MEDIA GIZI & KELUARGA

Download Desell1ber 2001. ISSN 0216 - 9363 media. GIZI & KELUARGA. JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA. FAKUL TAS PERTANIAN. INSTITUT ...

0 downloads 439 Views 6MB Size
! I. ../ ,

I

.:-~'

Tahull xxv No .2 Desell1be r 2001 ISSN 0216 - 9363

media GIZI & KELUARGA

JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKUL TAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Media Gtzi & Keluarga Terakreditasi SK No. 53/DIKTIIKepI1999

ISSN 0216-9363

Pemlmpin Umuml Penanggung Jawab

Ketua Jurusan GMSK

Fakultas PeI1anian - IPB

Ketua Redaksi

Ora Emma S Wirakusumah . MSc

Anggota Redaksi

ProfDr.lr. Ali Khomsan , MS

Dr.lf. Ujang Sumanvan. MSc

Dr.Ir. Hardinsyah. MS

Ir. Oiah K: Pranadji , MS

Ir. Hadi Riyadi , MS

If. Dodik Briawan. MeN

Ir. Sri Rihati Kusno

Setting

: Maman Hennansyah

Penerbltan

: dua kali setahun Uuli & Desember)

Langganan

Rp. 20.000,- per tahun Rek. Taplus No. 0610001 1~85 7. 9 3 1 Bank BNI Dannaga-Bogor

Alamat Redaksi

Jurusan Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga (GMSK)

Fakultas Pertanian - IPB

Kampus Dannaga - Bogor

Telp. (0251) 621258

Fax. (0251) 622276

E-mail : [email protected]

Media Gizi & Keluarga merupakan majalah ilmiah Jurusan GMSK Fakultas Pertanian lPH yang telah terakreditasi oJeh Ditjen Oikti. Redaksi menerima sumbangan naskah ilmiah di bidang pangan . giZl , keluarga, dan konsumen. Pcdoman penulisan dapat dilihat pada halaman sampul belakang baglan dalam AI1ikel Media Gizi & Keluarga dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.

KATAPENGANTAR Media Gizi dan Keluarga Edisi Desember 200 I kembali mengunjungi pembaca dengan artikel-artikel hasil penelitian bidang pangan. gizi dan keluarga. Artikel pertama mengupas tentang potensi pisang owak sebagai bahan makanan campuran untuk makanan tarnbahan bayi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa makanan tambahan bayi yang dihasilkan mempunyai kandungan protein, energi dan vitamin A yang lebih tinggi dibandingkan produkkomersial . Artikel mengenai profil pel abel an produk minuman menganalisis kelengkapan label gizi dari produk minuman kemasan yang beredar di masyarakat. Dari analisis yang dilakukan

diketahui bahwa sekitar 86 persen produk minuman yang terpilih sebagai sampel tidak memenuhi kelengkapan pelabelan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Sementara itu hasil penelitian tentang perilaku konsumsi suplemen menunjukkan bahwa frekwensi konsumsi suplemen berhubungan nyata positif dengan pengetahuan gizi Fenomena minuman kesehatan akan selalu menarik untuk diteliti karena iklannya yang terns menerns disampaikan kepasa masyarakat niscaya akan membawa dampak perubahan peri1aku konsumsi. Masih banyak lagi artikel yang akan menambah wawasan pembaca dalam edisi kali ini. Semoga Media Gizi dan Keluarga ini membawa manfaat bagi segenap pembaca ,sekalian. Terima Kasih.

Red a ksi.

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No.2

Desember 200 1

I . Pemanfaatan Tepung Pisang Owak (Musa Paradisiaca, L) untuk Bahan Makanan Campuran (BMC) sebagai Makanan Tambahan Bayi Yuli Heirina Hamid, Emma S. Wlfakusumah, dan Hidayat Syarief 7

Profil Pelabelan Produk Minuman

Yeni Suryani, Ali Khomsan, dan Clara M Kusharto

9

3 Pengaruh Berbagai Proses Pengolahan terhadap Kadar Pati Resisten (Resistant Starch)

dan Nilai Indeks Glisemik Uwi (Dioscorea A/ata Linn)

Amrijati ... ... ... ... ..

16

4. Minyak Sawit Mernpercepat Regresi Aterosklerosis Aorta pada Kelinci

Hiperkolesterolernia Ringan, tetapi Tidak pada yang Hiperkolesterolernia Berat

Lidya Irma Mornuat, Sulistiyani, Ali Khomsan, dan Dondin Sajuthi ...... . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . .

26

5. Aspek Keamanan Pangan Dari Ayam Panggang di Restoran Tradisional Sunda

Tika Wulan Sari dan Lilik Noor Yuliati . ............. . . . ............

35

6 Keragaan dan Detenninan Status Gizi Penduduk Lokal Timika Berdasarkan Agroekologi

Hardinsyah, Yekti H. Effendi, Mila Fadilla, Wisnu Susetyo, dan Dadang Sukandar .

~.. .. .

45

7. Perilaku Konsumsi Suplemen Pria Dewasa di Kota Makasar

Hardinsyah, Retnaningsih, dan Siradjudin ..... . ... .. .

57

8. Evaluasi Dampak Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PtvIT-AS) pada Absensi

dan Status Gizi Murid di Jawa Tengah dan Lampung

Djoko Kartono, Sandjaja, Sihadi, Anies Irawati dan Suhartato ... .. ... . . ... .. . .. .. .... .. . .. ...

65

9. Hubungan antara Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Batita pada Rumah Tangga Petani

di Kabupaten Bogor

Sus Widayani, Hidayat Syarief, dan Clara M. Kusharto

73

10. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Olahan Tempe sebagai Upaya Perbaikan Gizi di

Desa Tertinggal, Kecarnatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Yekti Hartati Effendi dan Vera Uripi

83

11 . Studi Konsumsi Gula dan Karies Gigi pada Murid Taman Kanak-Kanak

Nurce Intan PeITI1ata, Dodik Briawan. Djiteng Roedjito, dan Yekti Hartati Effendi

91

Media Gizi & Kelua.rga, Desember 200 I, XXV (2) '. 57 - 64

PERILAKU KONSUMSI SUPLEMEN PRlA DEWASA DI KOTA MAKASAR

(Supplement Consumption Behavior of Adult Men in Makasar) Hardinsyah 1, Retnaningsih l , dan Siradjudin2

ABSTRACT. Consumption behavior on supplement was studied in Real Estate in Makasar, namely Panakkukang Mas, Taman Suding Illdah. IKIP Resort, UNHASResort, Taman Telkomas, and Burni Tamalanrea Permai. As many as 300 adult men were chosen as samples. The objective of this study is analyzing the consumption behavior (trend of frequency, level 0 consumption, and relation with consumer characteristics). The samples aged 20 - 60 years that at least consumed supplement once in the last month. The sample frame was formed fron the list of telephone directory (SPT) ofMakasar the year 2000 - 2001. The results showed tha majority of samples (60%) aged -16 - 60 years old, had diplomC1JS1 degree (6-1.3%) , worked ill private sectorslBUMN (52.6%), and had income Rp. 1.620.000 - Rp. 3.000.000 per month (72. 7%). All respondents had good health status. They consumed food supplements for health reason (66.7%) with frequency I - 3 timeslWeek (55.7%). The food supplements consumption was < 10 serving sizefmonth, for liquidlsyrup was 20.5 bottles/month, and. for granules was 1-1.7 sachetS/month. Statistical analysis showed that frequency of supplement consumption had positive correlation with age and. nutrition knowledge; and level of consumt~ had positive " correlation with nutrition knowledge.

0"

Keywords: consumption behavior. supplement

PENDAHULUAN

Latar Belakang Dari data pada Badan Pengawasan Obat dan \1akanan (POM) tercatat pada tahun 1994 terdapat suplemen impor berjumJah 482 merek dan dalam negeri 187 merek (Karyadi & Hermana, 1994) dan produksi minuman suplemen sebanyak 93,2 juta liter setiap tahun (Wibisono, Sindhunata, & GumiJang, 1997) . Penelitian tentang konsumsi suplemen telah dJakukan di Amerika Serikat tahun 1986 melalui .'l'HNES. Hasilnya dilaporkan bahwa antara 28 ,9 - 38,1 persen konsumen suplemen berusia antara 18 - 50 tahun sedangkan Stewart (1985) menyebutkan bahwa keJompok usia dew as a yang :nerupakan konsumen tetap terdiri dan laki-lili 35,3 persen dan perempuan sebanyak 38,8 persen. Kota Makasar sebagai pusat pengembangan ;-(awasan Timur Indonesia (KTI) memiliki Jenduduk l. 191.456 jiwa yang terdiri dari 48 ,8 : StafPengaJar Jurusan GMSK.. Faperta LPS ~ Staf Pengajar Akademi Gizi, Depkes Makasar

persen lalci-lili dan 51 ,2 persen perempuan. Rata­ rata pertambahan jumJah penduduk 3,2 persen per tahun dengan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) per kapita sebesar Rp' 1. 273 .342. Pada tahun 2000 di Kota Makasar telah banyak Multi Level Marketing (MLM) yang memasarkan suplemen antara lain PI. Centra Nusa Insancemerlang (CNl), PI. Amindoway Jaya Indonesia (Amway), DXN Indonesia, Multicare, dlL Keadaan ini menyebabkan peluang konsumsi suplemen akan semakin meningkat (BPS, 1999) Sehubungan dengan penlUnbuhan ekonomi, letaknya yang strategis, jumJah, pertambahan. penduduk dan banyaknya distributor yang menjual supJemen termasuk peredaran suplemen yang dijual di tempat-tempat umum, maka menarik untuk diteliti perilaku konsumsi suplemen khususnya pada pria dewasa (usia 20­ 60 tahun) di Kota Makasar

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku konsumsi suplemen pada pria dewasa di kota Makasar, dan tujuan khusus

57

Media Gizi & Keluarga , Desember 200 I, XXV (2) • 57 - 64

adalah untuk mengetahui (I) karakteristik contoh (usia, pendidikan, pendapatan keluarga, pekerjaan, jam kerja, pengetahuan gizi tentang suplemen, keadaan kesehatan); (2) jenis dan bentuk; (3) frekuensi; (4) tingkat konsumsi suplemen sebulan; dan (5) anal isis hubungan perilaku konsumsi dengan karakteristi,k contoh .

Analisis data dengan deskripsi meliputi karakterisrik contoh, konsumsi suplemen Genislbentuk, tingkat dan frekwensi) dan analisis statistik meliputi: hubungan konsumsi dengan karakteristik dengan Uji Korelasi Spearman. Pengolahan dan analisis data menggunakan SPSS Windows 95 .

I METODE PENELlTIAN

BASIL DAN PEMBABASAN

Perilaku konsumsi suplemen diteliti dengan menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode survei, pada komplek peru mahan ekonorni menengah atas di Kota Makasar yaitu : (1) Komplek Panakukang Mas: (2) Taman Sudiang Indah; (3) Komplek Perumahan Dosen Institut Keguruan dan TImu Pendidikan (IKJP) Makasar; (4) Komplek Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin (UNHAS) Barabaraya dan Tamalanrea; (5) Taman Telkomas; dan (6) Burni Tamalanrea Permai (BTP) Pria Dewasa (20-60 tahun) yang pemah mengkonsumsi suplemen minimal satu kali sebulan terakhir, ditetapkan sebagai contoh dalam penelitian ini dengan alasan jumlahnya banyak dan merupakan kelompok usia produktif Kerangka contoh disusun dari Buku Petunjuk Telepon (BPT) Kota Makasar periode 2000-2001 dan dari dari hasil registrasi ini tercatat jumlah pemilik pesawat telepon dari seluruh komplek peru mahan 2384 rumahtangga dan sekitar 37,31 persen (876 orang) yang dapat dihubungi melalui telepon . Bagi yang memenuhi syarat dan bersedia diwawancarai langsung dipilih sebagai contoh yang jumlahnya ditentukan secara langsung sebanyak 300 orang (50 orang setiap komplek perumahan) . Jenis data teridiri dari (1) data primer meliputi karakteristik contoh (keadaan sosial ekonomi, pengetahuan gizi dan kesehatan), Genislbentuk, tingkat, konsumsi suplemen frekuensi), dikumpulkan dengan cara interview telepon, dan (2) data sekunder meliputi karakteristik produk (komposisi dan distributor) dicatat dari label produk dan Buku Panduan Distributor Suplemen. Data demografi dikumpul­ kan dengan mencatat pada data BPS (Makasar/Sulawesi Dalam Angka 1999)

Keadaan Sosial Ekonomi

58

Konsumsi suplemen lebih umum di kalangan pria dewasa usia 46-60 tahun (60%) daripada kelompok usia 20-45 tahun (40%) karena beberapa alasan antara lain bertambahnya usia akan diikuti dengan menurunnya kemam­ puan dan daya tahan fisiko Pada kondisi seperti ini diperlukan serangkaian upaya yang dapat membuat seseorang tampil prima dan berkerja secara optimal. Hal ini juga yang menyebabkan mengapa pria dewasa mengkonsumsi suplemen umumnya untuk memelihara kesehatan (66,7%) dan menjaga stamina (10,7%). Tingkat pendidikan konsumen umumnya dari diploma dan Sl (69,3%) mereka bekerja lebih banyak di sektor swasta dan BUMN (55%). Jenis pekerjaan pad a umumnya berhubungan dengan tingkat pendidikan, karena kualifikasi pendidikan akan mewamai kemampuan dalam berkarya yang akhirnya menjadi tolok ukur penempatan dalam bidang pekerjaan dan jumlah pendapatan yang akan diterima sebagai umpan balik dari keahlian seseorang. Pendapatan keluarga konsumen umumnya berkisar Rp . 1.620.000 sampai dengan 3.000.000 setiap bulan, sedangkan persentase pengeluaran untuk membeli suplemen setiap bulannya sebesar \ ,27 persen. Jtka dilihat menurut kategori tingkat pendapatan sebagaimana disajikan pada Gambar 1, maka dapat dijelaskan bahwa naiknya tingkat pendapatan akar. menyebabkan jumlah uang yang dibelanjakar. untuk membeli suplemen akan bertambah tetap' menurun secara proporsional terhadap tota­ pendapatan keluarga. Hal ini nampaknya sej ala:­ dengan Hukwn Engel yakni pada golonga:: ekonomi menengah atas, persentase pengeluara:­ untuk belanja pangan akan menu run denga::

.:...

- =-=.

Media Gizi & Keluarga, Desember 200 1, XXV (2) • 57 - 64

naiknya tingkat pendapatan mekipun nilai riilnya tetap lebih banyak.



2.

§

Tabel 1. Sebaran Contoh yang Mengkonsumsi Satu Jenis Suplemen menurut Merek dan Bentuk

OJ eo c

" S"c

CL

berbagai tempat, juga karena harga setiap kemasan jual relatif terjangkau sedangkan bentuk kapsul khususnya yang dijual melalui MLM tidak dapat d.ibeli di tempat umum dan harga setiap kemasan jual relatif mahal.

1.

~

Konsumsi

"

CL

Merelc

bawah

sedans

alas

Kategori Pendapalan

Gambar 1. Persentase Pengeluaran untuk Membeli Suplemen memlll..lt Kategori Tingkat Pendapatan Jam kerja sebagai salah satu tolok ukur banyaknya waktu yang d.igunakan oleh seseorang untuk menyelesaikan satu rangkaian tugas formal dapat d.ipandang sebagai variabel independen yang mempengaruhi dua aspek penting yang berhubungan dengan konsumsi suplemen yaitu jumJah uang sebagai imbalan dan energi sebagai motor penggerak aktivitas fisik Rata-rata jam kerja contoh 60 jamlminggu atau sekitar 52,6 persen contoh memiliki jam kerja ~ 54 jarn/minggu. Pengetahuan gizi khususnya yang berhubungan dengan suplemen dapat d.ianggap baik karena persentase yang merniliki pengetahuan gizi baik (27,7%) lebih banyak dari pada pengetahuan gizi kurang (16,3 %) sedangkan keadaan kesehatan semua tergolong sehat.

Bentuk

Tungga.l + Gauds n % 32 10.7

TUD~

%

Cair

n 30

1\.1

2 . M-150

Cair

22

8.1

32

3. Vegeta

Serbuk

24

8.9

28

9.3

4 . HemavitoD

CairlkapsuJ

22

8.1

25

8.3

5. Exna Joss

Serlmk

22

8.1

23

7.7

Cair

14

5.2

20

6.7 6.3

I . Fit-Up

6. Kratingdaeng

10.7

7. Ginsana

Cair

19

7.0

19

8. Lipovitan

Cair

14

5.2

17

5,7

9. Villi" ginseng

Cair

14

5.2

15

5.0

10. Sunchorella"

Tablet

12

4.4

12

4.0

II . Natural B Com"

Tablet

12

4.4

12

4.0

12. Galin B ugar

Cair

II

4. 1

II

3.7

13. Reisb.i Gallo"

Kapsul

II

4, 1

II

3.7

14 . Vitasigi"

Tablet

8

3.0

8

2. 7 I

15. AcerolaC"

Tablet

6

2.2

6

2.0

Serbuk

5

1.9

5

1. 7

17 . Royal JeUy Fresh"

Kapsul

5

1.9

5

1.7

, 16. Digestive Tea"

i

18 . Ginseng Cotlbe-

Serbuk

'4

1.5

4

I.3

19. Ester C Plus"

Tablet

4

1,5

4

1,3

3

1,0

20. Vitacimin

Tablet

3

21. CaMg"

Tablet

3

1.1 \.I

3

1.0

22. Big C Plu. "

Tablet

2

0,7

2

0.7

23 . Nutri- IO Family M

Serlmk

2

0.7

2

0.7

Cair

I

0.4

I

0.3

270

100

300

100

24. CGF Honey'" OTAL

Keterangan. • Jwnlah contob yang hanya mengkons umsi satu jenis rnerek •• Suplemen ya ng diiual melalui l'vlLM

Jenis dan Bentuk Suplemen Ada 24 jenis merek suplemen yang dikonsumsi oleh contoh yaitu yang berbentuk cair sebanyak 51,3 persen, tablet/kapsul (22,3%), serbuk (16,7%), dan kombinasi (9%) . Merek yang paling popular adalah Fit-Up (10,7%) sebagairnana disajikan pada Tabel 1. Bentuk yang paling banyak dipilih adalah bentuk cair d.isusul bentuk kapsul, serta bubuk. 8anyaknya contoh yang memilih bentuk cair adalah karena ketersediaannya hampir merata di

Konsumen yang memili.1-t suplemen Jerus merek ganda sebanyak 10 persen. Merek yang lebih banyak dipilih adalah M 150 dengan Vitas Ginseng (33,3%) disusul Kratingdaeng dengan Vegeta (20%) . Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pad a Tabel 2. Pilihan dua jenis merek tersebut didasarkan pada fungsi produk yang saling melengkapi misalnya Vegeta paling banyak dikombinasikan dengan merek lainnya karen a fungsi Vegeta sangat khas diantara suplemen yang lain .

59

Media Gizi & Keluarga, Desember 200 I , XXV (2) : 57 - 64

Tabel 2. Sebaran contoh yang mengkonsumsi dua Jenis Suplemen menurut Merek Merek

I

Konsumsi Gaoda n I % 10

I

33.3

2. Kratingdneng
6 .j

I I

20.0

3. Vegeta dan Vi tacimin

I

6.6

l. MI50 dan Vitas Ginseng

4. Fit Up dan Vegela

I

2

13 .3

5. Hema~iton dan Vitacimin

2

i

6.6

6. Lipovitan dan Villlcirnin

2

i

6.6

7. E:-.1ra Joss dan Vitaciwm

1

I

8. Vi lllS Ginseng dan Galin Bugar

1

I

9. HemaVJton dan Vegeta

I

I

1

3,3

I

3,3

!

3.3

1 10 . Lipovitan dan Vegeta Tota l

I

3,3

30

100

Sumber informasi produk, umumnya berasal dari media massa sebanyak 58,7 persen. tempat membeli di supennarket (51,3%) dan atribut produk yang diperhatikan adalah nilai gizi (39%), harganya (38,3%) dan lain-lain (tempat pembeLian dan promosi) (22,7%) .

Frekuensi dan Tingkat Konswnsi Frekuensi konsumsi dalam seminggu merupakan cerminan dari pola konsumsi suplemen yang umwnnya hanya berkisar 1-3 kali (55,7%). Frekuensi ini masih tergolong rendah dapat dilihat pada Gambar 2. selalu

jarang 56% .

Gambar 2. Diagram Pie Frekuensi Konsumsi Suplemen/minggu Meskipun dengan teknik dan populasi yang berbeda. jika dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu (Thomsel, Terry dan Amos

60

1987 & Zive 1996) menunjukkan bahwa ad: kesamaan pola frekuensi konsumsi supleme . yaitu frekuensi konsumsi < 7 kalilminggu Sekalipun demikian belum cukup bukti untu .­ menyatakan bahwa konsumsi suplemen tida..;: popular di kalangan masyarakat Makasar, kare:1':' untuk menjawab hal ini diperlukan rancanga::. survei yang menyeluruh dari berbagai strata sos 20 uks (28%). Dari hasil ini dapat dijelaskan bahwa pack umumnya konsumen akan mengkonsu!Tl2 suplemen minimal 1 kali dalam tiga hari sehinggc masih tergolong rendah dan kategori ini tidal..: didasarkan kepada pertimbangan persentase kontribusi intake zat gizi asal suplemen yan= bersangkutan. Jika dilihat dari segi bentuknyz maka rata-rata konsumsi bentuk cair adalah yang paling banyak yaitu 20 uks/bln sebagaiman2 disajikan pada Gambar 3 . A1asan konsumsi suplemen umumn;;c karena kesehatan dan kebugaran (66,7%). vitalitas ( 10,7%) dan alasan kombinasillain-lain (22,7%) Merek yang paling banyak dikonsumsi untuk alasan kesehatan adalah Fit-Up dan MI50 masing-masing (14,4%), untuk alasan vitalitas Natural B Komplek (18 ,8%) dan Acerola C (15,8%) serta untuk alasan kombinasi adalah Vegeta (32,5%) .

:!:­

'e ~qr~ .:.5:la:-..a.r::e

:~ :

Media G1zi & Keluarga, Desember 2001, XXV (2) : 57 - 64

cair/minuman

kapsul/1llbIc:t

serbuk

BenlUk

Gambar 3. Rata-rata Jumlah Suplemen yang Dikonsumsi Contoh Sebulan

Komposisi dan Klaim Suplemen

Komposisi Kombinasi bahan yang terkandung dalam pangan olahan diatur secara jelas pada PP 69 Tahun 1999 (pasal 19 sampai 22) . Hal yang perlu diperhatikan adalah pencantuman pernyataan dalam label bahwa pangan telah ditambah, diperkaya atau difortifikasi dengan vitamin, mineral atau zat penambab gizi lainnya tidak dilarang, sepanjang hal tersebut benar dilakukan pada saat pengolahan pangan dan tidak menyesatkan. Berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman penulis maka pada umumnya ada empat jenis komponen utama suplemen yaitu taurin, vitamin (B 1, B2, B6), kafein dan madu. komponen tersebut ada yang Selain menambahkan zat lain misalnya ginseng dan inositol (Extra Joss), asam sitrat (Fit-Up), sukrosa, panthotenol (M150), sukrosa, lysin, dan sodium benzoat (Kratingdaeng), serta lysine (Vitas Ginseng) . [nformasi gizi yang tercantum pada label adalah hal yang sangat penting diperhatikan oleh konsumen karena harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Ambang batas aman untuk beberapa hahan dalam suplemen seperti kafein, aspartame dan bahan tambahan lainnya (tartrazine, ponceau) harus aman bagi kesehatan konsumen. Jika dilihat dari segi jumlah beberapa zat yang penggunaannya harus dibatasi seperti

kafein dan aspartame, maka semuanya telah memenuhi aturan yang semestinya. Kafein adalab baban yang hampir dijumpai pada setiap suplemen khususnya golongan minuman berenergi. Konsumsi kafein setiap hari yang aman ada1ab 150 mg sedangkan kandungan rata-rata kafein dalam seuplemen sebanyak 50 mg. Jika produsen menganjurkan pemakaian tiga kali sehari berarti masih aman untuk. dikonsumsi dengan ketentuan konsumen tidak mengkonsumsi bahan makanan lain yang mengandung kafein. Kandungan kalori minuman berenergi berkisar 100-112 kkal dengan lSI 50 mlJbtl. Jika dibandingkan dengan dosis anjuran yaitu 2-3 kali sehari berarti kontribusi kalori dari suplemen jenis ini antara 200-336 kkal, sehingga secara rinci dapat dijelaskan kontribusi kalori untuk kebutuhan pria dewasa adalah sebagai berikut: a. Kelompok usia 20-45 tahun sebesar 7,1-12%. b. Kelompok usia 46-59 tahun sebesar 8-13,4%. c. Kelompok usia >60 tahun sebesar 9-15,2% . Terjadi peningkatan kontribusi kalori dengan meningkatnya usia jika jumlah yang dikonsumsi 2-3 kali/hari. Hal ini disebabkan adanya penurunan tingkat kebutuhan sebesar 300 kkal dari kelompok usia 20-45 tabun ke usia 46­ 59 tahun. Penurunan kebutuhan kalori sebesar 5% untuk tiap pertambaban usia 10 tabun antara 40­ 59 tahun dan selang 10 tahun untuk usia antara 60-69 tahun dan 70 tahun ke atas (Soeharjo & Kusharto, 1992) . Kandungan vitamin B 1 dalam minuman berenergi yang dikonsumsi contoh berkisar 3,3-10 mg sedangkan kebutuhan vitamin · B untuk pria dewasa sebesar 12mg/hr. Dengan demikian konsumsi minuman berenergi. dapat memberi kontribusi pemenuhan kebutuhan vitamin B 1 sebesar 27,5-83,3 persen dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) yang dapat disajikan pada Tabel 3. Vitamin B2 yang terkandung dalam minuman bemergi. sebesar 5 mgl(@150ml) sedangkan kebutuhan vitamin B2 sebesar 1,2 mg (usia 20-59 tabun) dan 1 mg (usia 60 tahun) . Hasil ini menunjukkan bahwa kantribusi vitamin B2 asal minuman berenergi sebesar 4-5 kali lebih tinggi dari AKG. . Pria dewasa usia 20-60 tahun membutuhkan niacin (vitamin B3) sebanyak 12 mglhari, sedangkan kandungan nicotinamida (bentuk

61

Media rnzi & Keluarga, Desember 2001 , XXV (2) : 57 - 64

gararn dari niacin) rata-rata 20 mg. Hasil ini menunjukkan bahwa kontribusi ruacm dari rninuman bernergi sebesar 166 persen dari .AJ<.G (Driske~ 1995) Tabel 3. Komposisi Gizi Suplemen AKG Pria Dewasa

Fit Up M150 Hernaviton Extra Joss Kratingdat:ng Lipovitan

Galin Bugar Vitas Ginseng

AKG

:ner­ gi

Vit

Vit

Vit

Vit

Bl

B2

B3

B6

kkl)

mg)

mg)

mg)

mg)

108 112 100 100 100 108 112 100 25 00

0 0 0 0 10

0 0 0 5 0 0 0 5

20' 20' 18' 20' 20' 20' 20' 0 12

0 0 0 0 2 2,8" 2 0

I

3,3

5 0 12

i

1,2

2

fit C Mg) 0 0 II 0 0 0 0 i 250 0 I 70

Keterangan: • Kandungan gi.zj > I AKG daD "Kandungan Gizi > .1 x AKG Zat gizi yang tercantum hanva ~ ang umum terdapat pad. suplemen yang dikonsumsi coDtoh

Klaim Klaim adalah pemyataan bahwa produk pangan tertentu mengandung zat gizi dan non gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi atau tidak dikonsumsi oleh kelompok tertentu. Pemyataan tersebut hanya dapat dicantumkan pada label dan iklan apabila secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan melalui uji laboratorium atau uji klinik. Jika diperhatikan klaim yang tercantum pada label suplemen yang dikonsumsi contoh, maka dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Klaim gizi yaitu pemyataan bahwa suplemen tersebut mengandung zat gizi tertentu yaitu sebanyak 11 merek (Vegeta., Natural B Komplek, Acerilla C, Vitacimin, Fress Royal Jelly, Ginseng Coffee, Ester C, CaMg, Big C Plus, Nutri Farnili dan CGF Honey). b. Klain kesehatan yaitu pemyataan bahwa suplemen tersebut dapat menyehatkan atau memulihkan stamina yaitu sebanyak 9 merek (FitUp, M150, Lipovitan, Hemaviton, Extra Joss, Kratingdaeng, Ginsana., Vitas Ginseng, Galin Bugar). c. Klaim tentang pengobatan atau kondisi yang dapat mencegah penyakit tertentu yaitu

62

Analisis Hubungan Konsurnsi dengan Karakteristik Contoh

dibanding

Kandungan Zat Gizi setiap 150 ml (1 btl) Merek

sebanyak 4 merek (Sun ChJorella, Vitasigi, Digestive Tea dan Raishi Gano).

Usia berbubungan dengan frekuensi dan tingkat konsumsi Semakin bertambah usia maka frekuensi dan tingkat konsumsi akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya antara lain Wingate ( 1998), Slesinski, Subar dan Kahle (1995), Stewart (1985) yang juga berkesimpulan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi frekuensi konsumsi suplemen adalah usia, oleh karena bertarnbahnya usia akan diiukuti menurunnya kemarnpuan fisik di satu sisi dan bertarnbahnya aktivitas di sisi lain terutarna bagi orang yang masih aktif bekerja., menyebabkan orang cenderung mengkonsumsi suplemen agar tetap dapat bekerja secara optimal. Tingkat pendidikan tidak berbubungan dengan frekuensi dan tingkat konsumsi . Hal ini berarti bahwa pada semua jenjang pendidikan frekuensi dan tingkat konsumsi dapat dianggap sarna. Dalarn penelitian U1l yang lebih berhubungan dengan frekuensi dan tingkat konsumsi adalah pengetahuan gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka wawasan akan lebih luas meskipun belum tentu pengetahuan gizi akan menjadi lebih baik. Jam kerja memiliki hubungan nyata negatif dengan frekuensi konsumsi. Hal ini karena semakin bertarnbah usia kemarnpuan fisik semakin menurun sehingga jarn kerja juga menurun. Dalarn penelitian ini mayoritas contoh berusia 46-60 tahun yang berarti kemarnpuan fisik akan lebih rendah dibandingkan usia 25-45 tahun. Agar dapat bekerja dengan kondisi yang sehat seperti semula maka orang akan cenderung untuk meningkatkan konsumsi suplemen. Dengan alasan ini frekuensi konsumsi berhubungan nyata negatif dengan jam kerja. Tingkat pengetahuan gizi menunjukkan hubungan nyata positif dengan frekuensi dan tingkat konsumsi . Semakin tinggi pengetahuan gizi maka frekuensi dan tingkat konsumsi akan meningkat. Hal ini karen a orang yang mengetahui manfaat makanan (Razim & Volmecke, 1998) memiliki kesan positif tentang makanan (pipes,

1989). (986 )

baik ! berhub kons -:­ dibu dari s.e como'_ larut r:...:.: bah9. ! maka,,:..:.: como .

suple<:r.:: Kead2.i!:: daJ am

dibu ~

t!.: hubun§:: su p!e:r: konsur:::; ting. -z: umw be rr

_<'

~' ~

rata R;;: D al~

men:, . - ~ "\"ai.K:-:',. ~

meo" =HaJ . sup! terap

,

keadaz:­ stam.i:-:,2

setel2.L . kon ­ grn

,;...

tmg.-;;: men~~~

KESl'1J'

Media Gizi & Ke luarga. Desembet- 200 I, XXV (2) • 57 - 64

1989), yang memiliki pengetahuan gizi (Roedjito, 1986) akan memilih kualitas makanan yang lebih baik. Dengan demikian pengetahuan gizi akan berhubungan dengan frekuensi dan tingkat konsumsi suplemen sebagai suplemen gizi yang dibutuhkan dalam keadaan tertentu. Jika dilihat dari setiap aspek pengetahuan gizi~ umumnya contoh hanya kesulitan membedakan vitamin larut air dan larut lemak serta masih menganggap bahwa suplemen digolongkan ke dalam obat atau makanan . Dengan demikian pengetahuan gizi contoh yang berhubungan dengan fungsi suplemen sebagai tambahan zat gizi cukup baik. Keadaan ini akan mempengaruhi persepsi contoh dalam mengkonsumsi supJemen setiap kali dibutuhkan. Tingkat pendapatan, tidak menunjukkan hubungan dengan frekuensi dan tingkat konsumsi suplemen. Dengan demikian frekuesni dan tingkat konsumsi dapat dianggap sarna pada semua tingkat pendapatan Hal ini disebabkan karena umumnya contoh mengkonsumsi sup Iemen bentuk cair yang harganya relatif terjangkau (rata­ rata Rp. 25001botol) untuk satu kemasan jual. Dalam penelitian ill! konsumen umumnya mengkonsumsi sup1emen 1-3 kali seminggu Naiknya tingkat pendapatan tidak sekaligus menyebabkan bertambahnya tingkat konsumsi Hal ini dijelaskan oleh Chong (1994) bahwa suplemen yang akan dikonsumsi sifatnya tidak tetap . Suplemen hanya akan dikonsumsi dalam keadaan tertentu seperti untuk memulihkan stamina setelah melakukan pekerjaan berat dan setelah kondisi tubuh menjadi normal maka konsumsi kembali akan mengandalkan intake zat gizi dari menu sehari-hari. Dengan demikian tingkat konsumsi suplemen tidak akan selalu mengikuti naiknya tingkat pendapatan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

2. Jenis suplemen dengan merek tunggal yang paling banyak dipilih adalah Fit-Up (10,4%) sedangkan merek ganda umumnya M 150 dengan Vitas Ginseng (33,3%). Bentuk yang paling banyak dikonsumsi adalah cair (51,3%). Bentuk yang paling banyak dikonsumsi untuk a1asan kesehatan adalah cair (Fit-Up 15 ,03%); a1asan vitalitas adalah tablet (Natural B Complek 17, 14%) dan untuk a1asan lain-lain adalah bentuk serbuk (Vegeta 28 ,57%) 3. Frekuensi konsumsi suplemen umumnya tidak sering (56%) . Merek yang paling banyak dikonsumsi adalah Vegeta (11,97%) dan terendah adalah Nutri Family (0,32%). 4. Tingkat konsumsi suplemen sebulan umumnya kurang dari 15 ukuran saji atau rendah (53,4%), rata-rata tingkat konsumsi setiap bulan untuk bentuk kapsulltablet sebanyak 15 ,2 buah, cair 20, 5 botal dan serbuk 14,7 bungkus 5. Frekuensi konsumsi daJam seminggu berhubungan nyata positif dengan pengetahuan gizi, dan usia, sedangkan tingkat konsumsi sebulan berhubungan nyata positif dengan pengetahuan gizi. Frekuensi konsumsi berhubungan nyata negatif dengan jam kerja. 6. Sebagian contoh memperoleh informasi tentang produk dari .media massa (58,7%), tempat membeli di supermarket (51,3 %). a1asan mengk onsumsi untuk kesehatan dan kebugaran (66,7%) dengan atribut prioritas adalah nilai gizi (39%) dan harga (38,3%)

Dengan demikian untuk memenuhi tambahan kebutuhan gizi sebaiknya dari konsumsi makanan dengan kandungan gizi seimbang, kecuali karen a sesuatu dan lain hal menu kita tidak seimbang maka sebaiknya dipilih suplemen yang telah terbukti berkhasiat bagi kesehatan

1. Pada umumnya contoh berusia 46-60 tahun (60%), pendidikan S llDiploma (64,3%), pekerjaan sebagai PNS (45%), dengan jam kerja (53,3%), pendapatan (72,7%) dan pengetahuan gizi (54 ,33%), yang masing­ masing termasuk kategori sedang.

63

Media Gizi & Keluarga, Desember 200 \ . XXV (2) • 57 - 64

Gizi

DAFTAR PUSTAKA

Roedjito D. 1989. Kajian Penelitian Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Chong, 1994. Health Foods. Asia Pasific Food Industry. 04:78-81 . April

Stewart ML, McDinald JT, Levy AS, Schucker RE, Henderson DP. 1985 . Vitaminb/mineral Supplement use: Telephon survey of Adulth in the United State.

Eldridge, Alison L & Edward T Sheehan, 1994. Food Supplement Use and Relatied Belue. Survey of Community College Student. Journal of Nutrition Education. 26259-265. Golberg, I, 1994. Funcional Food. Chapman Hal. Dept.BC. New York. Karyadi, D & Hennana, 1995. Kecenderungan Penggunaan Makanan Fungsional dan Masalahnya. Prosiding Kongres Penyegar llinu Gizi X bandung: 21-23 Nopember.

Thomsen, Terry & Amos, 1999. Food and Drug Administrations USA Center for Food Safety Applied Nutritions. http://www. cfsan.fda.gov Wibisono, C. 1. Wibisono, B. Shindhunata, V. Liu & M GumiJang, 1997. Foods Industry Indonesia

p

U1l.

((

,r

p r lJ 1< •

pr Fha.:.

PENDAl

P; ~ c:

Seko!a:: tahun ~ 199'"' .:;:,

adalah ~ Madra£­ Benru k ,:: makan- ­ meruPii" ­ kalori ;. ­ :3 kali -~ bulan cacmg _ dapat derajat

, -~

anak se"c H bahwa -~ J

PenellL GJ ZL ~

64