Materi tambahan Pasar Persaingan Monopolistik dan Oligopoli

1.2.5 Apa kelebihan dan kekurangan dari pasar persaingan monopolistik? 1.2.6 Apakah pengertian pasar oligopoli? 1.2.7 Bagaimana karakteristik dari pas...

10 downloads 503 Views 458KB Size
PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK DAN OLIGOPOLI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

……………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………….2 1.3 Tujuan……………………………………………………………………………...2 BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………....3 2.1 Pengertian Pasar Persaingan Monopolistik …………..…………………..…….…..3 2.2 Karakteristik Dari Pasar Persaingan Monopolistik ……………………………..….4 2.3 Tindakan Penetapan Harga dan Output Jangka Pendek dalam Persaingan Monopolistik ………………………………………………………………………..6 2.4 Tindakan Penetapan Harga dan Output Jangka Pendek dalam Persaingan Monopolistik ………………………………………………………………………..7 2.5 Kelebihan dan Kekurangan dari Pasar Persaingan Monopolistik …..……………....9 2.6 Pengertian Pasar Oligopoli ...…………………………………………..…………....9 2.7 Karakteristik Dari Pasar Oligopoli ………………………………………….……....10 2.8 Produsen dalam Pasar Oligopoli …………………………………………………...11 2.9 Model Kurva Permintaan Terpatah ……………………………………………...…11 2.10 Model Keseimbangan Pada Pasar Oligopoli ………………………………….......13 2.11 Kelebihan Dan Kekurangan Pasar Oligopoli …………………………………......14 BAB IV STUDI KASUS…………………………………………………………………...…15 BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...19 3.1 Kesimpulan……………………………………………….………………………...19 3.2 Saran…..…………………………………………………………………………….19 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..20

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar merupakan salah satu dari berbagai sistem, institusi ,prosedur, hubungan sosial dan infrasturktur dimana usaha menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Menurut organisasinya, pasar dibedakan menjadi empat, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopolistik, pasar monopoli dan oligopoli. Pada kesempatan ini penulis akan lebih memfokuskan terhadap pasar persaingan monopolistik dan oligopoli.

Pasar monopolistik (monopolistic competition) dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna (perfect competition) maupun monopoli (monopoly). Pasar monopolistik hampir sama dengan persaingan sempurna. Di dalam industri terdapat banyak perusahaan yang bebas (mudah) keluar-masuk. Namun produk yang dihasilkan tidak homogen, melainkan terdiferensiasi (differentiated produk). Namun perbedaan antara satu produk dengan produk yang lain tidak terlalu besar. Differensiasi ini mendorong perusahaan untuk melakukan persaingan nonharga. Walaupun demikian output yang dihasilkan sangat mungkin saling substitusi.

Dalam semua bentuk pasar itu para penjual juga memperhatikan respon pembeli, tetapi dalam pasar oligopoli para penjual juga memperhatikan respon lawan-lawannya. Seorang oligopolis memperkirakan permintaan juga tergantung pada reaksi apa yang akan dilakukan lawan-lawannya terhadap perubahan harga yang diambil.

2

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah pengertian pasar persaingan monopolistik? 1.2.2 Bagaimana karakteristik dari pasar persaingan monopolistik? 1.2.3 Bagaimana tindakan penetapan harga dan output jangka pendek dalam persaingan monopolistik? 1.2.4 Bagaimana tindakan penetapan harga dan output jangka panjang dalam persaingan monopolistik? 1.2.5 Apa kelebihan dan kekurangan dari pasar persaingan monopolistik? 1.2.6 Apakah pengertian pasar oligopoli? 1.2.7 Bagaimana karakteristik dari pasar oligopoli? 1.2.8 Apa saja Produsen dalam pasar oligopoli? 1.2.9 Bagaimana model kurva permintaan terpatah? 1.2.10Bagaimana model keseimbangan pada pasar oligopoli? 1.2.11Apa kelebihan dan kekurangan pasar oligopoli?

1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui pengertian pasar persaingan monopolistik. 1.3.2 Mengetahui karakteristik dari pasar persaingan monopolistik. 1.3.3 Mengetahui tindakan penetapan harga dan output jangka pendek dalam persaingan monopolistik 1.3.4 Mengetahui tindakan penetapan harga dan output jangka panjng dalam persaingan monopolistik 1.3.5 Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pasar persaingan monopolistik. 1.3.6 Mengetahui pengertian pasar oligopoli. 1.3.7 Mengetahui karakteristik dari pasar oligopoli. 1.3.8 Mengetahui produsen dalam pasar oligopoli 1.3.9 Mengetahui model kurva permintaan terpatah. 1.3.10 Mengetahui model keseimbangan pada pasar oligopoli. 1.3.11 Mengetahui kelebihan dan kekurangan pasar oligopoli.

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pasar persaingan monopolistik

Pasar persaingan monopolistik merupakan salah satu dari pasar persaingan tidak sempurna. Teori pasar monopolistik dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna maupun pasar monopoli. Tetapi dilihat dari stukturnya pasar monopolistik lebih mendekati pada pasar persaingan sempurna tetapi perushaan yang berpatisipasi di pasar tersebut menghasilkan produk yang berbeda karakteristik. Pasar monopolistik didefinisikan sebagai pasar dengan banyak produsen yang menghasilkan komoditas yang berbeda karakteristik (differentiated product) dan bisa disebut juga sebagai pasar yang banyak penjual, yang menawarkan satu jenis barang dengan diferensiasi produk yang berbeda-beda baik dari segi kualitas, bentuk dan ukuran. Dalam pasar persaingan monopolistik para konsumen merasakan adanya perbedaan karakteristik dari produk-produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan produkproduk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Perbedaan tersebut bisa mencerminkan perbedaan yang sebenarnya diantara produk-produk yang mereka konsumsi atau hanya perbedaan persepsi konsumen bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di pasar memang berbeda. Sebagai contohnya perbedaan produk dapat dilihat dari bentuk fisiknya seperti beda fungsi, bentuk ataupun kualitas. Perbedaan juga dapat dijumpai dalam kaitannya dengan merek, logo ataupun kemasan. Lebih lanjut perbedaan juga dapat dijumpai dalam kaitannya dengan hal-hal yang terkait dengan penjualan seperti jangka waktu kredit, ketersediaan komoditas, kemudahan dalam memperolehnya, pelayanan purna jual, lokasi perolehan komoditas, pelayanan dan sebagainya. Pakaian, obat-obatan, kosmetik, restoran dan banyak komoditas makanan adalah contoh-contoh dari komoditas monopolistik yang umum dijumpai dalam kehidupan seharihari.

4

2.2 Karakteristik pasar persaingan monopolistik 2.2.1 Terdapat cukup banyak pengusaha Dalam pasar persaingan monopolistis, terdapat cukup banyak pengusaha, akan tetapi tidak sebanyak seperti yang terdapat pada pasar persaingan sempurna. Dan apabila di suatu pasar terdapat banyak perusahaan, otomatis disana pasti terdapat pasar monopolistis, akan tetapi ukuran/besarnya tidak melebihi perusahaan-perusahaan yang lain. Dengan kata lain, perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik memiliki ukuran yang relatif sama besarnya. Sehingga mengakibatkan produksi suatu suatu perusahaan relatif sedikit, dibandingkan dengan seluruh produksi dalam keseluruhan pasar tersebut. 2.2.2 Barangnya bersifat berbeda corak Seperti yang telah kita ketahui bahwa pasar persaingan sempurna seluruh perusahaan nya memproduksi produk yang sama. Oleh karena itu susah untuk membedakan produk suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Apabila kita lihat secara fisik suatu produk, akan tanpak jelas perbedaan tersebut. Maka kita dapat membedakan mana produk suatu perusahaan dengan product perusahaan yang lainnya. Di samping perbedaan dalam bentuk fisik, juga terdapat perbedaan dalam bentuk bungkus atau pembungkusan product, dan ada pula yang berbeda dalam cara membayar barang yang akan di beli. Akibat dari berbagai macam perbedaan ini, barang yang di produksi oleh perusahaan pasar monopolistis ini tidak bersifat barang pengganti sempurna akan tetapi ia bersifat barang pengganti yang dekat. 2.2.3 Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga Dalam pasar persaingan monopolistis suatu perusahaan dapat mempengaruhi suatu harga, akan tetapi pasar ini hanya mendapat sedikit kekuasaan dalam mempengaruhi harga suatu barang produksi di bandingkan dengan perusahaan oligopoli dan monopoli. Pasar monopolistis mendapat sedikit kekuasaan dalam mempengaruhi harga disebabkan oleh barang yang dihasilkan bersifat berbeda corak (different product).

5

Karena perbedaan corak inilah yang menyebabkan konsumen atau pembeli akan otomatis bersifat memilih, yaitu menyukai produk perusahaan satu dan kurang menyukai produk perusahaan yang lain. Oleh karena itu perusahaan menaikkan harga barang produksinya, ia akan tetap memiliki pelanggan, walaupun tidak sebanyak pada waktu sebelum kenaikan harga barang produksinya. Dan bisa juga sebaliknya, apabila perusahaan tersebut ingin menurunkan harga barang produksinya, tidaklah mudah untuk menghabiskan penjualan barang tersebut, karna masih banyak konsumen yang setia dengan produk yang telah lama ia pakai, walaupun harganya relative mahal.. 2.2.4 Produsen lain mudah memasuki pasar Apabila ada suatu perusahaan baru ingin memulai usahanya didalam pasar persaingan monopolistik tidak akan banyak mengalami hambatan seperti halnya dalam pasar oligopoli dan monopoli. Hal ini disebabkan oleh: •

Karena modal yang diperlukan relatif besar kalau dibandingkan dengan mendirikan perusahaan dalam pasar persaingan sempurna.



Karena perusahaan itu harus menciptakan barang produksi yang bercorak beda dengan

barang

produksi

yang

telah

beredar

dahulu

di

pasaran

dan

mempromosikannya pada masyarakat untuk mendapat pelanggan, dan dengan promosi tersebut, perusahaan harus dapat meyakinkan pelanggan akan mutu barang tersebut. 2.2.5 Persaingan promosi penjualan sangat aktif Pada pasar ini memungkinkan suatu perusahaan menarik banyak pelanggan walaupun harga barang produksinya berharga tinggi. Bahkan sebaliknya, suatu perusahaan tidak mudah menarik banyak pelanggan dengan harga barang produksi yang relatif rendah. Ini disebabkan oleh barang produksi yang mereka hasilkan, yaitu barang yang bersifat beda corak dengan barang yang sudah tersedia di pasaran, dan mempromosikan barang baru tersebut. Maka untuk mempengaruhi cita rasa pembeli, para pengusaha melakukan persaingan bukan harga (non price competition). Persaingan yang demikian itu antara lain adalah dalam rangka memperbaiki mutu dan desain barang, melakukan iklan yang terus menerus memberikan syarat penjualan yang menarik.

6

2.3

Penetapan Harga dan Output Jangka Pendek dalam Persaingan MonopoListik Karena

perusahaan

persaingan

monopolistik

menghasilkan

produk

yang

terdiferensiasi, kurva permintaan yang dihadapinya memiliki kemiringan negatif, tetapi karena terdapat banyak produk substitusi yang dekat untuk produk, kurva permintaannya sangat elastis terhadap perubahan harga. Elastisitas harga permintaan semakin tinggi, kalau diferensiasi produknya semakin sedikit. Seperti halnya dalam monopoli, kanena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan memiliki kemiringan negarif dan linier, maka kurva penerimaan marjinalnya berada di bawah kurva permintaan, yang mendorong sumbu harga pada rink yang satuan dan memiliki kemiringan absolut dua kali lipat kurva permintaan.

Seperti juga semua perusahaan dalam struktur pasar lain yang telah dibahas, tingkat output terbaik dan perusahaan persaingan monopolistik dalam jangka pendek, dicapai ketika penerimaan marjinal satuan dengan biaya marjinal, sepanjang harga (yang ditentukan pada kurva permintaan) melebihi biaya variabel rata-rata. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 9-9. Gambar 9-9 menunjukkan bahwa tingkat output terbaik dalam jangka pendek, dan perusahaan persaingan monopolistik yang “umum” atau “mewakili”, adalah 6 unit dan ditunjukkan oleh titik E, ketika MR = MC. Pada Q < 6, MR > MC dan laba total perusahaan bisa diperbesar dengan meningkatkan output. Pada Q > 6, MC > MR dan laba total perusahaan bisa diperbesar dengan mengurangi output. Untuk bisa menjual pada tingkat output terbaik (yaitu, 6 unit), perusahaan membebankan harga sebesar $9 per unit (titik A pada kurva D). Karena pada Q = 6, ATC = $7 (titik F dalam gambar), maka perusahaan persaingan monopolistik ini memperoleh laba per unit sebesar AF = $2 dan laba total sebesar AFBC = $12 (daerah yang diarsir dalam gambar). Seperti halnya dalam kasus perusahaan persaingan sempurna maupun kasus monopolis, perusahaan persaingan monopolistik bisa 7

memperoleh laba, mencapai titik impas, atau justru merugi dalam jangka pendek. Jika pada tingkat output terbaiknya, F>ATC, maka perusahaan memperoleh laba; jika P = ATC maka perusahaan mencapai titik impas, dan jika P < ArC, maka perusahaan mengalami kerugian, tetapi meminimalkan kerugiannya jika perusahaan terap berproduksi sepanjang P > AVC. Terakhir, karena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan persaingan monopolistik memiliki kemiringan yang negatif, MR = MC < P pada tingkat output terbaiknya, sehingga (seperti juga dalam kasus monopoli) bagian kurva MC yang menanjak dan terletak di atas kurva AVC bukan merupakan kurva penawaran jangka pendek dan perusahaan persaingan monopolistik.

2.4 Penetapan Harga dan Output Jangka Panjang Persaingan MonopoListik Jika perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik memperoleh laba dalam jangka pendek (atau akan memperoleh laba dalam jangka panjang dengan membangun skala pabrik yang optimal untuk berproduksi pada tingkat output terbaik mereka), lebih banyak perusahaan akan memasuki pasar dalam jangka panjang. Ini berarti kurva permintaanyang dihadapi oleh setiap perusahaan dalam pasar bergeser ke sebelah kin (karena pangsa pasarnya berkurang), hingga akhirnya bersinggungan dengan kurva LAC perusahaan. Jadi, dalam jangka panjang, semua perusahaan persaingan monopolistik hanya mencapai titik impas dan berproduksi pada bagian kurva MC yang memiliki kemiringan negatif (dan tidak pada titik terendah sebagaimana dalam kasus pasar persaingan sempurna). Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 9-10. Dalam Gambar 9-10, D’ adalah kurva permintaanyang dihadapi oleh perusahaan yang “umum” atau “mewakili” pasar persaingan monopolistik dalam jangka panjang.

8

Kurva permintaanD’ lebih rendah dan elastisitas harganya lebih tinggi dibanding kurva D yang dihadapi oleh perusahaan dalam jangka pendek. Artinya, semakin banyak perusahaan memasuki pasar persaingan monopolistik dalam jangka panjang (yang tertarik oleh laba yang diperoleh), setiap perusahaan persaingan monopolistik akan memperoleh pangsa pasar yang semakin kecil dan menghadapi kurva permintaanyang semakin tinggi tingkat elastisitas harganya, karena semakin banyak produk saingan yang tersedia dalam jangka panjang. Perhatikan bahwa kurva permintaan Li bersinggungan dengan kurva MC dan SATC’ pada titik A’, yaitu tingkat output ketika MR’ = LMC = SMC’ (titik E’ dalam gambar). Dengan demikian, perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik menjual 4 unit produk tersebut pada tingkat harga $6 per unit dan mencapai titik impas dalam jangka panjang (bandingkan dengan Q 6 pada P $9 dan laba per unit $2 serta laba total $12 dalam jangka panjang). Pada tingkat harga lainnya, perusahaan tersebut akan mengalami kerugian dalam jangka panjang, dan dengan jumlah perusahaan yang berbeda, tidak akan tercapai titik impas. Kenyataan bahwa perusahaan persaingan monopolistik berproduksi di sebelah kiri titik terendah kurva LAC-nya ketika mencapai keseimbangan jangka panjang, berarti bahwa biaya rata-rata produksi dan harga dan produk dalam pasar persaingan monopolistik lebih tinggi dibanding pasar persaingan sempurna ($6 pada titik A’ dibanding $5 pada titik E”, secara berturut-turut, dalam Gambar 9-10). Perbedaan ini tidak besar karena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan persaingan monopolistik sangat elastis. Akan tetapi, sedikit lebih tingginya MC dan P dalam pasar persaingan monopolistik dibanding pasar persaingan sempurna, bisa dianggap sebagai biaya untuk menyediakan sejumlah variasi produk terdiferensiasi yang sesuai dengan berbagai macam selera konsumen, ketimbang hanya memiliki satu produk yang tidak terdiferensiasi. Kenyataan bahwa setiap perusahaan persaingan monopolistik berproduksi di sebelah kiri titik terendah kurva MC, berarti bahwa setiap perusahaan berproduksi dengan kapasitas berlebih (excess capacity) dan terdapat jauh lebih banyak perusahaan (artinya, terjadi overcrowding) ketika bentuk pasar adalah persaingan monopolistik dibanding jika bentuknya pasar persaingan sempurna.

9

2.4 Kelebihan dan kekurangan dari pasar persaingan monopolistik Kelebihan pasar persaingan monopolistik : - Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya. - Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya. - Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen loyal terhadap produk yang dipilihnya. - Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik. Kekurangan pasar monopolistik : - Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar. - Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup tinggi. - Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang harus dibayar oleh konsumen.

2.5 Pengertian pasar oligopoli Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri atas hanya sedikit perusahaan (produsen). Setiap perusahaan memiliki kekuatan (cukup) besar untuk mempengaruhi harga pasar. Produk dapat homogen atau terdiferensiasi. Perilaku setiap perusahaan akan mempengaruhi perilaku perusahaan lainnya dalam industri. Dari definisi di atas, kondisi pasar oligopoli mendekati kondisi pasar monopoli.

10

2.6 Karakteristik pasar oligopoli 2.6.1 Hanya terdapat sedikit penjual Dalam pasar oligopoli ini tidak terlalu banyak penjual karena satu penjual merupakan perusahaan yang mempunyai banyak produk jadi dalam pasar ini yang bersain adalah antara perusahaan yang mempunyai produk sama namu berbeda kualitas. 2.6.2 Barang yang dijual homogen Dalam pasar oligopoli ini juga menjual banyak barang-barang yang sejenis namun berbeda dengan barang-barang yang ada di pasar lain umumnya. Barang-barang yang siap dijual merupakan milik beberapa perusahaan yang merupakan pencipta barang-barang tersebut, karena dalam pasar ini hanya terdapat beberapa saja yang menjadi penjual karena penjual didalam pasar ini menghasilkan banyak barang yang sama dengan perusahaan yang lain namun beda harga juga beda kualiasnya. 2.6.3 Sulit dimasuki perusahaan baru Dalam pasar oligopoli ini mengapa dikatakan sulit dimasuki oleh perusahaan baru, karena image dari perusahaan yang sudah lama terbangun lebih kuat dengan pembeli di banding perusahaan yang baru muncul yang menawarkan barang yang sama namun pembeli atau konsumen tidak tahu kualitas dari barang-barang yang dijual perusahaan baru tersebut. 2.6.4 Membutuhkan peran iklan Dalam pasar ini peran iklan sangat membantu peusahaan dagang karena iklan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat atau calon pembeli, oleh karena itu iklan terbukti ampuh dalam menarik perhatian calon pembeli yang ingin memilih barangbarang, dengan mudah perusahaan membuat iklan tentang produknya dengan keunggulan-keunggulan produknya dibanding produk perusahaan lain atau perusahaan pesaing.

2.6.5 Terdapat satu pemimpin pasar (market leader) Dalam pasar oligopoli ini jelas terjadi suatu kepemimpinan perusahaan yang bisa saja mengakibatkan banyak perusahaan muncul dan mengikuti produk yang di luncurkan oleh perusahaan yang memimpin pasar, contohnya saja produk mie instan.

11

Banyak sekali varian yang diluncurkan oleh perusahaan yang menjadi pemimpin pasar mie instan, ketika perusaaan ini mengeluarkan produk terbarunya dan mengiklankannya lalu masyarakat yang melihat iklan tersebut banyak yang membeli produk ini, otomatis perusahaan yang lain dan pesaing perusahaan ini akan membuat varian yang sama untuk produknya untuk mencoba menarik pembeli. 2.6.6. Harga jual tidak mudah berubah Dalam pasar oligopoli ini harga yang keluar tigak cepat naik atau turun, bisa dikatakan harga selalu stabil dan tidak mudah berubah, mengapa? mungkin saja karena penjualan yang stabil terhadap suatu produk yang diluncurkan oleh suatu perusahaan sudah cukup menghasilkan keuntungan, namun apa bila tiba-tiba harga naik otomatis pembeli akan berfikir kembali untuk membeli produk ini dan bisa jadi pembeli beralih pada produk perusahaan lainya yang menjual varian yang sama namu harga lebih murah dengan kualitas yang hampir sama. 2.7

Produsen Oligopoli Paling tidak terdapat dua perilaku produsen yang dapat dibedakan dalam pasar oligopoli, yaitu : •

Produsen dalam pasar oligopoli tidak melakukan kolusi untuk menentukan harga dan jumlah ouput yang harus dihasilkan (non collusive oligopoly)



Produsen dalam pasar oligopoli berkolusi dalam menetukan harga dan jumlah output yang akan dihasilkan (collusive oligopoly)

2.8 Kurva Permintaan Terpatah Dalam Gambar 10-1, kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang oligopolis adalah D atau ABC, dan memiliki patahan pada tingkat harga berlaku $6 serta kuantitas kesimbangan 40 unit (titik B). Perhatikan bahwa kurva D jauh lebih elastis di atas bagian patahan dibanding di bagian bawahnya, atas dasar asumsi bahwa para pesaing tidak akan ambil bagian dalam peningkatan harga tetapi akan dengan cepat mengikuti penurunan harga. Kurva penerimaan marjinal adalah MR atau AGEHJ; AG adalah bagian dan kurva penerimaan marjinal yang berkaitan dengan bagian kurva permintaanAB; NJ berkaitan dengan bagian kurva permintaanBC. Patahan kurva permintaanpada titik B menyebabkan kurva penenimaan marjinal terputus sepanjang GH. Tingkat output terbaik bagi oligopolis

12

yang memiliki kurva biaya marjinal MC ini adalah sebesar 40 unit dan ditunjukkan oleh titik E, yaitu ketika kurva MC memotong bagian yang vertikal dan kurva MR. Dengan begitu oligopolis ini akan mengenakan harga $6 yang ditunjukkan oleh titik B (pada patahan kurva perinintaan). Seperti halnya bentuk organisasi pasar yang lain, perusahaan dalam pasar oligopoli bisa memperoleh laba, mencapai titik impas atau merugi dalam jangka pendek, dan akan tetap berproduksi selama P>AVC.

Dan Gambar 10-1 juga dapat melihat bahwa kurva biaya marjinal oligopolis tersebut dapat meningkat atau menurun di sepanjang bagian kurva MR yang terputus (misalnya dan MC’ ke MC”), tanpa mempengaruhi oligopolis itu untuk mengubah harga yang berlaku sebesar $6 dan penjualan sebesar 40 unit (sepanjang F > AVC).4 Hanya jika kurva MC bergeser Iebih tinggi dan kurva MC’ maka oligopolis rersebut akan terdorong unruk meningkatkan harganya dan mengurangi kuannitas yang dijualnya, atau hanya jika kurva MC bergeser lebih rendah dan MC’ maka oligopolis itu menurunkan harganya dan meningkatkan kuantirasnya yang dijualnya. Jika kurva permintaanbergeser ke sebelah kanan atau kiri, penjualan akan secara berturut-turut meningkat atau menurun, tetapi oligopolis tersebut akan tetap mempertahankan harga sebelumnya selama patahan pada kurva permintaantetap jatuh pada tingkat harga yang satuan dan selama kurva MC tetap memotong kurva MR pada bagian yang terputus atau vertikal.

13

2.9 Faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya pasar oligopoli Ada dua faktor penting penyebab terbentuknya pasar oligopoli, yaitu : 2.9.1 Efesiensi skala besar Dalam dunia nyata, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri mobil, semen, kertas, pupuk dan peralatan mesin, umumnya berstruktur oligopoli. Teknologi padat modal (capital intensive) yang dibutuhkan dalam proses produksi menyebabkan efisiensi (biaya rata-rata minimum) baru tercapai bila output diproduksi dalam skala sangat besar. Dalam industri mobil, untuk satu jenis mobil, skala efisiensi baru tercapai juka produksi mobil minimal 50.000 sampai 100.000 unit per tahun. Bila perusahaan memproduksi tiga jenis mobil saja, output minimal seluruhnya antara 200.000 – 300.000 unit per tahun. Selanjutnya bila biaya produksi per mobil puluhan juta rupiah, dana yang di butuhkan untuk berproduksi ratusan miliar rupiah per tahun. Jika dihitung dengan biaya investasi awal, maka perusahaan yang ingin memasuki industri mobil harus menyiapkan dana triliunan rupiah. Keadaan di atas merupakan hambatan untuk masuk (barries to entry) bagi perusahaan-perusahaan pesaing. Tidak mengherankan jika dalam pasar oligopoli hanya terdapat sedikit produsen. 2.9.2 Kompleksitas manajemen Berbeda dengan tiga struktur pasar lainnya (persaingan sempurna, monopoli, dan persaingan monopolistik), struktur pasar oligopoli ditandai dengan kompetisi harga dan non harga. Perusahaan juga harus cermat memperhitungkan setiap keputusan agar tidak menimbulkan reaksi yang merugikan dari perusahaan pesaing. Karena itu dalam industri oligopoli, kemampuan keuangan yang besar saja tidak cukup sebagai modal untuk bertahan dalam industri. Perusahaan juga harus memiliki kemampuan manajemen yang sangat baik agar mampu bertahan dalam struktur industri yang persaingannya begitu kompleks. Tidak banyak perusahaan yang memiliki kemampuan tersebut, sehingga dalam pasar oligopoli akhirnya hanya terdapat sedikit produsen.

2.10 Keseimbangan oligopoli Perusahaan yang bergerak dalam pasar oligopoli disebut oligopolis (oligopolist). Sebagai produsen, keseimbangan terjadi bila laba maksimum tercapai. Analisis

14

keseimbangan oligopoli tidak menekankan dimensi waktu, melainkan kompetisi. Perusahaan seimbang atau tidak bukan saja dilihat dari kemampuan mengatur output dan harga, tetapi juga kemampuan memprediksi perilaku pesaing. Begitu kompleksnya situasi dalam pasar oligopoli, sehingga para ekonom mengembangkan berbagai model untuk menganalisis perilaku oligopolis. Sayangnya, tidak ada satupun model yang dapat diterima secara umum sebagai model terbaik.

2.11 Kelebihan dan kekurangan pasar oligopoli Kelebihan pasar oligopoli: - Memberi kebebasan memilih bagi pembeli. - Mampu melakukan penelitian dan pengembangan produk. - Lebih memperhatikan kepuasan konsumen karena adanya persaingan antar penjual. - Adanya penerapan teknologi baru. Kekurangan pasar oligopoli: - Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan - Harga yang stabil dan terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya inflasi - Bisa timbul pemborosan biaya produksi apabila ada kerjasama antar oligopolis karena semangat bersaing kurang - Bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik faktor produksi - Sulit ditembus/dimasuki perusahaan baru - Bisa berkembang ke arah monopoli

15

BAB III STUDI KASUS

Contoh Perilaku Oligopoli pada Industri Telekomunikasi Ada hal menarik yang dapat dicermati dari gencarnya perang tarif percakapan melalui telepon seluler akhir-akhir ini, yaitu masing-masing provider mengklaim bahwa mereka telah memberikan harga terbaik bagi para pelanggannya. Simak saja misalnya bagaimana perilaku tiga operator telepon seluler terbesar di Indonesia (PT. Telkomsel, PT. Indosat, dan PT. Exelcomindo Pratama) dalam mengibarkan bendera perang pemasaran dengan menawarkan tarif percakapan di bawah Rp1 per detik. Terlepas dari iming-iming menarik yang ditawarkan, perang tarif yang diluncurkan para operator telepon seluler kini sebenarnya sudah memasuki ranah yang mengusik perhatian kita kalau tidak mau dikatakan sudah membingungkan atau bahkan menjebak bagi pelanggan individual. Kreatifitas para operator dalam merumuskan skema tarif percakapan ternyata mampu mengacak-acak perilaku pelanggan sehingga membuat pelanggan individual seringkali penasaran dan terpancing emosinya. Simak saja bagaimana operator XL menawarkan tarif Rp 0,1 per detik ke sesama operator; sementara Telkomsel Simpati PeDe menawarkan Rp 0,5 per detik. Indosat Mentari menawarkan Rp 0 pada menit pertama ke sesama operator; dan IM3 menawarkan tarif Rp 0,01 per detik ke seluruh operator untuk percakapan 90 detik pertama dan selebihnya menggunakan tarif Rp 15 per detik ke sesama operator dan Rp25 per detik ke operator lain. Belum lagi, operatoroperator lain kini juga mulai sibuk menawarkan tarif paling murah ke sesama pelanggan dengan syarat dan kondisi tertentu. Dengan perkembangan yang ada itu sebenarnya lumrah saja kalau kemudian ada yang bertanya apakah memang pelanggan telepon seluler selama ini telah diperlakukan secara wajar oleh para operator telepon? Pertanyaan ini muncul karena memang pelanggan tidak memiliki informasi yang cukup mengenai berapa sebenarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh para operator untuk menyediakan jasanya ke publik. Memang bukan menjadi kewajiban operator untuk mendeklarasi urusan internal perusahaannya ke publik, tetapi persaingan tarif yang terjadi sebenarnya secara

16

implisit mengindikasi adanya ketidakwajaran perolehan manfaat antara produsen dan pelanggan telekomunikasi. Pelanggan sebenarnya juga menyadari bahwa investasi di telekomunikasi tidak bisa tergolong murah, terutama untuk mendapatkan lisensi, memilih platform teknologi, dan kemudian membangun infrastruktur fisik yang tersebar di seluruh wilayah negeri. Masyarakat kemudian bisa menerima berapa pun tarif berbicara via telepon seperti yang ditawarkan oleh para operator. Pelanggan seolah tidak berdaya untuk menolak tawaran harga yang disampaikan para operator karena masyarakat sendiri memang seolah terbuai dengan janji manis dalam mobilitas berkomunikasi. Lebih dari itu, “rasa haus” berlebihan yang selama ini dirasakan masyarakat akibat adanya kelangkaan akses dan koneksi telepon seolah terobati dengan pemunculan peranti komunikasi bergerak, seperti halnya mobile phone atau di Indonesia lebih populer dengan sebutanhand phone. Mobilitas berkomunikasi kini seolah menjadi kebutuhan masyarakat, dan bukan lagi barang mewah yang didominasi oleh sekelompok orang berduit yang mampu membeli peranti telepon bergerak yang sekaligus juga berfungsi sebagai simbol status seperti halnya yang terjadi pada era 1980-an yang lalu. Masyarakat di negeri ini nampaknya kini lebih cenderung untuk memperhatikan pada berapa besaran ongkos percakapan yang wajar dibanding dengan membuat kalkulasi bertelepon dalam satuan waktu tarif percakapan per detik yang murah. Hampir semua operator memang memberi harga penawaran yang relatif lebih murah untuk percakapan ke sesama operator dibanding tarif antar operator. Satu hal yang perlu mendapat perhatian bersama adalah bahwa jebakan tarif seperti yang terjadi ini sebenarnya mengingatkan masyarakat pengguna jasa telepon seluler untuk lebih berhati-hati atau lebih pas untuk dikatakan lebih cermat terhadap tawaran telepon murah yang diluncurkan oleh para operator. Tesis yang diajukan dalam tulisan ini sebenarnya adalah bahwa kalau industri telekomunikasi di negeri ini bergerak secara efisien, sudah semestinya pelanggan mendapat harga layanan yang wajar. Jadi, pelanggan berhak mendapat kemanfaatan atas sejumlah sumberdaya yang telah dikeluarkannya. Itu pula sebabnya, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menolak adanya kecenderungan penurunan tarif telepon ke sesama operator, tetapi justru lebih sebagai upaya untuk menyadarkan pelanggan bahwa

17

tawaran harga yang wajar, yaitu harga yang mendekati daya-beli bagi pelanggan, sebenarnya adalah hak dan merupakan suatu hal yang perlu didapat pelanggan dan bukan sekedar diberi iming-iming yang diumbar oleh para operator telepon seluler. Switching Behavior Pada dasarnya iklim persaingan yang dihadapi oleh operator telepon seluler di Indonesia kini sudah mendekati pada situasi yang bersifat oligopoli. Ada tiga karakteristik kunci yang melekat pada situasi pasar oligopoly, yaitu: (1) pergerakan industri didominasi oleh kiprah beberapa operator dengan skala besar; (2) masingmasing operator menjual atau menawarkan produk yang identik atau memiliki pembedaan yang relatif terbatas; dan (3) industri memiliki barrier to entry yang signifikan besarannya sehingga tidak mudah bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri yang dimaksud. Dari perspektif operator telepon seluler, penerapan strategi pemasaran pada situasi pasar yang bersifat oligopoli tentu memerlukan upaya ekstra terutama dalam memaknai elastisitas hargaterhadap besaran permintaan pulsa oleh pelanggan. Secara teoritis, elastisitas harga terhadap permintaan suatu produk akan sangat ditentukan oleh karakteristik pasar, kategori produk, kategori branding yang melekat pada suatu produk, preferensi terhadap waktu, dan kondisi perekonomian makro (lihat:Bijmolt, T.H.A., Van Heerde, J.H., dan Pieters, G.M.R.,”New Empirical Generalizations on the Determinants of Price Elasticity”, Journal of Marketing Research, Vol. XLII, May 2005, pp141-156). Satu hal penting dari temuan empiris itu adalah bahwa upaya korporasi dalam mengakomodasi price endogeneity seperti yang dimaksudkan itu ternyata mempunyai imbas yang kuat pada besaran elastisitas harga suatu produk. Itu artinya, bagi kepentingan pelaku industri telekomunikasi, perang tarif yang selama ini telah berlangsung sebenarnya hanya dapat dijustifikasi sampai pada suatu titik di mana kebijakan penurunan tarif per satuan waktu akan berimbas pada penurunan jumlah permintaan pulsa telepon. Dengan kata lain, rasionalitas ekonomis yang ada dalam benak pelanggan akan menentukan tingkat sensitifitas mereka terhadap kebijakan agresif mengenai tarif telepon. Dengan mencermati perkembangan pasar yang ada sekarang ini, sebenarnya masih ada peluang bagi para operator untuk mendongkrak tingkat penetrasi pasar,

18

terutama untuk segmen yang berpotensi menjadi pengguna jasa telekomunikasi di masa datang. Hanya saja, hal yang mungkin perlu diwaspadai oleh para operator adalah bahwa bisa saja, karena faktor emosi sesaat dalam menetapkan tarif psikologis seperti yang diadopsi para operator selama ini, justru akan berpengaruh pada pergeseran perilaku pelanggan untuk beralih operator (switching behavior). Kalau hal ini terjadi, maka tidak mustahil kalau pada gilirannya nanti loyalitas pelanggan terhadap suatu produk atau operator telepon tertentu menjadi sesuatu yang sulit dicapai. Pelanggan mungkin saja tetap mendapat kepuasan terhadap suatu operator tertentu, namun tetap saja mereka beralih operator, karena alasan satu dan lain hal. Sebagai penutup, dalam jangka yang menengah, perilaku beralih akan memberi peluang bagi munculnya perilaku oportunis yang hanya mementingkan kemanfaatan sesaat dan tidak mempedulikan keberlanjutan layanan prima yang diberikan kepada pelanggan. Hal yang sudah jamak dijumpai kalau sekarang ini seseorang memiliki dua atau lebih nomor telepon seluler. Hal ini tentu saja bukan semata-mata untuk tujuan menghindar dari pelacakan terhadap suatu nomor, tetapi lebih sebagai bentuk pencarian kenyamanan dalam melakukan percakapan melalui telepon seluler. Harapannya adalah bahwa pelanggan, terutama pelanggan individual, akan mendapatkan nilai yang optimal dari harga layanan telepon seluler yang diberikan oleh para operator.

19

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan 3.1.1 Pasar persaingan monopolistik merupakan salah satu dari pasar persaingan tidak sempurna. Teori pasar monopolistik dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna maupun pasar monopoli. Tetapi dilihat dari stukturnya pasar monopolistik lebih mendekati pada pasar persaingan sempurna tetapi perushaan yang berpatisipasi di pasar tersebut menghasilkan produk yang berbeda karakteristik. 3.1.2 Pengaruh ekonomi persaingan monopolistik merupakan keseluruhan kerugian yang tidak diinginkan dari efisiensi alokatif dan produktif. Konsumen membayar lebih dan mampu untuk membeli sedikit daripada di persaingan sempurna. Bagaimanapun juga, pengaruhnya

tidak

seserius

monopoli

dan

produk-produk

yang

dibedakan

menyediakan keragaman yang banyak diminta. 3.1.3 Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri atas hanya sedikit perusahaan (produsen). Setiap perusahaan memiliki kekuatan (cukup) besar untuk mempengaruhi harga pasar. Produk dapat homogen atau terdiferensiasi. Perilaku setiap perusahaan akan mempengaruhi perilaku perusahaan lainnya dalam industri.

3.2 Saran 3.2.1 Sebaiknya produsen meningkatkan kualitas produk sehingga konsumen akan tetap setia pada produk tersebut. Sehingga meskipun produsen menaikan harga barang tersebut, produsen tidak lantas kehilangan banyak pelanggan. Karena konsumen sudah percaya dengan mutu produk tersebut. Selain itu pasar persaingan monopolistik juga menuntut produsen agar lebih inovatif lagi dalam berproduksi. Baik inovatif dalam menciptakan suatu produk maupun inovatif dalam efisiensi penggunaan faktor produksi. 3.2.2 Pada kesempatan ini penulis memberikan saran sebagai berikut: pembelajaran mengenai dinamika persaingan dalam pasar oligopoli sudah banyak di lakukan. Tingkatkan strategi persaingan dalam pasar oligopoli.

20

DAFTAR PUSTAKA http://blogkasman-blogkasmancom.blogspot.com/2012/01/makalh-pasar-monopolistik.html diakses pada 31 Maret 2013 http://ibnukurniawan-cintailmu.blogspot.com/2012/03/pasar-oligopoli.html diakses pada 31 Maret 2013 http://ikamaiyastri.blogspot.com/2010/12/pasar-persaingan-monopolistik.html diakses pada 31 Maret 2013 http://maulidaaisyah.blogspot.com/2012/11/pasar-persaingan-oligopoli.html diakses pada 31 Maret 2013 Rahardja, Prathama. “Pengantar Ekonomi Mikro”, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2010.

21

Daftar Pertanyaan 1. Apa perbedaan pasar oligopoli, monopolistic dan pasar persaingan sempurna? 2. Bagaimana cara untuk menaikkan harga barang pada awal produksi suatu perusahaan? 3. Jelaskan kurva permintaan terpatah? 4. Bagaimana kriteria yang termasuk dalam oligopoli kolusif? 5. Apakah semen termasuk oligopoli kolusif?

22