lain: kualitas bahan, yaitu: batang tebu yang sudah lama disimpan, cara mencuci batang tebu yang tidak menggunakan air mengalir serta cara pemerasan dan penyajian yang kurang memperhatikan kebersihan. Hal tersebut dapat mengakibatkan kontaminasi pada minuman sari tebu sehingga menjadi media yang baik bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh minuman yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borned diseases) yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan dengan gejala mual/muntah, pusing, dan diare. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan tujuan memberikan gambaran dan informasi mengenai kualitas mikrobiologi dan kelayakan konsumsi sari tebu yang dijual di Kota Malang serta membahas secara deskriptif faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi sari tebu yang diteliti. Sampel diambil secara langsung dari penjual. Sampel dalam penelitian ini adalah sari tebu yang dijual oleh para pedagang sari tebu di lima kecamatan di Kota Malang, yaitu Kecamatan: Klojen, Lowokwaru, Blimbing, Sukun, dan Kedungkandang. Sampel pedagang sari tebu ditentukan secara acak terpilih, yaitu 2 orang pedagang dari masing- masing kecamatan, yang selalu ramai dikunjungi oleh pembeli. Prosedur penelitian meliputi: pengambilan sampel, pembuatan media PCA, inokulasi sampel pada media PCA. Selanjutnya teknik pengumpulan data: data sanitasi dan higiene dan data rerata ALT koloni bakteri dari 10 pedagang. Data hasil penghitungan ALT koloni bakteri dihitung nilai reratanya untuk menentukan nilai rerata ALT koloni bakteri. Nilai rerata tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai standar yang telah ditetapkan BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 mengenai batas maksimum cemaran bakteri dalam makanan dan minuman, yaitu ALT = 1 x 104 cfu/ml. Adapun data sanitasi dan higiene dianalisis secara deskriptif sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ALT koloni bakteri sari tebu yang telah diperoleh. Hasil ALT koloni bakteri sampel sari tebu baik melebihi atau kurang dari batas

3

maksimum ALT koloni bakteri yang ditetapkan BPOM tahun 2009 semuanya dihubungkan dengan data sanitasi dan higiene dan dibahas secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang didapatkan dalam penelitian ini berupa jumlah koloni bakteri dalam sampel sari tebu. Tabel 1. Rerata ALT Koloni Bakteri Semua Sampel Sari Tebu Sampel : PKL Nilai ALT koloni bakteri ulangan kecfu/mL sampel) Pengambilan sampel (Minggu) I II III

Rerata (cfu/mL )

I

1,2 x 107

2,83 x 106

1,61 x 106

2,165 x 106

II

2, 83 x 107

2,71 x109

2,03 x 108

1,05 x 109

III

4,70 x 109

5,58 x 109

4,45 x 109

4,91x 109 1,99 x109

Nilai Rerata

Rerata nilai ALT koloni bakteri semua sampel sari tebu yang diambil dari lima kecamatan di Kota Malang adalah 1,99 x109 cfu/mL. Berdasarkan ketentuan batas cemaran bakteri maksimum yang ditetapkan oleh BPOM RI tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sari tebu yang dijual di lima kecamatan di Kota Malang tidak layak untuk dikonsumsi. Penentuan kelayakan konsumsi sari tebu dapat ditentukan berdasarkan ALT koloni bakteri. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa sampel sari tebu yang dijual oleh PKL pada lima kecamatan di Kota Malang secara umum terkontaminasi oleh bakteri secara umum dan dinyatakan kurang layak dikonsumsi berdasarkan ALT koloni bakteri, setelah dirujukkan dengan ketentuan batas maksimal cemaran bakteri yang ditetapkan oleh Dirjen POM tahun 2009. 2. Hasil Observasi dan Wawancara Tabel 1 Sanitasi pada Persiapan Sebelum pembuatan Sari Tebu No

Aspek yang diamati

1

Bahan

a.

2

Alat

a.

b. c. d.

Batang tebu 1) 2) Wadah batang1) tebu

Batang yang rusak Batang yang dikupas Wadah batang tebu dicuci tanpa sabun

Pisau 1) Pisau tidak dicuci Ceret tempat 1) Dicuci tanpa sabun sari tebu Air untuk 1) Bak tempat pencucian batang mencuci tebu terbuka 2) Air untuk mencuci digunakan berulang kali

Hasil pengamatan (%) 30 100 90

25 70 80 60

4

3

3) Air untuk mencuci peralatan dekat dengan sampah 1) Tempat penjualan sari tebu ditepi jalan 2) Banyak kendaran bermotor yang berlalu lalang 3) Terdapat lalat atau serangga disekeliling sari tebu

Lokasi penjualan

80 100 80 70

Tabel 2. Sanitasi pada saat Pembuatan Sari Tebu No Aspek yang diamati 1

Mesin penggiling batang tebu yang dipakai Alat a.

2

b. 3

penyiapan wadah sari tebu

1) Mesin penggiling kotor, terdapat sisa- sisa batang tebu telah dibuat sebelumnya Pisau

1) pisau dicuci tanpa sabun

100 85

sendok

2) pisau dibersihkan dengan kain lap bekas dicuci dengan sabun

kantong plastik1) plastik dibuka dengan cara memasukkan gelas bekas ke dalam kantong plastik

Tabel 3. Higiene Pedagang No Aspek yang diamati 1

kebersihan a. tangan

Hasil Pengamatan (%) 50

Cuci tangan

65 80

Hasil pengamatan (%) 80

b.

1) pedagang tidak mencuci tangan sebelum membuat sari tebu. 2) Pedagang mencuci tangan tanpa sabun 3) Pedagang menggunakan kain lap bekas Kuku tangan 1) Kuku tangan bersih

c.

Sarung tanga

100

d.

Kebiasaan menggaruk kepala atau tanga

1) Tidak memakai sarung tangan 1) Pedagang menggaruk tangan sewaktu membuat sari tebu

90 80 90

10

Berdasarkan hasil observasi Tabel 1 sampai dengan 3 diketahui bahwa untuk sanitasi pada saat persiapan sebelum pembuatan sari tebu, aspek lokasi penjualan yang dekat dengan jalan raya, tempat batang tebu yang menggunakan kantong untuk wadah beras, penggunaan kain lap, pengadaan kantong plastik dan

5

sedotan, pengadaan batang tebu, pencucian peralatan yang menggunakan air yang secara berulang-ulang untuk mencuci peralatan dan batang tebu; adalah aspekaspek sanitasi yang kurang diperhatikan oleh 70% -100% sampel pedagang PKL di Kota Malang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis diketahui bahwa terdapat beberapa pedagang yang menggunakan batang tebu yang telah rusak. Batang tebu yang telah terkontaminasi oleh bakteri, apabila digunakan sebagai bahan dasar sari tebu, sebenarnya dapat membahayakan kesehatan karena sari tebu juga terkontaminasi oleh bakteri kontaminan. Apabila bakteri yang berada didalam batang tebu masuk ke dalam tubuh konsumen, maka dapat mengakibatkan keracunan dalam bentuk intoksikasi ataupun infeksi. Shewfelt (2011) menjelaskan infeksi terjadi apabila mikroba yang ikut masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman akan tumbuh dan berkembang di dalam alat pencernaan makanan konsumen, sehingga menimbulkan gangguan dalam lambung, pusing, diare, muntah, demam, dan sakit panas. Selain faktor nutrisi dalam sari tebu, terdapat pula faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi sari tebu yaitu kebersihan tangan penjual sari tebu. Pedagang sari tebu yang hanya membersihkan tangan dengan lap, menggunakan plastik sebagai wadah sari tebu dan menggunakan gelas berlubang kedalam kantong plastik untuk mempermudah penuangan sari tebu kedalam kantong plastik. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kontaminasi bakteri pada sari tebu karena tangan merupakan salah satu media perpindahan bakteri dari satu orang ke orang lain maupun dari orang ke minuman dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan Agustina (2015) yang menyatakan bahwa bakteri penyebab penyakit dapat ditularkan melalui tangan yang kurang bersih, saat proses persiapan dan penyajian minuman. Lokasi penjualan sari tebu yang berada di dekat jalan raya juga dapat menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas mikrobiologi sari tebu berdasarkan ALT koloni bakteri. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa banyak kendaraan bermotor yang lewat, sehingga mengakibatkan debu-debu dan bakteri terangkat dan mengkontaminasi batang tebu, peralatan untuk membuat sari tebu dan sari tebu yang telah di letakkan di wadah, sehingga meningkatkan jumlah bakteri pada sari tebu. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi ALT koloni bakteri, sehingga dapat menentukan kelayakan konsumsi sari tebu tersebut. Ginting dkk. (2013) juga menyatakan bahwa dalam hal kondisi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran, karena faktor fisik yaitu kondisi lingkungan yang kurang baik, sehingga memudahkan pencemaran baktri masuk kedalam minuman. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Kurniadi (2013), yang menyatakan bahwa lingkungan yang kotor dan tidak terjaga sanitasinya dapat menjadi faktor kontaminasi bakteri pada minuman, contohnya penjual minuman yang berada dipinggir jalan raya, dekat dengan selokan dan banyak terpapar debu asap kendaraan, sehingga berpotensi menjadi sumber pencemaran bakteri patogen. Berdasarkan hasil observasi, keberadaan serangga seperti lalat buah, lebah, dan semut di sekitar batang tebu sebagai bahan sari tebu dapat menjadi salah satu faktor penyebab kontaminasi bakteri pada sari tebu. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa 70% sari tebu dan batang tebu yang berada ditempat penjualan sari tebu dikelilingi lalat buah, semut, atau lebah.

6

Djasmi, dkk (2015) menyatakan bahwa banyaknya lalat yang beterbangan dan ikut hinggap pada sari tebu memungkinkan bertambahnya populasi bakteri patogen yang mencemari pengolahan minuman es sari tebu. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, beberapa hal yang berhubungan dengan faktor sanitasi lingkungan penjualan sari tebu dikota malang dapat menjadi salah satu penyebab kualitas mikrobiologi sari tebu yang rendah dan menjadi kurang layak dikonsumsi yang dibuktikan oleh uji ALT koloni bakteri yang telah dilakukan oleh penulis. Kebersihan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan sari tebu seperti mesin penggiling, pisau, dan sendok juga dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi sari tebu. Hal ini didukung oleh pernyataan Lestari dkk (2015) yang menyatakan bahwa salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan minuman menggunakan peralatan yang kurang bersih sehingga mengandung mikroba yang cukup tinggi, apabila peralatan jus buah-buahan dicuci dengan air yang tercemar tanpa menggunakan sabun maka minuman yang dibuat akan turut tercemar mikro organisme. Berdasarkan hasil mengenai observasi pencucian bahan untuk membuat minuman sari tebu, diketahui bahwa 60% pedagang sari tebu mencuci batang tebu yang digunakan untuk bahan pembuatan sari tebu tidak dengan air mengalir dan pencucian batang tebu dilakukan dengan air dalam wadah yang dipakai berulang-ulang. Selain itu, tebu yang sudah dikupas di letakkan di tempat yang terbuka sehingga meningkatkan potensi untuk terkontaminasi oleh bakteri patogen. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, diperoleh informasi pula bahwa 50% pedagang sari tebu yang menjadi obyek penelitian tidak membersihkan mesin penggiling sari tebu dan 70% pedagang sari tebu tidak mencuci mesin penggiling dengan sabun, mesin penggiling sari tebu hanya dibilas dengan air tanpa menggunakan sabun. Mesin penggiling dicuci setelah selesai menjual sari tebu. Hal tersebut dapat menyebabkan mikroorganisme seperti debudebu dan bakteri yang berada di lingkungan menempel pada mesin penggiling akibatnya sari tebu yang diperoleh melalui pemerasan dengan mesin penggiling tersebut terkontaminasi bakteri. Selain mesin penggiling, peralatan lain yang kurang diperhatikan oleh pedagang adalah pisau. Pisau dicuci tanpa sabun sebelum digunakan untuk mengupas batang tebu. Berdasarkan hasil observasi, 60% pedagang menggunakan pisau yang dicuci tanpa sabun. Sisa-sisa kulit tebu yang menempel dapat dijadikan sumber energi bagi bakteri yang terdapat di lingkungan, sehingga dapat menambah jumlah bakteri dalam sari tebu. Pencucian peralatan seperti mesin penggiling, pisau dan wadah biasanya menggunakan sabun untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan sabun akan menghilangkan sisa-sisa bahan dari mikroorganisme. yang sudah dicuci kemudian ditiriskan supaya air sisa cucian tidak melekat pada pisau dan mesin penggiling.( Lestari dkk. 2015). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dalam penelitian ini diketahui bahwa kain lap yang digunakan oleh pedagang untuk membersihkan tangan, mesin penggiling, pisau dan wadah, tersebut adalah kain lap yang digunakan berulang kali. Hal tersebut dapat menjadi salah satu sumberkontaminasi bakteri dalam sari tebu. Kain lap yang digunakan berulang kali serta basah akan mengontaminasi peralatan yang lain karena lap akan menjadi tempat perkembangbiakan bakteri, sedangkan peralatan yang telah

7

dibersihkan dan disimpan di tempat yang kering dan terlindung dari pencemaran debu dan serangga maka akan terhindar dari kontaminasi bakteri (Djasmi, dkk 2015) Nilai hasil rerata ALT koloni bakteri sampel sari tebu yang dijual oleh PKL ternyata berhubungan dengan faktor sanitasi dan higiene. Hasil observasi menunjukkan bahwa pedagang sari tebu kurang memperhatikan sanitasi dan higiene. Hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab nilai ALT koloni bakteri kontaminan tinggi, sehingga sampel sari tebu tidak layak untuk dikonsumsi. KESIMPULAN 1) Rerata nilai ALT koloni bakteri semua sampel sari tebu yang diambil dari lima kecamatan di kota Malang adalah 1,99 x109 cfu/mL. 2). Semua sampel sari tebu yang dijual oleh PKLdalam penelitian ini kurang layak dikonsumsi berdasarkan ALT koloni bakteri merujuk pada ketentuan dari DIRJEN POM tahun 2009, yaitu maksimum ALT koloni bakteri: 1 x 104 cfu/mL sampel. 3). Faktor sanitasi dan higiene, seperti kebiasaan mencuci tangan, memakai celemek, kebersihan peralatan, kebersihan tempat penjualan, kualitas batang tebu, faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kualitas mikrobiologi sampel sari tebu DAFTAR RUJUKAN Agustina, F., Pambayun, R., & Febry, F. 2009. Higiene dan Sanitasi pada Pedagang Makanan Jajanan Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang. Artikel ilmiah. BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011. 2009. Mengenai Batas Maksimum Cemaran Bakteri dalam Makanan dan Minuman. Buckle, K. A., Edward, R.A., Fleet, G.H., & Wootton, M. 2013. Ilmu Pangan. Ahli bahasa oleh: Purnomo, H & Adiono. Jakarta: UI- Press. Darmawan, Y. Swacita I, B. N., & Suardana, W. 2015. Perbandingan Bakteri Coliform, E. coli, E. coli O157, dan E. coli O157:H7 pada Sapi bali di Mengwi, Badung, Bali. . Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus Agustus 2015 4(4) : 362373 pISSN : 2301-7848; eISSN: 2477-6637 Djasmi, D. O., Rasyid, R. & Anas, L. 2015. Uji Bakteriologis pada Minuman Air Tebu yang Dijual di Pinggiran Jalan Khatib Sulaiman Kota Padang. Universitas Andalas Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Rajagrafindo Persada Ginting, W. N. P., Santi, D. N., & Indra, C. 2013. Hygiene Sanitasi dan Analisa Pencemaran Salmonella Sp. pada Daging Sapi Olahan (Daging Burger) Sebelum dan Sesudah Digoreng yang di Jual di Kelurahan Helvetia

8

Timur Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia. Jurnal kesehatan. Irawan, S. A., Sentosa, G., & Terip K., K. 2015. Pengaruh Perlakuan Fisik dan Lama Penyimpanan terhadap Mutu Minuman Ringan Nira Tebu. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian USU Medan. J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No.3 Th. 2015. Isnawati. 2012. Hubungan Higiene Sanitasi Keberadaan Bakteri Coliform Dalam Es Jeruk di Warung Makan Kelurahan Tembalang Semarang. Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Kesehatan masyarakat. Isyuniarto. Widdi, U., Suryadi. & Agus, P. 2006. Peningkatan Kualitas Bibit Tebu dan Nira Mentah dengan Teknologi Lucutan Plasma. Pustek Akselerator dan Proses Bahan – Batan. Yogyakarta. Prosiding Semnas Kurniadi, Y., Saam, Z., & Afandi, D. 2013. Faktor Kontaminasi Bakteri Escherichia Coli Pada Makanan Jajanan Dilingkungan Kantin Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan Bangkiang. J.Ilmu Lingkungan. 7(1): 28-37 Lestari, D. P., Nurjazuli. & Yusniar, H., D. 2015. Hubungan Higiene Penjamah dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Minuman Jus Buah di Tembalang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 14 No.1. Lewis, J. E., Thompson, P., Rao, BVVBN., Kalavatin,C., & Rajanna, B. 2006. Human Bacteria in Street Vended Fruit Juices: A Case Study of Visakhapatman City, I ndia. Internet Journal of Fooot Safety 8:35-38. Li-An’amie, N., L. & Nugraha, A. 2012. Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Melalui Desain Produk Perlengkapan Rumah. Program Studi Sarjana Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (Fsrd) ITB. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/Vi/2011. Ningsih, Rian. 2014. Penyuluhan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman, Serta Kualitas Makanan yang Dijajakan Pedagang di Lingkungan SDN Kota Samarinda. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman, Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 10 (1) (2014) 64 – 72. Nadanti, A. 2015.Gambaran Higinis Sanitasi Pengolahan Es Buah Yang Terkontaminasi Bakteri Colifrm Dikelurahan Pisang Kota Gtenggerang. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan di Tanggerang. Jurnal Kesehatan Lingkungan.

9

Nisa, A. S. Hastuti, U. S., & Witjoro, A. 2012. Analisis Mikrobiologi Minuman Teh Seduhan Berbeda Merk Berdasarkan Nilai Mpn Coliform di Kota Malang. Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang-Indonesia. Prosiding semnas UNS. Putri,

K. J. 2013. Pemanfaatan Sari Tebu dalam Pembuatan Yoghurt dengan Penambahan Lactobacillus Bulgaricus dan Sari Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) pada Konsentrasi yang Berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Prosiding Semnas.

Rahayu, N. A. 2013. Studi Deskriptif Karakteristik Higiene dan Sanitasi pada Alat Pengolah Makanan Gado-Gado di Lingkungan Pasar Johar Kota Semarang Tahun 2012. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Prosiding Semnas. Selian,

L.S. Warganegara, E. & Apriliana,E. 2013. Most Probable Number (MPN) Test And Coliform Bacteria Detection In Instant Drinks In Elementary School At Sukabumi District In Bandar Lampung. Medical Faculty of Lampung University. ISSN 2337-3776.

Shewfet, R.L. 2011. Pengantar Ilmu Pangan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Soni,V. Koesyanto, H. & Setyo, A. 2015. Evaluasi Penerapan Higiene dan Sanitasipenyelenggaraan Makanan di Rsud Sunankalijaga Kabupaten Demaktahun 2011. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Unnes Journal Of Public Health. Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Ujph. Wulandari, R. 2014. Pengembangan dan Pendugaan Umur Simpan Minuman Sari Tebu (Saccharum officinarum L) dalam Kemasan Cup Menggunakan Metode Arrhenius. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor. Prosiding Semnas.