BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah. Analisis Sistem Kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari prinsipprinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Ilmu ini merupakan salah satu ilmu didalam disiplin teknik industri, bahkan dilihat dari sejarahnya, Perancangan Sistem Kerja merupakan cikal bakal disiplin ini. Dalam penerapannya, Analisis Sistem Kerja mempunyai kerangka sendiri dengan bagian-bagiannya yang secara bersama-sama terpadu untuk mencapai tujuan diatas. Analisis Sistem Kerja dikembangkan oleh F.W. Taylor dan F.B. Gilbreth. Walaupun penelitian tersebut tidak dilakukan secara bersama-sama, yang kemudian hari dikenal sebagai suatu kesatuan dan dikenal sebagai Perancangan Kerja atau Methods Engineering. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek teknologi, psikologis dan sosiologis kerja sehingga diperoleh sistem kerja yang lebih sesuai dengan kemampuan serta keterbatasan manusia. Pengembangan teknik tata cara kerja berdasarkan teori F.W. Taylor dan F.B. Gilbreth. 1.
F.W. Taylor (1981).
Memperhatikan para pekerja dan menilai mereka tidak berprestasi maksimal.
Taylor menggunakan jam henti (stop watch) untuk melakukan pengukuran waktunya.
Pengukuran waktu ini dikembangkan terus sampai dikenal istilah waktu baku/standar untuk suatu pekerjaan.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 1
Penentuan waktu baku suatu pekerjaan sangat penting bagi sistem produksi : upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin dan pengaturan tata letak pabrik.
2.
Frank B. Gilbreth.
Melakukan penelitian terhadap gerakan-gerakan kerja dan membaginya menjadi sejumlah elemen-elemen gerakan.
Misalnya gerkan tangan mengambil sebuah gelas diurai menjadi elemen menjangkau, memegang dan mengangkat.
Bersama istrinya, Lilian yang juga seorang psikolog, keduanya mengembangkan serangkaian prinsip Perancangan Sistem Kerja yang dikenal dengan Ekonomi Gerakan.
Tujuannya untuk menghasilkan suatu sistem kerja yang terancang baik, sehingga memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk menghindari atau melambatkan datangnya kelelahan (fatique).
Pada proses produksi, perancangan stasiun kerja dan metode kerja bukan hal mudah. Kesalahan dalam perancangan maupun metode kerja akan berdampak buruk pada proses secara keseluruhan. Evaluasi perancangan harus dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan metode terbaik. Praktikum Analisis dan Perancangan Sistem Kerja merupakan salah satu mata kuliah wajib Program Studi Teknik Industri yang mempelajari tentang prinsip-prinsip kerja yang terkait dengan produktivitas kerja.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 2
1.2
Tujuan Praktikum. Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian ini yaitu 1. Mampu melakukan pengukuran waktu siklus secara langsung dari suatu pekerjaan dengan menggunakan jam henti (stop watch) dan melukan perhitungan waktu baku. 2. Mampu menentukan waktu baku dari suatu pekerjaan secara tidak langsung dengan menggunakan data waktu gerakan (MTM). 3. Memahami dan mampu membuat peta-peta kerja, seperti Peta Proses Operasi, Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri, Peta Pekerja Mesin dan Assembly Chart. 4. Memahami dan mampu menggunakan peta-peta kerja tersebut sebagai alat analisis perbaikan suatu sistem kerja. 5. Mampu menganalisis dan memperbaiki cara kerja dengan memanfaatkan studi gerakan dan prinsip ekonomi gerakan.
1.3
Pembatasan Masalah. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, batasan penelitian ini yaitu : 1. Penyesuaian yang digunakan adalah metode Schumard dan Objektif. 2. Menggunakan data tabel MTM dalam perhitungan TMU. 3. Menggunakan pengukuran kelonggaran yang sudah ditentukan di tabel.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 3
1.4 Sistematika Penulisan. BAB I. PENDAHULUAN Menjelaskan tentang hal apa saja yang mendahului penulisan laporan penelitian, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II. PENDAHULUAN Berisi mengenai tinjauan pustaka pengertian Analisis Sistem Kerja dan penulisan laporan analisis, pengamatan, dan perhitungan waktu.
BAB III. PENGOLAHAN DATA Menjelaskan mengenai pengamatan yang dilakukan dengan pengolahan data dan rumus-rumus statistik.
BAB IV. ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA Menjelaskan tentang hasil analisa pengolahan data dari metode Analisis Sistem Kerja.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dari proses pengamatan yang dilakukan dengan metode Analisis Sistem Kerja, dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi dari praktikum ini.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Analisis Sistem Kerja. Manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya kerja, apapun maksud dan motivasinya. Namun demikian, tidak ada satu definisi yang sama tentang kerja. Para ahli pun mendefinisikan kerja dalam berbagai bentuk. Berikut ini adalah definisi kerja menurut para ahli : 1.
Neff dalam Sutalaksana (1979) mendefinisikan kerja sebagai : “Kegiatan manusia merubah keadaaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan
yang
ditujukan
untuk
mempertahankan
dan
memelihara kelangsungan hidupnya.” 2.
Miller (1967) : “Any set of activities occurring about the sam time, sharing some common purpose that is recognized by a task performer.”
3.
Bennet (9167) : “Generally speaking, any kind of behavior that can reasonably be labeled with a verb can be called a task.”
4.
Teicher and Whitehead (1973) : “A transfer of information between components (within a system).”
5.
Rajan and Wilson (1997) : “ A task has a set goal and is purposive and that is achieved by an action (cognitive or physical in nature).”
Terlepas dari berbagai definisi di atas, pengertian kerja sebenarnya sangatlah luas. Hampir semua aktivitas manusia bisa kita sebut sebagai kerja, apapun motif atau tujuannya. Perluasan motif atau
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 5
tujuan itu terjadi karena tidak semua manusia bekerja semata-mata untuk mempertahankan hidupnya. Ada manusia yang bekerja sematamata untuk mempertahankan hidupnya. Ada manusia bekerja mencari nafkah atau makan sehari-hari, ada manusia yang bekerja supaya dapat bertemu dengan orang lain, ada pula orang yang bekerja karena ingin memperoleh kepuasan tertentu seperti artis atau seniman, dan sebagainya. Kerja dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Berikut ini adalah macam-macam bentuk kerja yang sering dilakukan manusia : 1.
Kerja fisik berat, (seperti : mencangkul, mengangkat beban).
2.
Kerja fisik moderat, (seperti memegang suatu beban).
3.
Psycho-motor skills, (seperti : merakit, mengetik).
4.
Vigilance skills, (seperti : inspeksi, radar).
5.
Diagnosis, (seperti : fault recognition).
6.
Decision making, (seperti : goal programming, dll).
7.
Reasoning/Problem solving.
8.
Kreativitas : seni, desain.
9.
Kombinasi, dll. Untuk mengembangkan & menerapkan cara kerja yang lebih
mudah & berbiaya rendah, dilakukan dengan penelitian cara kerja. Penelitian cara kerja merupakan kegiatan pencatatan secara sistemetik & pemeriksaan seksama mengenai cara kerja yang berlaku / yang diusulkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Sasaran yang ingin dicapai dengan penelitian cara kerja ini adalah untuk mendapatkan cara kerja. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara: 1.
Melakukan perbaikan tata letak tempat kerja.
2.
Melakukan analisis & perbaikan tempat kerja.
3.
Mendesain tempat kerja & peralatan sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 6
Kreativitas
seseorang
dapat
memungkinkan
diperolehnya
beberapa alternatif dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Untuk melakukan perbaikan cara kerja, alternatif itu harus dipilih yang paling baik yang dapat dilaksanakan. Untuk memilih suatu cara kerja, perlu dikembangkan suatu kriteria penilaian yang dpat digunakan. Kriteria penilaian itu dpat meliputi: 1.
Waktu penyelesaian yang dibutuhkan
2.
Tenaga yang dikeluarkan
3.
Akibat psikologis & sosiologis yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Untuk memperoleh waktu penyelesaian, harus dilakukan
pengukuran waktu. Secara garis besar pengukuran waktu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.
Pengukuran waktu secara langsung merupakan pengukuran yang dilaksanakan dengan menggunakan jam henti di tempat pekerjaan itu berlangsung.
2.
Pengukuran secara tidak langsung secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian : Data waktu gerakan Data waktu baku
2.2
Data Waktu Baku. Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh pekerja dalam keadaan normal. Perhitungan waktu baku membutuhkan faktor penyesuaian dan kelonggaran karena hal tersebut memiliki pengaruh bagi kecepatan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Faktor tersebut menurut Westinghouse’s System meliputi penyesuaian keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Sedangkan faktor
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 7
kelonggaran adalah faktor yang menyebabkan pekerja melakukan gerakangerakan yang tidak termasuk dalam dalam penyelesaian pekerjaan karena dilakukan di antara kegiatan penyelesaian kerja. Hal tersebut meliputi kelelahan mata, pemenuhan kebutuhan pribadi misalnya untuk ke toilet atau minum, sikap kerja dan gerakan-gerakan tubuh untuk mengurangi kelelahan. Pengambilan penilaian merupakan penilaian secara subyektif namun disesuaikan dengan kondisi yang sesungguhnya. Misalnya untuk keterampilan (Skill) pekerja yang mendapatkan nilai Good di mana dalam tabel memiliki nilai sejumlah +0,06. Penilaian tersebut menandakan bahwa keterampilan bekerja yang diamati memiliki kualifikasi yaitu (Sutalaksana, 1979) : 1.
Kualitas yang baik
2.
Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjapada umumnya.
3.
Kebanyakan pekerja pada umumnya.
4.
Dapat memberi petunjuk- petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah.
5.
Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
6.
Tidak ada keraguan dalam melakukan tindakan.
7.
Bekerjanya terlihat stabil.
8.
Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.
9.
Gerakannya terlihat sangat cepat.
Sedangkan dalam penilaian untuk usahanya (Effort), pekerja yang diamati mendapat nilai Good senilai +0,05 karena memiliki kualifikasi yaitu (Sutalaksana, 1979): 1.
Bekerja berirama
2.
Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan terkadang tidak ada.
3.
Penuh perhatian terhadap pekerjaannya.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 8
4.
Senang dengan pekerjaannya.
5.
Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari
6.
Menerima saran dan petunjuk untuk perbaikan kerjanya dengan senang.
7.
Dapat memberi saran perbaikan kerja untuk pekerja lainnya.
8.
Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi.
9.
Menggunakan alat bekerja yang tepat dengan baik.
10. Memelihara dengan baik kondisi peralatan kerjanya.
Selanjutnya adalah pada kondisi kerja (Condition) pada cara Westinghouse’s System adalah kondisi fisik lingkungan tempat bekerjanya pekerja yaitu pencahayaan ruang, temperatur dan kebisingan ruangan. Pada operasi penimbangan kedelai, ruangan yang digunakan sangat sempit menjadi
satu
dengan
tempat
peyimpanan
kedelai.
dimaksudkan oleh pemilik perusahaan agar
Hal
tersebut
pekerja lebih cepat
menyelesaikan pekerjaannya karena dekat dengan bahan baku. Namun kondisi ini menyebabkan ruangan menjadi kotor dan berdebu. Selain itu untuk pencahayaannya tidak terlalu mendapat cukup sinar matahari sehingga ruangan menjadi gelap dan juga pengap karena kurangnya ventilasi udara. Sehingga melihat keadaan demikian penilaian terhadap kondisi (Condition) adalah 0,00 atau Average. Kemudian
untuk
faktor
yang
terakhir
adalah
konsistensi
(Consistency) pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Konsistensi adalah keteraturan waktu yang dibutuhkan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam keteraturan waktu tersebut terlihat apakah pekerja mampu
menjaga
kestabilan
waktu
yang
dibutuhkannya
dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Untuk pekerja di stasiun penimbangan kedelai yang diamati mendapatkan nilai konsistensi yaitu Good
atau
sebesar +0,01. Nilai tersebut didapatkan pekerja tersebut karena pekerja mampu menunjukkan kestabilan kebutuhan waktu yang diperlukannya
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 9
dalam melakukan pekerjaannya dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain.
2.3
Data Waktu Gerakan. Dengan Pengukuran Waktu Jam Henti, Sampling Kerja (Work
Sampling)
atau
cara-cara
lain
untuk
menentukan
waktu
baku,
penyelidikannya harus dilakukan secara menyeluruh terus-menerus. Dengan Jam Henti misalnya, berpuluh-puluh bahkan mungkin lebih pengamatan harus dilakukan terhadap pekerjaan yang diselidiki. Begitu pula dengan sampling kerja, pengamatan acak (random) sesaat-sesaat harus dilakukan beratus sampai beribu kali untuk mendapatkan hasil yang teliti. Sehingga
untuk
menentukan
waktu
baku
secara
demikian
membutuhkan waktu yang lama. Satu hal lain yang juga penting adalah bahwa pengamatan hanya dapat dilakukan setelah suatu pekerjaan berjalan, sehingga penentuan waktu bakunyapun baru diperoleh setelah kegiatan berlangsung beberapa lama. Hal ini jelas kurang membantu pimpinan perusahaan atau pabrik dalam merencana kegiatan produksi sebelumnya. Bersama dengan dihadapinya kenyataan-kenyataan ini, para ahli melihat bahwa sebenarnya terdapat bagian-bagian dari suatu pekerjaan yang sama dengan bagian-bagian dipekerjaan lain. Bahkan dalam sebuah pabrik, seringkali kesamaan bagian-bagian pekerjaan ini terdapat. Hal ini mula-mula terlihat pada pekerjaan-pekerjaan pemotongan logam. Misalnya hampir selalu terdapat pekerjaan mengangkat benda kerja dari tempatnya dan memasangnya pada kedudukan baru dimesin. Ternyata kondisi benda kerja yang sama (seperti berat dan bentuk) waktu penyelesaiannya dapat dikatakan untuk setiap macam pekerjaan pemotongan. Walaupun manfaat dari Data Waktu Baku ini dengan cepat dirasakan, namun masih dijumpai adanya kekurangan. Hal ini sehubungan dengan kemungkinan lingkupan pekerjaan yang dapat menggunakan tabel data
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 10
waktu baku yang telah dibuat. Data Baku untuk pekerjaan-pekerjaan pemotongan logam, misalnya umumnya tidak dapat dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan dipabrik kimia. Lebih jelas lagi terlihat bahwa data baku pekerjaan-pekerjaan pabrik tidak dapat diterapkan untuk pekerjaanpekerjaan kantor. Jadi data waktu yang dibuat untuk suatu kelompok pekerjaan hanya berlaku untuk kelompok itu sendiri. Maka para ahlipun berusaha untuk mendapatkan data waktu baku pekerjaan yang dapat berlaku lebih umum. Hal ini kemudian dilakukan dengan memperhatikan elemen-elemen gerakan sebagai perincian dari suatu pekerjaan. Jadi bukan lagi bagian pekerjaan memindahkan benda kerja ke mesin yang dilihat, tetapi elemen-elemen gerakan apa yang menjalankannya. Disamping dengan penyelidikan macromotion, data-data baku setiap elemen gerakan diperoleh juga dari pengamatan-pengamatan dengan jam henti seperti yang dikembangkan oleh Taylor. Karenanya Data Waktu Gerakan sebenarnya merupakan perkembangan dari perpaduan antara penemuan-penemuan Taylor dan Gilbreth. Dengan demikian, untuk pekerjaan apapun di pabrik atau tempat kerja lain, kita dapat menentukan waktu bakunya dengan terlebih dahulu mengurai pekerjaan tersebut atas elemen-elemen gerakannya, dan mensintesakan waktu-waktu elemen tersebut. 2.4
Method Time Measurement. Pengukuran waktu metode yang dalam istilah asingnya lebih dikenal
sebagai Methods Time Measurement (MTM) adalah suatu sistem penetepan awal waktu baku (predetermined time standard) yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. Sistem ini didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setiap operasi atau metode kerja ke dalam gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut, dan kemudian menetapkan standard waktu dari masing-masing gerakan tersebut berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi kerja masing-
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 11
masing yang ada. Pengukuran waktu metode membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen-elemen gerakan menjangkau (reach), mengangkut (move), memutar (turn), memegang (grasp), mengarahkan (position), melepas (release), lepas rakit (disassemble), gerakan mata (eye movement), dan beberapa gerakan anggota badan lainnya. Waktu untuk setiap elemen gerak ini ditentukan menurut beberapa kondisi yang disebut kelas-kelas. Kelas-kelas ini dapat menyangkut keadaan-keadaan perhentian, keadaan objek yang ditempuh atau dibawa, sulit mudahnya menangani objek atau kondisi-kondisi lainnya. Diawali sekitar tahun 1963 untuk pertama kalinya diperkenalkan anggota dari sistem Pengukuran Waktu Metode (methods time measurement) yang disebut dengan General Purpose Data (MTMGPD) dan pada saat yang bersamaan MTM- 1 dipakai untuk merencanakan sistem dasar dari MTM. Belakangan ini perkembangan sistem/metode MTM-GPD, MTM-2, MTM-3, MTM-V, MTM-M, MTM-C, dan 4M DATA (Sritomo, 1992). TMU merupakan satuan waktu yang digunakan dalam MTM (Methods Time Measurement) baik MTM 1,2 dan 3. Definisi TMU ialah unit pengukuran waktu, dimana : 1 TMU = 0,00001 jam 1 TMU = 0,036 detik
2.4.1 Tahap dalam Pengukuran Waktu Kerja dengan Metode MTM1 Pada dasarnya, terdapat tiga tahap dalam melakukan pengukuran waktu kerja dengan metoda MTM-1, yaitu : 1. Pendahuluan 2. Observasi 3. Perhitungan dan pengecekan Pemilihan operator sebaiknya yang sudah mempunyai metoda kerja yang tetap dan dianggap baik. Yang dimaksud dengan
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 12
pendekatan operator ialah pemberitahuan kepada operator tentang pengukuran dan pencatatan yang akan dilakukan, dengan tujuan agar operator dapat bekerja secara wajar. Yang dimaksud dengan pengumpulan informasi adalah identifikasi kegiatan antara lain meliputi: lokasi kegiatan, identifikasi bahan dan bagian-bagiannya, peralatan yang dipakai, tata letak tempat kerja, kondisi pekerjaan, kualitas dan pengukuran jarak.
2.4.2 Elemen-Elemen Gerakan dalam MTM-1 Dalam metoda MTM-1 (Methods Time Measurement-1) terdiri dari elemen-elemen gerakan sepertireach, move, apply pressure, turn, grasp, release, position, disengage, eye time, crank body, danleg&foot motion. 1.
Gerakan Menjangkau (REACH) Gerakan menjangkau (Reach) ialah gerakan dasar yang digunakan
bila
maksud
utama
gerakan
adalah
untuk
memindahkan tangan atau jari tangan ke suatu tempat tujuan atau lokasi yang baru. Dalam pergerakan ini, tangan dalam keadaan kosong atau tidak membawa obyek apapun. Cara penulisan gerakan ini dipetakan dalam simbol-simbol yang berurut dan masing-masing simbol tersebut mengandung arti, yaitu:
Simbol pertama dan ke-lima menginformasikan adanya gerakan lain yang tergabung dan tak terpisahkan dengan gerakan reach ini. Dan dituliskan jika dan hanya jika gerakan
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 13
tersebut bersatu dengan gerakan lain. Penulisannya harus dengan memakai huruf ‘m’. Bila dipakai huruf besar seperti ‘M’, maka akan menginformasikan elemen gerakan dasar yang lain. Simbol ke-dua ialah simbol yang menginformasikan gerakan reach. Simbol ke-tiga diisi dengan jarak. Jarak yang dimaksudkan disini adalah jarak perpindahan tangan. Jarak yang dituliskan di sini harus dalam satuan inch, karena tabel yang tersedia sudah dalam satuan inch. Bila jarak pergerakan ini kurang dari ¾ , maka penulisannya tidak perlu dengan angka, cukup dengan menuliskan huruf ‘f’. Simbol ke-empat menginformasikan kasus dalam gerakan reach ini. Diisi dengan huruf A,B,C,D atau E.
2.
Gerakan Membawa (MOVE) Gerakan membawa (Move) ialah gerakan dasar yang dikerjakan bila maksud utamanya adalah untuk membawa suatu obyek ke suatu sasaran. Ciri-ciri utama dari pergerakan ini ialah
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 14
pada saat pergerakan tangan, tangan dalam kondisi membawa objek. Oleh karena itu, berat dari objek diperhitungkan dalam gerakan ini, karena mempengaruhi pergerakan. Cara penulisan gerakan move ini dipetakan dalam simbol-simbol yang berurut dan masing-masing simbol tersebut mengandung arti, yaitu:
Simbol pertama dan ke-enam menginformasikan adanya gerakan lain yang bergabung dan tak terpisahkan dengan gerakan move ini. Dan dituliskan jika dan hanya jika gerakan tersebut bersatu dengan gerakan lain. Penulisannya harus dengan memakai huruf ‘m’ .Bila dipakai huruf besar seperti ‘M’, maka akan menginformasikan elemen gerakan dasar yang lain. Simbol ke-dua ialah simbol yang menginformasikan gerakan move. Simbol ke-tiga diisi dengan jarak. Jarak yang dimaksudkan disini adalah jarak perpindahan tangan. Jarak yang dituliskan di sini harus dalam satuan inch, karena tabel yang tersedia sudah dalam satuan inch. Bila jarak pergerakan ini kurang dari ¾” , maka penulisannya tidak perlu dengan angka, cukup dengan menuliskan huruf ‘f’. Simbol ke-empat menginformasikan kasus dalam gerakan move ini. Diisi dengan huruf A,B atau C. Simbol ke-lima menginformasikan berat objek yang berlaku dalam gerakan move ini. Berat diidentifikasikan dalam satuan lbs, sesuai tabel yang telah disediakan. Beban diperhitungkan bila melebihi 2 lbs.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 15
3.
Gerakan Menekan (APPLY PRESSURE) Gerakan menekan (Apply Pressure) ialah pemakaian tekanan pada waktu pergerakkan. Gerakan yang termasuk dalam gerakan ini, misalnya mengencangkan sekrup dengan obeng.
4.
Gerakan Memutar (TURN) Gerakan memutar (Turn) ialah memutar atau gerakan memutar tangan sepanjang sumbu tangan atau lengan bawah. Tata cara pemberian simbol dalam gerakan turn ini adalah sebagai berikut:
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 16
Simbol
pertama
dituliskan
huruf
T
besar,
yang
menginformasikan gerakan turn. Simbol ke-dua dituliskan derajat perputaran. Simbol ke-tiga dituliskan S, M, L, disesuaikan dengan kategori beban perputarannya.
5.
Gerakan Memegang atau mengengam (GRASP) Gerakan memegang (Grasp) ialah elemen gerakan dasar untuk menguasai benda baik dengan jari atau dengan tangan. Pembagian dari gerakan grasp ini dibagi dalam 11 kategori yaitu: -
G1, pick-up grasp, yang terdiri dari 3 kasus A,B dan C, yaitu:
G1A Dipakai untuk semua objek yang secara mudah dipegang, dikerjakan dengan cara menutup jari/menghimpitkan kedua jari. G1B Dipakai bila objek yang dipegang sangat kecil atau objek yang sangat pipih yang terletak sejajar/sebidang dengan permukaan meja. G1C Gerakan ini dipakai untuk objek pemegangan yang berbentuk silindris, dan dibagi menjadi tiga kategori diameter, yaitu: G1C1 Dipakai bila objek yang akan dipegang berbentuk silindris, yang berdiameter lebih besar dari ½ inch.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 17
G1C2 Dipakai bila objek yang akan dipegang berbentuk silindris, yang berdiameter antara ¼ inchsampai dengan ½ inch. G1C3 Dipakai bila objek yang akan dipegang berbentuk silindris, yang berdiameter lebih kecil dari ¼ inch. -
G2 Dipakai bila terjadi pengubahan pemegangan tanpa melepaskan pengendalian.
-
G3 Dipakai bila objek yang akan dipegang diambil dari tangan lain dengan mudah.
-
G4 Dipakai bila pemegangan dilakukan setelah pemilihan.
-
G5 Yang dimaksud ialah menguasai objek dengan cara disentuh. Dan gerakan ini biasanya sudah termasuk dalam gerakan reach, sehingga besar TMU-nya adalah nol.
6.
Gerakan Melepas (RELEASE) Gerakan melepas (Release) ialah gerakan melepaskan penguasaan obyek oleh jari atau tangan.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 18
R1 1
Yang dimaksud ialah melepaskan penguasaan objek
dengan membuka jari untuk melepaskan. R1 2
Yang dimaksud ialah’ menghindar’, lawan dari G5,
Sehingga biasanya bila gerakan grasp-nya masuk dalam kategori G1, G2, G3 atau G4, maka gerakan release-nya adalah RL1. Sedangkan bila gerakan grasp-nya masuk dalam kategori G5, maka gerakan release-nya adalah RL2.
7.
Gerakan Mengarahkan (POSITION) Gerakan mengarahkan (position) ialah gerakan dasar dari jari atau tangan yang dipergunakan untuk meluruskan, mengorientasikan atau mengarahkan sebuah obyek dengan obyek lainnya, dengan tujuan memperoleh hubungan yang spesifik. Position terjadi setelah objek ditransportasikan atau dipindahkan. Tata cara penulisan simbol pada gerakan position ini ialah:
Simbol
pertama
merupakan
simbol
untuk
gerakan position. Simbol ke-dua menginformasikan kategori dari gerakan position, adalah sebagai berikut: 1 = Tidak ada tekanan/paksaan/kesukaran 2 = Sedikit tekanan 3 = Kesukaran atau diperlukan tekanan yang besar
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 19
Simbol ke-tiga menjelaskan bentuk sifat atau bentuk dari benda yang diarahkan, yaitu: S = Simetri SS = Semi-simetri NS = Non-simetri Yang dimaksud dengan simetri ialah objek yang diarahkan bisa dalam keadaan bebas di masukkan/di arahkan. Dan yang dimaksud dengan semi-simetri ialah objek yang di arahkan/di masukkan terbatas posisinya pada saat di masukkan. Sedangkan yang
dimaksud
dengan non-simetri
ialah
objek
yang
diarahkan/dimasukkan hanya bisa dimasukkan dengan satu posisi saja. Simbol ke-empat menginformasikan tingkat kemudahan dalam melakukan gerakan position, yaitu: E
= Mudah dalam pengendaliannya
D = Sukar dalam pengendaliannya 8. Gerakan Melepas Rakit (DISENGAGE) Gerakan melepas rakit (Disengage) ialah gerakan dasar untuk memisahkan suatu obyek dari obyek lain. Pembagian pada gerakan disengage ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu: D1 Loose, sangat sedikit usahanya, dan bercampur dengan gerakan selanjutnya. Dan jarak pemisahannya sampai 1 inch. D2 Close, usahanya normal, dan jarak pemisahannya antara 1 inch sampai dengan 5 inch. D3 Tight, usaha yang besar, dan jarak pemisahannya lebih besar dari 5 inch dan lebih kecil dari 12 inch.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 20
Tata cara penulisan simbol pada gerakan disengage ini ialah:
Simbol
pertama
merupakan
simbol
untuk
gerakan disengage. Simbol ke-dua menginformasikan tingkat usaha
dari
menginformasikan
gerakan disengage. Simbol tingkat
kesulitan
ke-tiga dari
gerakan disengage (Yudiantyo, 1994).
9.
Gerakan Mata (EYE TIME) Gerakan ini terbagi menjadi dua gerakan, yaitu: a.
ET (EYE TRAVEL) Eye travel ialah gerakan mata yang dipergunakan untuk mengubah pandangan dari suatu lokasi ke lokasi
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 21
lain. Terdapat dua cara pengukuran yang dapat dilakukan sehubungan dengan penentuaneye travel ini, yaitu: Sudut
TMU
Perpindahan(derajat) 15
4.3
30
8.6
45
12.8
60
17.1
>=75
20
Berdasarkan jarak perpindahan (T) dan jarak tegak lurus antara mata dan garis perpindahan (D). b.
EF (EYE FOCUS)
Eye focus ialah konsentrasi mata atau penglihatan mata terhadap suatu obyek pada kurun waktu tertentu dengan maksud memperjelas penglihatan. Besar TMU yang ditetapkan untuk gerakan ini adalah sebesar 7,3 TMU.
10. Crank Crank ialah gerakan memutar dari jari tangan , tangan, pergelangan
tangan
dan
lengan.
Berbeda
dengan turn,
gerakan crank terdapat diameter dari putaran, sebagai contoh memutar stir mobil. Tata cara penulisan simbol dari gerakan CRANK ini adalah sebagai berikut:
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 22
Simbol pertama menginformasikan jumlah putaran. Minimal jumlah putaran adalah ½ putaran. Bila kurang dari ½ putaran,
maka
gerakan
tersebut
tidak
dikategorikan
gerakan crank , tetapi gerakanmove. Simbol ke-dua merupakan notasi dari gerakan crank. Simbol ke-tiga menginformasikan diameter putaran. Simbol ke-empat menginformasikan beban putaran. Dan dituliskan bila lebih besar dari 21/2 lbs. ENW singkatan dari Effective Net Weight, dan dalam hal ini dipakai satuan lbs.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 23
BAB III PENGOLAHAN DATA
3.1
Perhitungan waktu baku secara langsung. 3.1.1. Waktu baku untuk setiap elemen gerakan yang dilakukan operator 1 dan operator 2 Keterangan Operator 1 : a. Penyesuaian (P) = P obj. * P sch. =1.12 * 1.167 =1.3 b. Kelonggaran (A) = 10/100 = 0.1
No.
1 2 3
Tangan Kiri Mengambil penggaris Menahan penggaris Meletakkan penggaris
Ws
Wn
Wb
Jumlah Gerakan (…kali)
1
1.3
1.43
1
309
401.7
441.87
78
Meletakkan pensil
2
2.6
2.86
1
2
2.6
2.86
1
408
530.4
583.44
200
Tangan Kanan
Mengambil pensil Mengukur dan menggaris
4
Menahan kaplek
Mengambil gunting
5
Memegang kaplek
Memotong kaplek
6
Meletakkan kaplek tengah, kaplek penutup dan kaplek sisi ketempat barang setengah jadi
Meletakkan gunting
3
3.9
4.29
2
Membuang sisa kaplek
1
1.3
1.43
1
Menunggu
1
1.3
1.43
1
Mengambil pensil
1
1.3
1.43
1
331
430.3
473.33
81
1
1.3
1.43
1
7 8 9 10 11
Membuang sisa kaplek Memindahkan kertas pelapis ke bidang kerja Mengambil penggaris Menahan penggaris Meletakkan penggaris
Mengukur dan menggaris Meletakkan pensil
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 24
No.
12
13
14
15 16 17 18 19 20 21 22
23
24 25 26 27 28 29
30
Tangan Kiri Menahan kertas pelapis yang berada di bidang kerja Memegang kertas pelapis Meletakkan pelapis tengah, pelapis sisi dan penutup ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa kertas pelapis Menunggu Memindahkan karton spotlight I ke bidang kerja Mengambil penggaris Menahan penggaris Meletakkan penggaris Menahan spotlight I Memegang spotlight I Meletakkan spotlight I ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa spotlight I Memindahkan karton spotlight II ke bidang kerja Menahan karton spotlight II Menunggu Memegang karton spotlight II Memegang karton spotlight II Meletakkan pola angka ke tempat barang setengah jadi
Tangan Kanan
Ws
Wn
Wb
Jumlah Gerakan (…kali)
Mengambil gunting
2
2.6
2.86
1
211
274.3
301.73
58
1
1.3
1.43
1
1
1.3
1.43
1
1
1.3
1.43
1
Menunggu
1
1.3
1.43
1
Mengambil pensil
1
1.3
1.43
1
Mengukur dan menggaris
60
78
85.8
7
Meletakkan pensil
1
1.3
1.43
1
Mengambil gunting
2
2.6
2.86
1
Memotong spotlight
34
44.2
48.62
14
Meletakkan gunting
1
1.3
1.43
1
Membuang sisa spotlight I
1
1.3
1.43
1
Mengambil pensil
1
1.3
1.43
1
Menggambar pola angka
67
87.1
95.81
22
Meletakkan pensil
1
1.3
1.43
1
Mengambil gunting
1
1.3
1.43
1
725
942.5
1036.75
337
7
9.1
10.01
3
Memotong kertas pelapis Meletakkan pelapis tengah, pelapis sisi dan penutup ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa kertas pelapis Mengembalikan gunting
Memotong pola angka Meletakkan gunting
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 25
No.
Tangan Kiri
31
Membuang sisa karton spotlight II
32 33 34 35
Memindahkan mika ke bidang kerja Mengambil penggaris Menahan penggaris Meletakkan penggaris
Ws
Wn
Wb
Jumlah Gerakan (…kali)
Membuang sisa karton spotlight II
1
1.3
1.43
1
Menunggu
1
1.3
1.43
1
Mengambil pensil
1
1.3
1.43
1
107
139.1
153.01
18
Meletakkan pensil
1
1.3
1.43
1
Tangan Kanan
Mengukur dan menandai mika
36
Memegang mika
Mengambil gunting
1
1.3
1.43
1
37
Memegang mika
Memotong mika
94
122.2
134.42
21
Meletakkan gunting
1
1.3
1.43
1
Membuang sisa mika
1
1.3
1.43
1
Memindahkan mesin dan jarum jam ke bidang kerja
2
2.6
2.86
2
Mengambil pensil
1
1.3
1.43
1
38 39
40
41
Meletakkan mika ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa mika Memindahkan mesin dan jarum jam ke bidang kerja Mengambil penggaris
42
Menahan penggaris
Mengukur dan menandai jarum jam
89
115.7
127.27
3
43
Meletakkan penggaris
Meletakkan pensil
1
1.3
1.43
1
44
Menunggu
Mengambil gunting
1
1.3
1.43
1
200
260
286
27
Meletakkan gunting
2
2.6
2.86
1
Membuang sisa jarum jam
1
1.3
1.43
1
Memberikan semua barang setengah jadi ke operator 3
2
2.6
2.86
1
45
46
47
48
Memegang jarum jam yang sudah diukur Meletakkan mesin dan jarum jam yang sudah dipotong ke tempat barang setengah jadi Membuang sisa jarum jam Memberikan semua barang setengah jadi ke operator 2
Memotong jarum jam
Total Wb (det)
Johanes Susanto / 2012-21046
3840.98
Page 26
Keterangan Operator 2 : a. Penyesuaian (P) = P obj. * P sch. =1.12 * 1.167 =1.3 b. Kelonggaran (A) = 11/100 = 0.11
No.
1 2 3 4 5 6 7
8
9 10
11
12 13 14
Tangan Kiri Memindahkan kaplek tengah ke bidang kerja Mengambil penggaris Menandai pusat kaplek tengah Meletakkan penggaris Memegang kaplek tengah Menahan kaplek tengah Menunggu Memindahkan pelapis kaplek tengah, spotlight dan pola angka ke bidang kerja Memindahkan hiasan ke bidang kerja Menahan kaplek tengah Menempel pelapis, spotlight, pola angka dan hiasan pada kaplek tengah Menunggu Memegang kaplek tengah Menahan kaplek tengah
Ws
Wn
Wb
Jumlah Gerakan (…kali)
Menunggu
1
1.3
1.443
1
Mengambil pensil
1
1.3
1.443
1
Menandai pusat kaplek tengah
8
10.4
11.544
5
Meletakkan pensil
1
1.3
1.443
1
Mengambil paku
1
1.3
1.443
1
Membuat lubang
10
13
14.43
24
Meletakkan paku
1
1.3
1.443
1
Mengambil lem
6
7.8
8.658
4
Menunggu
1
1.3
1.443
1
Membubuhkan lem
239
310.7
344.877
171
Menempel pelapis, spotlight, pola angka dan hiasan pada kaplek tengah
1242
1614.6
1792.206
1162
Meletakkan lem
1
1.3
1.443
1
Mengambil paku
1
1.3
1.443
1
Membuat lubang
14
18.2
20.202
9
Tangan Kanan
15
Menunggu
Meletakkan paku
1
1.3
1.443
1
16
Mengambil mesin dan jarum jam
Mengambil mesin dan jarum jam
3
3.9
4.329
2
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 27
Tangan Kanan
Ws
Wn
Wb
Jumlah Gerakan (…kali)
17
Memasang mesin dan jarum jam pada kaplek tengah
Memasang mesin dan jarum jam pada kaplek tengah
75
97.5
108.225
61
18
Meletakkan kaplek tengah yang sudah terpasang mesin dan jarum jam nya ke tempat setengah jadi
Meletakkan kaplek tengah yang sudah terpasang mesin dan jarum jam nya ke tempat setengah jadi
1
1.3
1.443
1
19
Memindahkan kaplek penutup dan pelapisnya ke bidang kerja
Mengambil lem
1
1.3
1.443
1
Membubuhkan lem
20
26
28.86
18
Melapisi kaplek penutup dengan pelapisnya
119
154.7
171.717
77
Meletakkan kaplek penutup ke tempat setengah jadi
1
1.3
1.443
1
Menunggu
1
1.3
1.443
1
Membubuhkan lem
73
94.9
105.339
69
Menempelkan kedua kaplek sisi menjadi satu
28
36.4
40.404
13
No.
20 21
22
23 24 25
Tangan Kiri
Menahan kaplek penutup Melapisi kaplek penutup dengan pelapisnya Meletakkan kaplek penutup ke tempat setengah jadi Memindahkan kedua kaplek sisi ke bidang kerja Menahan kaplek sisi Menempelkan kedua kaplek sisi menjadi satu
26
Menunggu
Meletakkan lem
1
1.3
1.443
1
27
Mengambil penggaris
Mengambil pensil
1
1.3
1.443
1
28
Menandai tempat penekukan kaplek sisi yang telah digabungkan
Menandai tempat penekukan kaplek sisi yang telah digabungkan
15
19.5
21.645
12
Menekuk kaplek sisi menggunakan penggaris Meletakkan penggaris
Menekuk kaplek sisi menggunakan penggaris
64
83.2
92.352
33
Meletakkan pensil
1
1.3
1.443
1
31
Mengambil selotip
Mengambil gunting
1
1.3
1.443
1
32
Memegang selotip
Menggunting selotip
24
31.2
34.632
21
29 30
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 28
No.
Tangan Kiri
33
Menyambung kaplek sisi yang sudah ditekuk dengan selotip
34
Meletakkan selotip
35 36
37
38 39
40
41 42 43
44 45 46
Memindahkan pelapis kaplek sisi ke bidang kerja Menahan pelapis kaplek sisi Melapisi kaplek sisi yang sudah ditekuk dengan pelapisnya Mengambil kaplek tengah Menahan kaplek tengah Memasang kaplek tengah yang sudah terpasang mesin jam kedalam kaplek sisi Mengambil kaplek penutup Menahan kaplek penutup Menempelkan kaplek penutup ke badan jam Memindahkan plastik mika ke bidang kerja Memegang badan jam Menempelkan plastik mika ke badan jam
Ws
Wn
Wb
Jumlah Gerakan (…kali)
Menyambung kaplek sisi yang sudah ditekuk dengan selotip
15
19.5
21.645
16
Meletakkan gunting
1
1.3
1.443
1
Mengambil lem
1
1.3
1.443
1
Membubuhkan lem
47
61.1
67.821
46
Melapisi kaplek sisi yang sudah ditekuk dengan pelapisnya
68
88.4
98.124
34
Menunggu
1
1.3
1.443
1
Membubuhkan lem
27
35.1
38.961
25
Memasang kaplek tengah yang sudah terpasang mesin jam kedalam kaplek sisi
21
27.3
30.303
19
Menunggu
1
1.3
1.443
1
Membubuhkan lem
10
13
14.43
12
Menempelkan kaplek penutup ke badan jam
6
7.8
8.658
8
Menunggu
1
1.3
1.443
1
Membubuhkan lem
32
41.6
46.176
29
Menempelkan plastik mika ke badan jam
10
13
14.43
10
Tangan Kanan
47
Mengambil hiasan
Mengambil hiasan
2
2.6
2.886
2
48
Memegang hiasan
Membubuhkan lem
222
288.6
320.346
219
Menempelkan hiasan Membuang sisa hiasan
Menempelkan hiasan Membuang sisa hiasan
483
627.9
696.969
389
4
5.2
5.772
3
Menunggu
Meletakkan lem
1
1.3
1.443
1
49 50 51
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 29
No.
Tangan Kiri
Tangan Kanan
Ws
Wn
Wb
Jumlah Gerakan (…kali)
52
Menunggu
Mengambil baterai
1
1.3
1.443
1
53
Memasang baterai
Memasang baterai
5
6.5
7.215
3
54
Meletakkan jam meja ke tempat barang jadi
Meletakkan jam meja ke tempat barang jadi
1
1.3
1.443
1
Total Wb (det)
4209.231
3.1.2. Perhitungan waktu baku keseluruhan untuk proses pembuatan jam meja tersebut. =
1 3840.98 2 4209.231
+
8050.211
≈ .
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 30
3.2
Assembly Process Chart (APC) untuk proses pembuatan jam meja. ASSEMBLY CHART Pembuatan Jam Meja
Kaplek Tengah Pelapis Kaplek Tengah
SS A-1
Karton Spotlight
Pola Angka SA1
Hiasan
A-1
Jarum Jam
Mesin Jam
SS A-1
Baterai
Kaplek Sisi A-2
Pelapis Kaplek Sisi
Kaplek Penutup
A-3
Pelapis Kaplek Penutup
Mika
Johanes Susanto / 2012-21046
A-4
Page 31
3.3
Operation Process Chart (OPC) pembuatan jam meja (Lihat tabel 3.3 pada lampiran)
3.4
Perhitungan waktu baku tidak langsung dengan metode MTM. Dalam perhitungan data waktu dengan menggunakan metode MTM, Total Wb yang didapat oleh kedua operator untuk menyelesaikan jam meja adalah 0.88 jam atau sekitar 53 menit 37 detik. Keterangan lebih lanjut ada dalam tabel MTM (Lihat tabel 3.4 pada lampiran)
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 32
BAB IV ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1
Analisis penggunaan nilai penyesuaian operator. Penyesuaian (P) yang digunakan adalah penyesuaian objektif dan penyesuaian schumard dengan catatan kedua operator memiliki nilai penyesuaian yang sama. Dalam pengerjaan jam meja ini, operator banyak menggunakan bagian tubuh atas seperti lengan atas, lengan bawah, dan seterusnya sehingga dapat menggunakan penyesuaian D (5). Kemudian tangan operator bergerak bergantian saat proses kerja sehingga penyesuaian H (0) dapat digunakan. Pengukuran jam meja, menggunting dan menghias membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang konstan dan dekat sehingga menggunakan penyesuaian K (4). Penggunaan perlatan harus hati-hati dan dibutuhkan penanganan khusus sehingga menggunakan penyesuaian Q (3). Hal tersebut menjelaskan mana saja penyesuaian objektif yang dipilih dalam pengerjaan jam meja. Sedangkan untuk penyesuaian Schumard yang dipilih adalah kelas Good karena operator yang bekerja tidak berpengalaman tetapi mampu menyelesaikan jam meja dengan baik. Besarnya kelonggaran atau allowance (A) yang digunakan kedua operator berdasarkan factor yang berpengaruh dapat dilihat dari beberapa hal yang ada di tabel allowance. Dalam pembuatan jam meja ini, tenaga yang digunakan oleh operator relatif ringan dengan sikap kerja duduk dan gerak kerja yang normal. Dengan banyaknya kegiatan mengukur, memotong, mengelem, dan menempel serta merakit, maka pandangan mata akan terus menerus dengan fokus tetap. Suhu ruangan saat pengerjaan normal dengan keadaan atmosfer yang baik dan keadaan lingkungan yang bersih, sehat, cerah dan kebisingan rendah.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 33
Perlu diketahui bahwa ada operator wanita dan operator pria sehingga kelonggaran untuk kebutuhan pribadinya berbeda. Performansi operator I dalam melakukan pekerjaan dinilai berada pada kelas Excellent karena operator tersebut bekerja dengan cepat dan terampil. Sedangkan performansi operator II dalam bekerja dinilai berada pada kelas Good karena operator tersebut bekerja dengan baik. Nilai kelonggaran dari operator I adalah 18 %. Kemudian nilai kelonggaran dari operator II adalah 15 %. Hal ini penulis putuskan karena faktor pribadinya tidak terlalu berpengaruh, tenaga yang dikeluarkan dapat diabaikan, sikap kerjanya duduk, gerakan kerjanya normal, pandangan matanya hampir terus menerus, keadaan suhu tempat kerjanya normal, keadaan lingkungannya bersih, sehat, Penulis berpendapat cerah dengan kebisingan yang rendah, faktor tak terhindarkannya tidak ada karena selama melakukan pekerjaannya operator tersebut tidak mengalami hal tak terhindarkan tersebut.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 34
4.2
Analisis tata letak stasiun kerja. Tata letak Stasiun Kerja pada praktikum ini dinilai kurang baik yang
berdampak pada performansi operator. Beberapa peralatan yang sering digunakan seperti penggaris dan pensil pada lay out praktikum ini dirasakan letaknya cukup jauh dari jangkauan. Berikut ini adalah lay out yang diterapkan pada saat praktikum. Keterangan :
LAY OUT OPERATOR I D
E
F
G
C
H
B
I
A
J
Keterangan :
LAY OUT OPERATOR II
D
E
F
G
H
I
C
J
B
K
A
L
Johanes Susanto / 2012-21046
A : Barang ½ jadi B : Karton Spotlight C : Kertas Pelapis D : Penggaris E : Mika F : Pensil G : Lem H : Gunting I : Mesin Jam J : Tempat sampah
A : Barang ½ jadi B : Mika C : Hiasan D : Penggaris E : Selotip F : Pensil G : Gunting H : Lem I : Mesin Jam J : Baterai K : Paku L : Tempat sampah
Page 35
Untuk itu akan lebih efisien apabila peralatan yang memiliki frekuensi penggunaan lebih tinggi berada pada lokasi / sisi yang mudah dijangkau operator, misalnya posisi samping kanan atau kiri. Kemudian untuk barang setengah jadi dan sampah diperlukan space (ruang) lebih luas lagi dengan maksud tidak mengganggu pekerjaan lain yang masih harus dilakukan di Stasiun Kerja tersebut. Dan untuk barang atau komponen yang diproses sebaiknya ditempatkan pada posisi yang sama agar operator I dan operator II dapat menjangkau dengan mudah dan menghemat tempat. Seperti lay out sebagai berikut : Keterangan : A
J
B
I
OPERATOR I C
H
D
E
E
F
M L
N
OPERATOR II
K
4.3
G
O
A : Kertas Spotlight B : Kertas Pelapis C : Gunting D : Barang ½ jadi E : Mesin Jam F : Mika G : Tempat sampah H : Lem I : Pensil J : Penggaris K : Penggaris L : Pensil N : Gunting M : Hiasan O : Baterai P : Paku
P
Analisis mengenai proses tiap stasiun kerja. Proses setiap stasiun kerja sudah cukup baik. Akan tetapi untuk tujuan peningkatan produktivitas dari operator maka evaluasi dan perancangan ulang perlu dilakukan. Kita harus melakukan pemilihan operator secara tepat, yang sudah terbiasa dalam mengerjakan pekerjaan jenis seperti ini sehingga dalam pengerjaannya dapat menggunakan waktu secara efektif dan efesien.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 36
4.4
Analisis Peta Tangan Kanan Tangan Kiri (PTKTK).
4.4.1 Analisis Keseimbangan antara Gerakan Tangan Kanan dan Tangan Kiri. Gerakan – gerakan tangan kanan dan tangan kiri perbedaannya tidak terlalu besar. Untuk Operator 1, proses pengerjaannya begitu berat, sehingga tangan kanan lebih dominan dalam mengerjakannya, seperti proses memotong. Yang dapat membuat tangan kanan sakit karena karton kaplek yang bahannya lebih tebal, sehingga sulit untuk dipotong. Pada Operator 2 proses pengerjaan berat terdapat pada membuat lubang pada karton kaplek tengah. Pada Tangan kiri pekerjaannya berperan untuk hal – hal yang kecil seperti mengambil peralatan, hiasan, dll. Proses untuk melakukan penyeimbangan pada tangan kiri terhadap tangan kanan agak sulit dilakukan dikarenakan tangan kanan dibiasakan lebih banyak melakukan kegiatan/pekerjaan-pekerjaan di bandingkan dengan tangan kiri, seperti pekerjaan-pekerjaan yang setiap hari dilakukan. Dalam hal ini tangan kiri harus ditingkatkan lagi dalam pekerjaan menggunakan tangan kiri, sehingga dapt menghemat waktu pekerjaan. Gerakan – gerakan menunggu. Masih terdapat pada pekerjaan ini dimana tangan kanan atau tangan kiri tidak melakukan aktifitas (menunggu), seperti pada contoh tangan kiri memindahkan kertas pelapis
kebidang
kerja
sedangkan
tangan
kanan
menunggu,
seharusnya proses menunggu dapat dihilangkan dengan melakukan proses selanjutnya seperti tangan kanan mengambil pensil atau pperalatan yang dibutuhkan dalam proses selanjutnya. Jika dalam pekerjaan ini proses menunggu tidak dapat dihilangkan alangkah baiknya jika diminimalisir, sehingga proses pengerjaan tidak terbuang sia-sia dan dapat meningkatkan jumlah produksi.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 37
4.4.1 Analisis Gerakan yang Tidak Efesien dan Tidak Produktif. Pada Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri (PTKTK) dapat diketahui bahwa masih adanya beberapa gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif. Gerakan-gerakan tersebut antaran lain salah satu tangan yang hanya menunggu tangan lainnya melakukan aktifitasnya. Akan lebih baik apabila menunggu dapat diminimalkan dengan merancang PTKTK dimana tangan kanan dan tangan kiri bekerja beriringan demi keefektifan dan keefisienan waktu untuk meningkatnya produktivitas. Gerakan lainnya yang menurut penulis termasuk dalam gerakan yang tidak efektif dan efisien adalah gerakan-gerakan mengambil peralatan yang letaknya lebih dari jarak jangkauan. Hal ini menyebabkan operator dapat merasa lebih cepat lelah dan hal ini akan menurunkan tingkat produktifitasnya apabila ia diharuskan untuk mengulur tangannya dengan sedikit gerakan membungkuk untuk menjangkau peralatan tersebut. Maka diperlukan rancangan lay out operator yang baik dan sesuai dengan operator. 4.5
Analisis perbaikan tentang alat bantu kerja.
4.5.1
Alat Bantu Kerja untuk Melakukan Proses. Penulis berpendapat bahwa untuk memudahkan proses pengerjaan
maka
beberapa
alat
bantu
perlu
ditambahkan,
diantaranya adalah mal cetak angka dan wadah untuk komponen angka agar mudah saat pengambilannya.
4.5.2 Wadah untuk Bahan dan Alat yang Sesuai untuk Operasi Kerja. Usulan untuk wadah bagi bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum adalah suatu wadah yang pipih, memiliki panjang dan lebar yang sesuai serta tidak tinggi karena wadah yang memiliki
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 38
sisi tinggi akan menyulitkan operator dalam mengambil bahan ataupun peralatan.
4.5.3 Lingkungan Kerja. Lingkungan kerja yang lebih baik, dengan pencahayaan yang cukup sehingga operator dapat melihat dengan jelas, suhu yang normal dengan sirkulasi udara yang baik, dan meja kerja yang cukup lapang dengan demikian operator bisa leluasa dalam melakukan pekerjaannya. 4.6
Perbandingan pengukuran Wb langsung dan tidak langsung. Pengukuran data waktu baku secara langsung dilakukan dengan mengamati operator kerja yang melakukan kegiatan kerjanya secara langsung dan mendapatkan total waktu baku dari lama kegiatan tersebut
dilaksanakan.
Sedangkan
jika
dengan
menggunakan
pengukuran data waktu baku tidak langsung (menggunakan MTM), kita akan mendapatkan hasil waktu baku tanpa harus mengamati operator langsung. Dalam pengukuran data waktu baku yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung ternyata memiliki hasil total waktu yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena beberapa factor, diantaranya operator yang melakukan kegiatan mengalami beberapa trouble sehingga menghambat proses kerja dan menggunakan waktu lebih banyak. Kesulitan yang dihadapi oleh operator ini terjadi karena masih banyak elemen plan, search, dan delay yang dilakukan operator. Kemudian tingkat keterampilang dan lingkungan sekitar operator juga mempengaruhi kecepatan kerja operator. Seperti pada saat praktik, lingkungan kerja terlalu ramai sehingga operatornya bisa melakukan hal lain diluar membuat jam meja (mengobrol dan bercanda, makan dan minum, etc).
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 39
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan. Dalam percobaan kali ini, data waktu baku yang diperoleh dari pengamatan secara langsung dan tidak langsung ternyata memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mengganggu serta ketidak seriusan operator dalam mengerjakan jam meja. Operator bekerja santai dan sedikit mengobrol membuat terjadinya penguluran waktu dari data waktu baku yang seharusnya. Kemudian keterampilan operator yang berbeda membuat hasil data waktu baku pun berbeda.
5.2 Saran. Sebaiknya dalam melakukan pengerjaan sebuah benda kerja, dilakukan beberapa kali percobaan sehingga mampu terlihat perbedaan data waktu baku dari operator yang tidak berpengalaman hingga menjadi operator yang berpengalaman sehingga memenuhi data waktu berdasarkan MTM.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 40
DAFTAR PUSTAKA
Aft, Lawrence S., Productivity Measurement and Improvement. Pretince Hall, Inc.1992 Apple, M. James, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.ITB. 1990 Barnes, Ralph M., Motion and Time Study, Design and Measurement of Work.John Wiley and Soc. Inc., New York, AS, 1968. Niebel, Benjamin W., Motion and Time Study.9thed., Irwin, Illionis, 1993. Niebel, Benjamin and Andris Freivalds.Methods, Standards, and Work Design. McGraw-Hill Companies, inc. 2003. Nori, Hamid, Production and Operation Management. Satualaksana, Iztifikar Z. dkk, Teknik Tata Cara Kerja. Departemen Teknik Industri ITB, Bandung, 1982.
Johanes Susanto / 2012-21046
Page 41