MENELUSURI JEJAK ARKEOL OGI DI SIAK Khairiah UIN Sultan Syarif Kasim Riau E-mail:
[email protected] Abstrak: Mengamati sejumlah benda arkeologi di Kabupaten Siak, mulai dari Gasib, Buantan, Mempura, Koto Tinggi, dan Istana Siak saat ini, memberi gambaran bagaimana kota ini terus mengalami perkembangan. Dari Gasib, sebagai kerajaan lokal, Siak berubah dan dikenal menjadi kerajaan besar sejak dikomandoi Raja Kecik. Benda-benda arkeologis itu ‘’mampu berbicara’’ bagaimana awalnya Siak berawal dan bagaimana mengalami masa kejayaan, tapi sayang jejak-jejak arkeologis itu belum terangkum kembali dengan rapi, masih terserak terbiarkan. Hal ini menyebabkan pemahaman yang sepotong-sepotong, belum terintegral. Dari pengalamatan penulis, jumlah bendabenda arkeologis di Siak mencapai ribuan. Jumlah terbanyak di istana Siak, walau pihak pengelola istana sendiri mengakui belum tahu angka pastinya, tetapi penulis mendapatkan angka sementara berdasarkan pendataan langsung sebanyak 1.350 benda di istana Siak. Namun jumlah itu bisa lebih, sebab beberapa bundel dan kotak arsip belum dibongkar dan belum diketahui berapa jumlahnya. Benda-benda arkeologi yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Sia, adalah bukti konkret kejayaan Siak tempo dulu. Untuk itu perlu dilakukan upaya penemuan (ekskavasi) lebih lanjut dan penyelamatan (konservasi) benda-benda arkeologis di Siak. Kata kunci : Benda arkeologis, Sejarah, dan Siak
negeri atau diperjualbelikan oknum yang
Pendahuluan Sepanjang
perkembangan
sejarah
bangsa Indonesia, banyak meninggalkan
tidak bertanggung jawab (Niasbangkit.com, 12 Maret 2012).
sisa-sisa kehidupan pemberi corak khas
Kepala Pusat Penelitian Arkeolog Nasional,
pada kebudayaan bangsa, salah satunya
Prof. Dr. Soejono mengatakan, campur tangan
adalah Istana Siak Sri Indrapura menjadi
pemerintah dalam masalah dana (anggaran melalui
salah
Jumlah
APBD dan APBN) dan dukungan moril sangat
kerajaan Siak jauh lebih
mendesak, karena banyak hal-hal yang seharusnya
banyak dari yang disebutkan di atas. Kita
bisa dilakukan para peneliti arkeologi akhirnya
dinilai terlambat menyelamatkan benda-
tersendat. Sejauh
benda peninggalan masa lalu, namun lebih
masalah klasik bagi kalangan peneliti Indonesia,
baik terlambat, daripada tidak sama sekali
sehingga peneliti asing yang memiliki sumber dana
melakukannya (Budi Sulistiono, 2011).
lebih besar cenderung mendominasi kegiatan-
Lebih banyak pihak asing yang datang
kegiatan pengkajian dan eksplorasi benda-benda
meneliti tentang arkeologi daerah kita
purbakala Indonesia, terlebih-lebih dalam hal
sendiri, sehingga tidak sedikit benda-benda
ekskavasi (penggalian). Penemuan manusia pra-
purbakala yang dibawa kabur ke luar
sejarah Flores yang disebut dengan
asset
peninggalan
34
arkeologi
Riau.
ini dukungan dana menjadi
homo
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
Floresiensis menjadi salah satu contoh, di mana
Namun, dari sisi ekonomi – ketergantungan
peneliti asing yang berkedudukan di Australia
perdagangan – hubungan mereka tetap terjalin
terlebih dahulu mengumumkan penemuan itu di
baik. Makanya di setiap daerah sering ditemukan
negaranya dan pemberitaannya disebarluaskan ke
benda-benda yang berasal dari kesultanan lain
seluruh dunia.
(Reid, 2011).
Objek purbakala yang
paling minim
Melihat sedemikian besarnya potensi artefak
mendapatkan perhatian arkeolog Indonesia adalah
di wilayah Selat Melaka sementara penelitian
keramik kuno. Terutama menyangkut penelitian
arkeologi di wilayah ini sangat minim, maka kajian
dan ekskavasi terhadap peninggalan keramik
arkeologi di wilayah Riau, khususnya Siak, sangat
bawah air. Menurut Naniek Harkantiningsih
perlu. Untuk melihat kondisi masyarakat suatu
Wibisono, arkeolog yang mengkhususkan pada
wilayah pada masa lalu, memang tidak bisa lepas
kajian keramik, secara keseluruhan setidaknya
dari perkembangan kota lainnya pada masa yang
terdapat 450 titik kapal karam di Nusantara.
bersamaan. Sebab jalinan kerjasama antar-
Artinya, ada ribuan atau bahkan puluhan ribu
kesultanan, antar-raja dan antar-kota, tidak bisa
benda arkeologi yang belum diteliti. Budi
dibatasi oleh batas wilayah kerajaan atau kebijakan
Sulistiono menilai wilayah Nusantara di masa lalu
politik. Di sinilah pentingnya penelitian arkeologi.
merupakan salah satu wilayah yang memiliki
Yakni penelitian arkeologi yang implementatif,
kedudukan penting. Beragam
sumber sejarah
sebagaimana dijelaskan Ian Hodder dan Brian
menyebutkan bahwa kepulauan yang kita huni
Fagan, bahwa dalam masa-masa pembangunan ke
sebagai wilayah NKRI ini merupakan mata rantai
depan arkeologi akan dapat berperan, apabila hasil-
dari jalur perdagangan yang mulai marak sejak
hasil penelitiannya dapat memberikan satu
awal abad masehi. Potensi Kepulauan Nusantara
kontribusi riil bagi masyarakat. Yang dimaksud di
dan Asia Tenggara daratan diketahui sebagai rantai
sini tidak hanya masyarakat ilmuwan dan para
perniagaan di wilayah ini sebagai “jalur sutera
arkeolog, akan tetapi termasuk juga masyarakat
kedua” (Adrian B. Lapian, 2008: 37).
secara luas atau publik (Colin & Paul Bahn, 1997:
Setiap wilayah di Nusantara saling terkait,
43; Magetsari & Nurhadi, 2003).
mulai dari Aceh sampai ujung Timur Negeri ini, sebab
masing-masing
kesultanan
menjalin
kerjasama dalam hal perdagangan. Jalinan hubungan antar wilayah ini yang memunculkan alur perdagangan yang ramai dilalui, walau kadang kala sempat terputus karena pertikaian politik.
Tinjauan Pustaka Secara terminologi, arkeologi berakar dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu: arkhaios dan logos. Arkhaios berarti kuna, tua, atau yang lampau. Sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, secara
35
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
sederhana kita memahami arkeologi sebagai ilmu
penelitian
yang
mengumpulkan dan mengobservasi sebanyak
mengkaji
tentang
masa
lampau.
Membedakan diri dengan sejarah, arkeologi
secara
eksplanatif
dengan
mungkin data tanpa melibatkan asumsi teoretis.
merekonstruksi masa lampau lewat pembacaan
Fase setelah tahun 1960-an adalah fase di
terhadap kebudayaan materi (artefak) yang tersisa.
mana arkeologi menemukan kebaruannya lewat
Masa lampaupun ditafsirkan secara berbeda-beda
introduksi paradigma positivisme-logis dalam
oleh para arkeolog.
arkeologi. Introduksi tersebut pertama kali
Dalam
kacamata
Clarke
(1973)
diperkenalkan oleh Lewis R. Binford lewat
sebagaimana diuraikan oleh Trigger (2006),
bukunya yang berjudul ‘A New Perspective in
arkeologi telah melewati dua fase perkembangan.
Archaeology’ yang terbit pada tahun 1968. Lewat
Fase pertama adalah fase sebelum tahun 1960-an
buku tersebut, Binford mencetuskan sebuah
dan fase kedua adalah fase setelah tahun 1960-an.
gerakan pembaruan guna mengajak arkeolog
Meskipun pendapat David L. Clarke adalah
untuk menegaskan status disipliner arkeologi
periodisasi yang kurang begitu kuat karena tidak
dengan penggunaan metode ilmiah sebagaimana
mengakomodasi perkembangan kontemporer dari
yang berkembang dalam ilmu-ilmu alam.
pemikiran arkeologi. Namun, periodisasi tersebut
Pembahasan
yang
lebih
ekstensif
digunakan di sini sebagai kerangka untuk
menyangkut perkembangan pemikiran arkeologi
menandai fase peneguhan identitas disipliner
dapat dibaca dalam buku The History of
arkeologi yang dimulai pada tahun 1960-an
Archaeological Thougt karangan Bruce G. Trigger
((Colin & Paul Bahn, 1997: 37; Shanks &
(2006). Dalam buku tersebut, Trigger membagi
Christopher Tilley, 1987: 29-45).
tahapan perkembangan pemikiran arkeologi ke
Arkeologi
1960
dalam tujuh tahapan yaitu: 1) Arkeologi Klasik, 2)
diidentifikasi sebagai masa di mana arkeologi
Antiquarianisme, 3) Arkeologi Prasejarah Awal, 4)
masih
penelitian
Arkeologi Evolusioner, 5) Arkeologi Sejarah
berdasarkan daerah masing-masing. Para arkeolog
Budaya, 6) Arkeologi FungsionalProsesual Awal,
masih mengikuti idiosinkrasi (keasikan dengan diri
dan 7) Arkeologi Postprosesual.
terkurung
sebelum
dalam
tahun
tradisi
sendiri atau efek abnormal) masing-masing,
Gerakan Pembaharuan Arkeologi (The New
kebanyakan menjalankan penelitian menurut
Archaeology) yang dicanangkan Lewis R. Binford
standar yang ditetapkan sendiri, baik itu bentuk
pada era 60-an telah meletakkan dasar-dasar yang
deskripsi, interpretasi, dan penjelasannya. Fase ini
fundamental yang memungkinkan arkeologi
ditandai dengan penerapan penalaran induktif
berdiri dengan kepala tegak dan memandang diri
eksplanatif, yaitu upaya merumuskan kesimpulan
sejajar dengan disiplin-disiplin ilmu lain. Sebab
36
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
arkeologi bukan hanya bermanfaat bagi peneliti
arkeologi, setelah diteliti, ternyata Pulau Rupat
semata tetapi juga dalam pembangunan suatu
kaya dengan artifek dan banguna tua.
negara.
Siak bagian dari wilayah pesisir Selat
Dalam pada itu, Ketua LPP UIN Suska
Melaka memiliki karakteristik tak jauh beda
Riau, Drs Husni Thamrin M.Si (2011)
dengan wilayah lainnya di seputar Selat Melaka.
menjelaskan,
penelitian
Siak memiliki karakteristik unik, memadukan
arkeologi juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
antara daratan (Pekanbaru, Kampar dan Sumbar)
implementasi secara akademis dan implementasi
dengan pesisir (Bengkalis, Rupat, dan Selat
secara praktis. Di sinilah pentingnya pengkajian
Melaka). Sebagai wilayah lalu lintas dua budaya
arkeologi suatu daerah, yang dalam penelitian ini
yang berbeda, memungkinkan Siak memiliki
studi kasus Kota Siak diharap tidak hanya
peninggalan yang berharga sisa budaya masa lalu.
bermanfaat
implementasi
bagi
hasil
akademis,
tetapi
bagi
pembangunan di wilayah ini.
Benda apa sajakah yang menjadi khazanah arkeologi di Siak sempai setakat ini belum ada data
Berdasarkan UU No 5 Tahun 1992 tentang
konkretnya, karena tersebar di sejumlah daerah,
Cagar Budaya yang diperjelas lagi dalam Undang-
mulai dari Belanda, Jakarta, di Siak dan sebagian
undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
dimiliki pribadi. Ini menjadi masalah yang perlu
2010 Tentang Cagar Budaya, yakni benda-benda
dijelaskan dalam penelitian ini. Minimal sebagai
arkeologi
harus
langkah awal untuk menghitung berapa jumlah
dipertahankan. Jika mengacu pada dasar hukum
benda-benda arkeologi yang tersebar di Siak.
minimal
usia
50
tahun
undang-undang tersebut, maka masih banyak benda arkeologi di Siak yang harus diselamatkan.
Metodologi Penelitian
Mengingat betapa pentingnya pendataan artefek
Metode Yang Digunakan
dan bangunan kuno di Siak, maka perlu dilakukan penelitian benda cagar budaya di wilayah ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei adalah kegiatan
Di Riau belum banyak penelitian arkeologi,
pengamatan dengan cara mengamati permukaan
ada satu penelitian arkeologi yakni penelitian
tanah dari jarak dekat. Pengamatan tersebut untuk
arkeologi di Pulau Rupat yang dilakukan Nenggih
mendapatkan data arkeologi dalam konteksnya
Susilowati dan Repelita Wahyu Oetomo.
dengan lingkungan sekitarnya (Simanjuntak dkk.,
Keduanya dari Balai Arkeologi Medan. Penelitian
2008: 22)
mereka bertajuk Jejak Arkeologis di Pulau Rupat,
Tipe penelitian yang digunakan eksploratif
Kabupaten Bengkalis, Provisi Riau.Yang menarik
dengan menggunakan alur penalaran induktif.
penelitian jika selama ini Rupat itu sepi barang
Penelitian eksploratif bertujuan menjajaki data
37
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
arkeologi yang ada dalam satuan ruang tertentu
menjawab persoalan yang terkait arkeologi di Siak,
(universe), atau untuk mencari adanya hubungan
yakni apa saja benda-benda arkeologi yang masih
antarvariabel yang diteliti, merupakan tahap awal
tertinggal di Siak, di mana saja, dan bagaimana
dalam upaya memperoleh generalisasi empiris
benda arkeologi itu saat ini, apakah dirawat atau
(Binford, 1972 dalam Simanjuntak dkk., 2008:
tidak.
10). Adapun penalaran induktif mulai dari pengamatan-pengukuran
hingga
terbentuk
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ada tiga bagian: Pertama,
hipotesis-model-teori (Simanjuntak dkk., 2008:
untuk menggali data dan informasi tentang topik
10). Pendekatan
Historical-comparative
research digunakan untuk menjelaskan kaitan antarobjek dan suasana, yakni menjelaskan aspekaspek kehidupan di masa yang telah lalu atau melampaui berbagai budaya yang berbeda.
atau isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau penelitian lanjutan tentang arkeologi di Siak. Penelitian ini juga untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup dalam penyusunan desain dan pelaksanaan kajian lanjutan yang lebih sistematis. Penelitian ini dilaksanakan
Lokasi Penelitian
untuk menjawab pertanyaan ”Apa (what)” Apa
Penelitian tentang arkeologi ini mengambil
sesungguhnya fenomena sosial tersebut? Pada
lokasi di Siak. Siak dianggap penting karena
penelitian ini seringkali menggunakan data-data
merupakan salah satu kerajaan besar di Riau,
kualitatif.
bahkan di pesisir pantai Sumatera. Selain itu, Siak
Kedua, penelitian ini untuk mendapatkan
memiliki banyak peninggalan artefak yang harus
gambaran tentang arkeologis secara detil. Dalam
dirawat dan dijaga, jangan sampai hilang atau
penelitian ini, peneliti memulai penelitian dengan
pindah ke luar negeri.
desain
penelitian
yang
ditujukan
untuk
mendeskripsikan sesuatu secara jelas. Manfaat Penelitian Berdasarkan kegunaannya, penelitian ini dapat dibedakan ke dalam dua jenis, meliputi: manfaat akademik. Yakni berguna untuk memahami bagaimana arkeologi di Siak. Fokus penelitian untuk mengkritisi teori-teori yang telah memberikan penjelasan sebelumnya tentang sejarah Siak. Manfaat lainnya, penelitian ini untuk
38
Ketiga, tujuan lainnya untuk rekonstruksi sejarah kebudayaan, menyusun kembali cara-cara hidup masyarakat masa lalu, serta memusatkan perhatian pada proses dan berusaha memahami proses perubahan budaya.
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
dan diolah menjadi kesimpulan. Sejalan
Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
yang
dengan penarikan kesimpulan, interpretasi
digunakan adalah observasi, wawancara,
terhadap data juga terus-menerus dilakukan
angket, dan dokumentasi. Observasi yang
secara
digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui
observasi (pengamatan) partisipasi pasif,
digunakan, dan sikap peneliti (reasoning
yaitu peneliti datang ke situs yang diamati,
capacity).
tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiono, 2009: 66; Lexy J. Moleong, 2000: 127). Selain
observasi,
dilakukan
wawancara terbuka (open interview) agar para
informan
keterangan
dapat
memberikan
sebanyak-banyaknya
atau
sepanjang-panjangnya. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-foto dan juga dokumen Kantor Dinas Kebudayaan, seni dan Pariwisati Kabupaten Siak.
data
Interpretasi
kombinasi
data,
dibangun
teori
yang
Mengenal Selintas Siak Kabupaten Siak adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kesultanan Siak Sri Indrapura. Di awal kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II, merupakan Sultan Siak terakhir menyatakan kerajaannya bergabung dengan negara Republik Indonesia. Kemudian wilayah ini menjadi wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Pada tahun 1999, berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999, meningkat statusnya menjadi Kabupaten Siak dengan
Teknik Analisis Data Analisis
simultan.
dilakukan
secara
ibukotanya Siak Sri Indrapura.
simultan dengan proses pengumpulan data
Istilah Siak Sri Indrapura berasal dari bahasa
(on going analysis). Analisis ini dilakukan
Melayu dan bahasa Sanskerta. Kata siak berasal
mengikuti proses antara lain, reduksi data
dari siak-siak, dalam bahasa Melayu dipakai untuk
(sortir data), penyajian data, dan menarik
menunjukkan
kesimpulan berdasarkan hasil reduksi dan
rumpunan yang berkhasiat obat dan banyak
penyajian
dilakukan
tumbuh di sekitar sungai Siak. Selain itu kata siak
sebelumnya. Seluruh data yang tersedia
berarti santri, taat beragama, orang saleh yang
ditelaah,
kemudian
sengaja hidup miskin karena Allah. Sedangkan Sri
diabstraksikan sehingga terbentuk satuan
Indrapura merupakan istilah dalam bahasa
informasi. Satuan informasi ini ditafsirkan
Sansekerta, terdiri dari kata sri berarti bercahaya,
data
yang
direduksi,
telah
sejenis
tumbuhan
rumpun-
39
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
indera atau indra berarti raja dan pura artinya kota
dan Ikhtiar Muluk diberi penghargaan dengan
atau kerajaan. Jadi Siak Sri Inderapura berarti pusat
diarak keliling negeri. Sementara Megat Kudu
kota raja yang taat beragama.
dinikahkan dengan anaknya bernama Raja Maha
Sebelum didirikannya kerajaan Siak pada tahun 1723 oleh Raja Kecik, negeri Siak berada
Dewa, dirayakan di Siak dan diberi gelar Sultan Ibrahim.
dalam kawasan kesultanan Johor-Riau yang
Pernikahan mereka dianugerahi seorang
merupakan penerus kesultanan Melaka yang
putra bernama raja Abdullah, yang ketika menjadi
dikalahkan Portugis tahun 1511 M. Pada masa itu
raja di Siak bergelar Sultan Khoja Ahmad Syah.
di Siak ditunjuklah seorang Raja yang berugas
Kemudian pada tahun 1596 Raja Hasan Putra
sebagai wakil pemerintahan kesultanan Johor,
Sultan Ali Jalla Abdul Jalil ditabalkan sebagai raja
yang pada masa itu telah pula menjalin kerjasama
di Siak yang memerintah hingga tahun 1662.
dengan Belanda dalam rangka menghadapi
Setelah tahun 1662 Diraja Johor-Riau
Portugis. Selanjutnya di Siak ditempatkan seorang
menganggap bahwa di Siak tidak perlu lagi
Syahbandar yang bertugas memungut cukai
didudukkan
barang-barang yang masuk dan keluar melalui
pemerintahan
sungai Siak.
pertimbangan ekonomi, mengingat kedudukan
seorang
raja
kerajaan
sebagai
Johor-Riau
wakil karena
Dalam berita harian Suara Besar yang terbit
seorang raja memerlukan pembiayaan yang besar,
tanggal 17 Januari 1933 pada halaman pertama
sedangkan perdagangan di Siak dan sepanjang
ditulis bahwa negeri Siak dahulu adalah sebuah
aliran Sungai Siak belum begitu menguntungkan.
negeri besar dan rajanya bernama Maharaja
Itulah sebabnya mulai tahun 1662 di Siak
Parameswara, berasal dari Pagaruyung. Oleh
ditempatkan seorang Syahbandar yang bertugas
karena raja Maharaja Parameswara tak mau
memungut cukai bagi barang-barang yang keluar
tunduk kepada raja Melaka, akhirnya Sultan
masuk Sungai Siak. Penempatan Syahbandar
Mansyur Syah memerintahkan panglimanya Seri
tersebut tepatnya di Sabak Auh dan berlangsung
Udani bersama dua orang lainnya; Ikhtiar Muluk
hingga tahun 1722 menjelang Kerajaan Siak
dan Megat Kudu untuk menyerang Siak. Dengan
mengibarkan benderanya sendiri.
bantuan sejumlah pasukan, tidak berapa lama
Kesultanan Siak didirikan di Buantan oleh
kemudian Siak dapat dikalahkan dan rajanya
Raja Kecik dari Pagaruyung bergelar Sultan Abdul
tewas terkena panah Ikhtiar Muluk. Setelah
Jalil pada tahun 1723, sesudah sebelumnya terlibat
memenangkan perang, Seri Udani dan Ikhtiar
dalam
Muluk kembali ke Melaka. Oleh Sultan
perkembangannya, Kesultanan Siak muncul
diangkatlah Seri Udani menjadi Perdana Menteri
sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat dan
40
perebutan
tahta
Johor.
Dalam
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir
171 kapal dagang dari Siak menuju Melaka. Siak
Timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di
menjadi kawasan segitiga perdagangan antara
tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan
Belanda di Melaka dan Inggris di Pulau Pinang.
terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di
Namun, disisi lain kejayaan Siak ini memberi
Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur
kecemburuan pada keturunan Yang Dipertuan
pelayaran antara Sumatera dan Kalimantan.
Muda, terutama sesudah hilangnya kekuasaan
Pasang surut kerajaan ini tak lepas dari persaingan
mereka pada kawasan Kepulauan Riau. Sikap
dalam
ketidaksukaan dan permusuhan terhadap Sultan
memperebutkan
penguasaan
jalur
perdagangan di Selat Melaka.
Siak, terlihat dalam Tuhfat al-Nafis, di mana dalam
Dari tahun 1723 hingga 1945 Kerajaan Siak
deskripsi ceritanya mereka menggambarkan Sultan
dipimpin oleh 12 sultan, dengan 13 periode. Para
Siak sebagai orang yang rakus akan kekayaan
sultan yang memimpin Kerajaan Siak terbagi atas
dunia. Peranan Sungai Siak sebagai bagian
2 kelompok nasab keturunan, yakni keturunan
kawasan inti dari kerajaan ini berpengaruh besar
Melayu Johor dan keturunan Arab. Nasab
terhadap kemajuan perekonomian Siak Sri
keturunan Melayu Johor berjumlah 6 orang sutan
Indrapura.
bermula dari sultan pertama, Raja Kecik hingga
Pada abad ke-18 Kesultanan Siak telah
Sultan Yahya yang dikenal dengan Marhum
menjadi kekuatan yang dominan di pesisir Timur
Mangkat Didungun. Sulthan Yahya sebenarnya
Sumatera.
adalah sultan urutan yang ketujuh memimpin
menaklukkan daerah Langkat dan menjadikan
kerajaan, karena sultan Ismail, sultan ketiga
wilayah tersebut dalam pengawasannya, termasuk
memimpin Krajaan Siak menjalani dua kali peiode
wilayah Deli dan Serdang. Di bawah ikatan
pemerintahan, yakni sebagai sultan ketiga dan
perjanjian kerja sama dengan VOC, pada tahun
keenam. Sesudah Kesultanan Yahya berakhir,
1784
maka terjadi interaksi melalui perwakinan bangsa
menyerang
dan
Arab. Semenjak itu dipimpin sultan-sultan
sebelumnya
mereka
keturunan Arab.
memadamkan
Kesultanan Siak Sri Indrapura mengambil
Tahun
Kesultanan
1780
Siak
Kesultanan
membantu
menundukkan telah
pemberontakan
Siak
VOC
Selangor,
bekerja
sama
Raja
Haji
Fisabilillah di Pulau Penyengat.
keuntungan atas pengawasan perdagangan melalui
Ekspansi kolonialisasi Belanda ke kawasan
Selat Melaka serta kemampuan mengendalikan
Timur Pulau Sumatera tak mampu dihadang oleh
para perompak di kawasan tersebut. Kemajuan
Kesultanan Siak, dimulai dengan lepasnya
perekonomian Siak terlihat dari catatan Belanda
Kesultanan
yang menyebutkan pada tahun 1783, ada sekitar
Kesultanan Langkat, kemudian muncul Inderagiri
Deli,
Kesultanan
Asahan dan
41
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
sebagai kawasan mandiri. Begitu juga di Johor
jalur Selat Melaka, kemudian adanya pertikaian
kembali didudukkan seorang sultan dari keturunan
internal Siak dan persaingan dengan Inggris dan
Tumenggung
Belanda
Johor,
yang
berada
dalam
melemahkan
pengaruh
hegemoni
perlindungan Inggris di Singapura. Sementara
Kesultanan Siak atas wilayah-wilayah yang pernah
Belanda memulihkan kedudukan Yang Dipertuan
dikuasainya.
Muda di Pulau Penyengat dan kemudian mendirikan Kesultanan Lingga di Pulau Lingga.
Tarik ulur kepentingan kekuatan asing terlihat pada Perjanjian Sumatera antara pihak
Selain itu, Belanda juga mempersempit
Inggris dan Belanda, menjadikan Siak berada pada
wilayah kedaulatan Siak, dengan mendirikan
posisi yang dilematis, berada dalam posisi tawar
Residentie Riouw pemerintahan Hindia-Belanda
yang lemah. Kemudian berdasarkan perjanjian
yang
Pinang.
pada 26 Juli 1873, pemerintah Hindia-Belanda
Penguasaan Inggris atas Selat Melaka, mendorong
memaksa Sultan Siak, untuk menyerahkan
Sultan Siak pada tahun 1840 untuk menerima
wilayah Bengkalis kepada Residen Riau. Namun,
tawaran perjanjian baru mengganti perjanjian yang
di tengah tekanan tersebut Kesultanan Siak masih
telah mereka buat sebelumnya pada tahun 1819.
mampu tetap bertahan sampai kemerdekaan
Perjanjian ini menjadikan wilayah Kesultanan Siak
Indonesia, walau pada masa pendudukan tentara
semakin kecil dan terjepit antara wilayah kerajaan
Jepang sebagian besar kekuatan militer Kesultanan
kecil lainnya yang mendapat perlindungan dari
Siak sudah tak berarti lagi.
berkedudukan
di
Tanjung
Inggris.
Sultan Syarif Kasim II, merupakan Sultan
Demikian juga pihak Belanda menjadikan
Siak terakhir yang tak memiliki putra, seiring
kawasan Siak sebagai salah satu bagian dari
dengan kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif
pemerintahan Hindia-Belanda, sesudah memaksa
Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung
Sultan Siak menandatangani perjanjian pada 1
dengan negara Republik Indonesia.
Februari 1858. Dari perjanjian tersebut, Siak Sri Indrapura kehilangan kedaulatannya, kemudian dalam setiap pengangkatan raja Siak mesti mendapat persetujuan dari Belanda. Selanjutnya dalam pengawasan wilayah, Belanda mendirikan pos militer di Bengkalis serta melarang Sultan Siak membuat perjanjian dengan pihak asing tanpa persetujuan Residen Riau pemerintahan HindiaBelanda. Perubahan peta politik atas penguasaan
42
Hasil Penelitian 1. Bekas Kerajaan Gasib a. Makam Putri Kaca Mayang Putri
Kaca
dongeng
Mayang
ataupun
Adalah
cerita
rakyat
sebuah yang
mengisahkan tentang asal mula pemberian nama untuk Kota Pekanbaru di Provinsi Riau. Cerita ini diyakini dan diceritakan
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
turun temurun hingga masa sekarang,
makam tua di Kuala Mandau tertulis 1774,
apalagi peninggalan-peniggalannya masih
data ini menunjukkan bahwa Kerajaan
diteliti hingga sekarang, yakni di Gasib,
Gasib ini masih eksis ketika Kerajaan Siak
Siak.
sedang
berjaya.
Atau
mungkin
saja
kerajaan Gasib di bawah Siak? Di sini
b. Keramik dan Koin Emas Seorang nelayan warga Desa Buantan I
perlu kajian lebih mendalam.
Kecamatan Koto Gasib, Antoni, menemukan koin
2. Buantan
emas yang diduga merupakan peninggalan
a. Komplek Makam Marhum Buantan (Makam Raja Kecik)
Kerajaan Siak. Antoni menemukan koin tersebut di Kuala Mandau, yang konon menurut informasi
Makam Marhum Buantan ini terletak di
masih mempunyai hubungan dengan Kerajaan
Buantan,
Siak. Menurut informasi, tidak sedikit warga yang
Kabupaten Siak. Bila kita menelusuri
telah mendapatkan beberapa koin emas maupun
Sungai Siak sejauh lebih kurang 15 menit
bentuk lain. Diperkirakan keberadaan koin-koin
menaiki
maupun bentuk lain sudah ada sejak ratusan tahun
Indrapura, maka kita akan dapat jumpai
lalu. Selain itu, ada juga batu mirip batu nisan yang
desa tersebut. Desa tersebut dahulunya
bertuliskan 1773 Masehi dan kuburan yang terbuat
merupakan pusat Kerajaan Siak yang
dari batu bertuliskan Arab Melayu. Diperkirakan
pertama. Pendirinya adalah Sultan Abdul
Kerajaan Gasib ini berdiri sejak abad ke-14 hingga
Djalil Rahmadsyah dan sering disebut
abad ke-15. Ibukota atau pusat kerajaannya adalah
dengan Raja Kecik pada tahun 1725-1746
di Gasib, di tepi sebuah anak sungai yang bernama
M, dan setelah mangkat beliau diberi gelar
Gasib pula. Tempat ini berada di hulu Kuala
Marhum Buantan karena dimakamkan di
Mandau sekarang.
Buantan.
Adanya
benda-benda
kuno,
berupa
keramik mangkok dan piring di sekitar Gasib menunjukkan bahwa wilayah ini pernah
dijadikan
pusat
pemerintahan
tepatnya
spead
di
Desa
boad
dari
Langkai
Siak
Sri
Beberapa situs arkeologis yang ada di makam Raja Kecik, yakni: 1. Makam Marhum Buantan (Raja Kecik)
Kerajaan Gasib. Namun, yang menjadi
Letak
pertanyaan mengapa beberapa uang yang
diperkirakan posisinya tak jauh dari istana.
Makam
Raja
Kecil
tersendiri,
ditemukan di Kuala Mandau pada abad 18, yakni tahun 1774. Begitu juga adanya
43
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
2. Makam Panglima Emping Entah Berantah
kuning setinggi satu setengah meter ini
Tak jauh dari makam Raja Kecil, nampak
melindungi Istana Siak. Jenis tanah kuning
makam Panglima Emping Entah Berantah.
yang digunakan untuk membangun benteng
Bentuk nisan makam agak unik, seperti
ini diperkirakan didatangkan dari luar
orang sedang angkat tangan. Sangat jarang
Buantan,
nisan dalam bentuk seperti ini. Konon
umumnya tanah di sekitar Buantan berupa
kabarnya sangat pemberani, makanya Raja
tanah gambut, sulit menemukan tanah
Kecil menyebutnya; Orangnya tidak tahu
kuning yang padat. Sebagian gundukan
membantah. Jika hendak kelahi senjata,
tanah yang diduga benteng itu sudah habis
membujur lalu, melintang patah. Tak ada
diratakan oleh penduduk yang bermukim di
tulisan dan nama di batu nisan panglima
sekitar Makam Raja Kecik. BPSB Batu
yang gagah berani ini, yang ada hanya
Sangkar menetapkan Makam Raja Kecik
ukiran.
dan Makam Panglima Emping Entah Berantah
b. Bekas Pondasi Istana Pertama Selain makam panglima Emping Entah Berantah, di lokasi sekitar makam Raja Kecik
ditemukan
kayu-kayu
merupakan benteng yang gunanya untuk
bekas
sebab
sebagai
strukturnya
situs
berbeda,
yang
harus
dilindungi, yang lainnya belum, masih dalam kajian. d.
Serpihan Keramik Kuno
bangunan istana Siak pertama. Kayu-kayu
Di sekitar Makan Raja Kecik peneliti
usia ratusan tahun ini ditemukan terpasak
bersama
ke tanah, di sekitar makam. Jumlah kayu
serpihan-serpihan benda berupa keramik,
yang ditemukan sebanyak 18 batang,
namun
sebagian dibawa ke Balai Pelestarian
dibiarkan berserakan. Serpihan keramik itu
Cagar Budaya Batu Sangkar untuk diteliti.
berasal dari galian tanah di sekitar makam,
BPCB sudah turun ke lapangan dan
saat pembangunan tali air di sekitar
menggali beberapa titik temuan kayu yang
makam.
penjaga
sayang,
makam
menemukan
serpihan-serpihan
itu
terpasak di sekitar makam Raja Kecik. c.
Gundukan Tanah (Benteng)
e. Koin Kuno, Botol Keramik dan Benda Lainnya
Temuan lainnya berupa gundukan tanah
Beberapa koin kuno VOC tertulis tahun
sepanjang lima ratus meter di sekitar
1734, koin Cina, koin Inggris tahun 1882,
makam. Diperkirakan gundukan tanah
koin Belanda 1 sen tahun 1885 koin Arab,
44
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
ditemukan sekitar makam. Selain itu, juga
dari kerajaan ini masih nampak dengan
ditemukan keramik kecil dan perangkat
adanya makam-makam Sultan yang pernah
perhiasan wanita,
memerintah di Kerajaan Siak.
botol antik dan tusuk
konde. Setelah ditelusuri ternyata jenis botol keramik yang sama juga terdapat di Istana Siak Sri Indrapura yang ada saat ini, yakni di lantai 2, kamar depan, tersimpan di dalam lemari sebelah kiri ruangan.
a. Kompleks Makam Mempura 1. Makam Marhum Mempura (Sultan Abdul Jalil Muzafar Syah/Tengku Buang Asmara) Dua sultan dimakamkan di Mempura,
f. Kolam Hijau dan Makam Keluarga Istana
yakni Sultan Siak ke II yang bernama
Menuju hilir Sungai Siak, sekitar 1 Km
bergelar Tengku Buang Asmara. Beliau
dari Makam Raja Kecik terdapat Kolam
memimpin Kerajaan Siak cukup lama,
Hijau. Kolam ini konon katanya digunakan
selama 19 Tahun, dari Tahun 1746-
Raja
untuk
1765. Beliau putra bungsu Raja Kecik,
membersihkan keris. Disebut kolam hijau
beliau memindahkan Kerajaan Siak
karena air kolam berwarna hijau. Kondisi
dari Buantan ke Mempura dan beliau
kolam saat ini masih terpelihara, bahkan
pun wafat di Mempura, maka rakyat
sudah
menyebutnya Marhum Mempura.
Kecik
dan
dipugar.
panglimanya
Posisi
kolam
sekitar
sepuluh meter dari Sungai Siak.
Sultan Abdul Jalil Muzafar Syah yang
di
2. Makam Marhum Mangkat di Balai (Sultan Ismail Abdul Jalil Jalluddin Syah/Sultan Kudung)
seberang sungai Siak depan Makam Raja
Tengku Ismail, Sultan Ismail Abdul
Kecik. Di antara makam tua yang masih
Jalil
dikenal adalah Makam Tengku Udo, ada
putra
sekitar
memimpin kerajaan di Sei Mempura.
Situs
lainnya,
keluarga
Raja
lima
yakni
lokasi
Kecik.
puluh
kuburan
Lokasinya
makam
lainnya.
Jalaluddin
Syah
Tengku
Buang
Beliau
karena abrasi.
Mangkat di Balai atau terkenal juga
Mempura merupakan daerah yang pernah menjadi pusat Kerajaan Melayu besar,
dengan
Asmara,
Sebagian makam sudah jatuh ke sungai,
3. Temuan Arkeologis di Mempura
disebut
(1765-1766),
Marhum
dengan sebutan Sultan Kudung, karena tangan
almarhum
sebelah
kudung
dalam perlawanan menentang Belanda 1766.
yaitu Kerajaan Siak. Peninggalan sejarah
45
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
Kondisi dua makam sultan tersebut
a. Istana Siak Sri Indrapura dan Isinya
kurang terawat dan rawan longsor.
Untuk dapat melihat bangunan Melayu
Tidak banyak benda-benda arkeologis
zaman/tempo dulu yang juga dijuluki juga
yang ada di Mempura, yang ada hanya
sebagai ‘Istana Matahari Timur’, jarak
makam sultan bersama kerabatnya.
tempuh dari sebelah timur Pekanbaru
Berdasarkan pantauan di lapangan,
mencapai empat jam perjalanan melalui
sekitar
sungai hingga menuju Kabupaten Siak Sri
lokasi
makam
gundukan
tanah
merupakan
benteng,
ditemukan
yang
diduga
tapi
sebagian
“Istana Matahari Timur” atau disebut juga
tanah itu habis dikeruk warga untuk
Asserayah Hasyimiah ini dibangun oleh
keperluan menimbun pondasi rumah
Sultan
atau keperluan lainnya.
Syaifuddin pada tahun 1889 oleh arsitek
Dijelaskan penjaga makam Sultan Siak di Mempura, H Wan Said (63 tahun) bahwa ada warga yang menemukan tempayan menyimpan air. kapasitas tempayan ini bisa menampung 20 liter Menurut
penemu
tempayan
tersebut, Sopyan (46 tahun), bahwa tempayan itu ditemukan saat akan memasang belat (alat penangkap ikan). Dari
Syarif
Hasyim
berkebangsaan
b. Tempayan
air.
Indrapura.
bentuknya,
tempayan
ini
diperkirakan dibuat penduduk lokal, sebab bentuknya sederhana, bukan buatan Cina. Tempayan ini sederhana
Jerman.
Abdul
Jalil
Arsitektur
bangunan merupakan gabungan antara arsitektur
Melayu,
Arab,
dan
Eropa.
Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu perempuan, satu ruangan di samping
kanan
adalah
ruang
sidang
kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta. Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu Istana.
sekali, di atasnya ada dua kuping
b. Jembatan dekat Istana Kerajaan Siak
sebagai kaitan tangan di saat akan
Jembatan Istana Siak berada sekitar 50
mengangkat air.
meter di sebelah Tenggara kompleks Istana Siak Sri Indrapura. Jembatan tersebut
4. Peninggalan Arkeologi di Pusat Kota Siak
46
berangka tahun 1899. Di bawah jembatan
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
istana terdapat sungai (parit), diduga dulu sekaligus
sebagai
parit
pertahanan
kompleks istana.
2.
Makam Sultan Syarif Kasim I (18641889).
3. Makam Sultan Siak VIII (1827-1842).
c. Sumur Larangan Peraduan
dan
Istana
Sumur larangan tua itu masih utuh, namun kondisinya kurang terawat. Sumur ini masih menghasilkan air, penjaga istana pun biasa menggunakan airnya untuk berwuduk. Sementara itu istana peraduan kini kondisinya tidak terawat, menjadi lokasi tempat jualan souvenir Siak dan digunakan untuk tempat tinggal keluarga
f. Masjid Syahabuddin Merupakan
masjid
Kerajaan
Siak,
dibangun pada masa pemerintahan Sultan Kasim I. Masjid berdenah 21, 6 X 18, 5 m. Bangunan
masjid
mengalami
telah
perbaikan
berkali-kali
tetapi
masih
mempertahankan bentuk aslinya. Masjid Syahabuddin sendiri, berdiri pada 1926 oleh Sultan Syarif Kassim I ayah dari sultan terakhir Kerajaan Siak, kemudian
kerajaan.
selesai pada 1935. Dana pembangunan berasal dari kas kerajaan dan sumbangan
d. Komplek Makam Koto Tinggi Sekitar 50 meter arah Timur dari Istana, di sini komplek pemakaman Koto Tinggi. Yakni
tempat
kerajaan,
pemakaman
sebagian
besar
keluarga
bisa
dilihat
makam para sultan. Di antaranya makam Sultan
Syarif
Hasyim
dan
keluarga.
Komplek itu terdiri dari satu bangunan yang diisi makam para sultan, sedangkan di luarnya ada makam keluarga kerajaan. Luasnya, 15 x 15 meter dengan perkiraan
masyarakat Siak kala itu. Posisinya persis berada di bantaran Sungai Siak. Luasnya mencapai 21,6 x 18,5 meter. Telah mengalami
tiga
kali
renovasi
tanpa
menghilangkan keasliannya, yakni pada 1935, 1956, dan 2003. Nama Syahabuddin diambil dari kata Syahab, satu suku di Arabia asal dari Sultan Kerajaan Siak, berawal dari sultan ke-2 Sultan Muhammad Ali. Arsitektur bangunan ini perpaduan antara Timur Tengah dan Eropah.
sekira 20 makam.
Masjid tua ini juga memiliki benda-benda e. Komplek Makam terdiri dari:
Koto
Tinggi
1. Makam Sultan Syarif Hasyim, Sultan Siak XI (1889-1908).
kuno, seperti mimbar masjidnya yang diakui mimbar
penduduk yang
setempat
sudah
lama
merupakan digunakan
keluarga sultan, bahkan saat sebelum
47
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
Masjid Shahabuddin ini dibangun, yakni
tahun 1700-an dan akhir 1800-an sampai
bangunan masjid lama tepatnya di depan
masa awal tahun 1930-an, menjelang
Istana Siak. Di mimbar itu tertulis 1178
kemerdekaan dan pasca-kemerdekaan.
Hijriyah atau sekitar tiga abad yang lalu, sebab saat ini 1435 Hijriyah.
Kuala Gasib menunjukkan bahwa dulunya sebelum Kerajaan Siak muncul, sudah ada
g. Makam Sultan Syarif Kasim II Terletak
di
belakang
kerajaan yang eksis di sini. Bahkan
masjid
Syahabuddin, dimakamkan pada 23 April
1968.
Jirat
makam
sultan
berbentuk 4 undak dari tegel dan marmer berukuran panjang 305 cm, Lebar 153 cm, dan tinggi 110 cm. Nisannya dari kayu berukir motif suluran-suluran.
Temuan beberapa benda arkeologi di
Bentuknya
bulat
silinder bersudut 8 dengan diameter 26 cm dan kelopak bunga teratai.
berdasarkan penemuan beberapa koin emas dan peralatan rumah tangga di Muara Mandau (dekat Kuala Gasib) menunjukkan bahwa jauh sebelum sudah eksis kerajaan. Namun, setakat ini belum ditemukan benda yang berlambang Gasib, yang ditemukan berupa koin emas, tepak sirih, keramik tanpa cap, tetapi temuan keramik-keramik kuno merupakan bukti bahwa sudah ada kontak dagang antara Gasib dengan Cina. Temuan
h. Tangsi Belanda
benda-benda
yang
tidak
Bangunan Tangsi Belanda lokasinya di
berlambang, VOC atau beragam jenis
Desa
Kecamatan
lambang lainnya, biasanya menunjukkan
Mempura, Kabupaten Siak. Bangunan
benda itu lebih lama usianya. Sebab, pada
ini masih kokoh, namun kondisinya
abad 17-18, ketika VOC berkuasa, seluruh
perlu perawatan, karena sebagian sudah
produk VOC biasanya diberi lambing
ada yang rubuh. Bangunan peninggalan
VOC. Seperti temuan mangkuk, uang,
pemerintah
dulu
piring di sekitar Makam Raja Kecik, di
merupakan kompleks perumahan dan
Buantan, umumnya berlambang VOC,
perkantoran.
sebab Raja Kecik hadir ketika VOC masih
Benteng
Hulu,
Belanda
yang
berkuasa. Pembahasan Berbagai
Begitu juga temuan uang emas di peninggalan
arkeologis
yang terdapat di Siak menggambarkan bagaimana Siak masa awal memasuki
48
Kuala Gasib dan Kuala Sungai Mandau, bukti di wilayah ini sudah ada pemukiman, namun dengan adanya uang emas, biasanya
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
mereka yang bermukim bukan lagi hanya
Makam
seorang
atau
merupakan bukti bahwa Siak tiga abad
perkampungan biasa, tetapi sudah ada
yang lalu merupakan kerajaan besar yang
kerajaan. Memang setakat ini belum
disegani di semenanjung Selat Melaka,
diketahui di mana lokasi Kerajaan Gasib,
termasuk
tetapi diperkirakan tak jauh dari muara
Keberhasilan Raja Kecik menaklukkan
Sungai Gasib dan Muara Sungai Mandau.
Johor, bukti bahwa kekuasaan Raja Kecik
Sebab, jarak antara muara sungai Gasib
cukup diperhitungkan dalam percaturan
dan Mandau hanya 8 Km. Dan biasanya
politik kerajaan Nusantara.
penduduk
biasa,
kerajaan itu dibangun tak jauh dari sungai,
Raja
Kecik
pantai
(1723-1746
Timur
Meninggalnya
Raja
M)
Sumatera.
Kecik,
dan
sebab zaman itu, alat transportasi antara
wilayah Buantan yang menjadi basis
wilayah yang paling efektif adalah sungai
kerajaannya tidak lagi dianggap menarik
dan laut.
(strategis) bagi Raja Buang Asmara (anak
Adanya legenda Putri Kaca Mayang,
Raja Kecik, sultan Siak II), namun usaha
dan ditetapkannya makam Putri Kaca
mempertahankan kerajaan yang dilakukan
Mayang dekat muara Sungai Gasib, walau
keturunannya ini cukup berarti dalam
di sini tidak ditemukan benda arkeologi,
menjaga
adalah bahan tambahan bahwa legenda
Hegemoni VOC pada tahun 1750-an yang
Putri Kaca Mayang memberi arti dukungan
memang tidak tertandingi – bahkan Inggris
terhadap temuan-temuan benda arkeologi
pun
di sekitar muara Sungai Gasib dan
Malaya – adalah ancaman yang berbahaya
Mandau.
bagi Kerajaan Siak. Inilah mungkin yang
Perkembangan
Siak
eksistensi
nyaris
terusir
Kerajaan
dari
Siak.
Semenanjung
berikutnya,
membuat Kerajaan Siak memilih Mempura
kemunculan Raja Kecik. Periode ini sangat
sebagai ibu kota Kerajaan Siak dalam dua
besar dampaknya bagi kemajuan Siak. Jika
periode berbeda.
sebelumnya, Siak sebagai wilayah jajahan
Posisi
Sungai
Mempura
yang
Melaka dan Johor (pecahan Kerajaan
menjorok ke dalam (tidak nampak dari
Melaka), maka dengan munculnya Raja
Sungai Siak), mengindikasikan bahwa Raja
Kecik, Siak yang menguasai mereka
Buang
(Johor).
serangan musuh, walau adiknya Tengku
Siak bukan lagi wilayah jajahan, tetapi menjadi pusat (sentral) kekuasaan.
Asmara
memilih
aman
dari
Ismail (Raja Siak III) tangannya ‘kodong’ (putus)
karena
serangan
VOC.
Jika
49
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
sebelumnya posisi Istana Kerajaan Siak di
tentang jejak arkeologi Pekanbaru sudah
tepi Sungai Siak, di bibir pantai, tepatnya
penulis lakukan pada penelitian 2012 lalu).
di
Buantan,
maka
berikutnya
posisi
Sejak
dipimpin Tengku Sayed Ali
kerajaan menjorok ke dalam. Namun
(keturunan Arab), Kerajaan Siak mulai
disayangkan, hingga kini belum ditemukan
mapan dan memasuki masa jayanya.
bekas Istana Kerajaan Siak di Mempura,
Karena beliau merupakan putra Tengku
yang ada hanya makam dua sultan di
Embong Badariah (anak Marhum Pekan)
Mempura.
yang menikah dengan Sayed Syarif Usman
Temuan
adanya
gundukan
tanah
Syahabuddin (keturunan Syahab), makanya
sejauh 500 meter di sekitar makam
Masjid Istana Siak diberi nama Masjid
Mempura, yang diduga sebagai benteng,
Syahabuddin. Tengku Sayed Ali berhasil
mengindikasikan bahwa istana kerajaan
menaklukan
kemungkinan berada
di sekitar benteng
(Labuhan Batu), Deli, Langkat, Bilah,
ini. Adanya temuan tempayan kuno di
Bedagai, Kota Pinang, dan Pagarawan
sungai Mempura dekat makam sultan, juga
(dekat Batubara Sumut). Keberhasilan
bagian dari data tambahan bahwa lokasi
Sultan Siak VII menguasai pesisir Timur
istana berada tak jauh dari sekitar kuburan.
Sumatera membuat Belanda harus bisa
Dua sultan; Tengku Buang Asmara dan
mengambil hati Kerajaan Siak (Untuk
Tengku Ismail memimpin selama dua
melihat jejak Sultan Siak VII ini dapat
puluh tahun, namun tidak meninggalkan
melihat makamnya di Koto Tinggi).
bekas yang permanen.
Raja
Temiang
berikutnya
(Aceh),
Tengku
Panai
Sayed
Raja berikutnya, yakni Raja Siak IV,
Ibrahim kondisi Kerajaan Siak aman, dan
Tengku Alam (Marhum Bukit) memilih
tetap memimpin wilayah Pesisir Timur
pindah ke Pekanbaru, membangun istana
Sumatera. Namun, masa Raja Siak IX,
dan masjid di sekitar Bukit Senapelan.
Tengku Ismail, Belanda mulai meminta ke
Kepemipinan Kerajaan Siak berikutnya
Siak, agar wilayah Siak diberikan kepada
juga tetap di Pekanbaru, ketika diteruskan
Belanda. Belanda tertarik dengan Deli dan
Marhum Pekan atau Sultan Abdul Jalil
sekitarnya karena lahannya subur. Untuk
Muazzam Syah. Artinya Pemerintahan
mendapatkan wilayah itu, maka dibuatkan
Kerajaan Siak pindah ke Pekanbaru selama
Traktat Siak 1958. Dalam traktat ini
16 tahun, yakni sejak 1766-1782 (kajian
dinyatakan bahwa Belanda menguasai wilayah Deli, Serdang, Langkat, dan
50
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
Asahan. Di sinilah awal pembangunan
dan dari istri Encik Rafeah lahir Tengku
besar-besaran
Long Putih (bermukim di Singapura).
wilayah
Pantai
Timur
Sumtera oleh Belanda, khususnya wilayah
Sebelumnya, posisi istana tak jauh
Medan. Belanda membangun perkebunan
dari Komplek Makam Koto Tinggi, disebut
tembakau, yang dikenal di Eropa dengan
dengan Istana Melintang, karena posisi
tembakau
membangun
Istana Melintang terlalu dekat ke Sungai
perkebunan dan infrastruktur, Belanda
Siak, Sultan Syarif Hasyim memindahkan
mendatangkan kuli kontrak dari Jawa,
istana ke posisi sekarang ini.
Deli.
Untuk
Cina, dan India. Perkembangan pesat Medan dan sekitarnya, membuat wilayah Siak pun tertinggal, namun Belanda tetap menawarkan
pembangunan
perkebunan
karet di sekitar Siak. Hal ini berdasarkan data peta Siak awal tahun 1900-an, sekitar Siak tercatat dalam peta itu adalah perkebunan milik Belanda. Sultan Siak X (1864-1889), yakni Sultan
Syarif
Kasim
I,
tak
mau
ketinggalan. Dia pun menjalin kerjasama pembangunan Siak, di masa beliau ini perkembangan
Siak
sangat
pesat,
pembangunan
istana,
masjid,
Balai
Kerapatan Adat dan sebagainya. Beliau dimakamkan di komplek makam Koto Tinggi. Realiasi
pembanguan
Istana
Asserayah Hasyimiah terwujud pada masa Sultan yang ke XI Sultan Syarif Hasyim (1889-1908). Istana yang megah, Masjid Syahabuddin, Balai Kerapatan Adat dan lain-lain dibangunnya. Dari permaisuri
Benda-benda arkeologi yang masih dapat ditemukan di seantero Siak, masih sangat banyak, antara lain berupa; kuburan, bangunan (istana, masjid, dan lain-lain), barang berharga seperti koin, cawan, lampu, dan keperluan rumah tangga lainnya. Khusus benda seperti keperluan rumah tangga banyak menggunakan peralatan berbahan baku perunggu dan kuningan. Perunggu adalah campuran tembaga dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah, walaupun bisa juga dengan unsur-unsur
lain
seperti
posfor,
mangan,
alumunium, atau silikon. Perunggu bersifat keras dan digunakan secara luas dalam industri. Perunggu sangat penting pada masa lampau, bahkan pernah suatu masa disebut sebagai Zaman Perunggu. Sedangkan kuningan adalah paduan logam tembaga dan logam seng dengan kadar tembaga antara 60-96 persen. Begitu juga peralatan rumah tangga banyak
menggunakan
disebabkan
trend
gelas
Eropa
kristal, saat
itu
menggunakan kristal sebagai bahan baku
Tengku Juk lahirlah Sultan Syarif Kasim II
51
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
membuat gelas, kursi indah dan keperluan rumah lainnya.
Khusus benda-benda arkeologi di Istana Siak nasibnya juga tak jauh lebih
Bahan dasar lain dari sebagian besar
baik. Para penjaga sendiri tak mengetahui
benda arkelogis itu adalah keramik, hal ini
berapa jumlah keseluruhannya. Belum ada
karena barang-barang yang terbuat dari
klasifikasi usia benda, kelompok benda dan
keramik (khususnya produk Cina) diakui
datanya keseluruhan membuat benda-benda
seluruh bangsa di dunia saat itu sebagai
tersebut rawan hilang. Selain itu, sebagian
produk yang paling unggul dan bergengsi.
benda masih dimiliki oleh keluarga sultan
Minimnya temuan benda arkeologi tentang
Gasib
sekitarnya menjadi
(Kerajaan
(Muara catatan
Gasib)
sungai
bahwa
yang
bermukim
di
samping
istana.
di
Seharusnya ada data jelas, berapa benda
Buantan)
dan siapa yang memilikinya saat ini, agar
perlu
kajian
mendalam wilayah ini. Begitu juga temuan
keselamatan benda-benda arkeologi itu lebih terjamin.
benda-benda arkeologis di Buantan (lokasi Istana Kerajaan Siak pertama, pada masa
Kesimpulan
Raja Kecik) dinilai masih belum maksimal.
1. Mengamati sejumlah benda arkeologi di
Namun, temuan yang ada sudah cukup
Kabupaten Siak, mulai dari Gasib, Buantan,
untuk dijadikan dasar untuk kajian lebih
Mempura, Koto Tinggi, dan Istana Siak saat
lanjut.
ini, memberi gambaran bagaimana kota ini
Benda-benda arkeologi di Mempura
terus mengalami perkembangan. Dari Gasib,
juga sangat tidak terawat. Bahkan posisi
sebagai kerajaan lokal, Siak berubah dikenal
makam dua sultan (Tengku Buang Asmara
menjadi kerajaan besar sejak dikomandoi Raja
dan Tengku Ismail) di Mempura sudah
Kecik. Nama Siak, bahkan menjadi lambang
terancam kena abrasi. Perlu dilakukan
penguasa Pesisir Timur Sumatera, walaupun
pemugaran lebih luas lagi, sebab diduga
target Raja Kecik ingin menguasai Pesisir
lokasi istana kerajaan terletak di sekitar
Malaya (Johor), namun dia menimbang lebih
makam, sementara lahan sekitar makam
memilih menguasai Pesisir Timur saja.
sudah menjadi milik penduduk setempat.
2. Benda-benda arkeologi yang tersebar di
Temuan gundukan tanah tinggi, yang
beberapa tempat di Kabupaten Siak, adalah
diduga benteng, perlu ditindaklanjuti oleh
bukti konkret kejayaan Siak tempo dulu.
pemerintah.
Untuk itu perlu dilakukan upaya penemuan
52
Sosial
Budaya:
Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
(ekskavasi) lebih lanjut dan penyelamatan
http://www.geheugenvannederland.nl
(konservasi) benda-benda arkeologi di Siak
http://www.gahetna.nl/collectie/afbeeldingen/fotoc ollectie (Het Genootschap voor het Nationaal Archief, (perpustakaan Belanda).
3. Setidaknya
melalui
tergambar
penelitian
perubahan
Siak,
ini dan
perkembangan Siak dari abad ke abad. Selain
itu
mendapat Siak
melalui gambaran
dan
penelitian
ini
perkembangan
bagaimana
konsep
pembangunan Siak ke depan yang tidak lepas dari budaya dan agama yang dianut para pendahulunya.
Daftar Kepustakaan Adrian B. Lapian. (2008). Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17. Jakarta: Komunitas Bambu. Basundoro Purnawan. (2009), Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang Sejak Kolonial sampai Kemerdekaan. Jakarta: Penerbit Ombak. Budi
Sulistiono. (2011). "Pemetaan Arkeologi Islam Nusantara" Makalah dalam Seminar Nasional Pemetaan Arkelogi Nusantara, LPP UIN Suska Riau, di Hotel Mona, 7-9 Juni 2011.
E, Netscher. (1870). De Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865. Translated from Dutch to Indonesian by Wan Ghalib dkk. 2002. Belanda di Johor dan Siak 1602 - 1865. Siak: Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dan Yayasan Arkeologi dan Sejarah Bina Pusaka. Henk, Hovinga. (2002). Dedenspoor weg dor het oerwoud, het drama van de Pakan Baroe poorweg Sumatera, Amsterdam.
http://kitlv.pictura-dp.nl/all-images (Digital Image Library Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies, Leiden, Netherlands). http://collectie.tropenmuseum.nl Tropen Belanda)
(Perpustakaan
http://www.geheugenvannederland.nl (Perpustakaan Pemerintah Belanda) Husni Thamrin. (2011). "Arkeologi Nusantara: Paradigma, Substansi dan Metodologi", dalam Seminar Nasional Pemetaan Arkelogi Nusantara yang ditaja LPP UIN Suska, 7-9 Juni 2011. Kementerian Hukum dan HAM RI. (2010). Undang-undang RI No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Jakarta. Kerajaan Siak. (1901). Babul Qawa‘id. Siak Sri Indrapura: Percetakan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Mundardjito. (1996). Melangkah ke Masa Depan dengan Kearifan Masa Lalu. Jakarta: PT Bank Negara Indonesia (Persero). Nas, Peter JM dan Martien de Vletter. (2009). Masa Lalu dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia. Jakarta: PT Gremedia. Nurhadi Magetsari. (2003). "Paradigma Baru Arkeologi". Ceramah Ilmiah Arkeologi, Jurusan Arkeologi, FIB UI. Depok. Reid, Anthony. (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 – 1680 jilid 1: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Yayasan Obor.
53
Khairiah : Menelusuri Jejak Arkeol Ogi Di Siak
Stephen, Oppenheimer. (2008). Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara. Jakarta: Ufuk Press. Truman Simanjuntak, dkk. (2008). Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
54