MAKALAH KEDISIPLINAN, STRES dan KEPUASAN KERJA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Dosen Pengampu : Dra. Sumarsih
Disusun Oleh :
Shandy Eksani Putra
(09403241002)
Ari Budicahyono
(09403241037)
Ratama Karya Cita
(09403241045)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Sumber Daya Manusia ini yang berisi tentang kedisiplinan, stres dan kepuasan kerja. Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan Dra. Sumarsih selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, serta berbagai pihak yang membantu kelancaran pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Yogyakarta, 27 September 2010
Penulis
BAB I A. Latar Belakang
Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut perusahaan tidak akan lepas dari kontribusi karyawan. Karyawan merupakan kekayaan utama bagi setiap perusahaan. Karyawan menjadi perencana, pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Sebagai pelaku utama dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikap-sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap-sikap positif hendaknya dibina supaya memberikan efek yang positif bagi perusahaan dan sikap-sikap negatif hendaknya dihindarkan supaya tidak memberikan efek yang negatif bagi perusahaan. Sikap-sikap tersebut dapat berupa kedisiplinan yang tinggi maupun rendah, stres, frustasi dan sebagainya. Kepuasaan kerja yang tinggi juga akan memberikan kontribusi positif dalam mencapai tujuan perusahaan.
B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kedisiplinan dan faktor apa saja yang mempengaruhinya? 2. Apa yang dimaksud stress dan faktor apa saja yang mempengaruhinya? 3. Apa yang dimaksud kepuasan kerja dan faktor apa saja yang mempengaruhinya?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui sikap apa saja yang mempengaruhi kinerja karyawan 2. Untuk mengetahui mengapa sifat-sifat tersebut mempengaruhi kinerja karyawan 3. Untuk mengetahui tentang kedisiplinan dan faktor yang mempengaruhinya 4. Untuk mengetahui tentang stress dan faktor yang mempengaruhinya 5. Untuk
mengetahui
mempengaruhinya.
tentang
kepuasan
kerja
dan
faktor
yang
BAB II
KEDISIPLINAN
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan , semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Seorang manajer dikatakan efektif
dalam
kepemimpinannya, apabila para karyawannya berdisiplin baik. Kedisiplinan sendiri berarti kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Apabila seorang karyawan melanggar peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan, maka dibutuhkan hukuman / tindakan disiplin yang akan mengurangi pelanggaran yang dilakukan karyawan terhadap peraturan yang berlaku. Tindakan disiplin ini dapat berupa teguran-teguran (reprimands), penskoran (suspension), penurunan pangkat atau gaji (reducations in raank on pay), dan pemecatan (firing). Tindakan disiplin diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan karyawan. Peraturan tanpa tindakan disiplin atau hukuman yang tegas tidak akan menjadi alat pendidik yang baik bagi karyawan. Selain tindakan disiplin terdapat pengaduan yang biasanya digunakan oleh para pegawai yang merasa hak-haknya telah dilanggar oleh organisasi. Pengaduan disebabkan karena para pekerja mungkin merasa bahwa mereka sedang diperlakukan secara tidak adil. Imbalan yang diberikan tidak sesuai dengan kontribusi yang telah mereka berikan kepada organisasi atau juga tidak diperlakukan sama dengan pegawai yang lain. Tindakan disiplin dan sistem pengaduan merupakan mekanisme dimana organisai dan pekerja berusaha untuk mencapai keadilan dalam hubungan satu sama lain. Keadilan yang dimaksud mencakup keadilan substantive dan procedural. Keadilan substantive ini menyangkut keadilan dalam imbalan atau penghargaan dari organisasi terhadap karyawan dilihat dari kontribusinya, atau dibandingkan dengan karyawan yang lain. Keadilan procedural menunjukan
keberadaan dari mekanisme yang tidak memihak atau mekanisme yang tidak tepat untuk menjamin pemerataan substantive. Faktor-faktor kedisiplinan : 1. Tujuan dan kemampuan 2. Teladan pemimpin 3. Balas jasa 4. Keadilan 5. Waskat 6. Sanksi hukuman 7. Ketegasan 8. Hubungan kemanusiaan
STRES Stres biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stress dapat berupa tanda-tanda berikut ini: 1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang. 2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, marah-marah, mudah salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah. 3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. 4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, mudah berbohong. Dari beberapa uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan).
Stres Dalam Kerja Stres karyawan dapat timbul akibat kepuasan kerja yang tidak terwujud. Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi: 1. Kepuasan kerja rendah 2. Kinerja yang menurun 3. Semangat dan energi menjadi hilang 4.
Komunikasi tidak lancer
5. Pengambilan keputusan jelek 6. Kreatifitas dan inovasi kurang 7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Penyebab
stres
ketidakseimbangan
kerja
antara
yang
karakteristik
lain
dapat
kepribadian
dikarenakan
adanya
karyawan
dengan
karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan.
Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan.
Sedang
faktor
personal
bisa
berupa
tipe
kepribadian,
peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri.
Secara umum dikelompokkan sebagai berikut : 1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cendrung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. 2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor. Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. 3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. 4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. 5. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja.
Dampak Stres Kerja Pada Perusahaan Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa: 1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja 2. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja 3. Menurunkan tingkat produktivitas 4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.
Dampak Stres Kerja Pada Karyawan Reaksi terhadap stress dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres(flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan sehari-hari kedua reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres. Gejala-gejala stres di tempat kerja: 1. bekerja melewati batas kemampuan 2. kelerlambatan masuk kerja yang sering 3. ketidakhadiran pekerjaan 4. kesulitan membuat keputusan 5. kesalahan yang sembrono
Konseling Konseling adalah pembahasan suatu masalah dengan seorang karyawan, dengan maksud pokok membantu karyawan tersebut agar dapat mengatasi masalah secara baik. Konseling bertujuan untuk membuat orang-orang menjadi lebih efektif dalam memecahkan masalah-masalah mereka. Fungsi konseling : 1. Pemberian nasihat, yaitu dengan mengarahkan mereka dalam pelaksanaan serangkaian kegiatan yang diinginkan. 2. Peneteraman hati, yaitu dengan meyakinkan karyawan bahwa dia mampu untuk mengerjakan tugas-tugasnya asalkan dilaksanakan sungguh-sungguh. 3. Komunikasi, yaitu melakukan komunikasi dua arah, formal dan informal, vertikal maupun horizontal dan umpan balik harus ditanggapi manajer secara positif serta diberikan penjelasan seperlunya.
4. Pengenduran ketegangan emosional, yaitu memberikan kesempatan bagi orang tersebut untuk mengemukakan masalah yang dihadapinya secara gamblang dan jangann diintrupsi sampai dia selesai mengungkapkannya. Baru kemudian kita berikan pengarahan yang bersifat rohani dan psikologis. 5. Penjernihan pemikiran, yaitu pembahasan masaslah secara serius dengan orang lain, membantu seseorang untuk berpikir realistis dan objektif mengatasi masalahnya. Tipe-tipe konseling : 1. Directive counseling emosional
karyawan,
adalah proses mendengarkan masalah-masalah memutuskan
apa
yang
harus
dilakukan,
memberitahukan dan memotivasi karyawan untuk melakukannya. 2. Nondirective counseling (client-centered) adalah proses mendengarkan dengan penuh perhatian dan mendorongnya untuk menjelaskan masalah yang menyusahkan mereka, memahaminya dan menentukan penyelesaian yang tepat. 3. Cooperative counseling adalah hubungan timbal balik antara pembimbing dengan karyawan dan mengembangkan pertukaran gagasan secara kooperatif untuk membantu pemecahan masalah karyawan.
KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting. Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu karyawan berbeda kepuasannya. Kepuasan kerja hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja dan turnover kecil maka secara relatif kepuasan kerja karyawan baik. Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi faktor-faktor berikut: 1. Balas jasa yang adil dan layak 2. Penempatan yang tepat sesuai keahlian
3. Berat-ringannya pekerjaan 4. Suasana dan lingkungan pekerjaan 5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan 6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya Kepuasan kerja dan kedisiplinan Jika kepuasan karyawan baik maka kedisiplinan karyawan juga akan baik Kepuasan kerja dan umur karyawan Karyawan yang masih muda tuntutan kepuasan kerjanya akan lebih tinggi daripada karyawan yang lebih tua umurnya. Kepuasan kerja dan organisasi Semakin besar organisasi, kepuasan kerja karyawan akan relatif menurun karena peranan mereka semakinn kecil dalam mewujudkan tujuan. Kepuasan kerja dan kepemimpinan Kepemimpinan partisipasi memberikan kepuasan kerja bagi karyawan karena karyawan ikut aktif dalam memberikan pendapatnya untuk menentukan kebijakan perusahaan. Sebaliknya kepemimpinan otoriter akan mengakibatkan kepuasan kerja rendah.
BAB III
A. KESIMPULAN 1. Kedisiplinan sangat berpengaruh bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya 2. Factor-faktor kedisiplinan : tujuan dan kemampuan, teladan pemimpin, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi hukuman, ketegasan, hubungan kemanusiaan. 3. Gajala stress dapat terlihat dari keadaan fisik, perilaku, intelektual dan interpersonal. 4. Stres dapat berakibat buruk bagi karyawan dan perusahaan. 5. Factor-faktor kepuasan kerja : balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat sesuai keahlian, berat-ringannya pekerjaan, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan dalam kepemimpinannya, sifat pekerjaan monoton atau tidak
DAFTAR PUSTAKA Malayu Hasibuan. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.