Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH ISLAM TERPADU (STUDI KASUS SDIT AL HASNA KLATEN)
Danu Eko Agustinova Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hambatan yang dialami dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik di Sekolah Islam Terpadu. Dimana pada model sekolah ini, pendidikan karakter telah dilaksanakan lebih awal sejak kelahiran model sekolah tersebut. Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Hasna Klaten. Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan strategi yang digunakan adalah studi kasus tunggal. Cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan criterion-based selection. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara mendalam, dan pencatatan dokumen. Validasi data dilaksanakan dengan trianggulasi. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Hambatan yang dialami dalam proses penanaman karakter berasal dari dalam dan dari luar. Hambatan dari dalam meliputi pendidik yang kurang bisa memahami karakteristik masing-masing siswa. Kurangnya sarana penunjang dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, sistem full day itu sendiri yang ternyata memiliki beberapa kelemahan. Sedangkan, hambatan dari luar adalah kurang partisipasi aktif orang tua dalam proses penanaman karakter. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Hambatan, SDIT Al Hasna.
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621 dikehendaki dalam kebiasaan dan
PENDAHULUAN Penyelenggaraan dan tujuan
karakternya. Dari tujuan pendidikan
pendidikan di Indonesia telah diatur
nasional tersebut kata kuncinya
dalam sebuah peraturan perundang-
(keywords)
adalah
bagaimana
undangan.
pendidikan
dapat
membentuk
adalah
Peraturan
Undang-undang
Pendidikan
Nasional
tersebut Sistem (UU
karakter para siswa. Ir. Soekarno menyatakan:
Sisdiknas) Republik Indonesia (RI)
Bangsa ini harus mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat. Jika character building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsa kuli (Muchlas Samani, 2012: 2).
no: 20 tahun 2003 pada bab ke II, pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban
bermartabat
bangsa
dalam
yang rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
bertujuan
berkembangnya
untuk
potensi
peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman
dan
bertaqwa
kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat,
berilmu,
cakap,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bahkan di salah satu hadits menunjukkan
tersebut,
secara
pendidikan
garis
merupakan
didik: “innama bu’itstu liutammima
pertumbuhan
dapat
akhlaaq”
Sesungguhnya aku diutus hanyalah
besar
untuk
upaya
manusia (HR. Malik).
membentuk suatu lingkungan untuk yang
merangsang kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya serta akan membawa perubahan yang
penting
penanaman akhlak kepada peserta
makaarimal Berdasarkan UU Sisdiknas
siswa
betapa
menyempurnakan
akhlak
Wacana pendidikan karakter di
Indonesia
akhir-akhir
semakin
menghangat.
dilandasi
kenyataan,
Hal
ini ini
betapa
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
pendidikan yang selama ini ada
SMAIT (Sekolah Menengah Atas
salah pengelolaan dan keliru arah.
Islam Terpadu), bahkan di beberapa
Pendidikan saat ini belum mampu
Sekolah Islam Terpadu SIT, ada
melahirkan pribadi-pribadi unggul,
kelas play group (taman bermain)
yang jujur, bertanggung jawab,
dan tempat penitipan anak. Sekolah
berakhlak mulia, bertakwa, serta
ini mempunyai konsep full day
manusiawi. Penyimpangan arah ini
(satu hari penuh).
menjadi hambatan dalam usaha mewujudkan
pembangunan
karakter bagi seluruh warga negara melalui
pendidikan.
Dunia
pendidikan belum bisa memberikan alokasi
yang
tumbuhnya
memadai
nilai-nilai
bagi
kebajikan
(virtues). Pendidikan hanya mampu melahirkan ahli ilmu pengetahuan (agama,
matematika,
biologi,
ekonomi, dan teknologi) tetapi miskin etika serta integritas. Di tengah carut-marutnya
Salah
satu
SIT
yang
menerapkannya adalah SDIT Al Hasna. Sekolah Dasar ini terletak di Kabupaten Klaten. Usia sekolah ini baru sekitar tujuh tahun. Usia yang terbilang
muda
untuk
ukuran
sebuah sekolah, SDIT Al Hasna telah memiliki nama yang baik di masyarakat. Hal ini membuat tidak sedikit orang tua menyekolahkan anaknya disekolah tersebut. SDIT Al Hasna menawarkan satu model sekolah yang integralistik. SDIT Al
permasalahan karakter di dunia
Hasna
memadukan
pendidikan bangsa ini, sebetulnya
umum
dan
banyak muncul ide pendidikan
dalam satu jalinan kurikulum dalam
yang inovatif-kreatif serta baru dari
penyelenggaraannya.
sekelompok anak bangsa. Mereka tidak hanya pandai menghujat, namun juga menawarkan penyajian yang nyata. Sebut saja kelahiran Sekolah Islam Terpadu (SIT). SIT ini terdiri dari SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu), SMPIT (Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu),
pendidikan
pendidikan
Melalui
agama
pendekatan
ini,
semua bidang studi dan semua kegiatan sekolah tidak pernah lari dari bingkai ajaran serta pesan nilai agama. Pengertian “terpadu” dalam perangkat pendidikan SDIT Al Hasna memiliki arti, Islam yang
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
utuh, menyeluruh, bukan terpisah-
339 kasus dan memakan korban
pisah.
jiwa
Keterpaduan
dalam
hal
metode pembelajarannya sehingga dapat
mengoptimalkan
kognitif
psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap) peserta didik. SDIT Hasna
berusaha
mengharmonisasikan
pendidikan
fikriyah (kemampuan intelektual), ruhiyah (kemampuan emosional), dan jasadiyah (kemampuan fisik). Di Indonesia pelaksanaan pendidikan memang
karakter
saat
dirasakan
ini
mendesak.
orang
(Tribun
Jogja,
10/09/2012: 1).
aspek
(pengetahuan),
Al
82
Fenomena tawuran pelajar yang semakin marak akhir-akhir ini tentu masalah yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Tawuran ini bukanlah tawuran yang biasa saja.
Perkelahian
tersebut
bukan
kosong
atau
kekuatan,
beramai-ramai dengan
tangan
mengandalkan
melainkan
sudah
menggunakan barang-barang atau senjata berbahaya lainnya, dan telah
mengarah
ke
tindakan
Gambaran situasi dunia pendidikan
kriminal karena menelan korban
bahkan masyarakat di Indonesia
jiwa.
menjadi
pokok
rusaknya moral bangsa juga dapat
pengarusutamaan (mainstreaming)
dilihat dari korupsi yang semakin
penerapan pendidikan karakter di
merajalela.
Indonesia.
Persepsi Korupsi (IPK) yang dirilis
dorongan
Belum hilang dalam
Tidak
Berdasarkan
ingatan terhadap tawuran antar
oleh
pelajar SMAN 6 dan SMAN 70,
Indonesia
yang menyebabkan seorang siswa
diperoleh data:
SMA 6 tewas, dilanjutkan dua hari berselang tawuran pelajar antara SMA Yayasan Karya 66 (Yakhe) dengan SMK Kartika Zeni. Semua terjadi di Jakarta. Menurut, data Komisi Anak
Nasional (KPAI)
Perlindungan
merilis
jumlah
tawuran pelajar tahun ini sebanyak
berhenti
Tranparency (TII)
disitu,
Indeks
International Tahun
2012
IPK Indonesia skornya 32 menempati urutan ke-118 dari 176 negara. Posisi itu turun ketimbang tahun sebelumnya yang berada di peringkat 110. Di kawasan Asia Tenggara, posisi IPK Indonesia masih kalah dibandingkan
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
negara-negara seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina (Media Indonesia, 10/12/2012: 1). Masalah-masalah
PEMBAHASAN Dalam
proses
penanaman
karakter kepada peserta didik ustadzustadzah SDIT Al Hasna mengalami beberapa hambatan. Dari mulai kontrol
praktik
terhadap para siswa di luar sekolah
pendidikan karakter dan masalah
sangat
perilaku moral di berbagai jenjang
permasalahan tersendiri dalam rangka
pendidikan sebagaimana diuraikan
penanaman karakter bagi peserta didik.
di atas dapat menjelaskan dan
Peran serta keluarga dan masyarakat
meyakinkan
pentingnya
dalam proses pembentukan karakter
menghidupkan kembali pendidikan
anak masih rendah. Padahal, kebiasaan
karakter. Berangkat dari dua gejala
di lingkungan keluarga dan masyarakat
di atas, peneliti tertarik untuk
ikut
melakukan penelitian. SDIT yang
pembentukan karakter anak. Resiko dari
menjadi bagian dari SIT memegang
gejala
peranan penting dalam pendidikan
mempunyai tanggung jawab yang berat
karakter. Di SDIT penanaman dan
dalam mengawal penanaman karakter
pengembangan pendidikan karakter
pada diri siswa. Padahal sekolah hanya
sudah
memiliki waktu yang sangat sedikit
diterapkan
sejak
lama.
sulit.
sekolah tersebut, yaitu sekitar tahun
kesempatan
1993, para komponen di dalamnya
selalu
sudah
memotivasi
dan
perangkat yang jelas mengenai pendidikan peserta
karakter
didiknya.
bagi Akan
dalam
ustadz-ustadzah
tersebut.
Dalam
setiap
ustadz-ustadzah
harus
berusaha peserta
menyentuh didik
dan dengan
masalah karakter. Menurut penulis hambatan lain
para tetapi
hal
merupakan
besar
diatas,
dalam
konsep
ini
berpengaruh
Bahkan sejak berdirinya model
mempunyai
Hal
dan
hal
tersebut
penting
dalam
pelaksanaan pendidikan karakter di
penanaman karakter di SDIT Al Hasna
Sekolah Islam Terpadu mengalami
adalah sistem pendidikan di sekolah
beberapa kendala atau hambatan
yang sehari penuh (full day school).
dari situlah peneliti tertarik untuk
Full day school merupakan sebutan
melakukan penelitian
untuk
sekolah-sekolah
yang
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
menerapkan pembelajaran selama sehari
sistem full day school yang menjadi
penuh layaknya waktu seorang pekerja.
penghambat
Dalam full day school, setiap siswa
karakter.
proses
penanaman
diharuskan untuk berada di lingkungan
Satu kerugian yang pasti terlihat
sekolah selama satu hari penuh. Dengan
dari model full day school adalah
satu hari penuh berada di sekolah, pihak
hilangnya waktu sang anak untuk
sekolah mengharapkan siswa dapat
bersosialisasi
konsentrasi untuk belajar. Di sekolah
lingkungan
sekitar.
Mereka
rela
biasa, waktu pelajaran maksimal hingga
kehilangan
waktu
bermain
dan
pukul
yang
mengeksplor hal-hal lain yang lebih liar
menerapkan sistem full day kurang
tanpa dibatasi aturan-aturan formal yang
lebih 8 jam waktu belajarnya dalam
seringkali
sehari, yakni mulai dari jam 07.00 WIB
Padahal di dunia itu anak sering kali
sampai dengan jam 15.30 WIB. Hal ini
menemukan
dikarenakan muatan kurikulum yang
talentanya. Menurut teori Piaget pikiran
banyak yaitu adanya pendidikan umum,
anak bukanlah suatu kotak yang kosong,
pendidikan agama dan keterampilan.
sebaliknya anak memiliki sejumlah
Sehingga membutuhkan waktu belajar
gagasan
yang lebih lama.
alamiah, yang berbeda dengan gagasan
1-2
siang.
Sekolah
Banyak keuntungan yang bisa
dan
bermain
menjemukan
dan
tentang
dengan
bagi
anak.
mengembangkan
dunia
fisik
dan
orang dewasa.
diraih ketika seorang anak belajar di full
Anak-anak datang ke sekolah
day school. Akan tetapi, ibarat pepatah,
dengan
tak
retak.
sendiri. pada dasarnya anak adalah
Ungkapan tersebut juga berlaku bagi
makhluk yang berpengetahuan yang
sekolah yang menerapkan sistem full
selalu termotivasi untuk memperoleh
day. Berbagai kelebihan yang ada,
pengetahuan.
ternyata sekolah dengan sistem ini pun
memelihara motivasi akan pengetahuan
memiliki
kekurangan.
ini ialah membiarkan anak untuk secara
Kekurangan ini juga dapat menjadi
spontan berinteraksi dengan lingkungan.
penghambat dalam proses penanaman
Pendidikan harus menjamin bahwa
karakter. Berikut ini akan dipaparkan
pendidikan tidak akan menumpulkan
beberapa kelemahan atau kekurangan
rasa
ada
gading
yang
beberapa
tak
gagasan-gagasan
Cara
keingintahuan
terbaik
anak
mereka
untuk
dengan
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
menyusun suatu kurikulum yang sangat
tetapi mereka memberi tugas khusus
kaku yang merusak irama dan langkah
yang dirancang untuk membimbing para
belajar anak itu sendiri.
siswa menemukan dan menyelesaikan
Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses
perolehan
Dengan lamanya waktu belajar
dan
di sekolah, anak-anak juga akan banyak
mereka
kehilangan waktu di rumah dan belajar
sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi
tentang hidup bersama keluarganya.
secara terus menerus tumbuh dan
Sore hari anak-anak akan pulang dalam
berubah pada saat siswa menghadapi
keadaan lelah dan
pengalaman-pengalaman
berminat
membangun
memaksa
informasi
masalah sendiri.
pengetahuan
mereka
baru
lagi
untuk
tidak
bercengkrama
dan
dengan keluarga. Ditambah lagi sikap
awal
orang tua yang merasa telah membayar
mereka. Piaget menjelaskan bahwa anak
mahal untuk menyekolahkan anaknya di
kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan
sekolah full day, cenderung “pasrah
dan secara terus menerus berusaha
bongkokan” kepada sekolah. Mereka
memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin
percaya
tahu ini menurut Piaget, memotivasi
mengenai masa depan anaknya, tanpa
mereka
membangun
harus repot memikirkan apa yang harus
pemahaman mereka tentang lingkungan
orang tua lakukan untuk buah hatinya.
yang mereka hayati.
Mereka menganggap bahwa jika anak
memodifikasi
membangun
yang
mungkin
pengetahuan
untuk
aktif
penuh
kepada
sekolah
Anak-anak akan belajar lebih
sudah seharian penuh di sekolah, berarti
apabila
menjadi
baik
dapat
menghadapi
tanggung
jawab
sekolah.
lingkungan dengan baik. pendidik harus
Mereka mau nakal atau tidak, bukan
membantu anak agar dapat berinteraksi
urusan mereka. Biarkan sekolah yang
dengan
sebaik-baiknya.
menyelesaikan. Padahal, sesungguhnya
Maksudnya, belajar paling baik adalah
sekolah terbaik itu ada di dalam rumah
dengan
menemukan
dan pada keluarga.
Artinya
di
lingkungan
sini
(discovery). agar
Dengan waktu sekolah yang
pembelajaran yang berpusat pada anak
hampir 9 jam, anak kembali ke rumah
berlangsung
tidak
pada sore hari. Kondisi tubuh yang letih
meninggalkan anak-anak belajar sendiri,
karena seharian berada di sekolah
efektif,
adalah
guru
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
membuat anak malas untuk berinteraksi
dewasa dan anak-anak lain dalam
dengan lingkungannya. Ketika kembali
memudahkan perkembangan si anak.
ke
rumah,
anak
lebih
memilih
Menurut
Vygotsky,
berisirahat atau menyelesaikan tugas
keterampilan-keterampilan
untuk esok hari dibandingkan bermain
keberfungsian
dengan teman sebayanya. Keadaan
melalui
seperti ini akan menyebabkan anak
Informasi
kehilangan kehidupan sosialnya. Orang
keterampilan-keterampilan
yang dia temui hanya teman satu
hubungan-hubungan
sekolah.
kognitif dipancarkan melalui interaksi
Sistem
full
day
ini
juga
dalam
mental
interaksi
berkembang
sosial
langsung.
tentang
langsung dengan
alat-alat, dan interpersonal
manusia.
Melalui
bertentangan dengan teori pembelajaran
pengorganisasian
Lev Vygotsky. Menurut teori Vygotsky,
pengalaman interaksi sosial yang berada
fungsi kognitif berasal dari interaksi
di
sosial masing-masing individu dalam
kebudayaan ini, perkembangan mental
konsep budaya. Vygotsky juga yakin
anak-anak menjadi matang.
dalam
pengalaman-
suatu
latar
belakang
bahwa pembelajaran terjadi saat siswa
Aliran psikologi yang dipegang
bekerja menangani tugas-tugas yang
oleh Vygotsky lebih mengacu pada
belum dipelajari namun tugas-tugas itu
kontruktivisme karena Vygotsky lebih
berada
menekankan pada hakikat pembelajaran
dalam
“zone
of
proximal
development” mereka. Zone of proximal
sosiokultural.
development adalah jarak antara tingkat
perkembangan
perkembangan
yang
disamping ditentukan oleh individu
kemampuan
sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh
ditunjukkan
sesungguhnya dalam
Dalam
analisisnya,
kognitif
pemecahan masalah secara mandiri dan
lingkungan
tingkat
Meskipun pada akhirnya anak-anak
potensial
kemampuan yang
perkembangan
ditunjukkan
dalam
sosial
seseorang
akan mempelajari
secara
sendiri
aktif.
beberapa
kemampuan pemecahan masalah di
konsep melalui pengalaman sehari-hari,
bawah bimbingan orang dewasa atau
Vygotsky percaya bahwa anak akan
teman sebaya yang lebih mampu.
jauh lebih berkembang jika berinteraksi
Vygotsky menekankan peranan orang
dengan orang lain. Anak-anak tidak akan
pernah
mengembangkan
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
pemikiran operasional formal tanpa
lingkungan rumahnya, karena teman
bantuan orang lain.
yang dimilikinya hanyalah teman di
Anak hasil lulusan full day
sekolah. Selain itu, mereka kurang
school pasti akan butuh adaptasi sedikit
tanggap terhadap lingkungan. Setelah
lama dengan lingkungan sekitar. Karena
pulang dan sampai di rumah, jarang
dia
keluar rumah. Jika keluarpun, jauh dari
“lupa”
berinteraksi
bagaimana dengan
caranya lingkungan
lingkungan rumah.
sekitarnya akibat waktunya dihabiskan
Masih berkaitan dengan problem
di sekolah. Padahal, Pendidikan tidak
sosialisasi anak hasil lulusan full day
pernah dapat dipisahkan dari keadaan
school. Perasaan sombong, tinggi hati,
sosial, karena sejatinya para praktisi di
rentan
pendidikan adalah pelaku sosial. Selain
disekolahkan
itu, bukankah pada hakekatnya manusia
Peribahasa “katak dalam tempurung”
itu makhluk sosial yang membutuhkan
sangat cocok disematkan pada anak
sebuah kehidupan bermasyarakat, saling
yang bersekolah di full day school.
membantu antara satu dengan yang
Aroma kompetisi dengan dunia luar
lainnya. Seandainya anak tak terbiasa
jarang dirasakan oleh anak hasil full day
untuk bergaul dengan sahabat-sahabat
school. Hal ini cukup wajar karena
mereka, bagaimana mereka bisa hidup
memang dalam kesehariannya, dia tidak
bermasyarakat.
pernah bergaul dengan orang luar. Dia
Sementara
pada
di
full
anak day
yang school.
bermain
tidak pernah melihat keluar kotak.
merupakan kodrati setiap anak, bahkan
Dunianya terbatas pada pagar sekolah
menjadi
dan
kebutuhan
itu,
terjadi
rohani
setiap
hanya
seluas
area
sekolah.
individu. Bagi siswa, sekolah yang
Meskipun fasilitas yang disediakan
sampai sehari penuh mengurangi waktu
cukup
mereka
dijumpai anak yang bersekolah di full
untuk
menyosialisasikan
bermain pribadi
dan mereka.
day
mumpuni,
school,
justru
kadang-kadang
kemampuannya
Ketika sampai di rumah sudah sore,
tertinggal dari anak yang bersekolah di
badan capek, sehingga tidak sempat
sekolah biasa.
berkunjung ke rumah teman untuk
KESIMPULAN
bermain. Hal tersebut mengakibatkan kurang terlatihnya jiwa sosial terhadap
Hambatan yang dialami ustadzustadzah
SDIT
Al
Hasna
dalam
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
penanaman karakter kepada peserta didik
berasal
dari
faktor
internal
(dalam) serta factor eksternal (luar). Kendala-kendala tersebut antara lain, dari mulai kontrol terhadap para siswa di luar sekolah lumayan sulit. Di tambah lagi peran keluarga dalam membantu proses penanaman karakter masih kurang. Sering dijumpai keluarga yang lepas tangan dalam mendidik anaknya. Hambatan lain yang menjadi kendala dalam penanaman karakter di SDIT
Al
Hasna
adalah
sistem
pendidikan di sekolah yang sehari penuh (full day school). Dengan sistem seperti ini anak kehilangan waktu untuk bersosialisasi lingkungan
dan
bermain
sekitar
dengan
(keluarga
dan
masyarakat). Padahal di dunia luar (masyarakat)
anak
sering
talentanya.
Ibaratnya
Balitbang Depdiknas. 2006. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Depdiknas. Cervone, Daniel. “Personality: Theory and Research”. a.b. Aliya Tusyani 2011. Kepribadian (Teori dan Penelitian). Jakarta: Salemba Humanika. Darmiyati Zuchdi. 2008. Humanisasi Pendidikan, Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara. -------------------. 2009. Pendidikan Karakter (Grand Design dan Nilai-nilai Target). Yogyakarta: UNY Press. -------------------. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.
kali
menemukan dan mengembangkan bakat dan
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. BSNP.
sekolah
terbaik itu ada di dunia luar seperti di dalam keluarga dan mayarakat. DAFTAR PUSTAKA Arief Furchan. 2011. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual. Jakarta: Arga Publishing. Dwi Budiyanto. 2011. “Pendidikan Profetik: Membentuk Pribadi
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Draf Grand Design Pendidikan Karakter. Edisi 23 Oktober 2010. Doni Koesoema A. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Cerdas dan Berkarakter” hlm. 7892. Dalam Hendra Suguantoro (edt).
Vol.1/Maret 2014 (2011). Pendidikan Profetik Revolusi Manusia Abad 21. Yogyakarta: Educational Center BEM REMA UNY. E.Koeswara. 1991. Teori-teori Kepribadian (Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik). Bandung: Eresco. Fasli Jalal. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa: Tiga Stream Pendekatan. Jakarta: Kemendiknas.
ISSN 1858-2621 Goble. G. Frank. 2002. Mazhab Ketiga (Psikologi Humanistik Abraham Maslow). Yogyakarta: Kanisius. H.
B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian). Surakarta: UNS Press.
Jarolimek, John & Parker, Walter C. 1993. Social Studies in Elementary School. (9th ed.). New York: Macmillan Publishing Company.