MEDIA SENI MUSIK DAN PEMANFAATANNYA OLEH GURU KELAS V

Download tentang ketersediaan media seni musik di sekolah dasar negeri se-kecamatan Sambas .... seni. Karena itu, mata pelajaran seni budaya dan ket...

0 downloads 414 Views 200KB Size
MEDIA SENI MUSIK DAN PEMANFAATANNYA OLEH GURU KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SAMBAS Rudi Gunawan, Marzuki, suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: [email protected] Abstrak: Media Seni Musik dan Pemanfaatannya Oleh Guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sambas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang ketersediaan media seni musik di sekolah dasar negeri se-kecamatan Sambas dan pemanfaatan media seni musik oleh guru kelas V sekolah dasar negeri sekecamatan Sambas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah survei. Berdasarkan hasil rata-rata hitung prosentase ketersedian sebesar 9.72% maka ketersediaan media seni musik di sekolah dasar negeri se-kecamatan Sambas sangat kurang. Dan dari hasil pemanfaatan media seni musik diperoleh tidak ada satu orang pun guru yang memanfaatkan media, hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tidak adanya media dan ketidaktahuan guru dalam memanfaatkan media tersebut. Kata Kunci : media seni musik, ketersediaan, pemanfaatan Abstract: The music arts media and the utilization by teacher grade 5 elementary school in Sambas subdistrict. This study aimed to get descrivtive about availability music art media by teacher grade 5 in elementary school in Sambas subdistrict. Research method that used is descriptive method with type of research is survey. Based on average result scoring percentage avaibility is 9.72%, so avaibility music art media in Elementary school in Sambas subdistrict is very less. And from the utilization music art media gets no teacher that utilizing the media, it influences by some factors such as there is no media and the lack of knowledge from the teacher in utilizing the media. Keywords: media art music, availability, utilization

P

endidikan merupakan usaha sadar mengembangkan anak dalam segala hal sehingga anak menjadi dewasa. Yang di maksud dengan dewasa disini meliputi kedewasaan berfikir, merasakan, berperilaku dan menjalankan tugasnya sebagai anggota masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu adanya usaha untuk mendorong potensi yang ada dalam diri anak. Terinspirasi dari Piaget (dalam Pristiadi Utomo, 2008) yang mengemukakan bahwa “aspek penting yang ada hubungannya dengan perkembangan kognitif diantaranya adalah pengalaman fisik, yaitu anak harus mempunyai pengalaman

dengan benda-benda dan stimulus-stimulus dalam lingkungan tempat ia bereaksi dengan benda-benda itu”. Seperti yang dikemukakan Bobbi De Porter, Reardon Mark, dan Nouri-Sarah Singer (2010:99) “untuk mengorkrestasi lingkungan yang mendukung guru harus memperhatikan lingkungan sekeliling, alat bantu atau media pembelajaran, pengaturan bangku, tumbuhan, aroma, hewan peliharaan dan musik dalam proses pembelajaran”. Oleh karena itu, lingkungan kelas dapat menjadi ajang kegiatan dan kreativitas yang menyebabkan pembelajaran itu terjadi dengan peserta didik yang menjadi pusat pembelajaran. Lingkungan kelas dan ketersediaan media pembelajaran akan mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Artinya peserta didik didorong dengan kesadaran sendiri untuk belajar, bukan mengikuti alur yang dibuat oleh guru. Dengan demikian peserta didik akan membangun pengetahuan sendiri melalui media yang dimanfaatkan oleh gurunya dalam proses pembelajaran. Kosasih Djahiri (2007: 64) menyatakan bahwa, “kualitas proses kegiatan belajar peserta didik amat menentukan kualitas dan kuantitas hasil kegiatan belajar peserta didik, proses kegiatan belajar peserta didik akan lebih mudah, lancar dan sukses dengan bantuan aneka media dan sumber belajar”. Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru bertujuan agar indikator-indikator yang diharapkan dapat tercapai. Ketercapaian tersebut dapat diketahui dengan adanya perubahan-perubahan perilaku baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berkaitan dengan hal ini, guru hendaknya memberikan kebebasan pada peserta didik untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh dalam hal pembentukan perilakunya. Oleh karena itu, sekolah dan lembaga pendidikan perlu memperhatikan ketersediaan media pembelajaran juga pemanfaatannya oleh guru dalam proses pembelajaran. Seperti diketahui bahwa potensi yang muncul pada diri anak merupakan optimalisasi dari keseimbangan otak kiri dan otak kanan. Dalam pendidikan di sekolah dasar dirancang pendidikan yang mampu mendorong perkembangan keduaduanya yang kemudian dikemas dalam bentuk kurikulum. Masing-masing kinerja otak didukung oleh beberapa mata pelajaran di sekolah dasar seperti kinerja otak kanan didukung oleh mata pelajaran matematika dan IPA. Sedangkan kinerja otak kiri didukung oleh mata pelajaran seperti IPS, agama dan Kesenian. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada program pendidikan dasar, menengah dan umum yang mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kemudian di sempurnakan lagi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum tujuan pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan adalah memberikan pengalaman estetika kepada siswa dengan harapan dapat dijadikan bekal yang berarti bagi siswa dalam menjawab tantangan bagi dirinya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan bermasyarakat. Di dalam KTSP SD/MI disebutkan bahwa diberikannya pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar karena keunikan, kebermaknaan terhadap kebutuhan peserta didik, yang terletak pada pemberian makna estetika dalam bentuk

berekspresi, berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni dan hal ini tidak terdapat pada mata pelajaran lain. Jamalus (1998: 91) menyatakan :Tujuan pembelajaran seni musik disekolah dasar adalah untuk: (1) memupuk rasa seni pada tingkat tertentu dalam diri tiap anak melalui perkembangan kesadaran musik, tanggapan terhadap musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik. (2) mengembangkan kemampuan menilai musik melalui intelektual dan artistik sesuai dengan budaya bangsanya. (3) bekal melanjutkan studi ke pendidikan musik yang lebih tinggi. Menurut pendapat diatas, pembelajaran seni musik di sekolah khususnya Sekolah Dasar bukan menuntut mereka untuk menjadi seniman atau praktisi seni. Namun lebih mengarah kepada mereka untuk memiliki pengalaman kreatif guna mengembengkan kreativitas mereka di masa mendatang. Berdasarkan hasil observasi kelas terhadap proses pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan khususnya Seni Musik di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas pada bulan Oktober 2012. Masih banyak guru yang tidak menggunakan media pembelajaran dalam mengajarkan Seni Musik, guru lebih memilih mengajarkan bernyanyi atau sekedar menggambar bebas dari pada mengajarkan peserta didik tentang memainkan alat musik. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tidak adanya fasilitas media pembelajaran seni musik untuk tingkat pendidikan dasar dan ketidaktahuan guru dalam memainkan alat musik yang ada sehingga para guru tidak bisa mengajarkan kepada peserta didik bagaimana memainkan alat musik tersebut. Seperti yang terdapat pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan lebih ditekankan pada praktek bukan teori, salah satunya yang tertuang dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas V semester II bidang seni musik yaitu mampu mengekspresikan diri karya seni musik, memainkan alat musik ritmis dan melodis sederhana dalam bentuk ansambel sejenisnya. Berpijak dari standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, maka penelitian ini ditekankan pada ketersediaan dan pemanfaatan alat-alat musik. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti merasa perlu dan tertarik untuk melakukan penelitian tentang media seni musik dan pemanfaatannya oleh guru kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai (1) Prosentase Ketersediaan Media Seni Musik di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas, (2) Pemanfaatan Media Seni Musik oleh Guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Sambas. Ketersediaan adalah kesiapan suatu alat untuk dapat digunakan atau dioprasikan dalam waktu yang telah ditentukan. Sedangkan pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan. Dalam penelitian ini, ketersedian yang dimaksud adalah ada atau tidaknya media seni musik (yang disiapkan oleh sekolah, bukan dari siswa) dalam pembelajaran seni musik di kelas V sekolah dasar negeri se-kecamatan Sambas.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemanfaatan dalam penelitian ini adalah cara guru memanfaatkan media atau alat-alat musik yang tersedia di sekolah dalam pembelajaran seni musik kelas V sekolah dasar. Hakikat pendidikan seni budaya dan keterampilan di sekolah dasar adalah muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran seni budaya dan keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran seni budaya dan keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni berbasis budaya. Pendidikan seni budaya dan keterampilan diberikan disekolah karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berprestasi melalui pendekatan “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni”. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Pendidikan seni budaya dan keterampilan memiliki sifat multilingual, multidimensional dan multikultural. Multilingual adalah pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan berbagai kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi) apresiasi dan kreasi dengan memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuh kembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradap serta toleran dalam masyarakat budaya yang majemuk. Pendidikan seni budaya dan keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral dan kecerdasan emosional. Bidang seni rupa, tari, musik dan keterampilan memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam pendidikan seni dan keterampilan, aktivitas kesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya ekplorasi elemen, prinsip, proses dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. (Dalam KTSP, 2006: 612), Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (a) Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan, (b) Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan, (c) Menampilkan kreativitas melalui

seni budaya dan keterampilan, (d) Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional maupun global. Dari uraian di atas, peserta didik lebih ditekankan pada memahami konsep dan akan pentingnya seni. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan agama hidup menjadi terarah, dengan seni hidup menjadi indah”. Pepatah tersebut memang benar adanya, di dalam kehidupan ini perlu adanya keselarasan diantara ketiganya tersebut. Seni telah menjadi bagian dari kehidupan kita, salah satunya adalah seni musik. Di dalam pembelajaran Seni Musik, peserta didik ditekankan untuk dapat menampilkan sikap apresiasi, kreativitas dan peran serta dalam tingkat lokal, regional maupun global. Hal ini sangat penting karena apa yang telah dipelajari para peserta didik pada saat di kelas maupun luar kelas harus diapresiasikan kreativitasnya. Dalam lingkup anak sekolah dasar biasanya difasilitasi dalam wadah FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional). (Dalam KTSP, 2006: 612), Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut (a) Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak mencetak, dan sebagainya, (b) Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vocal, memainkan alat musik, apresiasi karya musik, (c) Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari, (d) Seni drama, mencakup keterampilan pementasan dengan memadukan seni musik, seni tari dan peran, (d) Keterampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skill) yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan vokasional dan keterampilan akademik. Pada kelas V sekolah dasar, peserta didik diharapkan dapat menguasai vokal, memainkan alat musik pianika dan rekorder dan mengapresiasikannya. Khusus pada memainkan alat musik, banyak peserta didik yang tidak memiliki kesempatan yang sama dalam hal tersebut. Karena masih banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kurangnya sumber daya manusia serta fasilitas alat musik yang tersedia di setiap sekolah dasar. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2002:3) menyatakan, “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampiln atau sikap”. Gagne (dalam Sadiman, 1984:6) menyatakan, “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat untuk merangsangnya untuk belajar”. Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2008:204) menyatakan “media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat di pakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya”. Jadi, berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti mengartikan bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen atau alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

Klasifikasi alat musik berdasarkan warna nada dan sumber bunyinya menurut Jamalus (1981: 86) : (a) Alat musik berdawai digesek. Contohnya: biola, cello, rebab. (b) Alat musik berdawai dipetik. Contohnya: kecapi, gitar, sampek, mandolin, ukulele, harpa. (c) Alat musik tiup logam. Contohnya: trumpet, horn, trombone, tuba. (d) Alat musik tiup kayu. Contohnya: flute, klarinet, obo, seruling, serunai. (e) Alat musik keyboard. Contohnya: piano, organ, akordeon, pianika. (f) Alat musik pukul bernada. Contohnya: kulintang, perangkat gamelan, calung, vibraphone, belira. (g) Alat musik pukul tidak bernada. Contohnya: gendang, ketipung, rebana, simbal, gong, drum set. Menurut JJ. Rousseau dalam (Jamalus, 1981:1) adalah “ pengajaran musik mampu menciptakan suasana gembira di kalangan anak-anak. Pelajaran musik adalah menikmati nyanyian. Melodi dan lirik untuk lagu peserta didik harus sesuai dengan dunia anak”. Menurut Galin dkk dalam (Jamalus, 1981:6) yaitu “sebagai ahli Matematika dia ingin agar perbedaan nilai not itu dituliskan dengan perhitungan jarak yang jelas dapat dilihat. Metode ini berkembang dengan pesat yaitu sistem notasi angka dengan sebutan solmisasi”. Menurut Emile Dalcroze dalam (Jamalus, 1981: 17) yaitu “irama adalah unsur musik yang paling dasar yang dapat mempengaruhi seluruh jaringan otot, saraf bahkan seluruh organ tubuh manusia. Akan tetapi kemampuan peserta didik bereaksi terhadap perubahan irama tidak sama, ada yang cepat dan ada yang lambat”. Menurut Zoltan Konady dalam (Jamalus, 1981: 21) yaitu “latihan musik dapat menjadi dorongan yang besar terhadap kecerdasan dan perkembangan emosi anak. Unsur musik yang penting baginya adalah irama dan melodi”. Menurut Carl Orff dalam (Jamalus, 1981: 24) yaitu “Dalam pengajaran musik, perhatiannya terhadap intonasi sangatlah besar. Ia cenderung memberikan kesempatan kepada peserta didik sendiri memainkan alat musik yang mudah dimainkan secara improvisasi. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (2007: 67), “metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Sejalan dengan pendapat Hadari Nawawi, peneliti mengartikan metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan fakta yang tampak adanya tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Pemilihan metode deskriptif ini bertujuan untuk menghasillkan data dengan menggambarkan media seni musik dan pemanfaatannya oleh guru-guru kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei. Menurut pendapat, Masri Singarimbun (1989: 3) yang menyatakan bahwa,

”penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Peneliti langsung melakukan peninjauan ke lokasi penelitian dan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan angket dan pedoman observasi serta catatan-catatan yang dihimpun saat pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas. Ketertarikan peneliti memilih Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas karena ingin menumbuh kembangkan minat mahasiswa daerah untuk meneliti di kampung halamannya sendiri. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret dan April 2013 yakni pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Menurut Iskandar (2008: 68), “populasi adalah seluruh subyek penelitian”. Hadeli (2006: 67), menyimpulkan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang berfungsi sebagai sumber data”. Sejalan dengan itu, Walter R. Borg and MD. Gall (2003:179), menegaskan bahwa “Population is also called univerce. We weans all member of a real of hypotheticsl set of people, events or objects to which we wish to generalize the result of research”. Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek/obyek penelitian yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu untuk mempelajari dan ditarik kesimpulannya. Berpijak dari pendapat para ahli di atas, populasi adalah objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu sebagai sumber data dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas sebanyak 29 sekolah. Dari keseluruhan populasi tersebut, peneliti memberi karekteristik dengan kriteria tertentu yaitu, sekolah yang terakreditasi B dan memiliki guru yang telah menempuh strata 1. Menurut Stutgart Collins (1997: 1284) dijelaskan bahwa “a sampel of people or their things is a number of them that are chosen at random out of a larger group then used to test ideas or to provide information about the whole group”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa sebuah sampel yang terdiri dari manusia atau bendabenda merupakan sejumlah dari mereka yang dipilih secara acak dari kelompok besar kemudian digunakan untuk menguji gagasan atau untuk menyediakan informassi tentang keseluruhan kelompok. Burhan Nurbiyantoro, Gunawan dan Marzuki (2002: 21), menyatakan “sampel adalah sebuah kelompok anggota yang menjadi bagian populasi sehingga juga memiliki karakteristik populasi”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Berpijak dari kedua pendapat para ahli tersebut, sampel adalah bagian/wakil dari populasi yang memberikan keterangan/data yang diperlukan pada suatu penelitian yang dapat mewakili keseluruhan jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling yang melalui sampling purposive, yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2011: 85).

Setelah populasi diberi pertimbangan tertentu dengan kriteria sekolah yang terakreditasi B dan guru yang telah menempuh pendidikan strata 1, maka peneliti memperoleh sampel sebagai berikut yaitu, sebanyak 13 sekolah dasar yang terakreditasi B dengan 18 guru kelas yang telah menempuh pendidikan strata 1. Menurut Subana (2005: 127), “Instrumen penelitian adalah alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti”. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah berupa pedoman observasi dan angket yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Menurut Depdiknas (dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 70) “pedoman observasi adalah suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang telah diharapkan atau belum”. Dalam penelitian ini pedoman observasi berisi tentang modifikasi Instrumen Penilaian Kinerja Guru 2 (IPKG 2) kemudian lembar pedoman observasi ini ditujukan kepada guru kelas V yang telah menempuh pendidikan strata 1. Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 70) “Angket adalah alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis”. Dalam penelitian ini, angket atau kuesionernya berisi seputar ketersediaan alat-alat musik di sekolah dasar kemudian ditujukan untuk pihak sekolah yang sekolahnya masuk dalam kriteria pengambilan sampel. Jenis angket dalam penelitian ini adalah angket terbuka dan tertutup. Dimana pada soal angket, narasumber menjawab pilihan jawaban yang telah ditentukan peneliti dan menjawab bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi teknik pengumpul data adalah teknik observasi langsung dan teknik komunikasi tidak langsung. Teknik observasi langsung dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi nonpartisipan yang terstruktur karena peneliti tidak terlibat secara langsung, melainkan hanya sebagai pengamat dan telah merancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Menurut Sugiyono (2011: 166), observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Pengamatan dilakukan di kelas V dengan menggunakan lembar observasi kelas yang berpedoman pada IPKG 2 pada saat pembelajaran seni musik mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan berlangsung. Hadari Nawawi (2007: 100), mengemukakan bahwa “teknik komunikasi tidak langsung merupakan cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data yang disebut responden”. Dalam penelitian ini, Teknik komunikasi tidak langsung menggunakan angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner ini dijadikan sebagai alat pengumpul data pada Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas yang masuk dalam kriteria sampel. Dalam penelitian ini, yang menjadi alat penelitian adalah pedoman observasi dan angket atau kuesioner. Slameto (1988:96) menjelaskan pedoman observasi adalah salah satu alat atau lembar observasi yang berupa daftar kemungkinan-kemungkinan aspek tingkah laku seseorang yang sengaja dibuat untuk memudahkan mengenai ada tidaknya aspek-aspek tingkah laku tertentu pada seseorang yang akan dinilai. Observasi kelas ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang pemanfaatan media

seni musik oleh guru kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas dengan menggunakan IPKG 2 pada saat pembelajaran seni musik mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan berlangsung. Menurut Hadari Nawawi (2007: 124) “kuesioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden”. Angket ini ditujukan untuk pihak sekolah yang sekolahnya masuk dalam kriteria pengambilan sampel oleh peneliti. Dalam penelitian ini angket atau kuesionernya berisi seputar ketersediaan alat-alat musik di sekolah. Berapakah prosentase ketersediaan media seni musik di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas, peneliti menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Menurut Darwyan Syah, Supardi dan Abd Aziz Hasibuan (2009: 27) statistik deskriptif sering disebut juga statistik deduktif adalah statistik yang hanya berfungsi untuk mengorganisasi, menganalisa serta memberikan pengertian mengenai data (keadaan, gejala, persoalan) dalam bentuk angka agar dapat diberikan gambaran secara teratur, ringkasan dan jelas. Selanjutnya menurut Nar Heryanto H.M Akib Hamid (2007: 35) “statistik deskriptif adalah statistik yang menggambarkan dan menganalisis kelompok data yang diberikan tanpa penarikan kesimpulan mengenai kelompok data yang lebih besar”. Berpijak dari kedua pendapat yang dikemukakan para ahli diatas, peneliti mengartikan statistik deskriptif adalah metode pengolahan data yang menunjukkan karakteristik data dalam ukuran nilai angka yang dapat menggambarkan karakteristik data secara jelas. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan bantuan statistik deskriptif, yaitu distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel prosentase, selanjutnya diinterpretasikan. Dengan demikian diharapkan dapat diketahui simpulannya. Distribusi frekuensi yang dipergunakan dalam analisis penelitian ini, adalah distribusi frekuensi yang dihasilkan dari perhitungan prosentase (%) dan menghitung rata-rata dari perhitungan prosentase terhadap data penelitian yang berhasil dikumpulkan berupa data yang diperoleh dari kuesioner/angket. Dengan rumus prosentase yang dikemukakan oleh Mohammad Ali (1989:124), yaitu sebagai berikut : Pengunaan rumus prosentase ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Darwyan Syah, Supardi dan Abd. Aziz Hasibuan tentang penyajian data secara deskriptif yaitu sebagai berikut . (1) Distribusi frekuensi yang terdiri dari (a) Grafik (histogram, polygon dan ogif), (b) Ukuran gejala pusat (rata-rata, median, modus, varian, simpangan baku, kuartil, decil, persentil dan sebagainya). (2) Angka indeks. (3) Data berskala atau time series. (4) Regresi serta korelasi sederhana (Darwyan Syah, Supardi dan Abd. Aziz Hasibuan, 2009 :3)

Jadi dalam penelitian ini penyajian data yang digunakan berupa distribusi frekuensi ukuran gejala pusat yaitu persentil atau porsentase. kemudian digunakan rumus rata-rata. Untuk menjawab sub masalah 2 yaitu Bagaimanakah pemanfaatan media seni musik oleh guru di kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas peneliti melakukan penelitiannya menggunakan lembar observasi yang berpedoman pada Indikator Penilaian Kinerja Guru (IPKG) 2. Dengan rumus skor rata-rata. skor rata-rata IPKG = skor total A + skor total B 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uraian dalam temuan penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data dari hasil observasi kelas langsung dan angket tentang ketersediaan media seni musik dan pemanfaatannya oleh Guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Sedangkan untuk pembahasan hasil penelitian juga akan dibahas yang datanya didapat dari hasil lembar observasi dan angket Tabel 1 Daftar Hasil Observasi Kelas No Media Pembelajaran Persentase Ketersediaan (%) 1 Biola 0% 2 Cello 0% 3 Rebab 0% 4 Kecapi 0% 5 Gitar 46.15% 6 Sampek 0% 7 Mandolin 0% 8 Ukulele 0% 9 Harpa 0% 10 Trompet 0% 11 Horn prancis 0% 12 Euphonium 0% 13 Tuba 0% 14 Suling 38.46% 15 Klarinet 0% 16 Obo 0% 17 Bassun 0% 18 Saxophone 0% 19 Piano 7.69% 20 Organ 38.46% 21 Akordeon 0% 22 Pianika 69.23%

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Kulintang Perangkat gamelan Calung Vibraphone Belira Gendang Ketipung Rebana Simbal Gong Drum set JUMLAH

No

Nama Guru

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Sukarsih Hj.Wafizah Nurhayati Hj.Rusnani Latifah Herlinda Wati Ermi Sumiati Agustina Sasmarina Rina Kurtiana Sumiati Nurbaini Ruaida Bodang U.Rizky Tajuin Julianto Kasdi

0% 0% 0% 0% 0% 53.84% 15.38% 53.84% 0% 7.69% 0% 330.74%

Tabel 2 Daftar Hasil Angket Aspek Yang Diamati Kesiapan Menunjukkan Menghasil Menggunaruang alat & keterampilan kan pesan kan media media pem- dalam pengyang secara efekbelajaran gunaan media menarik tif & efisien 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Pembahasan Sebelum penelitian dilaksanakan kegiatan yang dilakukan peneliti adalah menyusun kisi-kisi angket dan menyusun butir-butir pertanyaan angket. Kegiatan

pertama yang dilakukan yaitu penyusunan kisi-kisi angket dengan merumuskan pertanyaan angket. Penyusunan kisi-kisi angket dirumuskan secara sisitematis dan sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Kegiatan kedua menyusun butir-butir pertanyaan angket berdasarkan kisi-kisi angket yang telah disusun. Jumlah pertanyaan terdiri dari 10 kelompok pertanyaan mengenai ketersediaan media pembelajaran Seni Musik yang berupa bahan cetak (buku), alat musik berdawai di gesek, alat musik berdawai di petik, alat musik tiup logam, alat musik tiup kayu, alat musik keyboard, alat musik pukul bernada, alat musik pukul tidak bernada, lingkungan sebagai sumber belajar serta peralatan. Persentase pemaparan data ketersediaan media pembelajaran Seni Musik berupa biola, cello, rebab, kecapi, gitar, sampek, mendolin, ukulele, harpa, trompet, horn prancis, euphonium, tuba, suling, klarinet, obo, bassun, saxophone, piano, organ, akordeon, pianika, kulintang, perangkat gamelan, calung, vibraphone, belira, gendang, ketipung, rebana, simbal, gong dan drum set di analisis menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Mohammad Ali. Setelah persentase ketersediaan media pembelajaran Seni Musik kelas V diperoleh kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dengan tujuan agar data mudah terbaca dan jelas. Berikut ini akan dipaparkan pembahasan persentase ketersediaan media pembelajaran Seni Musik kelas V beserta kriteria penilaian yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil diskusi dengan 13 kepala sekolah dasar negeri kecamatan Sambas yaitu sebagai berikut. (a) 80% -100% = Baik sekali (b) 70% -79% = Baik (c) 60% -79% = Cukup baik (d) < 60% = Sangat tidak baik. Persentase ketersediaan gitar adalah 46.15%. Berarti masih ada 53.85% media pembelajaran Seni Musik yang belum tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan gitar di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori sangat tidak baik. Persentase ketersediaan suling adalah 38.46%. Berarti masih ada 61.54% media pembelajaran Seni Musik yang belum tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan suling di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori sangat tidak baik. Persentase ketersediaan piano adalah 7.69%. Berarti masih ada 92.31% media pembelajaran Seni Musik yang belum tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan piano di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori sangat tidak baik. Persentase ketersediaan organ adalah 38.46%. Berarti masih ada 61.54% media pembelajaran Seni Musik yang belum tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan organ di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori sangat tidak baik. Persentase ketersediaan pianika adalah 69.23%. Berarti masih ada 30.77% media pembelajaran Seni Musik yang belum tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan pianika di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori cukup baik. Persentase ketersediaan gendang adalah 53.84%. Berarti masih ada 46.16% media pembelajaran Seni Musik yang belum

tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan gendang di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori sangat tidak baik. Persentase ketersediaan ketipung adalah 15.38%. Berarti masih ada 84.62% media pembelajaran Seni Musik yang belum tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan ketipung di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori sangat tidak baik. Persentase ketersediaan rebana adalah 53.84%. Berarti masih ada 46.16% media pembelajaran Seni Musik yang belum tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan rebana di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori sangat tidak baik. Persentase ketersediaan gong adalah 7.69%. Berarti masih ada 92.31% media pembelajaran Seni Musik yang belum tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Dari hasil persentase yang diperoleh, ketersediaan gong di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas termasuk dalam kategori sangat tidak baik. Sedangkan untuk ketersediaan media seni musik lain tidak tersedia di sekolah-sekolah dasar negeri yang di teliti. Hasil dari observasi kelas pemanfaatan media pembelajaran Seni Musik yang peneliti dapatkan dengan melakukan observasi di dalam kelas digunakan untuk menjawab sub masalah no 2 yaitu, “Bagaimanakah pemanfaatan media seni musik oleh guru dikelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas?” dengan menggunakan observasi kelas. Observasi kelas ini adalah modifikasi dari Indikator Penilaian Kinerja Guru (IPKG) 2. Dalam penggunaannya, peneliti menggunakan rumus seperti di bawah ini. skor rata-rata IPKG 2 = skor total A + skor total B 2 Dengan kriteria penilaian sebagai berikut Skor 4 = Baik sekali, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang, (Sugiono, 2011 : 94). Jadi dari keseluruhan observasi kelas yang peneliti lakukan di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas, peneliti tidak menemukan salah seorang pun dari guru kelas V yang melakukan pembelajaran dengan menggunakan media. Dalam pembelajaran seni musik, guru hanya mengajarkan bernyanyi dan menggambar. Hal ini di sebabkan karena tidak adanya media dan kurangnya penguasaan guru dalam memainkan alat musik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan umum yang didapat bahwa ketersediaan dan pemanfaatan alat musik merupakan salah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam pembelajaran seni musik. Tetapi sangat disayangkan, ketersediaan dan pemanfaatan alat musik di Kecamatan Sambas sangatlah minim, sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Sambas.

Selanjutnya dari kesimpulan tersebut dapat dirangkum beberapa kesimpulan dari sub-sub masalah yaitu sebagai berikut. (1) Di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas terdapat ketersediaan media pembelajaran Seni Musik dengan prosentase ketersediaan adalah 9.72%, berarti masih ada 90.28% media pembelajaran Seni Musik yang tidak tersedia di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sambas. Sesuai dengan sub masalah 1, media seni musik di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas sangatlah kurang, hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase di atas. (2) Dari keseluruhan observasi kelas yang peneliti lakukan di Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Sambas, peneliti tidak menemukan salah seorang pun dari guru kelas V yang melakukan pembelajaran dengan menggunakan media. Dalam pembelajaran seni musik, guru hanya mengajarkan bernyanyi dan menggambar. Jadi pemanfaatan media seni musik oleh guru kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambas dapat di kategorikan tidak dimanfaatkan. Hal ini di sebabkan karena tidak adanya media dan kurangnya penguasaan guru dalam memainkan alat musik. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut. (1) Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas hendaknya dapat menempatkan dan mengangkat guru-guru yang kompeten dalam bidang seni di tingkat Sekolah Dasar. (2) Dilaksanakan pelatihan atau diklat bagi guru-guru khususnya guru SD yang mengajar seni musik agar kualitas pembelajaran seni musik terlaksana secara optimal. (3) Kepada peneliti lainnya untuk mengajak teman yang diperlukan untuk membantu dalam melaksanakan penelitian dengan jumlah subyek penelitian yang cukup banyak. DAFTAR RUJUKAN Arsyad Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Asep Jihad dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Pressindo Bobbi De Porter, Reardon Mark dan Nouri-Sarah Singer. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan SD/MI. Departemen Pendidikan Nasional. Burhan Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Darwyan Syahm Supardi dan Abd. Aziz Hasibuan. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Hadari Nawawi. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University press Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching Iskandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Jamalus. 1998. Pengajaran Seni Musik melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Depdikbud. Jamalus dan AT. Mahmud. 1981. Musik 4. Jakarta: Depdikbud.

Jamalus dan Hamzah Busroh. 1991. Pendidikan Kesenian 1 (Musik). Jakarta: Depdikbud. Kosasih Djahiri. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran Pembaharuan Paradigma PKn-PIPS-PAI. Bandung: LAB PMPKN FPIPS UPI. Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta :LP3ES. Mohammad Ali. 1989. Metode Penelitian. Jakarta: Barata Baraya. Nar Herhyanto dan H.M. Akib Hamid. 2007. Statika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Oemar Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Piaget dan Teorinya. (online). (http:// Pristiadi Utomo. 2008. ilmuanmuda.wordpress.com) diakses pada tanggal 30 Oktober 2012. Robert M.W. Travers. 2007. Essentials of learning. New York: An Overview for Students of Education. S.Arief Sadiman. 1984. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Reineka Cipta. Stutgart, Coliins. (1997). Collins Cobuild English Language Dictonary. London: Collins Publishers. Subana dan Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV.Pustaka Setia. Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suharto. 2013. Sarjanaku. (online). (www.sarjanaku.com/2013/05/pengertian media-menurut-para.html?m=1) di akses pada tanggal 25 juni 2013. Sumadi Suryabrata. 1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tim Penyusun. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Wina Sanjaya. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung: Prenada Media Group.