METODE KUANTITATIF DAN METODE KUALITATIF

Download 347 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357 karena proses penelitian lebih bersifat seni (ku- rang terpola), dan diseb...

2 downloads 909 Views 262KB Size
PEMILIHAN METODE YANG TEPAT DALAM PENELITIAN (METODE KUANTITATIF DAN METODE KUALITATIF) Naila Hayati Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang

Abstract: Research activities requires a clear method. In this case there are two of research methods, the qualitative methods and quantitative methods. At first, the quantitative methods are considered to qualify as a good research method, because it uses the tools or instruments to measure specific symptoms and statistically processed. But in its development, the data is numeric and mathematical processing can not explain conclusively the truth. Therefore used qualitative methods are considered able to explain the symptoms or phenomenon in complete and comprehensive. In choosing this method often confused people will choose which. For that we need more in-depth understanding of both methods. Key words: quantitative methods, qualitative methods, statistical, mathematical. Abstrak: Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penelitian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau instrumen untuk mengukur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh. Dalam memilih metode ini orang sering bingung akan memilih yang mana. Untuk itu perlu pemahaman lebih mendalam lagi tentang kedua metode tersebut. Kata kunci: metode kuantitatif, metode kualitatif, statistik, matematis.

A. Pendahuluan Pada waktu seseorang akan memulai sebuah penelitian (skripsi, tesis, disertasi), seringkali disibukkan dengan bentuk penelitian yang akan digunakan. Terkadang cepat sekali memperoleh ide atau gagasan dalam penelitian, namun masih saja bingung untuk membuat model penelitian yang akan dibuat. Belum lagi dengan anggapan bahwa sejatinya sebuah penelitian akan selalu berurusan dengan uji-uji statistika. Sehingga secara tidak langsung kita telah didoktrinasi untuk selalu membuat bentuk penelitian kuantitatif. Padahal penelitan itu tidak harus dalam bentuk penelitian kuantitatif. Para mahasiswa, baik strata satu atau strata lainnya boleh memilih bentuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Ada dua metode berfikir dalam perkembangan pengetahuan, yaitu metode deduktif yang dikembangkan oleh Aristoteles dan metode induktif yang dikembangkan oleh Francis Bacon. Metode deduktif adalah metode berfikir yang berpangkal dari hal-hal yang umum atau teori menuju pada hal-hal yang khusus atau ke-

nyataan. Sedangkan metode induktif adalah sebaliknya. Dalam pelaksanaan, kedua metode tersebut diperlukan dalam penelitian (Bungin, 2010: 6). Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penelitian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau intsrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh. Tiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Paradigma menjadi tidak dominan lagi dengan timbulnya paradigma baru. Paradigma merupakan seperangkat asumsi yang longgar digunakan sebagai petunjuk dalam berfikir dan

345

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 346

meneliti (Kasiram, 2008:96). Pada mulanya orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif sehingga tinggal memberi makna dari apa yang terjadi dan tanpa ingin berusaha untuk merubah. Masa ini disebut masa pra-positivisme. Setelah itu timbul pandangan baru, yakni bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa positivisme. Pandangan positivisme dalam perkembangannya dibantah oleh pendirian baru yang disebut post-positivisme. Pendirian post-positivisme ini bertolak belakang dengan positivisme. Dapat dikatakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi terhadap positivisme. Menurut pandangan postpositivisme, kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung (Bungin, 2007: 5). Terdapat kesalahan pemahaman di dalam masyarakat bahwa yang dinamakan sebagai kegiatan penelitian adalah penelitian yang bercorak survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain bahwa penelitian yang benar jika menggunakan sebuah daftar pertanyaan dan datanya dianalisa dengan menggunakan teknik statistik. Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik dengan metode penelitian kuantitatif. Ada dua kelompok metode penelitian dalam ilmu sosial yakni metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Di antara kedua metode ini sering timbul perdebatan di seputar masalah metodologi penelitian. Masingmasing aliran berusaha mempertahankan kekuatan metodenya. Salah satu argumen yang dikedepankan oleh metode penelitian kualitatif adalah keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisa dengan metode yang dipinjam dari ilmu eksakta. Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara

non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui tutur bahasa, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan responden. Untuk lebih lanjut, tulisan ini akan membicarakan tentang seputar permasalahan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. B. Pembahasan 1. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Metode kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan dengan nama metode yang tradisional, dan metode baru; metode positivistik dan metode postpositivistik; metode scientific dan metode artistik; metode konfirmasi dan temuan; serta kuantitatif dan interpretif. Jadi metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistic, scientific dan metode discovery. Selanjutnya metode kualitatif sering dinamakan sebagai metode baru, postpositivistik ; artistik; dan interpretive research (Sugiyono, 2012: 13). Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama. Dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik,

347 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Filsafat positivisme memandang realitas/ gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrument penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antroplogi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek

yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrument, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial pendidikan yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat trianggulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu di dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2012: 13-15). Ada juga yang berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta memanfaatkan berbagai metode alamiah (Tohirin, 2012: 3). Dalam studi

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 348

pendidikan, penelitian kualitatif dapat dilakukan untuk memahami berbagai fenomena perilaku pendidik, peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran. 2. Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Untuk memahami metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara lebih mendalam, maka harus diketahui perbedaannya. Perbedaan antara metode kualitatif dengan kuantitatif meliputi tiga hal, yaitu perbedaan tentang aksioma, proses penelitian, dan karakteristik penelitian itu sendiri ((Sugiyono, 2012: 16). a. Perbedaan Aksioma Aksioma adalah pandangan dasar. Aksioma penelitian kuantitatif dan kualitatif meliputi aksioma tentang realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variable, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai (Sugiyono, 2012: 1). 1) Sifat realitas Dalam memandang realitas, gejala, atau obyek yang diteliti, terdapat perbedaan antara metode kualitatif dan kuantitatif. Pada metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme, realitas dipandang sebagai sesuatu yang kongkrit, dapat diamati dengan panca indra, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, dan prilaku, tidak berubah, dapat diukur dan diverifikasi. Dengan demikian dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat menentukan hanya beberapa variabel saja dari obyek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat instrument untuk mengukurnya. Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau paradigma interpretive, suatu realitas atau obyek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam beberapa. Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat meneliti performan suatu mobil, peneliti kuantitatif dapat meneliti mesinnya saja, atau bodinya saja, tetapi

peneliti kualitatif akan meneliti semua komponen dan hubungan satu dengan yang lain, serta kinerja pada saat mobil di-jalankan. Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak (teramati), tetapi sampai dibalik yang tampak tersebut. Misalnya melihat ada orang yang sedang memancing, penelitian kuantitatif akan menganggap bahwa memancing itu merupakan kegiatan mencari ikan, sedangkan dalam penelitian kualitatif akan melihat yang lebih dalam mengapa orang tersebut memancing. Mungkin memancing untuk menghilangkan stres, daripada menganggur, atau mencari teman. Jadi realitas itu merupakan konstruksi atau interprestasi dari pemahaman terhadap semua data yang tampak di lapangan. 2) Hubungan peneliti dengan yang diteliti Dalam penelitian kuantitatif, kebenaran itu diluar dirinya, sehingga hubungan antara peneliti dengan yang diteliti harus dijaga jaraknya sehingga bersifat independen. Dengan menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data, maka peneliti kuantitatif hampir tidak mengenal siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data. Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant observation (observasi berperan serta) dan in depth interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data. 3) Hubungan antar Peneliti kuantitatif dalam melihat hubungan variable terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Contoh: pengaruh iklan terhadap nilai penjualan, artinya semakin banyak iklan yang ditayangkan maka akan semakin banyak nilai penjualan. Iklan sebagai variabel independen (sebab) dan nilai penjualan sebagai variabel dependen (akibat). Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, ma-

349 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

ka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (reciprocal/ interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya. Contoh: hubungan antara iklan dan nilai penjualan. Dalam hal ini hubungannya interaktif, artinya makin banyak uang yang dikeluarkan untuk iklan maka akan semakin banyak nilai penjualan, tetapi juga sebaliknya makin banyak nilai penjualan maka alokasi dana untuk iklan juga akan semakin tinggi. 4) Kemungkinan Generalisasi Pada umumnya penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi, (bukan kedalaman) sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel yang terbatas. Selanjutnya data yang diteliti adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut dengan teknik probability sampling (random). Berdasarkan data dari sampel tersebut, selanjutnya peneliti membuat generalisasi (kesimpulan sampel diberlakukan ke populasi di mana sampel tersebut diambil). Penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna. Seperti telah dikemukakan, makna adalah data dibalik yang tampak. Walaupun penelitian kualitatif tidak membuat generalisasi, tidak berarti hasil penelitian kualitatif tidak dapat diterapkan di tempat lain. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan transferability dalam bahasa Indonesia dinamakan keteralihan. Maksudnya adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian. 5) Peranan Nilai Peneliti kualitatif dalam melakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti data dengan sumber data. Dalam interaksi ini baik peneliti maupun sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi berbeda-beda, sehingga dalam pengumpulan data, analisis, dan pembuatan laporan akan

terikat oleh nilai-nilai masing-masing. Dalam penelitian kuantitatif, karena peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data, maka akan terbebas dari nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data. Karena ingin bebas nilai, maka peneliti menjaga jarak dengan sumber data, supaya data yang diperoleh obyektif (Sugiyono, 2012: 16-21). b. Perbedaan Karakteristik Penelitian Berdasarkan karakteristik penelitian, metode kuantitatif dan kualitatif dapat dibedakan sebagai mana tabel 1 berikut (Sugiyono, 2012: 2325): Tabel 1. Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif No 1.

2.

Metode Kuantitatif A. Desain a. Spesifik, jelas, rinci b. Ditentukan secara mantap sejak awal c. Menjadi pegangan langkah demi langkah B. Tujuan a. Menunjukkan hubungan antara b. Menguji teori c. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif

3.

C.TeknikPengumpulan Data a. Kuesioner b. Observasi dan wawancara terstruktur

4.

D.Instrumen Penelitian a. Test, angket, wawancara terstruktur b. Instrument yang telah terstandar

5.

E. Data a. Kuantitatif. b. Hasil pengukuran yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument

6.

F. Sampel a. Besar b. Representatif c. Sedapat mungkin random d. Ditentukan sejak a-

Metode Kualitatif A. Desain a. Umum b. Fleksibel c. Berkembang, dan muncul dalam proses penelitian B. Tujuan a. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif b. Menemukan teori c. Menggambarkan ralitas yang kompleks d. Memperoleh pemahaman makna C. Teknik Pengumpulan data a. Participant observation b. In depth interview c. Dokumentasi d. Tringulasi D. Instrument Penelitian a. Peneliti sebagai instrument (human instrument) b. Buku catatan, tape recorder, camera, handycam, dan lainlain. E. Data a. Deskriptif kualitatif. b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dokumen dan lainlain F. Sampel/sumber data a. Kecil b. Tidak representatif c. Purposive, snowball d. Berkembang selama proses penelitian

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 350

7.

8.

9.

10.

11.

wal G. Analisis G. Analisis a. Setelah selesai pe- a. Terus menerus sejak angumpulan data wal hingga akhir peneb. Deduktif litian c. Menggunakan statis- b. Induktif tik untuk menguji hi- c. Mencari pola, model, potesis tema, teori H. Hubungan dengan H. Hubungan dengan Responden responden a. Dibuat berjarak, bah- a. Empati, akrab supaya kan sering tanpa konmemperoleh pemahamtak supaya objektif an yang mendalam b. Kedudukan peneliti b. Kedudukan sama bahlebih tinggi dari reskan sebagai guru, konponden sultan c. Jangka pendek hing- c. Jangka lama, sampai ga hipotesis dapat didatanya jenuh, dapat dibuktikan temukan hipotesis atau teori I. Usulan Desain I. Usulan Desain a. Luas dan rinci a. Singkat, umum bersifat b. Literatur yang berhusementara bungan dengan masa- b. Literatur yang digunalah dan variabel yang kan bersifat sementara, diteliti. tidak menjadi pegangan c. Prosedur yang spesiutama fik dan rinci langkah- c. Prosedur bersifat ulangkahnya mum, seperti akan med. Masalah dirumuskan rencanakan tour/piknik dengan spesifik dan d. Masalah bersifat sejelas mentara dan akan ditee. Hipotesis dirumuskan mukan setelah studi dengan jelas pendahuluan f. Ditulis secara rinci e. Tidak dirumuskan hidan jelas sebelum terpotesis, karena justru jun ke lapangan akan menemukan hipotesis f. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan J. Kapan Penelitian J. Kapan Penelitian Dianggap Selesai? Dianggap Selesai? Setelah semua kegiatan Setelah tidak ada data yang direncanakan da- yang dianggap baru/jenuh pat diselesaikan K. Kepercayaan terha- K. Kepercayaan terhadap hasil Penelitian dap hasil Penelitian Pengujian validitas dan Pengujian kredibilitas, reabilitas instrument depenabilitas, proses dan hasil penelitian

Dari tabel 1 dapat dipahami betapa berbedanya karakteristik dari metode kuantitatif dan kualitatif. Diantaranya perbedaan dari segi desain, tujuan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, jenis data, sampel/sumber data, hubungan dengan responden, usulan desain, kapan penelitian dianggap selesai dan kepercayaan terhadap hasil penelitian.

c. Perbedaan Proses Penelitian Perbedaan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif juga dapat dilihat dari proses penelitian. Proses dalam metode penelitian kuantitatif bersifat linier dan kualitatif bersifat sirkuler. 1) Proses Penelitian Kuantitatif Seperti telah diketahui bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek, perencanaandengan pelaksanaan dan sebagainya. Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan yang betul-betul masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, oleh karena itu harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris. Supaya peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai referensi. Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab maka dengan baik masalah tersebut dirumuskan spesifik, dan pada umumnya dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis). Jadi kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/ desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis, adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Da-

351 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

lam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi, action research, policy research (selain metode naturalistik dan sejarah). Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk test, angket/kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang diambil harus representatif (mewakili). Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak. Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Berdasarkan proses penelitian kuantitatif di atas maka tampak bahwa proses penelitian kuantitatif bersifat linier, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan dan saran. Penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang mendahului guna menyusun hipotesis merupakan aspek logika (logicohypothetico), sedangkan pemilihan metode penelitian, menyusun instrument, mengumpulkan data dan analisisnya adalah merupakan aspek metodologi untuk menverifikasikan hipotesis yang diajukan. 2) Proses Penelitian Kualitatif Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan, seperti orang ingin piknik, ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi

tentu belum tahu pasti apa yang ada di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki obyek, dengan cara membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktivitas orang yang ada di sekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya. Berdasarkan ilustrasi tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun peneliti kualitatif belum memiliki masalah, atau keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki obyek/lapangan. Pada waktu memasuki obyek, peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek tersebut. Setelah memasuki obyek, peneliti kualitatif akan melihat segala sesuatu yang ada pada tempat itu, yang masih bersifat umum. Pada tahap ini disebut tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan. Mereka baru mengenal serba sepintas terhadap informasi yang diperolehnya. Tahap deskripsi data yang diperoleh cukup banyak, bervariasi dan belum tersusun secara jelas. Proses penelitian kualitatif pada tahap ke 2 disebut tahap reduksi/ fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada proses reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memilih data yang menarik, penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagi fokus penelitian. Proses penelitian kualitatif, pada tahap ke 3, adalah tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Ibaratnya pohon, kalau fokus itu baru pada aspek cabang, maka kalau pada tahap seleksi peneliti sudah mengurai sampai ranting, daun dan buahnya. Pada penelitian tahap ke 3 ini, setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkontruksikan data

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 352

yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru. Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia. Data atau informasi yang dipe-roleh dapat berbentuk informasi yang bersifat deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Informasi deskriptif adalah gambaran lengkap tentang keadaan obyek yang diteliti. Informasi komparatif adalah gambaran informasi lengkap tentang perbedaan atau persamaan gejala pada obyek yang diteliti. Dan informasi asosiatif adalah gambaran informasi lengkap tentang hubungan antara variabel satu dengan gejala lainnya. Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan (deskripsi, reduksi, seleksi) tersebut dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Setiap proses pengumpulan data dilakukan melalui lima tahapan. Setelah peneliti memasuki obyek penelitian atau sering disebut sebagai situasi sosial (yang terdiri atas tempat, aktor/pelaku/ orang-orang dan aktivitas), peneliti berfikir apa yang akan ditanyakan (1) Setelah berfikir sehingga menemukan apa yang akan ditanyakan, maka peneliti selanjutnya bertanya pada orang-orang yang dijumpai pada tempat tersebut (2) Setelah pertanyaan diberi jawaban, maka peneliti selanjutnya akan menganalisis apakah jawaban yang diberikan itu betul atau tidak (3) Kalau jawaban atas pertanyaan dirasa betul, maka dibuatlah kesimpulan (4) Pada tahap ke lima, peneliti mencandra (5) kembali terhadap kesimpulan yang telah dibuat. Apakah kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak, maka untuk memastikan kesimpulan yang telah dibuat tersebut, peneliti masuk lapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka

pengumpulan data dinyatakan (Sugiyono, 2012: 27-32).

selesai

3. Kapan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Digunakan Antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif tidak perlu dipertentangkan, karena saling melengkapi dan masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Berikut dikemukakan kapan sebaiknya kedua metode tersebut digunakan (Sugiyono, 2012: 33). a. Penggunaan Metode Kuantitatif Sebelumnya telah dikemukakan bahwa, metode kuantitatif meliputi metode survey dan eksperimen. Metode ini digunakan (Sugiyono, 2012: 34): 1) Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan. Dalam menyusun proposal penelitian, masalah ini harus ditunjukkan dengan data, baik data hasil penelitian sendiri maupun dokumentasi. Misalnya akan meneliti kemiskinan, maka data orang miskin sebagai masalah harus ditunjukkan. 2) Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. 3) Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/ treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan. Misalnya pengaruh jamu tertentu terhadap derajat kesehatan. 4) Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif. 5) Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ anak-anak dari masyarakat terten-

353 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

tu, maka dilakukan pengukuran dengan tes IQ. 6) Bila ingin menguji terhadap adanya keraguraguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu. b. Penggunaan Metode Kualitatif Metode kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan metode kuantitatif. Berikut ini dikemukakan kapan metode kualitatif digunakan (Sugiyono, 2012: 35-36). 1) Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek. Ibarat orang akan mencari sumber minyak, tambang emas dan lainnya. 2) Untuk memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu. Sebagai contoh, orang yang menangis, tertawa, cemberut, mengedipkan mata, memiliki makna tertentu. Sering terjadi, menurut penelitian kuantitatif benar, tetapi justru menjadi tanda tanya menurut penelitian kualitatif. Sebagai contoh ada 99 orang menyatakan A adalah pencuri, sedangkan satu orang menyatakan tidak. Mungkin yang satu ini adalah yang benar. Data untuk mencari makna dari setiap perbuatan tersebut hanya cocok diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam dan observasi berperan serta dan dokumentasi. 3) Untuk memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Dengan demikian akan dapat ditemukan pola-pola hubungan yang jelas.

4) Memahami perasaan orang. Perasaan orang sulit dimengerti kalau tidak diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut. 5) Untuk mengembangkan teori. Metode kualitatif cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh di lapangan. Teori yang demikian dibangun melalui grounded research. Dengan metode kualitatif peneliti pada tahap awalnya melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut selanjutnya diverifikasi dengan pengumpulan data yang lebih mendalam. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau teori. 6) Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara trianggulasi/ gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu belum dapat menemukan apa yang dituju, maka ganti teknik lain), maka kepastian data akan lebih terjamin. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data akan dapat diperoleh. Ibarat mencari siapa yang menjadi provokator, maka sebelum ditemukan siapa provokator yang dimaksud maka penelitian belum dinyatakan selesai. 7) Meneliti sejarah perkembangan. Sejarah perkembangan kehidupan seseorang tokoh atau masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau orang yang dipandang tahu sejarah perkembangan kehidupan seseorang. Misalnya akan meneliti sejarah perkembangan kehidupan raja-raja di Jawa, sejarah perkembangan masyarakat tertentu sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang etos kerjanya tinggi atau rendah. Penelitian perkembangan ini juga bisa dilakukan di bidang pertanian, bidang

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 354

teknik, seperti meneliti kinerja mobil dan sejenisnya, dengan melakukan pengamatan secara terus yang dibantu kamera terhadap proses tumbuh dan berkembangnya bunga tertentu, atau mesin mobil tertentu. 4. Apakah Metode penelitian Kuantitaif dan Kualitatif Dapat Digabungkan Setiap metode penelitian memiliki keunggulan dan kekurangan. Oleh karena itu metode kualitatif dan kuantitatif keberadaannya tidak perlu dipertentangkan karena keduanya justru saling melengkapi (complement each other). Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian yang masalahnya sudah jelas dan umumnya dilakukan pada populasi yang luas sehingga hasil penelitian kurang mendalam. Sementara itu penelitian kualitatif cocok digunakan untuk meneliti di mana masalahnya belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang tidak luas sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna. Metode kuantitatif cocok untuk menguji hipotesis/teori sedangkan metode kualitatif cocok untuk menemukan hipotesis/ teori. Setiap calon peneliti harus dapat memahami karakteristik kedua metode tersebut, sehingga tahu pasti kapan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Jangan sampai menyatakan menggunakan metode kualitatif, karena tidak tahu atau takut dengan statistik. Padahal meneliti dengan menggunakan metode kualitatif yang benar, jauh lebih sulit daripada menggunakan metode kuantitatif. Karena paradigma kedua metode tersebut berbeda, maka sangat sulit menggabungkan metode tersebut dalam satu proses penelitian bersamaan. Dalam hal ini Thomas D Cook dan Charles Reichard dalam buku Sugiyono mengatakan bahwa metode kuantitatif dan kualitatif tidak akan pernah dipakai bersama-sama, karena ke dua metode tersebut memiliki paradigma yang berbeda, dan perbedaan bersifat mutually exclusive, sehingga dalam penelitian hanya dapat memilih salah satu metode. Berbeda dengan pendapat Thomas D Cook dan Charles Reichard, Sugiyono berpendapat bahwa metode kuantitatif dan kualitatif dapat digunakan secara bersamaan atau digabungkan dengan catatan sebagai berikut:

a. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama tetapi tujuan berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis. b. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis diuji dengan metode kuantitatif. c. Metode penelitian tidak dapat digabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), seperti penggunaan trianggulasi dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama misalnya menggunakan kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti. Bila data kuesioner dan wawancara tidak sama, maka dilacak terus sampai ditemukan kebenaran datanya tersebut. Bila sudah demikian maka proses pengumpulan data seperti trianggulasi dalam penelitian kualitatif. Peneliti dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan asalkan keduanya telah dipahami dengan jelas, dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan penelitian. Bagi peneliti baru sebaiknya tidak berfikir untuk menggabungkan kedua metode tersebut. Sedangkan Bambang Prasetyo perpendapat berbeda. Sebelum kita membahas tentang boleh tidaknya kita menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif, kita perlu memiliki kesepakatan terlebih dahulu tentang pemakaian konsep kuantitatif dan kualitatif. Setidaknya ada tiga penggunaan konsep ini di dalam penelitian, yaitu pendekatan, metode dan data. Ada satu hal yang perlu ditekankan di sini karena sering kali terjadi salah kaprah yang berkembang, sehingga pemakaian konsep pendekatan, metode serta data disamaratakan. Hal ini mengakibatkan dalam

355 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

penerapan penelitian pengertian konsep-konsep tadi menjadi salah. Ambil saja contoh adanya anggapan bahwa dalam sebuah penelitian kita bisa menggunakan kedua pendekatan sekaligus. Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin dengan asumsi dasar yang bertolak belakang, kemudian diterapkan dalam sebuah penelitian? Kondisi yang memungkinkan adalah dalam satu penelitian kita hanya bisa menggunakan satu pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Namun, dalam suatu penelitian yang sama, kita bisa menerapkan kedua metode yang ada, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif yang akhirnya kita menghasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Tentunya jika kita menggunakan pendekatan kuantitatif, penekanan utamanya adalah metode kuantitatif. Metode kualitatif hanya kita gunakan untuk melengkapi metode kuantitatif saja. Karena kita menggunakan metode kuantitatif sebagai metode utama, data yang kita hasilkan adalah data kuantitatif sebagai data utama, sedangkan data kualitatif hanya digunakan sebagai data penunjang. Dengan demikian, jika ada yang beranggapan bahwa dalam satu penelitian kita bisa menggunakan kedua pendekatan yang ada, pendapat itu salah atau bisa jadi yang dimaksud orang tersebut dengan pendekatan adalak metode (Prasetyo, 2012: 26-27). Hal serupa dinyatakan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006: 37). Peneliti kuantitatif biasanya tidak puas hanya dengan hasil analisis statistik. Misalnya, dengan data yang dikumpulkan dengan kuesioner, analisis statistik dilakukan untuk menemukan hubungan karena antara dua atau lebih . Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada hubungan. Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesisnya tidak teruji. Untuk itu ia lalu mengadakan wawancara mendalam (in depth interview) untuk melengkapi penelitiannya. Dengan kata lain, peneliti kuantitatif tersebut menggunakan secara bersama-sama kedua penelitian tersebut, namun dengan pendekatan kuantitatif sebagai pegangan utama. Di pihak lain, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif, namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis kuantitatif bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat

digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigm lainnya hanya sebagai pelengkap saja. Dengan kata lain jawaban terhadap pertanyaan di atas sangat tergantung pada paradigma yang dianut oleh seseorang peneliti. Pendapat ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss (1980:18), yaitu bahwa dalam banyak hal, kedua bentuk data tersebut diperlukan, bukan kuantitatif menguji kualitatif, melainkan kedua bentuk tersebut digunakan bersama dan apabila dibandingkan, masing-masing dapat digunakan untuk keperluan menyusun teori. Di pihak lain, ada orang bertanya: apakah kedua pedekatan itu digunakan bersama secara sejajar atau secara sama kuat? Seperti telah dikemukakan, hal itu sukar dapat dilakukan karena paradigmanya atau orientasi teorinya berbeda. Disamping itu, secara praktis bisa membuat peneliti sakit kepala. Jika hal ini tetap akan dilakukan, sebaiknya peneliti demikian berpikir seribu kali. 5. Kompetensi Peneliti kuantitatif dan Kualitatif a. Kompetensi peneliti kuantitatif 1) Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang pendidikan yang akan diteliti 2) Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian pendidikan yang betul-betul masalah 3) Mampu menggunakan teori pendidikan yang tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian 4) Memahami berbagai jenis penelitian kuantitatif, seperti metode survey, eksperimen, action research, expost facto, evaluasi dan R&D 5) Memahami teknik-teknik sampling, seperti probability sampling dan non probability sampling dan mampu menghitung serta memilih jumlah sampel yang representatif dengan sampling error tertentu 6) Mampu menyusun instrument baik test maupun nontest untuk mengukur berbagai variabel yang akan diteliti, mampu menguji validitas dan reliabilitas instrumen

Naila Hayati: Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian | 356

7) Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara, observasi dan dokumentasi 8) Bila pengumpulan data dilakukan oleh tim, maka harus mampu mengorganisasikan tim peneliti dengan baik. 9) Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. 10) Mampu memberikan interprestasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis 11) Mampu membuat laporan secara sistematis dan menyampaikan hasil penelitian kepada pihak-pihak yang terkait 12) Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah. 13) Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas. b. Kompetensi peneliti kualitatif 1) Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti, 2) Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada situasi sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial 3) Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian (situasi sosial) 4) Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara trianggulasi serta sumber-sumber lain. 5) Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial dan tema kultural/ budaya. 6) Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan trasferabilitas hasil penelitian 7) Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkonstruksi fenomena, hipotesis atau ilmu baru. 8) Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan rinci

9) Mampu membuat abstraksi hasil penelitian dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah 10) Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas. C. Penutup Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan mendasar antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Perbedaan itu terdapat pada aksioma, karakteristik dan proses penelitiannya. Namun, di antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif memiliki kelebihan dan keunggulan masingmasing. Dalam pemilihan penelitian kuantitatif dan kualitatif ini, tergantung pada permasalahan dan kesanggupan/kompetensi peneliti dalam menggunakannya.

Referensi Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana, 2010 Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana, 2007 Kasiram, Mohammad, Metodologi Penelitian (Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian), Malang: UIN-Malang Press, 2008 Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006 Prasetyo, Bambang, Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2012 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2012 Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling:

357 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 345-357

Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh Transkrip hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data, Jakarta: Rajawali Pers, 2012