MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN, WEWENANG, MALPRAKTIK DAN

Untuk menggambarkan konsep etika dan hukum dalam keperawatan serta ... Mampu memahami tentang Malpraktek ... adanya makalah ini diharapkan menambah...

62 downloads 559 Views 283KB Size
MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN, WEWENANG, MALPRAKTIK DAN KELALAIAN DALAM PELAKSANAAN TRANSPLANTASI SUMSUM TULANG

OLEH KELOMPOK II.B 1. ANDI BATAVIA 2. SILVIA SUKMA DEWI 3. SARI ANGRENI 4. REZKI RAHAYU 5. DEDI BRINER 6. MELDA KARTIKA 7. WATI ASTA 8. RAHMI SARI GUMILAN 9. SILVI EKA PUTRI 10. ELVI SYUKRIAH 11. Z.P ELZA SRI PRATIWI 12. SYARIFAH HUSNI 13. EGGIA DESWARI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi. Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etik dan moral serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standar perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negera bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien.

Keperawatan merupakan suatu bentuk asuhan yang ditujukan untuk kehidupan orang lain sehingga semua aspek keperawatan mempunyai komponen etika. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, maka permasalahan etika kesehatan menjadi permasalahan etika keperawatan pula. Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan yang jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan. Secara umum terhadap dua alasan terhadap pentingnya para perawat tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama untuk memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hokum dan yang kedua adalah untuk melindungi perawat dari liabilitas. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum : Untuk menggambarkan konsep etika dan hukum dalam keperawatan serta langkah penyelesaian dalam pengambilan keputusan etik. 1.2.2 Tujuan Khusus: 

Mampu memahami tentang Manajemen Pengambilan Keputusan



Mampu memahami tentang Kewenangan



Mampu memahami tentang Malpraktek



Mampu memahami tentang Kelalaian

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kasus Anak A umur 8 tahun, didiagnosa leukemia sejak berumur 2 tahun, selama ini keluarga bolak-balik ke RS untuk melakukan transfusi darah tiap 2 minggu sekali. Dokter pernah mengatakan bahwa selah satu terapinya bisa dengan transplantasi sumsum tulang dari pihak keluarga, sehingga saat itu ibuk ingin hamil lagi dan lahir anak B saat ini sudah berumur 5 tahun. Keluarga meinginginkan dokter melakukan tindakan pengambilan sumsum tulang anak B. 2.2 Manajemen Pengambilan Keputusan Kemampuan dan ketrampilan dalam membuat keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan hal yang sangat penting. Dalam konseling, pengambilan keputusan mutlak ada di tangan klien, sedangkan dokter dan perawat membantu klien supaya keputusan yang diambil merupakan suatu keputusan yang tepat. TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi: 1) Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yang terjadi?”. 2) Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat. 3) Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan. 4) Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.

INTI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi / penilaian mengenai efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan. Lingkungan Situasi Keputusan Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales / agen tidak bergairah. UPAYA-UPAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN (1) Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya; (2) Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan; (3) Membantu klien mengevaluasi pilihan; (4) Membantu klien menyusun rencana kerja. ELEMEN-ELEMEN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN 

Menetapkan tujuan



Mengidentifikasi permasalahan



Mengembangkan sejumlah alternatif



Penilaian dan pemilihan alternatif



Melaksanakan keputusan



Evaluasi dan pengendalian

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI KELUARGA Banyak pasien tidak kompeten dalam membuat keputusan untuk mereka sendiri. Contohnya: 

anak-anak



orang dengan kondisi neurologi atau psikiatri tertentu



pasien yang tidak sadar sementara atau kondisi koma. Pasien-pasien tersebut membutuhkan pengambil keputusan pengganti, bisa dokter

atau orang lain. Masalah etis muncul dalam menentukan siapa yang berhak mewakili pasien dalam mengambil keputusan dan dalam memilih kriteria keputusan berdasarkan kepentingan pasien yang tidak kompeten tersebut. Strategi Yang Dapat Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan 1) Membantu klien kemungkinan meninjau pilihannya. Beri kesempatan klien untuk meninjau kembali beberapa alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya. 2) Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan. Melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekwensi negatif. 3) Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihannya, bantu klien untuk mencermati pilihannya. 4) Membantu klien menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan masalahnya. Pengambilan keputusan menggunakan 3 K yaitu mempertimbangkan kondisi, kehendak dan konsekuensinya. 

identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien



susunlah daftar kehendak / pilihan keputusan



untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya baik yang positif maupun yang negatif Jika paternalisme medis berlaku, dokter dianggap sebagai pengambil keputusan yang

tepat bagi pasien yang tidak kompeten. Dokter sebaiknya berkonsultasi dengan anggota keluarga mengenai pilihan tindakan yang ada, walaupun keputusan final ada di tangan dokter. Dokter secara gradual mulai kehilangan kewenangan ini di banyak negara, karena pasien diberi hak untuk memilih sendiri siapa yang dapat mewakilinya dalam mengambil keputusan jika memang tidak kompeten lagi. Dan di beberapa negara bagian, secara khusus menentukan siapa yang berhak menjadi wakil pasien dalam mengambil keputusan dalam urutan ke bawah yaitu: suami atau istri, anak dewasa, kakak atau adik dan seterusnya. Dalam hal ini dokter membuat keputusan untuk pasien jika pengganti yang sudah ditentukan tidak dapat ditemukan, yang sering terjadi dalam keadaan darurat. Jika pasien tidak sadarkan diri atau tidak dapat menyatakan keinginannya, sedapat mungkin harus tetap mendapatkan ijin dari wakil yang secara hukum sah dan relevan. Jika wakil yang sah secara hukum tidak ada, namun tindakan medis harus segera dilakukan, ijin dari pasien mungkin dapat dianggap sudah ada, kecuali jika jelas dan tidak ada keraguan berdasarkan ekspresi atau keyakinan yang jelas dari pasien sebelumnya bahwa dia akan menolak tindakan yang akan dilakukan dalam keadaan tersebut. Prinsip-prinsip dan prosedur izin berdasarkan pengetahuan dan pemahaman (informed consent) yang telah dibahas hanya dapat diterapkan kepada wakil sebagaimana kepada pasien yang membuat keputusan sendiri. Dokter mempunyai tugas yang sama untuk memberikan semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Hal ini juga termasuk menerangkan diagnosis, prognosis, dan regimen terapi yang kompleks dengan bahasa sederhana, sehingga yakin bahwa wakil yang ditunjuk paham dengan berbagai pilihan

tindakan yang ada, termasuk baik buruknya tindakan tersebut, menjawab pertanyaan yang diajukan, dan memahami apapun keputusan yang diambil dan jika mungkin juga alasannya. Kriteria prinsip yang digunakan dalam mengambil keputusan tindakan apa yang terbaik bagi pasien yang tidak kompeten adalah apa yang mungkin pasien inginkan jika memang diketahui. Keinginan pasien dapat diketahui dari permintaan atau dapat juga telah dikomunikaiskan kepada wakil yang ditunjuk, dokter, atau anggota lain dalam tim perawatan kesehatan. Jika keinginan tersebut tidak dapat diketahui tindakan yang diambil haruslah sepenuhnya hanya untuk kepentingan terbaik pasien dengan mempertimbangkan: (a) diagnosis dan prognosis pasien; (b) nilai-nilai yang diketahui; (c) informasi dari orang-orang penting dalam kehidupan pasien dan siapa yang dapat membantu mengetahui keinginan terbaik pasien; (d) aspek budaya dan agama pasien yang mungkin mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Pendekatan ini mungkin kurang pasti dibanding jika pasien telah meninggalkan permintaan khusus mengenai tindakan, namun hal tersebut dapat membuat wakil yang ditunjuk tidak bisa membuat kesimpulan dalam hal pilihan-pilihan selain yang dibuat pasien, dan pendekatannya terhadap kehidupan secara umum, apa yang mungkin akan diputuskan oleh pasien dalam keadaan yang sebenarnya PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI DOKTER Dalam situasi yang pertama dokter dapat bertindak sebagai mediator, namun jika tetap tidak terjadi kesepakatan, dapat dipecahkan dengan jalan lain seperti voting atau menyerahkan kepada anggota keluarga yang paling tua. Dalam hal terjadi perdebatan antara wakil pasien dengan dokter. Declaration on the Rights of the Patients menawarkan saran sebagai berikut:

“Jika wakil pasien yang sah secara hukum atau orang yang telah ditunjuk pasien melarang suatu tindakan untuk dilakukan sedangkan berdasarkan pendapat dokter adalah untuk kepentingan terbaik pasien sendiri, dokter harus menolak keputusan tersebut di dalam institusi hukum yang relevan atau melalui institusi lain”. Keputusan bisa berada di tangan dokter jika kondisi klien dalam keadaan gawat darurat yang membutuhkan tindakan penyelamatan jiwa buat klien sendiri walaupun saat itu tidak ada anggota keluarga yang menemani klien.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI PERAWAT Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berpikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi pasien, pemberian perawatan dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi tiap klien. Perawat membuat keputusan itu sendiri atau berkolaborasi dengan klien, keluarga dan berkonsultasi dengan profesi kesehatan yang lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal:286). Pada kasus Tugas perawat adalah tetap memberikan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien Kewajiban perawat seperti kasus adalah tetap menerapkan asuhan keperawatan sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga, teman terdekat, dan peer group. Selain itu perawat tetap harus menginformasikan setiap perkembangan dan tindakan

yang

dilakukan

sesuai

dengan

kewenangan

perawat.

Perawat

tetap

mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien.

PEMBAHASAN TERHADAP KASUS Dalam kasus diatas pengambilan keputusan yang tepat berada di tangan klien. Karena klien berada dalam keadaan yang tidak kompeten (anak-anak) maka pengambilan keputusan untuk tindakan medis dilakukan oleh orangtua. Sebelum tindakan orangtua sudah mendapatkan informasi yang jelas dari dokter mengenai, berikut:  Penyakit yang diderita klien  Tindakan terapi yang membantu penyembuhan klien  Memberikan gambaran tentang prosedur tindakan  Memberikan gambaran tingkat keberhasilan  Memberikan gambaran efek samping yang bisa terjadi bagi An.a, An.b  Jika orangtua tetap menginginkan transplantasi organ, maka tim dokter boleh melakukan tindakan tersebut dengan SAP yang benar. Perawat dapat berperan sebagai caregiver bagi klien, Konselor bagi keluarga, dan memberikan informasi kesehatan sehubungan dengan keadaan biopsikososio dari klien. 2.3

Kelalaian Arrest Hoge Raad (3 Februari 1913) merumuskan kelalaian sebagai : Suatu sifat yang

kurang hati-hati, kurang waspada, ketidaksengajaan atau kelalaian tingkat kasar yang dilakukan tenaga kesehatan kepada kliennya tanpa ada maksud lain. 2.4

Malpraktek Menurut Hoekema, 1981 malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat oleh

tenaga kesehatan karena melakukan pekerjaan kesehatanya dibawah standar dan kode etik profesional yang sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap nakes

dalam

situasi

atau

tempat

yang

sama

dengan merugikan pasiennya untuk kepentingan nakes itu sendiri. Tidak ada kelalaian dan malpraktek yang dilakukan oleh nakes dalam ilustrasi kasus 2.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi / penilaian mengenai efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan. Kelalaian merupakan suatu sifat yang kurang hati-hati, kurang waspada, ketidaksengajaan atau kelalaian tingkat kasar yang dilakukan tenaga kesehatan kepada kliennya tanpa ada maksud lain. Malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat oleh tenaga kesehatan karena melakukan pekerjaan kesehatanya dibawah standar dan kode etik profesional yang sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal, dapat dilakukan

oleh

setiap

nakes

dalam

situasi

atau

tempat

yang

sama

dengan merugikan pasiennya untuk kepentingan nakes itu sendiri. 3.2 Saran Teori dan praktek merupakan dua hal yang berbeda, tapi dengan adanya teori dapat memberi gambaran akan praktek yang akan dilakukan secara benar. Dan dengan adanya makalah ini diharapkan menambah wawasan tentang pengambilan keputusan, kelalaian dan malpraktik.