MODUL PELATIHAN BAGI TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS

dapat dipergunakan sebagai bahan acuan PelatihanTenaga ... Pengertian/batasan atau definisi promkes dari beberapa ahli, antara lain: a. Illona Kickbus...

5 downloads 655 Views 630KB Size
MODUL PELATIHAN BAGI TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS

2008

Departemen Kesehatan RI 2008

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-Nya Modul Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas dapat diselesaikan. Modul pelatihan ini berisikan tentang uraian materi dari kegiatan Promosi Kesehatan dalam memandu kegiatan belajar mengajar pada saat pelatihan. Kami mengaharapkan bahwa modul ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan PelatihanTenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas. Penyusunan Modul ini terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih dan juga kepada semua anggota tim penyusun yang telah banyak berperan serta. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu segala masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan. Jakarta, Oktober 2008 Ketua Penyelenggara Kepala Sub Bidang Diklat Teknis Kesehatan

Sjamsul Ariffin, SKM,M.Epid NIP. 140 238 999

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

i

Daftar Isi Kata Pengantar.................................................................................i Ucapan Terima Kasih ....................................................................... ii Daftar Isi........................................................................................ iii

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

ii

Materi Dasar 1 DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN

DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN Konsep Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan

1. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Pengertian/batasan atau definisi PKM dari beberapa ahli, antara lain: a. Nyswander : Pendidikan Kesehatan adalah suatu proses perubahan pada manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan oleh seseorang pada orang lain, maupun serangkaian prosedur-prosedur yang harus dijalankan untuk mencapai statu hasil, akan tetapi suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat. Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara mendorong serta mempengaruhi orang lain, sehingga terjadi perubahan perilaku tercapai tujuan kesehatan seseorang dan masyarakat. Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

1

b. Steuart : Pendidikan kesehatan adalah komponen dari program-program kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha direncanakan untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat luas (apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk dapat mencapai tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Penekanannya bahwa pendidikan kesehatan merupakan komponen program-program kesehatan, terencana, mudah dilaksanakan, mudah mengukur hasilnya, dan perbaikan peningkatan program pendidikan yang akan datang. c.

L. Green : Pendidikan kesehatan adalah setiap kombinasi pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari perilaku yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran dalam penysuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai kombinasi pengalaman belajar.

d. Wood : Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang menguntungkan mempengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat, dan bangsa. Penekanannya adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang menguntungkan didalam kesehatan dipergunakan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan kesehatan. e. UU No. 9 tahun 1960 : Pendidikan kesehatan sama dengan penyuluhan kesehatan “Pendidikan kesehatan adalah statu proses perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan diri manusia menuju kepada keselarasan dan keserasian serta keseimbangan jasmani, rohani/mental dan sosial dari manusia terhadap lingkungannya, sehingga mampu bertanggungjawab untuk mengatasi masalahmasalah kesehatannya sendiri serta masyarakat lingkungannya. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

2

f.

UU No. 23 tahun 1992. Penyuluhan kesehatan diselanggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi.

Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan PKM adalah adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Tujuan PKM ( Komite Ahli WHO, TRS 156-1958 ): 1. Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga. 2. Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan demi kepentingannya, secara individu ,kelompok agar menyadari sepenuhnya makna kesehatan dan berperilaku sehat. 3. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya. 2. Promosi Kesehatan (Health Promotion) Pengertian/batasan atau definisi promkes dari beberapa ahli, antara lain : a. Illona Kickbush menguraikan : “Promosi kesehatan lahir (emerged-out) dari pendidikan kesehatan. Ada alasan untuk itu: 1) para penyuluh/pendidik kesehatan masyarakat menjadi lebih sadar tentang perlunya sebuah pendekatan positif dalam pendidikan kesehatan, lebih dari sekedar pencegahan penyakit. 2) menjadi semakin nyata bahwa pendidikan kesehatan akan lebih berdaya jika didukung dengan seperangkat upaya seperti legal environment dan regulatory. Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

3

Mengapa upaya pendidikan kesehatan saja tidak cukup? Pendidikan kesehatan mengubah perilaku individu, kelompok, dan masyarakat, ternyata tidak cukup meningkatkan derajat kesehatan masyarakat? Karena diluar itu banyak faktor atau determinan mempengaruhi kesehatan, dan berada diluar sektor kesehatan. Determinan tadi diinterevensi lewat regulasi dan legislasi, melalui upaya mediasi dan advokasi. Upaya advokasi, mediasi dan pemberdayaan inilah yang merupakan fungsi utama promosi kesehatan. Advokasi untuk membuat kondisi politis, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku menjadi menguntungkan kesehatan. Mediasi dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah, dunia usaha, industri dan media sehingga terjadi aksi terkoordinasi untuk kesehatan. Pemberdayaan masyarakat yang dapat menggali seluruh potensi yang ada untuk perbaikan kesehatan dengan memebrikan pelatihan, pemberian informasi dan lingkungan yang mendukung. b. Green and Kreuter (1991) : “ Any planned combination of education and environmental supports for action and conditions of living conducive to health of individuals, groups and communities”. c.

WHO memberikan definisi : “Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka “.

d. Departemen Kesehatan merumuskan definisi : “Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkankegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan.” Definisi yang dirumuskan Departemen Kesehatan, lebih menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

4

antara pendidikan kesehatan yang dudukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi Kesehatan, bertujuan untuk meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat, serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan masyarakat.

Visi, Misi, dan Ruang Lingkup Promosi Kesehatan 1. Visi. Visi Promosi Kesehatan, merupakan bagian integral dari Visi Indonesia Sehat 2010, maka Visi Promosi Kesehatan ditetapkan “ Perilaku Hidup Bersih & Sehat 2010” atau “ PHBS 2010”. Artinya adalah bahwa keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka : a. mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, b. menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, c. memanfaatkan pelayanan kesehatan d. mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat. 2. Misi Misi Promosi Kesehatan, adalah : a. memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga, maupun pengorganisasian dan penggerakan masyarakat b. membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

5

c.

mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (stekeholders) dalam rangka : 1) mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perudang-undangan yang berwawasan kesehatan. 2) mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat dalam program-program kesehatan. 3) meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan daerah serta antara pemerintah dengan masyarakat (termasuk LSM). 4) meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.

3. Ruang Lingkup. Promosi kesehatan telah berubah dan menjadi bagian “ Era baru kesehatan masyarakat “. Era ini dengan puncak penyelenggaraan konferensi Alma Alta, istilah promosi kesehatan dikukuhkan dan juga untuk pertama kali secara nyata bahwa kondisi fundamental dan sumberdaya untuk sehat adalah :” perdamaian, perumahan, pangan, pendapatan, ekosistem yang stabil, kelestarian sumberdaya, keadilan sosial, dan kesetaraan. Hal ini disebut juga prasyarat dasar (basic prerequisites) untuk kesehatan. Pada era ini, model kesehatan yang baru yaitu sosial model of health, mulai diterima, meninggalkan medical model pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan semata-mata denagn mengobati penyakit merupakan akibat dari masalah kesehatan. Dengan diterimanya promosi kesehatan sebagai upaya utama kesehatan a. Ottawa ( 1986 ). Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada dilangsungkan Konferensi International pertama, menghasilkan, Deklarasi Ottawa (Ottawa Charter) yang merumuskan 5 (lima) pilar utama atau 5 (lima) ruang lingkup promosi kesehatan, yaitu : 1) Build Healthy Public Policy (membangun kebijakan public yang berwawasan kesehatan). Setiap pembuat kebijakan publk harus memeprhatikan dampak kesehatan dari setiap keputusan yang dibuatnya. Demikian juga harus dibangun Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

6

kebijakan publik yang menguntungkan kesehatan. Kebijakan publik antara lain berbentuk peraturan perundang-undangan, kebijakan fiskal, kebiajakan pajak, dan pengembangan organisasi dan kelembagaan. Contoh : kebijakan kawasan tanpa rokok, pembatasan merokok, pembatasan iklan rokok, pemakaian helm dan sabuk pengaman, ada dinas kesehatan di propinsi/kab/kota dengan unit promosi kesehatan. 2) Create supportive environment (menciptakan lingkungan yang mendukung). Lingkungan sosial yang mendukung sangat besar perannya dalame mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang. Contoh: lingkungan yang mendukung dengan penyediaan tempat khusus untuk menyusui bayi di tempat-tempat umum, penyediaan tempat sampah, pengembangan tempat konseling remaja dll. 3) Strengthen, community action (memperkuat gerakan masyarakat). Promosi kesehatan mendorong dan memfasilitasi upaya masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Contoh: mendorong terbentuknya yayasan/lembaga konsumen kesehatan, mendorong pembentukan posyandu, mendorong pembiayaan kesehatan bersumberdaya masyarakat dll. 4) Develop personal skill (mengembangkan keterampilan individu). Agar masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif mengenai kesehatannya, masyarkat perlu informasi, pendidikan/pelatihan dan berbagai keterampilan. Tugas promosi kesehatan adalah memberdayakan masyarakat agar dapat mengambil keputusan dan alih tanggungjawab kesehatan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, mengembangkan keterampilan individu akan lebih efektif bila dilakukan melalui tetatan-tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, dan tatan lain yang sudah ada di masyarakat.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

7

5) Reorient health service (menata kembali arah pelayanan kesehatan). Upaya-upaya preventif dan promotif lebih diutamakan tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Deklarasi Ottawa telah menjadi rujukan dan panduan baik dalam pengembangan kesehatan masyarakat maupun dalam kegiatan promosi kesehatan diberbagai Negara. Promosi Kesehatan sebagai proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan b. Sundsvall Swedia (1991). Ada 4 kunci strategis untuk mengembangkan lingkungan yang mendukung kesehatan: advokasi, memberdayakan masyarakat, membangun aliansi, dan menjadi penengah diantara berbagai konflik. c.

Jakarta ( 1997 ) Salah satu tonggak promosi kesehatan adalah Deklarasi Jakarta (1997) yang lahir dari Konferensi International Promosi Kesehatan ke-4. Deklarasi ini merumuskan : 1) Promosi kesehatan adalah investasi utama yang memberikan dampak pada determinan kesehatan, dan memberikan manfaat kesehatan terbesar pada masyarakat. 2) Promosi kesehatan mmeberikan hasil positif yang berbeda dibandingkan upaya lain dalam meningkatkan kesetaraan bagi masyarakat dalam kesehatan. Lima prinsip Deklarasi Ottawa merupakan kunci strategi untuk sukses. 3) Promosi kesehatan perlu disosialisasikan dan harus menjadi tangungjawab lintas sektor. Deklarasi Jakarta merumuskan prioritas promosi kesehatan abad 21 : Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan, meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan, konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemberdayaan individu serta menjamin tersedianya infrastruktur promosi Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

8

kesehatan. Pendidikan kesehatan penting dalam promosi kesehatan.

merupakan

komponen

d. Bangkok 2005 (7 – 11 Agustus 2005). Konferensi Bangkok dikenal dengan ”The Bangkok Charter for Health Promotion in a globalized world”, dengan hasil menegaskan: 1) Perlu strategi dan komitmen untuk menghadapi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan di dunia global, serta kebijakan dan kemitraan untuk memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki kualitas kesehatan (termasuk ketidakmerataan bidang kesehatan) menjadi fokus pembangunan nasional dan global. 2) Salah satau hak asasi setiap manusia adalah untuk memperoleh kualitas kesehatan yang setinggi-tingginya. Promosi kesehatan didasari hak asasi ini, menawarkan konsep sehat yang positif dan inklusif yang merupakan faktor mempengaruhi kualitas hidup kesehatan mental dan spiritual. Promosi kesehatan merupakan fungsi inti kesehatan masyarakat, yang memberikan sumbangan dalam mengatasi penyakit menular dan tidak menular serta ancaman terhadap kesehatan, dan merupakan investasi efektif untuk meningkatkan kesehatan dan pembangunan manusia serta mengurangi ketidakmerataan/ketidaksamaan dibidang kesehatan dan jender. 3) Perkembangan menuju dunia yang lebih sehat memerlukan keterlibatan politi yang kuat, peranserta lebih luas dan advokasi yang berkesinambungan. Untuk memperoleh kemajuan lebih lanjut, semua sektor dan tatanan perlu melakukan : a) Advokasi mengenai kesehatan (sebagai konsekwensi hak asasi) b) Investasi berupa kebijakan, diikuti dengan tindakan dan penyediaan infrastruktur yang berkesinambungan c) Membina kemampuan dalam pengembangan kebijakan publik, kepemimpinan, pelaksanaan promosi kesehatan, penelitian dan alih teknologi Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

9

d) Regulasi dan legislasi untuk menjamin perlindungan dari hal-hal yang membahayakan kesehatan serta memperoleh kesempatan yang sama bagi seluruh manusiadibidang kesehatan dan kesejahteraan e) Bermitra dan membina aliansi dengan berbagai sektor publik, swasta, organisasi nirlaba, dan kelompokkelompok masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang berkesinambungan. 4) Piagam Bangkok merekomendasikan, sebagai komitmen terhadap kesehatan bagi semua, antara lain: a) Peningkatan kesehatan menjadi pusat agenda pembangunan, pemerintahan semua negara dan badan-badan intenasional harus berbuat seseuatu untuk mendekatkan jarak antara si kaya dan si miskin, serta perlindungan kesehatan khususnya dalam menghadapi produk, layanan, dan pemasaran yang membahayakan kesehatan; b) Peningkatan kesehatan dijadikan tanggungjawab utama semua pemerintahan, karena perkembangan sosial, politik, ekonomi berpengaruh terhadap kesehatan; c) Peningkatan kesehatan dijadikan fokus/kunci kelompok-kelompok masyarakat, karena masyarakat sering berada didepan untuk memprakarsai dan melaksanakan promosi kesehatan, mereka memerlukan hak, sumber daya dan kesempatan sehingga sumbangan mereka berkembang dan berkesinambungan d) Peningkatan kesehatan dijadikan prasyarat/kriteria tentang perusahaan yang baik, karena sektor swasta mempunyai tanggungjawab untuk menjamin kesehatan dan keamanan tempat kerja serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan dan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

10

e. Vancouver- Canada (2007). Hasil konferensi ini adalah : 1) Mempengaruhi agenda kebijakan pemerintah melalui peningkatan kemitraan dan advokasi. 2) Mengembangkan sains dan teknologi dalam mendukung promosi kesehatan. 3) Mengembangkan innováis baru dalam pertukaran dan penerapan sains dan teknologi promosi kesehatan melalui berbagai pendekatan kebudayaan dan region (regional).

Strategi Promosi Kesehatan Ada 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan, yaitu Gerakan Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Bina Suasana dan Advokasi. Ke dalam masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat dan dukungan Kemitraan dengan berbagai stakeholders. Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu mempraktikkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya. 1. Pemberdayaan Masyarakat Gerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses pemberian informasi secara bertahap untuk mengawal proses perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu mempraktikkan PHBS. Setiap fase perubahan memerlukan informasi yang berbeda. Tetapi yang paling menentukan adalah fase pertama, di mana kita harus dapat menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah kesehatan adalah masalah bagi yang bersangkutan. (Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di desa bahwa perut buncit anak-anaknya adalah masalah). Sebelum ini berhasil dilakukan, maka informasi selanjutnya tidak akan ada artinya (tidak akan digubris). Kalau ini sudah berhasil dilakukan, maka batu sandungan kedua akan dijumpai pada fase perubahan dari mau ke mampu. Banyak orang yang sudah mau berperilaku tertentu (misalnya memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi tidak mampu melakukan karena tidak adanya dukungan sarana (misalnya tidak Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

11

punya uang untuk transpor). Nah, di sinilah perlu hadirnya Advokasi untuk mengupayakan subsidi dari pemerintah dan atau bantuan dana dari penyandang dana. Selain itu, banyak juga dijumpai orang-orang yang “bandel” – yang katanya mau, tetapi tidak kunjung melakukan. Nah, bagi mereka perlu dibuat dan diterapkan peraturan perundang-undangan. Untuk itu, Advokasi kepada pengambil keputusan (bupati /walikota, DPRD, dll) diperlukan. 2. Bina Suasana Strategi dasar ke-2 adalah Bina Suasana. Yaitu upaya untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendorong perubahan perilaku si sasaran. Menurut teori, perubahan perilaku seseorang akan lebih cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya berperan sebagai pendorong, atau penekan (pressure). 3. Advokasi Strategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana disebutkan di muka, Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik berupa peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber daya lain. Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya, karena Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses strategis dan terencana, menggunakan informasi yang akurat dan teknik yang tepat. 4. Kemitraan Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan. Kemitraan inilah yang mendukung dan menyemangati penerapan 3 (tiga) strategi dasar. Penerapan 3 (tiga) strategi dasar tersebut perlu metode dan teknik masing, yaitu dengan pendekatan-pendekatan indivual, kelompok, maupun masyarakat. Pendekatan individu biasa berupa pemberian Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

12

informasi dan edukasi, konseling, mencari faktor resiko (risk assessment) terutama untuk pencegahan penyakit. Pendekatan individu lebih cocok dilaksanakan di rumah sakit, praktik dokter, dan bidan, serta posyandu dan puskesmas. Pendekatan kelompok, biasanya lebih efisien dan efektif serta lebih luas jangkauannya. Metode bermacammacam seperti ceramah, seminar, lokakarya, konferensi. Pendekatan massa atau populasi, untuk menjangkau masyarakat luas, metodenya : pemakaian media massa, pengembangan masyarakat, kebijakan public dan legislasi, pengembangan organisasi.

Referensi 1. School of Public Health and Tropical Medicine James Cook University 2002 : Introduction to Health Education and Health Promotion. 2. WHO, 1986, : The Ottawa Charter for Health Promotion. 3. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 1998: Dari Alma Ata ke Deklarasi Jakarta. 4. Green and Kreuter, 1992: 5. Bangkok Charter, Agustus 2005. 6. Vancouver Charter 2007.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

13

Materi Dasar 2 JABFUNG PKM/ PROMOSI KESEHATAN

JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

Beberapa Pengertian Jabfung PKM 1. Pejabat Fungsional adalah pejabat teknis fungsional yang mengemban tugas, tanggung jawab serta hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan bidang tugasnya pada unit kerja tertentu. Pejabat Fungsional dalam melaksanakan pekerjaan/kegiatan secara mandiri tanpa dibatasi oleh uraian tugas yang ditetapkan secara baku oleh satu satuan dalam suatu organisasi 2. Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat. Yang menduduki Jabfung PKM adalah PNS yang telah melaksanakan tugas penyuluhan kesehatan masyarakat/promosi kesehatan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang. 3. Angka kredit adalah angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi kerja yang dicapai oleh seorang Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

14

Tugas Pokok Jabfung PKM Tugas pokok Jabfung PKM adalah: 1. Melaksanakan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat; 2. Melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagaia bentuk dan saluaran komunikasi; 3. Membat rancanagan media, baik media cetak, elektronika maupun media luar ruang; 4. Melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan; 5. Merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.

Jenis dan Jenjang Jabfung PKM Jabfung PKM ada 2 jenis, yaitu: 1. Jabfung PKM Ahli adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran dengan cara yang sistematis di bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jabfung PKM Ahli ada 3 jenjang. a. PKM Pertama (Penata Muda golongan III a – Penata Muda Tkt I golongan III b) b. PKM Muda (Penata golongan III c – Penata Tkt I golongan III d) c. PKM Madya (Pembina golongan IV a – Pembina Utama Muda golongan IV c)

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

15

2. Jabfung PKM Terampil. adalah Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional yang bersifat keterampilan di bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Jabfung PKM Terampil ada 3 jenjang : a. PKM Pelaksana (Pengatur muda Tkt I golongan II b – Pengatur golongan II d). b. PKM Pelaksana Lanjutan (Penata Muda golongan III a – Penata Muda Tkt I golongan III b). c. PKM Penyelia (Penata golongan III c – Penata Tkt I golongan III d)

Unsur dan Sub Unsur kegiatan Unsur, Sub Unsur, dan butir-butir kegiatan yang dapat dihitung angka kreditnya adalah : 1. Unsur pendidikan, meliputi : a. Mengikuti Sekolah/pendidikan mendapat gelar b. mengikuti pendidikan pelatihan mendapat STTPL/sertifikat. 2. Unsur Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meluputi: a. Mempersiapkan penyuluhan b. Melaksanakan advokasi c. Menggalang dukungan bina suasana d. Melaksanakan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat. 3. Unsur Pengembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi: a. Melaksanakan pengembangan pedoman penyuluhan kesehatan b. Merumuskan sistem pengembangan penyuluhan kesehatan c. Mengembangan metode penyuluhan kesehatan. 4. Unsur Pengembangan Profesi, meliputi: a. Membuat karya tulis b. Menerjemahkan/menyadur buku c. Membuat buku pedoman/petunjuk teknis d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

16

5. Unsur Penunjang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi: a. Mengajar/melatih b. Mengikuti seminar/lokakarya c. Menjadi anggota tim penilai jabfung PKM d. Memperoleh tanda jasa/penghargaan e. Menjadi anggota organisasi profesi f. Memperoleh gelar kesarjanaan lain g. Menjadi anggota tim penilai karya-karya yang berkaitan dengan advokaso, dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. 6. Butir-butir kegiatan Jabfung PKM Terampil: a. PKM Pelaksana = 31 butir b. PKM Pelaksana Lanjutan = 23 butir c. PKM Penyelia = 34 butir. 7. Butir-butir kegiatan Jabfung PKM Ahli: a. PKM Pertama = 50 butir b. PKM Muda = 51 butir c. PKM Madya 38 butir.

Pengangkatan, Pembebasan dan Pemberhentian Dalam Jabfung PKM 1. Pengangkatan dalam jabatan fungsional PKM ada 3 jenis, yaitu: a. Pengangkatan melalui inpassing b. Pengangkatan pertama kali dalam jabfung PKM c. Perpindahan jabatan. Inpassing adalah: pengangkatan PNS dalam jabfung PKM mulai Bulan Juli 2001 – 31 Desember 2001. Pengangkatan pertama kali adalah: pengangkatan yang dilakukan oleh pejebat yang berwenang setelah bulan Desember 2001. Perpindahan jabatan adalah:perpindahan dari jabatan struktural ke jabfung PKM atau dari jabfung lain ke jabfung PKM. 2. Syarat-syarat pengangkatan pengangkatan pertama kali dalam Jabfung PKM. a. Jabfung PKM Terampil: 1) Berijazah serendah-rendahnya Diploma 3/D3 2) Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tkt I gol. II b 3) Telah mengikuti Pendidikan Pelatihan Fungsional di bidang PKM dan mendapat sertifikat Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

17

4) Setiap unsur penilaian DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir. b. Jabfung PKM Ahli: 1) Berijazah serendah-rendahnya S1 / D IV 2) Pangkat serendah-rendahnya Penata Muda gol. III a 3) Telah mengikuti Pendidikan Pelatihan Fungsional di bidang PKM dan mendapat sertifikat 4) Setiap unsur penilaian DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir. c. Pejabat Fungsional PKM bertugas di: Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Rumah Sakit, Puskesmas. 3. Pembebasan, pengangkatan kembali dan pemberhentian dari Jabfung PKM: a. Pembebasan Sementara ; 5 (lima) tahun sejak diangkat tidak dapat mengumpulkan AK, atau Tugas Belajar lebih dari 6 (enam) bulan, atau dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang/berat, atau diberhentiakn sementara sgb PNS, atau cuti diluar tanggungan negara. b. Pengangkatan Kembali ; Seorang Jabfung dapat diangkat kembali setelah menjalani Pembebasan Sementara, apabila AK nya sudah mencukupi (utk naik pangkat satu tingkat) dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapakan angka kredit. c. Pemberhentian dari Jabatan ; 1 tahun tidak dapat mengumpulkan AK yang ditentukan utk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, atau dijatuhi hukuman disiplin PNS dengan hukuman tingkat berat.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

18

Materi Inti 1 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN Pengertian Promosi Kesehatan Sesuai dengan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa pada tahun 1986, promkes adalah proses memberdayakan, memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat.

Sasaran Promkes Sasaran promosi kesehatan menurut tatanan adalah sebagai berikut: Tabel 1: Sasaran promosi kesehatan menurut tatanan Tatanan PHBS

Sasaran Primer

Rumah tangga

-

Ibu Anggota keluarga

Sasaran sekunder -

Kader PKK Tokoh masyarakat Tokoh agama LSM

Sasaran Tersier -

Kader PKK Tokoh masyarakat Tokoh agama LSM

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

Program prioritas - KIA - Gizi - Kesehat an lingkung an - Gaya

19

hidup - JPKM Institusi pendidikan

-

Seluruh siswa dan mahasis wa

-

Guru, dosen Karyawan OSIS BP3 Pengelola kantin

-

-

Kepala sekolah, dekan Pengelola sekplah Pemilik sekolah

- Gizi - JPKM

Tempat kerja

-

Seluruh karyawa n

-

Pengurus/serika t pekerja

-

Pengelola Pemilik perusahaan

- Kesehat an lingkung an - Gaya hidup

Tempat umum

-

Pengunj ung Penggun a jasa

-

Karyawan pengelola

-

kepala daerah

- Kesehat an lingkung an - Gaya hidup

-

Strategi Promosi Kesehatan 1. Strategi Promosi Kesehatan diarahkan untuk: a. Mengembangkan kebijaksanaan guna mewujudkan masyarakat yang sehat. b. Membina suasana, iklim dan lingkungan yang mendukung. c. Memperkuat, mendukung dan mendorong kegiatan masyarakat. d. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan perorangan. e. Mengupayakan pembangunan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

20

2. Dalam upaya penerapan Promosi Kesehatan dilakukan 3 (tiga) strategi, yaitu: a. Advokasi kesehatan adalah: 1) Upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai komunikasi persuasif dalam rangka memasyarakatkan PHBS yang ditujukan pada penentu kebijakan. 2) Upaya untuk mempengaruhi individu melalui berbagai komunikasi persuasif dalam rangka memasyarakatkan PHBS. 3) Berbagai bentuk komunikasi persuasif yang ditujukan pada penentu kebijakan untuk memperoleh dukungan kebijakan dalam peningkatan PHBS. Advokasi PHBS dilakukan dengan: 1) Mempengaruhi pihak lain melalui koalisi dan jaringan kerja dan kemitraan. 2) Mengembangkan peraturan, perundangan dan kebijakan yang mendukung pembudayaan PHBS. Advokasi kesehatan sangat perlu dilakukan karena sasaran adalah pengambil keputusan di jajaran pemerintahan maupun di setiap tatanan masyarakat, agar diperoleh dukungan baik secara lisan maupun tertulis serta dukungan anggaran. Advokasi kesehatan dilakukan di semua jenjang administrasi pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan. Advokasi kesehatan yang bersifat publik dapat dilakukun melalui media massa secara intensif dengan penyiaran televisi, radio surat kabar bahkan intemet yang dapat menjangkau sasaran yang lebih luas. Selama ini dalam melaksanakan Advokasi PHBS dijumpai beberapa kendala, antara lain 1) Para pembuat kebijakan masih belum mempunyai persepsi yang sama terhadap promosi kesehatan dan paradigma sehat 2) Penyelenggara kesehatan masih mementingkan budaya kuratif. Sementara Paradigma Sehat melawan arus budaya konsumtif 3) Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

21

petugas dalam upaya kesehatan Secara umum menurut John Hopkins University (JHU), Advokasi kesehatan ditempuh melalui kerangka advokasi yang memuat 6(enam) langkah, yaitu 1) Melakukan Analisis Yang termasuk dalam analisis adalah a) Identifikasi masalah b) Kebijakan yang ada c) Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan untuk membuat kebijakan. d) Perubahan kebijaksanaan yang diinginkan oleh tingkat tertentu e) Stake holder (mitra kerja) yang terkait dengan perubahan kebijakan. f) Jejaring untuk penentu kebijakan, pesan yang tepat g) Sumber daya yang memungkinkan untuk pelaksanaan kebijakan 2) Menyusun strategi Yang termasuk dalam strategi adalah a) Membentuk POKJA (Kelompok Kerja) PHBS b) Identifikasi sasaran primer dan sekunder c) Mengembangkan tujuan "SMART" (Specific/spesifik, measurable/dapat diukur, appropriate/tepat, realistic/nyata, time bound/sesuai jadwal) d) Menentukan indikator e) Menyiapkan dukungan dana dan kebijakan pelaksanaan. f) Menempatkan "issue" yang pantas mendapat dukungan dan penentu kebijakan g) Merencanakan perbaikan sarana komunikasi 3) Menggalang Kemitraan a) Menyusun POA bersama-sama b) Mendorong kemitraan c) Mendelegasikan tanggung jawab d) Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data oleh media. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

22

4) Tindakan/Pelaksanaan Setelah 3 (tiga) langkah terdahulu dilakukan dengan seksama sampailah tindakan pelaksanaan dengan tepat, seksama dan cermat Tindakan/pelaksanaan mengacu pada rencana yang telah disusun berdasarkan hasil analisis, persiapan strategi yang telah dituangkan dalam plan of action yang dipersiapkan bersama mitra, sudah terlibat mulai saat analisis. Beberapa tindakan dalam pelaksanaan Advokasi: a) Melaksanakan rencana Advokasi (plan of Action). b) Mengumpulkan pesan mitra c) Menyajikan pesan yang tepat d) Menempati jadwal e) Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra Kegiatan yang bemuansa advokasi dapat berupa: seminar sehari, orientasi, lobby, kampanye, sarasehan dan bentuk kegiatan lain yang sesuai. Waktu dapat dipilih dengan tepat sesuai pesan yang akan disampaikan misalnya Hari Kesehatan Sedunia, 7 April. Hari Kesehatan Nasional 12 Nopember, Hari Sadar pangan Gizi dan hari-hari lain yang tepat, atau disesuaikan dengan kebutuhan mitra dan masyarakat setempat. Kegiatan harus berkesinambungan karena itu diperlukan jaringan komunikasi dengan mitra untuk saling memJeri informasi tentang pelaksanaan di lingkungan masing-masing 5) Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan (proses dan output) melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilaksanakan, materi KIE yang telah diterbitkan dan disebarluaskan serta produk-produk kebijakan yang diterbitkan 6) Kesinambungan Proses Melaksanakan proses komunikasi secara terus-menerus dengan memanfaatkan hasil evaluasi

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

23

Dalam melakukan advokasi kesehatan ada beberapa etika yang perlu diperhatikan, yaitu 1) Mulai dengan sisi yang positif dari sasaran, misainya perhatian yang ditujukan kepada sasaran di bidang kesehatan, yang merupakan program unggulan. 2) Mau kompromi, sabar dan tegar tidak menyalahkan sasaran. 3) Pusatkan pada pesan pokok dengan bahasa yang menggugah. 4) Kemukakan hal-hal baru dan materi pesan yang relevan. 5) Gunakan visualisasi yang menarik dan mengesankan untuk sasaran. Dalam merancang suatu advokasi kesehatan, perlu juga dipikirkan rumusan pesan yang tepat bagi sasaran yang diadvokasi, sehingga program PHBS yang kita kembangkan dapat diterima oleh sasaran. Perumusan pesan dibedakan antara pesan untuk advokasi kesehatan dengan pesan untuk kelompok ilmuwan. Tabel 2 : Perbedaan perumusan pesan antara advokasi dengan Penyajian ilmiah. Advokasi Kesehatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pesan seserhana, tepat pada sasaran Penjelasan tambahan dapat mengaburkan pesan pokok Bahasa teknis membingungkan sasaran Beberapa pesan pokok sudah cukup Fakta keseharian ditampilkan Mendahulukan kesimpulan untuk penyajian Terlalu banyak fakta dan gambaran tidak menyenangkan sasaran

Penyajian Ilmiah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Perlu penjelasan rinci Penjelasan tambahan diperlukan supaya mantap Bahasa teknis dapat menambah kejelasan dan ketepatan Pesan pokok dapat menjadi beberapa makalah Harus objek dan tidak bisa Uraian didahulukan, baru kesimpulan Bukti-bukti yang mendukung sangat penting Persiapan dan penelitian yang buru-buru tidak akan berharga Fakta bahwa selebriti terkenal

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

24

8.

Persiapan dan kegiatan mendukung penelitian tidak yang cepat dan tepat lebih relevan efisien 10. Banyak yang percaya bahwa 9. Fakta bahwa selebriti yang kebenaran ilmiah itu objektif. terkenal mendukung kegiatan bisa menguntungkan 10. Banyak yang percaya di lapangan bahwa kebenaran politis itu subjektif

b. Bina Suasana (Social Support) Bina Suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti Tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan lain-lain Bina Suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana di berbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa). Strategi Bina Suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan kondisi/situasi yang konduktif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina Suasana sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye. Karena pembentukan opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa Bina Suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung penggerak pemberdayaan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan. Metode Bina Suasana dapat berupa: 1) Pelatihan 2) Semiloka 3) Konferensi Pers 4) Dialog Terbuka 5) Sarasehan 6) Promosi 7) Pelatihan 8) Lokakarya Mini Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

25

9) 10) 11) 12) 13)

Pertunjukan Tradisional Diskusi Meja Bundar (Round Table Discussion) Pertemuan berkala di desa Kunjungan Lapangan Studi Banding

Untuk menjaga kelanggengan dan kesinambungan Bina Suasana diperlukan: 1) Forum Komunikasi 2) Dokumen dan data yang up to date (selalu baru) 3) Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat 4) Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra. 5) Menumbuhkan keciptaan terhadap kesehatan. 6) Memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang mendukung upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat. 7) Adanya umpan balik dan penghargaan. c.

Gerakan masyarakat Strategi gerakan masyarakat adalah cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif dalam PHBS. Yang dimaksud sasaran primer adalah masyarakat yang terkena masalah baik di kota maupun di desa. Contohnya di tatanan rumahtangga adalah para ibu, di tatanan instituti pendidikan adalah muridmurid, di sarana pelayanan adalah petugas kesehatan. Pelaksanaan Strategi Gerakan Masyarakat yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1) Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya 2) Peningkatan keberdayaan berarti meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

26

mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan oleh pemahaman, kemahiran dan semangat dalam menerapkan pendekatan sosial kemasyarakatan Dengan demikian dalam era desentralisasi Pemerintah Pusat berperan dalam menentukan standarisasi, regulasi, monitoring dan evaluasi, sedangkan daerah berperan dalam penyediaan sumber daya yang meliputi "4M" (Man, Money, Material and Method) serta pelaksanaan operasional dan pemantauan setempat. Secara keseluruhan pendekatan Gerakan Masyarakat dilakukan melalui : KIE, Pengembangan institusi masyarakat, pendekatan hukum dan regulasi, penghargaan (instensi dan desinsertif), serta pendekatan ekonomi produktif (income generating). Dalam melaksanakan Gerakan Masyarakat perlu memperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Masyarakat Pembina (Caring Community Yaitu masyarakat yang peduli kesehatan, misalnya LSM Kesehatan. Organisasi profesi yang bergerak di bidang kesehatan. 2) Masyarakat Setara (Coping Community)Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya memeriksa kehamilan, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan. 3) Masyarakat Pemula (Crisis Response Community) Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnjya masyarakat di lingkungan kumuh dan daerah terpencil.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

27

Cara pendekatan gerakan masyarakat terbagi 2(dua), yaitu 1) Makro a) Membangun komitmen di setiap jenjang b) Membangun masyarakat (crical mass) c) Menyediakan juklak dan biaya operasional . Memonitoring dan evaluasi serta koordinasi 2) Mikro: a) Menggali potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan masyarakat (demand creation), yang diperoleh melalui pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian. b) Membuat model-model percontohan dan prototype pengembangan masyarakat, seperti menerapkan Pendekatan Edukatif dan Manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana, Intervensi, Forum Komunikasi) . c) Beberapa tolak ukur keberhasilan gerakan masyarakat dapat disebutkan antara lain: Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, peningkatan peserta dana sehat/JPKM. Ketiga strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (sinergis) namun ditandai dengan fokus yang berbeda, yaitu· - Advokasi kesehatan lebih diarahkan kepada sasaran tersier yang menghasilkan kebijakan sehat. - Bina Suasana lebih diarahkan kepada sasaran sekunder yang menghasilkan kemitraan dan opini. - Gerakan Masyarakat lebih diarahkan pada sasaran primer yang menghasilkan kegiatan gerakan masyarakat mandiri

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

28

Lembar Kasus Kabupaten A terdiri dari 8 kecamatan dan 80 desa, setiap musim kemarau, 5 hari kecamatan 8 selalu kekurangan air. Sehingga terjadi kasus diare yang melanda hampir seluruh desa (55%) sumber air adalah sungai, sumur gali. Belum semua keluarga punya jamban, sumur dan kebiasaan macasyarakat mandi, cuci masih di sungai. Pekerjaan penduduk petani, pedagang dan buruh tani Tolong disusun langkah-Iangkah strategi promosi kesehatan

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

29

PERAN KEMITRAAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PROMKES 1.

Pengertian Kemitraan (building lingkages) adalah kerjasama antara berbagai institusi dan/atau perorangan, yang bekerja atas dasar prinsipprinsip : a.

Kesetaraan (equity) Tidak ada sedikitpun perasaan dari institusi pemerakarsa pembentukan kemitraan, bahwa institusinya sedikit lebih penting dan dengan demikian lebih tinggi levelnya daripada institusi yang diajak bermitra.

b.

Keterbukaan (transparancy) Tidak ada hal-hal yang disembunyikan atau dirahasiakan mengenai segala sesuatu yang menyangkut sumber daya dan kegiatan yang di-mitrakan dengan segala resiko yang mungkin bakal diterima oleh pihak yang diajak bermitra.

c.

Saling menguntungkan (mutual benefit) Kerjasama hanya akan terjadi apabila pihak-pihak yang bekerja-sama yakin bahwa kerjasama ini akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan baginya. Oleh kerena itu kemitraan harus digagas dalam rangka menghasilkan keuntungan bersama.

d.

Secara efektif, efisien dan produktif Semua rencana dan pelaksanaannya harus terfokus kearah penca-paian tujuan yang dimitrakan, dengan menggunakan sumberdaya yang sehemat-hematnya dan dengan hasil yang sebesar-besarnya serta berkembang secara berkesinambungan.

e.

Untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati, Pelaksanaan rencana yang dimitrakan harus taat azas, konsisten dan kosekwen sampai tujuan yang telah disepakati tercapai. Apabila karena sesuatu hal dituntut adanya Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

30

f. g. 2.

perubahan, maka perubahan itu haruslah merupakan kehendak bersama pihak-pihak yang bermitra. Setiap komponen yang tergabung dalam kemitraan memberikan kontribusi sesuai dengan perannya dan kemampuannya masing-masing. Pembagian tugas setiap mitra kerja hendaknya sesuai dengan peran dan kompetensinya masing-masing.

Manfaat Kemitraan Melalui kemitraan antar lintas program, lintas sektor, lintas profesi, lintas lembaga atau institusi, baik pemerintah maupun swasta serta masyarakat ini diharapkan :

3.

a.

Banyak ide atau gagasan yang masuk dari berbagai mitra yang masing-masing memiliki sudut pandang, kemampuan dan sumber daya yang berbeda-beda.

b.

“The whole is greater than the sum of its parts” (Hasil pekerjaan keseluruhan secara bersama-sama akan lebih besar daripada jumlah hasil dari pekerjaan yang dikerjakan secara sendiri-sendiri.)

c.

Akan menghasilkan efektivitas, efisiensi dan produktivitas yang mak-simal dari program yang dimitrakan.

3(Tiga) Institusi besar dalam kemitraan a. Instansi pemerintah Di dalam sebuah negara, terutama di negara-negara sedang berkembang, pihak pemerintah memiliki otoritas yang kuat untuk mempengaruhi keber-hasilan pencapaian tujuan kemitraan. Oleh karena itu keterlibatan instansi pemerintah yang terkait sebagai mitra kerja adalah penting dalam setiap program yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. b. Institusi swasta,Organisasi profesi Sangat besar perannya dalam memberikan informasi serta sumber daya lainnya yang diperlukan untuk mencapai tujuan kemitraan, baik dalam posisinya sebagai pihak yang Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

31

mempengaruhi maupun sebagai pihak yang di-pengaruhi oleh program kemitraan. c.

Institusi masyarakat, LSM dan Organisasi kemasyarakatan Memiliki peran yang cukup besar, bisa sebagai pihak yang dipengaruhi oleh program kemitraan, bisa sebagai pihak yang mempengaruhi. Bagan kerjasama dalam kemitraan Institusi pemerintah yang terkait

Program Kemitraan Institusi swasta,Orga nisasi profesi

Unsur penting dalam kemitraan

Institusi kemasyarakat an,pelanggan, LSM pelanggan

1. Wadah koordinasi Wadah koordinasi berbentuk organisasi, yang di dalamnya memungkinkan terjadinya interaksi yang intensif antar berbagai pihak yang bermitra, sesuai dengan peran, tugas dan fungsi serta kompetensinya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan kemitraan. Bentuk organisasi ini biasanya bersifat sementara, sesuai dengan kebutuhan program yang dimitrakan. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

32

2. Mekasnisme kerja Suatu keharusan dalam proses koordinasi, yaitu adanya mekanisme kerja yang mengatur pelaksanan tugas dan fungsi masing-masing pihak yang ber-mitra, agar bisa tercapai tujuan yang dimitrakan secara efektif dan efi-sien dan produktif. 3. Uraian kerja masing-masing komponen Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing pihak yang bermitra, diperlukan uraian kerja yang jelas, sehingga setiap mitra kerja dapat memberikan kontribusinya yang tepat pada waktu dan kondisi yang diperlukan.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

33

Materi Inti 2 PERENCANAAN DAN EVALUASI

PERENCANAAN DAN EVALUASI Pengumpulan dan Analisa Data Puskesmas 1. Data-data essensial di Puskesmas. a.

Data Umum. 1)

Peta wilayah kerja Puskesmas serta fasilitas pelayanan (format 1). Data wilayah mencakup luas wilayah, jumlah desa/dusun/ RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas. Data ini dapat diperoleh di kantor kelurahan/desa/kecamatan.

2)

Data sumber daya. Data ini mencakup sumberdaya Puskesmas termasuk Puskesmas pembantu dan bidan di desa, yang mencakup : a)

Ketenagaan (format 2a)

b)

Obat dan Bahan habis pakai (format 2b)

c)

Peralatan (format 2c)

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

34

b.

d)

Pembiayaan yang berasal masyarakat, dan lain lain.

dari

pemerintah,

e)

Sarana dan prasarana termasuk gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, meubelair, kendaraan (format 2e)

3)

Data Peran serta masyarakat (format 3), mencakup jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat.

4)

Data penduduk dan sasaran program (format 4).

5)

Data ini mencakup jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi, pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin (persentase di tiap desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh dikantor kelurahan/desa, kantor kecamatan dan data estimasi sasaran di Dinas kesehatan kabupaten/kota.

6)

Data sekolah (format 5)

7)

Data ini mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klassifikasi sekolah, UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll.

8)

Data kesehatan lingkungan wilayah kerja Puskesmas (format 6).

9)

Data ini mencakup lingkungan rumah sehat, tempat pembuatan makanan/minuman, tempat tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga dan sistim pembuangan air limbah.

Data khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas). 1) Status kesehatan yang terdiri dari data kematian (format 7), Kunjungan kesakitan (format 8), Pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan (format 9). 2) Kejadian luar biasa (format 10) dapat dilihat pada laporan W1(Simpus). Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

35

3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1(satu) tahun terakhir di tiap desa/kelurahan (format 11). 4) Hasil survei yang dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain (format 12). 2. Metoda Pengumpulan Data. a. Penentuan sumber data. Sumber utama data kinerja Puskesmas adalah catatan hasil kegiatan Puskesmas yang terekam dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang berlaku (SP2TP), catatan hasil kegiatan inovatif, maupun hasil pengumpulan data lainnya seperti hasil survei kepuasan pelanggan untuk menilai mutu pelayanan Puskesmas. Sedangkan laporan yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak dijadikan sebagai sumber data untuk penilaian. Untuk kepentingan verifikasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota digunakan laporan hasil penghitungan Puskesmas, laporan SP2TP, laporan lain yang berkaitan dan hasil supervisi langsung ke Puskesmas. b. Format Pengumpulan Data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format yang telah disepakati. c. Pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan secara rutin oleh petugas atau pengelola program yang bersangkutan. Data yang diperoleh diperbaharui setiap bulan, sehingga pada akhir tahun diperoleh data yang baru. 3. Sumber Data Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses kegiatan merubah data menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, termasuk untuk dasar penyusunan perencananan Puskesmas.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

36

Kegiatan pengolahan data meliputi: a. Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan kebenaran data yang dikumpulkan (cleaning and editing). b. Kegiatan penghitungan khususnya untuk mendapatkan nilai keadaan dan pencapaian hasil kegiatan Puskesmas (calculating). c. Kegiatan memasukkan data kedalam tabel yang akan menjadi suatu informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan (tabulating). Pelaksanaan pengolahan data di tingkat Puskesmas dilakukan oleh Kepala Puskesmas bersama Tim Kecil Puskesmas. Sedangkan pengolahan di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan oleh Tim Kecil yang ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 4. Analisa data Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi untuk menjamin keakuratan dan kualitas data. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa. Analisa yang digunakan dengan analisa deskriptif. Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun bentuk pie. Dari hasil analisa data tersebut kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan masing-masing Puskesmas. Analisa data dilakukan oleh team di Puskesmas. Hasil analisis data, baik data umum maupun data khusus, harus menghasilkan suatu rumusan atau kesimpulan, yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Rumusan atau kesimpulan hasil analisis data adalah sbb: a.

Berdasarkan Data Wilayah dan Fasilitas Kesehatan (Format 1) 1) Perlu/tidak peningkatan akses pelayanan 2) Perlu/tidak peningkatan jumlah fasilitas pelayanan 3) Ada/tidak potensi untuk upaya kesehatan pengembangan Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

37

b.

Berdasarkan Data Ketenagaan (Format 2a) 1) Ada/tidak tenaga yang harus ditingkatkan kuantitasnya? Tenaga apa? 2) Ada/tidak tenaga yang harus ditingkatkan kualitasnya? Tenaga apa? (misalnya Karena tidak mungkin menambah tenaga)

c.

Berdasarkan Data Keadaan Obat Dan Bahan Habis Pakai (Format 2b) 1) Apa saja obat yang banyak digunakan? 2) Apa saja obat yang banyak bersisa? 3) Ada/tidak potensi terjadinya pengobatan tidak rasional (Masih prakiraan, tapi perlu perhatian)

d.

Berdasarkan Data Keadaan Peralatan Kesehatan (Format 2c) 1) Alat apa yang perlu perbaikan ? 2) Alat apa yang perlu penambahan ? 3) Apakah kendala peralatan kesehatan Puskesmas saat ini potensial mengganggu kelancaran pelayanan di Puskesmas ? apakah masih bisa diatasi ?

e.

Berdasarkan Data Pembiayaan Kesehatan Di Puskesmas (Format 2d) 1) Biaya sudah/belum memadai untuk operasional Puskesmas ? 2) Ada/tidak potensi sumber biaya lain yang dapat digali oleh Puskesmas ?

f.

Berdasarkan Data Sarana Prasarana Kesehatan Di Puskesmas (Format 2e) 1) Jenis sarana kesehatan apa yang kondisinya mengganggu kelancaran pelayanan Puskesmas ? 2) Jenis sarana penunjang apa yang kondisinya mengganggu kelancaran pelayanan penunjang di Puskesmas ?

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

38

g.

Berdasarkan Data Peran Serta Masyarakat (Format 3) 1) Adakah jumlah posyandu yang harus ditambah ? didesa/ kelurahan apa ? (lihat juga data penduduknya, terutama balita) 2) Berapa jumlah kader/ dukun bayi/ toma yang harus dilatih ?

h.

Berdasarkan Data Penduduk Dan Sasaran Program (Format 4) 1) Bagaimana gambaran sasaran program menurut kelompok umur/ usia ? 2) Adakah potensi upaya kesehatan pengembangan untuk kelompok keluarga miskin dan sasaran program tersebut ?

i.

Berdasarkan Data Sekolah (Format 5) 1) Bagaimana persentase sekolah UKS ? 2) Bagaimana persentase kader UKS di setiap jenjang sekolah ? 3) Bagaimana persentase guru UKS di setiap jenjang sekolah ? 4) Program apa yang potensial untuk pengembangan UKS ?

j.

Berdasarkan Data Kesehatan Lingkungan (Format 6) 1) Bagaimana urutan persentase dari yang paling rendah ke yang paling tinggi ? 2) Apa persentase yang paling rendah dan terjadi di banyak lokasi ?

k.

Berdasarkan Data Kematian (Format 7) 1) Apa penyebab kematian terbanyak ? 2) Apa penyebab kematian perempuan terbanyak ? 3) Apa penyebab kematian bayi/ balita/ usia sekolah/ PUS/ lansia terbanyak?

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

39

l.

Berdasarkan Data Kunjungan (Format 8) 1) Persentase kunjungan baru dan lama 2) Jumlah kunjungan dari kelurahan/ desa terjauh/ transportasi sulit? 3) Apakah potensial untuk meningkatkan akses pelayanan ?

m. Berdasarkan Data Sepuluh Penyakit Terbanyak (Format 9) 1) Apa penyakit terbanyak pada laki-laki ? 2) Apa penyaklit terbanyak pada perempuan ? 3) Apakah potensial untuk upaya kesehatan pengembangan ? n.

Berdasarkan Data Kejadian Luar Biasa (Format 10) 1) Jenis KLB apa dengan jumlah kasus terbanyak ? 2) Jenis KLB apa dengan lokasi paling luas ? 3) Jenis KLB apa yang paling banyak menimbulkan kematian ?

o.

Berdasarkan Cakupan Program Pelayanan Kesehatan (Format 11) 1) Upaya kesehatan wajib apa yang pencapaiannya masih rendah ? 2) Upaya kesehatan pengembangan apa yang telah dilaksanakan ? 3) Upaya kesehatan apa yang pencapainnya masih rendah ?

Kerjakan Latihan 1 . Menganalisis Data Petunjuk latihan pada Lembar kerja 1 di hal 74

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

40

Target Program Puskesmas Beberapa metoda penentuan target yang dilakukan di Puskesmas adalah sebagai berikut: 1. Target ditentukan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2. Misalnya untuk indikator beberapa program seperti TB (CDR 70%, Convertion Rate 80 %, dll) KIA/KB Cakupan K4 80%, Linakes 70 % ). 3. Target ditentukan sendiri oleh Puskesmas sesuai dengan ketersediaan sumber daya yang tersedia di Puskesmas. Untuk kegiatan ini Puskesmas dan staff bersama sama menentukan target target tersebut berdasarkan Standar pelayanan minimal yang ditentukan dari Pusat/Propinsi. 4. Target dapat diperoleh dengan cara membuat perkiraan secara matematis terhadap kemungkinan pencapaian program. 5. Target dapat juga ditetapkan berdasarkan Prestasi terbaik yang pernah dicapai Puskesmas yang bersangkutan. Kerjakan Latihan 2. Menentukan Target Puskesmas Petunjuk latihan pada Lembar kerja 2 di hal 74

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Penyusunan rencana usulan kegiatan dilaksanakan dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut yaitu menyusun rencana kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah dan menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan diwilayah tersebut. kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan diwilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

41

Penyusunan rencana usulan kegiatan terdiri dari langkah-langkah : 1. Identifikasi masalah. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu dan ketersediaan sumber daya. No 1 2 3 . n

Contoh : Tabel identifikasi masalah. Program Target

Pencapaian

Kesenjangan

Untuk mengisi tabel tersebut, dapat diambil dari Format 11, Cakupan Program Pelayanan Kesehatan No. A Upaya Kesehatan Wajib. Target diisi berdasarkan hasil penentuan target Puskesmas. Pencapaian diisi dari kolom jumlah pencapaian, yang merupakan rekapitulasi pencapaian diseluruh kelurahan/ desa. Kesenjangan antara pencapaian dan target, merupakan masalah. Kemungkinan teridentifikasi beberapa masalah. Kerjakan Latihan 3. Menentukan Identifikasi Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 3 di hal 75 2.

Menetapkan urutan prioritas masalah. Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah sekaligus, maka perlu masalah diprioritaskan dengan pendekatan tertentu. Berbagai metode untuk memprioritaskan masalah seperti Kriteri matriks, MCUA, Hanlon, CARL dsb. Penggunaan alat atau metode diserahkan pada masing masing Puskesmas.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

42

Contoh kriteria matriks: Masalah Kriteria 1 Tingkat urgensi/ Urgency (U) Tingkat keseriusan/ Seriousnes (S) Tingkat perkembangan/ Growth (G)

Masalah 2

Masalah 3

Masalah 4

Total Cara menggunakan/ mengisi matriks : a. Tentukan nilai untuk setiap kriteria, misalnya ditetapkan 1-5 b. Tingkatkan urgensi (U) : masalah yang sangat mendesak untuk segera ditanggulangi, mendapatkan nilai yang lebih tinggi. c. Tingkat keseriusan (S) : Masalah yang perlu penanganan serius dan apabila tidak diatasi akan semakin memprihatinkan/ akibat semakin buruk, mendapatkan nilai yang lebih tinggi. d. Tingkat perkembangan (G) : Masalah yang apabila tidak ditanggulangi akan semakin meluas, mendapatkan nilai yang lebih tinggi. e. Hasil penilaian (Total) : Nilai U x S x G. f. Buat urutan prioritas berdasarkan urutan Nilai Total dari yang terbesar sampai terkecil. Kerjakan Latihan 4. Menentukan Urutan Prioritas Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 4 di hal 75-76

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

43

3.

Merumuskan masalah Perumusan masalah mencakup , Apa masalahnya, Siapa yang terkena masalah, Besarnya masalah, Dimana terjadinya dan Bilamana masalah itu terjadi (4W, 1H), What, Who, When, Where, dan How Much. Contoh Rumusan Masalah Masih tingginya angka kematian balita akibat diare yaitu sebesar 20% di desa A, wilayah Puskesmas X, pada tahun 2006. Kerjakan Latihan 5. Merumuskan Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 5 di hal 76

4.

Mencari akar penyebab masalah. Mencari akar penyebab masalah dapat digunakan antara lain dengan menggunakan alat/tools : a. Diagram sebab akibat ( Diagram Ishikawa ) atau sering juga disebut diagram tulang ikan. b. Pohon Masalah ( problem tree ). Contoh penggunaan Diagram ishikawa. Masalah : Cakupan persalinan tenaga kesehatan rendah (mis 40 %) Langkah-langkah: 1) Tuliskan masalah pada tulang ikan. 2) Buat garis mendatar dengan panah menyentuh kepala ikan. 3) Tetapkan kategori utama penyebab utama. 4) Buat garis miring dengan anak panah kearah garis datar. 5) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing kategori sampai mengakomodasi semua unsur dalam kategori tersebut. 6) Ulangi hal yang sama pada kategori utama yang lain. 7) Setelah semua ide/ gagasan dicatat, lakukan klarifikasi untuk menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah tersebut.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

44

Lingkungan

Material

Alat

Metode

Manusia

Mencari penyebab masalah dengan menggunakan Pohon masalah (Problem Trees) Langkah langkah: 1) Tuliskan masalah pada kotak dipuncak pohon masalah. 2) Buat garis vertikal menuju kotak tersebut. 3) Tetapkan kategori utama dari penyebab dan tuliskan pada kotak dibawahnya dengan arah panah menuju kekotak masalah. 4) Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing kategori. 5) Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori utama yang lain. 6) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub penyebab dan letakkan pada kotak yang ada dibawahnya. 7) Setelah semua pendapat tercatat, lakukan klarifikasi data untuk menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dll.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

45

POHON MASALAH ANALISIS SEBAB AKIBAT KEGIATAN : …………………….. AKIBAT

Masalah utama

Catatan : Untuk mengidentifikasi penyebab masalah, baik menggunakan diagram Ishikawa maupun pohon masalah, kemungkinan penyebab masalah dapat ditelusuri dari : a. Input (sumber daya) : manusia/ tenaga, jenis dan jumlah obat/ sarana/ fasilitas, prosedur kerja, dana dan lain-lain b. Proses (pelaksanaan kegiatan) : frekuensi, penggunaan metode/ prosedur, kepatuhan terhadap standar pelayanan, supervisi/ pembinaan dll. c. Lingkungan : kebijakan, political will dll

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

46

Buatlah kesimpulan dari hasil menentukan akar masalah tersebut. Akar penyebab masalah adalah........ Kerjakan Latihan 6. Menentukan Akar Penyebab Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 6 di hal 76

5.

Menetapkan cara-cara pemecahan masalah: Untuk menetapkan cara pemecahan masalah, dapat dilakukan dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan diantara tim dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahannya. Contoh: Tabel Cara Pemecahan Masalah.

No

Prioritas Masalah

Penyebab masalah

Alternatif pemecahan masalah

Pemecahan masalah terpilih

Ket

1 2 3 4 dst Cara pengisian tabel, sebagai berikut : a. Prioritas masalah : ditulis sesuai dengan hasil urutan prioritas masalah b. Penyebab masalah : ditulis berdasarkan hasil mencari akar penyebab masalah c. Alternatif pemecahan masalah : diperoleh berdasarkan hasil brainstorming anggota tim, tentang alternatif pemecahan masalah yang diusulkan, ada beberapa alternatif. d. Pemecahan masalah terpilih: dapat di peroleh melalui hasil kesepakatan anggota tim atau menggunakan matriks USG, metode MCUA dan lain-lain. Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

47

RUK, sebagai program hasil analisis masalah. Untuk setiap prioritas masalah harus dapat ditentukan pemecahan masalah terpilih . Pemecahan masalah terpilih akan menjadi bahan penyusunan Kerjakan Latihan 7. Menetapkan Cara Pemecahan Masalah Petunjuk latihan pada Lembar kerja 7 di hal 77

Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Pengusulan rencana usulan kegiatan meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang yang meliputi: 1. Kegiatan tahunan yang akan datang yang meliputi kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional, dan program hasil analisa masalah. 2. Kebutuhan sumberdaya berdasarkan ketersediaan yang ada pada tahun sekarang. 3. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumberdaya yang dibutuhkan kedalam format RUK Puskesmas. RUK disusun dalam bentuk matriks, dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. 1. RUK Upaya Kesehatan Wajib. a) Menyusun rencana usulan kegiatan upaya kesehatan wajib kedalam matriks. b) Mengajukan rencana usulan kegiatan upaya kesehatan wajib.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

48

Rencana ini diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendapat pembahasan pembiayaannya. Apabila sumber pembiayaan berasal dari non pemerintah maka diusulkan kepada institusi yang bersangkutan. c) Waktu Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan. Jadwal penyusunan rencana usulan kegiatan dilakukan dengan memperhatikan siklus perencanaan kabupaten/kota, yaitu jadwal pembahasan yang dilakukan oleh kabupaten/kota sehingga RUK tersebut harus sudah selesai atau sudah diterima oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebelum dilakukan pembahasan, demikian pula dengan rencana usulan kegiatan untuk mitra kerja Puskesmas.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

49

Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib N o

Upaya Kesehat an

Keg

Tuju an

Sasaran

Tar get

Kebutuhan Sumber Dana

Da na

1 2 3 4 5 6

Alat

Indika tor Keber ha silan

Sumber Pembia yaan

T e n a g a

Prom Kes Kes Lingk KIA & KB Gizi Masy P2M Pengoba tan

Catatan :  Kegiatan diisi dengan kegiatan dari paket program yang diusulkan dalam upaya mencapai tujuan program  Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan program  Sasaran adalah jumlah populasi atau area diwilayah kerja yang akan dicakup kegiatan  Target adalah jumlah bagian dari sasaran/ area yang akan diberikan pelayanan oleh Puskesmas dihitung berdasarkan faktor koreksi kondisi geografis, jumlah sumber daya dan target pasar serta pencapaian tahun lalu  Besar biaya mengacu pada peraturan daerah yang ada  Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, masyarakat atau pendapatan fungsional Puskesmas. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

50

2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan a) Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan Telah disebutkan bahwa upaya kesehatan pengembangan dapat dipilh dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada atau dapat berupa inovasi yang dikembangkan sesuai dengan permasalahan kesehatan yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas, diantaranya bisa berasal dari hasil analisis data Puskesmas, seperti hasil analisis berdasar data Format 1, 3, 5, 9 dan 11 Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama sama masyarakat (Konsil kesehatan kecamatan/Badan penyantun Puskesmas) melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan (Survei mawas diri). Tetapi apabila kemampuan itu tidak dimiliki oleh Puskesmas, maka identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok oleh petugas Puskesmas dengan melibatkan konsil kesehatan kecamatan/ badan penyantun Puskesmas. Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan muncul usulan Puskesmas yang sangat beragam. Dengan pertimbangan kondisi sumberdaya yang ada, baik tenaga, sarana maupun biaya, maka perlu dibuat penyusunan prioritas. Apabila Puskesmas belum mampu ,menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan tersebut tetapi telah menjadi kebutuhan masyarakat setempat maka dinas kesehatan kabupaten/kota yang wajib menyelenggarakannya. b) Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan kedalam matriks.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

51

Matriks Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan

No

Upaya Kesehatan

Keg

Tu ju an

S a s a r a n

T Kebutuhan Sumber a Dana r Dana Alat Tena g ga e t

Indikator Keberha silan

Sumber Pembia yaan

1

2 3 4 5 6 Pada dasarnya pengisian matriks sama dengan pengisian matriks R.U.K. Upaya Kesehatan Wajib. c) Mengajukan RUK kegiatan Upaya Kesehatan Pengembangan. RUK upaya kesehatan pengembangan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota bersama sama dengan RUK upaya kesehatan wajib. RUK ini dapat juga diusulkan kepada pihak pihak non pemerintah. Puskesmas dapat melibatkan potensi yang ada diwilayahnya untuk ikut serta dalam pembiayaan tersebut. Penggalangan dana dapat dilakukan kepada masyarakat, perusahaan, swasta, atau LSM melalui advokasi dan sosialisasi rencana kegiatan yang telah disusun dengan didukung oleh data yang telah Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

52

diolah, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat dan mitra kerja Puskesmas. Potensi lainnya dapat pula berasal dari pendapatan fungsional Puskesmas atau sumber pembiayaan lainnya. Kerjakan Latihan 8. Menyusun RUK Petunjuk latihan pada Lembar kerja 8 di hal 77

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

Tahap ini merupakan pelaksanaan upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan bersama, terpadu dan terintegrasi sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan. Langkah-langkah. 1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah disetujui. 2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan rencana usulan kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi saat penyusunan RPK. 3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan. 4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK. 5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

53

Contoh Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas…………..Tahun……………. No

Upaya Kesehatan

1

Promkes

2

Keslingk

3

KIA/KB

4

Perb. Gizi

5

P3M

6

Pengobatan

7

…………….

Keg

Sasar an

T a r g e t

V o l K e g

Rincian Pelaks.

Lok asi Pela ks.

Tena ga Pelak sana

Jad wal

Biaya

Catatan : No 7 dan seterusnya diisi dengan jenis upaya kesehatan pengembangan yang diusulkan

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

54

TAHAP TAHAP PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS DATA PROSES PERSIAPAN DATA UMUM

PROSES PERSIAPAN

Pengumpulan data

Penyusunan RPK

Penyusunan RUK

DATA KHUSUS Penilaian kinerja Puskesmas

Dengan demikian Puskesmas sekarang memiliki rencana tahunan Puskesmas, Meliputi : a. Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan untuk 1 tahun b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan untuk 1 tahun

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

55

Latihan 1. Menganalisis Data Petunjuk Latihan : 1. Peserta dibagi dalam kelompok Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok  Siapkan bahan rujukan yang harus dibawa yang merupakan data informasi tentang Puskesmas saudara, seperti Laporan Tahunan Profil Puskesmas, Data Wilayah Kerja.dll  Siapkan juga format-format yang diperlukan (format1, format 2a-e, format 3-12)  Isikan data Puskesmas kedalam setiap format yang sesuai. Koreksi kebenaran pengisiannya.  Lakukan analisis dengan menggunakan analisis deskriptif  Buatlah kesimpulan/ rumusan hasil analisis data tersebut (dapat menggunakan cara rumusan hasil analisis data yang tercantum pada hal 6-8 modul ini) Latihan 2. Menentukan Target Puskesmas Petunjuk Latihan: 1. Peserta bekerja dalam kelompok Puskesmas 2. Dalam kelompok, melakukan kegiatan sbb : o Identifikasi target Puskesmas yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kab/ kota, untuk pogram apa dan berapa o Identifikasi target yang harus ditentukan oleh Puskesmas : - Untuk program apa - Hitunglah target tersebut berdasarkan SPM yang ditetapkan. o Identifikasi target yang harus ditentukan berdasarkan perkiraan secara matematis - Untuk program apa - Berapa perkiraan targetnya o Identifikasi target yang bisa ditentukan berdasarkan hasil terbaik yang pernah dicapai Puskesmas - Untuk program apa - Berapa hasil terbaik yang pernah dicapai - Berapa target sekarang

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

56

Latihan 3 Identifikasi Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok o Siapkan tabel identifikasi masalah seperti pada contoh dihalaman 7 modul ini. o Siapkan format 11 Cakupan Program Pelayanan Kesehatan btk A. Upaya Kesehatan Wajib, yang telah diisi dengan data Puskesmas. o Isi kolom program dengan jenis program dari Upaya Kesehatan Wajib o Isi kolom target, dengan hasil pemantauan target Puskesmas untuk setiap program. o Isi kolom pencapaian dari kolom jumlah pencapaian yang merupakan rekapitulasi pencapaian diseluruh kelurahan/ desa. o Isi kolom kesenjangan dengan membandingkan antara target dan pencapaian. Program yang memiliki kesenjangan (negatif atau kurang dari target) merupakan masalah. o Identifikasi masalah-maslah tesebut, kemungkinan ada beberapa masalah. Tuliskan semua masalah Latihan 4. Menentukan Urutan Prioritas Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok tim Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok : o Buatlah nomor untuk setiap masalah yang teridentifikasi. (misal masalah 1 : Program.....dst) o Tentukan metode penentuan prioritas masalah yang dipilih oleh tim. (misalnya metode kriteria matriks USG. o Buatlah matriksnya. (lihat contoh matriks pada halaman 7). Buatlah kolom masalah, sejumlah masalah yang teridentifikasi. o Isilah nilai setiap kriteria dari setiap masalah dengan cara : - Setiap anggota kelompok diminta untuk memberi nilai untuk kriteria (U) dari masalah 1, kemudian dibuat reratanya. Nilai Rerata diisi pada kolom masalah 1. Lakukan hal yang sama untuk nilai kriteria (K) untuk masalah lainnya (masalah 2 dstnya)

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

57

-

Untuk mengisi nilai kriteria (S), lakukan juga hal yang sama Demikian juga untuk nilai kriteria (G) Isi nilai total setiap masalah dengan perkalian nilai kriteria (U) x(S) x(G). Tuliskan urutan prioritas dari total nilai yang terbesar sampai yang terkecil. Urutan prioritas masalah adalah : (1) ......................................... (2) ......................................... (3) .........................................

Latihan 5 Merumuskan Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok :  Masalah yang menjadi prioritas, dilakukan pengkajian : - Apa masalah tersebut ? - Siapa yang terkena ? - Berapa besar masalah tersebut (dalam jumlah nominal) dalam persen/ dalam luas wilayah yang terkena dsb) - Dimana lokasi terjadinya? - Bilamana kurun waktu tertentu (musim tertentu dll)  Buatlah dalam rumusan pernyataan masalah (problem Statement) meliputi : 4W, 1 H tersebut. Latihan 6. Menentukan Akar Penyebab Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok :  Menentukan metode yang akan digunakan  Tuliskan masalah prioritas yang akan ditelusuri akar penyebabnya  Ikuti langkah-langkah dari metode yang dipilih pada halaman 8 dan 9, modul ini.  Dalam mengisi tulang ikan pada Diagram Ishikawa atau kotakkotak pada diagram pohon masalah, harus melibatkan semua Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

58



aggota tim. Penentuannya harus berdasarkan data/ fakta. Ingat dan gunakan hasil analisis data pada latihan 1. Buat kesimpulan akar penyebab masalah yaitu :....................

Latihan 7. Menentukan Cara Pemecahan Masalah Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok :  Review hasil prioritas masalah dan akar penyebab dari setiap masalah prioritas tersebut.  Buat tabel cara pemecahan masalah (contoh tabel pada halaman 10)  Lakukan brainstorming, agar setiap anggota kelompok berpartisipasi menyampaikan usulan alternatif pemecahan masalah .  Buat kesepakatan tentang pemecahan masalah yang terpilih, atau penentuannya dilakukan dengan menggunakan metode matriks USG/ MCUA, dll  Tuliskan hasilnya pada kotak Pemecahan Masalah Terpilih. Hasil ini akan menjadi bahan penyusunan RUK. Latihan 8. Menyusun RUK Petunjuk Latihan 1. Peserta bekerja dalam kelompok (tim) Puskesmas 2. Kegiatan dalam kelompok :  Pelajari format RUK (matriks RUK) pada halaman 11  Susunlah RUK Upaya Kesehatan Wajib, menggunakan matriks tersebut. Gunakan hasil analisis data dan informasi Puskesmas, serta hasil langkah-langkah pemecahan masalah  Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan yang akan dilaksanakan di Puskesmas saudara. Hasil analisis data format 1,3,5,9 dan 11, dapat membantu dalam menentukan Upaya Kesehatan Pengembangan, atau berdasar hasil SMD dll.  Susunlah RUK Upaya Kesehatan Pengembangan menggunakan matriks (contoh matriks pada halaman 12 )  Gabunglah RUK Upaya kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan sebagai Rencana Tahunan Puskesmas. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

59

Berikut ini perencanaan dari Promosi Kesehatan: PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN PENGERTIAN PERENCANAAN Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan memerlukan banyak pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan dan pengembangan tindakan untuk waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik merupakan pekerjaan berat karena menyangkut masa depan yang tidak pasti. Perencanaan sebetulnya merupakan salah satu siklus dari proses pemecahan masalah yaitu bagaimana mengubah posisi yang ada saat ini ke posisi yang diinginkan. Seorang perencana harus menentukan terlebih dahulu bagaimana posisi presentasi keadaan yang ada pada saat ini, bagaimana yang seharusnya idealnya dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai posisi yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini: Menentukan posisi/prestasi yang diinginkan

Menentukan posisi/prestasi pada saat ini

Menentukan apa yang harus dilakukan Dapat dikatakan bahwa suatu rencana adalah pemyataan tentang apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Dengan demikian perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai, dan bagaimana posisi yang ingin dicapai. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

60

Perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai dan bagaimana posisi yang igin dicapai. Langkah-Langkah Merencanakan Penyuluhan Kesehatan Beberapa Pemikiran Dasar a. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian integral dari program kesehatan itu sendiri. Ini berarti bahwa materi/model penyuluhan program kesehatan harus sudah dibuat dan dikembangkan sejak perencanaan program itu sendiri. b. Perencanaan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan bersama (kegiatan tim) yang melibatkan : 1). pimpinan dan pelaksana program yang bersangkutan 2). petugas latihan dan penelitian 3). petugas dari penyuluhan kesehatan 4). masyarakat (jika perlu) Sifat serta derajat keterlibatan masing-masing pihak berbedabeda, tergantung kebutuhan dan tingkat administrasi dimana perencanaan itu berlangsung. c.

Perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat didasarkan atas pengetahuan yang cukup tentang : 1). para pemegang/pimpinan serta pelaksana program yang memiliki persepsi yang besar serta sikap yang positif terhadap penyuluhan kesehatan. 2). dukungan kebijakan yang positif dari pimpinan. 3). tersedianya biaya untuk penyuluhan kesehatan. 4). unit-unit penyuluhan berfungsi dengan baik.

d. Rencana yang dihasilkan hendaknya : 1). Sesuai dengan kebutuhan masyarakat 2). Diterima oleh masyarakat 3). Sesuai dengan kebutuhan program 4). Didukung oleh kebijakan yanng ada 5). Bersifat praktis dan dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi setempat

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

61

Langkah-langkah dalam melakukan perencanaan Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan diatas tadi, maka untuk penyusunan perencanaan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah Tindakan pertama yang penting ialah mengumpulkan data atau keterangan tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan maupun untuk data awal (data based) sebagai pembanding dalam rangka evaluasi.  Mengenal masalah Dalam rangka mengenal masalah, kegiatan yang perlu dilakukan secara berturut-turut adalah: a) Mengenal program yang akan ditunjang dengan penyuluhan kesehatan. b) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut. Misalnya dalam program penanggulangan kekurangan Vitamin A, masalah yang akan ditanggulangi adalah Xerophtalmia yang bisa mengakibatkan kebutaan c) Dasar-dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan itu dalam arti: - Bagaimana pandangan para pimpinan (administrator) dan juga para ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, apakah mereka menganggap masalah tersebut memang perlu mendapat perhatian/prioritas untuk ditanggulangi? - Bagaimana pandangan masyarakat terhadap masalah ini, apakah mereka mengganggap masalah ini merupakan prioritas bagi mereka? - Apakah memang masalah tersebut bisa dipecahkan dan apakah penyuluhan kesehatan dapat berperan? 

Mengenal masyarakat Program yang akan direncanakan adalah untuk masyarakat. Karena itu sudah jelas bahwa siapapun

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

62

yang merencanakan program, harus mengenal masyarakat dalam segala segi kehidupannya. Sehubungan dengan perencanaan penyuluhan, yang perlu dikenal tentang masyarakat ini antara lain adalah: a) Jumlah penduduk - Jumlah penduduk keseluruhan menurut golongan umur - Kelompok-kelompok khusus risiko tinggi, seperti ibu hamil, ibu menyusui, PUS, dan lainlain yang kira-kira dibutuhkan dalam menyusun perencanaan - Jumlah balita. b) Keadaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat - Tingkat pendidikan (buta huruf dan sebagainya) - Norma-norma setempat, pantanganpantangan, dan sebagainya sehubungan dengan perilaku yang diharapkan - Agama - Pola kepemimpinan setempat, artinya kelompok-kelompok mana saja yang berpengaruh, hubungan pemuka masyarakat satu sama lainnya dan sebagainya. Siapasiapa. yang berpengaruh mengambil keputusan di masyarakat, dan siapa-siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga. - Pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial, pemuda, kemasyarakatan serta LSM yang ada. - Tingkat ekonomi masyarakat serta jenis mata pencaharian masyarakat serta pola konsumsi masyarakat. c) Pola komunikasi di masyarakat - Bagaimana berita menyebar di masyarakat - Siapa-siapa sebagai sumber berita informasi di masyarakat - Pusat-pusat penyebaran informasi di Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

63

masyarakat seperti misalnya di cafe-cafe, warung kopi, pos jaga, pertemuan sosial seperti arisan dan sebagainya. - Saluran komunikasi yang ada di masyarakat, seperti radio, surat kabar, pengeras suara di masjid, media transional dan sebagainya. d) Sumber daya (resources) - Sumberdaya apa saja yang dimiliki masyarakat baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat secara keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan perilaku seperti yang diharapkan. - Sumberdaya apa saja yang ada baik pada institusi pemerintah maupun swasta yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk perubahan perilaku Misalnya Posyandu untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, KB dan lain-lain. - Sumberdaya apa saja yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta dan juga yang sudah ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan penyuluhan, misalnya tempat pertemuan, pengeras suara di masjid, dan sebagainya e) Khusus mengenai sumberdaya tenaga, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : - Jumlah pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat yang ada - Jumlah pejabat fungsional lainnya - Macam-macam kategori tenaga kesehatan yang ada yang dapat dimanfaatkan/dilibatkan dalam penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan. - Tugas pokok masing-masing kategori tenaga kesehatan. Perkiraan tugas apa yang dapat dilakukan untuk membantu pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat pelatihan/pendidikan yang pemah diperoleh di bidang penyuluhan kesehatan yang pemah Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

64

diperoleh masing-masing tenaga kesehatan Bimbingan yang diterima di bidang penyuluhan kesehatan oleh masing-masing jenis tenaga kesehatan dan dari siapa - Kesulitan pokok yang harus diatasi dalam melibatkan tenaga kesehatan lain dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan bagi program yang bersangkutan - Adakah tenaga-tenaga di institusi lain baik pemerintah maupun swasta/LSM dan masyarakat yang dapat membantu usaha penyuluhan kesehatan. f) Bagaimana pengalaman masyarakat terhadap program-program sebelumnya, dan bagaimana sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan, terhadap para petugas dan sebagainya. - Yang mana dari sikap ini mempunyai pengaruh positif terhadap penyuluhan kesehatan yang direncanakan. - Yang mana yang mempunyai pengaruh negatif - Bagian yang mana dari program tersebut yang memberikan pengalaman pahit di masa lalu. g) Apakah daerah tersebut banyak kontak dengan luar? -



Mengenal wilayah Program akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika perencana program mengetahui dengan jelas situasi medan atau situasi lapangan yang dihadapi. Yang perlu diketahui sehubungan dengan mengenal wilayah ini antara lain adalah: a) Lokasinya, yaitu apakah: - terpencil, tidak berbatasan dengan desa kecamatan lain - apakah daerah tersebut daerah pegunungan, daerah pantai atau daerah datar yang bukan pantai atau pegunungan - apakah terjangkau oleh transportasi umum, dan sebagainya Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

65

b) Sifatnya, yaitu : - kapan musim hujan, kemarau panjang dan sebagainya - daerah kering atau cukup air - daerah banjir, pasang surut atau daerah rawan gempa dan sebagainya - daerah perbatasan, dan lain-lain b. Menentukan prioritas Prioritas dalam penyuluhan kesehatan harus sejalan dengan prioritas masalah yang ditentukan oleh program yang ditunjang. Penyuluhan kesehatan hendaknya tidak menentukan prioritas sendiri, karena hal ini akan menyebabkan program berjalan sendiri-sendiri. Penentuan prioritas dapat berdasarkan bebagai pertimbangan, antara lain : - berdasarkan magnitude masalah tersebut, hingga diperlukan prioritas penanggulangannya - berdasarkan pertimbangan politis, yaitu menyangkut nama baik negara, dan sebagainya - berdasarkan sumberdaya yang ada. Langkah-Iangkah menentukan prioritas masalah yaitu sebagai berikut : a. Menetapkan parameter Ada beberapa parameter yang perlu ditetapkan atas kesepakatan kelompok : 1. Menentukan besamya masalah (prevalensi) Besamya masalah adalah banyak anggota masyarakat yang kena masalah tersebut. Jika semakin banyak anggota masyarakat yang merasakan masalah tersebut, maka harus diprioritaskan . Kelompok harus menentukan faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk menentukan masalah ditentukan oleh: Persentase penduduk yang terkena efek langsung masalah tersebut Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan oleh karena masalah tersebut. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

66

2.

3.

4.

Besamya kerugian-kerugian yang dialami penduduk ? Menentukan berat ringannya akibat yang ditimbulkan (severity) Berat ringannya akibat yang timbulkan dari masalah tersebut, artinya semakin berat akibat yang ditimbulkan oleh masalah bagi masyarakat berarti masalah tersebut mendapat prioritas. Pada langkah ini kelompok banyak menggunakan data kuantitatif untuk menentukan nilai, oleh karena itu penilaiannya bersifat subjektif. Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan berat ringannya akibat yang ditimbulkan dari masalah tersebut ialah : Tingkat urgensinya, artinya apakah masalah tersebut memang harus segera diatasi. Kecenderungannya, artinya apakah masyarakat yang terkena masalah tersebut makin lama makin bertambah banyak atau meningkat. Tingkat keganasannya, artinya apakah masalah tersebut bersifat akut, maksudnya jika masyarakat terserang atau terkena masalah tersebut pada pagi hari maka malamnya kalau tidak segera ditolong akan meninggal dunia. Contohnya bila masyarakat tersebut Diare atau keracunan makanan, dalam keadaan demikian harus diberi score yang tinggi. Menentukan keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmetneed), untuk menanggulangi suatu masalah, bukan hanya keinginan dari petugas saja, akan lebih baik jika keinginan masyarakat yang berkeinginan untuk membantu menyelesaikannya. Jika ada dukungan dan motivasi yang tinggi dari masyarakat, maka masalah tersebut akan mudah diatasi. Menentukan rasa prihatin masyarakat terhadap masalah tersebut (public concem) Masyarakat merasa prihatin jika masalah tidak atau belum ditanggulangi. Sebagai contoh, biaya berobat di puskesmas cukup mahal dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat tidak mampu untuk berobat ke puskesmas. Dalam hal ini masyarakat tidak bisa protes kepada petugas puskesmas hanya mereka menjadi prihatin Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

67

dengan keadaan yang demikian. Menentukan sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut (resources availability). Masyarakat bersama petugas merasa adanya kemudahankemudahan dalam memecahkan masalah tersebut. Oleh karena adanya sumberdaya yang tersedia dalam bentuk dana, sarana, tenaga, waktu, teknologi yang tepat guna untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebagai contoh kekurangan vitamin A pada balita, karena masyarakat mudah mendapat vitamin A pada balita, karena masyarakat mudah mendapat vitamin A dosis tinggi di puskesmas atau Posyandu, hal ini berarti adanya teknologi yang tepat guna untuk mengatasi kekurangan vitamin A atau penyakit buta senja, dan mudah mendapatkan sumber-sumber vitamin A di pedesaan seperti makan sayur daun hijau, buah pepaya, tomat, hal ini berarti masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk mencegah kekurangan vitamin A. Menetapkan nilai terhadap parameter Setelah parameter seperti diatas ditetapkan, masing-masing masalah diberi nilai sesuai dengan parametemya, hal ini dilaksanakan agar dapat membandingkan satu parameter dengan parameter lainnya. Biasanya nilai yang diberikan berkisar antara 1-6. Berilah nilai pada setiap parameter diatas. Cara melakukan penilaian ialah dengan memberikan angka 5 bila masalahnya besar, angka 3 masalahnya sedang dan angka 1 bila masalahnya kecil. Masalah yang jumlah nilainya paling tinggi adalah prioritas masalah yang dicari. 5.

b.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

68

Secara sederhana cara scoring technique ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut : NO

PARAMETER A

1 2 3 4 5 c.

B

MASALAH C

D

Besamya masalah (prevalence) Berat ringannya (severity) Keinginan masyarakat (degree of unmeet need) Keprihatinan masyarakat (public concem) Sumber daya yang tersedia (resources availability) Merumuskan tujuan promosi/penyuluhan kesehatan Merumuskan tujuan penyuluhan kesehatan merupakan salah satu langkah yang paling penting dalam perencanaan penyuluhan karena seringkali dijumpai bahwa kita dengan mudah dapat menje!askan kegiatan-kegiatan yang sedang kita lakukan, tetapi apabila kita diminta menyebutkan secara spesifik apa sebenamya yang ingin kita capai atau wujudkan melalui kegiatan tersebut, kadangkala menjadi bingung. Pengertian tujuan secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut : Tujuan adalah suatu pemyataan atau gambaran tentang suatu keadaan dimasa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang telah direncanakan. Dalam perencanaan penyuluhan kesehatan, cara merumuskan tujuan penyuluhanhendaknya berkaitan dengan perubahan perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan. Secara sangat sederhana, tahap-tahap penyuluhan / penyuluhan kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut:

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

69

Tujuan

Jangka Pendek

Promosi Kesehata n

Kelompok sasaran

Panjang

Menengah

- Penget ahuan - Sikap - Ketera mpilan - Dsb

PHBS

Status kesehatan

Melihat gambar diatas, jelas bahwa tujuan jangka panjang penyuluhan kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, tujuan jangka menengah adalah perilaku hidup bersih dan sehat sedang tujuan jangka pendeknya adalah terciptanya pengetahuan, sikap, norma, dan keterampilan yang diharapkan. Perlu diingat, bahwa terciptanya pengetahuan, sikap, norma, keterampilan tersebut tidak selalu akan menuju kepada terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat. Sebab itu, yang lebih penting adalah tujuan terciptanya perilaku hidup sehat. Yang mana pun yang akan dipilih sebagai tujuan, yang penting bahwa tujuan harus dibuat realistis (bisa dicapai), bisa diukur. Hal ini perlu diperhatikan agar evaluasi penyuluhan dapat dilakukan dengan baik. Bila program yang akan dikembangkan dari sisi promosi/penyuluhankesehatan sekarang ini sudah berjalan beberapa lama, perlu dilakukan review apa yang sedang dan sudah dilaksanakan, misalnya : - seberapa jauh promosi/penyuluhan kesehatan sudah dijalankan pada waktu yang lalu - kalau sudah ada, apa tujuan promosi/ penyuluhan kesehatan pada waktu itu, - apa kegiatan promosi/penyuluhanbkesehatan yang dilaksanakan pada waktu itu, dan bagaimana hasilnya. Ini perlu agar kita dapat menentukan tujuan baru. Berdasarkan semua informasi tersebut, ditentukan penyuluhan yang akan dikembangkan sekarang yaitu tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

70

CARA MERUMUSKAN TUJUAN PENYULUHAN KESEHATAN Sebelum kita membahas bagaimana cara merumuskan tujuan penyuluhan, ada baiknya kita mengetahui pengertian, tujuan umum penyuluhan, dan tujuan khususnya penyuluhan. Tujuan umum penyuluhan ialah tercapainya perilaku sehat masyarakat sebagai akibat dari adanya penyuluhan kesehatan. Tujuan umum penyuluhan bersifat abstrak artinya ukurannya tidak jelas dan bersifat jangka panjang artinya tidak jelas kapan tujuan tersebut akan dicapai. Tujuan khusus penyuluhanadalah suatu perumusan perilaku yang meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku sebagai akibat adanya penyuluhan kesehatan. Penting : Tujuan khusus penyuluhan harus jelas, realitas (bisa dicapai) jelas ukurannya, jelas waktunya yaitu kapan mau dicapai, jelas lokasinya dan jelas sasarannya. Agar penilaian penyuluhan dapat dilaksanakan dengan baik. d. Menentukan sasaran promosi/penyuluhan kesehatan Sasaran program dan sasaran promosi/penyuluhan tidak selalu sama. Dalam promosi/penyuluhan kesehatan yang dimaksud dengan sasaran ialah kelompok sasaran, yaitu individu atau kelompok. Sasaran ini dibagi lagi ke dalam sasaran primer, sekunder dan tertier serta dipilih lagi menurut tatanan yang ada, apakah tatanan rumah tangga, institusi, tempat kerja, dan tempat-tempat umum. Menentukan kelompok sasaran menyangkut pula soal strategi. e. Menentukan isi penyuluhan Setelah tujuan dan sasaran ditentukan, dan setelah mengenal situasi dan masalah serta latar belakang sasaran, maka isi pesan/materi promosi/penyuluhan kesehatan dapat ditentukan. Dalam materi penyuluhan ini harus dikemukakan juga apa keuntungannya jika sasaran melaksanakan apa yang dianjurkan. Isi pesan/materi promosi/penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh khalayak sasaran, dan pesannya tidak ruwet, melainkan applicable untuk dilaksanakan dengan kondisi dan situasi yang mereka miliki, atau yang dapat dijangkau oleh khalayak sasaran. Dalam membuat materi/isi pesan harus difahami benar tentang dasar-dasar komunikasi.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

71

f.

g.

h.

Menentukan metode promosi/penyuluhan Setelah materi ditentukan, maka perlu ditentukan bagaimana caranya menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada khalayak sasaran, agar tujuan promosi/penyuluhan tersebut dapat tercapai. Metoda atau cara penyuluhan, tergantung pada tujuan penyuluhan yang ingin dicapai. Tujuan promosi/penyuluhan kesehatan dapat dikelompokkan mencakup 3 bidang yang penting yaitu bidang pengertian (cognitif), sikap (affektif) serta tindakan (psikomotorik). Kalau tujuan yang ingin dicapai adalah bidang pengetahuan, pesan cukup disampaikan secara tertulis. Kalau tujuannya mengembangkan sikap positif, sasaran perlu menyaksikan kejadian tersebut sedang untuk mengembangkan keterampilan sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba. Pedoman yang harus difahami oleh para pejabat fungsional penyuluhan kesehatan secara masyarakat untuk memilih metode promosi/penyuluhan kesehatan umum adalah: Kalau saya dengar, saya akan lupa, Kalau saya lihat, saya akan ingat, Kalau saya kerjakan, saya akan mampu. Menentukan media promosi/penyuluhankesehatan Bila misalnya telah ditentukan akan mempergunakan pendekatan massa, maka selanjutnya masih perlu ditentukan apa media yang akan dipergunakan untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya poster, pembuatan film, siaran di radio, TV, surat kabar dan sebagainya. Menentukan format monitoring dan evaluasi Format monitoring dan evaluasi harus dirancang bersama dengan perumusan tujuan promosi/penyuluhan, agar seluruh proses penyuluhan dapat dipantau dan dievaluasi pokok tujuan penyuluhan tercapai atau tidak.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

72

MANFAAT PERENCANAAN Manfaat Perencanaan Perencanaan yang baik akan memberikan manfaat sebagai berikut : a. Mengurangi risiko ketidakpastian Dalam organisasi yang semakin kompleks dan berbeda dalam lingkungan yang selalu berubah, seorang perencana memerlukan cara-cara yang lebih baik, untuk melakukan tugasnya. Perencanaan tidak dapat lagi bersikap sebagai "pemadam kebakaran" karena semakin beragamnya persoalan yang dihadapi. Yang diharapkan sekarang adalah "mencegah terjadinya kebakaran". Melalui cara-cara yang lebih rasional dan berdasar, seorang perencana dapat mengurangi risiko ketidakpastian yang dihadapi dalam pekerjaannya. Dengan perencanaan yang baik pula seorang perencana dapat mencoha untuk mempengaruhi apa yang akan terjadi dikemudian hari. b. Memusatkan perhatian pada khalayak sasaran Perencana yang baik memungkinkan perencana dapat menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara lebih efisien. Perencana dapat menangani beberapa kegiatan secara simultan dan memberikan perhatian yang cukup pada masing-masing kegiatan. c.

Menjadi dasar bagi fungsi-fungsi manajemen yang lain Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang utama. Melalui perencanaan maka fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pemantauan dan evaluasi diatur. Perencanaan memungkinkan kita untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tugas dengan cara membandingkan hasil (realisasi) dengan rencana. Dari situ kita dapat menilai apakah program telah terlaksana dengan baik. Secara singkat dapat kita katakan bahwa pelaksanaan proses manajemen yang efektif harus diawali dengan perencanaan yang baik.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

73

CIRI PERENCANAAN YANG BAIK Untuk dapat merencanakan dengan baik, beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan adalah : a. Adanya pengetahuan yang mantap tentang tugas pokoknya Seorang perencana yang tidak mengetahui tugas pokoknya akan membuat rencana yang salah. Tanpa mempunyai dasar pengetahuan yang mantap, rencana yang dibuat mungkin tidak dapat dijalankan atau tidak efisien. b. Adanya batas toleransi atas penyimpangan Pelaksanaan suatu rencana mungkin saja menyimpang dari apa yang telah ditentukan. Meskipun demikian rencana yang dibuat harus mempunyai batas toleransi penyimpangan jika kita tidak ingin rencana tersebut kehilangan arti. c.

Memperhatikan sumberdaya yang dimiliki Seorang perencana harus mengenal sumber daya yang dimilikinya. Ia harus memastikan bahwa rencana yang dibuat cukup praktis ditinjau dari sudut pandang kemampuan dan keahlian/keterampilan pelaksananya. Disamping itu perencana harus yakin bahwa ia mampu untuk mengadakan/mengerahkan sumber daya yang diperlukan.

d. Fleksibilitas Rencana yang memiliki fleksibilitas memungkinkan diadakannya perubahan-perubahan didalam rencana tanpa mengganggu perencanaan itu sendiri atau mempengaruhi hasil akhimya. Dalam pelaksanaan rencana mungkin saja diperlukan perubahanperubahan karena tuntutan situasi. e. Melihat kemungkinan adaptasi Sebelum menyusun suatu rencana sebaiknya seorang perencana meninjau apakah rencana yang serupa pemah dilakukan. Jika rencana yang serupa sudah pemah dilakukan sebelumnya maka perencana mungkin hanya perlu mengadakan penyesuaianpenyesuaian terhadap rencana yang terdahulu f.

Memperhatikan kendala-kendala Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat kendala-kendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

74

dalam. Tidak seorang perencana pun yang tidak mempunyai kendala ataupun dibatasi oleh aturan-aturan baik dari pemerintah, masyarakat maupun lingkungan fisik. Hal penting juga yang harus diperhatikan adalah batasan-batasan yang ditentukan oleh organisasi dimana perencana itu berada misalnya peraturan, prosedur, dan kebijakan yang telah disusun serta keterkaitan rencana satu dengan lainnya. MACAM-MACAM PERENCANAAN Perencanaan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) lamanya (durasi), (2) Fungsi atau penggunaannya dan (3) cakupannya (scope). a. Perencanaan berdasarkan lamanya (durasi) Setiap perencanaan dapat digolongkan berdasarkan waktu pelaksanaannya. Rencana jangka pendek sudah tentu dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu yang singkat, sedangkan rencana jangka panjang dalam waktu yang lebih lama. Bagi seorang pimpinan di tingkat bawah, rencana 6 bulan mungkin sudah merupakan rencana jangka panjang. Sebaliknya untuk pimpinan tingkat atas, rencana 6 bulan tersebut dapat dianggap rencana jangka pendek. Terlepas dari waktunya, rencana operasional seringkali digolongkan ke dalam rencana jangka pendek jika rencana tersebut merupakan bagian dari rencana yang lebih besar. Perencanaan jangka pendek umumnya dibuat di tingkat bawah. Keterlibatan seseorang dalam perencanaan jangka panjang semakin besar dengan semakin tingginya tingkatan seseorang. b.

Perencanaan berdasarkan fungsi Perencanaan dapat pula digolongkan berdasarkan fungsi operasional manajemen seperti produksi, pemasaran, keuangan dan personalia. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini memungkinkan untuk menggambarkan hubungan antar bagian/unit dan mempelajari adanya kemungkinan pengaruh perencanaan di satu unit terhadap unit lainnya.

c.

Perencanaan berdasarkan cakupan adalah bentuk perencanaan yang mendasarkan dirinya pada berapa cakupan baik populasi ataupun lainnya untuk dapat dilaksanakan berdasarkan hasil analisis Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

75

Untuk mendapatkan perubahan perilaku pada masyarakat sasaran diperlukan perencanaan yang baik, dalam menyusun perencanaan perumusan tujuan program harus jelas dan memenuhi syarat-syarat tertentu agar monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perumusan tujuan antara lain: - tujuan harus jelas dan mudah difahami (simpel) - tujuan harus bisa diukur (measurable) - tujuan harus bisa dicapai (achievable) - tujuan harus wajar dan tidak berlebihan (reasonable) - tujuan harus mempunyai tenggang waktu (time bound) MONITORING PENGERTIAN MONITORING Monitoring program merupakan upaya supervisi dan review kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh pengelola program, untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah. sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring atau pemantauan seringkali disebut sebagai "evaluasi proses". Monitoring merupakan upaya untuk mengamati pelayanan dan cakupan program. Mengamati cakupan berarti seberapa banyak target sasaran yang direncanakan sudah terjangkau. Sedangkan mengamati pelayanan program artinya menentukan apakah program itu sudah dilaksanakan seperti yang diharapkan Adanya pemantauan/monitoring dimaksudkan agar seawal mungkin dapat menemukan dan memperbaiki penyimpangan dalam pelaksanaan program. Monitoring bukan pengujian pihak luar terhadap pelaksanaan program, tetapi merupakan alat yang dipergunakan oleh pelaksana program untuk mengungkapkan hal-hal yang tadinya tidak diperkirakan pada waktu membuat perencanaan dan memerlukan perbaikan, misalnya : - Bagian mana dari strategi yang tidak berfungsi - Mekanisme sistem pelayanan yang tidak bekerja seperti yang diharapkan - Apakah bahan-bahan promosi/penyuluhan sudah dikirim kepada khalayak sasaran pada waktu dan tempat yang telah direncanakan - Apakah ada masalah-masalah baru yang timbul justru karena implementasi strategi yang direncanakan. Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

76

PERBEDAAN ANTARA MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi seringkali membingungkan. Batasannya tidak jelas, banyak kegiatan yang mengalami kedua-duanya yaitu dimonitor dan dievaluasi. Perbedaan pokok antara keduanya adalah bahwa keduanya menjawab pertanyaan yang berbeda dan mempunyai tujuan yang berbeda pula. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: MONITORING Menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : - Apa yang sedang terjadi pada sistem - pelayanan atau pelatihan? - Mengapa hal itu terjadi? - Hasil antara apa yang terjadi (pada target sasaran, pada petugas pada pelayanan) - Bagaimana hal tersebut bisa dipertahankan, diperbaiki,dimodifikasi Tujuan : Untuk mengadakan perbaikan perubahan orientasi, atau desain dari sistem pelayanan, bila perlu Untuk menyesuaikan strategi komunikasi dan pesanpesannya bila dianggap perlu, berdasarkan temuantemuan dalam monitoring

EV ALUASI Menjawab pertanyaanpertanyanan berikut : - Apa yang terjadi sebagai hasil intervensi? - Perubahan perilaku apa yang terjadi? - Seberapa banyak dari target sasaran berperilaku seperti yang dianjurkan? - Dampak kesehatan apa yang terjadi pada target sasaran?

Waktu pelaksanaan dan tanggung jawab pelaksanaan : - Monitoring dimulai segera setelah suatu strategi komunikasi diimplementasikan dan berlanjut selama

Waktu pelaksanaan dan tanggung jawab pelaksanaan: - Umumnya data dikumpulkan beberapa kali pada saat yang berbeda, yang

Tujuan : - Untuk menunjukkan dampak dari pada komunikasi kesehatan - Untuk menentukan tingkat adopsi perilakunya. - Untuk menentukan dampak program terhadap status kesehatan

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

77

-

-

intervensi Data dikumpulkan secara berkala, dan seringkali jarak waktunya sudah ditetapkan atau bila saja kesempatan memungkinkan Monitoring biasanya dilakukan oleh orang yang juga melaksanakan kegiatan komunikasinya

-

-

-

memungkinkan untuk mengadakan perbandingan, misalnya:  Sebelum strategi komunikasi mulai diterapkan untuk dipakai sebagai data dasar (baseline)  Sesudah waktu yang lebih lama (biasanya lebih dari setahun atau dua tahun) untuk mengadakan perbandingan sesudah intervensi (post intervention comparison) Pengumpulan data direncanakan sedemikian rupa, hingga memungkinkan cukup waktu untuk bisa terjadinya dampak dari intervensiyang diadkan Evaluasi (seringkali berbentuk riset) paling sering dilaksanakan oleh orang dalam organisasi yang bersangkutan, yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan komunikasi yang akan dievaluasi Data dianalisis dan dimanfaatkan di tingkat pusat sesudah program intervensi selesai.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

78

TAHAP-TAHAP MONITORING Ada 4 tahapan monitoring yang perlu diketahui, seperti. dalam tabel berikut ini: APA

TIPE

KAPAN

MENGAPA/TINDAKAN KITA Memperbaiki kekeliruan dalam implementasi. Memperbaiki rencana

1. Logistik (produk media dan materi komunikasi; produk/sup ply)

Input

Segera sesudah implementasi dimulai

2. Hasil antara

Output

Berkesinambung an

Memberikan reinforcement (dukungan) terhadap perilaku yang ditetapkan

3. Perilaku yang diharapkan

Output

Berkala pada saat informasi dibutuhkan

Memberi arah baru pada strategi (bila perlu). Mengidentifikasi hambatan-hambatan baru kalau ada, identifikasi sasaran baru dan tahap-tahap yang kemungkinan disebabkan oleh intervensi

4. Perbaikan kesehatan (puskesmas ,status kesehatan)

Output

Berkala pada saat informasi dibutuhkan

Buat laporan, adakan reinforcement, dan tetapkan arah baru yang akan ditempuh selaniutnya

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

79

Setiap tahap monitoring memberikan informasi yang bermanfaat dan memerlukan lebih banyak waktu dan sumber daya. Tahap-tahap monitoring mempunyai sifat sebagai berikut : a. Kronologis Setiap tahap terjadi sebelum tahap berikutnya, yaitu melaksanakan intervensi dengan harapan akan terjadi hasil antara. Hasil antara ini diharapkan terjadi sebelum terjadi perubahan perilaku dan perubahan perilaku inilah yang nantinya akan menghasilkan peningkatan status kesehatan. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut : Intervensi → Hasil antara → Perubahan perilaku → Peningkatan Kesehatan b. Sekuensial Setiap tahap mengikuti tahap sebelumnya dan terjadi sebagai bagian dari tahap sebelumnya. c. makin kompleks Setiap tahap memerlukan lebih banyak waktu dan elemen untuk dimonitor dibandingkan dengan tahap sebelumnya dan juga memberikan informasi yang lebih banyak Setiap tahap memberikan dasar untuk tindakan perbaikan yang juga sifatnya kronologis dan sekuensial. Artinya informasi yang dikumpulkan setiap tahap memungkinkan untuk mengadakan perbaikan yang diperlukan sebelum bergerak ke tahap berikutnya. Setiap tahap harus berfungsi dengan baik sebelum memonitor tahap berikutnya. Misalnya: bila radiospot tidak disiarkan sesuai frekuensi dan waktu yang direncanakan, kita tidak bisa mengharapkan sasaran mendengarkan spot tersebut, apalagi mengingat pesannya

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

80

MANFAAT MONITORING Monitoring akan sangat berguna dalam tiga hal berikut : a. Manajemen Monitoring perlu dilaksanakan pada awal tahap implementasi program. Pimpinan program perlu mengetahui secara lengkap dan cepat masalahmasalah yang terjadi sehingga perubahanperubahan dapat dilakukan secepat mungkin. Begitu program dilancarkan, maka monitoring akan memberikan informasi tentang proses dan cakupan program kepada pimpinan program, serta memberikan pula umpan balik apakah program sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Pimpinan program yang mengabaikan monitoring, kemungkinan besar program yang dilaksanakannya tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. b. Evaluasi . Monitoring yang tepat dan baik memungkinkan kita mentafsirkan hasil akhir evaluasi secara akurat. Seringkali efektifitas suatu program sangat menurun karena intervensi yang tepat tidak dilaksanakan, atau dapat juga karena intervensi yang tepat itu dalam pelaksanaannya tidak diarahkan pada target sasaran yang tepat, atau bisa juga karena kedua-duanya. Bila suatu program dimonitoring secara baik, maka hal-hal diatas tadi bisa diketahui pada tahap awal, dan ini akan sangat penting untuk memahami hasil akhir suatu evaluasi program tersebut. Selain itu, monitor memberikan juga informasi yang penting untuk diffusi dan perluasan program. Ciri penting suatu program yang bisa diperluas ke tempat lain adalah kalau program itu dapat dijabarkan secara operasional dan jelas. c. Citra Monitoring memungkinkan para penyandang dana melihat nilai suatu program. Monitoring yang dilakukan dengan sangat hati-hati memberikan kesan kepada para penyandang dana bahwa pimpinan prog am sangat peduli terhadap sumber dana yang biasanya sangat terbatas

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

81

PELAKSANAAN MONITORING Dalam program komunikasi kesehatan, monitoring biasanya mencakup pengamatan tentang: a. Input (masukan) Input yang dimonitor mencakup :. 1) Apakah ada materi komunikasi yang diproduksi 2) Distribusi media cetak 3) Siaran lewat media massa 4) Jangkauan target sasaran 5) Distribusi peralatan komunikasi 6) Kegiatan komunikasi 7) Pelatihan b. Output (Iuaran) Kalau kita sudah yakin bahwa input sudah berjalan sesuai rencana, maka kita bisa memulai memonitor output dari intervensi yang dilakukan. Output sering juga disebut hasil antara. Pertanyaanpertanyaan pokok untuk monitoring hasil antara lain : 1) Apakah target sasaran menerima atau terpapar dengan pesan dan bahan-bahan penyuluhan yang didistribusikan? 2) Apakah target sasaran memanfaatkan bahan-bahan penyuluhan yang dibagikan? 3) Apakah target sasaran merasakan bahwa ia belajar sesuatu dari bahan penyuluhantersebut? 4) Bagaimana reaksi sasaran? c.

Outcome (dampak) Outcome merupakan hasil intervensi. Dalam komunikasi, yang diharapkan muncul sebagai hasil komunikasi ialah terjadinya perubahan perilaku menjadi perilaku yang diharapkan. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam monitoring outcome ini antara lain ialah "apakah target sasaran mempraktekkan dengan benar perilaku yang disarankan dalam bahan penyuluhan yang disediakan/diterima? Kalau ya, yang mana? Kenapa bukan yang lainnya?

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

82

TEKNIK MELAKUKAN MONITORING Monitoring kegiatan penyuluhan memerlukan pengukuran yang lebih sering. Tujuannya ialah untuk memahami, mengapa kegiatan tertentu tidak berjalan dan juga untuk menemukan pemecahannya bersama sasaran. Karena itu, cara-cara pengumpulan data yang memungkinkan adanya dialog dan pertukaran pendapat dengan sasaran merupakan pilihan utama, misalnya : - Kunjungan rumah dan diskusi dengan anggota rumah tangga - Wawancara mendalam (indepth individual interviews) dengan staf kesehatan dan pemuka masyarakat/sasaran. - Focus group discussion dengan provider dan masyarakat sasaran - Mengobservasi dan diskusi apa yang dilakukan oleh sasaran. Ini dapat dilakukan oleh orang luar (misalnya supervisor atau oleh petugas lapangan). - Wawancara dengan orang yang baru keluar dari tempat pelayanan (puskesmas atau rumah sakit) - Analisa surat pendengar - Membaca artikel yang ditulis oleh tokoh masyarakat EVALUASI KONSEP DAN PRINSIP EVALUASI Secara khusus, istilah evaluasi tidak jelas definisinya, padahal istilah tersebut sangat dikenal secara luas. Kebanyakan orang termasuk orang-orang yang banyak berkecimpung di bidang evaluasi, menganggap bahwa sebagian besar orang sudah tahu apa evaluasi itu sehingga tidak ada upaya untuk membuat suatu batasan yang jelas. Karena itu maka istilah-istilah yang serupa seperti "assesment", "appraisal" dan "judgement" sering dicampur aduk penggunaannya dengan evaluasi. Evaluasi bukan tujuan. Karena itu, evaluasi program, dan juga evaluasi program penyuluhan kesehatan merupakan bagian integral dari kegiatan sejak awal sampai akhir Dimasa lampau evaluasi penyuluhan kesehatan seringkali diabaikan. Tetapi dengan makin pentingnya peranan penyuluhan kesehatan, maka evaluasi penyuluhan kesehatan makin penting pula. Hal ini karena salah satu sumbangan penyuluhan kesehatan dalam program pelayanan kesehatan ialah mengurangi cost pelayanan. Untuk ini Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

83

penyuluhan kesehatan dituntut untuk dapat membuktikannya, karena efektifitas yang menlngkat dan sumberdaya yang lebih banyak saling memacu dan saling melengkapi satu sama lain. Untuk evaluasi secara umum, perkumpulan akhli kesehatan masyarakat Amerika (American Public Helath Association) menawarkan definisi konseptual dan operasional sebagai berikut : " Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besamya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan ” Proses ini paling sedikit mencakup langkah-Iangkah berikut memformulasikan tujuan, mengidentifikasikan kriteria yang tepat untuk mengukur sukses, menentukan dan menjelaskan besamya sukses, dan rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya. Jadi dua unsur konseptual penting dalam definisi ini ialah "nilai atau besamya sukses" dan "tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya", sedangkan secara operasional yang penting dalam definisi ini adalah "tujuan", "kriteria", dan "menentukan serta menjelaskan besamya sukses" Klineberg mendefinisikan evaluasi sebagai "suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil programnya, dan berdasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan secara efektif Jadi menurut definisi Klinerberg ini, maka evaluasi itu tidak sekedar menentukan keberhasilan atau kegagalan, tetapi juga mengetahui mengapa keberhasilan atau kegagalan itu terjadi dan apa yang dapat dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut. Hal ini tercermin dalam pertanyaanpertanyaan berikut yang diusulkan oleh Herzog : 1. Perubahan macam apa yang diinginkan ? 2. Apa cara yang dipakai untuk menciptakan perubahan tersebut ? 3. Apa buktinya bahwa perubahan yang terjadi disebabkan oleh cara yang dipakai ? 4. Apa arti dari perubahan yang terjadi ? 5. Adakah pengaruh-pengaruh yang tidak diharapkan yang terjadi akibat adanya perubahan tersebut ?

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

84

TERMINOLOGI DALAM EVALUASI Dalam evaluasi ada beberapa istilah (terminologi) yang sering dipergunakan, antara lain ialah: a. Evaluasi formatif. Suatu evaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan program, jadi sebelum program dimulai. Evaluasi formatif ini menghasilkan informasi yang akan dipergunakan untuk mengembangkan program, agar program itu dapat lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran. b. Evaluasi proses Adalah evaluasi terhadap suatu proses yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan memastikan ada dan terjangkaunya elemen-elemen fisik dan struktural dari pada program, apakah elemen elemen spesifik seperti fasilitas, staf, tempat, atau pelayanan sedang dikembangkan atau diberikan sesuai rencana. Dibidang kesehatan, evaluasi proses dapat dikaitkan dengan quality assurance review atau quality assurance study. Evaluasi proses mencakup pencatatan dan penggambaran kegiatan-kegiatan program tertentu yaitu tentang apa, seberapa banyak, untuk siapa, kapan, dan oleh siapa. Evaluasi proses juga mencakup monitoring frekuensi partisipasi target sasaran dan dipergunakan untuk memastikan frekuensi dan luasnya implementasi program atau elemen program tertentu, data untuk evaluasi proses ini dapat diperoleh dari staf, konsumen atau evaluator luar mengenai kualitas dari rencana implementasi dan tentang ketepatan isi, metode, materi, media, dan instrumen. Ada yang menyebutkan ini sebagai evaluasi efisiensi atau monitoring kualitas c.

Evaluasi summatif ialah suatu evaluasi yang memberikan pemyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu tertentu. Ini memungkinkan pengambil keputusan merencanakan dan mengalokasikan sumber daya

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

85

d. Evaluasi dampak program Adalah suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pada target sasaran. Evaluasi ini mengukur efektifitas relatif dari berbagai tipe program dalam mencapai tujuan, misalnya menurunnya kebiasaan merokok oleh remaja atau meningkatnya penggunaan pelayanan Kesehatan untuk ibu oleh wanita hamil. Maksud utama evaluasi ini menentukan perubahan yang telah terjadi pada dependen variable selama kurun waktu tertentu. Selanjutnya menentukan pula apakah perubahan tersebut disebabkan oleh program yang dilancarkan. e. Evaluasi hasil Adalah suatu evaluasi yang menilai perubahan-perubahan atau perbaikan dalam hal morbiditas, mortalitas atau indikator status kesehatan lainnya untuk sekelompok penduduk tertentu. Mengingat epidemiologi penyakit-penyakit kronis dewasa ini, mungkin indikator status kesehatan bukan titik akhir dari suatu program kesehatan, kecuali kalau program memiliki cukup sumber daya dan berlangsung terus untuk beberapa tahun f.

Efektifitas Pengukuran seberapa besar program mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, apakah program berhasiL?

g. Efisiensi Pengukuran cost dari sumber daya yang terpakai untuk mencapai tujuan program. Dengan kata lain, berapa cost untuk mencapai tujuan? Ini bisa dinyatakan dengan banyak cara, misalnya bisa dengan perbandingan antara input dan output atau cost per unit. h. Analisa cost efektif Penentuan hubungan antara hasil yang dilihat dengan cost program, dinyatakan sebagai cost per unit dari dampak yang dicapai. i.

Intervensi Kombinasi elemen-elemen program yang dirancang untuk mencapai perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, perilaku atau status kesehatan pada individu-individu yang Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

86

terpapar dengan program tersebut secara terencana sistematis pada tempat dan kurun waktu tertentu.

dan

j.

Validitas intemal Seberapa besar pengaruh yang terlihat disebabkan oleh intervensi yang dilakukan.

k.

Validitas external Seberapa banyak penqaruh yang terlihat, yang disebabkan oleh intervensi yang diadakan, dapat digeneralisir terhadap populasi dan situasi serta kondisi yang serupa.

TIPE-TIPE EVALUASI Ada dua pendekatan pokok dalam evaluasi program: a. Formative evaluation Formative evaluation ini membantu pengembangan program diwaktu program tersebut masih dalam tahap perencanaan, untuk digunakan sebagai dasar mengembangkan program. Maksud mengadakan evaluasi formatif adalah untuk memaksimalkan kemungkinan intervensi akan berhasil. Evaluasi formatif ini dilaksanakan sebelum memulai kegiatan program dan merupakan dasar untuk menentukan tujuan perilaku, menentukan intervensi, dan juga evaluasi. Ia memberikan informasi yang sangat berharga untuk mengembangkan strategi dan menyempumakan rencana pelaksanaan program. Sesudah pesan, materi dan strateginya direncanakan, maka semua itu harus diujicoba untuk menjamin efektifitasnya. Evaluasi formatif mencakup : - penjajagan kebutuhan target sasaran - penjajagan mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, kepercayaan, dan perilaku target sasaran. Bentuk evaluasi formatif dapat bermacam-macam, misalnya : - analisa data epidemiologis - tinjauan kepustakaan - analisa data demografis dan psikografis - diskusi kelompok terarah, pertemuan, survey untuk menentukan isi pokok, kesempatan dan hambatan yang ada Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

87

-

analisa data marketing uji coba konsep, pesan dan saluran komunikasi dengan konsumen mencobakan strategi untuk sekelompok kecil sasaran sebelum diterapkan kepada sasaran yang lebih luas.

Jadi evaluasi formatif ini penting sekali dan tidak selalu mahal. Banyak informasi yang diperlukan mungkin dapat dari Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan lain-lain instansi pemerintah. Mungkin juga dari perpustakan setempat, provider (sektor) lain, atau dapat juga dari pihak swasta. Sesudah rencana disusun berdasarkan data dari evaluasi formatif, maka diadakan dulu uji coba sebelum masuk ke tahap pelaksanaan. Uji coba (prestesting) membantu menghaluskan intervensi antara lain dengan cara : - menguji tentang pemahaman target sasaran - menentukan titik-titik kelemahan dan kekuatan intervensi - mengamati kecocokan dengan sasaran - mengamati apakah ada hal-hal yang peka atau bertentangan dengan target sasaran b. Summative evaluation Summative evaluation menilai program sesudah program tersebut dijalankan. Selain pendekatan evaluasi formatif dan evaluasi summative diatas, ada empat tipe pokok evaluasi program, seperti digambarkan dalam tabel berikut : TIPE EVALUASI Evaluasi input

PERTANYAAN POKOK Apakah sumber daya sudah dipersiapkan?

PHASE/WAKTUNYA

Evaluasi proses

Apakah manajemen /system dilaksanakan sesuai standar?

Seluruh fase/bila diperlukan

Evaluasi komparatif:

Apakah ada perubahan perilaku?

Pada saat-saat transisi (misalnya waktu

Sebelum program berjalan

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

88

Evaluasi hasil (outcome evaluation)

Bila ada, banyak?

berapa

Evaluasi komparatif: Evaluasi dampak

Apakah status kesehatan target sasaran meningkat? Bagaimana efisiensi program komunikasinya?

mengajukan permintaan dana lagi)atau pada akhir program; pada saat-saat perubahan program

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

89

LATIHAN

Mengapa perlu dilakukan perencanaan program promosi/penyuluhan kesehatan masyarakat? Apa manfaat dilakukan perencanaan ? Uraikan secara ringkas langkah-Iangkah dalam melakukan suatu perencanaan penyuluhan yang baik Buatlah perencanaan program promosi/jpenyuluhan kesehatan berdasarkan data-data yang tersedia di Kabupaten/Kota/Propinsi Saudara Buatlah rencana pemantauan sekaligus evaluasi atas perencanaan yang saudara buat diatas. DAFTAR RUJUKAN Mantra, Ida Bagus, Perencanaan PenyuluhanKesehatan Masyarakat, Depkes RI, Jakarta 1989 Departemen Kesehatan RI, Monitoring dan Evaluasi, Depkes RI, Jakarta 1977 Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Pendidikan dan Pelatihan Manajemen, Semiloka Manajemen Pusat PKM Depkes, Cisarua 1-4 Oktober 1996.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

90

LEMBARAN KASUS

Menurut data di puskesmas kecamatan A sumur pompa tangan (SPT) yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 7 buah, sedangkan 4 buah rusak karena kurang pemeliharaan dan sisanya yakni 3 buah belum bisa dimanfaatkan karena keadaan tanah yang tidak memungkinkan. Sedangkan masih sekitar 15% penduduk yang sulit memperoleh air bersih Masih dalam wilayah kecamatan A, jumlah kesakitan Diare sekitar 200400 diantara 1000 penduduk tiap tahunnya. Jumlah penderita diare sebagian besar (70-80%) penderita adalah anak-anak balita. Hal ini karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan makanan dan mereka tidak menyadari bahwa diare dapat dicegah dengan memberikan oralit atau LLG sebagai pengganti cairan yang hiiang. Di kecamatan A juga terdapat wilayah perkebunan karet. Hasil survei dari penyakit cacing perut yag dilaksanakan oleh petugas kesehatan tingkat propinsi tahun 1990-1991, bahw prevalensi Ascaris Lumbriocoides (cacing perut) 48,3%, Trichruis Trichiura (cacing cambuk) 266% dan cacing tambang 29,2%. Hal ini karena masyarakat suka buang air besar di kebun karet tersebut, dan mereka tidak menyadari bahwa sebagian besar sumber penyakit cacing berasal dari tinja, yang mereka buang di perkebunan karet. Dari data dan masalah-masalah yang ada di kecamatan A, anda diminta untuk menyusun langkah-Iangkah perencanaan penyuluhan diare. PETUNJUK DISKUSI KELOMPOK ( 2 x 45 menit ) 1. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri 6-8 peserta. Setiap peserta memilih ketua dan sekretaris 2. Setiap kelompok menyusun langkah-Iangkah perencanaan penyuluhan diare yang meliputi : a. analisis situasi dan prioritas masalah kesehatan b. merumuskan tujuan penyuluhan c. menentukan sasaran dan pesan penyuluhan d. menentukan metode dan media penyuluhan e. menentukan rencana kegiatan dan rencana penilaian

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

91

3. Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi pada sidang pleno, sedangkan kelompok lain memberi tanggapan/masukan 4. Fasilitator mengumpulkan hasil sidang pleno 5. Setiap kelompok memperbaiki hasil penyajian, setelah mendapat masukan-masukan dari kelompok lain dan fasilitator. 6. Hasil rumusan diserahkan kepada pelatih/panitia untuk diperbanyak

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

92

Materi Inti 3 DASAR-DASAR PERILAKU KESEHATAN DI MASYARAKAT

DASAR-DASAR PERILAKU KESEHATAN DI MASYARAKAT

Pengertian Perilaku 1. Terbentuknya perilaku individu Perilaku secara mendasar berorientasi kepada tujuan, dengan kata lain bahwa perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Namun kita seringkali heran ”mengapa saya melakukan sesuatu”, alasan bagi tindakan kita itu tidak selalu jelas dalam pikiran sadar kita (Hersey & Blanchard, 1982). Dari pandangan antropologis, perilaku individu digambarkan sebagai resultan atau totalitas dari kebutuhan individu, usaha individu untuk memenuhi kebutuhan itu dan pengetahuan budaya pengetahuan masa lalu tentang cara memenuhi kebutuhan itu) yang dimilikinya, yang kemudian dijadikan acuan untuk menginterpretasikan sesuatu objek yang dihadapinya serta menetapkan cara bertindak untuk mencapai tujuannya. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain, disamping itu setiap komponen ini, secara keseluruhannya saling

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

93

dipengaruhi dan mempengaruhi dengan ekosistem dimana individu itu berada dalam kurun waktu yang cukup lama (Suparlan, 1986).

Bagan Terbentuknya Perilaku

Nilai, norma, tradisi, sikap, kepercayaan, iptek dan sistem sosial dll.

Pengetahuan kebudayaan

Dipengaruhi

Perilaku

Kebutuhan yg. ingin dipenuhi

Upaya memenuhi kebutuhan

EKOSISTEM (Lingkungan Fisik dan Sosial, termasuk individu-2 lain)

Skema Perilaku Model Baderel Munir, 1996

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

94

2. Kebutuhan, sebagai sumber perilaku Pada dasarnya, kebutuhan hidup manusia bersifat universal, berlaku bagi setiap orang. a. Kebutuhan Primer atau kebutuhan utama, meliputi aspekaspek biologis/ organisma tubuh manusia; b. Kebutuhan Sekunder atau kebutuhan sosial; yang terwujud sebagai akibat dari adanya usaha-usaha untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tergolong kebutuhan primer, yang harus dipenuhinya dengan cara melibatkan orang lain; c. Kebutuhan Integratif, yang muncul dan terpancar dari hakekat manusia sebagai makhluk pemikir dan bermoral (perbedaan dengan makhluk lainnya) yang fungsinya adalah mengintegrasikan berbagai kebutuhan dan kebudayaan menjadi satuan sistem yang bulat dan menyeluruh serta masuk akal bagi para pendukung kebudayaan tersebut, yakni mencakup kebutuhan akan adanya perasaan benar/salah, adil/tak adil, mengungkapkan perasaan dan sentimen kolektif/kebersamaan, keyakinan diri (self confidence) dan keberadaan diri (existence), ungkapan-ungkapan estetika dan keindahan, rekreasi dan hiburan (Peddington). Beraneka ragamnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhinya, baik secara terpisah maupun bersama-sama sebagai satu satuan kegiatan, menyebabkan terciptanya beraneka ragam model pengetahuan yang menjadi pedoman hidupnya, yang berguna atau relevan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, pada hakekatnya setiap tindakan atau perilaku manusia adalah perwujudan dari upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk melakukan suatu tindadakan apapun manusia selalu berpedoman kepada model-model pengetahuan yang sesuai, yang diperolehnya dari pengalaman dan dari kebudayaannya, antara lain berupa nilai-nilai, norma-norma, tradisi, sikap, etika serta pengetahuan dan teknologi lain yang dimilikinya.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

95

Jenis-jenis Perilaku kesehatan 1. Perilaku kesehatan yang Ideal (ideal berhavior) a. Ialah tindakan terkait dengan kesehatan yang bisa diamati (observable), yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu warga masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah kesehatan. b. Contoh, perilaku ideal untuk menghindari penyakit malaria. 1) Membuang air limbah di saluran pembuangan agar tidak menyebabkan genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. 2) Memasang kawat kasa di rumah guna mencegah masuknya nyamuk. 3) Memakai/menyemprot obat anti nyamuk ± 15 menit sebelum tidur. 4) Memakai kelambu kalau tidur, terutama di malam hari. 5) Menyimpan pakaian di lemari tertutup (tidak bergantung di dinding). 6) Minum obat pencegahan malaria sesuai aturannya. 2. Perilaku kesehatan sekarang (current behaviour) a. lalah perilaku kesehatan yang betul-betul sedang dilakukan oleh sasaran saat ini. b. Dapat diidentifikasi dengan observasi lapangan untuk dibandingkan dengan perilaku ideal. 3. Perilaku yang diharapkan (expected/ feasible behaviour) Adalah perilaku kesehatan yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran sebagai tujuan dari promosi kesehatan, disebut juga target behaviour. Disamping kriteria diatas, Dunn (1986) dalam Kalangie (1992) mengkategorikan jenis-jenis perilaku kesehatan menjadi empat bagian, yaitu: 1. Perilaku yang tak disadari merugikan kesehatan 2. Perilaku yang disadari merugikan kesehatan 3. Perilaku yang tak disadari menguntungkan kesehatan 4. Perilaku yang disadari menguntungkan kesehatan.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

96

sadar Menguntungkan kesehatan

1

tak sadar 1.

3

sadar Merugikan kesehatan

2.

3.

2

4 4.

Jenis perilaku yang disadari, menguntungkan kesehatan. Jenis perilaku yang disadari, merugikan kesehatan. Jenis perilaku yang tak disadari, menguntungkan kesehatan. Jenis perilaku yang tak disadari, merugikan kesehatan.

Penyebab Perubahan Perilaku Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat, ada orang yang mudah dan cepat berubah perilakunya, ada pula yang sulit dan memerlukan waktu lama untuk berubah, bahkan tak akan pernah berubah. Kita sadari bahwa perilaku individu warga masyarakat merupakan sesuatu yang kompleks, sekompleks tatanan budaya yang melatarbelakangi perilaku itu. Oleh karena itu, sebelum membantu proses perubahan perilaku sasaran, provider kesehatan perlu memahami ”apa yang ada di benak pikiran” sasaran, yang dijadikannya acuan ketika dia akan melakukan suatu perilaku ter-tentu, meliputi nilai-nilai, norma, sikap dan adat-istiadat serta pengetahuan budaya apa yang melatarbelakangi perilaku tersebut. Selain itu, seorang provider kesehatan perlu juga memahami dinamika perubahan perilaku manusia secara umum, yaitu faktor-faktor apa yang mendorong atau menghambat orang merubah cara berpikir dan cara mereka berperilaku. Beberapa kondisi yang dapat mendorong perubahan perilaku, antara lain: 1. Adanya pengetahuan baru terkait dengan perilaku sebelumnya, yang terbukti lebih menguntungkan kesehatan, dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai, norma, adat-istiadat yang dianut. 2. Adanya rangsangan emosional (bersumber dari keluarga, temanteman dan/ atau atasan), berupa rasa takut, rasa malu, perasaan tidak enak, rasa cinta, atau harapan tertentu yang mendorong Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

97

individu mengadopsi perilaku baru. 3. Adanya pengaruh kuat dari lingkungan (fisik dan sosial), seperti faktor sosial, ekonomi, hukum dan teknologi terhadap kehidupan sehari-hari individu. a. Economic Cost, misalnya: biaya, waktu, dan lain-lain sumber daya. b. Social Cost, misalnya: rasa malu, bingung, dan sebagainya 4. Adanya Persaingan, yaitu perilaku yang harus dilaksanakan oleh individu pada waktu bersamaan akan dilakukan juga oleh lingkungan sosialnya.

Proses perubahan perilaku Untuk perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama. jarang ada orang yang langsung merubah perilakunya setelah satu kali mendengar. Para ahli mengemukakan 5 (lima) tahap dalam proses perubahan perilaku individu, yaitu: 1. Pengetahuan tentang perilaku baru yang diperkenalkan, 2. Setuju untuk mengadopsi perilaku baru, 3. Niat untuk mencoba perilaku baru, 4. Praktek, melaksanakan perilaku baru pada saatnya diperlukan, 5. Advocacy, penguatan untuk mengadopsinya secara permanent. Proses perubahan bisa terjadi seperti urutan diatas, melalui proses internalisasi dalam pikiran seseorang dalam waktu yang cukup lama, namun bisa juga terjadi dalam hitungan detik saja, seseorang segera mengadopsi perilaku baru, tergantung kepada kecepatan internalisasi yang di dalamnya terjadi proses analisis, apakah perilaku baru tersebut: 1. membawa manfaat atau keuntungan untuk diaplikasikan, 2. tidak bertentangan dengan nilai-nilai, norma serta adat-istiadat yang dianut. 3. mudah untuk diaplikasikan. 4. membutuhkan biaya yang lebih besar atau lebih kecil.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

98

Contoh: 

Kadang-kadang orang mau mengubah perilakunya karena adanya tekanan dari lingkungan, dan adanya sifat konformitas untuk menyesuaikan diri dengan keinginan lingkungan, takut melanggar nilai-nilai, norma serta adat-istiadat yang dianut lingkungan, jadi bukan karena kesadarannya bahwa perilaku tersebut baik baginya.



Setelah mempraktikkan perilaku tersebut selama beberapa waktu, ia menyadari bahwa perilaku tersebut banyak menfaat bagi dirinya.



Inilah yang mendorong ia untuk menerima perilaku tersebut dan memutuskan untuk terus mempraktikkannya. Kelima karakteristik perubahan perilaku yang dikemukakan di atas secara terinci mencakup hal-hal berikut

Tahap2 Perubahan Perilaku

1. Pengetahuan (Knowledge)

2. Persetujuan

Perilaku Sasaran  Apakah sasaran mengetahui, perilaku baru apa yang perlu diikuti?  Apakah sasaran menyetujui perilaku baru tsb? Bila tidak, mengapa?  Apakah orang lain melaksanakannya juga?  Apakah lingkungan mendukung ?

Perilaku Provider (komunikator)  Apakah komunikator membuat informasi itu :  Terjangkau  Jelas  Konsisten

 Apakah komunkator menciptakan rasa percaya?

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

99

3. Niat (Intention)

4. Praktik (Practice)

5. Advokasi

 Apakah sasaran melihat bahwa itu bermanfaat baginya?  Apakah sasaran berniat untuk menerima perilaku yang disarankan?  Apakah sasaran mempraktekkan apa yang disarankan  Apakah sasaran puas dan cukup percaya diri untuk bicara?

 Apakah komunikator menginformasikan keuntungankeuntungan dari perilaku baru yang dirasakan

 Apakah komunikator membantu menciptakan rasa percaya diri, shg sasaran merasa bebas untuk bicara ?

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI

100

Bahan diskusi terkait dengan kesehatan di masyarakat: Perilaku yang menguntungkan kesehatan 1. ........... 2. ........... 3. ........... 4. dst

Disadari

Tidak disadari

Perilaku yang merugikan kesehatan 1. ........... 2. ........... 3. ........... 4. dst

Disadari

Tidak disadari

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

101

Materi Inti 4 KOMUNIKASI EFEKTIF

KOMUNIKASI EFEKTIF Pengertian Komunikasi Beberapa Pengertian Komunikasi Seringkali kita mendengar kata "komunikasi" melalui percakapan sehari-hari "komunikasi" sering pula dipakai dalam pengertian yang berbeda. Dokter berbicara mengenai penyakit yang dapat dikomunikasikan (Comunicable disease). Para insinyur berbicara mengenai sistem komunikasi antar daerah, dan para industriawan berbicara mengenai alat komunikasi. Untuk menyimak lebih lanjut mengenai pengertian komunikasi di bawah ini akan dikemukakan beberapa rumusan mengenai pengertian komunikasi: a. Wilbur Schramm (1954) merumuskan bahwa arti komunikasi adalah "getting the receiver and the sender "tuned" together for particular massage (menyebabkan penerima dan pengirim bersesuaian terhadap pesan tertentu. b. Robins (1982) merumuskan komunikasi sebagai "perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain. c. Dr. Phil Astrid Susanto (1977) mengemukakan bahwa komunikasi adalah "proses pengoperan lambang-Iambang yang mengandung arti d. Hovland (1948) merumuskan komunikasi sebagai "the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal simbols) to modify the behavior of other individuals (communitees). Arti proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimuli (biasanya dalam bentuk lambang) untuk Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

102

mengubah tingkah laku orang lain. e. Keith Davis seperti dikemukakan oleh Citroboto (1978) merumuskan komunikasi itu sebagai "the process of passing information and understanding from one person to another (proses penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lainnya). Perumusan-perumusan seperti dikemukakan oleh para ahli di atas, sesungguhnya hanyalah merupakan salah satu pegangan bagi kita dalam memahami pengertian komunikasi. Walaupun rumusanrumusan diatas hanyalah merupakan pegangan (sementara) dalam memahami pengertian komunikasi, tetapi dari rumusan-rumusan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam komunikasi terjadi proses penyampaian pesan, gagasan, informasi dari seseorang terhadap orang lain. b. Penyampaian pesan, gagasan dan informasi ini menggunakan lambang-Iambang tertentu. c. Penyampaian pesan gagasan dan informasi dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan lambang, merupakan suatu proses. d. Pesan, gagasan dan informasi dari yang disampaikan diharapkan dapat menimbulkan pengaruh dalam bentuk perubahan tingkah laku terhadap si penerima. Maka dengan simpulan-simpulan seperti diuraikan diatas, dapatlah disusun suatu rumusan mengenai pengertian komunikasi yang lebih lengkap. Rumusan itu adalah, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, gagasan, informasi yang menggunakan lambang-Iambang dari seseorang ditujukan kepada orang lain dengan harapan adanya pengaruh terhadap penerima pesan.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

103

4 (empat) Unsur Komunikasi Didalam studi komunikasi, model komunikasi yang sering dianut adalah yang mempunyai 4 (empat) komponen. Keempat komponen ini adalah : 1 Sumber (S) a. Semua komunikasi berasal dari suatu sumber. Sumber ini mungkin dalam bentuk kelompok, bahkan dalam bentuk kelembagaan. b. Dalam proses komunikasi, sumber dituntut untuk mempunyai keterampilan-keterampilan seperti berbicara, berfikir, menulis dan lain-lain. Sumber juga diharapkan mempunyai sikap yang positif terhadap penerima pesan. Selain itu sumber seyogyanya mempunyai pengetahuan yang mendalam terhadap pesan yang disampaikan maupun terhadap penerima pesan 2 Pesan (P) a. Pesan-pesan dalam proses komunikasi disampaikan melalui bahasa tertentu yang sama dengan bahasa penerima pesan. Pesan inipun dapat disampaikan melalui musik, seni maupun gerakan-gerakan tubuh atau isyarat-isyarat tertentu. b. Tingkat kesulitan pesan harus dipertimbangkan sebelum pesan disampaikan kepada si penerima pesan. Artinya tingkat kesulitan pesan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan/pendidikan dari si penerima pesan. c. si pesan perlu disesuaikan dan diorganisasikan dengan tujuan untuk disesuaikan dengan karakteristik penerima pesan serta untuk mempermudah penyampaian 3 Saluran/Media (S/M) a. Apabila pesan telah diciptakan oleh sumber, maka sumber harus menentukan saluran atau media apa yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Saluran/media dalam proses komunikasi dapat berbentuk : 1) rapat pertemuan-pertemuan, percakapan 2) radio, rekaman 3) televisi, film 4) demontrasi, latihan 5) Surat kabar, majalah dan buku

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

104

b. Biasanya komunikasi akan lebih berhasil, apabila semua saluran/media digunakan. Ini terutama disebabkan, karena dengan banyak media digunakan berarti makin banyak pula panca indra kita yang diaktifkan untuk menerima pesan. Jadi dalam menerima pesan tidak hanya semata-mata melalui indra pendengar, tetapi juga melalui indera-indera lainnya. c. Penggunaan multi media dengan intensitas yang tinggi dalam penyampaian pesan, akan memberikan pengaruh yang mendalam terhadap penerima pesan. Sebaliknya penggunaan satu media dengan intensitas yang rendah dalam menyampaikan pesan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang mendalam terhadap penerima pesan. 4 Penerima (P) a. Komponen terakhir dalam proses komunikasi adalah penerima pesan. Penerima pesan ini dapat berupa individu atau kelompok bahkan kelembagaan. b. Lancar tidaknya suatu proses komunikasi banyak tergantung kepada pengetahuan, sikap dan keterampilan penerima pesan tersebut. Untuk lebih memahami komunikasi sebagai suatu sistem, maka bagan berikut ini kiranya dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

105

Bagan I Komunikasi sebagai sistem SUMBER

PESAN

SALURAN/MEDIA

PENERIMA

Umpan Balik

Bagan 2 Dimensi yang mempengaruhi komponen dalam proses komunikasi Sumber

Pengetahuan Keterampilan Sikap

Pesan

Tingkat kesulitan Seleksi organisasi

Saluran/media

Intensitas banyaknya

Penerima

Pengetahuan Keterampilan Sikap

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

106

Hambatan-hambatan Dalam Komunikasi Ketidaklancaran komunikasi disebabkan karena beberapa faktor : a. Kebisingan b. Keadaan psikologis penerima pesan c. Kesalahan penilaian d. Kurang keterampilan berkomunikasi e. Kurang pengetahuan f. Kurang pemahaman terhadap sistem sosial g. Penyajian yang verbalistik g. Bahasa h. Jarak i. Satu arah j. Kurang berfungsinya alat indera k. Isi pesan yang berlebihan/terlalu banyak

Beberapa Prinsip Dalam Komunikasi Prinsip-prinsip Komunikasi Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap komunikator atau pemimpin dalam melakukan komonikasi. penggunaan prinsip-prinsip ini dimaksudkan agar komunikasi yang dilakukan menjadi lebih efektif Komunikasi dikatakan efektif, apabila terdapat perubahan sikap pada subjek penerima pesan sesuai dengan kehendak komunikator. 1. Komunikasi harus dapat membangkitkan minat subjek penerima pesan Dalam komunikasi sesungguhnya komunikator berfungsi sebagai penjual. Ini berarti ia harus dapat memasarkan pesan atau gagasan kepada subjek penerima pesan. Apabila penerima pesan tidak tergugah minatnya untuk menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator berarti komunikator gagal sebagai penjual. Oleh karenanya penjual harus dapat menguasai taktik penjualan.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

107

Faktor lain yang ikut pula membangkitkan minat subjek penerima pesan dalam komunikasi adalah pengakuan terhadap harga di subjek tertentu. Pemikiran ini bertitik tolak dari suatu pengakuan bahwa setiap manusia itu mempunyai harga diri. Orang selalu senang apabila dihargai dan diperhatikan. Dalam komunikasi pengakuan terhadap harga diri subjek penerima pesan sangat penting. Sebaliknya apabila harga diri penerima pesan tidak diperhatikan oleh komunikator, maka dapat dipastikan komunikasi itu tidak akan berjalan dengan lancar. Selain pengaruh terhadap harga diri subjek penerima pesan dalam komunikasi seorang komunikator harus dapat mendorong rasa ingin tahu dari subjek tersebut. Ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa setiap orang mempunyai rasa ingin tahu baik terhadap dirinya. Apabila komunikator mampu membangkitkan rasa ingin tahu dari subjek penerima pesan, maka minat mereka terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator akan timbul. 2. Komunikasi harus dapat mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan Prinsip ini bertitik tolak dari suatu anggapan bahwa makin mampu berkomunikator mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan, maka makin mudah pesan-pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh subjek penerima pesan. Untuk mengaktifkan alat-alat subjek penerima pesan, maka penyampaian pesan-pesan tersebut perlu dibantu dengan alat-alat peraga. Dengan penggunaan alat peraga tersebut, subjek penerima pesan tidak hanya mendengar saja, tetapi juga dapat melihat, menghayati dan bahwa mengalami sendiri terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut bahwa pesan-pesan tersehut perlu. Bagaimanakah hasil komunikasi dengan menggunakan alatalat peraga ? . Suatu studi yang dikemukakan oleh Citrobroto (1979) menggunakan kata-kata saja tanpa menggunakan alat peraga hasilnya kurang lebih 15%. Dan apabila komunikator menggunakan alat peraga yang dapat dilihat, maka hasilnya meningkat menjadi kurang lebih 55%. Sedangkan apabila subjek penerima pesan mengalami sendiri, maka hasilnya Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

108

menjadi kurang lebih 90%. Atas dasar prinsip diatas, maka komunikasi seyogyanya dibantu dengan alat-alat peraga. Alat peraga tersebut dapat berupa alat pandang dengan seperti overhead projector (OHP), film slide projector dan tape recorder. 3. Pesan-pesan komunikasi harus sudah dipahami dan dimengerti oleh subjek menerima pesan Prinsip ini bertitik tolak dari suatu pemikiran bahwa pesanpesan yang mudah dimengerti akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan. Agar pesan pesan itu mudah dimengerti oleh subjek penerima pesan, maka komunikator melakukan hal-hal berikut : a. Pesan-pesan disusun secara sistematik. Artinya jelas urutan-urutannya dari pokok ke bagian-bagian atau sebaliknya. Dan dari deduktif ke induklif atau sebaliknya b. Pesan-pesan diuraikan dengan menggunakan ungkapanungkapan yang nyata, misalnya dengan memberikan contoh-contoh ilustrasi, memberi perbandingan atau menguraikan hal-hal yang berlawanan 4. Pesan-pesan dalam Komunikasi seyogyanya selalu diulang-ulang Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan yang selalu diulang-ulang oleh komunikator akan memudahkan subjek penerima pesan untuk mengingat pesan tersebut. Di dalam komunikasi tidak seluruh pesan yang diulang, tetapi hanya bagian-bagian yang penting saja yang perlu diulang-ulang. Dengan pengulangan semacam ini, maka isi pesan yang dipandang penting oleh komunikator akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan. 5. Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator seyogyanya mempunyai nilai guna kepada subjek penerima pesan Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan yang dipandang memberikan manfaat kepada diri subjek penerima pesan akan membangkitkan minat mereka terhadap pesan tersebut. Disamping itu pula pesan-pesan yang

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

109

dianggap mempunyai manfaat oleh subjek penerima pesan, akan mudah diingat-ingat dan mudah diresapkan. Oleh karena itu bagi komunikator perlu memperhatikan sampai berapa jauh kegunaan pesan tersebut terhadap subjek penerima pesan

Implikasi dan Fungsi Komunikasi 1. Fungsi Komunikasi Sejak zaman Yunani Purba komunikasi sudah dipandang sebagai suatu seni. Sampai dengan abad ke-20 komunikasi tidak hanya dipandang sebagai seni semata, tetapi telah merupakan bidang studi tersendiri dalam ilmu komunikasi. Komunikasi sesungguhnya merupakan proses yang rumit. Ini terutama disebabkan karena kita dipaksa untuk menuangkan pesan-pesan, gagasan-gagasan kita ke dalam bahasa. Untuk melakukan hal ini dengan efektif, kita harus merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai dengan melakukan komunikasi tersebut. Dilain pihak, dalam komunikasi kita harus memperhatikan kebutuhankebutuhan subjek penerima pesan. Apabila komunikasi yang kita lakukan tidak memperhatikan kebutuhan subjek penerima pesan, ini berarti kita hanya berkomunikasi terhadap diri sendiri. Di tinjau dari fungsinya, maka komunikasi mempunyai fungsi seperti yang dikemukakan oleh Kertapati (1981) sebagai berikut : a. untuk menarik perhatian atau penghibur b. memberi penerangan dan mendidik c. menggairahkan serta mendorong d. meyakinkan Dengan keempat fungsi diatas, kita dapat menilai betapa pentingnya komunikasi itu bagi seorang pemimpin atau komunikator yang sehari-harinya sering berhubungan dengan orang lain.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

110

2. Aspek-aspek penting dalam Komunikasi a. Cara Penyajian Pesan Dalam komunikasi dengan kelompok, komunikator dituntut untuk menyampaikan pesan-pesannya itu dengan sebaik mungkin. Demikian pula dalam menyajikan pesan tersebut kepala subjek penerima pesan. Suatu pesan akan mudah dipahami oleh subjek penerima pesan apabila penyajian pesan itu menggunakan pola-pola tertentu. Ada beberapa pola penyajian yang kita gunakan dalam komunikasi diantaranya 1) Penyajian yang menitikberatkan pada sebab akibat. Dalam pola penyajian ini komunikator membahas pesannya dari sudut sebab akibat. Misalnya, pesan yang ingin disampaikan pesan di atas, komunikator akan membahas, mengapa kita perlu meningkatkan produksi pangan. Dan apa akibatnya apabila produksi pangan gagal. 2) Penyajian yang menitik beratkan pada tinjauan bidang tertentu Dalam penyajian semacam ini, komunikator membahas pesan-pesannya dari sudut pandang bidang-bidang tertentu, Misalnya masalah peningkatan produksi pangan ditinjau dari bidang kependudukan, pertahanan, kesehatan dan lain sebagainya. 3) Penyajian yang menitik beratkan kepada pemecahan masalah Dalam pola penyajian semacam ini, pertama-tama komunikasi membahas pesannya dengan menggunakan urutan bahasan sebagai berikut : a) Mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi b) Mengajukan beberapa data mengenai permasalahan tersebut c) Mengajukan beberapa altematif pemecahan permasalahan dengan memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan masing-masing altematif tersebut d) Memilih salah satu alternatif yang terbaik

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

111

4) Penyajian yang menitik beratkan pada aspek tempat Dalam pola penyajian ini, komunikasi membahas pesanpesan dengan bertolak pada aspek tempat. Misalnya pesan mengenai "Peningkatan Produksi Pangan". Komunikator dalam menyampaikan pesan itu, memulai dengan membahas bagaimana peningkatan produksi pangan dilakukan di Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan lain sebagainya 5) Penyajian yang menitik beratkan pola aspek waktu Dalam pola penyajian ini, Komunikator membahas pesanpesan dengan menggunakan urutan waktu. Misalnya membahas peningkatan produksi pangan pada masa perang kemerdekaan, sebelum Orde Baru pada masa Orde Baru. 6) Penyajian yang integral Dalam pola ini Komunikator membahas pesan-pesan dengan menggunakan beberapa pola secara integral. Misalnya penyajian pesan menggunakan pola pemecahan masalah dikembangkan dengan aspek waktu atau tempat. b. Sistem Penyajian Pesan Sistematika penyajian dimaksudkan adalah suatu urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh komunikator dalam menyajikan pesannya kepada subjek penerima pesan. Dionel Croker mengemukakan ada 5 (lima) urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang komunikator sebelum ia menyajikan suatu pesan kepada subjek penerima. Kelima urutan kegiatan itu ialah : 1)

Persiapan Dalam tahap ini komunikator menentukan bahan yang akan dijadikan pesan. Untuk itu ia harus mempersiapkan bahan tersebut dengan mencari bahan-bahan tersebut dari tulisan-tulisan yang ada di surat kabar, buku-buku, bahkan kalau perlu ke perpustakaan. Selanjutnya hasil pengumpulan bahan tersebut kita catat pokok-pokoknya, sehingga fikiran kita mempunyai kerangka yang jelas terhadap isi pesan yang ingin kita sajikan

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

112

2)

Penyusunan Hasil pengumpulan bahan yang telah kita catat pokokpokoknya selanjutnya kita susun dalam suatu susunan yang logik sesuai dengan tujuan kita. Dalam penyusunan bahan-bahan ini maka perlu diingat mengenai subjek penerima pesan dan situasi dalam menyusun bahan-bahan tersebut, perlu pula diperhatikan gaya penyampaian yang akan kita lakukan. Gaya ini penting karena akan dapat pula merangsang serta membangkitkan perhatian subjek penerima pesan.

3)

Penyimpanan bahan dalam ingatan . Setelah bahan-bahan tersebut telah tersusun, maka bahan-bahan itu perlu kita simpan dalam ingatan kita. Penyimpanan bahan tersebut dalam ingatan dimaksud untuk melancarkan kita dalam menyampaikan pesan. Tetapi walaupun demikian, ingatan kita itu perlu pula dibantu dengan catatan bagian-bagian bahan yang penting. Rasa gemetar dan rasa cemas akan dapat dihilangkan, apabila komunikator, mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri akan muncul, apabila komunikator menguasai isi pesan yang akan disampaikan.

4)

Tulisan Seandainya komunikator terpaksa menuliskan pesan itu ke papan tulis, maka tulisan tersebut harus jelas sehingga dapat dibaca semua subjek penerima pesan.

5)

Suara Seperti halnya dengan tulisan, maka suara yang diucapkan harus jelas dapat didengar oleh semua subjek penerima pesan. Demikian pula kata-kata yang diucapkan disampaikan jelas, juga mudah ditangkap maknanya.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

113

Materi Inti 5 METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN/ PROMKES

METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN Pengertian Metode dan Teknik Penyuluhan Metode adalah: suatu alat untuk menghantar materi dan pesan kesehatan, yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sasaran”. Teknik adalah cara menggunakan "alat" untuk penghantar materi atau pesan kesehatan. Sangat tergantung kepada kemampuan petugas dan kondisi yang ada, misalnya prasarana dan sarana yang tersedia seperti ruangan, media penyuluhan kesehatan yang diperlukan Metode penyuluhan kesehatan dapat dibagi berdasarkan : 1. metode penyuluhan kesehatan berdasarkan jumlah sasaran. a. Perorangan : kunjungan rumah, konseling b. Kelompok : diskusi kelompok terarah c. Massa : kampanye penyuluhan massa (Elektronik, cetak dan tradisional) . 2. Metode penyuluhan kesehatan berdasarkan cara penyampaian. a. Langsung : tatap muka, dialog b. Tidak langsung : melalui media (TV, Radio, Surat kabar)

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

114

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Metode Dan Teknik Penyuluhan Kesehatan 1. Tujuan yang ingin dicapai. a. Meningkatkan pengetahuan sasaran, maka metode yang digunakan dapat : 1) Ceramah : a) titip pesan melalui khotbah agama b) media tradisional - Diskusi : Diskusi Kelompok, diskusi pleno 2) Tanya jawab a) Curah pendapat b) Penel diskusi b. Meningkatkan kesadaran sasaran, metode yang dapat digunakan adalah bermain peran, simulasi c. Meningkatkan keterampilan/kemampuan sasaran, metode yang dapat digunakan adalah 1) peragaan / demontrasi 2) kerja kerompok 3) kerja perorangan 4) praktek lapangan 2. sarana dan prasarana Bila akan menggunakan metode peragaan, demonstrasi, cek ketersediaan media ada atau tidak, ruangan yang akan digunakan untuk demonstrasi memenuhi syarat atau tidak lain-lain 3. Waktu Waktu kadang-kadang merupakan kendala utama dalam pelatihan, karena ada beberapa metode persiapannya memerlukan waktu yang lama seperti kampanye perlu perencanaan yang matang agar tujuan dapat tercapai 4. Fasilitator/petugas Kemampuan fasilitator dalam penggunaan metode memegang

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

115

peranan penting, metodenya bagus tetapi fasilitator/petugas tidak menguasai maka tujuannya tidak tercapai. 5. Jangan lupa untuk mengamati keadaan sasaran/masyarakat seperti tingkat pendidikan, ekonomi, sosial budaya, kebiasaan sehari-hari, karena hal ini sangat menentukan keberhasilan penyuluhan kesehatan Contoh: kebiasaan berkumpul di lapo tuak sebagai ajang komunikasi pada masyarakat Bata Toba.

Jenis-jenis Metode Penyuluhan 1. Penyuluhan perorangan Penyuluhan perorangan adalah penyampaian pesan dari seseorang ke satu orang atau lebih. Penyuluhan perorangan dilakukan melalui kunjungan rumah dan pemantauan kartu rumah. Metode yang digunakan dalam melakukan penyuluhan" perorangan adalah wawancara/tatap muka dan atau demonstrasi atau peragaan. 2. Kunjungan Rumah : adalah Serangkaian kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) perorangan/tatap muka yang saling mendukung dengan mengunjungi rumah setiap keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan gizi keluarga untuk membantu memecahkan masalahnya. a. Pelaksana Kunjungan rumah: Dilakukan oleh Tim PKMD Desa/TPM Desa pada keluargakeluarga yang punya masalah serius dan peka yang tidak mau dibahas di depan teman-temannya. b. Tujuan kunjungan rumah : 1) Menjalin hubungan baik dengan keluarga 2) Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi keluarga tersebut dan membantu memecahkan masalahnya 3) Mendorong keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan dan pemecahan masalah yang bisa dilakukan sendiri dan yang memerlukan bantuan petugas.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

116

c.

Langkah-langkah merancang pelaksanaan kunjungan rumah: 1) Persiapan (Pl) a) Rapat Tim PKMD Desa membahas hasil pelaksanaan DKT. b) Mempelajari kesimpulan yang dibuat dalam DKT yang perlu ditindak lanjuti. c) Menetapkan keluarga-keluarga yang akan dikunjungi d) Menetapkan topik dan tujuan yang akan dibahas. e) Menyiapkan bahan-bahan dan media yang diperlukan f) Menentukan jadwal kunjungan rumah g) Menentukan petugas kunjungan rumah. h) Memikirkan kemungkinan tindak lanjut. 2) Pelaksanaan Kunjungan Rumah (P2) Melaksanakan Kunjungan rumah sesuai jadwal yang telah dibuat. Langkah-Iangkah kunjungan rumah S A J I

= = = =

Salam Ajak bicara. Jelaskan Ingatkan

a) Salam - Ucapkan salam kepada yang punya rumah - Bina suasana agar timbul keakraban seperti tanyakan kesehatannya, - putranya dan lain-lain, pembicaraan yang sifatnya ringan-ringan dan dimengerti yang punya rumah. - Jelaskan maksud kedatangan Anda, yaitu ingin mengunjungi ibu/bapak/anak yang ada masalah - Tunjukkan sikap bahwa Anda ingin membantu meringankan/memecahkan masalah keluarga. - Katakan bahwa masalah keluarga tersebut dapat diatasi secara bersama. b) Ajak Bicara - Beri penjelasan hal-hal yang dapat dilakukan keluarga untuk mengatasi masalahnya - Gunakan alat peraga, agar penjelasan Anda dapat dimengerti oleh keluarga

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

117

-

Ajak keluarga tersebut ke tempat pelayanan kesehatan terdekat untuk mengatasi masalahnya

c) Jelaskan dan Bantu - Jelaskan kepada keluarga upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalahnya, agar dapat melakukan pencegahannya. Apabila masalah tersebut tidak dapat diatasi sendiri oleh keluarga, dapat minta bantuan kepada ibu bidan atau puskesmas dengan menggunakan kartu sehat. Gunakan media (alat bantu belajar) sehingga keluarga tersebut dapat menerima pesan yang Anda sampaikan dengan benar. d) Ingatkan - Ingatkan kepada keluarga tersebut kesepakatan yang telah disanggupi seperti datang ke tempat pelayanan kesehatan terdekat - Penanganan tindak lanjut agar masalahnya tidak terulang kembali - Buat perjanjian untuk bertemu kembali e) Evaluasi (P3) Berhasil tidaknya kunjungan rumah dapat dilihat dari tindakan keluarga yang dikunjungi mau mengikuti anjuran yang telah diberikan 3) Kalau kunjungan anda ditolak ? a) Jangan berkecil hati, b) Jangan memaksakan untuk diterima, c) Tetap bersikap ramah d) Ajak orang yang dipercaya/disegani oleh keluarga tersebut pada kunjungan berikutnya, misalnya keluarganya, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dll.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

118

4) Kalau kunjungan anda diterima ? a) Berkenalan dulu, bina suasana yang akrab, b) Jangan membicarakan tentang maksud kedatangan Anda terlebih dahulu c) Bina kepercayaan mereka dahulu d) Kalau ada masalah keluarga yang akan dibicarakan dalam Diskusi Kelompok Terarah, bicarakan dulu, apakah mereka setuju atau tidak ? Bila tidak setuju cukup dibahas dalam kunjungan rumah. e) Bila keluarga perlu datang ke Posyandu untuk memperoleh pemberian Makanan Tambahan (PMT), sarankan dengan halus, jangan sampai menyinggung perasaannya. 3 (tiga) HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM KUNJUNGAN RUMAH

1. Jelaskan maksud kedatangan Anda ! Sampaikan penjelasan yang sederhana menarik, sesuai kebutuhan keluarga tersebut. Gunakan media yang tepat 3. Simpulkan, ulangi dan tekankan pesan-pesan yang perlu diingat

2.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

119

3. Penyuluhan kelompok Yang dimaksud dengan penyuluhan kelompok adalah penyampaian pesan melalui pertemuan kelompok, misalnya kelompok tani, kelompok arisan, kelompok agama, kelompok PKK dan sebagainya. Dalam penyuluhan kelompok ada yang secara sengaja mengundang peserta misalnya pada pertemuan di desa, arisan, dan penyuluhan WTS dilokalisasi. Namun ada pula yang dilaksanakan dengan tidak mengundang peserta, misalnya ngobrol di warung kopi, ngobrol di pos kamling, ngobrol sambil berjalan bersama ke pasar, ngobrol sambil mencuci baju di sumur bersama, dan sebagainya. Jumlah peserta 10 sampai 40 orang 4. Pengertian Diskusi Kelompok Terarah Diskusi kelompok terarah adalah suatu proses komunikasi dua arah antara pemandu dengan peserta DKT yang terdiri dari Kader Keluarga (KK) dan antara sesama peserta DKT. a. Tujuan & manfaat diskusi kelompok terarah 1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dari keterampilan Kader Keluarga (K2) agar berdaya mengenali dan mengatasi masalah kesehatan di keluarganya 2) Mencari jalan ke luar untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga yang ada dalam Kartu Kesehatan Keluarga (K3) baik yang dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat maupun bantuan petugas. 3) Mendorong keluarga agar berani berbicara 4) Wahana untuk mengenali masalah dan pemecahannya 5) Upaya untuk pemberdayaan keluarga. b. Diskusi kelompok terarah dalam pengumpulan data kwalitatif Bertujuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari peserta DKT tentang topik yang dibahas informasi yang diperoleh akan digunakan untuk menyusun suatu kegiatan komunikasi. pesertanya adalah masyarakat yang telah ditetapkan. c.

Langkah-langkah merancang pelaksanaan diskusi kelompok terarah 1) Persiapan (P1) a) Rapat Tim (PKMD) Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

120

b) Pelajari terlebih dahulu masalah yang ada dalam K3 atau sumber data yang lain c) Tentukan topik yang akan dibahas dalam DKT, masalah prioritas (peringkat I-II) dari SMD tingkat Dasa Wisma d) Tentukan tujuan e) entukan pemandu, pencatat dan pengamat f) Buat kesepakatan jadwal pertemuan, tempat dan waktunya g) Siapkan media yang diperlukan sesuai dengan topik yang dibahas (lembar balik, poster, gralit, gula, garam, sendok teh, sendok makan, bahan makanan dan lain-lain). h) penguasaan materi yang akan dibahas dengan mengembangkan pertanyaaan yang akan diajukan (panduan diskusi) i) Merancang tata duduk. 2) Pelaksanaan Diskusi Kelompok Terarah (P2) a) Ucapkan salam dan terima kasih atas kehadiran ibu/bapak dalam DKT b) Lakukan pembicaraan ringan untuk mencairkan suasana c) Membahas masalah kesehatan yang ada di keluarga d) Rumuskan topik yang akan dibahas dan minta persetujuannya e) Mulailah diskusi, bagi perhatian sama rata kepada semua peserta untuk membantu pemecahan masalah f) Gunakan media, agar yang disampaikan lebih jelas. g) Rumuskan kesimpulan dan tindak lanjut dari Diskusi Kelompok Terarah h) Buatlah perjanjian untuk pertemuan yang akan datang serta topik yang akan dibahas i) Tutuplah pertemuan dengan mengucapkan terima kasih. 3) Penilaian (P3) a) Langsung pada saat DKT berlangsung dengan melihat partisipasi peserta, dan kesepakatan-kesepakatan

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

121

yang dihasilkan b) Tidak langsung (sesudah DKT) laporan pengamat dan pencatat

dengan

melihat

4) Syarat-syarat pemandu DKT a) Mampu berkomunikasi dengan baik b) Punya kemampuan memecahkan masalah c) Mampu menyampaikan masalah kesehatan yang ditemui d) Mampu menjadi pendengar yang baik e) Berwawasan dalam arti luas. f) Sabar g) Bisa baca tulis h) Penampilan luwes/menyesuaikan dalam segala kondisi i) Mengerti tujuan yang ingin dicapai. 5) Peran pemandu dalam DKT a) Sebagai pengarah agar tidak melenceng dengan tujuannya b) Harus bisa menggali permasalahan dan menghidupkan diskusi. c) Seseorang mampu/menguasai materi pokok dan suasana itu sendiri. d) Memberikan wama pada DKT/ke mana arah DKT e) Orang yang bisa membuat suasana tidak tegang dan tujuan yang diharapkan tercapai. f) Penampilan yang baik. g) Mampu merangkum kesepakatan kedua belah pihak. h) Perlu kemampuan meyakinkan Keluarga bahwa diskusi merupakan i) kebutuhan untuk memberdayakan keluarganya j) Mampu memahami karakter peserta DKT. k) Bersikap netral l) Mampu menyusun prioritas masalah. 6) Kemampuan yang harus dimilik pemandu a) Dapat mengajukan pertanyaan secara hati-hati b) Dapat mendengar secara efektif c) Dapat mengenal komunikasi non verbal Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

122

d) Dapat menggunakan bahasa sederhana e) Dapat bersikap obyektif f) Dapat menggali lebih banyak pendapat, usul, saran dll. g) Dapat mendorong peserta berinteraksi h) Dapat menemukan kesamaan dan perbedaan. 7) Syarat-syarat peserta DKT a) Bisa baca tulis b) Mampu berkomunikasi dengan keluarganya tentang masalah kesehatan dan gizi 8) Syarat-syarat pencatat a) Bisa baca tulis b) Dapat mencatat secara ringkas dan tepat c) Menguasai topik bahasan. 9) Syarat-syarat pengamat a) Bisa baca tulis b) Mampu mengamati bahasa verbal & non verbal (bahasa tubuh) · c) Mampu membantu peserta DKT d) Mampu membantu pemandu e) Menguasai topik bahasan. 10) Pencatat Mencatat pokok-pokok hasil DKT yang berisi: topik, tujuan, masalah yang ditemui, kesepakatan, dan tindak lanjut. 11) Pengamat Mengamati suasana DKT yang meliputi : a) Percakapan b) Membantu peserta yang buta huruf c) Peran serta d) Bahasa tubuh e) Membantu pemandu mengatasi dominan.

peserta

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

yang

123

d. Evaluasi Hasil dari pengamatan dimanfaatkan sebagai bahan rapat Tim PKMD dalam rangka mengevaluasi atau untuk menindak lanjuti kegiatan DKT sekaligus persiapan DKT yang akan datang. e. Cara mengatasi peserta dominan 1) Tanggapi apa yang dikemukakan, kemudian pandangan pemandu segera dialihkan ke peserta lain untuk menanggapi pemyataan peserta lain. 2) Minta tolong kepada peserta dominan untuk mengambilkan minuman, diskusi terus dilanjutkan. f.

Cara mengatasi peserta yang diam saja selama diskusi kelompok 1) Memotivasi untuk mengeluarkan pendapatnya, kalau tidak mau, biarkan saja Diskusinya tetap berlanjut. 2) Kemudian lakukan kunjungan rumah untuk mencari tahu apa penyebabnya

g. Tindak lanjut diskusi kelompok terarah Bila dalam DKT ada hal-hal yang perlu ditindaklanjuti seperti pengadaan air bersih, maka pemandu segera menghubungi pihak terkait, seperti Puskesmas, Dinas Pekerjaan Umum, Aparat Desa untuk membahas masalah yang dihadapi masyarakat, untuk dicari jalan keluamya, sehingga keluarga peserta DKT merasa ada keuntungan atau manfaat ikut DKT. h. Daftar pertanyaan untuk diskusi simulasi DKT. 1) Apa yang kita lihat tadi ? 2) Apa yang dibicarakan ? 3) Ada berapa jumlah peserta yang hadir ? 4) Apakah semua peserta aktif ? 5) Adakah yang ingin menguasai percakapan ? 6) Adakah yang cuma diam saja ? 7) Bagaimana prosesnya ? 8) Bagaimana hasilnya ? 9) Apa kelanjutan dari DKT ini ? 10) Siapa pemandu tadi ? Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

124

11) Kalau anda menjadi pemandu pada DKT ini, apa saran saran anda ? 12) Adakah media yang digunakan ? 13) Kalau ada, apa medianya ? 14) Apa alasan memilih media tersebut ? 15) Kalau anda yang menjadi pemandu, media apa yang anda gunakan ? 5. Penyuluhan Massa Yang dimaksud dengan penyuluhan massa adalah penyampaian pesan kepada banyak orang, yang jumlahnya tidak terhitung. Batasan banyak dan sedikit amat sulit dltentukan, kapan dikatakan banyak dan kapan dikatakan sedikit, karena pada zaman modern ini jumlah yang banyakpun dapat diukur dengan peralatan yang canggih. Untuk itu ada beberapa ciri yang dipakai untuk menentukan penyuluhan massa. Pada penyuluhan massa biasanya tidak terjadi tanya jawab (komunikasi satu arah), peserta yang satu dengan yang lain tidak saling kenaI. a. Ciri-ciri penyuluhan massa 1) Kegiatannya dilakukan secara cepat dan waktu-waktu tertentu 2) Komunikasi dilakukan secara umum 3) Pesan disampaikan secara umum . .. 4) Media yang digunakan dapat media elektronik (Radio, televisi, Video dan media cetak (surat kabar, majalah, leaflet, booklet dan lain-lain), media tradisional (ketoprak, ludruk, lenong, wayang dan lain-lain). Media luar ruang (Baliho dan lain-lain) 5) Tujuannya meningkatkan kesadaran masyarakat. 6) Jumlah sasaran besar dan luas, terdiri dari berbagai lapisan masyarakat b. Langkah-Iangkah penyuluhan massa 1) Persiapan (Pl) a) Analisa masalah kesehatan dan gizi keluarga ditingkat desa. b) Tentukan masalah yang akan ditanggulangi c) Rumuskan tujuan

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

125

d) e) f) g) h)

Tentukan sasaran Menyiapkan materi/isi pesan Menentukan metode Menyiapkan media Membuat rencana pelaksanaan (Waktu, tempat dana pembicara) i) Tokoh Masyarakat/Nara sumber (misalnya yang berkhotbah di mesjid) j) Menentukan jangka waktu penyuluhan massa 2) Pelaksanaan (P2) a) Peluncuran/peresmian oleh tokoh masyarakat setempat yang disegani dan dihormati b) Memilih tempat terbuka seperti balai desa, lapangan bola dan lain-lain c) Dibuat semeriah mungkin misalnya dengan melepas balon-balon, memasang ambul-ambul, spanduk dan lain-lain. d) Dihadiri oleh seluruh kelompok masyarakat yang ada di desa tersebut seperti kader keluarga, kader posyandu, kelompok organisasi wanita, pemuda dan agama serta Tim PKMD Desa. 3)

Penyebarluasan pesan-pesan melalui media massa setempat dapat dilakukan secara simultan, serempak atau pada waktu yang bersamaan(multi media) misalnya a) Pesan kesehatan dibawa keliling di desa. b) Pesan kesehatan diselipkan pada kesenian tradisional. c) Pesan kesehatan disampaikan melalui pengeras suara di tempat ibadah d) Pesan kesehatan disampaikan melalui koran dinding. e) Pesan kesehatan ditempelkan di tempat-tempat yang ramai dilewati orang f) Pemutaran film kesehatan di tempat terbuka.

4)

Penilaian (P3) Keberhasilan penyuluhan massa tidak berdiri sendiri, karena ada kaitannya dengan pelaksanaan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dan kunjungan rumah,

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

126

konseling. Untuk menilai keberhasilan penyuluhan massa dapat menggunakan : a) Lembar pertanyaan b) Lembar pengamatan c) Kuis. Unsur-unsur yang dinilai adalah : a) Input/masukan b) Proses.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

127

6. CURAH PENDAPAT

a

b

Penggunaannya Apabila ingin memperoleh sejumlah pandangan/pendapat terhadap suatu permasalahan Langkahnya: 1) Rumuskan pertanyaan / permasalahan di lembaran pertanyaan di papan tulis 2) Mengundang peserta untuk menyampaikan pendapatnya 3) Menggolong-golongkan pendapat-pendapat peserta Kekuatan dan kelemahannya 1) Kekuatan a) Memperoleh sejumlah pemikiran/pendapat b) Pandangan lebih obyektif 2) Kelemahan a) Kurang memperoleh pandangan/pemikiran yang bulat b) Sulit menganalisis/menyimpulkan.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

128

7. DISKUSI PLENO DISKUSI KELOMPOK

a. Penggunaannya 1) Apabila materi mengandung permasalahan yang memerlukan beberapa altematif jawaban 2) Apabila ingin mengetahui persepsi, pandangan atau pendapat peserta terhadap suatu permasalahan, teori, kasus atau gejala tertentu. b. Langkahnya 1) Rumuskan masalah, teori, kasus yang akan didiskusikan 2) Tentukan ketua, sekertaris, kelompok diskusi 3) Siapkan alat-alat yang diperlukan (papan tulis, kertas dinding dan sejenisnya) 4) Melaksanakan diskusi dengan mendorong setiap peserta untuk menyumbangkan pikirannya c. Kekuatan dan kelemahannya 1) Kekuatan a) Lebih luas pemikiran dan altematif pemecahan masalah b) Keputusan yang dicapai lebih efektif c) Hubungan kerjasama akan lebih terbina 2) Kelemahan a) Sering didominasi oleh seseorang dalam kelompok b) pembicaraan sering tidak terarah

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

129

8. PERAGAAN I DEMONSTRASI

a. Penggunaannya 1) Apabila ingin menunjukkan proses dalam membuat sesuatu 2) Apabila ingin menunjukkan hasil sesuatu pekerjaan b. Langkahnya 1) Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi 2) Mempertunjukkan proses pembuatan sesuatu langkah demi langkah 3) Apabila telah selesai, peserta diminta mengulangi proses pembuatan sesuatu tersebut c. Kekuatan dan kelemahannya 1) Kekuatan a) Memungkinkan peserta dapat mempraktekkan apa yang didemonstrasikan oleh fasilitator b) Tidak membosankan 2) Kelemahan Terlalu mempolakan pikiran atau pandangan pesertanya

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

130

9. KERJA PERORANGAN I KELOMPOK ( PENUGASAN )

a. Penggunaannya 1) Apabila ingin memberikan sesuatu kemampuan tertentu 2) Apabila ingin mengetahui tingkat pengetahuan peserta terhadap sesuatu pengetahuan dan ketrampilan tertentu b. Langkahnya 1) Siapkan diskripsi tugas dan alat (kalau ada) 2) Melakukan petunjuk dengan jelas mengenai tugas yang akan dilakukan oleh kelompok 3) Melakukan tugas tersebut baik secara perorangan maupun peserta 4) Hasil pekerjaan/tugas secara perorangan/kelompok dapat didiskusikan oleh peserta seluruhnya c. Kekuatan dan kelemahannya 1) Kekuatan a) Peserta dapat mengekspresikan semua kemampuan b) Adanya persaingan sehat antara peserta, ada gambaran yang obyektif 2) Kelemahan a) Apabila petunjuk pelaksanaan tugas kurang jelas, hasil kerja peserta akan menyimpang dari tujuan instruksional yang diharapkan b) Membutuhkan waktu yang lama

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

131

10. TANYA JAWAB

a. b.

c.

Penggunaannya Apabila ingin mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap suatu pengertian konsep dan sejenisnya Langkahnya 1) Mempersiapkan pertanyaan 2) Mengajukan pertanyaan kepada peserta untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka 3) Mengulas dan memperjelas terhadap jawaban-jawaban peserta Kekuatan dan kelemahannya 1) Kekuatan a. Mudah dilaksanakan b. Menghemat waktu 2) Kelemahan Memberi rasa khawatir/tidak aman bagi peserta orang dewasa.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

132

11. BERMAIN PERAN

a. Penggunaannya Apabila ingin mengaktualisasikan peran-peran tertentu dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan suatu permasalahan b. Langkahnya 1) Merumuskan masalah dan peran-peran tertentu yang akan dimainkan peran 2) Menunjukkan beberapa peserta untuk memainkan peran tersebut 3) Meminta komentar terhadap para pengamat mengenai pelaksanaan permainan peran 4) Merumuskan beberapa kesimpulan dari hasil permainan peran itu c. Kekuatan dan kelemahannya 2) Kekuatan a) pelibatan secara aktif dalam penghayatan terhadap permasalahan b) Memberi pengalaman baru terhadap peserta dalam memerankan suatu peran tertentu 3) Kelemahan Peserta yang kurang memahami perannya, akan mengakibatkan permainan peran itu membosankan.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

133

12. DISKUSI PANELI (TERBUKA I TERTUTUP )

a. Penggunaannya Apabila ingin mengetahui pandangan/pendapat terhadap suatu permasalahan beberapa disiplin ilmu atau ahli b. Langkahnya 1) Merumuskan suatu permasalahan atau pokok bahasan 2) Mengundang para ahli yang mempunyai disiplin ilmu yang berbeda untuk memberikan pandangan terhadap masalah atau pokok bahasan tersebut 3) Melaksanakan diskusi panel tersebut 4) Menyimpulkan hasil panel diskusi 5) Untuk diskusi panel terbuka, peserta ada kesempatan bertanya c. Kekuatan dan kelemahannya 1) Kekuatan Memperoleh pandangan yang lebih kava terhadap permasalahan atau pokok bahasan tertentu 2) Kelemahan a) Materi lebih banyak tergantung kepada para panelis b) Peserta kurang aktif

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

134

13. CERAMAH

a. penggunaannya Apabila ingin memberikan suatu informasi, misalnya kebijakan peserta terlalu banyak pandangan b. Langkahnya 1) Mempersiapan alat-alat yang digunakan dalam ceramah (OHP, transparan, slide, dan sejenisnya) 2) Mempersiapkan materi secara sistematis 3) Melaksanakan ceramah dengan suara yang jelas, memberi contoh dan humor c. Kekuatan dan kelemahannya 1) Kekuatan a) Mudah mengorganisasinya b) Peserta tidak repot c) Waktu dapat dibatasi 2) Kelemahan a) Interaksi tidak ada b) Penceramah sering tidak ahli c) Ada kalanya membosankan

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

135

MEDIA SKENARIO KUNJUNGAN RUMAH Skenario I Peran Bidan Anda sebagai seorang bidan di desa mengunjungi keluarga Pak Arief. Pak Arief menderita batuk berdahak lebih dari 3 minggu. Anaknya 3 orang. Rumah Pak Arief berlantai papan, jendela satu tidak pemah dibuka, memasak memakai kayu bakar. Atap rumah dari daun rumbia Peran Pak Arief Anda menderita batuk berdahak lebih dari 3 minggu. Anak Anda 3 orang berumur 6 tahun, 4 tahun dan 1 tahun. Anda bekerja sebagai buruh tani. Rumah berlantai papan, jendela tidak pemah dibuka, takut masuk angin. Kalau memasak pakai kayu bakar sebab tidak usah beli. Makan sehari 2x, dengan lauk seadanya. Anda orangnya tertutup pendiam. Skenario II Peran petugas PKMD Anda sebagai petugas PKMD mengunjungi rumah Pak Nasrul. Keluarga Pak Nasrul punya masalah penyakit kulit yang diduga kusta. Pak Nasrul sangat miskin, tidak mau ikut DKT karena alasannya tidak punya baju. Anaknya banyak 5 (lima orang) Peran Pak Nasrul Anda sedang sakit kulit yang Saudara anggap sebagai penyakit yang memalukan. Anda tidak mau bertemu dengan siapapun juga. Anda menyuruh isteri Anda untuk menolak setiap tamu yang datang. Peran Bu Nasrul Anda seorang isteri yang patuh kepada suami. Anda menolak kedatangan petugas yang datang kerumah Anda dengan alasan suami Anda tidak ada. Anda tetap menolak kedatangan petugas tersebut Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

136

Skenario III Peran TPM Anda sebagai Tenaga penggerak Masyarakat (TPM), mengunjungi rumah Pak Somad. Anak Pak Somad menderita diareImencret mencret dan muntah. Peran Bu Somad Bu Somad orangnya acuh tak acuh, mencret dianggap bukan penyakit yang berbahaya. Karena Joni sering mencret. Joni buang air besar di sembarang tempat, sehingga lalat banyak, sampah bertebaran dimana-mana. Mandi dan minum mengambil air di sungai

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

137

Skenario IV Peran Ibu PKK Anda salah seorang PKMD Tingkat Desa mengunjungi keluarga Pak Hersan. Bu Hersan sedang hamil 4 bulan, mukanya pucat. Sering pusing, mata berkunang-kunang. Pada waktu DKT bulan lalu bu Hersan tidak datang. Peran Bu Hersan Keluarga Pak Hersan orangnya ramah, Anda sedang hamil 4 bulan, mukanya pucat. Anda kurang suka makan sayuran hijau daun , katanya takut anaknya seperti kambing yang suka makan daun. Anda sering pusing, mata berkunang-kunang cepat lelah, lesuh. Nafsu makan kurang

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

138

MEDIA DISKUSI KELOMPOK TERARAH (DKT) DISKUSI KELOMPOK TERARAH Peran Dominan Anda adalah peserta DKT. Dalam diskusi harap Anda berperan sebagai orang yang dominan, yang memegang kendali pembicaraan. Anda dapat berbicara kepada pemandu, teman-teman Anda. Masalah yang ada di keluarga Anda adalah anak mencret, isteri kurang darah. Peran Diam (3 orang) Anda selama DKT harap diam saja, kalau ditanya hanya mengangguk, atau menggerakkan tangan. Masalah Anda adalah tidak ikut KB dan anak batuk pilek. Peran cuek Anda selama DKT bersikap acuh tak acuh terhadap pembicaraan teman-teman atau pemandu, sekali-kali ngomong yang tidak nyambung, dan ingin pulang karena ada urusan lain. Masalah di keluarga Anda adalah anak mencret dan sakit gigi. Pemandu Anda berperan sebagai TPM Desa, yang bertugas 3 bulan. Umur 25 tahun. Anda diminta memandu DKT yang terdiri dari 5 orang Bapak dan 5 orang Ibu. Masalah yang ada adalah mencret, batuk pilek kurang darah, dan sakit gigi. Tempat DKT DKT yang ke-4 diselenggarakan di rumah salah satu kader keluarga.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

139

KASUS II PEMANDU - Anda adalah PLKB - Penduduk asli - Umur 30 tahun - sudah bertugas sebagai PLKB di desa selama 7 tahun. Ini DKT yang ke 3 dengan K2 yang sama sejak DKT pertama. - Saat ini memandu DKT ke 3 yang terdiri dari 7 bapak dan 3 ibu yang masing-masing punya anak antara 4-7. - Dari hasil pemetaan diketahui bahwa masalah di desa itu umumnya adalah belum ikut KB, balita BGM, ibu kurang darah/anemia. Pendidikan K 2 antara SD kelas 4 dan Tamat SD - Pekerjaan petani - Tempat DKT di rumah ketua kelompok dasawisma. SILAHKAN MELAKUKAN - pengaturan duduk - Pengarahan kepada :  Pendamping  Pencatat  pengamat - Penyiapan dukungan alat-alat bantu yang sesuai dengan keadaan. PESERTA DKT - Terdiri dari 7 bapak dan 3 ibu yang belum ikut KB dengan alasan:  Takut  Banyak anak banyak rezeki  Tidak punya biaya. - Bapak 1 anaknya 4 kurus-kurus - Bapak 2 anaknya 5, belum KB, tidak punya biaya, anak kuruskurus, pendiam - Bapak 4 anaknya 6, belum KB, isterinya sering pusing-pusing, takut KB. - Bapak 5 anaknya 7, Beranggapan banyak anak banyak rezeki, ngotot bersikeras mempertahankan pendapatnya, - Bapak 6 anaknya 7, anak dapat membantu orang tua, wajahnya suntuk, pendiam Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

140

-

Bapak 7 anaknya 5, isterinya tidak mau KB, anak cacingan, orangnya ngotot. Ibu 1 pendidikan SD kelas 5. Anemia. Anaknya 7 kurus-kurus . Ibu 2 pendidikan SD kelas 5. Anemia. Anaknya 6, kurus-kurus dan cacingan mengeluh terus Ibu 3 pendidikan Tamat SD Anaknya 4, kepingin anak laki-Iaki.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

141

MEDIA PENYULUHAN MASSA Kasus I : Masyarakat desa Sidodadi sedang panik, karena banyak penduduk yang menderita sakit diare, tua, muda anak-anak. Penyebabnya karena air sungai, sebagai sumber air bersih bagi penduduk desa tersebut tercemar limbah pabrik. Kebiasaan penduduk, mandi cuci, kakus ya disungai itu. Jamban keluarga ada tetapi belum dimanfaatkan. Penyakit kulit dan gigi juga melanda penduduk desa itu. Kasus II Desa batealit, jumlah penduduk 212 KK, sebagian besar pasangan usia subur. Jarak desa ke puskesmas sekitar 10 Km, ditempuh dengan kendaraan roda 2 selama 30 menit, karena jalannya berbatu-batu dan rusak, ibu-ibu hamil lebih banyak minta pertolongan dukun beranak. Angka kematian ibu dan bayi cukup tinggi, rata-rata karena kurang gizi Kasus III Desa Bankinang sedang ada masalah. Banyak balita yang menderita batuk pilek dengan nafas cepat. Disamping itu banyak yang sakit malaria, belum KB. Kasus IV Desa Batucepar merupakan daerah berawa. Rumah penduduk berlantaj tanah dan beratap rumbia. Banyak penduduk menderita sakit malaria, diare dan sakit kulit Yang termasuk dalam penyuluhan massa antara lain 1. Penyuluhan melalui televisi, radio, pemutaran film 2. pemasangan spanduk, poster dan billboard 3. Penyebaran selebaran 4. Menitipkan pesan melalui sandiwara., Wayang, ketoprak , lenong, dan sebagainya 5. Menitipkan pesan melalui lagu-Iagu 6. Menulis pesan melalui majalah, koran dan sebagainya 7. Pesan tertulis yang dibawa dengan kendaraan keliling 8. Memakai pengeras suara keliling 9. Pidato akbar, misalnya kampanye pemilu, kotbah di mesjid, gereja dan sebagainya. Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

142

Materi Inti 6 MEDIA PROMOSI KESEHATAN

MEDIA PROMOSI KESEHATAN Langkah-langkah Pengembangan Media Penyuluhan Kesehatan Dengan Proses Pengembangan Media

1. Tahapan Analisis Masalah dan Sasaran Pada tahap ini kita melakukan penelaahan analisis yang meliputi: a. Masalah kesehatan, termasuk penyebab masalahnya, sifat masalah, epidemiologi masalah termasuk masalah perilaku yang ada di masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan yang ditimbulkan b. Kelompok sasaran, dalam hal demografi, sosial ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan/buta aksara, budaya, dan adat istiadat, pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan dengan masalah kesehatan. c. Kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan, dan program penanggulangan yang telah ada dan berbagai instansi sektoral untuk mengetahui pengalaman yang lalu harapan dimasa yang akan datang. Disini dapat dipelajari arahan-arahan dalam membuat suatu program atau kegiatan KIE masing-masing

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

143

sektor. Apakah masalah kesehatan yang ada lebih dilihat sebagai masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi atau bahkan politik. Dan melihat program serta pendukungpendukung apa saja yang telah tersedia. d. Memilih institusi, organisasi atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang mampu mendukung program. Dilihat kemampuan intemal dan ekstemal dari organisasi tersebut. e. Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media oan sarana yang telah tersedia dan yang telah dilaksanakan. 2. Tahapan Rancangan Pengembangan Media Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model intervensi yang menjelaskan 8 (delapan) komponen utama, yaitu a b

c

d

e

Menentukan tujuan perlu diingat tujuan harus spesifik, realistik, dapat diterapkan, dapat diukur dan dibatasi waktu. Identifikasi kelompok sasaran dilakukan segmentasi berdasarkan demografi, geografi, budaya, psikologis, atau karakteristik karakteristik lainnya yang spesifik Mengembangkan pesan-pesan ditujukan sesuai dengan kebutuhan kepedulian, tingkat pengetahuan serta tingkat kewaspadaan dari sasaran yang dituju. Harus mengandung informasi yang akurat dan terfokus pada pesan kunci. Jangan terlalu banyak pesan Menetapkan media yang akan digunakan apakah interpersonal atau media massa. Penggunaan media sebaiknya bermacam-macam namun terkoordinasi dengan baik. Juga harus diperhatikan jangka waktu dan dampak dari penggunaan media tersebut. penguatan interpersonal mencari orang-orang atau kelompok yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi orang tersebut, seperti pemimpin masyarakat, para ahli, tokoh agama dan lain-lain dalam mengambil keputusan atau perubahan perilaku yang positif.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

144

f g

h

Menulis rencana kegiatan baik bulanan, tri wulanan atau tahunan. Juga tulis indikatorindikator untuk memonitor keluaran/out put. Perencanaan anggaran: termasuk anggarari personalia, pencetakan 1) media, pre tes, revisi, pelatihan tugas lapangan, logistik, biaya 2) perjalanan evaluasi dan lain-lain. Bagan organisasi atau perencanaan manajemen dengan pembagian tugas dan tanggungjawab yang terisi.

3. Tahap Pengembangan pesan, Uji coba dan Produksi Media Dalam tahap 1 dan 2 diatas. Pesan harus sederhana, jelas, spesifik, konsisten, positif, menarik perhatian, berorientasi pada tindakan dan cocok dengan budaya dan kebijakan nasional. Peranan pihak lain seperti artis, ahli design diperlukan untuk mendapatkan kreatifitas pesan-pesan. Perlu dilakukan pengujian dari setiap pesan kepada sasaran sebelum bahan KIE itu produksi. Pandangan dari ahli asing, pejabat-pejabat tinggi pemerintah atau teman-teman tidaklah cukup sebagai pegangan, lebih penting adalah melakukan pre tes kepada sasaran potensial, dan bila diperlukan melakukan revisi material. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: a. Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan, kata-kata ungkapan, tema atau slogan yang merefleksikan strategi secara keseluruhan. b. Pretest konsep pesan pada sekelompok sasaran atau wakilwakil perorangan yang diharapkan akan menghasilkan pesan yang bermutu. Memberikan perhatian khusus untuk gambar atau ilustrasi (bentuk yang tidak tertulis) untuk menghindari salah paham c. Ciptakan dan kembangkan pesan-pean yang lengkap beserta sarana pendukungnya (contohnya pengumuman melalui radio, booklet, poster) . d. Pretest pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk pemahaman keseluruhan, kemampuan mengingat, titik yang kuat dan yang lemah, relevansi yang pribadi, dan hal-hal peka atau masih diperdebatkan, sebelum diproduksi.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

145

e. Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum di produksi ulang untuk meyakinkan daya muat apakah masih efisien dan efektif. 5emua pelaksana pengembangan media di semua tingkatan harus siap mengikuti keadaan dan memuat perubahan perubahan sebagai hasil dari testing 4. Tahapan pelaksanaan dan pemantauan Pelaksanaan adalah tahap dimana perencanaan mulai dilaksanakan. Pelaksanaan biasanya merupakan bagian yang paling membutuhkan biaya jangan dimuilai sampai tahapan pretes dan revisi selesai dilakukan Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Menghasilkan pesan dan bahan berdasarkan hasil pretest. Penyebaran pesan-pesan dan bahan-bahan secara terintegrasi dan sesuai jadual melalui saluran media yang tepat sehingga mendapat pengaruh yang nyata. Latih mereka yang akan menggunakan bahan-bahan tersebut. Sebarkan secara luas jadual pelaksanaan dan laporan sehingga seorangpun “key person" atau kelompok yang tidak mengetahuinya.tidak ada Monitoring atau pemantauan melihat keluaran dari program dibandingkan dengan rencana kerja dan rencana anggaran. Hal ini membantu manajer mengidentifikasi dan memperbaiki masalah-masalah sebelum menjadi hambatan. Langkah-Iangkah sebagai berikut a Memonitor jumlah / volume bahan j materi yang diproduksi b Monitor distribusi media massa atau media interpesonal c Monitor struktur intemal d Monitor dan kuatkan hubungan kerja sama dengan organisasi lain termasuk juga dengan organisasi yang tidak bersahabat dengan kita e Membuat perubahan dari rancangan proyek bila diperlukan.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

146

5. Tahapan Evaluasi dan rancang ulang Evaluasi menyediakan informai bagi manajer program terhadap hasiljout put dan dampak dari kegiatan untuk membuat perubahanperubahan yang diperlukan. Belajar dari pengalaman yang kita perlukan bukan kritik tapi harus cara/pendekatannya Evalausi mengukur dampak kegiatan dari segi sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menetap dari sasaran potensial, provider, staf KIE dan kelompok-kelompok berpengaruh lainnya. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : a Ukur dan telusuri kepedulian umum, daya ingat atau praktik perilaku khalayak sasaran dengan menggunakan teknik peneiitian yang dapat diterima, untuk menghasilkan umpan balik yang tepat. b Analisis hasil sesuai dengan tujuan spesifik c Buat perubahan pada rancangan proyek, bila diperlukan Evaluasi dapat dilihat sebagai tolok ukur keberhasilan bukan menguji penampilan pekerja. Organisasi pelaksana harus diberi penghargaan karena telah mengidentifikasi masalah-masalah dan membuat koreksi yang diperlukan. Perhatian seharusnya tertuju pada peninakatan hasil yang lebih spesifik misalnya, penempatan poster di berbagai kelompok penting atau menyerahkan sebagian tugas dan tanggung jawab kepada organisasi lain. Pejabat pemerintah yang menaruh minat harus diberi tahu setiap perubahan perbaikan sebagai hasil evaluasi. Review dan perancangan ulang ditujukan pada kesinambungan kebutuhan KIE dan pada kemampuan serta sumber daya yang telah tersedia atau di dapat dari proyek agar menjadi suatu kegiatan KIE yang efektif dan kontinyu Langkah-langkah review dan perencanaan ulang adalah : a Telaah ulang dan analisis informasi yang di dapat dari setiap tahap proses pengembangan media b Analisis dampak dari proyek atas nama sasaran, organiasi pemberi dana dan lain-Iain yang berkepentingan.

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

147

c d e f g h

Identifikasi perubahan yang berarti secara nasional. Identifikasi kekuatan dan kelemahan Evaluasi keahlian yang dihasilkan oleh orang-orang setempat. Perkirakan sumber yang dapat mendukung di masa yang akan datang Rancangan ulang kegiatan komunikasi secara kontinu Daur ulang data hasil penilaian kedalam yang baru

Proses KIE haruslah merupakan proses yang kontinu. Perubahan sikap dan perilaku yang bermakna dari seseorang membutuhkan waktu dan usaha yang berulang-ulang. Proses ini seperti siklus, menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan dari masyarakat sasaran potensial dan berdasarkan pengalaman yang baru.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

148

Materi Penunjang RENCANA TINDAK LANJUT

Rencana tindak lanjut adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematik kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu, dimana, bilamana oleh siapa dan bagaimana caranya: Perlunya rencana tindak lanjut : • Terbatasnya sumber daya untuk menentukan langkah-langkah yang akan dikerjakan • Sebagai pedoman akan kebutuhan yang diperlukan • Membimbing menyelesaikan masalah • Standar untuk pengawasan dan Evaluasi Ciri-ciri RTL yang baik : • Memudahkan pencapaian tujuan • Rinci dan cermat • Realistis dan logis • Sederhana • Fleksibel • Pertimbangkan risiko • Berorientasi ke depan • Mempunyai jangka waktu

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

149

Puskesmas Nama

: :

Rencana Tindak Lanjut : Perencanaan Promkes Program Kesehatan….(apa , dimana) prioritas puskesmas ……….kurun waktu……(th)

No

-

Masalah

:…

-

Tujuan

:…

-

Sasaran

:…

-

Media

:…

-

Metode

:…

-

RPK

:…

Jenis

Sasaran Tujuan Frekuensi Waktu Pelaksana

kegiatan 1. 2. 3. 4. 5. Dst

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

150

PANDUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN/ PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PETUGAS PROMOSI KESEHATAN

I.

PENDAHULUAN Tugas

pokok

penyuluh

kesehatan

masyarakat

adalah

melaksanakan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat, melakukan penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan pengkajian/ penelitian perilkau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka pengembangan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan. Pelatihan pengangkatan pertamakali

dalam

jabatan

fungsional

Penyuluh

Kesehatan

Masyarakat (PKM) bagi calon pejabat fungsional PKM, merupakan salah satu syarat untuk pengangkatan dalam jabatan tersebut. Agar pelatihan lebih berdayaguna dan berhasilguna dalam pelatihan tersebut perlu adanya praktek kerja lapangan atau praktek belajar lapangan. Praktek ini perlu disesuaikan dengan rancangan pembelajaran. Untuk peserta pelatihan calon jabfung terampil setelah mengikuti pelajaran di kelas, diarahkan praktek kerja lapangan/praktek belajar lapangan di Puskesmas .

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

151

II. TUJUAN PKL/PBL 1. Diperoleh hasil pengalaman pelaksanaan kegiatan Promkes di Puskesmas. 2. Jenis-jenis kegiatan promkes yang dilakukan oleh Puskesmas 3. Cakupan PHBS di Rumah tangga, sekolah, TTU, tempat kerja, dan sarana kesehatan 4. Menyusun perencanaan Promkes program kesehatan sesuai prioritas Puskesmas masing-masing

III. WAKTU DAN TEMPAT PKL/ PBL di selenggarakan di Puskesmas asal peserta pelatihan. Waktu PBL dilaksanakan selama 3 bulan setelah selesai pelatihan. IV. PROSES PELAKSANAAN Melaksanakan RTL yang sudah disusun saat pelatihan dalam waktu 3 bulan di puskesmas masing-masing.

Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas

152

V.

FORMAT : LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

No

Puskesmas

: ….

Nama

: ….

I.

Pendahuluan

II.

Tujuan

III.

Proses kegiatan

IV.

Hasil Kegiatan

Jenis kegiatan yang

Sasaran

Hasil

Frekuensi

Waktu

dilaksanakan 1.

Advokasi

2.

Bina suasana

3.

Pemberdayaan masyarakat

4.

Menggalang kemitraan

Mengetahui, Kepala Puskesmas

Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan

153