MENGENALI ANAK BERKESULITAN BELAJAR (TINJAUAN PSIKOLOGI

Download kesulitan belajar adalah seorang anak yang memiliki kemampuan / berbakat? Atau sebaliknya, bagaimana ... Pengertian anak Gifted yang. Gifte...

0 downloads 510 Views 340KB Size
MENGENALI ANAK BERKESULITAN BELAJAR (Tinjauan Psikologi Terhadap Anak “Gifted”) Oleh Fuadatul Huroniyah

A. Pendahuluan Hakikat sebuah pendidikan adalah bagaimana menggali, mengenali, menumbuh kembangkan, mengoptimalkan potensi dan memanfaatkan sumber daya manusia berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan Pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat untuk mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dan karena itu membutuhkan pendidikan yang berbedabeda pula. Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (yaitu mengembangkan dan meningkatkan) bakat tersebut, termasuk dari mareka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuan atau kecerdasan luar biasa (the Gifted and Talented) (Munandar, 1999). Dalam dunia pendidikan, proses belajar-mengajar adalah salah satu gerbang ilmu pengetahuan dimana informasi diberikan oleh pendidik dan murid menerimanya. Dalam penerimaan informasi itu, tidak semua siswa dapat menerima secara utuh, ada siswa yang mampu menerima secara gampang dan mudah. Sedang disisi lain, ada pula siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima maupun memahami materi yang disajikan. Kondisi ini adalah gambaran dinamika proses belajar-mengajar yang umumnya terjadi. Terkadang pihak guru atau pendidik sering memberi label bahwa bila ada siswa yang daya serapnya baik, mudah faham dan mengerti bila dijelaskan materi pelajaran, lalu kelompok siswa ini disebut Cerdas. Sedang dikelompok lain, ada siswa yang lamban, sulit dalam belajar dan susah dalam memahami pelajaran, maka di golongkan kepada Siswa bodoh, ber IQ rendah bahkan di bawah normal dan macam-macam sebutan lagi.

Persepsi terhadap label di atas patut dicermati secara mendalam, sebab kesulitan belajar pada anak adalah satu aspek yang terlihat, dan mungkin saja potensi yang dimiliki tidak berkembang secara optimal dan sinerjis. Terdapat banyak kasus, bahwa pada anak yang memiliki kesulitan belajar justru mereka amat unggul pada bidang tertentu melebihi anak didik yang lain. Kelebihan dan bakat yang dimiliki inilah, hendaknya menjadi pertimbangan mendasar dalam dunia pendidikan. Gifted adalah sebutan untuk anak yang memiliki bakat, memiliki kemampuan yang luar biasa pada hampir semua bidang maupun bidang-bidang tertentu, Kreativitasnya tinggi dan sangat bertanggung jawab pada tugas, tetapi herannya terkadang mengalami kesulitan dalam belajar. Yang menjadi persoalannya adalah Bagaimana mungkin anak yang mengalami kesulitan belajar adalah seorang anak yang memiliki kemampuan / berbakat?

Atau

sebaliknya, bagaimana bisa anak yang berbakat mengalami kesulitan belajar? dan Bagaimanakah cara mengembangkan potensi dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki anak Gifted ini ? Karena pada Idealnya anak yang memiliki kemampuan tidak mengalami kesulitan dalam belajar dan potensi yang dimiliki berkembang sejalan dengan kemampuannya. Dan bagaimana pula perhatian pemerintah dalam menangani kasus anak gifted ini? Inilah yang akan dibicarakan dalam makalah ini yakni kondisi anak-anak yang menghadapi kensenjangan atau perbedaan antara potensi dan prestasi, antara kemampuan dan kesulitan belajar, antara kinerja di rumah dan di sekolah dan berbagai kontradiksi lainnya yang terkait dengan kemampuan anak.

B. Pembahasan 1. Pengertian anak Gifted yang Gifted adalah bakat; orang yang memiliki bakat khusus; individu yang memiliki I.Q 130 ke atas (Partowisastro, 1982) lebih dari itu Gifted adalah 1) Pemilikan suatu tingkat kemampuan kecerdasan yang tinggi, yaitu memiliki I.Q 140 atau lebih, 2) Pemilikan suatu Talenta atau bakat yang bukan kecerdasan semata, umpamanya bakat sebagai pemain musik dengan tingkat yang tinggi, Hal yang sama juga ditandaskan oleh Terman, ia menggunakan inteligensia sebagai kreteria tunggal untuk mengidentifikasi anak berbakat atau Gifted yaitu I.Q di atas 140. Gifted 2

termasuk Exceptional Student yakni anak yang memiliki kemampuan lebih yang membutuhkan layanan pendidikan khusus Lerner. J (1985) mengatakan bahwa Giftedness atau Talent atau Keberbakatan mempunyai definisi yang bersifat multi dementional, yang diadopsi dari definisi USOE. Menurut definisi U.S. Office of Education bahwa Gifted adalah anak berbakat yang menunjukkan prestasi yang tinggi atau potensi dalam salah satu dari enam area; Kemampuan Intelektual Umum, Kemampuan Akademis Khusus, Berpikir Kreatif Produktif, Kemampuan Kepemimpinan, Seni, dan Kemampuan Psikomotor. Implikasi dari pandangan ini dalam dunia pendidikan; a) Keberbakatan bisa berupa potensi maupun sudah terwujud dalam prestasi atau kinerja, b) Anak berbakat tidak mesti harus luar biasa kemampuannya dalam segala hal (Syah, 2000). Menurut Juvonen.J. & George,B (2002) Gifted atau disebut juga Talent adalah gambaran untuk menyebutkan tingkat kecerdasan atau tingkat inteligensia yang dimiliki oleh anak yang pada umumnya tinggi. Memiliki kemampuan spesifik pada bidang akademis tertentu dimana tidak dimiliki oleh anak lain, Memiliki kemampuan intraksi yang tinggi, komitment pada tugas dan kreativitas, Kemampuan inteligensianya terus berkembang dan Pendekatan pengolahan informasi yang ditawarkan berlawanan dengan sudut pandang dari kebanyakan orang Dalam satu literatur atau referensi tentang Gifted disebutkan bahwa setiap individu yang memiliki bakat dan kemampuan yang tinggi dimana individu itu mengalami kesulitan belajar yang spesifik itulah yang disebut dengan Gifted. Siswa Gifted selalu berhubungan dengan masalah kesulitan belajar, hal ini di tunjukkan dengan

prestasi

studinya

rendah.

Rendahnya

prestasi

ini

bukan

karena

ketidakmampuanya, bahkan IQnya tergolong tinggi, disinilah kesulitan guru dan pengelola pendidikan untuk mengenali dan mengidentifikasi siswa gifted. Learning Disability (kesulitan belajar) diartikan sebagai suatu keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.(Dalyono, 2001) Pada anak gifted terjadi kesenjangan antara kemampuan intelektual yang dimiliki dengan prestasi belajar yang dicapai. Kemampuan konsep dan kemampuan praktek yang tidak sebanding juga dianggap penting untuk menunjukkan Learning Disability pada anak Gifted.

3

Swanson’s (dalam Abdurrahman, M. 1996) mereview beberapa konsep operasional dari hasil perdebatan dan bebarapa issu dari para ahli, bahwa Learning Disability itu menyangkut; concepts of specificity dimana terdapat ketegasan konsep bahwa anak Gifted

mengalami rendahnya kemampuan akademis dan lemahnya

toeritis, Discrepancy (pertentangan); bahwa prestasi anak tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan Exclution (pengeluaran); dengan kesulitan belajar yang dihadapi dapat dibedakan dari beberapa kondisi yang menghalanginya. Menurut Frederickson, N.L. 7 Furnham, A.F (1998) ada tiga kelompok anak Gifted dengan ciri-ciri sebagai berikut ; a. Anak berbakat tetapi menampakkan kesulitan belajar di Sekolah, rendahnya prestasi belajar, konsep diri yang lemah, tidak adanya motivasi, dan cenderung malas b. Anak yang mengalami kesulitan belajar terkadang perbuatanya menjengkelkan terutama bagi yang belum mengenalinya. Biasanya kemampuan yang dimiliki di atas kemampuan rata-rata anak lain, diidentifikasi 33 % mengalami kesulitan belajar, tetapi memiliki kemampuan intelektual. Karena terjadi penilaian yang tidak menyeluruh pada anak Gifted ini, akibatnya potensi IQ dan kemampuan intelegensia tidak terperhatikan oleh pihak guru dan pengelola pendidikan. Oleh karena itu butuh keahlian khusus untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan dengan siswa lain, sehingga potensi-potensi itu benar-benar dapat dikenali. c. Anak Gifted ini memiliki sosial dan emosional yang relative konsekuen untuk diperhatikan, ia tergolong exceptional students dalam kesulitan belajarnya, dapat meyerap materi dengan baik tetapi terkadang sungguh sukar mengeluarkan apa yang telah diserapnya, ini ditunjukkan dari hasil diagnosa dan tidak pernah berlangsung satu program yang sesuai sampai dewasanya. Akan tetapi ketika anak Gifted dengan kesulitan belajarnya, ditangani secara serius akan menghasil potensi intelektual yang tinggi. 2. Identifikasi Anak Gifted Anak Berbakat adalah mareka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena

4

mempunyai kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merialisasikan sumbangan mareka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri mareka sendiri (Munandar, 1999). Keberbakatan mensyaratkan tiga kriteria yang meliputi Kemampuan di atas rata-rata (baik kemampuan umum maupun kemampuan khusus), kreativitas yang tinggi dimana keberbakatan bersifat kreative produktif dan pengikatan diri terhadap tugas sangat tinggi dimana prestasi dalam berbagai bidang akademis, dan mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik, tetapi lebih terkait dengan minat dan motivasi untuk terlibat dalam penyelesaian masalah (Petersen, L. 2004). Berdasarkan konsep di atas, hampir semua ahli sepakat bahwa yang menjadi syarat anak itu golongkan sebagai Gifted harus memiliki tiga kariteria, seperti yang ditegaskan oleh Ellot dkk (1996) Tiga ciri pokok itu adalah; Kemampuan umum di atas rata-rata, Kreativitas di atas rata-rata dan Task Comitment yang cukup tinggi. Howard Gardner (2003) berpendapat bahwa ; untuk menjelaskan fenomena anak Gifted, selain Inteligesia ada tujuh aspek yang mungkin terhambat perkembangannya yakni;

Linguistik, Musik, Logika Matematika, Visual spasial,

Gerakan badan (Bodily kinesthetic), Interpersonal. Intrapersonal (Naturalis dan eksistensial atau spiritual). Seorang anak berbakat mungkin saja terjadi hambatan pada aspek di atas, termasuk juga mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar pada anak Gifted bukan berarti karena ketidak mampuannya tetapi biasanya lebih kepada karena system pengajaran di sekolahsekolah umumnya memberlakukan sama pada semua anak didik. Pandangan tradisional tentang kesulitan belajar mengacu pada suatu kondisi kesenjangan antara kemampuan intelektual dengan prestasi akademis, jika prestasi siswa di bawah potensi intelektualnya ( IQ ) diasumsikan ada kesulitan belajar tertentu. Anak berbakat yang mengalami kesulitan belajar adalah mareka yang memiliki kemampuan atau talenta yang luar biasa pada area tertentu, menunjukkan pendekatan yang kreatif untuk menghadapi suatu situasi dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap hal-hal yang diminatinya atau terhadap masalah yang terkait dengan

5

kehidupan sehari-hari, namun mareka tidak menunjukkan Prestasi belajar yang baik dalam area akademis tertentu karena adanya kelemahan dalam proses belajar tertentu Perlu program khusus untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang Gifted dan harus ada paket Pendidikan yang special untuk membina siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Terlalu rumit untuk mengidentifikasikan bahwa anak yang Learning Disability adalah anak Gifted atau sebaliknya. Riset membuktikan bahwa guru lebih mungkin menunjukkan anak Nondisability lebih cocok ditempatken sebagai Gifted. Untuk menyaring anak Gifted biasanya dapat dilihat dari ciri khasnya dengan bukti Underachievement atau dengan memperlihatkan permasalahan tingkah lakunya. Tanda-tanda keberbakatan dan kesulitan belajar (adaptasi dari; Munandar, 1999; Petersen, 2004) dapat diketahui sebagai berikut ; Tanda-tanda Keberbakatan

Tanda-tanda Kesulitan belajar

 Ingatan jangka Panjang yang menonjol

 Ingatan Jangka pendek buruk

 Kosa kata Luas

 Kosa kata lisan lebih canggih dari pada kosa

 Menonjol dalam pemahaman bacaan  Komputer dianggap mudah

kata tertulis  Mengalami kesulitan dalam memahami kata-

 Menonjol dalam logika matematika  Keterampilan

verbal

yang

terutama dalam diskusi

kata

menonjol  Kesulitan dalam berhitung  Menolak tugas-tugas tertulis

 Mampu memahami konsep-kosep yang  Tulisan jelek abstrak

 Kesulitan mengeja dan artikulasi fonik

 Bekerja lebih baik pada tugas yang  Kesulitan menghadapi tugas-tugas skuansial menantang

yang mudah

 Bekerja dengan baik untuk tugas-tugas  Kesulitan menghapal yang kompleks

 Sering kali kurang konsentrasi di kelas

 Sangat creative dan imajinatif

 Emosi dapat mengalahkan penalarannya

 Penalaran baik

 Ingatan auditori buruk; Keterampilan

 Observer yang baik

mendengarkan buruk

 Mungkin mengalami masalah pendengaran  Lemah dalam mekanisme bahasa, seperti; yang akut  Memiliki ide-ide yang menarik

tata bahasa, tanda baca dan huruf besar  Kemungkinan tidak bisa belajar kecuali

6

 Rasa ingin tahu besar; banyak bertanya

tertarik pada materinya

 Tingkat energi tinggi

 Kesulitan menghadapi tes dengan batasan

 Perseptif dan intuitif (tampak bijaksana)

waktu

 Rasa humor Tinggi

 Disorganisasi

 Kemungkinan memiliki kemampuan yang  Banyak akal untuk menghindari area menonjol dalam seni, sains, Geometri,

kelemahannya  Kemungkinan gagal dalam menghadapi

Mekanik, Tekhnologi dan Musik

bahasa asing dan pelajaran yang menekankan pada audisi, skuensial dan ingatan.

Implikasi dari beberapa definisi di atas dalam mengidentifikasi dan pengembangan anak berbakat adalah; 1)Bahwa harus dibedakan antara bakat sebagai potensi yang mungkin belum terwujud, dan bakat yang sudah terwujud nyata dalam prestasi yang unggul. Sebab bila ada anak dengan prestasi “Underachiever” kemungkinan besar mareka adalah anak berbakat tetapi belum teridentifikasi. 2) Berdasarkan definisi USOE bahwa anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus sesuai dengan potensi, minat dan kemampuannya. Untuk meneliti anak Gifted yang mengalami Learning Disability digunakan skala Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISCR ) dengan pola skor teladan Lerner, J(1985). Dapat juga dilakukan Standardized Intelligence Test ( I.Q ) untuk mengukur kemampuan inteligensia, tetapi test ini tidak cocok untuk mengukur kreativitas anak Gifted atau untuk mengukur kemampuan matematika anak Gifted. Menurut Frederickson (1998) bentuk test yang dapat digunakan adalah Intelligence Test, Aptitude and Achievement Test, Teacher Nominations and creativity Test untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan Learning Disability pada Gifted. Untuk mengukur kreativitas anak Gifted sebaiknya dengan cara Torrance Test of Creative Thinking to Identify Creatively Gifted Student. 3. Sebab-Sebab Anak Gifted tidak Berprestasi Menurut

Muhibbin

Syah

(2000)

Secara

global

faktor-faktor

mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

7

yang

a. Faktor Intern (dari dalam diri siswa), yakni keadaan /kondisi jasmani dan rohani siswa b. Faktor eksternal ( dari luar diri siswa), yakni, keadaan /kondisi lingkungan sekitar siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar (learning disability) siswa. Diantara factorfaktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah adanya syndrome psikologis. Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikhis yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Seperti ; Disleksia (ketidakmampuan belajar membaca), Disgrafia (ketidakmampuan belajar menulis), Diskalkulia (Ketidakmampuan belajar matematika/berhitung). Secara umum siswa yang mengalami sindrom psikologis diatas adalah siswa yang memiliki IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata (seperti anak Gifted), ada kemungkinan siswa yang mengalami sindrom tadi disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction yaitu gangguan ringan pada otak (Syah, 2000). Jika siswa yang ber IQ tinggi ini tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disampaikan terlampau mudah baginya, akan menyebabkan mereka merasa bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung secara tidak adil. Ada kemungkinan anak Gifted memiliki persepsi lain terhadap guru dan lingkungan belajarnya, sehingga guru diharapkan dapat mengarahkan potensi yang dimiliki sesuai dengan bakat dan kemampuannya Anak-anak berbakat dengan kesulitan belajar tidak hanya mengalami masalah dengan keterampilan belajarnya, namun juga berakibat pada perkembangan kepribadiannya. Oleh karena itu dalam penanganannya perlu diperhatikan aspekaspek afektif yang perlu dikembangkan, seperti meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri disamping membantunya dengan strategi belajar yang tepat

8

4. Program dan Penanganan anak “Gifted” Program pembinaan yang dilakukan saling silih berganti, ada yang melakukan dengan cara membedakan kelas mulai dari yang umum sampai small-group, independent Intruction, Self-Contained; Menyatukan kelas dimana siswanya yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok lain untuk belajar bersama dan PartTime, Pull out Programs. Model Pendidikan yang sesuai untuk anak berbakat yang umumnya dipakai adalah empat desain program Pendidikan berupa; Ability grouping, Acceleration, Enrichmant, and do nothing. Diantara program itu Enrichment adalah pendekatan yang paling terbaik, mareka tetap dalam komunitas kelasnya. Lebih murah biaya bila dibanding dengan Ability grouping. Program ini memang terasa agak rumit untuk dapat dilakukan di kelas-kelas sekolah yang umumnya ada. Perioritas materi untuk siswa gifted diberikan materi yang lebih tinggi satu tingkat atau lebih dari pokok materi yang disajikan. Durasi pemberian materi kadang lebih cepat atau lebih ditingkatkan, Mengabaikan jenis program dengan tujuan studi. Untuk anak Gifted disediakan pokok materi yang lebih menantang, sedangkan anak normal berdasarkan kurikulum reguler. Adakalanya anak-anak Gifted dikelompokkan dengan kelompok anak Gifted yang lain agar terjadi interaksi yang membantu dalam proses belajar mareka (Petersen, L. 2004). Disamping hal di atas Pengkayaan dan Akselerasi adalah dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memenuhi dan menyalurkan kemampuan atau kebutuhan anak Gifted. Contohnya anak yang memiliki kemampuan matematika tinggi melebihi ukuran sekelasnya dapat dipindahkan ke kelas yang lebih tinggi agar kemampuan matematikanya terus berkembang. Sedangkan dalam program Pengayaan, disediakan fasilitas pendidikan bagi anak Gifted dapat dilakukan dengan memvariasikan pengalaman pendidikan dan dapat pula memodifikasi kurikulum dengan cara meluaskan atau memperdalam materi yang ada, inilah yang disebut dengan The Schoolwide Enrichment Model (Elliot, 1996). Butuh pembinaan khusus untuk menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar, dengan adanya pelatihan khusus bagi guru, guru dapat berperan dan memiliki

9

sejumlah kemampuan sehingga membuat guru lebih bertanggung jawab dalam menangani kasus anak berbakat yang mengalami kesulitan belajar. Strategi pengajaran dan Tekhnik adaptasi adalah dua hal yang mutlak harus difahami oleh guru sehingga mampu memodifikasi kurikulum, pengaturan dalam pengajaran, membaca situasi, pemanfaatan berbagai media dan lain sebagainya, ini dilakukan untuk membantu mareka agar berhasil dalam studinya. Membagi tugastugas besar kedalam unit-unit kecil, making tasks meaningful, dan menggunakan pujipujian, memberi tuntunan, aktivitas kebersamaan adalah juga bagian yang turut membantu mengantarkan kepada sukses. Peran model orang dewasa Gifted yang sukses adalah juga penting dapat membantu kearah meningkatkan rasa harga diri dan membangun cita-cita bagi anak Gifted yang mengalami kesulitan belajar. Akomudasi dan media tekhnologi dalam belajar juga dapat membantu secara akademis berkembangnya kemampuan anak Gifted. Membangkitkan gairah belajar, Mengekspos atau mempublikasikan hasil studi atau karyanya, memberi gambaran bagaimana memberi penilaian pada diri sendiri, membantu mengkoordinasi dan mengolah informasi, mengarahkan pada pandalaman materi dan menumbuhkan minat baru. Dapat juga dilakukan dengan memberi konseling dan pengarahan, sebab ratarata anak Gifted mengalami konflik psikologis, anak-anak Gifted juga mempunyai keinginan agar bebas dari kecemasan pada kesulitan belajar. Self-concept pada anak ini cendrung rendah, tidak bisa mengatasi pertentangan kemampuan dan prestasinya di sekolah, frustasi, kemarahannya dapat mempengaruhi kepada hubungan anggota keluarganya. Rata-rata orang tua dari anak Gifted menekankan pada hubungan sosial dan perkembangan emosi sang anak. 5. Perhatian Pemerintah Terhadap Anak Gifted. Solusi dan kebijakan pemerintah untuk anak berbakat, sebenarnya telah dimulai sejak PELITA II (1974-1979) dengan merumuskan definisi anak berbakat dan menentukan arah umum pengembangan anak berbakat di Indonesia. Dan pada PELITA III (1979-1984) merumuskan langkah-langkah yang sistematis untuk merencanakan dan mempersiapkan pelayanan untuk anak berbakat. Demikian pula dijelaskan dalam GBHN 1993 dan UUD 1945, BAB IV mengenai Pembangunan 10

Lima Tahun keenam khususnya tentang Pendidikan, mengamanatkan bahwa; peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa perlu mendapat perhatian yang khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya. (Nashori, 1994). Hal ini sejalan dengan UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional, Pasal 8 ayat (2) tentang Warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Pasal 24 ayat (1) tentang Setiap peserta didik mendapat perlakuan yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya (Diknas. RI, 1989). Sejalan dengan UU diatas, maka tentang masalah anak berbakat ini dipertegas lagi dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal. 5 ayat (4) disebutkan bahwa warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Dan pada pasal 12 ayat (1) disebutkan bahwa setiap pesreta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. (Diknas RI, 2003) Di negara-negara maju (Eropa-Amerika), di antara anak-anak berbakat itu ada yang berprestasi baik, ada pula yang menjadi Anak Berbakat Yang Berprestasi Kurang (ABPK) atau Underachiever. Mareka mempunyai potensi besar, tetapi prestasi aktual yang diperolehnya jauh dibawah potensi yang dimiliki. Penelitian di Belanda ditemukan bahwa 30 % dari siswa-siswa berbakat adalah ABPK, di Amerika lebih besar lagi. Menurut Lerner (1985) sekitar 40 % anak berbakat tidak mampu berprestasi di Sekolah, bahkan ditemukan angka yang lebih besar lagi. Berapa besar jumlah ABPK di Indonesia ? Tidak ada jawaban yang pasti, tetapi dengan logika sederhana dapat dikatakan bahwa di negara-negara maju yang memberi pelayanan khusus untuk anak berbakat jumlah ABPK mencapai 50 %. Dapat kita bayangkan bagaimana di Indonesia ? Walaupun secara eksplisit masalah anak berbakat ini sudah dibahas dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, namun dalam realitanya masih banyak diantara mereka yang belum mendapatkan perhatian khusus yang mereka butuhkan. Banyak faktor menyebabkan mengapa mereka tidak mendapatkan perlakuan yang dibutuhkan, diantaranya bisa disebabkan karena pendanaan dari pemerintah terhadap lembaga

11

pendidikan yang ada di Indonesia kurang merata, sehingga tidak semua sekolah bisa menyediakan kelas akselerasi yang bisa digunakan sebagai tempat belajar bagi anak berbakat juga karena faktor pendidik yang kurang mengerti dan tidak dapat membedakan antara anak membutuhkan perhatian khusus dengan yang tidak, sehingga masih banyak sekali anak ABPK yang belum tertangani. Menurut Nashori (1994) anak berbakat yang ABPK dapat mencapai 90 %, yakni kira-kira 3,24 juta anak berbakat yang terlantarkan tidak mendapat pendidikan khusus di Indonesia.

C. KESIMPULAN Umumnya para guru disekolah menggeneralisasikan semua siswa, menggolongkan siswa pintar bila mendapat prestasi baik dan memandang siswa bodoh bila prestasi belajarnya jelek. Seyogyanya setiap guru atau calon guru menyadari bahwa siswa yang memiliki IQ atau kecerdasan diatas rata-rata perlu mendapatkan perhatian khusus, bukan hanya siswa yang ber IQ rendah saja yang perlu diperhatikan yang terpenting guru diharapkan mampu mengarahkan potensi yang dimiliki sesuai dengan bakat dan kemampuannya Disadari atau tidak system pendidikan kita memang dirancang untuk anak dengan kemampuan rata-rata, system pendidikan kita cenderung untuk mendorong murid yang berprestasi dibawah rata-rata, agar mencapai prestasi rata-rata. Dan yang berprestasi jauh diatas rata-rata ditarik kebawah hingga ke batas rata-rata. Karena persoalan anak Gifted ini kurang tersentuh oleh pemegang kebijakan pendidikan di negeri ini. Maka menjadi tugas praktisi pendidikan untuk memformulasikan dan memperhatikan pendidikan anak Gifted, yang dibutuhkannya

12

agar sesuai dengan

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman , M. 1996. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas Dalyono, M. 2001, Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas, RI, 1989, Undang-undang Repuplik Indonesia No.2. tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas , 2003, Undang-undang Repuplik Indonesia No.20. tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas Elliot, Kratochwill, Litltefield & Traves. 1996. Educational Psychology. Branch mark Publisher Frederickson, N.L. 7 Furnham, A.F 1998. Sociometric – status-Group Classification of Mainstreamed Children Who Have Moderate Learning Difficalties: An Infestigation of Personal and Environtmental Factors. Journal of Educational Psychology. 1998, Vol.90, No. 4, 772-783 Gardner, H. 2003. Multiple Inteligences. Jakarta : Interaksara Juvonen.J. & George,B. Social Adjusment of Children With and Without Learning Disabilities in Integrated Classrooms. Journal of Educational Psychology. 2002, Vol.90, No. 4, 322-330 Lerner, J. 1985. Learning Disability. New York : Houghton-Mifflin Munandar, Utami S.C, 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah” Penuntun Bagi Guru dan Orang Tua”. Jakarta : P.T Gramedia Nashori, F (1994). Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Partowisastro, K. 1982. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta : Erlangga Petersen, Lindy, 2004, Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta : PT. Gramedia Syah, Muhibbin, 2000, Psikologi Pendidikan Dengan pendekatan Baru. Bandung, Rosda Karya

13